Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DASAR-DASAR ILMU PENDIDIKAN

ASAS-ASAS PENDIDIKAN DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN

Dosen Pembimbing:
Dra. Ida Murni Saan, M.Pd.

DISUSUN OLEH:
CERTHA ADARYA (20006007)
DIKRAM CHAN (20004007)
DIMAS DZAKI MAULANA (20004008)
FARADILLA HESTYKA SARI (20075130)

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di Akhirat nanti.

Dalam penulisan makalah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan,bantuan serta


dukungan dari beberapa pihak, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan kepada yang terhormat:
1. Ibu Dra.Ida Murni Saan, M.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Dasar-Dasar Ilmu
pendidikan.
2. Semua anggota kelompok yang telah membantu dalam penulisan makalah ini.

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan diterima oleh Allah SWT sebagai
amal ibadah.Penulis menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari berbagai kelemahan dan
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan serta masukan dari semua pihak
guna kesempurnaan makalah ini. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Padang, 04 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
C. Tujuan....................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Asas-Asas Pendidikan...........................................................................................2
B. Implementasi Masing-masing Asas Dalam Pendidikan........................................9
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................................12
B. Saran ...................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan sebagai usaha dasar yang sistematik – sistemik selalu bertolak dari
sejumlah asas tertentu. Asas – asas tersebut berperan sangat penting, karena fungsi
pendidikan merupakan pilar utama terhadap perekembangan manusia dan masyarakat
tertentu. Asas tersebut sangat penting, karena pendidikan merupakan pilar utama terhadap
perkembangan manusia suatu bangsa. Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang
menjadi dasar atau tumpuan berfikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan.
Di antara asas tersebut, ada empat asas yang diuraikan secara mendetail, yaitu; Asas
Tut Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, Asas Kemandirian dalam Belajar, dan
Alam Takambang Jadi Guru. Keempat asas itu dianggap sangat relevan dengan upaya
pembinaan dan pengembangan pendidikan nasional, baik masa kini maupun masa datang.
Oleh karena itu, setiap tenaga kependidikan harus memahami dengan tepat ketiga asas
tersebut agar dapat menerapkannya dengan semestinya dalam penyelenggaraan pendidikan
sehari - hari.
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Macam- macam Asas Pendidikan
b. Penjelasan Macam-macam Asas Pendidikan
c. Bagaimana Implementasi dari Asas-asas Pendidikan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian asas-asas pendidikan.
2. Untuk mengetahui macam-macam asas-asas pendidikan.
3. Untuk mengetahui implementasi asas-asas pendidikan
4. Untuk mempelajari penerapan asas dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB II
PEMBAHASAN
I. Asas asas Pendidikan
Asas pendidikan merupakan suatu kebenaran yang menjadi dasar atau tumpuan
berpikir baik pada tahap perencanaan maupun dalam pelaksanaan.Dasar inilah yang akan
menjadi rancangan dalam penerapan kegiatan pembelajaran.Adapun yang ada dalam
pendidikan Indonesia adalah asas Tut Wuri Handayani, asas Kemandirian dalam Belajar,
asas Pendidikan Seumur Hidup dan asasAlam Takambang Jadi Guru.Asas – asas pendidikan
merupakan ketentuan yg harus dipedomani atau menjadi pegangan dalam melaksanakan
pendidikan agar tercapai tujuannya dan asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang
menjadi dasar atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan
pendidikan (Hartoto, 2008, dalam Jurnal Ilmu Pendidikan).
Dari sekian jenisnya asas yang paling terkenal adalah Tut Wuri Handayani yang
merupakan semboyan dari Ki Hajar Dewantara dengan sistem pendidikan taman siswa yang
juga dikenal sebagai sistem among.
A. Asas Tut Wuri Handayani
Asas ini merupakan gagasan yang mula-mula dikemukakan oleh Ki Hajar
Dewantara seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional. Tut Wuri Handayani
mengandung arti pendidik dengan kewibawaan yang dimiliki mengikuti dari belakang
dan memberi pengaruh, tidak menarik-narik dari depan, membiarkan anak mencari jalan
sendiri, dan bila anak melakukan kesalahan baru pendidik membantunya. (Anshory,
Ichsan. 2018. Pengantar pendidikan). Gagasan tersebut dikembangkan Ki Hajar
Dewantara pada masa penjajahan dan masa perjuangan kemerdekaan. Dalam era
kemerdekaan gagasan tersebut serta merta diterima sebagai salah satu asas pendidikan
nasional Indonesia (Jurnal Pendidikan, No.2:24).
Asas Tut wuri Handayani merupakan asas pendidikan Indonesia yang bersumber
dari asas pendidikan Taman Siswa yang dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara yaitu
seorang perintis kemerdekaan dan pendidikan nasional.
Makna Tut wuri Handayani adalah :
 Tut wuri : mengikuti perkembangan sang anak dengan penuh perhatian yang
berdasarkan cinta kasih tanpa pamrih.

