Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN TN.K


DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)
DI RSU KMC LURAGUNG

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Program Profesi Ners Stase Manajemen
keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

Oleh:

FITRI FITRIYANI

JNR0200022

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
2021

i
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Askep Infeksi saluran
pernafasan (ISK) sebagai salah satu tugas untuk menyelesaikan pendidikan pada Program
Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU) dalam stase Management
Keperawatan. Adapun dalam penulisan askep ini, penulis tidak lepas dari bimbingan dan
motivasi dari berbagai pihak
Penulis menyadari dalam penulisan akep ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan
perencanaan ini. Akhir kata semoga perencanaan ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Amiin.
Wassalamualaikum wr.wb

Kuningan, 20 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.....................................................................................................i
DAFTAR
ISI.....................................................................................................................ii

1. DEFINISI.........................................................................................................1

2. ETIOLOGI......................................................................................................1

3. ANATOMI FISIOLOGI................................................................................2

4. MANIFESTASI KLINIS...............................................................................7

5. PATOFISIOLOGI DAN PATHWAY..........................................................7

6. KOMPLIKASI................................................................................................9

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK...............................................................10

8. PENGOBATAN............................................................................................11

9. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ISK..............................11

DAFTAR PUSTAKA 26

iii
1. DEFINISI INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya


mikroorganisme dedalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus, mikroorganisme lain. (Nanda Nic- Noc, 2012).
Infeksi Saluran Kemih adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai Idengan
pertumbuhan dan perkembang biakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi
parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna
(Widagdo, 2012).
Infeksi Saluran Kemih adalah infeksi akibat berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih
tidak mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. (Sudoyo Aru,dkk 2009).
Kesimpulan dari defenisi tentang penyakit infeksi saluran kemih di atas yaitu
dapat disimpulkan infeksi saluran kemih adalah penyakit yang bertumbuhnya kuman
di saluran kemih yang dapat menyerang lebih banyak pada anak perempuan
dibandingkan laki-laki dan juga tidak memandang umur karena bisa menyerang
semua umur baik anak-anak usia remaja, dewasa dan lansia. Kebiasaan menahan
buang air kecil, kurang minum air putih dan (air kencing susah keluar dan sedikit).

2. Etiologi
Menurut sumber Aru S, dkk (2009) mengatakan etiologi dari infeksi
saluran kemih penyebab terseringnya adalah E.coli . Penyebab lain ialah
klebsiela, enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok.
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :

1. Escherichia Coli : 90% penyebab ISK uncomplicated ( simple )


2. Psedomonas, proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated
3. Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan lain-lain
Prevalensi usia lanjut, antara lain : Sisa urin dalam kandung kemih yang
meningkat akibat pengosongan kandung kemih yang kurangefektif.
Mobilitas menurun.

4. Nutrisi yang sering kurang baik


5. Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
6. Adanya hambatan pada aliran darah
7. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.
Berbagai jenis orgnisme dapat menyebabkan Infeksi Saluran Kemih,
Escherichia coli (80% kasus) dan organisme enterik garam-negatif
lainny merupakan organisme yang paling sering menyebabkan ISK
kuman- kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum.
Organisme lain yang menyebabkan ISK antara lain Proteus,
Pseudomonas, Klebsiella, Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan
Staphylococcus koagulse- negatif. Beberapa faktor menyebabkan
munculnya Infeksi Saluran Kemih di masa kanak-kanak (Wong, 2008).

3. Anatomi Fisiologi Sistem Perkemihan

http://menarailmuku.blogspot.com/2012/11/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html

Sistem perkemihan terdiri atas beberapa organ yaitu ginjal, ureter,


vesika urinaria (kandung kemih), dan uretra.

a. Ginjal

Ginjal adalah organ berbetuk dua-buncis yang terletak di bagian


posterior abdomen, satu buah pada setiap sisi kolumna vertebralis torakal ke-
12 sampai vertebra lumbal ketiga,dimana ginjal kanan biasanya terletak agak
lebih rendah dari ginjal kiri karena hubungannya dengan hati. (Watson,
2002,hlm.384).Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12-13 cm, lebarnya 6 cm
dan beratnya antara 120-150 gram.

2
Fungsi vital ginjal :

1) Sekresi air kemih dan pengeluarannya dari tubuh manusia.


