DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Kelompok :2
Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Karena atas
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
yangberjudul “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. P
Dengan Diagnosa Medis Stemi Inferior diruangan ICVCU Rsud dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya”
Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak maka laporan studi
kasus ini tidak akan selesai sesuai dengan waktu yang diharapkan. Oleh karena
itu, pada kesempatan ini pula penyusun mengucapkan banyak terima kasih
terutama kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes selaku Ketua STIKES Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners., M.Kep selaku ketua program studi Sarjana
Keperawatan.
3. Ibu Isna Wiranti S.Kep.,Ners Selaku Koordinator Program Profesi Ners
Angkatan IX
4. Ibu Siti Widiarti S.Kep.,Ners selaku pembimbing lahan yang telah
memberikan bantuan dalam proses penyelesaian asuhan keperawatan dan
laporan pendahuluan ini.
5. Bapak Henry Wiyono, Ners., M. Kep selaku pembimbing akademik yang
telah memberikan bantuan dalam proses penyelesaian asuhan keperawatan
dan laporan pendahuluan ini.
6. Orang tua kami, keluarga kami, dan orang terdekat yang telah memberikan
bimbingan, motivasi dan bantuan kepada saya dalam hal material.
7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan studi
kasus ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam
penulisan studi kasus ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun untuk menyempurnaan
penulisan studi kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan
semoga laporan studi kasus ini bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
Skala pada numeric rating scale dan interprestasinya. intensitas nyeri pada skala
1-3 disebut nyeri ringan, 4-6 disebut nyeri sedang, dan 7-1- dikatakan nyeri berat.
Gambar 1.2 Skala peringkat wajah. Face Pain Rating Scal Sumber: Ikawati &
Anurogo (2018)
2.1.3 Visual Analog Scale (VAS)
Gambar 1.3 Visual Analog Scale Sumber: Ikawati & Anurogo (2018)
2.5 Patofisiologi
Pada saat sel saraf rusak akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat
kimia seperti Bradikinin, serotonin dan enzim proteotik. Kemudian zat-zat
tersebut merangsang dan merusak ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di
korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri. Selain
dihantarkan ke hypothalamus nyeri dapat menurunkan stimulasi terhadap reseptor
mekanin sensitif pada termosensitif sehingga dapat juga menyebabkan atau
mengalami nyeri (Wahit Chayatin, N.Mubarak, 2017).
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa
rute saraf dan akhirnya samapai didalam massa berwarna abu – abu di medula
spinalis. Terdapat tesan nyeri dapat berinteraksi dengan inhibitor, mencegah
stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak atau ditransmisi tanpa hambatan
kekorteks cerebral. Sekali stimulus nyeri mencapai korteks cerebral, maka otak
menginterprestasikan kualitas nyeri dan memproses informasi tentang
pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta asosoasi kebudayaan dalam upaya
mempersepsikan nyeri.
Phatway
Chemic, thermik, mekanik
Jejas
Kerusakan nesoseptor
(reseptor)
Nyeri kronik/akut
6) Lokasi, untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien menunjukkan
area nyerinya
7) Intensitas nyeri
8) Kualitas nyeri, terkadang nyeri bisa terasa seperti dipukul-pukul atau ditusuk-
tusuk.
9) Pola, pola nyeri meliputi waktu awitan, durasi, dan kekambuhan atau interval
nyeri
10) Faktor presipitasi, factor pencetus timbulnya nyeri.
11) Gejala yang menyertai, meliputi mual, muntah, pusing dan diare
12) Pengaruh pada aktivitas sehari-hari.
13) Sumber koping, setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam
menghadapi nyeri
14) Respon afektif, respon klien bergantung pada situasi, derajat, dan durasi nyeri,
intepretasi tentang nyeri, dan faktor
2. Kaji tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, respiratory rate, suhu tubuh.
3. Kaji respon perilaku dan fisiologis
1) Respon non verbal: ekspresi wajah, misal menutup mata rapat-rapat atau
membuka mata lebar-lebar, menggigit bibir bawah, dan seringai wajah.
2) Respon perilaku: menendang-nendang, membalik-balikkan tubuh di atas kasur,
dll.
3) Respon fisiologis: nyeri akut misalnya peningkatan tekanan darah, nadi, dan
pernafasan, diaphoresis, dilatasi pupil akibat terstimulasinya system saraf
simpatis.
