Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA

AN. D DENGAN DIAGNOSA MEDIS INFEKSI SALURAN


PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RUANG POLI ANAK
PUSKESMAS PANARUNG
PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
Mart Heryantino
(2021-01-14901-042)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI
PROFESI NERS ANGKATAN IX
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Mart Heryantino


Nim : 2021-01-14901-042

Program Studi : Profesi Ners Angkatan IX


Judul : Laporan Dan Asuhan Keperawatan Anak Pada An. D
Dengan Diagnosa Medis Infeksi Saluran Pernapasan
Akut (Ispa) Di Ruang Poli Anak Puskesmas
PANARUNG Palangka Raya

Telah melaksanakan Asuhan Keperawatan sebagai persyaratan untuk


menyelesaikan Stase Keperawatan Anak pada Program Studi Ners Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.

Pembimbing Praktik
Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

Ayu Puspita, Ners., M.Kep Aprihatin Widayati, S. Kep

i
KATA PENGATANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan anugrah-Nya sehingga saya dapat mennyelesaikan “Laporan
Keperawatan Anak Pada An. D Dengan Diagnosa Medis Infeksi Saluran
Pernapasan Akut ( Ispa) Di Ruang Poli Anak Puskesmas Panarung Palangka
Raya” asuhan keperawatan ini merupakan salah satu syarat untuk lulus Stase
keperawatan anak di STIKes Eka Harap Palangka Raya. Penulis menyadari bahwa
tanpa bimbingan dan arahan dari berbagai pihak kiranya asuhan keperawatan ini tidak
akan dapat terselesaikan dengan baik.
Dalam kesempatan ini, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima
kasih dan penghargaan setulusnya kepada:
1. Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd.,M.Kes selaku ketua STIKes Eka Harap
Palangka Raya.
2. Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep selaku ketua Prodi Ners.
3. Ibu Isna Wiranti, S.Kep., Ners selaku koordinator Ners.
4. Ibu Ayu Puspita, Ners., M.Kep selaku pembimbing akademik yang telah
banyak memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan laporan ini.
5. Ibu Aprihatin Widayati, S. Kep selaku pembimbing klinik yang telah banyak
memberi saran dan bimbingannya dalam menyelesaikan laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini mungkin terdapat kesalahan dan masih jauh
dari kata sempurna. Maka dengan ini mengaharapkan kritik dan saran yang membangun
dari pembaca dan diharapkan laporan ini dapat memberi manfaat bagi kita semua.

Palangka Raya 17 Januari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... i


KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB 1 TUJUAN PUSTAKA


1.1 Konsep Dasar Penyakit ........................................................................... 1
1.1.1 Definsi Penyakit Ispa .............................................................................. 1
1.1.2 Etiologi.................................................................................................... 1
1.1.3 Manifestasi Klinis Ispa............................................................................ 3
1.1.4 Patofisiologi (Woc) ................................................................................. 4
1.1.5 Komplikasi .............................................................................................. 6
1.1.6 Pemeriksaan Penunjang (Diagnostik) ..................................................... 6
1.1.7 Penatalaksaan Medis ............................................................................... 6
1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan ......................................................... 7
1.2.1 Pengkajian .............................................................................................. 7
1.2.2 Diagnosa Keperawatan ........................................................................... 9
1.2.3 Intervensi Keperawatan........................................................................... 9
1.2.4 Implementasi Keperawatan ..................................................................... 11
1.2.5 Evaluasi Keperawatan............................................................................. 12

BAB 2 ASUHAN KEPERAWATAN


2.1 Pengkajian .................................................................................................. 13
2.1.7 Analisa Data ............................................................................................ 18
2.1.8 Prioritas Masalah..................................................................................... 20
2.1.9 Rencana Keperawatan............................................................................. 21
2.1.9 Intervensi Keperawatan .......................................................................... 21
2.1.10 Implementasi ........................................................................................ 23
2.1.10 Evaluasi ................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB 1
TINJUAN PUSTAKA

1.1 Konsep Dasar Penyakit Ispa


1.1.1 Defenisi Penyakit Ispa
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut.
Dimana penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih
dari saluran nafas mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Maramis, 2013).
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit saluran
pernapasan yang bersifat akut dengan berbagai macam gejala (sindrom)
(Hariani, dkk, 2014).
Istilah ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut
dengan pengertian sebagai berikut: Infeksi adalah masuknya Mikroorganisme
ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan
penyakit. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga Alveoli
beserta organ Adneksa nya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa
penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA, kurang dari 14 hari. Biasanya
diperlukan waktu penyembuhan 5–14 hari (Kusumawati, 2010).

1.1.2 Etiologi Ispa


Penyakit ini disebabkan oleh berbagai sebab (multifaktorial). Penyebab dari
penyakit ini adalah infeksi agent/ kuman. Disamping itu terdapat beberapa
faktor yang turut mempengaruhi yaitu; usia dari bayi/neonatus, ukuran dari
saluran pernafasan, daya tahan tubuh anak tersebut terhadap penyakit serta
keadaan cuaca (Maramis, 2013).
Agen infeksi adalah virus atau kuman yang merupakan penyebab dari
terjadinya infeksi saluran pernafasan. Ada beberapa jenis kuman yang
merupakan penyebab utama yakni golongan A -hemolityc streptococus,

1
2

staphylococus, haemophylus influenzae, clamydia trachomatis, mycoplasma


dan pneumokokus (Kusumawati, 2010).
Usia bayi atau neonatus, pada anak yang mendapatkan air susu ibu angka
kejadian pada usia dibawah 3 bulan rendah karena mendapatkan imunitas dari
air susu ibu (Kusumawati, 2010).
Ukuran dari lebar penampang dari saluran pernafasan turut berpengaruh
didalam derajat keparahan penyakit. Karena dengan lobang yang semakin
sempit maka dengan adanya edematosa maka akan tertutup secara keseluruhan
dari jalan nafas (Maramis, 2013).
Kondisi klinis secara umum turut berpengaruh dalam proses terjadinya infeksi
antara lain malnutrisi, anemia, kelelahan. Keadaan yang terjadi secara langsung
mempengaruhi saluran pernafasan yaitu alergi, asthma serta kongesti paru
Infeksi saluran pernafasan biasanya terjadi pada saat terjadi perubahan musim,
tetapi juga biasa terjadi pada musim dingin (Kusumawati, 2010).
Infeksi sekunder bakteri ini menyebabkan sekresi mukus bertambah
banyak dan dapat menyumbat saluran nafas sehingga timbul sesak nafas dan
juga menyebabkan batuk yang produktif. Invasi bakteri ini dipermudah dengan
adanya fakor-faktor seperti kedinginan dan malnutrisi. Suatu laporan penelitian
menyebutkan bahwa dengan adanya suatu serangan infeksi virus pada saluran
nafas dapat menimbulkan gangguan gizi akut pada bayi dan anak (Hariani, dkk,
2014).
Dampak infeksi sekunder bakteripun bisa menyerang saluran nafas bawah,
sehingga bakteri-bakteri yang biasanya hanya ditemukan dalam saluran
pernafasan atas, sesudah terjadinya infeksi virus, dapat menginfeksi paru-paru
sehingga menyebabkan pneumonia bakteri (Kusumawati, 2010).
Penanganan penyakit saluran pernafasan pada anak harus diperhatikan
aspek imunologis saluran nafas terutama dalam hal bahwa sistem imun di
saluran nafas yang sebagian besar terdiri dari mukosa, tidak sama dengan
sistem imun sistemik pada umumnya. Sistem imun saluran nafas yang terdiri
dari folikel dan jaringan limfoid yang tersebar, merupakan ciri khas system
imun mukosa. Ciri khas berikutnya adalah bahwa IgA memegang peranan pada
saluran nafas atas sedangkan IgG pada saluran nafas bawah. Diketahui pula
3