2
 Handayani : mempengaruhi dalam arti, merangsang, memupuk, membimbing, dan
menggairahkan anak agar sang anak mengembangkan pribadi masing – masing
melalui disiplin pribadi (Arga, 2011, dalam jurnal ilmu pendidikan).

Azas Tut Wuri Handayani ini kemudian dikembangkan oleh Drs. R.M.P.
Sostrokartono (filusof dan ahli bahasa) dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu
Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso. Kini ketiga semboyan tersebut
telah menyatu menjadi satu kesatuan asas, masing-masing sebagai berikut;
1) Ing Ngarso Sung Tulodo ( jika di depan memberi contoh) adalah hal yang baik
mengingat kebutuhan anak maupun pertimbangan guru. Makna Ing Ngarso Sung
Tulodo adalah menjadi seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan
bagi anak buahnya. Oleh karena itu seorang pemimpin yang berkarakter harus
menjadi inspirasi keteladanan. Di bagian depan, seorang guru akan membawa buah
pikiran para muridnya itu ke dalam sistem ilmu pengetahuan yang lebih luas. Ia
menempatkan pikiran / gagasan / pendapat para muridnya dalam cakrawala yang
baru, yang lebih luas.
2) Ing Madya Mangu Karsa (di tengah membangkitkan kehendak) Adalah diterapkan
dalam situasi ketika anak didik kurang bergairah atau ragu-ragu untuk mengambil
keputusan atau tindakan, sehingga perlu diupayakan untuk memperkuat motivasi.
Dan, guru maju ke tengah-tengah (pemikiran) para muridnya. Makna dari kata itu
adalah seorang peminpin ditengah kesibukannya harus juga mampu
membangkitkan atau menggugah semangat kerja anggota anak buahnya. Dalam
posisi ini ia menciptakan situasi yang memungkinkan para muridnya
mengembangkan, memperbaiki, mempertajam, atau bahkan mungkin mengganti
pengetahuan yang telah dimilikinya itu sehingga diperoleh pengetahuan baru yang
lebih masuk akal, lebih jelas, dan lebih banyak manfaatnya.
3) Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan).Asas ini memberi
kesempatan anak didik untuk melakukan usaha sendiri, dan ada kemungkinan
melakukan kesalahan, tanpa ada tindakan (hukuman) pendidik. Hal itu tidak
menjadikan masalah, karena menurut Ki Hajar Dewantara, setiap kesalahan yang
dilakukan anak didik akan membawa pidananya sendiri, karena tidak ada pendidik

3
sebagai pemimpin yang mendorong datangnya hukuman tersebut. Dengan
demikian, setiap kesalahan yang dialami peserta didik bersifat mendidik. Maksud
tut wuri handayani adalah sebagai pendidik hendaknya mampu menyalurkan dan
mengarahkan perilaku dan segala tindakan sisiwa untuk mencapai tujuan
pendidikan yang telah dirancang. (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
Menurut Ki Hadjar Dewantara cara mendidik itu amat banyak, tetapi terdapat
beberapa contoh yang patut diperhatikan, yaitu:
 Memberikan contoh (voorbeelt)
 Pembiasaan (pakulinan, gewoontevorming)
 Pengajaran (wulang-wuruk)
 Laku (zelfbeheersching)
 Pengalaman lahir batin (nglakoni, ngrasa) (Ki Hadjar Dewantara dalam Majelis
Luhur Tamansiswa, 1977: 28)

Ketiga asas tersebut sebagai semboyang dalam pendidikan merupakan satu


kesatuan asas yang telah menjadi asas penting dalam pendidikan di Indonesia.
Pendidikan juga mengandung makna mengembangkan kodrat alam anak dengan
tuntutan agar anak didik dapat mengembangkan kehidupan lahir dan bathin menjadi
subur dan selamat, dan perkembangan peserta didik harus senantiasa diikuti dengan
memberi bantuan pada saat anak membutuhkan.

