Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN DI INDONESIA”

DISUSUN OLEH :
1. RESTU IRAWAN
2. RIZKI SYANARKI

DOSEN PEMBIMBING :
Dr. JUFRIANIS, M.Pd

PRODI S1 PENDIDIKAN PENJASKESREK NONREG


UNIVERSITAS PAHLAWAN
TUANKU TAMBUSAI
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan
terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan
dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Bangkinang, September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................2

A. TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN DI INDONESIA......................................................2

1. KI HAJAR DEWANTARA........................................................................................2

2. RADEN DEWI SARTIKA..........................................................................................3

3. RAHMAH EL YUNUSIAH........................................................................................4

4. RADEN AJENG KARTINI........................................................................................4

5. KH. AHMAD DAHLAAN.........................................................................................5

BAB III PENUTUP..................................................................................................................7

A. Kesimpulan....................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia
yang berfikir, bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka
mempertahankan hidup. Dengan kata lain, pendidikan itu sangat penting bagi
manusia. Pentingnya pendidikan ini telah di teliti oleh beberapa tokoh dan para
pemikir tentang pendidikan. Sebagai generasi penerus, kita perlu mengetahui sejarah
mengenai tokoh pendidikan tersebut. Begitu banyak ide yang telah mereka gagaskan
untuk mengungkapkan pentingnya pendidikan dalam kehidupan. Tokoh-tokoh
tersebut tidak hanya dari dalam negeri saja, namun juga ada tokoh-tokoh dari luar
negeri. Negara Indonesia merupakan Negara yang berkembang begitu juga
pendidikannya. Jadi kita harus tahu bagaimana pengaruh tokoh pendidikan terhadap
pengembangan pendidikan yang ada di Indonesia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. TOKOH-TOKOH PENDIDIKAN DI INDONESIA


1. KI HAJAR DEWANTARA
Ki Hajar Dewantara yang sebelumnya bernama Raden Mas Suwardi
Suryaningrat, lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Putra dari K.P.H
Suryaningrat, dan cucu dari Pakualam III. Beliau adalah tokoh yang sangat berjasa di
bidang pendidikan dan beliaulah yang mendirikan Perguruan Nasional Taman
Siswa pada tahun 1922. Karena jasanya yang sangat besar tersebut, maka sampai
sekarang hari lahirnya diperingati sebagai hari pendidikan Nasional.
Perguruan Taman Siswa yang didirikan pada tanggal 3 Juli 1922, pada
mmulanya bernama “National Onderwijs Institut Taman Siswa” di Yogyakarta.
Pertama-tama yang dibuat hanya taman anak dan kursus guru. Namun, setelah itu
berkembang menjadi perguruan tinggi. Bagian-bagian pendidikan pada perguruan
tinggi Taman Siswa ini adalah:
a. Taman Indria (setingkat TK)
b. Taman Anak (setingkat kelas I-III SD)
c. Taman Muda (setingkat kelas IV-VI SD)
d. Taman Dewasa (setara SMP)
e. Taman Madia (setara SMA)
f. Taman Guru B-1 (mendidik calon guru untuk Taman Anak dan Taman
Muda)
g. Taman Guru B-2
h. Taman Guru B-3 (mendidik calon guru untuk taman dewasa) Taman Guru B-
3 ini terdiri dari 2 bagian, bagian A untuk jurusan ilmu pasti dan bagian B
untuk jurusan budaya.
i. Taman Guru Indria (mendidik anak wanita yang ingin menjadi guru pada
taman indria)

Di dalam penyelenggaraan pendidikan Ki Hajar Dewantara menerapkan


system among, yang mengemukakan dua dasar, yaitu:
a. Kemerdekaan sebagai syarat untuk menghidupkan dan menggerakkan
kekuatan lahir dan batin sehingga dapat hidup merdeka.

2
b. Kodrat alam sebagai syarat untuk menghidupkan dan mencapai kemajuan
dengan cepat dan sebaik-baiknya.

Penyelenggaraan Taman Siswa didasarkan pada asas pendidikan yang


dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara sebagai berikut:
a. Asas kemerdekaan
b. Asas kodrat alam
c. Asas kebudayaan
d. Asas kebangsaan
e. Asas kemanusiaan

Kelima asas tersebut dinamakan dengan Panca Darma Taman Siswa.


Penyelenggaraan taman siswa didasarkan pada beberapa semboyan yang
menjiwainya berikut ini.
a. Lawan sastra ngesti mulia; dengan kecerdasan jiwa kita menuju
kesejahteraan.
b. Suci tata ngesti tunggal; dengan kesucian batin dan teraturnya hidup batin,
kita mengejar kesempurnaan.
c. Tut wuri handayani; mengikuti dari belakang sambil memberikan pengaruh.
d. Rawe-rawe rantas, malang-malang patung; segala yang menghalangi akan
hancur.