bahwa sekretori IgA (sIgA) sangat berperan dalam mempertahankan integritas


mukosa saluran nafas (Hariani, dkk, 2014).
Dari uraian diatas, perjalanan klinis penyakit ISPA ini dapat dibagi menjadi
empat tahap, yaitu (1) Tahap patogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita
belum menunjukkan reaksi apa-apa. (2) Tahap dini penyakit, dimulai dari
munculnya gejala penyakit. Timbul gejala demam dan batuk.(3) Tahap
inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah
rendah. (4) Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit.
Timbul gejala demam dan batuk.(5) Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi
empat, yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh dengan ateletaksis, menjadi
kronis dan dapat meninggal akibat pneumonia (Kusumawati, 2010).

1.1.3 Manifestasi Klinis Ispa


Penyakit ini biasanya dimanifestasikan dalam bentuk adanya demam,
adanya obstruksi hidung dengan sekret yang encer sampai dengan membuntu
saluran pernafasan, bayi menjadi gelisah dan susah atau bahkan sama sekali
tidak mau minum (Firdausia, 2013).
Adapun tanda dan gejala yang sering muncul, antara lain :
1. Demam, pada neonatus mungkin jarang terjadi tetapi gejala demam muncul
jika anak sudah mencaapai usia 6 bulan sampai dengan 3 tahun. Seringkali
demam muncul sebagai tanda pertama terjadinya infeksi. Suhu tubuh bisa
mencapai 39,5OC-40,5OC.
2. Meningismus, adalah tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada
meningens, biasanya terjadi selama periodik bayi mengalami panas,
gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan nyeri pada punggung serta kuduk,
terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
3. Anorexia, biasa terjadi pada semua bayi yang mengalami sakit. Bayi akan
menjadi susah minum dan bhkan tidak mau minum.
4. Vomiting, biasanya muncul dalam periode sesaat tetapi juga bisa selama
bayi tersebut mengalami sakit.
4

5. Diare (mild transient diare), seringkali terjadi mengiringi infeksi saluran


pernafasan akibat infeksi virus.
6. Abdominal pain, nyeri pada abdomen mungkin disebabkan karena adanya
lymphadenitis mesenteric.
7. Sumbatan pada jalan nafas/ Nasal, pada saluran nafas yang sempit akan
lebih mudah tersumbat oleh karena banyaknya sekret.
8. Batuk, merupakan tanda umum dari tejadinya infeksi saluran pernafasan,
mungkin tanda ini merupakan tanda akut dari terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
9. Suara nafas, biasa terdapat wheezing, stridor, crackless, dan tidak
terdapatnya suara pernafasan (Kusumawati, 2010).

1.1.4 Patofisiologi Ispa


Perjalanan klinis penyakit ISPA dimulai dengan berinteraksinya virus dengan
tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernafasan menyebabkan
silia yang terdapat pada permukaan saluran nafas bergerak ke atas mendorong
virus ke arah pharing atau dengan suatu tangkapan refleks spasmus oleh laring.
Jika refleks tersebut gagal maka virus merusak lapisan epitel dan lapisan
mukosa saluran pernafasan. Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut
menyebabkan timbulnya batuk kering. Kerusakan stuktur lapisan dinding
saluran pernafasan menyebabkan kenaikan aktifitas kelenjar mukus yang
banyak terdapat pada dinding saluran nafas, sehingga terjadi pengeluaran
cairan mukosa yang melebihi noramal. Rangsangan cairan yang berlebihan
tersebut menimbulkan gejala batuk (Kusumawati, 2010).
Adanya infeksi virus merupakan predisposisi terjadinya infeksi sekunder
bakteri. Akibat infeksi virus tersebut terjadi kerusakan mekanisme mukosiliaris
yang merupakan mekanisme perlindungan pada saluran pernafasan terhadap
infeksi bakteri sehingga memudahkan bakteri-bakteri patogen yang terdapat
pada saluran pernafasan atas seperti streptococcus pneumonia, haemophylus
influenza dan staphylococcus menyerang mukosa yang rusak tersebut
(Kusumawati, 2010).
Bakteri virus dan jamur terhisap masuk kesaluran pernafasan kemudian menempel pada hidung
5

Bakteri,virus,dan jamur
WOC
ISPA

B2 ( Blood ) B3 ( Brain ) B5 ( Bowel )


B4 blader
B1 (Breath) B6 ( Bone)
Menginvasi sel \dehidrasi
Invasi kuman Aktivasi sistem imun Penumpukan sekresi mukus pada jalan
Menginvasi sel

Merangsang tubuh untuk mengeluarka zat pirogen Sel mengirimkan sinyal


Kehilangan cairan intraseluler
Limpadepati regional
Suplai jaringan o2 menurun
Respon pertahanan sel

Menyumbat makanan
Volume sirkulasi menurun
Aktivasi sistem Penurunan metabolisme sel
imun
Produksi mukus meningkat
hipotalamus
disfagia MK:
Retensi
intoleransi aktivitas akttivitas
MK:hipertermi mukus MK:defisit volume cairan
Kongesti pd hidung

Rasa penuh dengan kongesti MK: gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

MK: nyeri akut


MK: pola napas tidak
efektif
6

1.1.5 Komplikasi
Penyakit ini sebenarnya merupakan self limited disease, yang sembuh
sendiri 5 sampai 6 hari, jika tidak terjadi invasi kuman lain. Tetapi penyakit
ISPA yang tidak mendapatkan pengobatan dan perawatan yang baik dapat
menimbulkan komplikasi seperti: Kejang demam, sinusitis,radang paru
paranasal, penutupan tuba eustachi, empiema, meningitis dan bronco
pneumonia serta berlanjut pada kematian karena adanya sepsis yang menular
(Ngastiyah, 2005).