B. Asas Kemandirian Dalam Belajar.


Azaz kemandirian dalam belajar ini berkaitan dengan azaz tut wuri handayani
maupun azaz belajar sepanjang hayat. Azaz tut wuri handayani memiliki arti berasumsi
dari kemampuan peseta didik untuk mandiri dalam belajar. Disisi lain pendidik tetap
tidak lepas tangan, bisa diperlukan sebagai fasilator. Sedangkan asas belajar sepanjang
hayat juga berasumsi peserta didik untuk mampu belajar mandiri, jika peserta didik
selalu bergantung ke guru, maka tidak akan mendapatkan belajar sepanjang hayat.
(Anshory, Ichsan. 2018. Pengantar pendidikan)
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktifitas belajar yang berlangsung
lebih didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri dari

4
pembelajaran. Pengertian tantang belajar mandiri sampai saat ini belum ada kesepakatan
dari para ahli. Ada beberapa pandangan tentang belajar mandiri yang diutarakan oleh
para ahli seperti dipaparkan sebagai berikut:
1) Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik tanggung
jawab dari proses pelajaran mereka sendiri.
2) Belajar Mandiri mengintegrasikan self- management (manajemen konteks,
menentukan setting, sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa
memonitor, mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya).
3) Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di dalam
memulai dan memelihara usaha siswa.
4) Di dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari para guru
ke siswa. Siswa mempunyai banyak kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa
dan tujuan apa yang hendak dicapai dan bermanfaat baginya. Haris Mujiman dalam
Joni Raka, T 43 mencoba memberikan pengertian belajar mandiri dengan lebih
lengkap. Menurutnya belajar mandiri adalah kegiatan belajar aktif, yang didorong
oleh niat atau motif untuk menguasai suatu kompetensi guna mengatasi suatu
masalah. Di sini belajarmandiri lebih dimaknai sebagai usaha siswa untuk
melakukan kegiatan belajar yang didasari oleh niatnya untuk menguasai suatu
kompetensi tertentu. Belajar mandiri dapat diartikan sebagai usaha individu untuk
melakukan kegiatan belajar secara sendirian maupun dengan bantuan orang lain
berdasarkan motivasinya sendiri untuk menguasai suatu materi pembelajaran.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru dalam peran
utama sebagai fasilitator dan motifator (Umar Tirtarahardja dan La Sulo, 1994:
123).

C. Asas Pendidikan Sepanjang Hayat


Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari
sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup ( long life education). Istilah pendidikan
seumur hidup erat kaitannya dan kadang-kadang digunakan saling bergantian dengan
makna yang sama dengan istilah belajar sepanjang hayat. Kedua istilah ini memang

