OLEH:
NIM. P07120320062
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Definisi
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganismedi dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran
kemih dapat terjadi baik pria maupun wanita dari semua umur, dan dari kedua
jenis kelamin ternyata wanita yang lebih sering menderita infeksi daripada
pria.(Sudoyo Aru,dkk, 2009)
Infeksi saluran kemih (ISK) sering terjadi pada wanita. Di karenakan
uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri kontaminan lebih mudah
melewati jalur ke kandung kemih. Faktor lain yang berperan adalah
kecenderungan untuk menahan urin serta iritasi kulit lubang uretra sewaktu
berhubungan kelamin. Uretra yang pendek meningkatkan kemungkinan
mikroorganisme yang menempel dilubang uretra sewaktu berhubungan kelamin
memiliki akses ke kandung kemih (Sepalanita 2012) dalam (Mawaddah, 2018).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang sering menyerang pria
maupun wanita dari berbagai usia dengan berbagai tampilan klinis dan episode.
ISK sering menyebabkan morbiditas dan dapat secara signifikan menjadi
mortalitas. Walaupun saluran kemih normalnya bebas dari pertumbuhan bakteri,
bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat menyebabkan terjadinya ISK.
Ketika virulensi meningkat atau pertahanan inang menurun, adanya inokulasi
bakteri dan kolonisasi, maka infeksi pada saluran kemih dapat terjadi.
(Mochtar & Noegroho, 2015)
Menurut Rowe & Juthani (2013) dalam (Irawan & Hilman, 2018) ISK
adalah salah satu infeksi yang paling sering didiagnosis pada anak dan lansia.
Angka kejadian ISK adalah 1:100 pertahun. Insiden ISK meningkat pada anak
menurun pada umur dewasa dan meningkat lagi pada lansia. >10% wanita yang
> 65 tahun melaporkan mengalami ISK dalam 12 tahun terakhir. Jumlah ini
meningkat hampir 30% pada wanita >80 tahun. Menurut Sukandar (2006) ISK
menempati urutan kedua infeksi yang sering menyerang setelah infeksi saluran
pernafasan dengan jumlah 8,3 juta pertahun.
2. Klasifikasi
Menurut Purnomo (2012), (ISK) diklasifikasikan menjadi dua macam
yaitu: ISK uncomplicated (sederhana) dan ISK (rumit). Istilah ISK
uncomplicated (sederhana) adalah infeksi saluran kemih pada pasien tanpa
disertai kelainan anatomi maupun kelainan struktur saluran kemih. ISK
complicated (rumit) adalah infeksi saluran kemih yang terjadi pada pasien
yang menderita kelainan anatomik atau struktur saluran kemih, atau adanya
penyakit sistemik kelainan ini akan menyulitkan pemberantasan kuman oleh
antibiotika.
Klasifikasi infeksi saluran kemih dapat dibedakan berdasarkan
anatomi dan klinis. Infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan
anatomi, yaitu:
a. Infeksi saluran kemih bawah
Berdasarkan presentasi klinis dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Perempuan
Sistitis adalah infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna dan
Sindroma uretra akut
2) Laki-laki
Berupa sistitis, prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
b. Infeksi saluran kemih atas
Berdasarkan waktunya terbagi menjadi 2 yaitu:
1) Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan oleh infeksi bakteri (Sukandar, 2006).
2) Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi
bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil
Berdasarkan klinisnya, ISK dibagi menjadi 2 yaitu :
1) ISK Sederhana (tak berkomplikasi)
2) ISK berkomplikasi
3. Etiologi
Infeksi saluran kemih sebagian besar disebabkan oleh bakteri,virus dan
jamur tetapi bakteri yang sering menjadi penyebabnya. Penyebab ISK
terbanyak adalah bakteri gram-negatif termasuk bakteri yang biasanya
menghuni usus dan akan naik ke sistem saluran kemih antara lain adalah
Escherichia coli, Proteus sp, Klebsiella, Enterobacter.
Pasca operasi juga sering terjadi infeksi oleh Pseudomonas, sedangkan
Chlamydia dan Mycoplasma bisa terjadi tetapi jarang dijumpai pada pasien
ISK. Selain mikroorganisme, ada faktor lain yang dapat memicu ISK yaitu
faktor predisposisi (Fauci dkk., 2008).
E.coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah klebsiela,
enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (SudoyoAru, dkk
2013).
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
1) Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated (simple)
2) Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci,
dan lain-lain
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif.
