Anda di halaman 1dari 6

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PENDIDIKAN

Resume ini disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah Filsafat Pendidikan

oleh : Kelompok 6
seksi : 18 bb 05

1. Pratiwi Wulandari
2. Witri Alfionita
3. Zahratuzzakia
4. Zikri Mursalin

Dosen Pengampuh Mata Kuliah :


Dra. Rifda Eliyasni, M.Pd

Pendidikan Guru Sekolah Dasar


Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Padang
2019
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PENDIDIKAN

A. Manusia Sebagai Makhluk Yang Perlu Bantuan


Dibandingkan dengan makhluk lainnya manusia dalam kehidupannya layak mirip
hewan,dia makan,bergerak,bernafas,bersuara dan perkembang biak dan juga
mempertahankan diri kalau menghadapi bahaya.Tapi ia mempunyai keahlian-keahlian khusus
dan pola kehidupannya serta martabat manusia diatas hewan: Dengan kesadaran akan
kemungkinan dan kemampuan menggunakan alat sekaligus merupakan permulaan manusia
yang berbudaya dan kehidupan hewan.
Perbedaan dalam struktur yang kecil saja dalam kehidupan manusia
dapat membuat akibat yang jauh pada kemampuan dan kemungkinan manusia.karena
manusia adalah makhluk yang aktif dan kreaktif dalam kehidupan alam
lingkungannya.kesadaran akan dirinya mencakup pula kesadaran akan kemampuan dan
ketidak mampuannya.
Manusia tampil dalam corak kehidupan yang beraneka ragam,itulah salah satu Cuma
kehidupan manusia saat ini baik dalam status sosialnya,ekonomi pandangan sikap
hidup,kebiasaan,perilaku,pekerjaan dan pencariannya dalam segala penampilannya.betapa
sulit kita melihat orang yang mempunyai gaya hidup yang sama.

Karena manusia dilahirkan tidak dengan suatu spesialisasi ,tertentu berbeda dengan
hewan,misalkan ikan dilahirkan dengan kemampuan berenang,burung dengan kemampuan
terbang dan sebagainya.sedang kita manusia dilahirkan terlalu dini sebelum ia mendapatkan
atau dipersiapkan dengan suatu spesialisasi tertentu,sebelum ia menolong dirinya sendiri ia
sudah terlanjur dilahirkan (peursen 1981) akibatnya:
1. Setelah dewasa kehidupan manusia menunjukan keragaman dalam memenuhi kebutuhan
primernya makan,lindungan (perumahan),pergaulan,bahasa yang digunakan,cara
mempertahankan diri dan tantangan lingkungan dan sebagainya.
2. Karena saat dilahirkan manusia tidak memiliki spesialisasi tertentu maka spesialisasi itu
diperolehnya setelah ia lahir.

Memang manusia dilahir kandemikian.yang belum dapat menolong dirinya sendiri,dan


juga dengan hal yang sangat vital bagi kelangsungan hidupnya.oleh karna itu pada saat
tersebut dan masih lama setelah itu ia masih perlu dibantu.dengan kata lain pada saat itu
manusia berada dalam keadaan perlu bantuan dari pihak lain.tanpa bantuan dari pihak lainnya
mustahil manusia dapat melanjutkan dan melangsungkan hidupnya.

B. Dunia Manusia Sebagai Dunia Terbuka


Proses saling mengisi dan mengimbangi tidak dirasakan sebagai suatu yang rumit dan
sulit.orang tua merasa tanggung jawab,kasih sayang dan kepercayaan untuk memberikan
bantuan kepadanya dalam rangka memungkinkan kelangsungan hidupnya,karena anak itu
adalah anaknya.sedangkan anak merasa wajar perlu bantuannya dipenuhi oleh orang tuanya.
Dalam proses ini ia perlu menentukan kepribadian eksistensi,arah hidup,corak,arah dan
tujuan hidupnya karena baginya tidak disodorkan alam siap pakai ready to wear.untuk
memenuhi kebutuhan itu teori retardasi dan bolk membatasi perbedaan manusia dengan
hewan :
1. Inisiatif dan daya kreasi manusia
2. Kemampuan manusia untuk merealisasikan kehidupannya
3. Kesadaran manusia akan lingkungannya
4. Keterarahan kehidupan manusia kepada lingkungannya
5. Kesadaran manusia dan tugasnya dalam lingkungan hidupnya
Bagi manusia lingkungan hidupnya tidak sekedar “umbgebung”atau yang
melingkunginya melainkan mengundang untuk mengolah dan mengharapkannya serta
sebagai lapangan pekerjaan.mengenai perbuatan manusia dan lingkungannya terdapat 2
pandangan ekstrim yang saling berlawan:
1. Pandangan Leibniz teori monade
Yang memandang pribadi aktif dalam hidup,tanpa mendapat pengaruh dari luar.sehingga
manusia merupakan penyebab,bukan akibat dan lingkungannya.
2. Pandangan Epifenomenalis
Yang menganggap pribadi hanyalah efek atau akibat dan system perserapan yang tidak
berdaya sama sekali.
Kalau pandangan itu tidak dapat diterima karena manusia sekaligus sebagai akibat dan
penyebab,cuaca maupun efek pasif maupun aktif terhadap lingkungannya.ia mampu untuk
memilih dan berinisiatif ,akan tetapi juga eksistensinya tidak dapat dilepaskan dan
lingkungannya(Brightman).
Beberapa pendapat para ahli tentang manusia yaitu:
1. Manusia bukan benda manusia adalah dialog,sehingga ia selalu ada dalam pertautan
dengan lingkungannya dan kita hanya dapat menemukannya dalam keadaan seutuhnya
manakala ia berada dalam situasinya.akan tetapi sebaliknya,setiap pelukisan situasi kongrit
selalu menunjuk kepada orang yang menguhuninya(v.d Berg 1954).
2. Manusia tidak merupakan suatu yang selesai,melainkan yang harus digarapnya manusia
menghayati dunianya sebagai suatu penugasan.(Vloemans).
3. Manusia mendunia dalam dunianya manusia bukan makhluk yang polos,manusia adalah
makhluk yang terarah.terarah pada lingkungan,terarah pada Tuhan,kepada benda-benda
sekitar,kepada sesama manusia,kepada dirinya sendiri,kepada dunia dan dunia tiadalah
tertutup baginya(Drijarkara).