1.1.6 Pemeriksaan Penunjang


Dalam Marilyn Dongoes (2001), pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada penderita ISPA antara lain :
1) X – Ray pada sinus : Mengkonfirmasi diagnosa sinusitis dan
mengindentifikasi masalah – masalah struktur, malformasi rahang.
2) CT – Scan sinus : Mendeteksi adanya infeksi pada daerah sfenoidal dan
etmoidal.
3) Darah Lengkap : Mendeteksi adanya tanda – tanda infeksi dan anemi
(Serviyanti, 2013).
4) Pemeriksaan kultur/ biakan kuman (swab); hasil yang didapatkan adalah
biakan kuman (+) sesuai dengan jenis kuman,
5) Pemeriksaan hitung darah (deferential count); laju endap darah meningkat
disertai dengan adanya leukositosis dan bisa juga disertai dengan adanya
thrombositopenia dan,
6) Pemeriksaan foto thoraks jika diperlukan (Suryadi, Yuliani R, 2001)

1.1.7 Penatalaksanaan Ispa


Untuk batuk pilek tanpa komplikasi diberikan pengobatan simtomatis,
misalnya ekspektoransia untuk mengatasi batuk, sedatif untuk menenangkan
pasien, dan anti peiretik untuk menurunkan demam. Obstruksi hidung pada
bayi sangat sukar diobati. Penghisapan lendir hidung tidak efektif dan sering
menimbulkan bahaya. Cara yang paling mudah untuk pengeluaran sekret
adalah dengan membaringkan bay i tengkurap. Pada anak besar dapat
7

diberikan tetes hidung larutan efedrin 1 %, bila ada infeksi sekunder


hendaknya diberikan antibiotik. Batuk yang produktif (pada bronkoinfeksi dan
trakeitis) tidak boleh diberikan antitusif, misalnya : kodein, karena
menyebabkan depresi pusat batuk dan pusat muntah, penumpukan sekret
hingga dapat meyebabkan bronkopneumonia. Selain pengobatan tersebut,
terutama yang kronik, dapat diberikan pengobatan dengan penyinaran
(Firdausia, 2013).
a. Prinsip perawatan ISPA antara lain :
1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari
2) Meningkatkan makanan bergizi
3) Bila demam beri kompres dan banyak minum
4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan
sapu tangan yang bersih
5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak
terlalu ketat.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak
tersebut masih menetek
7) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan kompres, memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
8) Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan
tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap
atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

1.2 Manajemen Asuhan Keperawatan Pasien dengan Ispa


1.2.1 Pengkajian
Pengkajian menurut Nursalam (2008) meliputi:
1.2.1.1 Identitas
Biodata klien terdiri atas Nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan,
suku/bangsa, alamat, agama.Biodata penanggung jawab terdiri atas Nama, jenis
8

kelamin, umur, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, agama, dan hubungan dengan


klien.
1.2.1.2 Riwayat Keperawatan
1. Keluhan Utama
Keluhan utama pada Ispa pada umumnya suhu badan klien meningkat diatas
38˚C dan sesak napas.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat penyakit sekarang dikembangkan dari keluhan utama dengan
PQRST. P(Paliative) yaitu faktor yang memperberat dan meringankan
keluhan utama dari sesak, apa yang dapat memperberat/meringankankeluhan
utama seperti sesak pada penderita Ispa. Aktivitas apa yang dapat yang
dilakukan saat gejala pertama dirasakan, apa ada hubungan dengan aktivitas.
Q (Quantity) seberapa berat gangguan yang dirasakan klien, bagaimana
gejala yang dirasakan, pada saat dikaji apa gejala ini lebih berat atau lebih
ringan dari yang sebelumnya. R (Regio) dimana tempat terjadinya gangguan,
apakah mengalami penyebaran atau tidak.S(Skala) seberapa berat sesak yang
diderita klien. (Timing) kapan keluhan mulai dirasakan, apakah keluhan
terjadi mendadak atau bertahap, Seberapa lama keluhan berlangsung ketika
kambuh.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada keluarga yang terserang Ispa.
1.2.1.3 Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breating), Inspeksi didapatkan pernafasan cepat, klien sesak nafas,
menggunakan otot bantu nafas. Ada sianosis pada bibir dan dasar kuku,
warna kulit agak pucat, ada pernapasan cuping hidung dan retraksi dada.
Palpasi terdapat taktil fremitus meningkat, gerakan dada tidak simetris.
Perkusi terdapat pekak pada area paru. Sedangkan Auskultasi ditemukan
bunyi nafas ronkhi (+).
2. B2 (Blood), pada pasien dengan Ispa pengkajian yang didapat meliputi
inspeksi yaitu didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, palpasi
didapatkan denyut nadi perifer melemah, perkusididapatkan bahwa batas
9

jantung tidak mengalami pergeseran sedangkan auskultasi terdapat tekanan


darah biasanya normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan.
3. B3 (Brain), pasien dengan Ispa yang berat sering terjadi penurunan
kesadaran, didapatkan sianosis perifer apabila gangguan perfusi berat. Pada
pengkajian objektif, wajah pasien tampak meringis, menangis, merintih,
mengerang, dan menggeliat.
4. B4 (Bladder), pengukuran volume urine berhubungan dengan intake cairan.
Oleh karena itu, perawat perlu memonitor adanya oliguria, karena hal tersebut
tanda awal dari syok.
5. B5 (Bowel), pasien biasanya mengalami mual, muntah, penurunan nafsu
makan, dan penurunan berat badan.
6. B6 (Bone), kelemahan dan keletihan fisik secara umum sering menyebabkan
ketergantungan pasien terhadap bantuan orang lain dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang muncul pada anak dengan kasus Ispa berdasarkan rumusan
diagnosa keperawatan (SDKI, 2017) yaitu:
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001, hal 18)
2. Gangguan pertukaran gas (D.0003, hal 22)
3. Gangguan keseimbangan suhu tubuh (D.0130, hal 284)
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (D.0019, hal 56)
5. Intoleransi aktivitas (D.0056, hal 128)

1.2.3 Intervensi
1.2.3.1 Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tujuan:
1. Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas.
2. Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan
sekret. Hasil yang diharapkan:
1. Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/jelas.
10

2. Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas.


Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi:
1. Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
2. Posisikan semi fowler atau fowler
3. Ajarkan teknik batuk efektif
4. Kolaborasi pemberian bronkodilator
1.2.3.2 Gangguan pertukaran gas
Tujuan:
Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang
normal dan tidak ada distres pernafasan.
Kriteria hasil:
1. Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan.
2. Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi.
Intervensi:
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya nafas
2. Atur interval pemantaian respirasi sesuai kondisi klien
3. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
1.2.3.3 Gangguan keseimbangan suhu tubuh
Tujuan:
Termoregulasi membaik.
Kriteria hasil:
1. Suhu tubuh dalam rentang normal
2. Nadi RR dalam rentang normal
3. Tidak ada perubahan warna kulit
Intervensi:
1. Monitor suhu tubuh
2. Sediakan lingkunga yng dingin
3. Anjurkan tirah baring
4. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
1.2.3.4 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Tujuan:
11

1. Menunjukkan peningkatan nafsu makan.


2. Mempertahankan/meningkatkan berat badan.
Intervensi:
1. Identifikasi status nutrisi
2. Sajikan makanaan secaraa menarik dan suhu yang sesuai
3. Anjurkan posisi duduk, jika mampu
4. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrien yang dibutuhkan
1.2.3.5 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan:
Menunjukkan toleransi terhadap aktivitas.
Kriteria Hasil:
1. Tidak adanya dispnoe.
2. Tidak adanya kelemahan.
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal.
Intervensi:
1. Monitor kelemahan fisik dan emosional
2. Sediakan lingkungan nyaman dan reendah stimulus
3. Anjurkan tirah baring
4. Kolaborassi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan
makanan.