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran darah
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan ISK. Escherichia coli (80%
kasus) dan organism enterik garam-negatif lainny merupakan organisme yang
paling sering menyebabkan ISK : kuman-kuman ini biasanya ditemukan di
daerah anus dan perineum. Organisme lain yag menyebabkan ISK antara lain
Proteus, Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan
Staphylococcus koagulse-negatif. Beberapa faktor menyebabkan munculnya
ISK di masa kanak-kanak
4. Faktor Resiko
Menurut Suharyanto dan Abdul (2009) faktor resiko yang umum pada
penderita ISK adalah :
a. Ketidakmampuan atau kegagalan kandung kemih untuk mengosongkan
isinya secara sempurna
b. Penurunan daya tahan tubuh
c. Peralatan yang dipasang pada saluran perkemihan seperti kateter dan
prosedur sistoskopi
5. Patofisiologi
Infeksi saluran kemih terjadi ketika bakteri (kuman) masuk ke dalam
saluran kemih dan berkembang biak. Saluran kemih terdiri dari kandung
kemih, uretra dan dua ureter dan ginjal. Sejauh ini diketahui bahwa saluran
kemih atau urin bebas dari mikroorganisma atau steril. Infeksi saluran kemih
terjadi pada saat mikroorganisme ke dalam saluran kemih dan berkembang
biak di dalam media urin (Israr, 2009). Mikroorganisme penyebab ISK
umumnya berasal dari flora usus dan hidup secara komensal dalam introitus
vagina, preposium, penis, kulit perinium, dan sekitar anus. Kuman yang
berasal dari feses atau dubur, masuk ke dalam saluran kemih bagian bawah
atau uretra, kemudian naik ke kandung kemih dan dapat sampai ke ginjal
(Fitriani, 2013).
Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui empat cara, yaitu:
a. Ascending, kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari flora normal usus dan hidup secara komensal introitus vagina,
preposium penis, kulit perineum, dan sekitar anus. Infeksi secara
ascending (naik) dapat terjadi melalui empat tahapan, yaitu :
1) Kolonisasi mikroorganisme pada uretra dan daerah introitus vagina
2) Masuknya mikroorganisme ke dalam buli-buli
3) Mulitiplikasi dan penempelan mikroorganisme dalam kandung kemih
4) Naiknya mikroorganisme dari kandung kemih ke ginjal (Israr, 2009).
b. Hematogen (descending) disebut demikian bila sebelumnya terjadi infeksi
pada ginjal yang akhirnya menyebar sampai ke dalam saluran kemih
melalui peredaran darah.
c. Limfogen (jalur limfatik) jika masuknya mikroorganisme melalui sistem
limfatik yang menghubungkan kandung kemih dengan ginjal namun yang
terakhir ini jarang terjadi (Coyle dan Prince, 2009)
d. Langsung dari organ sekitar yang sebelumnya sudah terinfeksi atau
eksogen sebagai akibat dari pemakaian kateter (Israr, 2009)
Struktur saluran kemih bagian bawah diyakini turut meningkatkan insidensi
bakteriuria pada wanita. Uretra yang pendek dengan panjang sekitar 2 cm (¾
inci) pada anak perempuan dan 4 cm (1 ½ inci) pada wanita dewasa
memberikan kemudahanjalan masuk invasi organism. Di samping itu,
penutupan uretra pada akhir mikturisi dapat mengembalikan bakteri
pengontaminasi ke dalam kandung kemih. Uretra laki-laki yang panjang
(sampai sepanjang 20 cm (8 inci) pada pria (dewasa) dan sifat antibakteri
yang di miliki oleh secret prostat akan menghambat masuk serta tumbuhnya
kuman-kuman pathogen
6. Pathway
Masuk ke saluran
Distensi Kandung
perkemihan
Resistensi terhadap Berkembangbiak
kandung kemih merusak sel saluran
Pertumbuhan bakteri
ISK
Gangguan fungsi
Hospitalisasi
Pembengkakan sumbatan
NYERI AKUT saluran perkmihan
Perubahan Status
DEFISIT
Pusat jaga lebih besar Retensi Urine
daripada pusat tidur PENGETAHUAN
GANGGUAN
ELIMINASI URINE
GANGGUAN POLA
TIDUR
7. Gejala Penyakit
Infeksi saluran kemih dapat diketahui dengan beberapa gejala seperti
demam, susah buang air kecil, nyeri setelah buang air besar (disuria terminal),
sering buang air kecil, kadang-kadang merasa panas ketika berkemih, nyeri
pinggang dan nyeri suprapubik (Permenkes, 2011) Namun, gejala-gejala
klinis tersebut tidak selalu diketahui atau ditemukan pada penderita ISK.
Untuk memegakan diagnosis dapat dilakukan pemeriksaan penunjang
pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, ureum dan kreatinin, kadar gula darah,
urinalisasi rutin, kultur urin, dan dip-stick urine test.
