Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH BATU SALURAN KEMIH

Nama Kelompok :
 MAILANI ASTITA
 WIDYA ARIANANDA

PRODI : D3 Keperawatan sem 3

UNIVERSITAS
PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI
RIAU
PENDAHULUAN
 PEMBAHASAN
1. DEFINISI
Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu di dalam saluran kemih. (bisa di
ginjal, ureter, kadung kemih, dan uretra). Terbentuknya batu saluran kemih diduga
ada hubungan dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran
kemih, dehidrasi, dan keadaan-keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik).

2. ETIOLOGI
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya
batu saluran kemih pada seseorang. Faktor-faktor itu adalah faktor intrinsik, yaitu
keadaan yang berasal dari tubuh seseorang dan faktor ekstrinsik, yaitu pengaruh yang
berasal dari lingkungan sekitarnya.
Faktor intrinsik itu antara lain adalah :
1. Herediter (keturunan) : penyakit ini diduga diturunkan dari orang tuanya
2. Umur : paling sering ditemukan pada usia 30-50 tahun
3. Jenis kelamin : laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan.
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah :
1. Geografi : pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih
tinggi dari daerah lain, sehingga disebut sebagai Stone Belt
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air : kurangnya asupan air dan tingginya kadar kalsium pada air yang
dikonsumsi, dapat meningkat insiden batu saluran kemih
4. Diet : diet banyak purin, oksalat, dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih
5. Pekerjaan : sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak duduk atau
kurang aktivitas
Batu saluran kemih juga dapat terbentuk pada usia lanjut yang disebut batu
sekunder karena terjadi sebagai akibat adanya gangguan aliran air kemih, misal karena
hiperplasia prostat
Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas.
Faktor predisposisi berupa stasism infeksi dan benda asing. Misal, batu fosfat
amonium magnesium, didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan oleh bakteria
yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali akibat pemecahan ureum.
Infeksi, stasis, dan litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga
terbentuk lingkaran setan.
Jaringan abnormal atau mati seperti pada nefrosis papila dan benda asing
mudah menjadi nidus dan inti batu. Batu idiopatik disebabkan berbagai faktor, misal
batu urat pada anak di negara sedang berkembang. Faktor yang memegang peranan
ialah dehidrasi dan gastroenteritis. Faktor ini menyebabkan oligouria dengan urin
yang mengandung asam tinggi urin dan ikatan kimia lain. Faktor lain adalah
imobilisasi lama pada penderita cedera dengan fraktur multipel atau paraplegia yang
menyebabkan kalsifikasi tulang dengan peningkatan ekskresi kalsium dan stasis
sehingga presipitasi batu mudah terjadi. Pada sebagian kecil penderita batu kemih
didapat kelainan kausal yang menyebabkan ekskresi berlebihan bahan dasar batu
seperti terjadi pada hiperparatiroidisme, hiperoksaluria, artritis urika (terbentuk karena
pH urin rendah), hiperkalsiuria, dan sistinuria.