1.2.4 Implementasi
Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang
telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan
perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi
prioritas perawatan, memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap
intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksanaan perawatan
(Suriyadi, 2019).
12

1.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana tahap
keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan akan intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine,
2013).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Ispa adalah:
1. Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas.
2. Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret.
3. Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang
normal dan tidak ada distres pernafasan.
4. Menunjukkan toleransi terhadap aktivitas.
5. Menunjukkan peningkatan nafsu makan.
6. Mempertahankan/meningkatkan berat badan.
18

BAB 2
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Pengkajian
2.1.1 Anamnesa
Pengkajian dilakukan pada tanggal 03 Januari 2022 pukul 09.00 WIB
dengan data sebagai berikut:
2.1.1.1 Identitas pasien
Nama Klien : An. D
TTL : Palangka Raya, 20 Mei 2019
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Suku : Dayak/Indonesia
Pendidikan : Belum Sekolah
Alamat : Jl. Meranti
Diagnosa medis : Ispa ( Infeksi Saluran Pernafasan)
2.1.1.2 Identitas penanggung jawab
Nama Klien : Ny. I
TTL : Basarang, 07 Juni 1991
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Suku : Dayak
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Jl. Meranti
Hubungan keluarga : Ibu pasien
2.1.2.3 Keluhan utama
Keluhan utama yaitu ibu pasien mengatakan anaknya batuk pilek sejak 2 hari
yang lalu.
2.1.2.4 Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang
Ibu pasien mengatakan pada tanggal 15 Januari 2022, anaknya mulai batuk
pilek dan demam, kemudian ibu pasien memberikan Sanmol sirup, dalam
waktu 2 hari deman An. D sudah berkurang tetapi masih rewel karena batuk
pileknya tidak kunjung membaik. Pada tanggal 17 Januari
19

2022, ibu pasien membawa anaknya ke Puskesmas Panarung dan


mendapatkan pengobatan.
2. Riwayat kesehatan lalu
Riwayat prenatal yaitu selama hamil, ibu pasien sehat. Riwayat natal yaitu
usia kehamilan 36 minggu dengan persalinan normal. Riwayat postnatal yaitu
setelah dilahirkan An. D langsung menangis dengan BB 3,1kg. An. D Tidak
ada riwayat penyakit sebelumnya.
Pengkajian tentang Imunisasi yaitu An. D memperoleh imunisasi BCG pada
usia 1 bulan, DPT dan Polio pada usis 2,3,4 bulan. An. D belum memperoleh
imunisasi Campak, Hepatitis dan TT.
3. Riwayat kesehatan keluarga
Ibu pasien mengatakan dalam keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang
parah.
4. Susunan genogram 3 (tiga) generasi

Keterangan :
: laki-laki
: perempuan
: pasien
: tinggal serumah

2.1.3 Pemeriksaan fisik


2.1.3.1 Keadaan umum
Pasien terlihat sakit sedang, pasien terlihat lemah dan gelisah,Tanda vital
20

TTV An. D diperoleh hasil Nadi 120 x/mnt, Suhu 37,0˚C dan Respirasi
26x/mnt
2.1.3.2 Kepala dan wajah
Pengkajian kepala dan wajah An. D diperoleh ubun-ubun dalam keadaan
cembung, rambut tidak rontok, tidak mudah dicabut dan tidak kusam. Keadaan
kulit kepala kering, tidak ada peradangan/benjolan. Pengkajian pada mata
diperoleh bentuk mata simetris, conjungtiva normal, sklera normal, reflek pupil
normal, tidak ada oedem palpebral dan dapat melihat dengan jelas. Pengkajian
telinga diperoleh bentuk telinga simetris, tidak ada serumen, tidak ada peradangan
dan dapat mendengar dengan jelas. Pengkajian pada hidung diperoleh bentuk
hidung simetris, ada secret, tidak ada pasase udara dan fungsi penciuman
baik.pengkajian pada mulut diperoleh tidak terdapat intak, tidak terdapat stenosis,
keadaan bibir kering. Pengkajian pada gigi diperoleh tidak ada caries gigi dan gigi
belum tumbuh.
2.1.3.3 Leher dan Tenggorokan
Pengkajian leher dan tenggorokan An. D diperoleh bentuk simetris, reflek
menelan baik, tidak ada pembesaran tonsil, tidak ada pembesaran vena jugularis,
tidak ada benjolan dan peradangan.
2.1.3.4 Dada
Pengkajian dada An. D diperoleh bentuk dada simetris, tidak ada retraksi
dada, bunyi nafas vesikuler, tipe pernafasan dada dan perut, bunyi jantung S1 S2
tunggal, iktus cordis norma, ada ronchi basah dibagian paru kanan, tidak ada nyeri
dada dan menggunakan otot bantu pernafasan.
2.1.3.5 Punggung
Pengkajian pada punggung An. D diperoleh bentuk punggung simetris,
tidak ada benjolan dan peradangan.
2.1.3.6 Abdomen
Pengkajian abdomen An. D diperoleh bentuk simetris, bising usus
10x/menit, tidak ada asites, tidak ada hepatomegaly, tidak ada spenomegali.
21

2.1.3.7 Ekstremitas
Pengkajian ekstremitas An. D diperoleh pergerakan/tonus otot atas 4
bawah 5, tidak ada oedeem, tidak ada sianosis, tidak ada clubbing finger, keadaan
turgor baik.
2.1.3.8 Genetalia
Pengkajian genetalia An. D diperoleh keadaan genetalia bersih, testis
lengkap, tidak ada hipospadia dan tidak ada epispadia.

2.1.4 Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pengkajian riwayat pertumbuhan dan perkembangan An. D diperoleh status
gizi baik dengan BB 10 kg., TB 78 cm. Kemandirian dalam bergaul bayi sudah
bisa menyatakan keinginannya, motorik halus bayi sudah bisa mengambil barang
contohnya mengambil dotnya sendiri, motorik kasar bayi sudah bisa menendang,
kognitif dan bahasa bayi bisa berbicara, psikososial bayi belum menganal cara
berbagi.