Pemikiran Ki Hajar tentang tujuan pendidikan yaitu memajukan bangsa


secara keseluruhan tanpa membeda-bedakan agama, etnis, suku, budaya, adat,
kebiasaan, status ekonomi, status sosial, dan sebagainya, serta harus didasarkan
kepada nilai-nilai kemerdekaan yang asas.
Ki Hajar meninggal dunia pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta.
Beliau telah memberikan karya terbaiknya kepada nusa dan bangsa. Sembooyan
“Tut Wuri Handayani” diabadikan sebagai lambang Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Hasbullah, 2005 : 266).

2. RADEN DEWI SARTIKA

Raden Dewi Sartika lahir di Bandung, pada tanggal 4 Desember 1884.


Raden Dewi Sartika merupakan seorang tokoh wanita yang menyalurkan
perjuangannya melalui pendidikan. Cita-cita dewi sartika adalah mengangkat

3
derajat kaum wanita indonesia dengan jalan memajukan pendidikannya.
Alasannya, saat itu masyarakat cukup menghawatirkan, dimana kaum wanita tidak
diberi kesempatan ntuk mengejar kemajuan.
Untuk merealisasikan pendidikannya, pada tahun 1904 didirikanlah sebuah
sekolah yang diberi nama” sekolah istri” ketika pertama dibuka, sekolah ini
mempunyai murid sebanyak 20 orang, kemudian dari tahun ke tahun sekolah yang
didirikan Dewi Sartika menjadi memjadi bertambah. Pada tahun 1909 baru dapat
mengeluarkan out ut-nya yang pertama dengan mendapat ijazah.Pada tahun 1914
sekolah istri di ganti namanya menjadi “sakola kautaman istri”.

3. RAHMAH EL YUNUSIAH
Bentuk realisasi dari pemikiran pendidikan Rahmah el-Yunusiyah adalah
berupa pendirian sekolah–sekolah bagi perempuan. Hal ini merupakan tanggapan
dari situasi pada masa itu dan sejalan pula dengan teorinya Arnold J. Toynbee
yaitu : “Challenge and Respons”. Sedangkan tujuan pendidikannya untuk
mencerdaskan kaum perempuan agar pendidikan pada masa itu tidak berpusat
pada laki–laki, dengan demikian hal ini sejalan dengan teori Feminisme, yaitu
teori poststrukturalis dan postmodernisme.
Beberapa hambatan  pada kaum  perempuan Indonesia. Pendidikan yang
belum berpihak pada kaum perempuan dapat pula ditemui dalam bidang lain.
Misalnya dalam bidang kesehatan dan pekerjaan. Perusahaan masih banyak yang
belum memberi lapangan kerja pada perempuan. Angka perempuan menganggur
lebih tinggi dapat ditemui dimana-mana dibanding laki-laki. Kalaupun
perempuan banyak ditemui bekerja disektor informal (pabrik) itu bukan berarti
hilangnya diskriminasi. Angka kaum perempuan upahnya tidak dibayar oleh
perusahaan mencapai 41,3% lebih tinggi dibanding laki-laki yang hanya 10%
menjadi bukti beban yang diterima perempuan diluar rumah.

4. RADEN AJENG KARTINI

Raden Ajeng Kartini lahir di Mayong (Jepara), pada tanggal 21 april 1879.
Hari kelahirannya ini sampai sekarang terus diperingati sebagai hari kartini.
Beliau terkenal sebagai seorang tokoh yang dengan gigih memperjuangkan

4
emansipasi wanita, yakni suatu upaya memperjuangkan hak-hak wanita agar dapat
sejajar dengan kaum pria.
Perjuangan emansipasi wanita yang dilakukan oleh R.A. Kartini tersebut
disalurkan melalui pendidikan, yakni dengan mendirikan sekolah yang khusus
bagi kaum wanita. Jenis sekolah yang dirintis dan didirikan oleh Raden Ajeng
Kartini Adalah:
a. Sekolah gadis jepara, dibuka pada tahun 1903
b. Sekola gadis di rembang
Pada dasarnya apa yang dicita-citakan dan dilakukan oleh Kartini
hanyalah sebagai perintis jalan yang nantinyaharus diteruskan ”kartini-kartni”
baru. Raden Ajeng Kartini meninggal dalam usia cukup muda yaitu empat hari
setelah beliau melahirkan, tepatnya pada tanggal 17 september 1904.
Untuk mengenang atau menghormati cita-cita katrini, pada tahun 1913
didirikan sekolah rendah untuk anak-anak perempuan di beberapa kota besar,
yaitu dengan nama sekolah Kartini, bahkan karena besarnya jasa-jasa kartini
tersebut W.R. Supratman mengabadikan namanya dalam satu buah lagu
gubahannya yang berjudul ”ibu kita kartini”.

