Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Disusun Oleh:

FASRIANTI
14420211021

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Medis
1. Definisi
Infeksi saluran kemih merupakan penyakit infeksi nomor dua
setelah infeksi saluran nafas. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah
satu infeksi yang paling sering terjadi baik pada rawat jalan maupun
rawat inap. Infeksi ini disebabkan oleh berbagai bakteri apiogenetik,
diluar rumah sakit terutama oleh Escherichia coli, sedangkan didalam
rumah sakit biasanya oleh bacteria dari kelompok pseudomonas,
proteus dan klebsiela(Gomila et al. 2018).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang
saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu
mikroorganisme (Setiawati et al. 2017)
2. Klasifikasi
Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan letak
peradangannya yaitu :
a. Kandung kemih (sistitis) yaitu organ yang bertanggug jawab
mengeluarkan air kemih. Gejala utamanya, meningkatnya frekuensi
berkemih, nyeri saat berkemih dan kadang-kadang darah dalam air
kemih, intensitasnya bervariasi dari satu orang ke orang yang lain.
Sistitis lebih cennderung mengenai wanita. Tanda pertama pada
wanita adalah rasa panas, kadang-kadang nyeri seperti disayat
pisau saat berkemih, yang perlahan-lahan menjadi nyeri tajam di
bagian bawah perut. Saat peradangan menyambar, penderita
merasakan sakit punggung yang tidak jelas disertai tidak enak
badan.
b. Uretra (uretritis) adalah peradangan atau infeksi uretra, saluran
yang mengangkut urine dari kandung kemih keluar dari tubuh.
c. Prostat (prostatitis) adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada
kelenjar prostat, yaitu kelenjar yang memproduksi cairan mani
yang berfungsi untuk memberi makan dan membawa sperma.
Prostatitis bisa terjadi pada semua lakilaki dari segala usia.
d. Prostat (prostatitis) adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada
kelenjar prostat, yaitu kelenjar yang memproduksi cairan mani
yang berfungsi untuk memberi makan dan membawa sperma.
Prostatitis bisa terjadi pada semua lakilaki dari segala usia.
3. Etiologi
Escherichia coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah
klebsiela, enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok(Anthony et
al. 2020).
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
1) EscherichiaColi
2) Psedomonas, proteus, Klebsiella
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
2) Mobilitas menurun
3) Nutrisi yang sering kurang baik
4) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
5) Adanya hambatan pada aliran darah
6) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat berbagai jenis orgnisme
dapat menyebabkan ISK.
Escherichia coli (80% kasus) dan organism enterik garam-negatif
lainnya merupakan organisme yang paling seringmenyebabkan ISK :
kuman ini biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme
lain yag menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,
Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse-
negatif.
4. Manifestasi Klinis
Menurut (Mingmei et al. 2021) gejala yang biasa terjadi pada ISK yaitu :
a. Rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah di coba untuk berkemih
namun tidak ada air yang keluar
b. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa bewarna
putih,coklat, atau kemerahan dan baunya sagat menyengat.
c. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah.
d. Nyeri pada pinggang.
e. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal(diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual muntah)
5. Patofisiologi
Menurut (Purnomo 2017). Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih
atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi
pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berbiak di
dalam media urine. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara :
1) ascending, 2) hematogen seperti pada penularan M. tubercolisatau S aureus,
3) limfogen, dan 4) langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah
terinfeksi. Sebagianbesar mikro-organisme memasuki saluran kemih melalui
cara asending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari floral normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus
vagina, prepisum kemih melalui uretraprostrat-vas deferens-testis (pada pria)-
buli-buli-ureter, dan sampai ke ginjal. Terjadi infeksi saluran kemih karena
adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi
(uroptogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan
keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahankan tubuh dari host yang
menurun atau karena virulensi agent meningkat. Infeksi saluran kemih
disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius.Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadi isk, yaitu
ansending dan hematogen.
a. Secara asending
1) masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain faktor