3. GEJALA / MANIFESTASI KLINIS


Tanda dan gejala batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan
morfologinya. Namun, penyakit ini mempunyai tanda umum, yaitu hematuria, baik
secara makroskopik maupun mikroskopik. Bila disertai infeksi saluran kemih, dapat
ditemukan kelainan endapan urin, bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain.
 Batu pelvis ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk sederhana sehingga hanya menempati
bagian pelvis, tetapi dapat tumbuh mengikuri bentuk susunan pelviokaliks sehingga
menyerupai tanduk rusa. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat
obstruksi aliran kemih dan infeksi.
Nyeri dikeluhkan di daerah pinggang dapat berupa pegal hingga kolik yang
terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis. Pada pemeriksaan fisik kelainan
mungkin tidak nampak, sampai mungkin terabanya ginjal akibat dari hidronefrosis.
Nyeri dapat berupa nyeri ketok pada daerah arkus aorta pada sisi ginjal yang terkena.
 Batu ureter
Anatomi dari ureter mempunyai beberapa tempat penyempitan yang
memnungkinkan batu ureter terhenti. Karena adanya peristaltik, akan terjadi gejala
kolik, yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan ataupun tanpa
muntah dengan nyeri alih khas. Batu ureter bisa turun menjadi batu kandung kemih
sehingga bisa menjadi nidus batu kandung kemih yang besar. Batu bisa menetap dan
menjadi kronik sehingga menyebabkan hidroureter. Dapat menimbulkan gambaran
infeksi umum bila keadaan obstruksi berlangsung terus menerus, lanjutan dari
kelainan yang terjadi dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis.
 Batu kandung kemih
Batu akan menghalangi aliran kencing karena penutupan leher kandung
kemih, aliran mula-mula lancar secara tiba-tiba berhenti dan menetes disertai rasa
nyeri. Bila pada saat sakit tersebut penderita mengubah posisi, suatu saat air kemih
akan dapat keluar karena ketak batu yang pindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi yang
sekunder, selain nyeri, sewaktu miksi juga akan terdapat nyeri menetap suprapubik.
 Batu prostat
Umumnya berasal dari batu kandung kemih yang secara retrograd terdorong
ke dalam saluran prostat dan mengendap yang akhirnya menjadi batu yang kecil. Pada
umumnya batu ini tidak menimbulkan keluhan dan tidak menyebabkan gangguan
pasase.
 Batu uretra
Umumnya berasal dari ureter atau kadung kemih yang terbawa sewaktu miksi
ke uretra, tetapi menyangkut di daerah yang agak lebar. Tempat yang agak lebar ini
adalah pars prostatika, bagian permulaan pars bulbosa, dan di fosa navikulare. Bukan
tidak mungkin ditemukan di tempat lain. Gejala yang timbul umumnya miksi yang
tiba-tiba berhenti,menjado menetes dan nyeri. Penyulit dapat berupa terjadinya
divertikulum, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urin.

- MANIFESTASI KLINIS
1. Batu di ginjal
a. Nyeri dalam dan terus-menerus di area kastovertebral
b. Hematuria dan piuria
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita nyeri
ke bawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria mendekati testis
d. Mual dan muntah
e. Diare
2. Batu di ureter
a. Nyeri menyebar ke paha dan genitalia
b. Rasa ingin berkemih namun hanya sedikit urine yang keluar
c. Hematuria akibat aksi abrasi batu
d. Biasanya batu bisa keluar secara spontan dengan diametr batu 0,5-1 cm
3. Batu di kandung kemih
a. Biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan infeksi traktus
urinarius dan hematuria.
b. Jika batu menyebabkan obstruksi pada leher kandung kemih akan terjadi
retensi urine.

4. PATOFISIOLOGI

Mekanisme terbentuknya batu pada saluran kemih atau dikenal dengan


urolitiasis belum diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor predisposisi
terjadinya batu antara lain : Peningkatan konsentrasi larutan urin akibat dari intake
cairan yang kurang dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran
kemih atau stasis urin menyajikan sarang untuk pembentukan batu.

Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi asam, jumlah
solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah dengan metabolisme purin
mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH urin juga mendukung pembentukan
batu. Batu asam urat dan batu cystine dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu
kalsium fosfat dan batu struvite biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat
tidak dipengaruhi oleh pH urin.

Imobilisasi yang lama akan menyebabkan pergerakan kalsium menuju tulang


akan terhambat. Peningkatan serum kalsium akan menambah cairan yang akan
diekskresikan. Jika cairan masuk tidak adekuat maka penumpukan atau pengendapan
semakin bertambah dan pengendapan ini semakin kompleks sehingga terjadi batu.

Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah dalam
urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran kemih yang
menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi refluks urin dan akibat
yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi ginjal.

Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan


pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena ginjal tidak
mampu melakukan fungsinya secara normal. Maka dapat terjadi penyakit  GGK yang
dapat menyebabkan kematian.

5. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan batu saluran kemih harus tuntas sehingga bukan hanya
mengeluarkan batu saja, tetapi disertai terapi penyembuhan penyakit batu atau paling
sedikit disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini karena batu merupakan gejala
penyakit batu sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah suatu terapi
yang sempurna. Selanjutnya, perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu baru
diperlukan bila menyebabkan gangguan pada saluran air kemih. Bila batu ternyata
tidak memberi gangguan fungsi ginjal, batu tersebut tidak perlu diangkat, diharapkan
batu dapat keluar sendiri. Penanganannya dapat berupa terapi medis dan simptomatik
atau dengan bahan pelarut. Dapat pula dengan pembedahan atau dengan tindakan
yang kurang invasif, misalnya nefrostomi perkutan, atau tanpa pembedahan sama
sekali secara gelombang kejut.
- Terapi medis dan simptomatik
Terapi medis BSK berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu.
Pengobatan simtomatik mengusahakan agar nyeri, khususnya kolik yang terjadi,
menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dapat diberi saran minum berlebihan
ataupun diberi diuretik, diharapkan batu keluar dengan sendirinya.
- Pelarutan
Jenis batu yang dapat dilarutkan adalah batu asam urat. Dengan pemberian
natrium bikarbonat disertai makanan alkalis, batu asam urat diharapkan dapat larut.
Lebih baik bila dibantu dengan usaha menurunkan kadar asam urat air kemih dan
darah dengan bantuan allopurinol.
Batu struvit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah pembesarannya bila
diberikan pengobatan dengan pengasaman kemih dan pemberian antiurease.
- Litotripsi
Untuk batu kandung kemih, batu dipecahkan memakai litotriptor secar
mekanis melalui sistoskop atau dengan memakai gelombang elektrihidrolik atau
ultrasonik. Untuk batu ureter, digunakan ureteroskop dan batu dapat dihancurkan
memakai gelombang ultrasonik, elektrohidrolik, atau sinar laser. Untuk batu ginjal,
litotripsi dilakukan dengan bantuan nefroskopi perkutan untuk membawa tranduser
melalui sonde ke batu yang ada di ginjal. Cara ini disebut nefrolitotripsi perkutan.
ESWL ( Ekstracorporeal shock wave lithotripsy) dapat memecah batu tanpa
perlukaan di tubuh sama sekali. Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh dan
dipusatkan di batu yang akan dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan
keluar bersama dengan urine. Kadang diperlukan tindakan tambahan berupa
pemasangan kateter. Tindakan ESWL ini tidak akan bermanfaat bila terdapat kelainan
saluran kemih, misal stenosis yang akan menghalangi keluarnya batu yang sudah
dipecahkan.
- Pembedahan
Terapi pembedahan dilakukan bila tidak tersedia alat litotripsor, ESWL, atau
cara non bedah tidak berhasil. Batu ginjal yang terletak di kaliks perlu dilakukan
tindakan bedah bila terdapat hidrokaliks. Batu sering dikeluarkan melalui
nefrolitotomi yang tidak mudah karena batu biasanya tersembunyi di dalam kaliks.
Batu pelvis juga perlu dibedah bila menyebabkam hidronefrosis, infeksi atau
menyebabkan nyeri yang hebat. Pada umumnya, batu pelvis yang berbentuk tanduk
rusa amat mungkin menyebabkan kerusakan ginjal. Operasi untuk batu pielum disebut
pielolitotomi.
Ureterolitotomi selalu didasarkan atas gangguan fungsi ginjal, nyeri yang tidak
dapat ditoleransi oleh pasien, dan penanganan medis yang tidak berhasil. Batu
kandung kemih selalu menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu
dilakukan tindakan. Tidak jarang batu uretra yang ukurannya <1cm dapat keluar
sendiri atau dengan bantuan pemasangan kateter uretra selama tiga hari ; batu akan
terbawa ke luar dengan aliran air kemih yang pertama. Batu uretra harus dikeluarkan
melalui tindakan uretratomi eksterna. Komplikasi yang dapat terjadi sebagai akibat
operasi ini adalah striktur uretra. Batu prostat pada umunya tidak membutuhkan
tindakan bedah.

6. KOMPLIKASI
Komplikasi batu saluran kemih biasanya obstruksi, infeksi sekunder, dan
iritasi yang berkepanjangan pada urotelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya
keganasan yang sering berupa karsinoma epidermoid. Sebagai akibat obstruksi,
khususnya di ginjal atau ureter, dapat terjadi hidronefrosis dan kemudian
berkelanjutan dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal
ginjal yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal, akan timbul uremia karena gagal
ginjal total. Khusus pada batu uretra, dapat terjadi divertukulum uretra. Bila obstruksi
berlangsugn lama, dapat terjadi ekstravasasi kemih dan terbentuklah fistula yang
terletak proksimal dari batu ureter.

