Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

OLEH:

NI KOMANG AYU CANDRA MONIKA

NIM. P07120320062

KELAS B/ PROFESI NERS

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN KEPERAWATAN

TAHUN 2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganismedi dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran
kemih dapat terjadi baik pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua
jenis kelamin ternyata wanita yang lebih sering menderita infeksi daripada
pria.(Sudoyo Aru,dkk, 2009)
Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi pada wanita. Di karenakan
uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah
kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan
mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin
memiliki akses ke kandung kemih (Sepalanita 2012) dalam (Mawaddah, 2018).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering menyerang pria
maupun wanita dari berbagai usia dengan berbagai tampilan klinis dan episode.
ISK sering menyebabkan morbiditas dan dapat secara signifikan menjadi
mortalitas. Walaupun saluran kemih normalnya bebas dari pertumbuhan bakteri,
bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat menyebabkan terjadinya ISK.
Ketika virulensi meningkat atau pertahanan inang menurun, adanya inokulasi
bakteri dan kolonisasi, maka infeksi pada saluran kemih dapat terjadi.
(Mochtar & Noegroho, 2015)
Menurut Rowe & Juthani (2013) dalam (Irawan & Hilman, 2018) ISK
adalah salah satu infeksi yang paling sering didiagnosis pada anak dan lansia.
Angka kejadian ISK adalah 1:100 pertahun. Insiden ISK meningkat pada anak
menurun pada umur dewasa dan meningkat lagi pada lansia. >10% wanita yang
> 65 tahun melaporkan mengalami ISK dalam 12 tahun terakhir. Jumlah ini
meningkat hampir 30% pada wanita >80 tahun. Menurut Sukandar (2006) ISK
menempati urutan kedua infeksi yang sering menyerang setelah infeksi saluran
pernafasan dengan jumlah 8,3 juta pertahun.
2. Klasifikasi
Menurut Purnomo (2012), (ISK) diklasifikasikan menjadi dua macam
yaitu: ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK (rumit). Istilah ISK
uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa
disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK
complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien
yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya
penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh
antibiotika.
Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan
anatomi dan klinis. Infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan
anatomi, yaitu:
a. Infeksi saluran kemih bawah
Berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Perempuan
Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan
Sindroma uretra akut
2) Laki-laki
Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
b. Infeksi saluran kemih atas
Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Sukandar, 2006).
2) Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil
Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
1) ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
2) ISK berkomplikasi

3. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan
jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK
terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah
Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter.
Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan
Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang dijumpai pada pasien
ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu ISK yaitu
faktor predisposisi (Fauci dkk., 2008).
E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela,
enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk
2013).
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
1) Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci,
dan lain-lain
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran darah
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%
kasus) dan organism enterik garam-negatif lainny merupakan organisme yang
paling sering menyebabkan ISK : kuman-kuman ini biasanya ditemukan di
daerah anus dan perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK antara lain
Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan
Staphylococcus koagulse-negatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya
ISK di masa kanak-kanak

4. Faktor Resiko
Menurut Suharyanto dan Abdul (2009) faktor resiko yang umum pada
penderita ISK adalah :
a. Ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk mengosongkan
isinya secara sempurna
b. Penurunan daya tahan tubuh
c. Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti kateter dan
prosedur sistoskopi

5. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung
kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal. Sejauh ini diketahui bahwa saluran
kemih atau urin bebas dari mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih
terjadi pada saat mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang
biak di dalam media urin (Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK
umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus
vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang
berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah
atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal
(Fitriani, 2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
a. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina,
preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara
ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
1) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
2) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
3) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
4) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal (Israr, 2009).
b. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi
pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih
melalui peredaran darah.
c. Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem
limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang
terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2009)
d. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009)
Struktur saluran kemih bagian bawah diyakini turut meningkatkan insidensi
bakteriuria pada wanita. Uretra yang pendek dengan panjang sekitar 2 cm (¾
inci) pada anak perempuan dan 4 cm (1 ½ inci) pada wanita dewasa
memberikan kemudahanjalan masuk invasi organism. Di samping itu,
penutupan uretra pada akhir mikturisi dapat mengembalikan bakteri
pengontaminasi ke dalam kandung kemih. Uretra laki-laki yang panjang
(sampai sepanjang 20 cm (8 inci) pada pria (dewasa) dan sifat antibakteri
yang di miliki oleh secret prostat akan menghambat masuk serta tumbuhnya
kuman-kuman pathogen
6. Pathway