2.1.5 Pola Aktifitas sehari-hari


No Pola kebiasaan Sebelum sakit Saat sakit
1 Nutrisi
a. Frekuensi 3-4 kali 3-4 kali
b. Nafsu makan/selera Baik Baik
c. Jenis makanan Bubur cerelac Bubur cerelac
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1x2 sehari 1x3 sehari
Konsistensi lembek lembek
b. BAK
Frekuensi 4-5x sehari 4-5x sehari
Konsistensi Cair Cair
3 Istirahat/tidur
a. Siang/ jam ± 2-4 jam ± 1-2 jam
b. Malam/ jam ± 5-8 jam ± 3-4 jam
4 Personal hygiene
a. Mandi 3x sehari Pasien hanya diseka
b. Oral hygiene 3x sehari 2-3x/hari
22

2.1.6 Penatalaksanaan Medis


NAMA DOSIS/RUTE INDIKASI
NO.
OBAT
1. Paracetamol 1x4mg / PO berfungsi untuk menurunkan deman, dan
sakit kepala
2. Glyceryl 1x4mg /PO Merupakan obat jenis ekspektoran yang
Gualacolate dapat meredakn batuk dan melancarkan
pengeluaran dahak di dalam saluran nafas
3. Cefixime 1x4mg /PO Digunakan untuk pengobatan sejumlah
infeksi bakteri

Palangka Raya, 03 Januari 2022


Mahasiswa,

Mart Heryantino

NIM : 2021-01-14901-042
23

2.1.7Analisis Data
DATA SUBYEKTIF
KEMUNGKINAN
DAN DATA MASALAH
PENYEBAB
OBYEKTIF
DS: Infeksi virus, bakteri Bersihan jalan nafas
Ibu pasien mengatakan tidak efektif
anaknya batuk berdahak Invasi saluran nafas atas
DO:
An.D tampak Kuman berlebih di
batuk berdahak bronkus
An.D tampak lemas
Terdapat secret Proses peradangan
Terdengar suara nafas
tambahan ronchi Akumulasi secret di
basah bronkus
Dahak warna putih
kental Bersihan jalan nafas tidak
N : 120 efektif
x/m S : 37

RR : 26 x/m

DS: Infeksi virus, bakteri Gangguan pola tidur


Ibu pasien mengatakan
anaknya susah tidur Akumulasi secret di
karena sering batuk bronkus
DO:
An. E tampak batuk Batuk
berdahak
An.E tampak susah Pola tidur terganggu
tidur
An.E tampak gelisah Gangguan pola tidur
Jam tidur setelah sakit
Siang ± 1-2 jam
Malam ± 3-4 jam
N : 120
x/m S : 37

RR : 27 x/m
24

2.1.8 Prioritas Masalah

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi secret


pada bronkus ditandai dengan:
An. D tampak batuk
berdahak An.D tampak
lemas
Terdapat secret
Terdengar suara nafas tambahan ronchi
basah An.D menggunakan otot bantu nafas
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan batuk ditandai
dengan: An.D tampak batuk berdahak
An.D tampak susah
tidur An.D tampak
gelisah Jam tidur
setelah sakit Siang ±
1-2 jam
Malam ± 3-4 jam

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi


ditandai dengan:

Ibu An.D tampak tidak mengetahui tentang penyakit


anaknya Ibu An.D bertanya tentang penyakit anaknya
26

2.1.9 Rencana Keperawatan

Nama Pasien : An.D


Ruang Rawat : Ruangan Poli Anak
Diagnosa Keperawatan Tujuan (Kriteria hasil) Intervensi
Bersihan jalan nafas tidak efektif Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Monitor pola napas ( frekuensi, kedalaman,
berhubungan dengan akumulasi secret selama 1x24 jam diharapkan jalan usaha nafas
pada bronkus ditandai dengan, An. D nafas efektif dengan kriteria hasil: 2. Monitor bunyi napas tambahan
tampak batuk berdahak, An.D tampak 1. Produksi spurtum menurun 3. Monitor sputum ( jumlah warna, aroma)
lemas, Terdapat secret, Terdengar suara 2. Suara nafas normal, tidak ada suara 4. Posisikan semifowler atau fowler
nafas tambahan ronchi basah, An.D nafas tambahan 5. Berikan minuman hangat
menggunakan otot bantu nafas 3. Menunjukkan jalan nafas normal 6. Ajarkan tehnik batuk efektif kepada orang tua
pasien
7. Kolaborasi pemberian bronkodilator,
ekspektoran mukolitik , jika perlu
Gangguan pola tidur berhubungan Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
dengan batuk di tandai dengan, An. D selama 1x24 jam diharapkan 2. Identifikasi faktor pengganggu tidur ( fisik
tampak batuk berdaha, An.D tampak keadekuatan kualitas dan kuantitas dan / atau psikologis
susah tidur, An.D tampak gelisah,Jam tidur dengan kriteria hasil: 3. Modifikasi lingkungan ,pencahayaan
tidur setelah sakit 1. Kesulitan tidur menurun lingkungan, kebisingan
Siang ± 1-2 jam 2. Pola tidur meningkat 4. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
Malam ± 3-4 jam 3. Istirahat tidak cukup menurun kenyamanan , pijat, pengaturan posisi suhu
5. Menjelaskan kepada orang tua tidur selama
sakit
6. Anjurkan kepada orang tua menepati kebiasaan
anaknya waktu tidur
27

2.1.10 Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


Nama Pasien : An.A
Ruang Rawat : Ruangan Poli Anak
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 17 Januari Diagnosa 1 S: Orang tua tua pasien mengatakan batuk anaknya
2022 09.00 WIB 1. Memonitor pola napas (frekuensi, kedalaman, udah mulai berkurang
usaha nafas )
2. Memonitor bunyi napas tambahan O:
3. Memonitor sputum ( jumlah warna, aroma) An.D tampak batuk berdahak Mart
4. Memposisikan semifowler atau fowler An.D tampak lemas Heryantino
5. Memerikan minuman hangat Terdapat secret kental berwarna puti
6. Mengajarkan tehnik batuk efektif kepada orang Terdengar suara nafas tambahan ronchi
tua pasien basah diparu kanan
7. Berkolaborasi pemberian bronkodilator, Minuman hangat sudah diberikan orang
ekspektoran mukolitik , jika perlu tuanya
An.D menggunakan otot bantu nafas
Sudah diberikan nebulizer combivent 1/3

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3,4,5,6 dan 7


28

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Nama Pasien : An.A


Ruang Rawat : Ruangan Poli Anak
Tanda tangan
Hari/Tanggal
Implementasi Evaluasi (SOAP) dan
Jam
Nama Perawat
Senin, 17 Januari Diagnosa 2 S: Orang tua mengatakan anaknya sudah mulai bisa
2022, 09.00 WIB 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan tidur tidur malam hari
2. Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur ( O:
fisik dan / atau psikologis An.D tampak batuk berdahak
3. Memodifikasi lingkungan , pencahayaan An.D tampak susah tidur Mart
lingkungan, kebisingan Lingkungan sudah dimodifikasi dengan cara Heryantino
4. Memakukan prosedur untuk meningkatkan membersihkannya
kenyamanan , pijat, pengaturan posisi suhu An.D tampak gelisah
5. Menjelaskan kepada orang tua tidur selama Jam tidur setelah sakit
sakit Siang ± 1-2 jam
6. Menganjurkan kepada orang tua menepati Malam ± 3-4 jam
kebiasaan anaknya waktu tidur
A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan intervensi 1,2,3 ,4,5 dan 6