7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
menegakkan diagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan pemeriksaan radiologik
dan laboratorium, dan penunjang lainnya untuk menentukan adanya obstruksi saluran
kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal.
Secara radiologik, batu dapat radiopak dan radiolusen. Yang radiolusen
umumnya ada;ah dari jenis asam urat murni. Pada radiopak pemeriksaan dengan foto
polos sudah cukup untuk menduga adanya batu saluran kemih bila foto diambil dua
arah. Selain foto polos, perlu juga foto pielografi intravena. Pada batu yang
radiolusen, foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan terdapatnya defek
pengisian pada tempat batu sehingga memberi gambaran kosong pada daerah batu.
Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi
sehingga kontras tidak muncul. Dalam hal seperti ini, perlu dilanjutkan dengan
pielografi retrograd yang dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistokop
pada ureter ginjal yang tidak dapat berfungsi untuk memasukkan kontras.
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal, dan
menentukan sebab terjadinya batu. Pemeriksaan USG dapat untuk melihat semua jenis
batu, baik radiolusen maupun yang radiopak. Selain itu, dapat ditentukan ruang dan
lumen saluran kemih. Dapat juga dipakai selama tindakan pembedahan untuk
mencegah tertinggalnya batu.
8. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
 Pengakajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematik dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Nursalam, 2000) yang
terdiri dari :
a.         Identitas Klien
Identitas klien terdiri atas nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama,
suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.
b.         Riwayat Keperawatan
- Riwayat kesehatan masa lalu
- Apakah klien pernah menderita batu saluran kemih sebelumnya atau
infeksi saluran kemih, apakah klien pernah dirawat atau dioperasi
sebelumnya
- Riwayat kesehatan sekarang
- Biasanya klien mengalami nyeri pada sudut kostovertebralis, dan
didapatkan nyeri tekan dan nyeri ketok, biasanya klien mengalami mual,
muntah, hematuri, Buang Air Kecil (BAK) menetes, BAK tidak tampias,
rasa terbakar, penurunan haluaran urin, dorongan berkemih.
c.    Riwayat kesehatan keluarga
Adakah riwayat batu saluran kemih dalam keluarga
d.   Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah atau stress
e.    Pola kebiasaan sehari-hari
- Aktivitas / Istirahat
Gejala : Pekerjaan monoton, pekerjaan dimana pasien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi.  Keterbatasan aktivitas / mobilisasi sehubungan
dengan kondisi sebelumnya
- Sirkulasi
Tanda : Peningkatan TD/nadi (nyeri, ansietas, gagal Ginjal), Kulit
kemerahan dan hangat; pucat.
- Eliminasi
Gejala     :
a. Riwayat adanya    ISK     kronis, obstruksi sebelumnya (kalukulus)
b. Penurunan haluaran          urine,   kandung          kemih penuh.
c. Rasa terbakar, dorongan berkemih
d. Diare
Tanda     : Olisuria, hematuria, piuria, perubahan pola berkemih
- Makanan / cairan
Gejala     :
a) Mual / muntah, nyeri tekan abdomen
b) Diet tinggi purin, kalsium oksalat, dan / atau fosfat
c) Ketidak cukupan   pemasukan   cairan;   tidak minum air dengan
cukup
Tanda     : Distensi abdominal, penurunan / tak adanya bising usus.
Muntah.
- Nyeri / Kenyamanan
Gejala      :Episode akut nyeri berat, nyeri kolik. Lokasi tergantung
pada        lokasi  batu, contoh        pada panggul di region sudut
kostovertebral, dapat menyebar kepunggung, abdomen, dan turun ke lipat 
paha/genetalia.  Nyeri  dangkal  konstan menunjulkkan          kalkulus ada di
pelvis            atau kalkulus ginjal. Nyeri dapat digambarkan sebagai akut,
hebat tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain.
Tanda     : Melindungi ; perilaku distraksi. Nyeri tekan pada area
ginjal pada palpasi
- Keamanan
Gejala     : Penggunaan alcohol. Demam, menggigil.
- Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala      :
a) Riwayat  kalkulus  dalam  keluarga,  penyakit ginjal, hipertensi,
cout, ISK kronis
b) Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya,
hiperparatinoklisme
c) Penggunaan antibiotic, antihipertensi, natrium bikarbonat,
alupurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau
vitamin.