anatomi dimana wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada
laki-laki sehingga insiden terjadinya isk lebih tinggi, faktor tekanan
urin saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus
urinarius (pemeriksaan sitoskopik, pemakaian kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi.
2) Naiknya bakteri dari kandung kemih keginjal Naiknya bakteri dari
kandung kemih ke ginjalKuman penyebab ISK pada umumnya
adalah kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup secara
komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum,
dan di sekitar anus.
b. Secara hematogen Sering terjadi pada pasien yang system imunnya
rendah sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen.
Ada beberapa hal yang memengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan total
urin yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal
akibat jaringan parut, dll.
c. Limfogen Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi
bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau
kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke
ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang
mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara
hematogen kurang dari 3 %. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat
infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi
melalui infeksi hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua
ginjal. Pielonefritis kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan
biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau
refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan
oleh menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran
balik urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal),
kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistoskop. Uretritis suatu
inflamasi biasanya adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang
digolongkan sebagai general atau mongonoreal. Uretritis gnoreal
disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak
seksual. Uretritis nongonoreal; uretritis yang tidak berhubungan dengan
niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau
urea plasma uren.
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Purnomo 2017), jenis-jenis pemeriksaan penunjang pada
infeksi saluran kemih (ISK) yaitu :
a. Biopsi ginjal : Pengambilan jaringan ginjal dengan teknik terbuka atau
perkutan untuk pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan
mikroskop cahaya, electron, atau imunofluresen.
b. Pemeriksaan USG ginjal atau kandung kemih : Transmisi gelombang
ultrasonic melalui parenkim ginjal, di sepanjang saluran ureter dan di
daerah kandung kemih.
c. Pemeriksaan USG (skrotum) : Transmisi gelombang ultrasonic melewati si
skrotum dan testis.
d. Computed tomography (CT) : Pemeriksaan dengan sinar-X pancaran
sempit dan analisis computer akan menghasilkan rekonstruksi area yang
tepat.
e. Pemerikaan kultur dan sensitivitas urine : Pengumpulan specimen steril
Pemeriksaan urinalisasi dapat di temukan protenuria, leukosituria,
(Leukosit >5/LPB), Hematuria (eritrosit >5/LPB)
7. Komplikasi
Menurut (Gomila et al. 2018), komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi
saluran kemih ini adalah karena adanya proses reflux atau mikroorganisme
yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :
a. Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux
urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua
ginjal.
b. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering
berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan
kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.
8. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Keperawatan Menurut(Purnomo 2017), pengobatan
infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi
berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka
kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan Perawatan dapat
berupa :
1) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi.
2) Perubahan pola hidup diantaranya :
a) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
b) Pakaian dalam dari bahan katun
c) Menghindari kopi, alkohol
b. Penatalaksanaan Medis Menutut (Toker et al. 2017)
1) Obat-obatan
a) Anti biotik : Untuk menghilangkan bakteri.
b) Anti biotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
c) Anti biotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di
ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu 4.
d) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum
tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan
lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
2) Analgetik dan Anti spasmodik Untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh penderita
3) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium. Untuk meredakan gejala
iritasi pada saluran kemih
9. PATHWAY