DAFTAR PUSTAKA

Firdausia, A. 2013. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pekerjaan Ibu Dengan


Perilaku Pencegahan ISPA Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gang
Sehat Pontianak. Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Tanjungpura Pontianak.
Hariani, dkk. 2014. Hubungan Status Imunisasi, Status Gizi, Dan Asap Rokok
Dengan Kejadian ISPA Pada Anak Dipuskesmas Segeri Pangkep. Jurnal
ilmiah kesehatan Diagnosis Volume 5 Nomor 5 Tahun 2014 ISSN : 2302-
1721. Poltekkes Kemenkes Makassar dan STIKES Nani Hasanuddin
Makassar.
Kusumawati, 2010. Hubungan Antara Status Merokok Anggota Keluarga Dengan
Lama Pengobatan ISPA Balita Di Kecamatan Jenawi. Program Pasca
Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Maramis, dkk. 2013. Hubungan Tingkat Pendidikan Dan Pengetahuan Ibu
Tentang ISPA Dengan Kemampuan Ibu Merawat Balita ISPA Pada Balita
Di Puskesmas Bahu Kota Manado. ejournal keperawatan (e-Kp) Volume 1.
Nomor 1. Agustus 2013.
Serviyanti, 2013. Pola Bakteri Dari Sputum Penderita Infeksi Saluran
Pernapasan Di Puskesmas Bahu. Bagian Mikrobiologi Universitas Sam
Ratulangi Manado.

PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI):


Definisi danKreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia(SDKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia(SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesi.
LAMPIRAN:

SATUAN ACARA PENYULUHAN PENDIDIKAN KESEHATAN


TENTANG BATUK EFEKTIF PADA BALITA DIRUANG POLI GIZI DAN
IMUNISASI PUSKESMAS PANARUNG
PALANGKA RAYA

Di Susun Oleh :

Mart Heryantino
(2021-01-14901-042)

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA


RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN PRODI NERS ANGKATAN
IX
TAHUN AJARAN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN

A. Topik : GIZI SEIMBANG PADA BALITA


B. Sasaran
1. Program : Pada balita
Penyuluhan : INFORMASI MENGENAI TEKNIK BATUK EFEKTIF BAGI PASIEN
INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) DI RUANG POLI ANAK PUSKESMAS
PANARUNG PALANGKA RAYA
C.Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan Keluarga Pasien di Ruangan poli anak dapat
melakukan Untuk mengetahui pengertian dari batuk efektif ,Untuk mengetahui
karakteristik pada balita, Untuk mengetahui cara melakukan Teknik batuk efektif.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus penyuluhan sebagai berikut :
a. Mampu memahami pengertian
b. Mampu memahami tujuan
c. Mampu mengerti prinsip
d. Mampu mengerti macam-macam
C. Materi : Batuk Efektif
D. Metode :Ceramah dan tanya jawab
E. Media : Leaflet
F. Waktu Pelaksanaan
1. Hari, Tanggal : Juma’t, 14 Januari 2022
2. Pukul : 14.00– selesai
3. AlokasiWaktu : 15 – 20 menit
No Kegiatan Waktu Metode
1 Pembukaan, Perkenalan, 3Menit Secara langsung
Menyampaikan Kontrak (Tujuan,
Materi dan Waktu)
2 MenyampaikanMateri Penyuluhan 10 Menit Penyampaian materi

3 Tanya Jawab 5 Menit Secara langsung


4 Evaluasi 3 Menit Secara langsung
5 Penutup 2 Menit Secara langsung

G. Tugas Pengorganisasian
Moderator : Mart Heryantino
1. Membuka acara penyuluhan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan dan topik yang akan disampaikan
4. Menjelaskan kontrak dan waktu presentasi
5. Mengatur jalannya diskusi
Leader : Mart Heryantino
1. Menyampaikan materi penyuluhan
2. Mengevaluasi materi yang telah disampaikan
3. Mengucapkan salam penutup
Fasilitator : Mart Heryantino
1. Memotivasi peserta untuk berperan aktif selama jalannya kegaiatan
2. Memfasilitasi pelaksananan kegiatan dari awal sampai dengan akhir
3. Membuat dan megedarkan absen peserta penyuluhan
H. TEMPAT
Setting Tempat :

Keterangan:

:Leader dann Moderator

:Pasien
I. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Peserta hadir di tempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan dipoli anak
c. Pengorganisasian penyelenggaraan di lakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Peserta antusiasi terhadap materi penyuluhan tentang aktivitas
b. Peserta tidak meninggalkan tempat penyuluhan
c. Peserta menjawab pertanyaan secara benar tentang materi penyuluhan
3. Evaluasi Hasil
a. Peserta sudah mengerti dan memahami tentang batuk efektif
b. Peserta hadir dalam penyuluhan
ISIOTERAPI DADA DAN BATUK EFEKTIF
PENGERTIAN FISIOTERAPI DADA
Fisioterapi dada merupakan salah satu tindakan untuk membantu mengeluarkan dahak di paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Tujuan fisioterapi dada
Untuk mencegah terkumpulnya dahak dalam saluran nafas
Mempercepat pengeluaran dahak sehingga tidak terjadi atelectasis
OLEH:
Memudahkan pengeluaran dahak
Mart Heryantino
(2021-01-14901-042)
PENGERTIAN BATUK EFEKTIF

Batuk efektif merupakan suatu metode batuk dengan benar dimana energi dapat dihemat sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal.

GKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI PROFESI NERS TAHUN 2022
Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic laboratorium
Mengurangi sesak nafas akibat penumpukan dahak
Memfasilitas pembersihan saluran napas

