Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU SALURAN KEMIH (BATU GINJAL)

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


Stase Keperawatan Medikal Bedah I

DI SUSUN OLEH:

HIJRIANTI SUHARNAH
14420202170

CI LAHAN CI INSTITUSI

Hj. Masna S.Kep,Ns,MM Sudarman,S.Kep.,Ns.,M.Kes


NIP. 197804101999032003 NIDN. 0917038803

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. TUJUAN.......................................................................................................2
C. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
A. KONSEP MEDIS..........................................................................................3
1. DEFINISI..................................................................................................3
2. ETIOLOGI................................................................................................3
3. PATOFISIOLOGI.....................................................................................4
4. KOMPLIKASI..........................................................................................4
5. MANIFESTASI KLINIK..........................................................................6
6. PATHWAY / PENYIMPANGAN KDM..................................................7
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG..............................................................8
8. PENATALAKSANAAN..........................................................................8
BAB III..................................................................................................................10
A. PENGKAJIAN............................................................................................10
B. DIAGNOSIS YANG BIASA MUNCUL...................................................10
C. INTERVENSI KEPERAWATAN..............................................................10
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN.......................................................12
E. EVALUASI KEPERAWATAN.................................................................12
MIND MAPPING..................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit ketiga
terbanyak di bidang urologi setelah infeksi saluran kemih (ISK) dan
pembesaran prostat benigna. Penyakit BSK adalah terbentuknya batu yang
disebabkan oleh pengendapan kristal yang tersusun dari bahan
organik dan anorganik dalam urine yang jumlahnya berlebihan
atau karena faktor lain yang mempengaruhi daya larut substansi.
Penyakit ini juga dikaitkan dengan mutasi genetik. Proses
pembentukan BSK disebut urolitiasis dan dapat terbentuk pada ginjal,
ureter, buli-buli, dan uretra. Penyakit ini sering terjadi pada usia 30-50
tahun dan lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan pada
perempuan (Anggraeny et al., 2019)
Prevalensi dan insidensi penyakit BSK terus meningkat terutama
pada negara-negara di Asia beberapa dekade terakhir. Prevalensi penyakit
BSK di Asia adalah sekitar 5-19,1%. Pada tahun 2013, prevalensi
penderita batu ginjal berdasarkan wawancara dokter di Indonesia adalah
sebesar 0,6% dan untuk wilayah Kalimantan Timur sebesar 0,4%. Data
rekam medik di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda mendapatkan bahwa pasien yang didiagnosis BSK
pada tahun 2018 sampai Oktober 2019 dilaporkan sebanyak 592 orang.
Angka rekurensi penyakit BSK juga cukup tinggi di negara-negara Asia,
yaitu sekitar 6-17% setelah 1 tahun, 21-53% setelah 3 sampai 5 tahun, dan
rekurensi seumur hidup diperkirakan 60-80% (Anggraeny et al., 2019)
Batu ginjal (renal lithiasis) adalah penyakit yang berasal dari
gumpalan kecil dan keras yang terbentuk di dalam ginjal. Batu ginjal dapat
disebabkan oleh berbagai hal. Pada skenario yang umum, batu ginjal
terbentuk ketika urin berkonsentrasi, mineral mengkristal dan
menggumpal. Sakit batu ginjal biasanya dimulai pada sisi tubuh atau

1
punggung, dibawah pinggul serta bergerak ke perut bagian bawah dan
pangkal paha. Rasa nyeri sering berubah seiring pergerakan batu ginjal
pada saluran urin. Batu ginjal dapat ataupun tidak menyebabkan tanda dan
gejala sampai batu tersebut bergerak didalam ureter pipa yang
menghubungkan ginjal dan kandung kemih. Batu ginjal terbentuk ketika
komponen urin cairan dan berbagai mineral dan asam hilang
keseimbangan. Ketika hal ini terjadi, urin terdapat lebih banyak zat yang
mengkristal, seperti kalsium, oxalate dan uric acid, daripada cairan
(Russari, 2016)

B. TUJUAN
Dengan adanya laporan pendahuluan ini pembaca diharapkan dapat
mengetahui tentang Konsep Medis dan Konsep Keperawatan tentang Batu
Saluran Kemih

C. RUMUSAN MASALAH
1. Konsep Medis
2. Konsep Keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP MEDIS
1. DEFINISI
Batu saluran kemih merupakan masa keras yang terbentuk di
sepanjang saluran kemih (ginjal, ureter, kandung kemih, maupun
uretra) akibat pengkristalan dalam urin (Suryanto & Subawah, 2017)
Batu saluran kemih merupakan masalah kesehatan yang cukup
besar. Insidensi batu saluran kemih dapat disebabkan oleh berbagai
faktor seperti konsumsi tinggi kalsium dan oksalat, intake cairan yang
kurang, infeksi saluran kemih atau oleh karena drainase urine yang
tidak adekuat (Saputra et al., 2016)
Batu Ginjal di dalam saluran kemih (kalkulus uriner) adalah
massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih
dan bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih
atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal)
maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Proses
pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitiasis)
(Russari, 2016)

