Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

INFEKSI SALURAN KEMIH (ISK)

Disusun Oleh:

AYU RAHMADHANI
14420202178

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
KONSEP MEDIS

A. Definisi
Infeksi saluran kemih merupakan penyakit infeksi nomor dua setelah
infeksi saluran nafas. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah salah satu infeksi
yang paling sering terjadi baik pada rawat jalan maupun rawat inap. Infeksi ini
disebabkan oleh berbagai bakteri apiogenetik, diluar rumah sakit terutama
oleh Escherichia coli, sedangkan didalam rumah sakit biasanya oleh bacteria
dari kelompok pseudomonas, proteus dan klebsiela (Gomila et al. 2018).
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang saluran
kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu mikroorganisme
(Setiawati et al. 2015)

B. Klasifikasi
Menurut (Purnomo 2014), jenis infeksi kandung kemih dapat
diklasifikasikan berdasarkan letak peradangannya yaitu :
1. Kandung kemih (sistitis) yaitu organ yang bertanggug jawab
mengeluarkan air kemih. Gejala utamanya, meningkatnya frekuensi
berkemih, nyeri saat berkemih dan kadang-kadang darah dalam air kemih,
intensitasnya bervariasi dari satu orang ke orang yang lain. Sistitis lebih
cennderung mengenai wanita. Tanda pertama pada wanita adalah rasa
panas, kadang-kadang nyeri seperti disayat pisau saat berkemih, yang
perlahan-lahan menjadi nyeri tajam di bagian bawah perut. Saat
peradangan menyambar, penderita merasakan sakit punggung yang tidak
jelas disertai tidak enak badan.
2. Uretra (uretritis) adalah peradangan atau infeksi uretra, saluran yang
mengangkut urine dari kandung kemih keluar dari tubuh.
3. Prostat (prostatitis) adalah peradangan (inflamasi) yang terjadi pada
kelenjar prostat, yaitu kelenjar yang memproduksi cairan mani yang
berfungsi untuk memberi makan dan membawa sperma. Prostatitis bisa
terjadi pada semua lakilaki dari segala usia.
4. Ginjal (pielonefritis) adalah penyakit infeksi pada ginjal disebabkan oleh
bakteri atau virus. Kandung kemih menyimpan urine sebelum di kelurkan
oleh tubuh.

C. Etiologi
Escherichia coli adalah penyebab tersering. Penyebab lain ialah
klebsiela, enterobakteri, pseudomonas, streptokok, dan stafilokok (Anthony et
al. 2020).
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain :
a) EscherichiaColi
b) Psedomonas, proteus, Klebsiella
c) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci
2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain :
a) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengosongan
kandung kemih yang kurang efektif
b) Mobilitas menurun
c) Nutrisi yang sering kurang baik
d) Sistem imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
e) Adanya hambatan pada aliran darah
f) Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat berbagai jenis orgnisme
dapat menyebabkan ISK.
Escherichia coli (80% kasus) dan organism enterik garam-negatif
lainnya merupakan organisme yang paling sering menyebabkan ISK : kuman
ini biasanya ditemukan di daerah anus dan perineum. Organisme lain yag
menyebabkan ISK antara lain Proteus, Pseudomonas, Klebsiella,
Staphylococcus aureus, Haemophilus, dan Staphylococcus koagulse-negatif.
D. Manifestasi Klinis
Menurut (Mingmei et al. 2021) gejala yang biasa terjadi pada ISK yaitu :
1. Rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah di coba untuk berkemih
namun tidak ada air yang keluar
2. Sering kencing dan kesakitan saat kencing, air kencingnya bisa bewarna
putih,coklat, atau kemerahan dan baunya sagat menyengat.
3. Warna air seni kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah.
4. Nyeri pada pinggang.
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan infeksi telah mencapai
ginjal (diiringi rasa nyeri di sisi bawah belakang rusuk, mual muntah)