2.2.2 Diagnosa Keperawatan Standar Diangnosis Keperawatan Indonesia (SDKI)
Edisi 2016)
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri psikologi (D.0077 Halaman 172)
2. Nyeri kronis berhubungan dengan kontrol nyeri yang tidak adekuat (D.0078
Halaman 175)
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan (D.0080 Halaman 180)
4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan tidak nyaman, nyeri. (D.0054
Halaman 124)
5. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelelahan, nyeri (D.0109 Halaman 240)
2.2.3 Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
No
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri akut berhubungan dengan SLKI Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
agen injuri psikologi (D.0077) Setelah diberikan asuhan Obsevasi
keperawatan selama 1x 24 jam, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
diharapkan nyeri dapat menurun2. Indentifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil: 3. Indentifikasi respons nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri: (4) 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
2. Meringis: (4) 5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
3. Sikap Protektif: : (4) 6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
4. Gelisah: (4) Terapeutik
5. Kesulitan tidur: (4) 1. Berikan teknik nonfarmokologi
2. Kontrol lingkungan yang memberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik
2 Nyeri kronis berhubungan dengan SLKI Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
kontrol nyeri yang tidak adekuat Setelah diberikan asuhan Obsevasi
(D.0078) keperawatan selama 1x 24 jam, 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
diharapkan nyeri dapat menurun 2. Identifikasi skala nyeri
dengan kriteria hasil: 3. Identifikasi respons nyeri non verbal
1. Keluhan nyeri: (4) 4. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
2. Meringis: (4) 5. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
3. Sikap Protektif: : (4) 6. Monitor efek samping penggunaan analgetik
4. Gelisah: (4) Terapeutik
5. Kesulitan tidur: (4) 1. Berikan teknik nonfarmokologi
2. Kontrol lingkungan yang memberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Ajarkan memonitor nyeri secara mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
3 Ansietas berhubungan dengan SLKI Tingkat Ansietas (L.09093) Reduksi ansietas (I.09314)
status kesehatan (D.0080) Setelah diberikan asuhan Observasi
keperawatan selama 1x 24 jam, 1. Identifijasi saat tinggkat ansietas berubah (mis.kondisi,waktu,stresor)
diharapkan ansietas dapat menurun 2. Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
dengan kriteria hasil: 3. Monitor tanda-tanda ansietas (verbal dan nonverbal)
1. Verbalisasi kebingungan: Terapeutik
(5) 1. Ciptakan suasana terhadap terapeutik untuk menumbuhkan kepercayaan
2. Verbalisasi khawatir akibat 2. Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika memungkinkan
kondisi yang dihadapi: (5) 3. Pahami situsasi yang membuatb assoetas
3. Perilaku gelisah: (5) 4. Dengarkan dengan penuh perhatian
4. Perilaku tegang: (5) 5. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
5. Keluhan pusing: (5) 6. Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
6. Anoreksia: (5) 7. Motifasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
7. Pola tidur: (5) 8. Diskusikan perencanaan realistis tentang peristia yang akan datang
Edukasi
1. Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2. Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan, dan prokmasis
3. Anjurkan keluarga unutk tetap bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kopetitif, sesuai kebutuhan
5. Anjurkan mengunggkapkan perasaan dan persefsi
6. Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
7. Latih pengguanaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
4. Kolabaorasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
4 Gangguan mobilitas fisik SLKI Mobilitas Fisik (L.05042) Dukungan ambulasi (I.05178)
berhubungan dengan tidak nyaman, Setelah diberikan asuhanObservasi
