OSTEOPOROSIS
OLEH :
FASRIANTI
14420211021
MAKASSAR
2021/2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Osteoporosis berasal dari kata “osteo” yang berarti tulang, dan
“porous” yang berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis
disebut juga pengeroposan tulang, yaitu penyakit skeletal sistemik yang
ditandai dengan massa tulang rendah disertai kerusakan mikroarsitektur
jaringan tulang, sehingga tulang menjadi lebih tipis dan rapuh, sehingga
cenderung mudah fraktu. Osteoporosis dipertimbangkan sebagai masalah
kesehatan publik yang serius. Saat ini, diperkirakan bahwa sekitar 200 juta
orang di dunia menderita penyakit ini.4 Prevalensi osteoporosis pada
perempuan 4 kali lebih tinggi dibanding pada pria [ CITATION Kri20 \l 1033 ].
Osteoporosis adalah penyakit pengeroposan tulang yang
menyebabkan tulang mudah patah. Pengeroposan terjadi karena kecepatan
penghancuran tulang lebih dominan dibandingkan proses pembentukannya.
Penyakit ini menyerang wanita dan pria, usia muda dan tua, namun jenis
kelamin wanita dan usia lanjut lebih banyak terkena. Osteoporosis ini
menyerang berbagai macam tulang namun paling sering tulang pergelangan
tangan, tulang belakang, dan tulang sendi panggul. Osteoporosis dapat
menyebabkan patah tulang walaupun dengan trauma minimal (Supartono,
2019). Setiap satu dari dua orang berusia 50 tahun ke atas hampir
dipastikan mengalami penurunan kekuatan tulang, dan dewasa ini terdapat
lebih dari 200 juta penderita osteoporosis di dunia (Goode et al., 2020).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan bahwa osteoporosis
merupakan masalah besar bagi umat manusia [ CITATION Sup21 \l 1033 ].
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep medis dari osteoporosis ?
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep keperawatan osteoporosis ?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Osteoporosis adalah penyakit metabolic tulang yang ditandai oleh
menurunya masa tulang oleh karena berkurangnya matriks dan mineral
tulang disertai dengan kerusakan mikroarsitekturnya dengan akibat
menurunya kekuatan tulang sehingga terjadi kecenderungan tulang mudah
patah [ CITATION Wiy19 \l 1033 ].
Osteoporosis merupakan penyakit skeletal sistemik yang ditandai
dengan massa tulang rendah dan kerusakan mikroarsitektur jaringan
tulang dengan konsekuensi tulang menjadi lebih rapuh dan lebih mudah
fraktur [ CITATION Kri20 \l 1033 ].
2. Klasifikasi
Osteoporosis dibagi dua kelompok yaitu :
a. Osteoporosis primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulangl, yang
menyebabkan peningkatan proses resorpsi ditulang trabekula sehingga
meningkatkan resiko fraktur vertebra dan colles. Pada usia dkd awal
pasca menipouse, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan
perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
b. Osteoporosis sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar
tulang [ CITATION Ris21 \l 1033 ]..
3. Etiologi
Beberapa penyebab osteoporosis antara lain :
a. Osteoporosis pascamenopouse terjadi
Karena kuranya hormon estrogen (hormon utama pada wanita). Yang
membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya
gejala timbul pada perempuan yang berusia anatar 51-75 tahun, tetapi
dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat.
b. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan
kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan antara
kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru
(osteoblast). Sinilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia
lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70
tahun dan biasanya banyak terjadi pada wanita,.
c. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis
sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan.
d. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis esteoporosis yang
penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan
dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormone yang norma,
kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas
dari rapuhnya tulang [ CITATION Ris21 \l 1033 ].