akumulasi etiologi dan factor resiko


(infeksi makroorganisme, usia lanjut,
cidera uretra, riwayat isk)

Kuman mengeluarkan
endotoksin

Bakterimia
primer
Tidak difagosit

Bakteremia sekunder

hipotalamus uretra

Menekan Iritasi uretra


termoreguler

oliguria
Hipertermi

Gangguan
Eliminasi Urine

Depresi saraf priffer

Nyeri Akut
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Mengkaji identitas klien
b. Keluhan utama
c. Riwayat kesehatan sekarang
d. Riwayat kesehatan masa lalu
e. Riwayat kesehatan keluarga
f. Riwayat psikologis dan spiritual
g. Pola kebiasaan
1) Pernapasan
2) Makan dan minum
3) Eliminasi : BAB, BAK, Frekuensi miksi yang bertambah, Nyeri,
Bau urine, Warna urine.
4) Istrahat dan tidur
h. Pemeriksaan fisik meliputi: keadaan umum, TTV, pemeriksaan head
toe toe.
i. Pemeriksaan diagnostik
j. Penatalaksanaan medis/terapi (Setiadi 2018)
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis
b. Hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit
c. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan infeksi saluran
kemih
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Intervensi Rasional
1 Nyeri akut 1. Evaluasi efektifitas 1. Nyeri di control
berhubungan dengan tindakan pengontrolan secara mandiri oleh
agen cedera biologis nyeri yang pernah di pasien
lakukan oleh pasien 2. Mengetahui
2. Observasi nyeri yang di keefektifan durasi
alami pasien setiap 15 nyeri
menit 3. Pengobatan dalam
3. Kolaborasi dengan penyembuhan nyeri
pasien dan tim pada pasien
kesehatan lainnya untuk 4. Untuk mengurangi
menggunakan teknik faktor-faktor
nonfarmakologi pencetus nyeri
4. Kurangi faktor-faktor
yang dapat mencetuskan
atau meningkatkan nyeri
5. Kolaborasi pemberian
analgesic
2 Hipertemia 1. Monitor tanda-tanda 1. Suhu yang
berhubungan dengan vital (tekanan darah, meningkat
proses Nadi, Suhu, Pernapasan) mengidikasikan
pengobatan/infeksi 2. Berikan pengobatan terjadinya infeksi
untuk mengatasi 2. Pengobatan yang
penyebab demam baik akan
3. Kompres pasien untuk mengurangi
mencegah hilangnya penyebab demam
kehangatan tubuh 3. Kebutuhan cairan
4. Berikan air minum sesesuikan dengan
sesuai dengan kebutuhan kebutuhan pasien
pasien 4. Penanganan dalam
5. Kolaborasi pemberian mengobati masalah
terapi antipiretik, pasien
antibiotic atau agen anti
menggigil
3 Gangguan eliminasi 1. Memonitor /pantau 1. input dan autput
urine berhubungan eliminasi cairan
dengan infeksi 2. Memantau dan 2. cairan disesuaikan
saluran kemih memotifasi dalam dengan kebutuhan
kebutuhan cairan pasien
pasien(anjurkan pasien 3. untuk membantu
minum air ) pasien secara
3. Menyediakan waktu 10 mandiri
menit untuk 4. pemberian
mengosongkan kantung pengobatan untuk
kemih masalah pasien
4. Mengajarkan pasien
kompres hangat
5. kolaborasi pemberian
antibiotic

DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Bai, Michael, Bonares, Samuel Thrall, Chaim, dan Andrew Morris.
2020. “Presence of urinary symptoms in bacteremic urinary tract infection: a
retrospective cohort study of Escherichia coli bacteremia.” BMC Infectius
Diseases 2:2–10.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., dan Wager, C. M. (2017).


Nursing Internasional Clasification (NIC). Jakarta:EGC

Gomila, Aina Carratala, Eliakim, Shaw, dan Wiegand. 2018. “Risk factors and
prognosis of complicated urinary tract infections caused by Pseudomonas
aeruginosa in hospitalized patients: a retrospective multicenter cohort study.”
Infection and Drug Resistance 11:2571–81.

Mingmei, Du, Linjian Song, Yan Wang, Jiijiang Suo, Yanling Bai, Yubin Xing,
Lijun Xie, Bowei Liu, Lu Li, Yanping Luo, dan Yunxi Liu. 2021.
“Investigation and control of an outbreak of urinary tract infections caused
by Burkholderia cepacian-contaminated anesthetic gel.” Antimicrobial
Resistance and Infection Control 1:2–7.

Nanda-I. (2018). Diagnosa Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2018-2020.


Jakarta : EGC.

Purnomo. 2017. Buku Kuliah Dasar - Dasar Urologi. 3 ed. Jakarta: CV


Infomedika.

Setiadi. 2018. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori &
Praktik. Jakarta: Graha Ilmu.

Setiawati, Dita, Dwi Kurniawan, Riskawati, dan Sumiati Taringan. 2017.


“Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Penyakit Infeksi Saluran Kemih
Pada Mahasiswa/i Semester I dan III Di Akademi Keperawatan Husada
Karya Jaya.” Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya 1:33–36.

Toker, Ibrahim, Turgay Kilic, Sukran Kose, Murat Yesilaras, Orkun Unek, Serkan
Hacar, dan Aysin Toker. 2017. “Urinary Tract Infections in the Emergency
Department: Which Antibiotics are Most Appropriate.” Eurasian Journal Of
Emergency Medicine 1:126–30.

Anda mungkin juga menyukai