Dikatakan ISK jika terdapat kultur urin positif ≥100.000 CFU/mL.
Ditemukannya positif (dipstick) leukosit esterase adalah 64 - 90%. Positif
nitrit pada dipstick urin, menunjukkan konversi nitrat menjadi nitrit oleh
bakteri gram negatif tertentu (tidak gram positif), sangat spesifik sekitar 50%
untuk infeksi saluran kemih. Temuan sel darah putih (leukosit) dalam urin
(piuria) adalah indikator yang paling dapat diandalkan infeksi (> 10 WBC /
hpf pada spesimen berputar) adalah 95% sensitif tapi jauh kurang spesifik
untuk ISK. Secara umum, > 100.000 koloni/mL pada kultur urin dianggap
diagnostik untuk ISK.
a. Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah (sistitis):
1) Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih
2) Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis
3) Hematuria
4) Nyeri punggung dapat terjadi
b. Tanda dan gejala ISK bagian atas (pielonefritis)
1) Demam
2) Menggigil
3) Nyeri panggul dan pinggang
4) Nyeri ketika berkemih
5) Malaise
6) Pusing
7) Mual dan muntah
8. Pemeriksaan Diagnostik/Penunjang
a. Laboratorium
1) Analisa urine : terdapat leukosit, eritrosit, crystal, pus, bakteri dan pH
meningkat.
2) Urine kultur :
a) Menentukan jenis kuman atau penyebab infeksi saluran kemih
misalnya: streptococcus, E. Coli, dll
b) Menentukan jenis antibiotik yang akan diberikan
3) Darah : terdapat peningkatan leukosit, ureum dan kreatinin.
4) Blass Nier Ophage – Intra Venous Pyelogram ( BNO – IVP )
a) Menunjukkan konfirmasi yang cepat tentang penyebab nyeri
abdominal, panggul.
b) Menunjukkan abnormalitas anatomi saluran perkemihan.
5) Cystoscopy : Mengetahui kerusakan dari serabut-serabut otot pada
kandung kemih. (Ayu, 2018)
6) Infestigasi lanjutan harus berdasarkan ndikasi klinis (lihat tabel) :
7) USG.
8) Radiografi : foto polos perut, pielografi IV, Micturating cystagram.
9) Isotop scaning.
9. Penatalaksanaan Medis
Menurut M. Clevo Rendy TH (2012 : hal. 221) dalam (Ayu, 2018),
pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala
dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan
serta angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :
a. Perawatan dapat berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi
2) Perubahan pola hidup diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam dari bahan katun
c) Menghindari kopi, alkohol
b. Obat-obatan
1) Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
a) Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
b) Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau
diganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
c. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum
tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan
lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
10. Komplikasi
Komplikasi infeksi saluran kemih tergantung dari tipe yaitu infeksi
saluran kemih tipe sederhana (uncomplicated) dan tipe berkomplikasi
(complicated).
a. Infeksi saluran kemih sederhana (uncomplicated)
Infeksi saluran kemih akut tipe sederhana (sistisis) yaitu non-obstruksi
dan bukan perempuan hamil merupakan penyakit ringan (self limited
disiase) dan tidak menyebabkan akibat lanjut jangka lama.
b. Infeksi saluran kemih berkomplikasi (complicated)
1) Infeksi saluran kemih selama kehamilan
Kondisi Risiko potensial
BAS (BasiluriaAsimtomatik) Pielonefritis
tidak diobati Bayi premature
Pregnansy-induced hypertension
ISK Trimester III Bayi mengalami retradasi mental
Pertumbuhan bayi lambat
Cerebral palsi
Setal death
Ayu, D. (2018). Studi penggunaan antibiotik ciprofloxacin pada pasien infeksi saluran
kemih. 6–23.
Irawan, E., & Hilman, D. A. N. (2018). Faktor-Faktor Penyebab Infeksi Saluran Kemih
( Isk )( Literature Review ). (April), 2013–2016.
Mawaddah, I. (2018). Karya Tulis Ilmiah : Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pada
Klien Infeksi Saluran Kemih (ISK) Dengan Masalah Eliminasi Urine.
Mochtar, C. A., & Noegroho, B. S. (2015). Infeksi saluran kemih (ISK) non komplikata
pada dewasa. In Guideline penatalaksanaan infeksi saluran kemih dan genitalia
pria 2015.
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesi (SDKI)
(I). Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta:
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI. Jakarta: Interna
Publishing; 2014.
Suharyanto, Toto dan Abdul Madjid. (2009). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans Info Media
Sukandar, E. 2006. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit IPD FK UI.
LEMBAR PENGESAHAN
Denpasar, 2020
Mengetahui,
Pembimbing / CT Mahasiswa