nyeri. (SDKI.D.0054) keperawatan 1x24 jam diharapkan 1. Identifikasi ganguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
mobilitas fisik klien mengalami 2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
peningkatan dengan kriteria hasil: 3. Monitor pola dan jam tidur
1. Frekuensi nadi: (5) 4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukkan aktivitas
2. Saturasi oksigen: (5) Terapeutik
3. Kemudahan dalam melakukkan 1. Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
aktifitas sehari- hari: (5) kunjungan)
4. Kecepatan berjalan: (5) 2. Lakukan latihan rentang gerak pasif dan aktif
5. Keluhan lelah: (5) 3. Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika ada dapat berpindah atau
berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada
pasien, tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas
sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan teknik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan berupa
pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana evaluasi
adalah kegiatan yang dilakukan dengan terus menerus dengan melibatkan pasien, perawat
dan anggota im kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi ini adalah untuk menilai apakah
tujuan dalam rencana keperawatan tercapi dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang.Kriteria dalam menentukan tercapainya suatu tujuan, pasien:
1. OKSIGENASI 2. CAIRAN
Nadi : 112x /menit, Pernapasan : 21 x /mnt Kebiasaan minum : 750 CC /hari,
TD: 100/63 mmHg Bunyi Nafas : Vesikuler Jenis : Air mineral
Respirasi : Normal Turgor kulit : Baik
Kedalaman : - Fremitus : Normal Mukosa mulut : Baik
Sputum : Tidak ada Sirkulasi oksigen : Baik Punggung kaki : Baik warna : Baik
Dada : Simetris Pengisian kapiler : < 2 detik
Oksigen : oksigen nasal kanul 3 ltr/m (Tgl : 16 Mata cekung : Tidak ada
November 2021) Konjungtiva : Baik Sklera : Baik
WSD : Tidak terpasang WSD Edema : Tidak ada
Riwayat Penyakit : Klien mengatakan memiliki riwayat Distensi vena jugularis : Tidak ada
penyakit DM Asites : Tidak ata Minum per NGT : Tidak
Lain – lain : Tidak ada terpasang NGT
Terpasang Dekompresi NGT : Tidak ada
( dimulai tgl : - Jenis : -
dipasang di : -)
Terpasang infuse : NaCl 0,9% 20 tpm
( dimulai tgl : 16 N0vember 2021
Jenis : NaCl 0.9%
dipasang di : Tangan sebelah kiri)
Lain –lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak ada
3. NUTRISI 4. KEBERSIHAN PERORANGAN
TB : 160 cm BB : 51 Kg Kebiasaan mandi : 3x/hari
IMT = BB : TB m2 Cuci rambut : 3x /hari
51 Kg : 160 : 107x160
Kebiasaan gosok gigi : 3x /hari
IMT: 19,9 (Berat badan kurang)
Kebiasaan makan : 3 kali /hari ( teratur ) Kebersihan badan : Bersih Kotor
Keluhan saat ini : Nafsu makan berkurang Keadaan rambut : Bersih Kotor
Tidak ada nafsu makan mual muntah Keadaan kulit kepala Bersih Kotor
Sakit /sukar menelan Sakit gigi Stomatis
Keadaan gigi dan mulut Bersih Kotor
Nyeri ulu hati /salah cerna , berhub dengan : Tidak ada
Disembuhkan oleh : Tidak ada Keadaan kuku : Pendek Panjang
Pembesaran tiroid : Tidak ada Hernia /massa : Tidak ada Keadaan vulva perineal : Tidak ada
Maltosa : Tidak ada Kondisi gigi/gusi : Baik/lengkap Keluhan saat ini : Tidak ada
Penampilan lidah : Baik, berwarna merah muda
Iritasi kulit : Tidak ada
Bising usus: 20 x /mnt
Makanan parental (infuse) : Terpasang NaCl 0,9 Luka bakar : Tidak ada
Jenis aktivitas yang perlu dibantu: BAB, BAK, makan, Penggunaan alcohol : Tidak ada Jlh /frek : ….x
minum, posisi berbaring. /hari.
Lain - lain : Pasien mengatakan takut untuk beraktivitas Lain – lain: pasien mengatakan tidak bisa BAB
secara mandiri jika sewaktu serangan jantung kambuh sudah 5 hari
dan sesak.
Hasil ekg menunjukan adanya gambaran segmen ST Elevasi di Lead II, III AVF
c. PENATALAKSANAAN MEDIS
Hari/Tanggal Pemberian Obat: Rabu, 17 November-20 November 2021
DO : Nyeri Dada
- Pasien tampak
meringis Nyeri Akut
- Terpasang oksigen
nasal kanul 3ltr/menit
- Terpasang SP
Dopamin 3 mg
- Pasien tampak gelisah
- Pasien tampak
memegang area yang
nyeri
- Pasien diberikan
terapi obat PO Aspilet
1x80 mg dan ISDN
2x5mg
- Hasil EKG
menunjukan adanya
gambaran segmen ST
Elevasi di Lead II, III
AVF.