2) Sebagai homeostasis.
3) Pengeluaran zat-zat toksin/racun
4) Memperlakukan suasana keseimbangan air,
5) Mempertahankan  keseimbangan asam-basa cairan tubuh
6) Mempertahankan keseimbangan garam-garam dan zat-zat lain dalam tubuh.

Ginjal terbagi menjadi  bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian


internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari
kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal,
terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler,
dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane
basalis.  Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel
endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang
terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal.
Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat
korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.

Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus.


Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari jonjot-jonjot kapiler
yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa
everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang
melewati glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air
dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul
yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-
jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.

Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati
glomerulus akan disaring  ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar 180
liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa
molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada
hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus,
sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi
lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di

3
sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus
pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai
substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam
tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.

Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi


aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal disaring
oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam urin mencakup
natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.

Urine terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron. Urine
yang terbentuk dalam nefron ini akan mengalir ke dalam duktus pengumpul dan
tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk pelvis ginjal. Setiap pelvis
akan membentuk ureter. Ureter merupakan pipa panjang dengan dinding yang
sebagian besar terdiri atas otot polos.Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan
kandung kemih dan berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin.

a. Ureter
Terdiri dari dua saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25-30 cm dengan penampang ±
0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak
dalam rongga pelvis.

Lapisan dinding ureter terdiri dari

1) Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)


2) Lapisan tengah otot polos
3) Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik tiap 5 menit


sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih (vesika
urinaria).

Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah sepanjang fasia muskulus psoas dan
dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter terjadi pada tempat ureter
meninggalkan pelvis renalis, pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya
mempunyai saraf sensorik.

4
b. Kandung kemih (vesika urinaria)

Kandung kemih merupakan organ berongga  yang terletak di sebelah anterior


tepat dibelakang os.pubis. Organ ini berungsi sebagai wadah sementara untuk
menampung urine. Sebagian besar dinding kandung kemih tersusun dari otot polos
yang dinamakan muskulus detrusor.Kontraksi otot ini terutama berfungsi
mengososngkan kandung kemih pada saat buang air kecil (urinari). Uretra muncul
dari kandung kemih;  pada laki-laki, uretra berjalan lewat  penis dan pada wanita
bermuara tepat di sebela anterior vagina. Pada laki-laki kelenjar prostate yang terletak
tepat di bawah leher kandung kemih mengelilingi uretra di sebelah posterior  dan
leteral. Sfingter urinalisis eksterna merupakan otot volunteer yang bulat untuk
mengendalikan proses awal urinasi.

Ginjal terbagi menjadi  bagian eksternal yang disebut korteks dan bagian


internal yang dikenal sebag/ai medula. Pada manusia, setiap ginjal tersusun dari
kurang lebih 1 juta nefron.Nefron, yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal,
terdiri atas sebuah glomerulus dan sebuah tubulus.Seperti halnya pembuluh kapiler,
dinding kapiler glomerulus tersusun dari lapisan-lapisan endotel dan membrane
basalis.  Sel-sel epitel berada pada salah satu sisi membrane basalis, dan sel-sel
endotel pada sisi lainnya. Glomerulus membentang dan membentuk tubulus yang
terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal.
Tubulus distal bersatu untuk membentuk duktus pengumpul.Duktus ini berjalan lewat
korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke dalam pelvis ginjal.

Proses pembentukan urine dimulai ketika darah mengalir lewat glomerulus.


Glomerulus yang merupakan struktur awal nefron, tersusun dari jonjot-jonjot kapiler
yang mendapat darah dari vasa aferen dan mengalirkan darah balik lewat vasa
everen. Tekanan darah menentukan berapa tekanan dan kecepatan aliran darah yang
melewati glomerulus.Ketika darah berjalan melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air
dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sementara molekul-molekul
yang besar tetap tertahan di dalam aliran darah. Cairan disaring lewat dinding jonjot-
jonjot kapiler glomerulus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai ”Fitrat”.

Dalam kondisi yang normal, kurang dari 20 % dari plasma yang melewati
glomerulus akan disaring  ke dalam nefron dengan jumlah yang mencapai sekitar 180
liter filtrat perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa

5
molekul yang besar (protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit) pada
hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekul kecil lainnya. Dalam tubulus,
sebagian substansi ini secara selektif diabsopsi ulang ke dalam darah.Substansi
lainnya disekresikan dari darah ke dalam fitrat ketika fitrat tersebut mengalir di
sepanjang tubulus. Fitrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus
pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagai
substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam
tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin.

Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transportasi


aktif dan memerlukan penggunaan energi. Berbagai substansi secara normal disaring
oleh glomerulus, direabsorpsi oleh tubulus dan diekskresikan ke dalam urin mencakup
natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.

c. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemiih keluar.

Pada laki-laki terdiri dari :

1) Uretra prostaria
2) Uretra membranosa
3) Uretra kavernosa.

Lapisan uretra laki-laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam), dan
lapisan submukosa. Selain saluran eksresi uretra laki-laki berfungsi sebagai saluran
reproduksi (tempat keluarnya sperma).

Uretra pada wanita terletak di belakang simfisis pubis, berjalan miring sedikit
kearah atas, panjangnya ± 3-4 cm. Lapisan uretra pada wanita terdiri dari tunika
muskularis (sebelah luar), lapisan spongeosa merupakan pleksus dari vena-vena, dan
lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra pada wanita terletak di sebelah
atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di sini hanya sebagai saluran eksresi.

4. MENIFESTASI KLINIS
1. Anyang-anyangan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah di coba untuk
berkemih namun tidak air yang keluar.

6
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa bewarna
putih,coklat, atau kemerahan dan baunya sagat menyengat.
3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada darah.
4. nyeri pada pinggang.
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal(diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual muntah)
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuhsembuh
dapat menjadi pemicu terjadinya kanker kandung kemih

5. PATOFISIOLOGI & PATHWAY


Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh
mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang mencapai
kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas, enterobakter, Bakteri
gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal mikroorganisme tersebut
terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi infeksi pada saluran intestinal maka
terjadi respon tubuh terhadap infeksi sehingga timbul demam, anoreksia, mual,
muntah, menggigil, diare. Apalagi jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang
dekat sehingga memudahkan mikroorganisme masuk melalui urethra secara asenden.
Masuknya mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang
terlalu berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak
antara vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke vesika
urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi meningkat hingga
tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada vesika urinaria. Apalagi bila setelah
itu tidak mengosongkan kandung kemih maka mikroorganisme akan berkolonisasi di
dalam vesika urinaria. Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan
kateter dan sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih
karena saat membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk
bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama dapat
menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada vesika urinaria
dan menyebar ke seluruh sistem urinarius.
Intake minum yang kurang, menyebabkan urine sedikit keluar, yang
seharusnya jumlah urine normal untuk membawa sisa metabolisme adalah 1400 –
1900 ml. Minum yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria
tidak dapat di bawa keluar. Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh

7
sehingga urine mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal :
Nefropati dan Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih
mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih mudah
berkembang. Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran
mikroorganisme ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine yang
menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih,
ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu.
Urine statis ini memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah
terkontaminasi dengan urine ke pelvis ginjal. Secara normal mikroorganisme yang
masuk dapat di lawan oleh kandung kemih karena adanya lapisan kandung kemih
yang memproduksi sel mukus dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika
urinaria, sehingga sterilitas dari pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme
pertahanan vesika urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan
mikroorganisme ke dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan
urine, dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada
selaput lendir urethra). Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan
memudahkan berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi
juga bila saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang
keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme
kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi hematuri
terutama pada keadaan trauma urethra. (corwin.J, 2009).

Pathway ISK
Invasi mokroorganisme
(bakteri,virus)

8
Ke saluran kemih

Inflamasi/kerusakan TU infeksi

Pertahanan tubuh menurun

HIPERTERMIA

uretra

iritasi

Daya tampung vesika disuria


urinaria turun

GANGGUAN ELIMINASI
URIN
NYERI AKUT

6. KOMPLIKASI
Komplikasi Infeksi saluran kemih (ISK) Komplikasi yang dapat terjadi pada
infeksi saluran kemih ini adalah karena adanya proses reflux atau mikroorganisme
yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan: 1. Pyelonefritis Infeksi yang naik
dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi
pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal baik secara akut
dan kronik.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

9
a. Urinalisis
1) Leukosuria atau piuria: merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK.
Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB)
sediment air kemih
2) Hematuria: hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air kemih.
Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan
glomerulus ataupun urolitiasis.
b. Bakteriologis
1) Mikroskopis
2) Biakan bakteri
c. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik
d. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari urin
tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai criteria
utama adanya infeksi.
e. Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes Griess
untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien mengalami
piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat bakteri yang
mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.
2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):
Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes tambahan:
Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga
dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie
prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik
dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.