Alat dan Bahan


Tissue/sapu tangan
Wadah tertutup berisi cairan desinfektan (air sabun / detergen)
Gelas berisi air hangat
Kontraindikasi
Cara Mempersiapkan Tempat Untuk Membuang Dahakbatuk efektif
Isi cairan sebanyak 1/3 kaleng Teknik batuk efektif tidak bisa dilakukan pada pasien yang mengalami hemaptoe (batuk bercampur darah) k
Buang dahak ke tempat tersebut
Bersihkan kaleng tiap 2 atau 3 kali sehari.
Buang isi kaleng bila berisi pasir : kubur dibawah tanah
Bila berisi air desinfektan : buang di lubang WC, siram
Bersihkan kaleng dengan sabun
Teknik Batuk Efektif
Anjurkan untuk minum air hangat (agar mudah dalam pengeluaran dahak)
Tarik nafas dalam 4-5 kali
Pada tarikan selanjutnya nafas ditahan selama 1-2 detik
Angkatbahudandadadilonggarkan serta batukkan dengan kuat dan spontan
Keluarkandahakdenganbunyi
“ha..ha..ha” atau “huf..huf..huf” lakukan
Indikasi batuk efektif
Batukefektif

untu saluran
mengeluarkansputum(sekret)
pernafasan, meningkatkan ekspansi paru dan memobilisasi sekresi serta mencegah efek samping dari retensi sekresi sehingga pasien akan merasa lebih nyaman saa
½ buah jeruk nipis diperas kemudian campurkan dengan 1 sendok makan dan aduk sampai rata kemudian diminum
1 buah jeruk nipis dipanggang sebentar, kemudian diperas dan dicampurkan sedikit garam kemudian diminum
STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP)
KETERAMPILAN PRAKTIK LABORATORIUM
(Prosedur Operasional Tetap)

Judul SOP : Napas Dalam dan Batuk Efektif


No. Dokumen :
No. Revisi :
Tanggal Mulai Berlaku :
Halaman : 4 (Empat)

Otorisasi
Disusun oleh: Diperiksa oleh: Disahkan oleh:
Ketua STIKes Eka Harap,

Mart Heryantino Ayu Puspita, Ners, M.Kep. Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes.

1. Definisi
Batuk efektik merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana klien dapat menghemat
energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara maksimal
2. Tujuan
1) Membebaskan jalan nafas dari akumulasi secret
2) Mengurangi sesak nafas akibat akumalasi secret
3) Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostic laborat
3. Ruang Lingkup
Semua pasien yang akan dilakukan pemeriksaan laboratorium
4. Kriteria Pencapaian
Mahasiswa mampu melakukan tindakan keterampilan latihan napas dalam dan batuk efektif
5. Standar Tenaga
Perawat, Bidan, dokter
6. Standar Alat dan Bahan
1) Sarana Medis
a. Bengkok besar 1
b. Spuntum pot berisi larutan disinfektan 0,5% (larutan Klorin)
c. Sarung tangan bersih
d. Skot atau celemek (jika diperlukan)
e. Masker (jika di perlukan)
2) Sarana non Medis
a. Troli/baki dengan alas 1 buah
b. Tempat tidur (dengan bantal, seprei, perlak, stik laken, selimut, masing-masing 1 buah)
dengan standart minimal (tinggi 80 cm, lebar 90 cm, panjang 2 m) atau kursi
c. Handuk kecil 1 buah
d. Perlak/pengalas 1 buah
e. Gelas beirisi air hangat 1 buah
f. Sedotan 1 buah
g. Bantal besar 1 buah
h. Selimut klien 1 buah
i. Tempat sampah 3 buah (sampah medis, sampah non medis)
j. Alat tulis: buku 1 buah, pulpen 1 buah.
7. SOP Terkait
1) SOP Mencuci Tangan
2) SOP Memasang Sarung Tangan
3) SOP Melepas Sarung Tangan
8. Prosedur Tetap
1) Menyapa pasien dan keluarga
2) Menjelaskan prosedur pada pasien dan keluarga
3) Memeriksa kelengkapan alat yang akan digunakan
4) Mencuci tangan
5) Menjaga Privasi Klien
6) Menyiapkan pasien dan Membantu posisi Semifowler
7) Menginformasikan bahwa tindakan nafas dalam dan batuk efektik akan dimulai
8) Meletakkan perlak dan pengalas di bagian dada klien
9) Memperagakan cara mengengluarkan dahak
10) Menginformasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
11) Merapikan Klien
12) Melepas sarung tangan
13) Mencuci tangan
14) Mendokumentasikan dalam catatan perawatan

9. Prosedur Operasional Tetap (Standard Operasional Prosedure/SOP)


No Kegiatan / Tindakan
1 Menyapa pasien dan keluarga
a. Menyapa pasien dengan suara lembut dan ramah sambil menatap mata klien
b. Mengucapkan salam (Selamat pagi / siang / sore / malam)
c. Memperkenalkan diri pemeriksa : (nama saya…….saya yang bertugas pada hari ini untuk merawat
Bapak/Ibu)
d. Menanyakan Dengan Sopan Dan Ramah Tentang Identitas Pasien (Maaf nama ibu atau bapak siapa?,
Alamat ibu dimana?)
e. Menanyakan keadaan pasien saat ini, keluhan yang di rasakan : (Bagaimana kabarnya ? apa keluhan yang
dirasakan saat ini?
2 Menjelaskan prosedur pada pasien dan keluarga
a. Memberitahuakan tujuan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan Bapak/ibu saya
Memberitahukan pada ibu prosedur apa yang akan kita lakukan
a) Menanyakan keadaan pasien saat ini, keluhan yang di rasakan?
b) Memberitahukan porsedur yang akan dilakukan (ibu/bapak berhubung batuk bapak/ibu masih…….,
bagaimana kalo ibu/bapak saya berikan latihan batuk supaya……
c) Meminta persetujuan dari klien
d) Bagaimana bapak / ibu Setuju atau tidak…… kemudian jika setuju
e) Memberitahukan cara latihan batuk efektif seperti apa
a. Ibu/bapak Nanti akan saya bimbing….pertama tarik nafas dalam,tunggu 2 detik kemudian batukan 2 atau
3 kali…seperti itu cara nya ibu bagaimana apakah anda bersedia jika pasien bersedia lakukan tindakan?
3 Memeriksa kelengkapan alat yang akan digunakan
a. Memastikan semua peralatan tersedia dengan lengkap. Petugas memeriksa kembali peralatan yang akan di
bawa ke ruangan pasien, dengan mengecak satu persatu peralatan yang akan dibawa di troli. troli atas
berisi sarung tanggan, tisu,air minum, sedotan dan alat tulis,gelas. Troli ke dua berisi skot, masker,
selimut pasien,perlak/pengalas,bantal besar, handuk kecil,. Troli ke tiga berisi larutan disinfektan, dan
bengkok.
b. Mendekatkan alat disamping tempat tidur pasien. Dengan cara mendorong peralatan mendekat ke tempat
tidur pasien di sisi kanan petugas sehingga dapat memudahkan petugas dalam memberikan tindakan.
4 Menggunakan Celemek dan Mencuci tangan (lihat SOP)
5 Menjaga Privasi Klien
a. Jaga privasi klien dengan menutup sketsel (korden ) pasang sampiran
b. Buka jendela dan ruangan bersih serta nyaman
6 Menyiapkan pasien dan Membantu pasien untuk posisi semi flower