Pengosongan Kandung Mikroorganisme patogenik


Kemih tidak efektif, ,Bakteri (E.Coli,

Masuk ke saluran
Distensi Kandung
perkemihan
Resistensi terhadap Berkembangbiak
kandung kemih merusak sel saluran
Pertumbuhan bakteri
ISK
Gangguan fungsi
Hospitalisasi
Pembengkakan sumbatan
NYERI AKUT saluran perkmihan
Perubahan Status

Penimbunan cairan Kesehan


Menstimulus pusat
bertekanan dalam ureter
Kurangnya Informasi
tentang penyakitnya
REM menurun Urin tidak bisa keluar

DEFISIT
Pusat jaga lebih besar Retensi Urine
daripada pusat tidur PENGETAHUAN

GANGGUAN
ELIMINASI URINE

GANGGUAN POLA
TIDUR
7. Gejala Penyakit
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti
demam, susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal),
sering buang air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri
pinggang dan nyeri suprapubik (Permenkes, 2011) Namun, gejala-gejala
klinis tersebut tidak selalu diketahui atau ditemukan pada penderita ISK.
Untuk memegakan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan kreatinin, kadar gula darah,
urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test.
Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL.
Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64 - 90%. Positif
nitrit pada dipstick urin, menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh
bakteri gram negatif tertentu (tidak gram positif), sangat spesifik sekitar 50%
untuk infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin
(piuria) adalah indikator yang paling dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC /
hpf pada spesimen berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik
untuk ISK. Secara umum, > 100.000 koloni/mL pada kultur urin dianggap
diagnostik untuk ISK.
a. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
1) Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
2) Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
3) Hematuria
4) Nyeri punggung dapat terjadi
b. Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
1) Demam
2) Menggigil
3) Nyeri panggul dan pinggang
4) Nyeri ketika berkemih
5) Malaise
6) Pusing
7) Mual dan muntah
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang

a. Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
2) Urine kultur :
a) Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya: streptococcus, E. Coli, dll
b) Menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
4) Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
a) Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
b) Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
5) Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada
kandung kemih. (Ayu, 2018)
6) Infestigasi lanjutan harus berdasarkan ndikasi klinis (lihat tabel) :
7) USG.
8) Radiografi : foto polos perut, pielografi IV, Micturating cystagram.
9) Isotop scaning.

Indikasi Infestigasi Lanjutan Setalah ISK


ISK kambuh (relapsing infection)
Pasien laki-laki
Gejala urologic : kolik ginjal, pluria, hematuria
Hematuria persisten
Mikroorganisme (MO) jarang : Pseudomonas spp dan Proteus spp
ISK berulang dengan interval kurang dari 6 minggu

9. Penatalaksanaan Medis
Menurut M. Clevo Rendy TH (2012 : hal. 221) dalam (Ayu, 2018),
pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala
dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :
a. Perawatan dapat berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi
2) Perubahan pola hidup diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam dari bahan katun
c) Menghindari kopi, alkohol
b. Obat-obatan
1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau
diganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
c. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum
tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan
lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.

10. Komplikasi
Komplikasi infeksi saluran kemih tergantung dari tipe yaitu infeksi
saluran kemih tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe berkomplikasi
(complicated).
a. Infeksi saluran kemih sederhana (uncomplicated)
Infeksi saluran kemih akut tipe sederhana (sistisis) yaitu non-obstruksi
dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limited
disiase) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama.
b. Infeksi saluran kemih berkomplikasi (complicated)
1) Infeksi saluran kemih selama kehamilan
Kondisi Risiko potensial
BAS (BasiluriaAsimtomatik)  Pielonefritis
tidak diobati  Bayi premature
 Pregnansy-induced hypertension
ISK Trimester III  Bayi mengalami retradasi mental
 Pertumbuhan bayi lambat
 Cerebral palsi
 Setal death

2) Infeksi saluran kemih pada diabetes melitus .