5
tidak dapat dipisahkan, tetapi dapat dibedakan (Rangga, 2011, dalam jurnal Ilmu
Pendidikan).
Penekanan istilah “belajar” adalah perubahan perilaku
(kognitif/afektif/psikomotor) yang relatif tetap karena pengaruh pengalaman, sedang
istilah “pendidikan” menekankan pada usaha sadar dan sistematis untuk penciptaan
suatu lingkungan yang memungkinkan pengaruh pengalaman tersebut lebih efisien
efektif, dengan kata lain, lingkungan yang membelajarkan subjek didik (Umar
Tirtarahardja dan La Sulo, 1994: 123).
Pendidikan sepanjang hayat, sebagaimana dijelaskan oleh UNESCO institute for
education (1979) pendidikan dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip di bawah ini :
 Pendidikan hanya berakhir bila manusia telah meninggal dunia
 Pendidikan Luar Sekolah merupakan motivasi yang kuat bagi peserta didik
berperandalam merencanakan dan melakukan kegiatan belajar secara terorganisir dan
sistematis
 Kegiatan belajar bertujuan untuk memperoleh, memperbarui, juga meningkatkan
pengetahuan, sikap, ketrampilan dan aspirasi.
 Pendidikan memiliki tujuan berangkai dalam mengembangkan kepuasan diri
 Perolehan pendidikan merupakan prasyarat bagi perkembangan kehidupan manusia,
untuk memotivasi diri untuk meningkatkan kemampuannya
 Pendidikan luar sekolah mengakui eksistensi dan pentingnya pendidikan sekolah
(formal) keduanya saling melengkapi dan saling mendukung.
Pendidikan sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup, dalam proses belajar
mengajar di sekolah seyogyanya mengemban sekurang-kurangnya dua hal pokok, yaitu;
(1) membelajarkan peserta didik dengan efisien dan efektif
(2) meningkatkan kemauan dan kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar
sepanjang hayat. Ditinjau dari segi kependidikan, perlunya merancang suatu program
atau kurikulum yang dapat mendukung terwujudnya belajar sepanjang hayat dengan
memperhatikan dua dimensi, yaitu; Pertama, Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah
meliputi keterkaitan dan kesinambungan antar tingkatan persekolahan dan keterkaitan
dengan kehidupan peserta didik di masa depan. Kedua, Dimensi horisontal dari
kurikulum sekolah yaitu katerkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan

6
pengalaman di luar sekolah. Untuk mencapai integritas pribadi yang utuh sebagaimana
gambaran manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan nilai-niai Pancasila, Indonesia
menganut asas pendidikan sepanjang hayat. (La Sulo, 1990: 25-26) Pendidikan sepanjang
hayat memungkinkan tiap warga negara Indonesia.
a. Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian sepanjang
hidupnya .
b. Mendapat kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga pendidikan
yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan dapat bersifat formal,
informal, non formal. (Anshory, Ichsan. 2018. Pengantar pendidikan).

D. Alam Takambang Jadi Guru


“Alam takambang” menjadi guru adalah pepatah yang berasal dari Minangkabau,
diartikan dalam bahasa Indonesia kira-kira menjadi “Alam terkembang” dijadikan guru.
“AlamTakambang ” adalah sumber belajar yang sesungguhnya, yakni sumber belajar
yang sungguh-sunguh dapat memenuhi kebutuhan semua yang sifatnya selalu ada
sepanjang zaman.
 Alam Takambang Sebagai Sumber Belajar
Alam Takambang menjadi Guru adalah sumber belajar, baik untuk disekolah
maupun di luar persekolahan. Anak dapat belajar di rumah dengan buku dan
internet. Anak dapat belajar dengan binatang piaraan dan tanaman di kebun atau air
yang mengalir disungai. Orang dewasa juga demikian belajar kapan saja dan
dimana saja sumber belajarnya tetap saja apa yang ada di lingkungannya.
AECT (Association for Education and Communication Technology)
menyatakan bahwa sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik
berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik
dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga
mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai
kompetensi tertentu. Sumber belajar adalah bahan-bahan yang dimanfaatkan dan
diperlukan dalam proses pembelajaran, yang dapat berupa buku teks, media cetak,
media elektronik, narasumber, lingkungan sekitar, dan sebagainya yang dapat
meningkatkan kadar keaktifan dalam proses pembelajaran.