8. PENGOBATAN
a. Antibiotik : Untuk menghilangkan bakteri.
b. Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu

10
c. Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti )
dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
d. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum tidur
dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan lanjut bila
ada komplikasi lebih lanjut.

A. ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian adalah merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan

data tentang individu, keluarga, dan kelompok ( Carpenito & Moyet, 2009)

Proses pengkajian pertama dilakukan adalah pengumpulan data :

1) Identitas pasien

Biasanya berisikan tentang nama, umur, jenis kelamin, alamat, diagnose


medis dan tanggal masuk serta tanggal pengakajian dan identitas penanggung jawab.

2) Keluhan utama.

Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan

pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-
sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami
ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam,

menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.

2. Riwayat kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang meliputi keluhan

pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya
berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-

11
sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami
ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam,
menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.Pengkajian nyeri dilakukan dengan
cara PQRST : P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya
nyeri. Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat. R (region) yaitu

daerah perjalanan nyeri. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri. T (time)
adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

b) Riwayat kesehatan dahulu

Pada pengkajian biasanya di temukan kemungkinan penyebab

infeksi saluran kemih dan memberi petunjuk berapa lama infeksi sudah di
alami klien.

c) Riwayat kesehatan keluarga

Merupakan riwayat kesehatan keluarga yang biasanya dapat

meperburuk keadaan klien akibat adanya gen yang membawa penyakit turunan
seperti DM, hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini lebih
disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan gaya hidup seseorang,
namun jikaada penyakit turunan di curigai dapat memperburuk atau memperparah
keadan klien.

d) Riwayat Psikososial

Adanya kecemasan, mekanisme koping menurun dan kurangnya

berinteraksi dengan orang lain sehubungan dengan proses penyakit.

e) Riwayat kesehatan lingkungan.

Lingkungan kotor dapat menyebabkan berkembang biaknya penyakit

seperti stafilokok, juga kuman lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya


ISK.

f) Data tumbuh kembang

12
Data tumbuh kembang dapat diperoleh dari hasil pengkajian dengan

mengumpulkan data lumbang dan dibandindingkan dengan ketentua-ketentuan


perkembangan normal. Perkembangan motorik, perkembangan bahasa, perkembangan
kognitif, perkembangan emosional, perkembangan kepribadian dan perkembangan
sosial.

g) Pola kebiasaan

kebutuhan dasar manusia menurut Virginia Henderson (2008):

1) Pernapasan

Frekuensi pernapasan meningkat

2) Makan dan minum

Frekuensi makan dan minum dan berkurang karena adanya mual dan muntah

3. Eliminasi

a) BAB : Tidak ada keluhan

b) BAK : Adanya dysuria

c) Frekuensi miksi yang bertambah

d) Nyeri suprapubik

e) Bau urine yang tidak menyenangkan dan berwanra keruh

f) Pergerakan yang berhubungan dengan sikap

Terbatasnya pergerakan karena adanyan yeri dan kelemahan

fisik

4) Istirahat dan tidur

Gangguan tidur karena seringnya BAK, adanya rasa nyeri dan rasa mual
muntah.

5) Memilih, menggenakan dan melepaskan pakayan

13
Jika kondisi pasien tidak memungkinkan maka dalam memilih,

menenakan, dan melepaskan pakayan dibantu oleh perawat dan keluarga.

6) Suhutubuh

Peningkatan suhu tubuh disertai dengan demam

7) Kebersihan dan kesegaran tubuh

8) Pasien Infeksi Saluran Kemih dengan pergerakan terbatas dalam

melaksanakan personal higyene dibantu oleh perawat dan keluarga

9) Menghindari bahaya.

Kemungkinan karena kelemahan fisik maka pasien diawasi atau

didampingi keluarga atau perawat.

10) Beribadah sesuai keyakinan.

Pada umumnya pasien lebih mendekatkan diri pada TYME

11) Komunikasi dengan orang lain.

Pasien kurang berkomunikasi karena adnya nyeri dan kelemahan fisik

12) Mengerjakan dan melaksanakan sesuai perasaan

Dalam mengerjakan dan melaksanakan aktifitasnya pasien

dibantu oleh perawat dan keluarga.

