Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Ners Stase Manajemen
keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
Oleh:
FITRI FITRIYANI
JNR0200022
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Askep Infeksi saluran
pernafasan (ISK) sebagai salah satu tugas untuk menyelesaikan pendidikan pada Program
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU) dalam stase Management
Keperawatan. Adapun dalam penulisan askep ini, penulis tidak lepas dari bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak
Penulis menyadari dalam penulisan akep ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan
perencanaan ini. Akhir kata semoga perencanaan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Amiin.
Wassalamualaikum wr.wb
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR
ISI.....................................................................................................................ii
1. DEFINISI.........................................................................................................1
2. ETIOLOGI......................................................................................................1
3. ANATOMI FISIOLOGI................................................................................2
4. MANIFESTASI KLINIS...............................................................................7
6. KOMPLIKASI................................................................................................9
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...............................................................10
8. PENGOBATAN............................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA 26
iii
1. DEFINISI INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
2. Etiologi
Menurut sumber Aru S, dkk (2009) mengatakan etiologi dari infeksi
saluran kemih penyebab terseringnya adalah E.coli . Penyebab lain ialah
klebsiela, enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
http://menarailmuku.blogspot.com/2012/11/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html
a. Ginjal
2
Fungsi vital ginjal :
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati
glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar 180
liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa
molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada
hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus,
sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi
lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di
3
sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus
pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai
substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam
tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron. Urine
yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus pengumpul dan
tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis
akan membentuk ureter. Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang
sebagian besar terdiri atas otot polos.Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan
kandung kemih dan berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin.
a. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ±
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis.
Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.
4
b. Kandung kemih (vesika urinaria)
Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati
glomerulus akan disaring ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar 180
liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa
5
molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada
hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus,
sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi
lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di
sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus
pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai
substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam
tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.
c. Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemiih keluar.
1) Uretra prostaria
2) Uretra membranosa
3) Uretra kavernosa.
Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi sebagai saluran
reproduksi (tempat keluarnya sperma).
Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit
kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan
lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah
atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran eksresi.
4. MENIFESTASI KLINIS
1. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah di coba untuk
berkemih namun tidak air yang keluar.
6
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa bewarna
putih,coklat, atau kemerahan dan baunya sagat menyengat.
3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah.
4. nyeri pada pinggang.
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal(diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual muntah)
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuhsembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih
7
sehingga urine mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal :
Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih
mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah
berkembang. Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran
mikroorganisme ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang
menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih,
ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu.
Urine statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah
terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal. Secara normal mikroorganisme yang
masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena adanya lapisan kandung kemih
yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika
urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme
pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan
mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan
urine, dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada
selaput lendir urethra). Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan
memudahkan berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi
juga bila saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang
keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme
kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri
terutama pada keadaan trauma urethra. (corwin.J, 2009).
Pathway ISK
Invasi mokroorganisme
(bakteri,virus)
8
Ke saluran kemih
Inflamasi/kerusakan TU infeksi
HIPERTERMIA
uretra
iritasi
GANGGUAN ELIMINASI
URIN
NYERI AKUT
6. KOMPLIKASI
Komplikasi Infeksi saluran kemih (ISK) Komplikasi yang dapat terjadi pada
infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses reflux atau mikroorganisme
yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan: 1. Pyelonefritis Infeksi yang naik
dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi
pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut
dan kronik.
7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
9
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.
8. PENGOBATAN
a. Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
b. Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
10
c. Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti )
dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
d. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur
dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila
ada komplikasi lebih lanjut.
A. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
data tentang individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2009)
1) Identitas pasien
2) Keluhan utama.
pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-
sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami
ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam,
2. Riwayat kesehatan
pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-
11
sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami
ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam,
menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.Pengkajian nyeri dilakukan dengan
cara PQRST : P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri. Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu
daerah perjalanan nyeri. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time)
adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.
infeksi saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di
alami klien.
meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan
seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini lebih
disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup seseorang,
namun jikaada penyakit turunan di curigai dapat memperburuk atau memperparah
keadan klien.
d) Riwayat Psikososial
12
Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan
g) Pola kebiasaan
1) Pernapasan
Frekuensi makan dan minum dan berkurang karena adanya mual dan muntah
3. Eliminasi
d) Nyeri suprapubik
fisik
Gangguan tidur karena seringnya BAK, adanya rasa nyeri dan rasa mual
muntah.
13
Jika kondisi pasien tidak memungkinkan maka dalam memilih,
6) Suhutubuh
9) Menghindari bahaya.
14
4. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh.