 Diagnosa Keperawatan
  Diagnosa keperawatan yang dapat kami angkat yakni :
1. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan frekuensi / dorongan kontraksi
ureteral, trauma jaringan.
2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan stimulasi kandung kemih oleh
batu, iritasi ginjal atau ureteral, obstruksi mekanik
3. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan mual / muntah
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan, salah interpretasi
informasi, sikap acuh terhadap interpretasi.

 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan
No Intervensi Keperawatan Rasional
Keperawatan Kriteria Hasil
1 Nyeri akut b.d 1)        Kaji intensitas, lokasi, 1)         Peningkatan nyeri
peningkatan Setelah dilakukan frekuensi dan penyebaran adalah indikasi dari
frekuensi / tindakan keperawatan nyeri obstruksi, bila nyeri
dorongan 3x24 jam nyeri dapat
2)        Kaji tanda keringat hilang kemungkinan
kontraksi teratasi dingin, tidak dapat batu sedang bergerak
ureteral, trauma Kriteria Hasil: beristirahat, dan ekspresi 2)         Mengobservasi
jaringan. Nyeri berkurang, Skala wajah tanda-tanda shock
nyeri menurun, klien
3)        Tingkatkan pemasukan 3)         Menurunkan iritasi
dapat beristirahat dan sampai 2500 ml/hari dengan
tampak rileks sesuai toleransi mempertahankan
4)        Berikan tindakan aliran cairan konstan
kenyamanan ( sentuhan ke mukosa kandung
terapeutik, pengubahan kemih.
posisi, pijatan punggung 4)
)          Menurunkan
dan aktivitas terapeutik. tegangan otot,
Dorong penggunaan teknik memfokuskan kembali
relaksasi, termasuk latihan perhatian, dan dapat
napas dalam, visualisasi, meningkatkan
pedoman imajinasi. kemampuan koping
5)        Kolaborasi pemberian 5)         Analgetik memblok
analgetik sesuai indikasi lintasan nyeri
sehingga mengurangi
nyeri

2 Gangguan 1)        Awasi pemasukan dan 1)         Hasil pengawasan


eliminasi urin Setelah dilakukan pengeluaran cairan dan memberikan informasi
b.d  stimulasi tindakan keperawatan 3x karakteristik urine tentang fungsi ginjal
kandung kemih 24 jam gangguan 2)        Tingkatkan pemasukan dan adanya
oleh batu, eliminasi urine teratasi sampai 2500 ml/hari komplikasi
iritasi ginjal Kriteria Hasil: sesuai toleransi 2)         Hidrasi yang cukup
atau ureteral, Nyeri saat berkemih 3)        Observasi perubahan meningkatkan
obstruksi berkurang, berkemih status mental pengenceran kemih
mekanik tidak menetes, pola 4)        Periksa urine dan membantu
berkemih kembali 5)        Awasi pemeriksaan mendorong lewatnya
normal laboratorium untuk batu.
elektrolit, BUN, dan 3)         Akumulasi uremik
kreatinin dan
6)        Kolaborasi pemberian ketidakseimbangan
acstazolamid/alupurinol, elektrolit dapat
dan antibiotik mempengaruhi sistem
saraf pusat
4)         Membantu
mengidentifikasi tipe
batu dan pilihan terapi
5)         Indikasi disfungsi
ginjal/komplikasi
6)         Alupurinol untuk
meningkatkan pH
urine, antibiotil untuk
mengatasi infeksi.
3 Resti Tujuan : 1)        Catat insiden muntah, 1)         Mengesampingkan 
kekurangan Keseimbangan cairan diare, perhatikan kejadian abdominal
volume cairan adekuat karakteristik, dan lain.
b.d mual / Kriteria : frekuensi. 2)         Mempertahankan
muntah Intake dan output 2)        Tingkatkan pemasukan keseimbangan cairan

seimbang,  Tanda vital cairan 3-4 lt / hari dalam dan homeostasis.

stabil, membran mukosa toleransi jantung. 3)         Penurunan LFG


3)        Monitor tanda vital,
lembab, turgor kulit baik. merangasang produksi
evaluasi nadi, turgor kulit renin, yg. Bekerja
dan membran mukosa. meningktakan TD.
4)        Timbang berat badan tiap4)         Peningkatan BB.yang
hari cepat,waspada retensi
Kolaborasi: 5)         Mengkaji hidrasi,

5)        Awasi Hb,Ht,elektrolit, kebutuhan intervensi.