5. KH. AHMAD DAHLAAN


Kiai Haji Ahmad Dahlan (lahir di Kauman, Yogyakarta, tahun 1868),
adalah putra dari K.H. Abu Bakar bin kiai Sulaiman, seorang Khatib tetap di
masjid Agung Yogyakarta. Ketika lahir, Abu Bakar member nama si anak dengan
Muhammad Darwis.
Pembentukan ide-ide dan aktivitas baru pada diri Ahmad Dahlan tidak
dapat dipisahkan dari proses sosialisasi dirinya sebagai pedagang dan ulama serta
dengan alur  pergerakan sosial keagamaan, kultural, dan kebangsaan yang sedang
berlangsung di indonesia pada abad ke XX. Sebagai seorang pedagang sekaligus
ulama, Ahmad Dahlan sering melakukan perjalanan ke berbagai tempat di
Residensi Yogyakarta maupun daerah lainya seperti Periangan, Jakarta, Jombang,
Banyuwangi, Pasuruan, Surabaya, Gresik, Rembang, Semarang, Kudus,
Pekalongan, Purwokerto, dan Surakarta. Di tempat-tempat itu ia bertemu dengan
para ulama, pemimpin lokal, maupun kaum cerdik cendekia lainya yang sama-
sama menjaadi pedagang ataupun bukan.

5
Dalam pertemuan-pertemuan itu, mereka berbicara tentang agama islam,
masalah umum yang terjadi dalam masyarakat, terutama yang secara langsung
berhubungan dengan kemunculan, kstatisaan, atau keterbelakangan penduduk
muslim pribumi di tengah-tengah masyarakat kolonial. Dalam konteks
pergerakan sosial keagamaan, budaya, dan kebangsaan, hal ii diungkap dengan
adanya interaksi personal maupun formal antara Ahmad Dahlan dengan orgaisasi,
seperti: Budi Utomo, Sarikat Islam, dan Jamiat Khair, maupun hubungan formal
antara organisasi yang ia cirikan kemudian, terutama dengan Budi Utomo.
Secara personal, Ahmad Daahlan mengenal organisasi  Budi Utomo
melalui pembicaraan atau diskusi dengan Joyosumarto, seorang anggota Budi
Utomo di Yogyakarta yang mempunyai hubungan dekat dengan dr. Wahidin
Sudirohusodo seorang pemimpin budi utomo yang tinggal di Ketandan
Yogyakarta. Melalui Joyosumarto ini kemudian Ahmad Dahlan berkenalan
dengan dr. Wahidin Sudirohusodo secara pribadi dan sering menghadiri rapat
anggota maupun pengurus yang diselenggarakan oleh Budi Utomo walaupun
secara resmi ia belum menjadi anggota organisasi ini. Setelah banyak mendegar
aktivitas dan organisasi Budi Utomo melalui pembicaraan pribadi dan
kehadiranya dalam pertemuan-pertemuan resmi, Ahmad Dahlan kemudian secara
resmi menjadi anggota Budi Utomo pada tahun 1909.
K.H. Ahmad Dahlan adalah seorang tokoh Islam yang giat
memperjuangkan umat Islam melalui bidang pendidikan. Dia adalah tokoh
pendiri organisasi Muhammadiyah pada tahun 1912 di Yogyakarta. Ada beberapa
hal yang melatar belakangi beliau mendirikan Muhammadiyah ini, diantaranya
adalah:
a. Umat islam tidak memegang teguh Alquran dan Hadis Nabi sehingga
menyebabkan perbuatan syirik semakin merajalela.
b. Keadaan umat Islam sangat menyedihkan akibat dari penjajahan
c. Persatuan umat islam semakin menurun
Organisasi Muhammadiyah aktif menyelenggarakan lembaga pendidikan
sekolah pada semua jenjang pendidikan dan tersebar ke berbagai pelosok tanah
air. Tujuannya adalah terwujudnya manusia muslim, berakhlak, cakap, percaya
kepada diri sendiri dan berguna bagi masyarakat dan negara. K.H. Ahmad
Dahlan meninggal dunia pada tanggal 25 februari 1923, dalam usia 55 tahun.

6
7
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Begitu banyak para tokoh pendidikan yang berjuang untuk mengembangkan
pendidikan yang ada di negaranya. Baik tokoh pendidikan luar maupun dalam negeri.
Mereka mengorbankan waktu, tenaga dan pikiran demi memajukan bangsanya agar
tidak ketinggalan dari bangsa lain. Semangat juang tokoh pendidikan zaman dahulu
sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan yang ada sekarang. Karena
mereka adalah para pelopor sekolah, madrasah dan perguruan tinggi. Mereka adalah
orang-orang yang membuka pintu pendidikan untuk generasi penerus agar tidak putus
dengan dunia pendidikan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, Bambang S. 1989. 100 Tahun Ki Hajar Dewantara : Bapak Pendidikan. Jakarta :
Pustaka Kartini
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Rajawali Pers
http://ronggoboy44.blogspot.com/2016/04/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

Anda mungkin juga menyukai