- Terpasang BSM/
monitor
- Diagnosa medis Stemi
Inferior
TTV
TD :100/63 mmHg
N : 96 x/menit
S : 36,5 C
RR : 21 x/menit
SPO² : 99 %
DS : Penurunan Aliran Darah Intoleransi Aktivitas
Pasien mengatakan Kejantung
badannya lemas
DO : Iskemik Pada Jaringan
- Klien tampak lemah Miokard
berbaring diatas
tempat tidur Pompaan Darah Dari
- Klien terpasang Jantung Ke Seluruh
oksigen nasal kanul Tubuh Menurun
3ltr/menit
- Pergerakan klien
terbatas. Penurunan Kemampuan
- Kebutuhan ADL klien Tubuh Untuk
dibantu oleh keluarga Menyediakan Energi
dan perawat.
- Kekuatan ekstrimitas
atas 5/5 dan
ekstrimitas bawah 5/5 Kelemahan
- Skala aktivitas 3
(Memerlukan Intoleransi Aktivitas
bantuan, pengawasan
orang lain dan
peralatan)
- Hasil EKG
menunjukan adanya
gambaran segmen ST
Elevasi di Lead II, III
AVF.
- Diagnosa medis Stemi
Inferior
TTV
TD :100/63 mmHg
N : 96 x/menit
S : 36,5 C
RR : 21 x/menit
SPO² : 99 %
Penurunan frekuensi
defekasi
Konstipasi
PRIORITAS MASALAH
1. Nyeri akut berhubungan dengan hipoksia jaringan cardio ditandai dengan
pasien mengatakan nyeri dada masih terasa P: Nyeri dirasakan saat istirahat,
Q: Nyeri seperti tertusuk-tusuk, R: Dada bagian kiri menjalar sampai uluh
hati, S: Skala nyeri 6 (sedang), T: Dirasakan setiap 5 menit, pasien tampak
meringis , terpasang oksigen nasal kanul 3ltr/menit, terpasang SP Dopamin 3
mg, pasien tampak gelisah, pasien tampak memegang area yang nyeri, pasien
diberikan terapi obat PO Aspilet 1x80 mg dan ISDN 2x5mg, hasil EKG
menunjukan adanya gambaran segmen ST Elevasi di Lead II, III AVF,
terpasang BSM/ monitor, dengan diagnosa medis Stemi Inferior dan TTV
TD : 100/63 mmHg, N : 96 x/menit S : 36,5 C RR: 21 x/menit SPO² :
99 %
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dan kebutuhan oksigen ditandai dengan pasien mengatakan badannya lemas ,
klien tampak lemah berbaring diatas tempat tidur, klien terpasang oksigen
nasal kanul 3ltr/menit, pergerakan klien terbatas, kebutuhan ADL klien
dibantu oleh keluarga dan perawat, kekuatan ekstrimitas atas 5/5 dan
ekstrimitas bawah 5/5, skala aktivitas 3 (Memerlukan bantuan, pengawasan
orang lain dan peralatan), hasil EKG menunjukan adanya gambaran segmen
ST Elevasi di Lead II, III AVF dengan diagnosa medis Stemi Inferior dan
TTV TD : 100/63 mmHg, N : 96 x/menit, S : 36,5 C, RR : 21 x/menit SPO² :
99 %.
3. Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal ditandai
dengan pasien mengatakan sudah 5 hari tidak BAB, pasien tampak lemah,
peristaltik usus menurun, dilakukan palpasi abdomen teraba keras, distensi
abdomen.
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kamis, 18 Dx : 2 S :
November 2021 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Pasien mengatakan badannya masih lemah dan
Pukul: 14:00 ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan belum kuat untuk melakukan aktivitas
WIB oksigen (SDKI D.0056 Halaman 128)
1. Mengidetifikasi gangguan fungsi tubuh O :
yang mengakibatkan kelelahan klien tidak - Pasien tampak masih lemah terbaring di
nyaman karena dipasang DC, monitor dan tempat tidur
susah untuk bergerak - Masih terpasang oksigen nasal kanul
2. Melakukan gerakan pasif dan aktif pada 3ltr/menit
pasien agar elastisitas mobilitas pasien - Pasien tampak masih sesak
tetap terjaga - Aktivitas pasien masih dibantu istri dan
3. Menganjurkan melakukan aktifitas secara keluarga, seperti makan, minum, berpakain
bertahap agar badan pasien tidak kaku dan dan mandi
melancarkan peredaran darah
4. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang A : Masalah intoleransi aktivitas berhubungan
cara meningkatkan asupan energy dari dengan kelemahaan teratasi sebagian
makanan untuk pasien.