4. Patofisiologi
Dalam keadaan normal, proses resorpsi dan proses pembentukkan
tulang(remodeling) terjadi secara terus-menerus dan seimbang. Jika
terdapat perubahan dalam keseimbangan ini, misalnya proses resorpsi
lebih besar dibandingkan dengan proses pembentukan, maka akan terjadi
penurunan massa tulang. Remodeling tulang normal pada orang dewasa
akan meningkatkan masa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Sementara
itu, proses pembentukan secara maksimal akan dicapai pada usia 30-35
tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian trebekula.
Setelah itu, secara berlahan resorpsi tulang akan lebih cepat dibandingkan
dengan pembentukan tulang. Pucak masa tulang akan dipengaruhi oleh
faktor genetik, nutrisi, pilihan gaya hidup, serta aktivitas fisik [ CITATION
Bla21 \l 1033 ].
5. Manifestasi Klinis
a. Nyeri dengan atau tampa fraktur yang nyata.
b. Nyeri timbul mendadak
c. Sakit hebat dan terlokalisasi pada vertebra yang terserang
d. Nyeri berkurang pada saat istirahat di tempat tidur
e. Nyeri ringan pada saat bangun tidur dan akan bertambah jiak
melakukan aktivitas
f. Deformitas vertebra thorakalis (penurunan tinggi badan)
[ CITATION Ris21 \l 1033 ].
6. Pemeriksaan penunjang
Sejumlah pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada osteoporosis
yaitu pemeriksaan sinar X, CT scan densitas tulang, rontgen, pemeriksaan
laboratorium, dan penilaian masa tulang [ CITATION Sup21 \l 1033 ].
7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaa farmakologi. Prinsip pengobatan pada osteoporosis
yaitu:
1) Meningkatkan pembentukkan tulang. Obat-obatan yang dapat
meningkatkan pembentuka tulang, misalnya steroid anabolik.
2) Menghambat resorpsi tulang. Obat-obatan yang dapat
menghambat resorpsi tulang yaitu estrogen, kalsitonim, difosfat,
dan modulator Reseptor selektif. Seluruh pengobatan iniharus
ditambah dengan konsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup.
b. Pencegahan. Terapi pencegahan osteoporosis dapat dilakukan sedini
mungkin yaitu sejak masa kanak-kanak. Pencegahan osteoporosis pada
usia muda mempunyai tujuan mencapai masa tulang dewasa (proses
konsolidasi yang) yang optimal. Sejumlah pencegahan yang dapat
dilakukan di anta anya:
1) Mengonsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup
2) Latihan/olah raga secara teratur setiap hari
3) Mengonsumsi protein hewani
4) Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko osteoporosis,
misalnya merokok, alkohol, dan kafein
[ CITATION Gra19 \l 1033 ].
8. Penyimpanan KDM
Defisiensi
kalsium
Kecepatan reabsorsi tulang lebih
cepat
cedera
Spasme otot
fraktur
Deformitas
Pengeluaran zat kimia (prostaglandin
histamin,bradikinin)
Bungkuk
Dihantar ke sum-sum
tulng belakang Gangguan mobilitas fisik
Thalamus
Korteks cerebri
Perubahan status
dipersepsi kesehatan
Nyeri
Kurang informasi
Kurang pengetahuan
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Apakah terdapat riwayat osteoporosis dalam keluarga
2) Apakah klien pernah mengalami fraktur sebelumnya
3) Apakah klien mengonsumsi kalsium diet harian sesesuai dengan
kebutuhan
4) Bagaimana pola latihan klien
5) Apakah klien mengunakan kortikostroid selain mengonsumsi
alkohol, rokok, dan kafein
6) Apakah klien mengalami gejala lain, misalnya nyeri pinggang,
konstipasi, atau gangguann citra diri
b. Pemeriksaan fisik
1) Adanya “punuk dowager” (kifosis)
2) Nyeri punggung: thoracic dan lumbar
3) Penurunan tinggi badan
4) Gaya berjalan bungkuk
5) Nyeri sendi
6) Kelemahan otot
7) Masalah mobilitas dan penafasan akibat perubahan postur
8) Adanya konstipasi yang disebabkan oleh aktivitas
c. Pemeriksaan penunjang
1) Radiologi
Gejala radiologi yang khas adalah desintas atau massa tulang yang
menurun yang dapat dilihat pada ruas tulang belakang,dinding
dekat korpus ruas biasanya merupakan lokasi yang paling
berat,penipisan korteks dan organ trabekula. Lintang merupakan
kelainan yang sering ditemukan.lemahnya korpus tulang belakang
menyebabkan penonjolan yang menggelembung dari inti
pilpousus kedalam ruang intervertabralis dan menyebabkan
deformitas bikonkaf,dll.