13) Berpartisipasi dalam bentuk rekreasi

Pasien tidak mampu melaksanakan rekreasi karena penyakitnya

14) Belajar dan memuaskan keingintahuan yang mengarah pada

perkembangan kesehatannya. Pasien sering meminta informasi

tentang penyakitnya dan perkembangan kesehatannya.

14
4. Pemerikasaan fisik: dilakukan secara head to toe dan system tubuh.

Head To Too/Kepala sampai kaki

No Jenis Inspeksi Palpasi Auskultasi Perkusi

1. Kepala Bentuk kepala bulat

Kulit Kepala bersih

Rambut

Sebagian ber uban

2. Wajah 1. Bentuk simetris 1. Tidak ada - -


2. Terdapat wajah nyeri
lemas 2. Tidak ada
ruam

1. Bentuk hidung
Hidung 1. Tidak ada
simetris
nyeri tekan
2. Tidak terdapat
- -
secret
3. Penciuman
baik

1. Tidak ada
Mata 1. Bentuk mata
nyeri tekan
simetris
2. Penglihatan
Buram
3. Konjungtiva
- -

15
pucat,
4. sclera interik
5. reflek pupil
terhadap cahaya
baik
6. gerakan bola
mata normal

1. Bentuk simetris
Telinga 1. tidak ada - -
2. Bersih tidak
nyeri
ada serumen
tekan
3. Pendengaran

kurang
3. Leher 1. Bentuk leher 1. Tidak ada - -
simetris nyeri tekan
2. Leher bersih 2. Tidak Ada
benjolan
3. Tidak ada luka
3. Tidak Ada
pembengk
akan
kelenjar
tiroid
4. Tidak ada
kaku
kuduk

4. Dada
Paru-Paru 1. Bentuk dada 1. Ada nyeri 1. Suara 1. Bunyi
klien ada tekan paru- nafas
cekungan paru normal

16
2. Respirasai = 20 normal 2. Tidak ada
x/menit /vesikule r suara nafas
tambahan
1. Denyut
1. Bentuk dada 1. Suara
Jantung jantung
dan postur paru 1. Suara
teraba jantung
simestris
2. JVP baik normal/ jantung

≤ 3 detik Lupdup normal


2. Tidak ada
suara jantung
lupdup

5. Abdomen 1. abdomen 1. ada nyeri 1. Suara 1. Suara


pasien kembung tekan bising usus bising usus
2. Tidak ada tympani normal
kemerahan dan 2. Bising
lesi
usus 12
3. Tidak terdapat
x/menit
bekas operasi
4. Warna kulit

merata
6. Ektremitas Simetris kanan dan
kiri
Atas 1. Ada nyeri tekan
Integritas kulit baik pada bagian
Bawah
tangan sebelah
Kekuatan otot lemah
kanan yang
Tidak ada lesi diinfus

Tidak ada edema

6. Tangan kanan klien


terpasang infus RL
8jam

17
20tpm

7. Genetalia 1. Terpasangnya

kateter urin

5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang Menurut Sumber Buku Saku Keperawatan
Pediatri,(2009) :
1) Diagnosis pasti dikatakan dengan kulturorganisme melalui urine
Dipakaites stick untuk mengetahui adanya proteinuria, hematuria,
glukosuriadan PH
2) Pemeriksaan secara mikro skopik dikatakan positif bila terdapat
piuria (> 2000 leukosit/ml) pada pasien dengan gejala ISK
3) Pemeriksaan urinalisis:
a) Keruh
b) Bakteri
c) Pituria
d) Sel darah putih
e) Sel darah merah mungkin ada

B. Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan ISK

2. Gangguan eliminasi urin ( disuria,dorongan,frekuensi dan atau nokturia) berhubungan


dengan proses penyakit

3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit

18
NO SDKI SLKI SIKI

1 D.0077 Tingkat nyeri menurun Manajemen Nyeri (I. 08238)


(L.08066)
Nyeri Akut Observasi

Definisi: 1. lokasi, karakteristik, d


Pengalaman sensorik atau frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
emosional yang berkaitan
2. Identifikasi skala nyeri
dengan kerusakan jaringan
aktual atau fungsional, 3. Identifikasi respon nyeri
dengan onset mendadak verbal
atau lambat dan
4. Identifikasi faktor
berintensitas ringan
memperberat dan memperingan nyeri
hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 5. Identifikasi pengetahuan
bulan. keyakinan tentang nyeri