C. Manusia Sebagai Makhluk Yang Dapat dan Perlu Dididik


Pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia ideal atau manusia dewasa.
Sosok manusia idela itu antara lain adalah manusia yang beriman dan bertawa kepada
tuhan YME, bermoral, cerdas, berperasaan, berkemanusiaan, mampu berkarya dan
seterusnya.
N. Drijarkara S. J. (1986) menyatakan bahwa manusia mempunyai atau berupa
dinamika (manusia sebagai dinamika), artinya manusia tidak pernah berhenti, selalu
dalam keaktifan,baik dalam aspek fisiologis maupun spiritualnya. Dinamika mempunyai
arah horizontal ( kearah sesama dan dunia) maupun arah transcedental ( kearah yang
mutlak). Adapun dinamika itu adalah untuk penyempurnaan diri baik dalam hubungannya
dengan sesama, dunia dan Tuhan.
Ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan diupayakan dalam rangka membantu atau
membimbing manusia (anak didik) itu sendiri memilki dinamika untuk menjadi manusia
ideal (manusia dewasa). Dipihak lain, manusia (anak didik) itu sendiri memiliki dinamika
untuk menjadi manusia ideal. Manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologis maupun
spiritualnya. Ia selalu menginginkan dan mengejar segala hal yang lebih dari apa yang
telah ada atau yang telah dicapainya.
Praktek pendidikan merupakan upaya pendidik dalam mendidik manusia yang antara
lain diarahkan agar ia mampu menjadi dirinya sendiri atau menjadi orang dewasa sesuai
dengan pilihan atau cita-citanya sendiri. Disisi lain manusia adalah individu yang
mempunyai kesendiria atau kesubjektifan, bebas dan aktif, berupaya untuk manjadi
dirinya sendiri atau untuk menjadi manusia dewasa sesuai dengan cita-citanya.
Pendidikan hakikatnya berlangsung dalam pergaulan antar sesama manusia (antara
pendidik dan pesrta didik). Melalui pergaulkan tersebut pegaruh pendidikan disampaikan
pendidik dan diterima oleh pesrta didik. Manuisa hakikatnya adalah makhluk sosial yang
hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupan bersama dengan sesamanya ini akan
terjadi hubungan pengaruh timbal balik dimana setiap individu akan menerima pengaruh
dari individu yang lainnya. Sebab itu maka sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia
akan dapat dididik. Pendidikan artinya dilaksanakan berdasarkan sistim norma dan nilai
tertentu. Pendidikan bertujuan agar manusia agar berakhlak mulia agar manusia
berperilaku sesuai dengan nilai-nilai yang bersumber dari agama, masyarkat dan budaya.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditemukan lima prinsip antropologis yang melandasi
kemungkinan manusia akan dapat didik yaitu:
1. Prinsip potensialitas
2. Prinsip dinamika
3. Prinsip individualitas
4. Prinsip sosialitas
5. Prinsip moralitas

Kita dapat mengidentifikasi empat prinsip antropologis yang menjadi alasan bahwa
manusia dapat didik, keempat prinsip yang dimaksud adalah:
1. Manusia belum selesai mengadakan dirinya sendiri.
2. Keharusan manusia akan menjadi manusia dewasa.
3. Perkembangan manusia bersifat terbuka.
4. Manusia sebagai makhluk yang lahir tak berdaya, memiliki ketergantungan dan
memerlukan bantuan.