7
Sebagai sumber belajar maka Alam Takambang adalah segala sesuatu yang
tersedia disekitar atau dilingkungan belajar yang berfungsi untuk membantu
optimalisasi aktifitas belajar. Optimalisasi aktifitas belajar ini dapat dilihat tidak
hanya dari hasil belajar saja, namun juga dilihat dari proses pembelajaran yang
berupa interaksi siswa dengan berbagai sumber belajar. Sumber belajar dapat
memberikan rangsangan untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan
penguasaan bidang ilmu yang dipelajari. Kegiatan belajarnya dapat berlangsung
dimana saja dan kapan saja, dengan kata lain dengan sumber belajar yang bersifat
sangat luas itu anak belajar tidak terikat oleh ruang dan waktu.
 Media Pembelajaran
Dalam media pembelajaran terdapat dua unsur penting , yaitu (a) pesan atau
bahan pembelajaran yang akan disampaikan atau perangkat lunak, dan (b) Media
yang digunakan atau perangkat keras. Sebagai contoh guru akan mengajarkan
bagaimana urutan gerakan melakukan sholat. Kemudian guru tersebut menuangkan
ide-idenya dalam bentuk gambar ke dalam selembar kertas, ia menggambarkan
setiap gerakan sholat dalam kertas tersebut, saat di kelas ia menjelaskannya kepada
siswa bagaimana gerakan sholat tersebut dengan cara memperlihatkan poster yang
bergambarkan gerakan-gerakan yang telah ia buat sebelumnya. Kemudian siswapun
melakukan gerakan sholat dengan apa yang terdapat dalam poster tersebut (maka
poster tersebut termasuk ke dalam media grafis yang sifatnya sederhana). Atau
misalnya guru membuat video gerakan-gerakan dalam menunaikan sholat lalu
video tersebut di putar didalam kelas dan siswa mencontohkan dan mempraktekkan
gerakan-gerakan tersebut (maka video tersebut termasuk ke dalam media Audio
Visual yang sifatnya kompleks)

 Alat Peraga
Dalam memahami alat peraga dalam konteks pembelajaran yang paling
penting adalah Nilai Manfaat dari alat peraga itu sendiri dalam menunjang
keefektifan dan efesiensi penyampaian, pengembangan dan pemahaman informasi
atau pesan pembelajaran.

8
Sebagai ilustrasi, misalnya Guru akan mengajarkan bagaimana gambar dalam
televisi bisa terlihat di layar, maka guru membawa televisi ke kelas, kemudian ia
membukanya di depan kelas, kemudian menjelaskan satu-persatu fungsi dari
masing-masing komponen televisi tersebut kepada siswa sehingga siswa memahami
kenapa gambar terlihat pada layar televisi. Dalam ilustrasi tersebut kedudukan
televisi adalah sebagai alat peraga bukan sebagai media.

II. Implementasi Masing-masing Asas Dalam Pendidikan


Sebagaimana telah dibicarakan dalam bahasan terdahulu ada dua asas-asas utama yang
menjadi acuan pelaksanaan pendidikan, yakni:
1) Asas Belajar Sepanjang Hayat
2) Asas Tut Wuri Handayani
3) Asas Kemandirian dalam Belajar
Implementasi asas asas pendidikan
Dalam kaitan asas belajar sepanjang hayat, dapat dikemukakan beberapa keadaan yang
ditemui sekarang:
a. Usaha pemerintah memperluas kesempatan belajar telah mengalami peningkatan.
Terbukti dengan semakin banyaknya peserta didik dari tahun ke tahun yang dapat
ditampung baik dalam lembaga pendidikan formal, non formal, dan informal; berbagai
jenis pendidikan; dan berbagai jenjang pendidikan dari TK sampai perguruan tinggi
b. Usaha pemerintah dalam pengadaan dan pembinaan guru dan tenaga kependidikan pada
semua jalur, jenis, dan jenjang agar mereka dapat melaksanakan tugsnya secara
proporsional. Dan pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas hasil pendidikan di
seluruh tanah air. Pembinaan guru dan tenaga guru dilaksanakan baik didalam negeri
maupun diluar negeri
c. Usaha pembaharuan kurikulum dan pengembangan kurikulum dan isi pendidikan agar
mampu memenuhi tantangan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang
berkualitas melalui pendidikan
d. Usaha pengadaan dan pengembangan sarana dan prasarana yang semakin meningkat:
ruang belajar, perpustakaan, media pengajaran, bengkel kerja, sarana pelatihan dan
ketrampilan, sarana pendidikan jasmani