Penyebab: 6. Identifikasi pengaruh b


terhadap respon nyeri
1. Agen pencedera
fisiologis (mis. 7. Identifikasi pengaruh nyeri
Inflamasi, iskemia, kualitas hidup
neoplasma)
8. Monitor keberhasilan
2. Agen pencedra komplementer yang sudah diberikan
kimiawi (mis.
9. Monitor efek sam
Terbakar, bahan
penggunaan analgetik
kimia iritan)
3. Agen pencidra Terapeutik
fisik (mis. Abses,
1. Berikan teknik nonfarmako
trauma, amputasi,
untuk mengurangi rasa nyeri (mis. T
terbakar, terpotong,
hypnosis, akupresur, terapi m
mengangkat
biofeedback, terapi pijat, aroma t
berat,prosedur
teknik imajinasi terbimbing, kom
operasi,trauma,

19
latihan fisik hangat/dingin, terapi bermain)
berlebihan
2. Control lingkungan
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu rua
pencahayaan, kebisingan)

3. Fasilitasi istirahat dan tidur

4. Pertimbangkan jenis dan su


nyeri dalam pemilihan strategi mere
nyeri

Edukasi

1. Jelaskan penyebab, periode


pemicu nyeri

2. Jelaskan strategi meredakan

3. Anjurkan memonitor nyri s


mandiri

4. Anjurkan menggunakan ana


secara tepat

5. Ajarkan teknik nonfarmako


untuk mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

Kolaborasi pemberian analgetik, jika pe


2 D.0040 Gangguan Eliminasi urin 1. Manajemen Eliminasi Urine (I.041
Eliminasi Urin. membaik L.04034 1. Observasi
1. Desakan
1. Identifkasi tanda dan gejala rete
berkemih
Definisi : atau inkontinensia urine
menurun
Disfungsi eliminasi urin 2. Identifikasi faktor yang
2. Distensi kandung
Penyebab menyebabkan retensi atau
kemih menurun
1. Penurunan inkontinensia urine
3. Disuria menurun
kapasitas kandung 3. Monitor eliminasi urine (mis.

20
frekuensi, konsistensi, aroma,
kemih
volume, dan warna)
2. Iritasi kandung
kemih
3. Penurunan 2. Terapeutik
kemampuan menyadari
1. Catat waktu-waktu dan haluara
tanda-tanda gangguan
berkemih
kandung kemih
2. Batasi asupan cairan, jika perlu
4. Efek tindakan
3. Ambil sampel urine
medis dan diagnostik
tengah (midstream) atau kultur
(mis. operasi ginjal ,
operasi saluran kemih,
3. Edukasi
anestesi, dan obat-
obatan) 1. Ajarkan tanda dan gejala infeks
5. Kelemahan otot saluran kemih
pelvis 2. Ajarkan mengukur asupan caira
6. Ketidakmampuan dan haluaran urine
mengakses toilet (mis. 3. Anjurkan mengambil specimen
imobilitas) urine midstream
7. Hambatan 4. Ajarkan mengenali tanda berke
lingkungan dan waktu yang tepat untuk
8. Ketidakmampuan berkemih
mengkomunikasikan 5. Ajarkan terapi modalitas pengu
kebutuhan eliminasi otot-otot pinggul/berkemihan
9. Outlet kandung 6. Anjurkan minum yang cukup, j
kemih tidak lengkap tidak ada kontraindikasi
(mis. anomali saluran 7. Anjurkan mengurangi minum
kemih kongenital) menjelang tidur

4. Kolaborasi

1. Kolaborasi pemberian obat


suposituria uretra jika perlu

21
Perawatan kateter urine I.04164
Definisi
Mengedintifikasi dan merawat pasien
menjalani kateterisasi urine
Tindakan
Observasi:

1. Monitor kepatenan kateter urin


2. Monitor tanda dan gejala infek
saluran kemih
3. Monitor tanda dan gejala obstr
aliran urine
4. Monitor kebocoran kateter urin
5. Monitor input dan output caira

Terapeutik

1. Gunakan teknik aseptik selama


perawatan kateter urine
2. Pasti kan selang kateter urine
terbebas dari lipatan
3. Pastikan kantung kateter urine
diletakan dibawah ketinggian
kandung kemih dan tidak dilan
4. Lakukan perawatan parineal
5. Lakukan irigasi rutin dengan c
isotonis untuk mencegah kolon
bakteri
6. Kosongkan kantung urine jika
kentung urin sudah terisi
setengahnya
7. Ganti kateter dan kantong urin
sesuai protokol atau indikasi
8. Jaga privasi selama melakukan

22
tindakan

Edukasi:

1. Jelaskan tujuan,manfaat prosed


dan risiko sebelum pemasanga
kateter.