P : Lanjutkan intervensi 1,3, dan 4
- Lakukan gerakan pasif dan aktif pada
pasien
- Anjurkan melakukan aktifitas secara
bertahap
- Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan energy
Kamis, 18 Dx : 3 S :
November 2021 Konstipasi berhubungan dengan penurunan Pasien mengatakan masih belum bisa BAB
Pukul: 14:00 motilitas gastrointestinal (SDKI D.0049
WIB Halaman 114)
1. Mengidentifikasi masalah usus dan O :
penggunaan obat pencahar - Pasien masih tampak lemah
2. Memonitor buang air besar, klien bisa - Abdomen masih teraba keras
BAB - Pasien diberi makan sayur-sayuran dan
3. Memonitor tanda gejala konstipasi (klien buah pisang
mengatakan ada tanda ingin BAB tetapi - Habis makan selalu diberikan air hangat
tidak bias keluar) - Aktivitas pasien hanya berbaring diatas
4. Memberikan air hangat setelah makan Kasur
membantu melancarkan BAB - TTV :
5. Menganjurkan meningkatkan aktivitas fisik TD: 104/83 mmHg
sesuai toleransi Nadi : 106 x /menit
6. Menganjurkan mengkosumsi makanan RR : 19x /mnt
yang tinggi serat seperti makan, buah apel, S : 36,6 °C
sayuran hijau dan ubi SPO2 : 99%
7. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang cara - Diagnosa medis Stemi Inferior
meningkatkann asupan energy dari makanan A :
dan kolaborasi pemberian obat Opilac Sirup Masalah konstipasi berhubungan dengan
15 ml (diberikan pada malam hari) penurunan motilitas gastrointestinal belum
teratasi
P:
Lanjutkan Intervensi 2,3,6 dan 7
1. Monitor buang air besar
2. Monitor tanda gejala konstipasi
3. Menganjurkan mengkosumsi makanan yang
tinggi serat
4. Berkolaborasi pemberian obat Opilac Sirup
15 ml (diberikan pada malam hari)
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN
Jumat, 19 Dx : 2 S :
November 2021 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Pasien mengatakan badannya masih lemah
Pukul: 10:00 ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
WIB oksigen (SDKI D.0056 Halaman 128) O :
1. Melakukan gerakan pasif dan aktif pada - Pasien tampak masih lemah terbaring di
pasien agar elastisitas mobilitas pasien tempat tidur
tetap terjaga - Masih terpasang oksigen nasal kanul
2. Menganjurkan melakukan aktifitas secara 3ltr/menit
bertahap agar badan pasien tidak kaku dan - Pasien tampak masih sesak
melancarkan peredaran darah - Aktivitas pasien masih dibantu istri dan
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi tentang keluarga, seperti makan, minum, berpakain
cara meningkatkan asupan energy dari dan mandi
makanan untuk pasien.
A : Masalah intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelemahaan teratasi sebagian
5.1 Kesimpulan
Dalam uraian ini terdapat beberapa kesimpulan oleh penulis mengenai
konsep dasar teori dengan membandingkan kasus pada Tn. P dengan kebutuhan
dasar nyeri dengan diagnosa medis Stemi Inferior di ruang ICVCU dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya yang dimulai dari hari Rabu tanggal 17 November 2021,
beberapa kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut:
5.1.1 Pengkajian
Dalam pengkajian asuhan keperawatan pada Tn. Pyang dilakukan dari
harRabu, tanggal 17 November 2021 dengan kebutuhan dasa nyeri dengan
diagnose medis Stemi Inferior, data didapat secara langsung melalui wawancara,
pengkajian, pemeriksaan fisik serta di dokumentasikan pada klien dan keluarga,
didapatkan data – data klienya itu keluarga pasien mengatakan “Nyeri Dada”
5.1.2 Diagnosa
Dari hasil pengkajian pada Tn. P penulis mengangkat 3 diagnosa
keperawatan Nyeri akut berhubungan dengan hipoksia jaringan cardio,
Konstipasi berhubungan dengan penurunan motilitas gastrointestinal, Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen. Ada beberapa kesamaan yang ditemukan oleh penulis dengan diagnose
dari teori Aziz Alimul (2016) yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen injuri
psikologi dan , Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
5.1.3 Intervensi
Perencanaan adalah suatu perilaku spesifik yang diharapkan dari klien atas
tindakan yang harus dilakukan oleh perawat. Yang perlu dipersiapkan atau
langkah – langkah untuk membuat suatu perencanaan adalah yang pertama
mengumpulkan data, mengidentifikasi masalah yang dijadikan diagnosa,
menetapkan tujuan – tujuan yang dilakukan, mengidentifikasi hasil yang terakhir
penulis (perawat) memilih perencanaan / intervensi keperawatan untuk mencapai
hasil yang diinginkan. Perencanaan dibuat berdasarkan prioritas masalah. Pada
kasus Tn. P yang menjadi prioritas keperawatan adalah Nyeri akut berhubungan
dengan hipoksia jaringan cardio, Konstipasi berhubungan dengan penurunan
motilitas gastrointestinal, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
Dalam membuat perencanaan penulis menyesuaikan dengan sumber –
sumber referensi yang berhubungan dengan kebutuhan dasa nyeri dengan
diagnose medis Stemi Inferior tetapi tidak semua perencanaan yang ada diteori
diangkat oleh penulis. Ada beberapa perencanaan pada kasus Tn. P dengan teori
yaitu tidak terdapat kriteria waktu sedangkan pada kasus criteria waktu selama 1 x
24 jam dari masing – masing diagnosa.