a. Menjelaskan sebab dilakukan nya tindakan (“Sehubungan ibu / bapak sedang sakit
b. Menjelaskan apa yang akan dilakukan kepada pasien / keluarga
c. Mendekatkan sputum pot dekat klien dan bengkok besar di dekat klien (“maaf ibu/bapak nanti pada saat
dahaknya keluar silahkan di muntahkan ke pot sputum ini?”) dan bengok besar ini untuk membuang tisu
yang habis di pakai.
d. Pasang pengalas (“Ibu permisi…pengalas ini akan saya pasang di atas kasur ibu. Jika ibu tidak mau pindah.
gulung pengalas, kemudian bagian yg di gulung tempelkan pada punggung Ibu saat ibu miring ke kiri ,
anjurkan ibu untuk miring ke kanan, dan lebarkan gulungan selesai melakukan tindakan ucapakan pada ibu
terimakasih atas kerjasama nya.
e. Posisikan klien dengan posisi semi flower ( “ibu/bapak bisa saya bantu untuk duduk dalam posisi setengah
duduk supaya nanti ibu/ bapak bisa nyaman dalam latihan batuk efektifnya…(”jika klien memiliki luka
insisi di dada atau di perut yang dapat menyebabkan nyeri pada saat batuk, anjurkan pada klien untuk
menahan bagian yang sakit tersebut dengan lembut bisa mengunakan tanggan atau bantal saat latihan
batuk”).
f. Dekatkan tisu di dekat klien dengan jarak yang mudah untuk di jangkau. Ibu /bapak permisi “ini tisu jika
nanti ibu membutuhkan nya… setelah di pakai, tisun?ya silahkan di buang ke bengkok besar ini.
Mengatur posisi pasien serileks mungkin dengan posisi terlentang sehingga mempermudah perawat melakukan
tindakan.
7 Memasang sarung tangan (lihat SOP Memasang Sarung Tangan)
8 Menginformasikan bahwa tindakan nafas dalam dan batuk efektik akan dimulai
Bapak/ibu kita mulai kegiatannya ya ........
9 Meletakkan perlak dan pengalas di bagian dada klien
Bapak/ibu….. permisi saya akan meletakan pengalas ini di atas Bapak/Ibu
10 Memperagakan cara mengengluarkan dahak

Ibu atau bapak sebelum itu saya akan memperagakan kembali terlebih dahulu cara batuk yang benar.pertama-
tama kita duduk dalam posisi setengah duduk kemudian tarik napas dalam tahan selama 2 detik atau tiga detik
kemudian jika sudah terasa agak berat condongkan badan dan batukan secara kuat sebanyak 2 kali.
Bagaimana ibu atau bapak sudah mengerti?

a. Anjurkan klien untuk nafas dalam


Jika bantuk spontan tidak terjadi, minta klien untuk menarik nafas melalui hidung secara berlahan dan
tahan 2-3 detik lakukan sampai dengan 2 atau 3 kali, kemudian batukan dengan kuat dan posisi tubuh di
condongkan kearah depan.

Buang secret kedalam sputum yang telah di sediakan. Ibu atau bapak jika nanti pada saat kita melakukan
latihan batuk ini, lendir/ dahak nya tidak keluar nanti kita lakukan sekali lagi ibu..caranya ibu tarik nafas
dalam tahan sekitar 2-3 detik. Jika terasa ada tahanan inggin batuk condongkan badan ibu/bapak batukan
se kuat-kuatnya

b. Lakukan kegiatan tersebut sampai jalan napas bersih, akan tetapi sesuaikan dengan kemampuan pasien.
Berikan tisu untuk membersihkan area mulut yang kotor atau terkena dahak dan buang ke dalam bengkok
yang telah di sediakan. Caranya

Ibu / bapak maaf ini tisu di area mulut ibu ada kotorannya silahkan bekas tisu yang telah di pakai di buang
di bengkok besar ini ibu...

c. Observasi karateristik secret warna Jumlah, kosintensi, bau caranya


Setelah ibu/bapak mengeluarkan dahaknya...angkat secret lihat secara teliti warna nya seperti apa kuning
atau hijau, lendirinya encer atau kental bau nya busuk atau tidak berbau

d. Angkat pengalas.
Ibu / bapak berhubung sudah selesai kegiatanya, maaf ibu/bapak saya ingin mengambil pengalasnya.
Ibu/bapak silahkan rebahan dahulu kenudian anjurkan pasien miring kiri gulung pengalas sampai
mengenahi punggung klien kemudian anjurkan kembali klien miring kanan dan gulung sampai habis
angkat pengalasnya.

Jangan lupa ucapkan terimakasih

e. Anjurkan klien untuk minum caranya


f. Ibu/ bapak apakah tengorokan nya terasa sakit, jika iya silahkan boleh minum air putih sebaiknya agak
hangat-hangat kuku supaya tengorokanya terasa enak dan tidak sakit. Jika px tidak bisa mengambil
sendiri...kita bisa meminta bantuan keluarga. Atau kita sendiri... anjurkan px untuk duduk ambilkan air
putih
11 Menginformasikan kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai
Bapak/ibu...tindakan telah selesai, bagaimana perasaanya setelah kita lakukan tindakan.......?
24 Merapikan pasien
a. Atur kembali posisi klien dalam kondisi yang menurut pasien paling nyaman.
Ibu bapak bisa saya bantu..ibu ingin tidur atau rebahan?

b. Beritahukan pada klien bahwa tindakan tersebut telah selesai, dan beritahu klien bahwa latihan batuk
efektif ini akan di ulangi 2 atau 3 jam sekali.
Ibu/ bapak nanti 2 atau 3 jam sekali, latihan batuk ini kita lakukan...bagaimana ibu...?

c. Menanyakan pada pasien adakah yang ingin ditanyakan mengenai hasil? (* Ibu / bapak dari hasil yang
telah kita lakukan adakah hal yang di tanyakan sehubungan dengan latihan batuk tadi*) ?
d. Menanyakan pada pasien adakah yang perlu dibantu lagi? (*Ibu atau bapak adakah yang bisa saya bantu
lagi…..*)
e. Menanyakan pada pasien evaluasi respon setelah di lakukan tindakan? (*Bagaimana ibu / bapak adakah
keluhan setelah di kakukan tindakan tadi*jika ada berikan intervensi lanjutan….. jika tidak ada….meminta
ijin untuk meninggalkan ruangan.)
f. Meminta ijin untuk meninggalkan ruangan dan menawarkan untuk memangil jika pasien tiba-tiba
memerlukan bantuan ucapkan salam dan semoga lekas sembuh, dengan senyum yang ramah.

25 Melepas sarung tangan (lihat SOP Melepas Sarung Tangan)


a. Membersikan peralatan, membuang sampah dan alat habis pakai pada tempatnya dan mendesinfektan
peralatan dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
b. Melepaskan kedua sarung tangan dan dibuang pada bak sampah medis
26 Mencuci tangan (lihat SOP Mencuci Tangan)
27 Mendokumentasikan dalam catatan perawatan
Mencatat semua hasil pemeriksaan dan tindakan pada pasien yaitu hari/ tanggal pemeriksaan, nama
pasien, umur pasien, alamat pasien,hasil tindakan, dan nama petugas.

Anda mungkin juga menyukai