2. ETIOLOGI
Penyakit batu ginjal merupakan penyakit yang disebabkan oleh
adanya pengendapan urin dalam ginjal dan saluran kemih. Batu ginjal
lebih cepat terbentuk apabila urin terlalu pekat dan kurang minum air.
Terjadinya pengendapan dari sedimen-sedimen yang terdapat dalam
urin sehingga lama- kelamaan akan terbentuk suatu massa padat dan
keras menyerupai batu. Batu ginjal terbentuk karena beberapa faktor
antara lain kurang minum air putih, kurang olah raga, keturunan,
konsumsi makanan dengan kandungan asam urat tinggi, konsumsi
vitamin yang berlebihan, dan infeksi (Susanti & Janah, 2020)

3
3. PATOFISIOLOGI
Penyebab pasti batu ginjal belum diketahui karena banyak faktor
yang mempengaruhinya. Dua proses yang diduga terlibat dalam
pembentukan batu ginjal adalah supersaturasi dan nukleasi.
Supersaturasi terjadi jika substansi yang menyusun batu terdapat dalam
jumlah besar dalam urin, yaitu ketika volume urin dan kimia urin yang
menekan pembentukan batu menurun. Pada proses nukleasi, natrium
hidrogen urat, asam urat dan kristal hidroksipatit membentuk inti. Ion
kalsium dan oksalat kemudian merekat (adhesi) di inti untuk
membentuk campuran batu. Proses ini dinamakan nukleasi heterogen
(Russari, 2016)

4. KOMPLIKASI
Jenis Batu ginjal antara lain batu ginjal kalsium, batu asam urat,
batu cystin, batu struvit, dan batu kalium fosfat. Sekitar 80% pasien
merupakan penderita batu ginjal kalsium (Susanti & Janah, 2020)
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium
oksalat, kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP),
xanthyn dan sistin. Pengetahuan tentang komposisi batu yang
ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan timbulnya
batu residif. Batu ginjal dapat dibedakan atas empat jenis, yaitu :
a. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling
banyak ditemukan yaitu sekitar 75- 80% dari seluruh batu saluran
kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
1) Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24
jam, dapat terjadi karena peningkatan absorbsi kalsium pada
usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan kemampuan
reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal)

4
dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif)
seperti pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
2) Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24
jam, banyak dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan
kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti teh, kopi instan,
soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama
bayam.
3) Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24
jam. Asam urat dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu
yang mempermudah terbentuknya batu kalsium oksalat. Asam
urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya
purin atau berasal dari metabolisme endogen.
4) Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat sehingga menghalangi ikatan
kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan hipositraturia
dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom
malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam
jangka waktu lama.
5) Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium
bertindak sebagai penghambat timbulnya batu kalsium karena
dalam urine magnesium akan bereaksi dengan oksalat menjadi
magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium
dengan oksalat (Hasanah, 2016)
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi karena terbentuknya
batu ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman
penyebab infeksi ini adalah golongan pemecah urea (uera splitter
seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim
urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea
menjadi amoniak. Suasana basa ini memudahkan garamgaram

5
magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit
c. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5- 10% dari seluruh batu saluran kemih,
banyak dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif,
pasein dengan obat sitostatika dan urikosurik (sulfinpirazone,
thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi
protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini.
Faktor yang mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah:
urine terlalu asam (pH < 6, volume urine < 2 liter/hari atau
dehidrasi dan hiperurikosuria
d. Batu Cystin Batu ginjal jenis ini memiliki kasus yang sedikit. Batu
ini terbentuk pada mereka yang memiliki kelainan secara turun
temurun yang menyebabkan ginjal menghasilkan asam amino
(cystinuria) tertentu dalam jumlah banyak (Hasanah, 2016)

5. MANIFESTASI KLINIK
Gejala yang muncul bervariasi tergantung ukuran pembentukan batu
pada ginjal. Gejala umum yang muncul di antaranya:
a. Adanya nyeri pada punggung atau nyeri kolik yang hebat. Nyeri
kolik ditandai dengan rasa sakit yang hilang timbul di sekitar
tulang rusuk dan pinggang kemudian menjalar ke bagian perut dan
daerah paha sebelah dalam.
b. Adanya nyeri hebat biasa diikuti demam dan menggigil
c. Kemungkinan adanya rasa mual dan terjadinya muntah dan
gangguan perut
d. Adanya darah di dalam urin dan adanya gangguan buang air kecil,
penderita juga sering BAK atau malah terjadinya penyumbatan
pada saluran kemih. Jika ini terjadi maka resiko terjadinya infeksi
saluran kemih menjadi lebih besar (Hasanah, 2016)