11. Manifestasi Klinis


a. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah di
coba untuk berkemih namun tidak air yang keluar.
b. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa bewarna
putih,coklat, atau kemerahan dan baunya sagat menyengat.
c. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah.
d. Nyeri pada pinggang.
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal(diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual muntah).
f. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak
sembuh-sembuh dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung
kemih.
(Mawaddah, 2018)
B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan dasar utama dari proses keperawatan,
pengumpulan data yang akurat dan sistemis akan membantu pemantauan status
kesehatan dan pola pertahanan pasien, mengidentifikasi kekuatan pasien serta
merumuskan diagnosa keperawatan. Berikut ini adalah pengkajian
keperawatan pada klien dengan infeksi saluran kemih.
a. Biodata
1) Usia
Infeksi saluran kemih menyerang semua golongan usia, tidak ada
spesifikasi khusus pada usia penderita infeksi saluran kemih
2) Jenis Kelamin
Pada umumnya penyakit Infeksi Saluran Kemih dapat menyerah siapa
saja, namun pada kasus ini perempuan lebih cenderung mengalami
penyakit tersebut karena uretra wanita lebih pendek dibandingkan laki
– laki, sehingga jalur bakteri menuju kandung kemih lebih pendek
yang membuat wanita lebih mudah terkena ISK dibandingkan laki –
laki.
3) Keluhan utama
Keluhan bisa berupa Nyeri yang sering dan rasa panas ketika
berkemih,Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis,
Hematuria,Nyeri punggung dapat terjadi, mual muntah, nyeri ketika
berkemih, keadaan urine keruh, demam, menggigil.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pada klien dengan Infeksi Saluran Kemih biasanya terjadi Nyeri yang
sering dan rasa panas ketika berkemih,Spasame pada area kandung kemih
dan suprapubis, Hematuria,Nyeri punggung dapat terjadi, nyeri ketika
berkemih, keadaan urine keruh, demam, menggigil. Selain itu karena
berdampak pada proses metabolisme (sekunder karena intoksikasi), maka
akan terjadi anoreksia, nausea dan vomit sehingga berisiko untuk terjadinya
gangguan nutrisi.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
ISK disebkan karena sering menahan kencing terlalu lama yang
mengakibatkan bakteri berkembangbiak di saluran kemih yang dapat
menyebabkan infeksi, dan juga ISK dapat terjadi karena penderita
kurangnya mengonsumsi air mineral
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Penyakit Infeksi Saluran Kemih merupakan bukan penyakit menular dan
menurun, sehingga silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit
ini. Namun, pencetus sekunder seperti Kaji pola kesehatan keluarga yang
diterapkan jika ada anggota keluarga yang sakit, misalnya minum jamu
sakit.
e. Pengkajian berdasarkan pola kebutuhan dasar
1) Fisiologis
a) Respirasi
1. Apakah ada sesak napas
2. Riwayat merokok
3. Frekuensi pernapasan
4. Bentuk dada
5. Auskultasi suara napas
b) Sirkulasi
Tanda : Peningkatan tekanan darah (efek pembesaran ginjal)
c) Nutrisi dan cairan