Rambut
1. Bentuk hidung
Hidung 1. Tidak ada
simetris
nyeri tekan
2. Tidak terdapat
- -
secret
3. Penciuman
baik
1. Tidak ada
Mata 1. Bentuk mata
nyeri tekan
simetris
2. Penglihatan
Buram
3. Konjungtiva
- -
15
pucat,
4. sclera interik
5. reflek pupil
terhadap cahaya
baik
6. gerakan bola
mata normal
1. Bentuk simetris
Telinga 1. tidak ada - -
2. Bersih tidak
nyeri
ada serumen
tekan
3. Pendengaran
kurang
3. Leher 1. Bentuk leher 1. Tidak ada - -
simetris nyeri tekan
2. Leher bersih 2. Tidak Ada
benjolan
3. Tidak ada luka
3. Tidak Ada
pembengk
akan
kelenjar
tiroid
4. Tidak ada
kaku
kuduk
4. Dada
Paru-Paru 1. Bentuk dada 1. Ada nyeri 1. Suara 1. Bunyi
klien ada tekan paru- nafas
cekungan paru normal
16
2. Respirasai = 20 normal 2. Tidak ada
x/menit /vesikule r suara nafas
tambahan
1. Denyut
1. Bentuk dada 1. Suara
Jantung jantung
dan postur paru 1. Suara
teraba jantung
simestris
2. JVP baik normal/ jantung
merata
6. Ektremitas Simetris kanan dan
kiri
Atas 1. Ada nyeri tekan
Integritas kulit baik pada bagian
Bawah
tangan sebelah
Kekuatan otot lemah
kanan yang
Tidak ada lesi diinfus
17
20tpm
7. Genetalia 1. Terpasangnya
kateter urin
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Menurut Sumber Buku Saku Keperawatan
Pediatri,(2009) :
1) Diagnosis pasti dikatakan dengan kulturorganisme melalui urine
Dipakaites stick untuk mengetahui adanya proteinuria, hematuria,
glukosuriadan PH
2) Pemeriksaan secara mikro skopik dikatakan positif bila terdapat
piuria (> 2000 leukosit/ml) pada pasien dengan gejala ISK
3) Pemeriksaan urinalisis:
a) Keruh
b) Bakteri
c) Pituria
d) Sel darah putih
e) Sel darah merah mungkin ada
B. Diagnosa keperawatan
18
NO SDKI SLKI SIKI
19
latihan fisik hangat/dingin, terapi bermain)
berlebihan
2. Control lingkungan
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu rua
pencahayaan, kebisingan)
Edukasi
Kolaborasi
20
frekuensi, konsistensi, aroma,
kemih
volume, dan warna)
2. Iritasi kandung
kemih
3. Penurunan 2. Terapeutik
kemampuan menyadari
1. Catat waktu-waktu dan haluara
tanda-tanda gangguan
berkemih
kandung kemih
2. Batasi asupan cairan, jika perlu
4. Efek tindakan
3. Ambil sampel urine
medis dan diagnostik
tengah (midstream) atau kultur
(mis. operasi ginjal ,
operasi saluran kemih,
3. Edukasi
anestesi, dan obat-
obatan) 1. Ajarkan tanda dan gejala infeks
5. Kelemahan otot saluran kemih
pelvis 2. Ajarkan mengukur asupan caira
6. Ketidakmampuan dan haluaran urine
mengakses toilet (mis. 3. Anjurkan mengambil specimen
imobilitas) urine midstream
7. Hambatan 4. Ajarkan mengenali tanda berke
lingkungan dan waktu yang tepat untuk
8. Ketidakmampuan berkemih
mengkomunikasikan 5. Ajarkan terapi modalitas pengu
kebutuhan eliminasi otot-otot pinggul/berkemihan
9. Outlet kandung 6. Anjurkan minum yang cukup, j
kemih tidak lengkap tidak ada kontraindikasi
(mis. anomali saluran 7. Anjurkan mengurangi minum
kemih kongenital) menjelang tidur
4. Kolaborasi
21
Perawatan kateter urine I.04164
Definisi
Mengedintifikasi dan merawat pasien
menjalani kateterisasi urine
Tindakan
Observasi:
Terapeutik
22
tindakan
Edukasi:
Tindakan
1. Observasi
2. Identifikasi pasien-pasien yang
mengalami penyakit infeksi me
3. Terapkan kewaspadaan univers
4. Sterilisasi dan desinfektan alat
Edukasi
23
Proses penyakit b) Monitor suhu tubuh
(mis. infeksi, kanker)
c) Monitor kadar elektrolit
Ketidaksesuaian
pakaian dengan tubuh d) Monitor haluaran urine
Peningkatan laju
e) Monitor komplikasi akibat hipertermia
metabolisme
Respon trauma Terapiutik
(Keringat berlebihan).
Edukasi
Kolaborasi
24
C. Implementasi
adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Ada 3 tahap implementasi :
a. Fase Orientasi
Fase orientasi terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama kalinya
bertemu dengan perawat untuk melakukan validasi data diri.
b. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana perawat
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka dari itu perawat
diharapakan mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam tentang klien dan
masalah kesehatanya.
c. Fase Terminasi
Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana perawat
meninggalkan pesan yang dapat diterima oleh klien dengan tujuan, ketika
dievaluasi nantinya klien sudah mampu mengikuti saran perawat yang diberikan,
maka dikatakan berhasil dengan baik komunikasi terapeutik perawat-klien apabila
ada umpan balik dari seorang klien yang telah diberikan tindakan atau asuhan
keperawatan yang sudah direncanakan.
25
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-isk/
http://menarailmuku.blogspot.com/2012/11/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html
http://reniurl.blogspot.com/2010/07/makalah-askep-isk-infeksi-saluran-kemih.html
26