E. Patofisiologi
Menurut (Purnomo 2014). Sejauh ini diketahui bahwa saluran kemih
atau urine bebas dari mikroorganisme atau steril. Infeksi saluran kemih terjadi
pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berbiak di
dalam media urine. Mikroorganisme memasuki saluran kemih melalui cara :
1) ascending, 2) hematogen seperti pada penularan M. tubercolisatau S aureus,
3) limfogen, dan 4) langsung dari organ sekitarnya yang sebelumnya telah
terinfeksi. Sebagianbesar mikro-organisme memasuki saluran kemih melalui
cara asending. Kuman penyebab ISK pada umumnya adalah kuman yang
berasal dari floral normal usus dan hidup secara komensal di dalam introitus
vagina, prepisum kemih melalui uretraprostrat-vas deferens-testis (pada pria)-
buli-buli-ureter, dan sampai ke ginjal. Terjadi infeksi saluran kemih karena
adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi
(uroptogen) sebagai agentdan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan
keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahankan tubuh dari host yang
menurun atau karena virulensi agent meningkat. Infeksi saluran kemih
disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus
urinarius.Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung dari tempat
infeksi terdekat, hematogen, limfogen. Ada dua jalur utama terjadi isk, yaitu
ansending dan hematogen.
1. Secara asending
a) masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih, antara lain faktor
anatomi dimana wanita memiliki uretra yang lebih pendek dari pada
laki-laki sehingga insiden terjadinya isk lebih tinggi, faktor tekanan
urin saat miksi, kontaminasi fekal, pemasangan alat ke dalam traktus
urinarius (pemeriksaan sitoskopik, pemakaian kateter), adanya
dekubitus yang terinfeksi.
b) Naiknya bakteri dari kandung kemih keginjal Naiknya bakteri dari
kandung kemih ke ginjalKuman penyebab ISK pada umumnya adalah
kuman yang berasal dari flora normal usus. Dan hidup secara
komensal di dalam introitus vagina, prepusium penis, kulit perineum,
dan di sekitar anus.
2. Secara hematogen Sering terjadi pada pasien yang system imunnya rendah
sehingga mempermudah penyebaran infeksi secara hematogen. Ada
beberapa hal yang memengaruhi struktur dan fungsi ginjal sehingga
mempermudah penyebaran hematogen, yaitu adanya bendungan total urin
yang mengakibatkan distensi kandung kemih, bendungan intrarenal akibat
jaringan parut, dll.
3. Limfogen Pielonefritis (infeksi traktus urinarius atas) merupakan infeksi
bakteri piala ginjal, tobulus dan jaringan intertisial dari salah satu atau
kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kmih melalui uretra dan naik ke
ginjal meskipun ginjal 20 % sampai 25 % curah jantung; bakteri jarang
mencapai ginjal melalui aliran darah ; kasus penyebaran secara hematogen
kurang dari 3 %. Pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung
kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi
hematogen. Infeksi dapat terjadi di satu atau di kedua ginjal. Pielonefritis
kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada
individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter.
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
urine dari uretra ke dalam kandung kemih (refluks urtrovesikal), kontaminasi
fekal, pemakaian kateter atau sistoskop. Uretritis suatu inflamasi biasanya
adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang digolongkan sebagai general
atau mongonoreal. Uretritis gnoreal disebabkan oleh niesseria gonorhoeae dan
ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis nongonoreal; uretritis yang tidak
berhubungan dengan niesseria gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia
frakomatik atau urea plasma uren.

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Purnomo 2014), jenis-jenis pemeriksaan penunjang pada
infeksi saluran kemih (ISK) yaitu :
1. Biopsi ginjal : Pengambilan jaringan ginjal dengan teknik terbuka atau
perkutan untuk pemeriksaan dengan menggunakan pemeriksaan
mikroskop cahaya, electron, atau imunofluresen.
2. Pemeriksaan USG ginjal atau kandung kemih : Transmisi gelombang
ultrasonic melalui parenkim ginjal, di sepanjang saluran ureter dan di
daerah kandung kemih.
3. Pemeriksaan USG (skrotum) : Transmisi gelombang ultrasonic melewati si
skrotum dan testis.
4. Computed tomography (CT) : Pemeriksaan dengan sinar-X pancaran
sempit dan analisis computer akan menghasilkan rekonstruksi area yang
tepat.
5. Pemerikaan kultur dan sensitivitas urine : Pengumpulan specimen steril
Pemeriksaan urinalisasi dapat di temukan protenuria, leukosituria,
(Leukosit >5/LPB), Hematuria (eritrosit >5/LPB)
G. Komplikasi Demam Typhoid
Menurut (Gomila et al. 2018), komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi
saluran kemih ini adalah karena adanya proses reflux atau mikroorganisme
yang di dapat secara asendens, yaitu menyebabkan :
1. Pyelonefritis Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux
urethrovesikal dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua
ginjal.
2. Gagal Ginjal Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering
berulang atau tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan
kerusakan ginjal baik secara akut dan kronik.

H. Penatalaksanaan Demam Typhoid


1. Penatalaksanaan Keperawatan Menurut (Purnomo 2014), pengobatan
infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala dengan cepat,
membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan mencegah infeksi
berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta angka
kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan Perawatan dapat
berupa :
a) Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi.
b) Perubahan pola hidup diantaranya :
1) Membersihkan perineum dari depan ke belakang
2) Pakaian dalam dari bahan katun
3) Menghindari kopi, alkohol
2. Penatalaksanaan Medis Menutut (Toker et al. 2016)
a) Obat-obatan
1) Anti biotik : Untuk menghilangkan bakteri.
2) Anti biotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
3) Anti biotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di
ganti ) dalam jangka waktu 3 – 4 minggu 4.
4) Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari
sebelum tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan
pengobatan lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
b) Analgetik dan Anti spasmodik Untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh penderita
c) Obat golongan Venozopyridine : Pyridium. Untuk meredakan gejala
iritasi pada saluran kemih
I. PATHWAY

akumulasi etiologi dan factor resiko


(infeksi makroorganisme, usia lanjut,
cidera uretra, riwayat isk)