2) CT-Scan
Dapat mengukur tulang secara kuantitatif yang mempunyai nilai
penting dalam diagnostik dan terapi mengikuti naik. Mineral ruas
diatas 110 mg/cm biasnya tidak menimbulkan fraktur ruas atau
penonjolan sedangkan mineral ruas dibawah 65 mg/cm ada pada
semua klien yang hampir mengalami fraktur
2. Diagnosa
a. Nyeri akut berhubungan dengan dampak sekunder dari fraktur
vertebras pasme otot
b. Kurang pengetahuan berhubungan dengan proses osteoporosis dan
program terapi
c. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan Kerusakkan integritas
struktur tulang
d. Resiko terhadap cedera: fraktu berhubungan dengan tulang
osteooporosis
[ CITATION Nan20 \l 1033 ].
3. Intervensi
DX.KEP Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Pa 1. Tulang dalam
berhubungan tindakan ntau tingkat nyeri pada peningkatan jumlah
dengan dampak keperawatan 1x24 pungung,nyeri trabekular akan pergi
sekunder dai jam diharapkan terlokalisasi atau bergeraka ke tulang
fraktur vertebra nyeri berkurang menyebar pada perut belakang
pasme otot Dengan kriteria atau pinggang 2. Alternatif lain untuk
hasil : 2. Aja mmengatasi nyeri
1. Klien akan rkan pada klien tentag pengaturan
mengekspresika alternatif lain untuk posisi,kompres
n nyerinya mengatasi dan hangat,dll
2. Klien dapat mengurangi rasa 3. Keyakinan klien tidak
tenang dan nyerinya dapat menoleransi obat
istirahat yang 3. Kaj yang adekuat atau tidak
cukup i obat-obatan untuk adekuat untuk
3. Klien dapat mengatasi nyeri mengatasi nyerinya
mandiri dalam 4. Re 4. Kelelahan dan
perawatan dan ncanakan pada klien keletihan dapat
penanganan tentang periode istirahat menurunkan minat
secara adekuat dengan untuk aktivitas sehari-
sederhana berbaring dalam posisi hari
terlentang selama
kurang lebih 15 menit
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2021 ). Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Endokrin . Singapure: Elsevier.
Graha, A. S. (2019). Masase Terapi Penyakit Degeneratif. Yogyakarta: UNY
Press.
Kristiningrum, E. (2020). Farmakoterapi untuk Osteoporosis. CONTINUING
MEDICAL EDUCATION , 41.
Nanda, I. (2018). Diagnosa Keperawatan : definisi dan klasifikasi 2018-2020.
Jakarta: EGC.
Risnawati. (2021). KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH Sistem Perkemihan dan
Sistem musculoskletal. Bandung: CV. Media Sains Indonesia.
Supartono, B., Wardhani, S., & Kusumaningsih, P. (2021). Skrining Osteoporosis
dengan Ultrasonografi Kalkaneus Sebagai Upaya Pencegahan Patah Tulang
Pada Usia Lanjut. SOCIETYJurnal Pengabdian dan Pemberdayaan
Masyarakat , 123.
Wiyasa, I. A. (2019). Penatalaksanaan Osteoporosis Pascamenopouse. Jakarta:
UB Press.