Disusun Oleh :
2021
A. Konsep Kebutuhan Cairan dan Elektrolit
1. Defenisi cairan dan elektrolit
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke tubuh melalui makanan,
minuman, dan cairan intravena (IV) dan di distribusikan ke seluruh tubuh
(Haswita & Sulistyowati, 2017).
Cairan dan elekteolit merupakan komponen tubuh yang berperan
dalam memelihara fungsi tubuh dan proses homeostatis. Tubuh kita
terdiri atas sekitar 60% air yang tersebar dalam sel maupun luar sel.
Namun demikian, besarnya kandungan air tergantung usia, jenis kelamin,
dan kandungan lemak (Black & Hawks, 2016).
2. Etiologi cairan dan elektrolit
a. Etiologi cairan
Rata-rata asupan cairan harian individu dewasa adalah sekitar
1.500-2.000 ml. Di samping itu, sekitar 800 ml cairan di konsumsi
melalui makanan padat. Keseimbangan cairan dipertahankan dalam
tubuh karena asupan cairan sama dengan ekskresinya dari tubuh.
Konsep sederhana ini dapat digunakan untuk menjelaskan sebab-
sebab umum dari gangguan keseimbangan cairan. Kurangnya asupan
cairan, pengeluaran cairan yang berlebih, atau keduanya dapat
menyebabkan dehidrasi. Sebaliknya, asupan cairan yang berlebih dan
kurangnya ekskresi cairan dapat berujung pada overhidrasi. Lebih
lanjut, perubahan pada berbagai pengatur keseimbangan cairan-
sensasi haus, hormone, system limfatik, ginjal-meningkatkan resiko
atau dapat menyebabkan gangguan keseimbangan cairan.
b. Etiologi elektrolit
Elektrolit mempertahankan tegangan disepanjang membrane sel,
dan sel menggunakan elektrolit untuk mengonduksikan impuls ke
elektrik (impuls saraf, kontraksi otot) ke sel-sel lain. Ginjal bekerja
mempertahankan konsentrasi elektrolit didarah dalam kadar tetap
meskipun terjadi perubahan dalam tubuh. Elektrolit yang hilang
tersebut harus diganti untuk menjaga konsentrasi elektrolit cairan
tubuh konstan.
(Black & Hawks, 2016)
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit
a. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme
yang diperlukan dan berat badan.
b. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat
kehilangan NaCl melalui keringat sebanyak 15-3- gram/hari.
c. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan
energy, proses ini menimbulkan pergerakan cairan dari interstial ke
intraseluler.
d. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi
darah dan glikosis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air.
e. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal, dan jantung,
gangguan hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.
(A. A. Hidayat, 2015)
4. Kebutuhan cairan tubuh bagi manusia
Kebutuhan cairan merupakan bagian dari kebutuhan dasar manusia
secara fisiologis karena memiliki proporsi besar dalam tubuh. Hampir
90% 10 dari berat badan total berbentuk cairan. Sementara itu, sisanya
merupakan bagian padat dari tubuh. Air merupakan 75% dari total berat
badan bayi, 70% dari total berat badan pria dewasa, dan 55% dari total
berat badan pria lanjut usia. Pada wanita, kandungan air di dalam
tubuhnya 10% lebih sedikit dibandingkan pria karena umumnya wanita
memiliki simpanan lemak yang lebih banyak.
Kebutuhan Air
Umur
Jumlah air dalam 24 jam ml/kg berat badan
3 hari 250-300 80-100
1 tahun 1150-1300 120-135
2 tahun 1350-1500 115-125
4 tahun 1600-1800 100-110
10 tahun 2000-2500 70-85
14 tahun 2200-2700 50-60
18 tahun 2200-2700 40-50
Dewasa 2400-2600 20-30
(Saputra, 2013)
5. Pergerakan cairan dan elektrolit
Cairan dan elektrolit dalam tubuh selalu bergerak di antara ketiga
tempat cairan yaitu intraseluler, Interstitial, dan intravaskuler. Pergerakan
cairan dan elektrolit harus dipertahankan dalam keadaan seimbang.