Kuman mengeluarkan
endotoksin

Bakterimia primer

Tidak difagosit

Bakteremia sekunder

hipotalamus uretra

Menekan Iritasi uretra


termoreguler

oliguria
Hipertermi

Gangguan
Eliminasi Urine

Depresi saraf priffer

Nyeri Akut
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Mengkaji identitas klien
2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan masa lalu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat psikologis dan spiritual
7. Pemeriksaan fisik meliputi: keadaan umum, TTV, pemeriksaan head toe
toe, pola kebiasaan sehari-hari
8. Pemeriksaan diagnostik
9. Penatalaksanaan medis/terapi (Setiadi 2016)

B. Diagnosis Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan infeksi traktus urinarius
2. Hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain
(Tim Pokja SDKI PPNI 2017)

C. Intervensi Keperawatan
1. Nyeri Akut berhubungan dengan infeksi traktus urinarius.
Manajemen nyeri
a) Observasi
1) Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi,frekuensi,kualitas, intensitas
nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identiifkasi respons nyeri non verbal
4) Identifikasi factor yang memperberat dan memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan keyakinan terhadap nyeri
6) Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
b) Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
(misal, hypnosis,akupresur, terapi musik, biofeedback terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin)
2) kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (misal, suhu
ruangan, pencahayaan, kebisingan)
3) fasilitasi istrahat dan tidur
4) pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dakam pemeliharaan
strategi meredakan nyeri
c) Edukasi
1) Jelaskan penyebab,periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik , jika perlu
2. Hipertermi berhubungan dengan Proses penyakit.
Manajemen Hipertermia
a) Obeservasi
1) Identifikasi penyebab hipertermi
2) Monitor suhu tubuh
b) Terapeutik
1) Longgarkan/lepaskan pakaian
c) Edukasi
1) Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
3. Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan obstruksi mekanik pada
kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain
Manajemen Eliminasi Urine
a) Observasi
1) Identifikasi tanda dan gejala retensi atau inkontinensia urine
2) Identifikasi faktor yang menyebabkan retensi urine atau
inkontinensia urine
3) Monitor eliminasi urine (mis, frekuensi, konsistensi, aroma,
volume dan warnah)
b) Terapeutik
1) Catat waktu – waktu dan haluaran berkemih
2) Batasi asupan cairan, jika perlu
c) Edukasi
1) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2) Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang tepat untuk
berkemih
3) Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
4) Anjurkan menguragi minum menjelang tidur
d) Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu
(Tim Pokja SIKI PPNI 2018)
DAFTAR PUSTAKA

Anthony, Bai, Michael, Bonares, Samuel Thrall, Chaim, dan Andrew Morris.
2020. “Presence of urinary symptoms in bacteremic urinary tract infection: a
retrospective cohort study of Escherichia coli bacteremia.” BMC Infectius
Diseases 2:2–10.

Gomila, Aina Carratala, Eliakim, Shaw, dan Wiegand. 2018. “Risk factors and
prognosis of complicated urinary tract infections caused by Pseudomonas
aeruginosa in hospitalized patients: a retrospective multicenter cohort study.”
Infection and Drug Resistance 11:2571–81.

Mingmei, Du, Linjian Song, Yan Wang, Jiijiang Suo, Yanling Bai, Yubin Xing,
Lijun Xie, Bowei Liu, Lu Li, Yanping Luo, dan Yunxi Liu. 2021.
“Investigation and control of an outbreak of urinary tract infections caused
by Burkholderia cepacian-contaminated anesthetic gel.” Antimicrobial
Resistance and Infection Control 1:2–7.

Purnomo. 2014. Buku Kuliah Dasar - Dasar Urologi. 3 ed. Jakarta: CV


Infomedika.

Setiadi. 2016. Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori &
Praktik. Jakarta: Graha Ilmu.

Setiawati, Dita, Dwi Kurniawan, Riskawati, dan Sumiati Taringan. 2015.


“Gambaran Tingkat Pengetahuan Mengenai Penyakit Infeksi Saluran Kemih
Pada Mahasiswa/i Semester I dan III Di Akademi Keperawatan Husada
Karya Jaya.” Jurnal Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya 1:33–36.

Tim Pokja SDKI PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. 1 ed.
Jakarta: DPP PPNI.

Tim Pokja SIKI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. 1 ed.
Jakarta: DPP PPNI.

Toker, Ibrahim, Turgay Kilic, Sukran Kose, Murat Yesilaras, Orkun Unek, Serkan
Hacar, dan Aysin Toker. 2016. “Urinary Tract Infections in the Emergency
Department: Which Antibiotics are Most Appropriate.” Eurasian Journal Of
Emergency Medicine 1:126–30.

Anda mungkin juga menyukai