Pengontrolan infeksi I.14451


Definisi

1. Mengendalikan penyebaran inf


dan perburukan komplikasi aki
infeksi

Tindakan

1. Observasi
2. Identifikasi pasien-pasien yang
mengalami penyakit infeksi me
3. Terapkan kewaspadaan univers
4. Sterilisasi dan desinfektan alat

Edukasi

1. Ajarkan cara mencuci tangan


dengan benar

3 Hipertermia D.0130 Hipertermia Hipertermia I.15506


Definisi Termoregulasi L.14134 Manajemen hipertermi
Suhu tubuh meningkat 1. Suhu tubuh membaik
Observasi
diatas rentang normal
tubuh a) Identifikasi penyebab hipertermia (mis.
 Dehidrasi Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
 Terpapar
penggunaan incubator)
lingkungan panas

23
 Proses penyakit b) Monitor suhu tubuh
(mis. infeksi, kanker)
c) Monitor kadar elektrolit
 Ketidaksesuaian
pakaian dengan tubuh d) Monitor haluaran urine

 Peningkatan laju
e) Monitor komplikasi akibat hipertermia
metabolisme
 Respon trauma Terapiutik

 Aktivitas a) Sediakan lingkungan yang dingin


berlebihan
b) Longgarkan atau lepaskan pakaian

c) Basahi dan kipasi permukaan tubuh

d) Berikan cairan oral

e) Ganti linen setiap hari atau lebih sering ji


mengalami hiperhidosis

(Keringat berlebihan).

f) Lakukan pendinginan eksternal (mis. Seli


hipotermia atau kompres dingin

pada dahi, leher, dada, abdomen, aksila)

g) Hindari pemberian antipiretik atau aspiri

h) Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi

a) Anjurkan tirah baring

Kolaborasi

a) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrol


intravena, jika perlu

24
C. Implementasi
adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada
nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.
Ada 3 tahap implementasi :
a. Fase Orientasi
Fase orientasi terapeutik dimulai dari perkenalan klien pertama kalinya
bertemu dengan perawat untuk melakukan validasi data diri.
b. Fase Kerja
Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana perawat
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka dari itu perawat
diharapakan mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam tentang klien dan
masalah kesehatanya.
c. Fase Terminasi
Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana perawat
meninggalkan pesan yang dapat diterima oleh klien dengan tujuan, ketika
dievaluasi nantinya klien sudah mampu mengikuti saran perawat yang diberikan,
maka dikatakan berhasil dengan baik komunikasi terapeutik perawat-klien apabila
ada umpan balik dari seorang klien yang telah diberikan tindakan atau asuhan
keperawatan yang sudah direncanakan.

D. Evaluasi/ Catatan Perkembangan


Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah
diberikan dengan menggunakan SOAP (subyektif, obyektif, analisa, dan
perencanaan).

25
DAFTAR PUSTAKA

Doenges, Marilyn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: pedoman untuk


perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Alih Bahasa: I Made Kariasa,
Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.
Nugroho, Wahyudi. (2000). Keperawatan Gerontik. Edisi: 2. Jakarta: EGC.
Parsudi, Imam A. (1999). Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Price, Sylvia Andrson. (1995). Patofisiologi: konsep klinis proses-proses
penyakit: pathophysiologi clinical concept of disease processes. Alih Bahasa: Peter
Anugrah. Edisi: 4. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah
Brunner & Suddart. Alih Bhasa: Agung Waluyo. Edisi: 8. Jakarta: EGC.
Tessy Agus, Ardaya, Suwanto. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam:
Infeksi Saluran Kemih. Edisi: 3. Jakarta: FKUI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

http://hidayat2.wordpress.com/2009/03/31/askep-isk/

http://menarailmuku.blogspot.com/2012/11/anatomi-fisiologi-sistem-perkemihan.html

http://reniurl.blogspot.com/2010/07/makalah-askep-isk-infeksi-saluran-kemih.html

26

Anda mungkin juga menyukai