6)        Berikan diet tepat,cairan6)         Mempertahankan


jernih,makanan lembut s/d keseimbangan nutrisi.
toleransi Menurunkan mual
muntah

4 Defisit Tujuan: 1)        Kaji tingkat pengetahuan         Tingkat pengetahuan


pengetahuan Setelah dilakukan klien mengenai kondisinya klien menentukan
b.d kurang tindakan keperawatan 2x
2)        Menjelaskan jenis sejauh mana informasi
terpajan, salah 24 jam pengetahuan tindakan yang akan yang perlu diberikan.
interpretasi klien meningkat dihadapi klien         Informasi yang tepat
informasi, Kriteria Hasil: 3)        Memotivasi untuk minum memberikan
sikap acuh Memahami penjelasan air putih 2,5 L perhari pengetahuan bagi
terhadap perawat, mampu untuk pencegahan klien
interpretasi menjawab pertanyaan 4)        Memotivasi untuk         Hidrasi yang cukup
validasi, berdiskusi aktif melakukan diit rendah meningkatkan
kalsium dan protein pengenceran kemih
hewani untuk pencegahan dan membantu
mendorong lewatnya
batu, mencegah
kekambuhan berulang
        Perubahan pola diit
menurunkan oksalat
dan protein sehingga
aka menurunkan
resiko pembentukan
batu saluran kemih

 Implementasi
Menurut Patricia A. Potter (2005), Implementasi merupakan pelaksanaan
dari rencana tindakan keperawatan yang telah disusun/ ditemukan, yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pasien secara optimal dapat terlaksana dengan baik
dilakukan oleh pasien itu sendiri ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat
bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan
fisioterapis. Perawat memilih intervensi keperawatan yang akan diberikan kepada
pasien.
Berikut ini metode dan langkah persiapan untuk mencapai tujuan asuhan
keperawatan yang dapat dilakukan oleh perawat :
1) Memahami rencana keperawatan yang telah ditentukan
2) Menyiapkan lingkungan terapeutik
3) Membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari
4) Memberikan asuhan keperawatan langsung
5) Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.
Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan
klien, menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada,
mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk mengimple-mentasikan,
mengkomunikasikan intervensi keperawatan.
Implementasi dari asuhan keperawatan juga membutuhkan pengetahuan
tambahan keterampilan dan personal. Setelah implementasi, perawat menuliskan
dalam catatan klien deskripsi singkat dari pengkajian keperawatan, Prosedur
spesifik dan respon klien terhadap asuhan keperawatan atau juga perawat bisa
mendelegasikan implementasi pada tenaga kesehatan lain termasuk memastikan
bahwa orang yang didelegasikan terampil dalam tugas dan dapat menjelaskan
tugas sesuai dengan standar keperawatan.

 Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf


keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk
memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan. Evaluasi yang
diharapkan pada pasien dengan Batu Saluran Kemih ialah nyeri akut dapat
tertangani dengan tepat, proses eliminasi urin kembali normal, kekurangan
volume cairan dapat terhindari dan pasien memiliki pengetahuan mengenai
penyakit yang dialaminya.

9. KASUS & ASKEP


IDENTITAS
Nama : Tn. Juhri
TTL : Cirebon 21 - 06 - 1970
Usia : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Alamat : Jln. H. Oyar RT/RW : 04/02 no. 58, Pegangsaan II Kelapa
Gading Jkt-Utara
Pekerjaan : Buruh Pabrik
Agama : Islam
Tgl MRS : 16 - 05 - 2013

ANAMNESA (Autoanamnesa)
 Keluhan Utama
Nyeri perut dibagian bawah, diatas perindikan menjalar kepinggang kiri sejak
1 hari yang lalu SMRS.
 Keluhan Tambahan
Perut terasa kembung, mual-muntah, nafsu makan menurun, demam.

 Riwayat Penyakit Sekarang


Os SMRS mengeluh mengalami nyeri perut bagian bawah diatas perindikan
dan
menjalar kepinggang sebelah kiri sejak 1hari yang lalu, nyeri terus-menerus, Os
merasakan perut kembung, BAK lancar tapi terasa nyeri, Os berkeringat dingin dan
pucat hingga kebiruan saat nyeri dirasakan, Demam terasa setelah nyeri dirasakan.