Gejala :
1. Anoreksia, mual dan muntah
2. Penurunan berat badan
d) Eliminasi
Gejala :
1. penurunan kekuatan/dorongan aliran urin tetsan
2. keraguan pada berkemih awal
3. ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung kemih dengan
lengkap , dorongan dan frekuensi berkemih
4. nokturia , disuria, dan hematuria
5. duduk untuk berkemih
6. infeksi saluran kencing berulang, dan riwayat batu
7. konstipasi (prostrusi prostat kedalam rectum)
e) Aktivitas dan Istirahat
1. Riwayat pekerjaan
2. lamanya istirahatAktivitas sehari-hari
3. Pengaruh penyakit terhadap aktivitas
4. Pengaruh penyakit terhadap istirahat
f) Neurosensori
1. Apakah ada sakit kepala
2. Status mental
3. Ketajaman pengelihatan
g) ReproduksidanSeksualitas
Gejala :
1. Masalah tentang efek kondisi/ penyakit kemampuan seksual
2. Takut inkontinensia/ menetes selama hubungan intim
3. penurunan kekuatan kontraksi ejakulasi.
2) Psikologis
 Nyeri dan Keamanan
Gejala :
1. Nyeri suprapubik, panggul atau punggung, tajam, kuat (pada
prostales akut)
2. Nyeri punggung bawah
 Integritas Ego
1. Pengaruh penyakit terhadap stress
2. gaya hidup
3. Masalah financial
 Pertumbuhan&Perkembangan
-
3) Perilaku
a) KebersihanDiri
1. Penampilan umum
2. ADL (Activity Daily Live)
3. Kebersiahn mandi
4. Frekuensi Mandi
b) Penyuluhan&Pembelajaran
Klien dan keluarga di edukasi mengenai penyakit yang di derita.
4) Relasional
a) InteraksiSosial
1. Status perkawinan
2. Hubungan dalam masyarakat
3. Pola interaksi keluarga
4. Komunikasi verbal dan non verbal
5) Lingkungan
a) LingkungandanProteksi
Lingkungan Klien bersih dan safety bed terpasang dengan baik dan
keluarga klien mengerti cara menjaga keselamatan pasien
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan iritasi kadung kemih, efek
tindakan dan diagnostik, ketidakmampuan mengaksess toilet (mis
imobilisasi) ditandai dengan urgensi, dribbling, sering buang air kecil,
nokturia, mengompol, inureksis, distaksi kadung kemih, hesitancy, volume
risidu urine meningkat.
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera (fisiologis, kimiawi, fisik)
ditandai dengan mengeluh nyeri, tampak meringis, bersifat protrktif, gelisah,
retensi nadi meningkat, sulit tidur, tekanan darah meningkat, pola napas
berubah, nafsu makan berubah,proses berfikir terganggu, menarik diri,
berfokus pada diri sendiri, diaforesis.
c. Gangguan Pola Tidur berhungan dengan hambatan lingkungan ( mis
kleembaban lingkungan sekitar, suhu lingkungan, pencahayaan, kebisingan,
bau tidak sedap, jadwal pemantauan /pemeriksaan/tindakan ), kurang kontrol
tidur, kurang privasi, restrain fisik, ketiadaan teman tidur, tidak familiar
dengan peralatan tidur, ditandai dengan mengeluh sulit tidur, mengeluh
sering terjaga, mengeluh tidak puas tidur, mengeluh pola tidur berubah,
mengeluh istirahat tidak cukup, mengeluh kemampuan aktifitas menurun.
d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai
dengan menanyakan masalah yang dihaapi, menunjukan prilaku tidak sesuai
anjuran, menunjukan presepsi yang keliru terhadap masalah, menjalani
pemeriksaan yang tidak tepat, menunjukan prilaku berlebihan
3. Rencana Asuhan Keperawatan