9
e. Pengadaan buku ajar yang diperuntukan bagi berbagai program pendidikan masyarakat
yang bertujuan untuk:
1) Meningkatkan sumber penghasilan keluarga secara layak dan hidup bermasyarakat
secara berbudaya melalui berbagai cara belajar
2) Menunjang tercapainya tujuan pendidikan manusia seutuhnya
f. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan generasi muda: kepemimpinan dan
ketrampilan, kesegaran jasmani dan daya kreasi, sikap patriotisme dan idealisme,
kesadaran berbangsa dan bernegara, kepribadian dan budi luhur
g. Usaha pengadaan berbagai program pembinaan keolahragaan dengan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada anggota masyarakat untuk melakukan berbagai
macam kegiatan olahraga untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran serta prestasi di
bidang olahraga
h. Usaha pengadaan berbagai program peningkatan peran wanita dengan memberikan
kesempatan seluas-luasnya dalam upaya mewujudkan keluarga sehat, sejahtera dan
bahagia peningkatan ilmu pngetahuan dan teknologi, ketrampilan serta ketahanan
mental.
Sesuai dengan uraian di atas, maka secara singkat pemerintah secara lintas sektoral
telah mengupayakan usaha-usaha untuk menjawab tantangan asas pendidikan sepanjang
hayat dengan cara pengadaan sarana dan prasarana, kesempatan serta sumber daya manusia
yang menunjang.
Dalam kaitan penerapan asas Tut Wuri Handayani, dapat dikemukakan beberapa
keadaan yang ditemui sekarang, yakni :
a. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan yang
diminatinya di semua jenis, jalur, dan jenjang pendidikan yang disediakan oleh
pemerintah sesuai peran dan profesinya dalam masyarakat. Peserta didik bertanggung
jawab atas pendidikannya sendiri
b. Peserta didik mendapat kebebasan untuk memilih pendidikan kejuruan yang
diminatinya agar dapat mempersiapkan diri untuk memasuki lapangan kerja bidang
tertentu yang diinginkannya

10
c. Peserta didik memiliki kecerdasan yang luar biasa diberikan kesempatan untuk
memasuki program pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan gaya dan irama
belajarnya
d. Peserta didik yang memiliki kelainan atau cacat fisik atau mental memperoleh
kesempatan untuk memilih pendidikan dan ketrampilan sesuai dengan cacat yang
disandang agar dapat bertumbuh menjadi manusia yang mandiri
e. Peserta didik di daerah terpencil mendapat kesempatan untuk memperoleh pendidikan
dan ketrampilan agar dapat berkembang menjadi manusia yang memiliki kemampuan
dasar yang memadai sebagai manusia yang mandiri, yang beragam dari potensi dibawah
normal sampai jauh diatas normal (Jurnal Pendidikan,1989).
Asas kemandirian dalam belajar:
 Penerapan Cara Belajar Siswa aktif untuk mengembangkan keterampilan memiliki
dan memecahkan masalah siswa dengan pola berpikir krtitis

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan yang mengusung trilogi kepemimpinan pendidikan menurut Ki Hadjar
Dewantara, dapat memajukan pertumbuhan budi pekerti-pikiran merupakan satu kesatuan
yang tidak dapat terpisahkan, agar pendidikan dapat memajukan kesempurnaan hidup,
yakni: kehidupan yang selaras dengan perkembangan dunia. Menjalankan kepemimpinannya
di Taman Siswa menggunakan konsep trilogi kepemimpinan, yaitu Ing Ngarso Sung
Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani (membimbing dengan
keteladanan, membina dengan membangun kehendak, dan mendorong kreativitas dengan
memberikan kekuatan).
Buah pemikiran Ki Hajar Dewantara adalah warisan budaya bangsa dan menjadi salah
satu kekayaan keilmuan milik bangsa Indonesia. Konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara
pada dasarnya yang paling sesuai untuk meningkatkan kualitas pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya maupun pembangunan nasional yang bercirikan kepribadian bangsa
Indonesia.

B. Saran
Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis perlu kritik yang
membangun dari para pembaca. Untuk pembaca, diharapkan agar dapat mengaplikasikan
asas-asas pendidikan ini dalam dirinya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, A. R. H. 2005. Wacana Falsafah Ilmu: Analisis Konsep-Konsep Asas dan Falsafah
Pendidikan Negara. Utusan Publication

Iriana, Fristiana. 2017. Dasar Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Parama Ilmu.

Mudana, I. G. A. M. G. 2019. Membangun Karakter dalam Perspektif Filsafat Pendidikan KI


Hadjar Dewantara. Jurnal Filsafat Indonesia. 2(2), 75-81

Syafril dan Zelhendri. 2017. Dasar Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Tirtahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

13

Anda mungkin juga menyukai