Secara garis besar, pergerakan cairan dan elektrolit terbagi atas beberapa
aspek, antara lain :
a. Plasma, yang di dalamnya antara lain mengandung oksigen dan
nutrient, bergerak ke seluruh tubuh dalam sirkulasi
b. Cairan Interstitial beserta komponennya bergerak di antara kapiler
darah dan sel
c. Cairan dari Interstitial bergerak ke dalam sel
a. Difusi
Difusi adalah perpindahan larutan atau gas dari daerah yang
berkonsentrasi tinggi ke daerah yang berkonsentrasi rendah, di dalam
tubuh, Difusi berlangsung melalui membran kapiler yang permeable.
Kecepatan Difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yaitu :
1) Ukuran Molekul
Molekul yang berukuran besar cenderung bergerak lebih lambat
daripada molekul berukuran kecil.
2) Konsentrasi Larutan
Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat
pergerakan molekul sehingga proses Difusi berjalan lebih cepat.
3) Suhu Larutan
Makin tinggi suhu larutan, makin tinggi kecepatan Difusi.
Molekul-molekul besar tidak dapat melintas dengan cara Difusi
(misalnya glukosa), tetapi sebagian molekul tersebut dapat
melintas dengan bantuan carrier atau bahan pembawa melalui
proses Difusi terbantu (dengan kemudahan). Contoh proses Difusi
adalah pergerakan oksigen dari kapiler darah ke sel. Difusi
oksigen ini terjadi karena perbedaan konsentrasi oksigen antara di
kapiler dengan di sel. Arah perpindahan yang terjadi pada proses
Difusi bisa timbal balik.
b. Osmosis
Osmosis adalah perpindahan air melintasi membran semipermeable
dari daerah berkonsentrasi rendah ke daerah berkonsentrasi tinggi.
Pada proses ini, air yang berpindah akan mengencerkan larutan
berkonsentrasi tinggi hingga mencapai keseimbangan pada kedua sisi
membran. Perpindahan air ini menyebabkan volume larutan
berkonsentrasi rendah akan berkurang, sedangkan volume larutan
berkonsentrasi tinggi akan bertambah. Tekanan osmotik larutan
disebut juga osmolalitas. Tekanan osmotik ini antara lain dipengaruhi
oleh jumlah albumin dan natrium. Proses osmosis ini sering terjadi
antara cairan intravaskuler dengan ekstravaskuler. Misalnya, osmosis
air dari Interstitial ke venule bersamaan dengan perpindahan
karbondioksida, urea, dan sampah metabolisme lainnya untuk
diekskresikan oleh tubuh.
c. Filtrasi
Tekanan filtrasi merupakan cara lain dimana air dan partikel-partikel
bergerak melewati membran. Gerakan ini terjadi akibat bobot atau
tekanan cairan lebih besar pada satu sisi membran dibandingkan
dengan sisi lain. Bobot atau tekanan cairan ini disebut dengan tekanan
hidrostatik. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa filtrasi terjadi
dari daerah yang tekanan hidrostatiknya tinggi ke daerah yang tekanan
hidrostatiknya rendah. Bergeraknya air dan solute seperti dari
intravaskuler ke Interstitial, terjadi karena tekanan hidrostatik pada
intravaskuler lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan pada
Interstitial. Dengan demikian, air beserta oksigen, nutrient, glukosa,
dan solute lainnya dapat keluar dari intravaskuler masuk ke
Interstitial, lalu ke sel.
d. Transport Aktif
Transport aktif adalah perpindahan larutan atau molekul melintasi
membran dari daerah berkonsentrasi rendah ke daerah berkonsentrasi
tinggi. Pada transport aktif terjadi pemompaan melewati membran
yang melawan gradient konsentrasi. Proses ini membutuhkan energi
dalam bentuk Adenosin Trifosfat (ATP). Ini berguna untuk
keseimbangan elektrolit. Contoh proses yang menggunakan Transport
aktif adalah pompa natrium-kalium yang berfungsi mempertahankan
konsentrasi ion natrium dan kalium di dalam ruang ekstrasel dan
intrasel.