Diagnosis keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Gangguan eliminasi urine Setelah dilakukan intervensi Manajemen Eliminasi Urine
berhubungan dengan iritasi keperawatan selama ...x 24 Observasi
kadung kemih, efek tindakan jam, diharapkan Eliminasi  Identifikasi tanda dan
dan diagnostik, ketidakmampuan Urine membaik, dengan gejala atau
mengaksess toilet (mis kriteria hasil : inkontinensia urine.
imobilisasi) ditandai dengan  Sensasi berkemih (5)  Identifikasi faktor yang
urgensi, dribbling, sering buang  Desakan berkemih menyebabkan retensi
air kecil, nokturia, mengompol, (Urgensi) (5) atau inkontinensia
inureksis, distaksi kadung  Distensi kandung urine.
kemih, hesitancy, volume risidu kemih (5)  Monitor eliminasi urine
urine meningkat.  Berkemih tidak (mis. frekuensi,
tuntas (Hesitancy) konsistensi, aroma,
Gejala dan Tanda (5) volume, dan warna).
Mayor:  Volume residu urine Terapeutik
Subjektif : (5)  Catat waktu-waktu dan
 Desakan Berkemih  Urine menetes haluaran berkemih.
(Urgensi) (Dribbling) (5)  Batasi asupan cairan,
 Urine Menetes  Nokturia (5) jika perlu.
(Dribbling)  Mengompol (5)  Ambil sampel urine
 Sering Buang Air Kecil  Enuresis (5) tengah (midstream)
 Nokturia  Disuria (5) atau kultur.
 Mengompol  Anuna (5) Edukasi
 Enuresis  Frekuensi BAK (5)  Ajarkan tanda dan
Objektif :  Karakteristik urino gejala infeksi saluran
 Distensi Kandung Kemih (5) kemih.
 Berkemih Tidak Tuntas  Ajarkan mengukur
(Hesitancy) asupan cairan dan
 Volume Residu Urine haluaran urine.
Meningkat  Ajarkan mengambil
Minor: - spesimn urine
midstream.
 Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat untuk
berkemih.
 Ajarkan terapi
modalitas penguatan
otot-otot
panggul/berkemihan.
 Anjurkan minum yang
cukup, jika tidak ada
kontraindikasi.
 Anjurkan mengurangi
minum menjelang tidur.
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
obat supositoria uretra,
jika perlu.
Nyeri akut berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan Manajemen Nyeri
agen pecendera (fisiologis, keperawatan selama ...x24 Observasi
kimiawi, fisik) ditandai dengan jam, maka Tingkat Nyeri 1. Identifikasi lokasi,
mengeluh nyeri, tampak Menurun, dengan kriteria karakteristik, durasi,
meringis, bersifat protrktif, hasil : frekuensi, kualitas,
gelisah, retensi nadi meningkat, 1. Keluhan nyeri menurun intensitas nyeri
sulit tidur, tekanan darah 5 2. Identifikasi skala nyeri
meningkat, pola napas berubah, 2. Ekspresi wajah 3. Identifikasi respons nyeri
nafsu makan berubah,proses meringis menurun 5 non verbal
berfikir terganggu, menarik diri, 3. Sikap protektif 4. Identifikasi faktor yang
berfokus pada diri sendiri, menurun 5 memperberat dan
diaforesis. 4. Kesulitan tidur memperingan nyeri
Gejala dan Tanda menurun 5 5. Identifikasi pengetahuan
Mayor : 5. Frekuensi nadi dan keyakinan terhadap
Subjektif membaik 5 nyeri
1. Mengeluh nyeri 6. Pola napas membaik 5 6. Identifikasi pengaruh
Objektif 7. Tekanan darah budaya terhadap respons
1. Tampak meringis membaik 5 nyeri
2. Bersikap protektif (mis. 8. Nafsu makan membaik 7. Identifikasi pengaruh
Waspada, posisi 5 nyeri pada kualitas hidup
menghindari nyeri) 9. Pola tidur membaik 5 8. Monitor keberhasilan
3. Gelisah terapi komplementer yang
4. Frekuensi nadi meningkat sudah diberikan
5. Sulit tidur 9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
Minor : 1. Berikan teknik
Subjektif nonfarmakologis untuk
(tidak tersedia) mengurangi rasa nyeri
Objektif (mis. TENS, hipnosis,
1. Tekanan darah meningkat akupresur, terapi musik,
2. Pola napas berubah biofeedback, terapi pijat,
3. Nafsu makan berubah aromaterapi, teknik
4. Proses berpikir terganggu imajinasi terbimbing,
5. Menarik diri kompres hangat/dingin,
6. Berfokus pada diri sendiri terapi bermain.)
7. Diaforesis 2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Anjurkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Gangguan Pola tidur Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama :
berhubungan dengan hambatan keperawatan selama ...x 24 Dukungan tidur
lingkungan (mis. Kelembaban jam, maka Pola tidur, Tindakan :
lingkungan sekitar, suhu dengan kriteria hasil : Obsevasi :
lingkungan , kebisingan , bau 1. Keluhan sulit tidur 1. Identifikasi pola
tidak sedap, jadwal pemantauan (5) aktifitas dan pola tidur.
/pemeriksaan/tindakan ), kurang 2. Keluhan sering 2. Identifikasi factor
privasi, kurang control tidur , terjaga (5) pengganggu tidur.
tidak familiar dengan peralatan 3. Keluhan tidak puas 3. Identifikasi makanan
tidur ditandai dengan : tidur (5) dan minuman yang
4. Keluhan pola tidur mengganggu tidur.
berubah (5) 4. Identifikasi obat tidur
Gejala dan Tanda Mayor : 5. Keluhan istirahat yang dikonsumsi.
Subjektif : tidak cukup (5) Terapeutik :
1. Mengeluh sulit tidur. 6. Kemmpuan 1. Modifikasi lingkungan
2. Mengeluh sering terjaga. beraktivitas (5) 2. Batasi waktu tidur
3. Mengeluh tudak puas siang, jika perlu.
tidur. 3. Fasilitasi
4. Mengeluh pola tidur menghilangkan stress
berubah. sebelum tidur
5. Mengeluh istirahat tidak 4. Tetapka jadwal tidur
cukup. rutin.
Objektif : - 5. Lakukan prosedur
Gejala dan Tanda Minor : untuk meningkatkan
Subjektif : kenyamanan.
1. Mengeluh kemampuan Edukasi :
aktivitas menurun. 1. Jelaskan pentingnya
Objektif : - tidur cukup selama
sakit.
2. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu tidur.
3. Anjurkan menghindari
makanan / minuman
yang mengganggu
tidur.
4. Anjurkan penggunaan
obat tidur yang tidak
mengandung supresor
terhadap tidur REM.
5. Ajarkan factor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan pola
tidur.
6. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi
lainnya.