5.1.4 Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan intervensi yang
telah dibuat, dalam melakukan intervensi penulis di bantu oleh keluarga klien
serta bekerja sama dengan perawat lainnya. Dalam teori penulis memiliki
kesamaan dimana lebih mengutamakan pelaksanaan tentang bersihan jalan napas.
Faktor pendukung dalam pelaksanaan / implementasi adalah klien dan keluarga
kooperatif dalam setiap tindakan keperawatan yang diberikan.
5.1.5 Evaluasi
Evaluasi adalah hal yang memuat keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Evaluasi keperawatan yang pertama penulis mendapatkan
hasil masalah belum teratasi intervensi masih dilanjutan. Evaluasi keperawatan
yang kedua penulis mendapat kan hasil masalah belum teratasi intervensi masih
dilanjutkan. Dan evaluasi keperawatan yang ketiga penulis mendapatkan hasil
masalah belum teratasi intervensi masih dilanjutan.
5.2 Saran
Sesuai dengan penulisan diatas, maka dapat dikemukakan saran – saran
sebagai berikut:
5.2.1 ManfaatTeoritis
Meningkatkan pengetahuan bagi pembaca agar dapat melakukan
pencegahan untuk diri sendiridan orang sekitarnya agar bisa mengatasi nyeri pada
saat nyeri timbul, nyeri adalah sensasi tidak menyenangkan yang terjadi bila
mengalami cedera atau kerusakan pada tubuh kita. Nyeri dapat terasa sakit, panas,
gemetar, kesemutan seperti terbakar, tertusuk, atau ditikam.
Penulisan karya tulis ini juga berfungsi untuk mengetahui antara teori dan
kasus nyata yang terjadi dilapangan sinkron atau tidak kerena dalam teori yang
sudah ada tidak selalu sama dengan kasus yang terjadi sehingga disusunlah
asuhan keperawatan dan laporan keperawatan pada Tn. P
5.2.2 Manfaat Praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Manfaat penulisan laporan asuhan keperawatan ini bagi Rumah Sakit
yaitu dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan tindakan
asuhan keperawatan bagi pasien khususnya dengan nyeri pada
diagnose medis Stemi Inferior dan melakukan cara manajemen nyeri
dengan memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan
keluarga.
b. Bagi Instansi Akademik
Manfaat praktis bagi akademik yaitu dapat digunakan sebagai
referensi bagi institusi pendidikan untuk mengembangkan ilmu
tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan dengan kebutuhan
dasar nyeri dengan diagnosa medis Stemi Inferior
c. BagiMahasiswa
Sebagai mahasiswa keperawatan diharapkan mampu membuat asuhan
keperawatan dengan baik terhadap penderita yang mengeluh nyeri
pada penyakit kardiovaskular terutama penyakit Stemi Inferior. Oleh
karena itu, mahasiwa keperawatan juga harus mampu berperan
sebagai pendidik dalam hal ini melakukan penyuluhan ataupun
memberikan edukasi kepada pasien maupun keluarga pasien terutama
mengenai tanda-tanda, penanganan dan pencegahannya.
DAFTAR PUSTAKA
Potter, P.A, Perry, A.H. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Jakarta: EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
LEMBAR KONSULTASI STUDI KASUS