Tgl 17 mei 2013 di Rs


Nyeri perut bawah dibagian atas perindikan menjalar kepinggang kiri, nyeri
dirasakan terus menerus dan menghilang setelah dikasi obat supositoria, perut
terasa kembung, muntah 10x sehari, muntah cair, putih kekuningan, Os terpasang
kateter tetapi tidak dapat BAK, BAK terakhir jam 10.00 wib, BAK tidak lancar,
volume sedikit, berwarna merah kecoklatan, nafsu makan menurun, makan dan
minum sedikit langsung muntah, Os mengeluh ingin BAB tetapi tidak bisa, buang
angin masih bisa.

Tgl 18 mei 2013


Os bisa BAK setelah kateter dilepas, tetapi masih terasa nyeri saat BAK. Saat
BAK Os mengeluh keluar batu kristal berwarna merah seperti pecahan kaca,
sebesar biji kacang ijo, mual dirasakan saat mencium aroma RS, Os merasa nyeri
saat perut ditekan, BAB lancar.
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Mengeluh pernah mengalami hal yang saam saat akhir bulan puasa 2012
 Riwayat kencing batu sebesar kacang ijo, batu keluar setelah minum batugin
 Mengaku pernah dirawat karena penyempitan saraf saat bulan puasa tahun
2012,sembuh setalah melakukan pengobatan alternatif
 Riwayat trauma disangkal
 Riwayat alergi disangkal
 Riwayat hipertensi (-)
 Riwayat DM (-)
 Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

 Riwayat Pengobatan
Os meminum obat batugin untuk kencing batunya, dan menjalani pengobatan
alternatif, sembuh
 Riwayat psikososial
 Merokok (+) 2 bungkus 1 hari
 Gemar meminum kopi susu juga makan singkong, dan makan sambel
 Sering minum 1 galon untuk 5 hari
 Sering menahan BAK
 Jarang makan sayur-sayuran
 Sering meminum jamu pegel linu.
 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital :
- Tekanan darah : 120/90 mmHg
- Suhu : 36,5 'c
- Nadi : 90 x/menit
- Pernapasan : 20 x/menit
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Tidak ada deformitas, epistaksis (-/-)
Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
Thorax : Bentuk dan gerak simetris normal
Cor : iktus cordis tidak terlihat, bunyi jantung murni reguler,
Murmur
(-), Gallop (-), tidak ada bunyi tambahan, s1 dan s2 reguler
Pulmo :
Inspeksi : tidak tampak bagian dada yang tertinggal
Palpasi : tidak ada bagian dada yang tertinggal, vocal vormitus
kedua lapang paru sama
Perkusi : bunyi sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : bunyi kedua lapang paru vaskuler, tidak ada suara
tambahan
Abdomen :
Inspeksi : cembung, tidak terdapat bekas luka, atau bekas operasi
Auskultasi : suara bising usus normal
Palpasi : nyeri tekan dalam (+) pada abdomen bagian quadran 8
(hipogastrium)
Perkusi : suara thimpani pada semua lapang abdomen
Hepar dan lien : pada palpasi tidak teraba adanya perbesaran .
Ginjal : test ballotement negatif
Ekstremitas :
Ekstr. Atas : Akral hangat, RCT <2 detik, edema (-), sianosis (-)
Ekstr. Bawah : Akral hangat, RCT <2 detik, edema (-), sianosis (-)
 RESUME
Os laki-laki 42th, nyeri perut bawah bagian quadran 8, terus-menerus
menjalar kearah pinggang kiri sejak 1 hari SMRS, perut terasa kembung, mual-
muntah, nyeri saat BAK, nyeri colic sampai ketingat dingin, demam dan pucat,
diRs Os terpasang kateter tetapi tidak dapat BAK dan Os tidak bisa BAB, BAK
berwarna merah kecolatan, muntah 10x 1 hari berwarna putih kekuningan, setelah
kateter dilepas saat BAK keluar batu kristal warna merah sebesar biji kacang hijau,
Os pernah mengalami hal serupa pada akhir bulan puasa tahun 2012 lalu, Os
merokok 2 bungkus 1 hari, suka minum kopi susu, jamu, dan makan singkong, Os
seering menahan BAK, nyeri tekan dalam saat palpasi di bagian quadran 8.
 DIAGNOSA KERJA
 colic ureter e.c batu
 colic uretra e.c batu
 nyeri vesika urinaria e.c batu

Anda mungkin juga menyukai