Rumusan langeveld sasaranya manusia perlu pendidikan,agar ia dapat melaksanakan


tugas hidupnya secara sendiri:
1. Manusia dapat dididik
Yang menjadi objek kegiatan tidak begitu saja mau menerima apa yang dididikan
kepadanya.suatu kegiatan yang keberhasilannya tercapai tidak semata-mata karena
kegiatan itu sendiri,melainkan dengan kerjasama dengan objek kegiatan itu.suatu kegiatan
yang bahkan araah dan tujuannya turut ditentukan oleh objek kegiatan itu.pendidik dan
anak didik saling mengisi dan mengimbangi.
Pendidik adalah pemberian bantuan pada anak dalam rangka mencapai kedewasaannya.
a. Bahwa yang dibantu bukan tidak bisa apa-apa.
b. Bahwa pencapaian kemandirian harus dimulai dengan menerima realita.
Selanjutnya Lungeveld menjelaskan:
a. Manusia adalaah makhluk social,ia harus bergaul dengan sesama manusia.
b. Manusia punya eksistensinya sendiri (individualitas).
c. Manusia bersusila dan bermoral untuk mengarahkan perbuatannya.
d. Manusia unik tidak ada identik satu dengan lainnya.
Keempat prinsip dasar antropologis dan pendidikan memberikan landasan kokoh
untuk membuktikan manusia perlu dididik.

2. Manusia sebagai makhluk yang perlu dididik


Pengajaran dan latihan saja belum cukup membuat bertindak susila untuk itu perlu
pendidikan karena:
a. Manusia tidak dilahirkan secara dewasa dan ia tidak dapat bertindak secara mandiri
dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.
b. Kemampuan untuk hidup tidak cukup untuk mempercayakan pada instingnya saja
yaitu pertumbuhan dari dalam dirinya.
c. Tidak mengikuti dorongan-dorongan nafsu saja yang tidak selaras dengan martabat
manusiawi.

D. Batasan-Batasan Pendidikan
Menurut M.I. Soelaeman mengenai batas- batas pendidikan ini terdapat 2 permasalahan ,
yaitu (1) batas pendidikan, dan (2) batas kemungkinan untuk mendapatkan pendidikan , dan
atau didik.
Batas pendidikan dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu: (1) batas bawah pendidikan, (2)
batas atas pendidikan, dan (3) batas pendidikan berkenaan dengan konsep atau teori
mengenai batas (potensi) dan perkembangannya.

1. Batas bawah
Batas bahwa pendidikan atau saat pendidikan mulai berlangsung adalah ketika anak
didik mengenal kewibawaan yaitu kurang lebih sekitar 3,5 tahun.

2. Batas atas
Adapun batas atas pendidikan atau kapan pendidikan berakhir, yaitu ketika tujuan
pendidikan telah tercapai atau ketika anak mencapai kedewasaan. Batas pendidkan
sehubungan dengan tujuan, tercapai manakala tujuannya telah digariskan semula telah
tercapai. Batas dalam arti ini menjadi penting artinya apabila kita bersangkutan dengan
berbagai tujuan pendidikan. Misalnya dalam usaha mencapai tujuan sementara agar anak
pandai makan menggunakan sendok dan garpu, makna batas pendidikan tersebut dapat
dicapai manakala anak telah mampu makan dengan menggunakan sendok dan garpu.

3. Batas pendidikan berhubungan dengan pribadi anak didik


Praktik pendidikan hendaknya dilaksanakan dengan memperhatikan dan
mempertimbangkan anak didik. Pendidik dalam melaksanakan pendidikan hendaknya
menghormati pribadi anak didik, jangan sampai pendidik mengorbankan pribadi anak
didik.
Contoh pendidikan yang keras dimana pendidik menggunakan hukuman badan yang
keras mnejerumus kepada pengabaian pribadi anak didik sehingga anak didik nyaris
diperlakukan sebagai hewan.
Batas kemungkinan dididik diyakini bahwa manusia dilahirkan sebagai individu
membawa berbagai potensi atau bakat. Pendidikan tidak berurusan dengan pengadaan
potensi atau bakat. Batas pendidkan hanya berurusan dengan potensi atau bakat mana
yang harus dikembangkan, bagaiman cara mengembangkannya, sejauh mana potensi
bakat pada anak telah dikembangkan.
Batas pendidikan bersifat individual mengingat jenis kelamin dan bakat setiap anak
berbeda-beda, implikasinya bahwa dalam hal ini batas pendidikan bagi setiap anak
kemungkinannya berbeda-beda. Batas pendidikan tidak dapat disamaratakan untuk anak
yang satu dengan yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

M. I. Sulaiman. 1998. Suatu Telaah Tentang Manusia, Religi, Dan Pendidikan. Jakarta:
Dirjen Dikti.

Zen Zelhendri. 2014. Filsafat Pendidikan. Padang: Sukabian Press.

Anda mungkin juga menyukai