Edukasi Aktifitas atau


Istirahat
Tindakan:
Observasi :
1. Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima
informasi terapeutik.
Terapeutik :
1. Sediakan materi dan
media pengaturan
aktivitas dan istirahat.
2. Jadwalkan pemberian
Pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan.
3. Berikan kesempatan
kepada pasien dan
keluarga untuk
bertanya.
Edukasi :
1. Jelaskan pentingnya
melakukan aktivitas
fisik / olahraga secara
rutin.
2. Anjurkan terlibat dalam
aktivitas kelompok,
aktivitas bernmain atau
aktivitas lainnya.
3. Anjurkan menyusun
jadwal aktivitas dan
istirahat.
4. Ajarkan cara
mengidentifikasi
kebutuhan istirahat.
Ajarkan cara
mengidentifikasi target
dan jenis aktifitas
sesuai kemmpuan.
Defisit pengetahuan Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan kurang keperawatan selama ...x 24 Observasi
terpapar informasi ditandai jam, maka Tingkat 1. Identifikasi kesiapan
dengan menanyakan masalah Pengetahuan Meningkat, dan kemampuan
yang dihaapi, menunjukan dengan kriteria hasil : menerima informasi.
prilaku tidak sesuai anjuran, 1. Perilaku sesuai 2. Identifikasi faktor-
menunjukan presepsi yang keliru anjuran 5 faktor yang dapat
terhadap masalah, menjalani 2. Kemampuan meningkatkan dan
pemeriksaan yang tidak tepat, menjelaskan menurunkan motivasi
menunjukan prilaku berlebihan pengetahuan tentang perilaku hidup bersih
Gejala dan Tanda suatu topic 5 dan sehat.
Mayor: 3. Kemampuan Terapeutik
1. Menanyakan masalah menggambarkan 1. Sediakan materi dan
yang dihadapi. pengalaman media pendidikan
2. Menunjukan perilaku sebelumnya yang kesehatan.
tidak sesuai anjuran. sesuai dengan topic 5 2. Jadwalkan pendidikan
3. Menunjukan persepsi 4. Perilaku sesuai dengan kesehatan sesuai
yang keliru terhadap pengetahuan 5 kesepakatan.
masalah. 5. Pertanyaan tentang 3. Berikan kesempatan
Minor: masalah yang dihadapi untuk bertanya.
1. Menjalani pemeriksaan 5 Edukasi
yang tidak tepat. 6. Persepsi yang keliru 1. Jelaskan faktor risiko
2. Menunjukan perilaku terhadap masalah 5. yang dapat
berlebihan (mis. Apatis, mempengaruhi
bermusuhan, agitasi, kesehatan.
hysteria). 2. Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat.
3. Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat.

(SDKI, SLKI, SIKI, 2018)


DAFTAR PUSTAKA

Ayu, D. (2018). Studi penggunaan antibiotik ciprofloxacin pada pasien infeksi saluran
kemih. 6–23.
Irawan, E., & Hilman, D. A. N. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Infeksi Saluran Kemih
( Isk )( Literature Review ). (April), 2013–2016.
Mawaddah, I. (2018). Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada
Klien Infeksi Saluran Kemih (ISK) Dengan Masalah Eliminasi Urine.
Mochtar, C. A., & Noegroho, B. S. (2015). Infeksi saluran kemih (ISK) non komplikata
pada dewasa. In Guideline penatalaksanaan infeksi saluran kemih dan genitalia
pria 2015.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi (SDKI)
(I). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.
Suharyanto, Toto dan Abdul Madjid. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media
Sukandar, E. 2006. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit IPD FK UI.
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 2020

Mengetahui,
Pembimbing / CT Mahasiswa

I Ketut Suardana, S.Kp., M.Kes Ni Komang Ayu Candra Monika


NIP. 196509131989031002 NIM. P07120320062

Anda mungkin juga menyukai