(Tarwoto & Watonah, 2015)
6. Keseimbangan cairan tubuh
Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari keseimbangan
antara jumlah cairan yang masuk dan jumlah cairan yang keluar.
a. Asupan Cairan
Asupan (Intake) cairan untuk kondisi normal pada orang dewasa
adalah ±2500 cc perhari. Asupan cairan dapat langsung berupa cairan
atau ditambah dari makanan lain. Apabila terjadi ketidakseimbangan
volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang atau adanya
perdarahan, maka curah jantung menurun, menyebabkan terjadinya
penurunan tekanan darah.
b. Pengeluaran Cairan
Pengeluaran (Output) cairan sebagai bagian dalam mengimbangi
asupan cairan pada orang dewasa, dalam kondisi normal adalah ±2300
cc. pengeluaran cairan dapat terjadi melalui beberapa organ, misalnya
ginjal, kulit, paru-paru, dan organ-organ saluran pencernaan
(gastrointestinal).
1) Ginjal
Ginjal merupakan organ pengekskresi cairan utama didalam tubuh.
Peranannya cukup besar dalam mengatur keseimbangan cairan dan
elektrolit. Dalam sehari, ginjal menerima sekitar 170 liter darah
untuk kemudian disaring menjadi urine. Penyaringan darah terjadi
didalam glomerulus. Dari setiap satu liter darah yang masuk ke
dalam glomerulus, 10% nya disaring keluar. Secara umum, urine
diproduksi sekitar 1 mL/kg BB/jam. Pada individu dewasa, urine
diproduksi sekitar 1,5 L/hari. Produksi urine ini dapat berubah
karena dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain asupan cairan,
suhu, ADH, dan aldosteron.
2) Kulit
Kulit berperan dalam pengeluaran cairan karena pada kulit terdapat
kelenjar keringat. Hal ini juga terkait dengan proses pengaturan
panas. Pengeluaran keringat oleh kelenjar keringat berada dibawah
pengendalian saraf simpatik. Perangsangan kelenjar keringat untuk
14 mengeluarkan keringat dihasilkan melalui aktivitas otot, suhu
lingkungan yang tinggi, dan kondisi demam. Pada kondisi normal,
pengeluaran cairan melalui kulit berkisar 300-450 mL/hari. Jumlah
keringat yang keluar akan memengaruhi kadar natrium dalam
plasma.
3) Paru
Peningkatan jumlah cairan yang keluar melalui paru merupakan
bentuk respons terhadap perubahan kecepatan dan kedalaman nafas
karena pergerakan atau kondisi demam. Jumlah cairan yang
dikeluarkan melalui paru adalah sekitar 400 mL/hari.
4) Organ Saluran Pencernaan (gastrointestinal)
Organ saluran pencernaan berperan dalam pengeluaran cairan
melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Air tersebut
dikeluarkan bersama dengan feses. Dalam kondisi normal, cairan
yang hilang dengan cara ini adalah sekitar 100-200 mL.
(Saputra, 2013)
Prosedur :
No Diagnosis
Intervensi Keperawatan Rasional
. Keperawatan
a. Diare berhubungan Manajemen Diare Observasi
dengan inflamasi Observasi 1. Untuk menganalisa dan
gastrointestinal, 1. Identifikasi penyebab diare mengidentifikasi penyebab
iritasi 2. Monitor warna, volume, diare
gastrointestinal di frekuensi dan konsistensi tinja 2. Untuk menentukan intervensi
tandai dengan 3. Monitor tanda dan gejala selanjutnya
defekasi lebih dari hipovolemia 3. Untuk mencegah diare
tiga kali dalam 24 4. Monitor jumlah pengeluaran berlanjut
jam, feses lembek diare 4. Memberikan informasi tentang
atau cair, nyeri/kram Teraupeutik output cairan
abdomen, frekuensi 1. Berikan asupan cairan oral Teraupeutik
peristaltic menurun, 2. Pasang jalur intravena 1. Untuk mempertahankan cairan
bising usus 3. Berikan cairan intravena 2. Untuk memberikan hidrasi
hiperaktif Edukasi cairan tubuh secara parenteral
1. Anjurkan makanan porsi kecil Edukasi
dan sering secra betahap 1. Untuk menjaga asupan
Kolaborasi makanan yang dibutuhkan
1. Kolaborasi pemberian obat tubuh
antimotilitas Kolaborasi
2. Kolaborasi pemberian obat Menurunkan motilitas atau
pengeras feses peristaltik usus dan menunjukkan
sekresi degestif untuk
menghilangkan kram dan diare
b. Hypervolemia Manajemen Hipervolemia Observasi
berhubungan dengan Observasi 1. Peningkatan menunjukkan
kelebihan asupan 1. Periksa tanda dan gejala adanya hipervolemia. Kaji
cairan ditandai hypervolemia bunyi jantung dan napas,
dengan ortopnea, 2. Monitor intake dan output perhatikan S3 dan/atau
dispnea, edema cairan gemericik, ronchi. Kelebihan
anasarca/edema Teraupeutik volume cairan berpotensi gagal
perifer, BB 1. Batasi asupan dan cairan jantung kongestif/ edema paru
meningkat dalam 2. Tinggikan kepala tempat tidur 2. Pada kebanyakn kasus, jumlah
waktu singkat, 30-40º aliran harus sama atau lebih
Jugular Venous Edukasi dari jumlah yang dimasukkan.