6
6. PATHWAY / PENYIMPANGAN KDM

konsumsi tinggi kalsium dan oksalat, intake cairan yang


kurang, infeksi saluran kemih atau oleh karena drainase
urine yang tidak adekuat

Pembentukan batu

Terbentuknya batu di ginjal

Batu menyumbat di ginjal Merasa khawatir atas


kondisi yang dialami

Terjadi obstruksi pada


ginjal
Kurang terpapar informasi

Nyeri Akut
Ansietas

Klien sering ingin merasa


berkemih , namun hanya
sedikit urine yang keluar

Gangguan eliminasi
urine

7
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah pemeriksaan darah dan
urin, ultrasonografi (USG) ginjal dan kandung kemih, dan pemeriksaan
imaging seperti KUB-IVP (foto polos perut dan pielografi intravena)
atau CT urografi (Smeltzer, 2016)

8. PENATALAKSANAAN
Pengobatan penyakit batu ginjal tergantung kepada ukuran dan
jenis batu ginjal yang dialami penderita. Untuk batu ginjal yang kecil
dengan diameter kurang dari 4 mm, penanganannya dapat dilakukan di
rumah agar batu ginjal tersebut dapat keluar melalui urine. Penanganan
batu ginjal berukuran kecil dapat berupa:
a. Minum air putih sebanyak 6-8 gelas air setiap hari.

b. Mengonsumsi obat pereda nyeri, karena keluarnya batu ginjal


melalui urine dapat menimbulkan rasa sakit atau tidak nyaman.
Obat pereda nyeri yang dapat dikonsumsi adalah .
Sedangkan untuk batu ginjal yang berukuran besar atau melebihi
6 mm, yang sulit keluar atau menimbulkan perdarahan, kerusakan
ginjal, serta infeksi saluran kemih, maka dokter akan menyarankan
metode penanganan berikut ini:
a. Extracorporeal shock wave lithotripsy (ESWL). Dokter
urologi akan mengarahkan alat ESWL yang memancarkan
gelombang suara berfrekuensi tinggi ke posisi batu ginjal untuk
memecahkan batu tersebut sehingga menjadi bagian yang lebih
kecil dan mudah dikeluarkan melalui urine.
b. Ureteroskopi. Prosedur ini dilakukan untuk memindahkan batu
kecil yang berada pada ureter atau ginjal dengan alat ureteroskop.
Alat berupa selang yang dilengkapi kamera ini dimasukkan ke
dalam ureter tempat lokasi batu berada, untuk memecahkannya
menjadi lebih kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui urine.

8
c. Percutaneous nephrolithotomy. Prosedur dengan menggunakan
alat nefroskop ini dilakukan untuk batu yang lebih besar dengan
diameter sekitar 2-3 cm, dan tidak bisa teratasi dengan
metode ESWL Selain itu, prosedur ini juga dilakukan jika terjadi
hambatan atau infeksi yang merusak ginjal, atau rasa nyeri yang
parah dan tidak bisa diatasi dengan obat. Nefroskop akan
dimasukkan ke dalam ginjal melalui kulit luar. Setelah itu, batu
ginjal dapat ditarik keluar atau dipecahkan menjadi bagian kecil
dengan energi laser.
d. Bedah terbuka. Bedah terbuka merupakan prosedur yang jarang
dilakukan, dan biasanya untuk batu ginjal yang berukuran sangat
besar atau memiliki bentuk yang tidak normal (Smeltzer, 2016)

9
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN

1. Mengkaji identitas klien


2. Keluhan utama
3. Riwayat kesehatan sekarang
4. Riwayat kesehatan masa lalu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Riwayat psikososial dan spiritual
7. Pemeriksaan fisik meliputi : Keadaan umum, ttv, pemeriksaan head to toe,
pola kebiasaan sehari-hari
8. Pemeriksaan diagnostik
9. Penatalaksanaan medis/terapi (Setiadi, 2016)

B. DIAGNOSIS YANG BIASA MUNCUL


1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
2. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan dengan penurunan kapasitas
kandung kemih
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya terpapar informasi (Tim pokja
SDKI PPNI, 2017)

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Nyeri aku berhubungan dengan agen
pencedera fisiologis.
Intervensi :
a. Observasi
1) Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
2) Indentifikasi skala nyeri
3) Indentifikasi faktor yang memperberat nyeri

10
b. Terpeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
c. Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri
2) Jelas strategi meredakan nyeri
d. Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu (Tim pokja SIKI
PPNI, 2018)