Pressure (JVP) 1. Ajarkan cara mengukur dan Keseimbangan positif
meningkat, oliguria mencatat asupan dan haluaran menunjukkan kebutuhan
cairan evaluasi lebih lanjut.
2. Ajarkan cara membatasi cairan Teraupeutik
Kolaborasi 1. Menjaga agar kelebihan cairan
1. Kolaborasi pemberian diuretic tidak bertambah parah. Garam
dapat 23 mengikat air sehingga
akan memperparah kelebihan
cairan
2. Klien dengan kelebihan
volume cairan juga mengalami
gangguan pernafasan seperti
Takipnea, Dispnea,
peningkatakan
frekuensi/kedalaman
(pernapasan Kussmaul).
Edukasi
1. Pentingnya pengukuran intake
dan output cairan agar
terdokumentasi sepenuhnya.
2. Pembatasan cairan
membutuhkan kerjasama dari
berbagai pihak termasuk
pasien dan keluarga.
Kolaborasi
Diuretik dapat meningkatkan laju
aliran urine sehingga produksi
urine meninggkat guna
mengurangi kelebihan volume
cairan dalam tubuh
c. Hypovolemia Manajemen Hipovolemia Observasi
berhubungan dengan Observasi 1. Untuk mengetahui adanya
kekurangan intake 1. Periksa tanda dan gejala tanda-tanda dehidrasi dan
cairan ditandai hypovolemia mencegah syok hipovolemik
dengan frekuensi 2. Monitor intake dan output 2. Untuk mengumpulkan dan
nadi meningkat, nadi cairan menganalisis data pasien untuk
teraba lemah, Teraupeutik mengatur keseimbangan
tekanan darah 1. Hitung kebutuhan cairan cairan.
menurun, turgor 2. Berikan asupan cairan oral Teraupeutik
kulit menurun, suhu Edukasi 1. untuk mengetahui kekurangan
tubuh meningkat, 1. Anjurkan memperbanyak cairan dalam tubuh
merasa lemah, asupan cairan oral 2. Untuk mempertahankan cairan
mengeluh haus. 2. Anjurkan menghindari Edukasi
perubahan posisi secara 1. Untuk mempertahankan cairan
mendadak 2. Untuk menghindari resiko
Kolaborasi jatuh
1. Kolaborasi pemberian cairan Kolaborasi
IV isotonis (mis. NaCl, RL) Untuk memberikan hidrasi cairan
2. Kolaborasi pemberian cairan tubuh secara parenteral
IV hipotonis (mis glukosa
2,5% dan NaCl 0,4%)
d. Resiko Pemantauan Elektrolit Observasi
ketidakseimbangan Observasi 1. Beberapa kondisi yang
elektrolit ditandai 1. Identifikasi kemungkinan mungkin menyebabkan
dengan penyebab ketidakseimbangan ketidakseimbangan elektrolit
ketidakseimbangan elektrolit yaitu diare/muntah, luka bakar,
cairan, disfungsi 2. Monitor kadar elektrolit gagal ginjal, efek obat. Setelah
ginjal serum. penyebab diketahui perawat
3. Monitor tanda dan gejala akan mudah dalam
hipokalemia (mis. Kelemahan menentukan tindakan
otot, interval QT memanjang, selanjutnya yang dapat
gelombang T datar atau dilakukan
terbalik, depresi segmen ST, 2. Elektrolit sebagai indikator
gelombang U, kelelahan, keadaan status cairan dalam
parestesia, penurunan refleks, tubuh
anoreksia, konstipasi, motilitas 3. Menyadari tanda dan gejala
usus menurun, pusing, depresi dengan cepat dan tepat dapat
pernapasan). mencegah terjadinya
4. Monitor tanda dan gejala kemungkinan yang tidak
hiperkalemia (mis. Peka diinginkan akibat hipokalemia.
rangsang, gelisah, mual, 4. Menyadari tanda dan gejala
muntah, takikardia, mengarah dengan cepat dan tepat dapat
ke bradikardia, mencegah terjadinya
fibrilasi/takikardia ventrikel, kemungkinan yang tidak
gelombang T tinggi, diinginkan akibat
gelombang P datar, kompleks hiperkalemia.