2. Gangguan Eliminasi Urine berhubungan


dengan penurunan kapasitas kandung kemih
Intervensi :
a. Observasi
1) Monitor eliminasi urine
b. Terpeutik
1) Batasi asupan cairan, jika perlu
c. Edukasi
1) Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
2) Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada kontraindikasi
3) Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat supositoria uretra, jika perlu (Tim
pokja SIKI PPNI, 2018)

3. Ansietas berhubungan dengan kurang


terpapar informasi
Intervensi :
a. Observasi
1. Identifikasi saat tingkat ansietas berubah

11
2. Monitor tanda-tanda ansietas

b. Terpeutik
1) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
memungkinkan
2) Memotivasi mengidentifikasi situasi yang memicu kecemasan
3) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan
datang
c. Edukasi
1) Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin dialami
2) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3) Latih teknik relaksasi
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu (Tim pokja SIKI
PPNI, 2018)

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi Keperawatan Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kegiatan meliputi pengumpulan
data dan berkelanjutan dan mengobservasi kondisi klien. Pertahankan
keseimbangan produksi dan kehilangan pada klien dengan intervensi yang
telah ditetapkan (Setiadi, 2016)

D. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan respon klien terhadap hasil
yang diharapkan dari rencana keperawatan. Tentukan apakah dibutuhkan
revisi rencana. Setelah intervensi, pantau tanda vital klien untuk
mengevaluasi perubahan (Setiadi, 2016)

12
MIND MAPPING
disebabkan oleh adanya
Batu Ginjal di dalam saluran kemih pengendapan urin dalam ginjal
(kalkulus uriner) adalah massa keras
seperti batu yang terbentuk di DEFINISI ETIOLOGI dan saluran kemih.
sepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri

BATU SALURAN KEMIH


pemeriksaan darah dan urin, ultrasonografi PEMERIKSAAN (BATU GINJAL) KOMPLIKASI
(USG) ginjal dan kandung kemih, dan
pemeriksaan imaging seperti KUB-IVP PENUNJANG
(foto polos perut dan pielografi intravena)
atau CT urografi

lain batu ginjal kalsium, batu


PENATALAKSANAAN MANIFESTASI asam urat, batu cystin, batu
KLINIK struvit, dan batu kalium fosfat

Nyeri, demam dan menggigil, adanya


DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Farmakologi dan non
rasa mual muntah dan terkadang
farmakologi adanya darah dalam urine dan terjadi
penyumbatan pada saluran kemih Nyeri Akut Gg. Eliminasi Ansietas
Urine

INTERVENSI Manajemen Manajemen Reduksi


KEPERAWATAN nyeri eliminasi urine Ansietas

13
DAFTAR PUSTAKA
Anggraeny, S. fitria, Soebhali, B., Sulistiawati, Nasution, poppy desra S., &
Sawitri, E. (2019). Gambaran Status Konsumsi Air Minum pada Pasien Batu
Saluran Kemih Syifa. Jurnal Sains Dan Kesehatan, 2(2), 122–128.

Hasanah, U. (2016). Mengenal Penyakit Batu Ginjal. Jurnal Keluarga Sehat


Sejahtera, 14(28), 76–85.
https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jkss/article/view/4698/4129

Russari, I. (2016). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Batu Ginjal. Jurnal Riset
Komputer (JURIKOM), 3, 18–22.

Saputra, R. N. I., Wibisono, D. S., & Wahyudi, F. (2016). Kejadian Batu Saluran
Kemih Pada Pasien Benign Prostate Hyperplasia (Bph). Diponegoro Medical
Journal (Jurnal Kedokteran Diponegoro), 5(4), 1650–1661.

Setiadi. (2016). Konsep & Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori &
Praktik. Graha Ilmu.

Smeltzer, S. . (2016). Keperawatan Medikal Bedah ( Handbook For Brunner &


Suddarth’s Textbook Of Medical-Surgical Nursing ) Edisi 12. EGC.

Suryanto, F., & Subawah, A. N. (2017). Gambaran Hasil Analisis Batu Saluran
Kemih Di Laboratorium Patologi Klinis Rsup Sanglah Denpasar. E-Jurnal
Medika Udayana, 6(1), 1–4.

Susanti, A. D., & Janah, L. K. (2020). Uji Kelarutan Batu Ginjal Dalam Ekstrak
Etanol Dan Aquades Batang Pisang Sejati Secara in Vitro. Jurnal
FARMASINDO, 4(1), 2–5. file:///C:/Users/Asus/Downloads/batu ginjal 3.pdf

Tim pokja SDKI PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI.

Tim pokja SIKI PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. DPP
PPNI.

14
24

Anda mungkin juga menyukai