QRS tumpul, blok jantung 5. Menyadari tanda dan gejala
mengarah asistol) dengan cepat dan tepat dapat
5. Monitor tanda dan gejala mencegah terjadinya
hiponatremia(mis. kemungkinan yang tidak
Disorientasi, otot berkedut, diinginkan akibat
sakit kepala, membrane hiponatremia.
mukosa kering, hipotensi 6. Menyadari tanda dan gejala
postural, kejang, letargi, dengan cepat dan tepat dapat
penurunan kesadaran). mencegah terjadinya
6. Monitor tanda dan gejala kemungkinan yang tidak
hipernatremia (mis. Haus, diinginkan akibat
demam, mual, muntah, hipernatremia.
gelisah, peka rangsang, 7. Menyadari tanda dan gejala
membrane mukosa kering, dengan cepat dan tepat dapat
takikardia, hipotensi, letargi, mencegah terjadinya
konfusi, kejang) kemungkinan yang tidak
7. Monitor tanda dan gejala diinginkan akibat
hipokalsemia (mis.peka hipokalsemia.
rangsang, tanda spasme otot 8. Menyadari tanda dan gejala
wajah, kram otot. dengan cepat dan tepat dapat
8. Monitor tanda dan gejala mencegah terjadinya
hiperkalsemia (mis. Nyeri kemungkinan yang tidak
tulang, haus, anoreksia, letargi, diinginkan akibat
kelemahan otot.) hiperkalsemia
9. Monitor tanda dan gejala 9. Menyadari tanda dan gejala
hipomagnesemia (mis. Depresi dengan cepat dan tepat dapat
pernapasan, apatis mencegah terjadinya
10. Monitor tanda dan gejala kemungkinan yang tidak
Hipermagnesemia (mis. diinginkan akibat
Kelemahan otot, hiporefleks, hipomagnesemia.
bradikardia, depresi SSP, 10.Menyadari tanda dan gejala
letargi, koma, depresi) dengan cepat dan tepat dapat
Teraupeutik mencegah terjadinya
1. Atur interval waktu kemungkinan yang tidak
pemantauan sesuai dengan diinginkan akibat
kondisi pasien Hipermagnesemia.
2. Dokumentasikan hasil Teraupeutik
pemantauan 1. Pemantauan berkala penting
Edukasi guna mengetahui
1. Jelaskan tujuan dan prosedur perkembangan kondisi klien.
pemantauan 2. Dokumentasi sebagai dasar
2. Informasikan hasil hukum tindakan keperawatan
pemantauan yang telah dilakukan jika suatu
saat nanti ada tuntutan dari
pasien dan sebagai alat
komunikasi antar tenaga
kesehatan.
Edukasi
1. Pasien dan keluarga
mengetahui dan mengerti
tujuan dan prosedur
pemantauan yang dilakukan
2. Pasien dan keluarga
mengetahui perkembangan
keadaan klien.
(PPNI, 2018)
4. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi
adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan
yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Fokus tahap implementasi asuhan
keperawatan adalah kegiatan implementasi dari perencanaan intervensi
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pemenuhan kebutuhan
fisik dan emosional bervariasi, tergantung dari individu dan masalah
yang spesifik, tetapi ada beberapa komponen yang terlibat dalam
implementasi asuhan keperawatan yaitu pengkajian yang terus menerus,
perencanaan, dan pengajaran (Wilkinson, 2016).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi pada proses
keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan
menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang
terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan. Dengan mengukur
perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat
menentukan efektivitas asuhan keperawatan (Wilkinson, 2016).
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2016). Keperwatan Medikal Bedah (8 Buku 1). PT
Salemban Emban Patria.
Mendri, N. K., & Prayogi, A. S. (2018). Buku Etika Profesi & Hukum
Keperawatan. Pustaka baru press.