Anda di halaman 1dari 8

Nama : Popi Hidayana

NIM : 19022108

Mata Kuliah : Bahasa Indonesia

Kode Seksi : 467

Resume Materi Pertemuan 4

Kosakata Dan Diksi

1.Konsep Kata,Kosa Kata Dan Diksi

Diksi sering di salah artikan dengan kata. Kata merupakan kumpulan dari beberapa fonem
yang mengandung suatu pengertian. Kata ini sifatnya universal, baik kata yang bersifat umum
maupun yang bersifat khusus yang identik dengan istilah-istilah. Semua bangsa di dunia ini
mempunyai kata. Apabila kata-kata digabungkan menjadi satu kalimat, maka akan
membentuk makna yang utuh. Lain halnya dengan diksi yang merupakan hasil dari proses
pilihan kata yang akan digunakan dalam suatu wacana bahasa Indonesia. Kosakata juga
sering di salah artikan dengan kata.Kosakata merupakan kumpulan kata-kata yang digunakan
dalam masyarakat. Bagian terbesar kosakata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata umum yang
dipakai oleh semua lapisan masyarakat, baik yang terpelajar maupun oleh rakyat jelata.
Kosakata inilah yang menjadi ujung tanduk bahasa yang ada di dunia. Kosakata berwujud
istilah-istilah yang digunakan pada bidang-bidang tertentu.

Istilah diksi disamakan dengan istilah pilihan kata.Menurut Enre (1988: 101) diksi atau
pilihan kata adalah penggunaan kata-kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan
yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat. Pendapat lain dikemukakan oleh
Widyamartaya (1990: 45) yang menjelaskan bahwa diksi atau pilihan kata adalah
kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan
gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan
situasi dan nilai rasa yang dimiliki sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca.

Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna dan kesesuaian situasi dan
nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar. Pendapat lain dikemukakan oleh Keraf
(2007) yang menurunkan tiga kesimpulan utama mengenai diksi, antara lain sebagai berikut:
a. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk
menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat.

b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna
dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau
cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar.

c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar kosa
kata atau perbendaharaan kata bahasa.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa diksi adalah pemilihan dan
pemakaian kata oleh pengarang dengan mempertimbangkan aspek makna kata yaitu makna
denotatif dan makna konotatif sebab sebuah kata dapat menimbulkan berbagai pengertian.

2.Sumber Kosakata

Kosakata merupakan kumpulan kata-kata yang digunakan dalam masyarakat. Kumpulan


kata-kata yang ada di masyarakat bersumber dari kamus (Keraf, 2007). Kamus merupakan
sebuah buku referensi yang memuat daftar kosakata yang terdapat dalam sebuah bahasa, yang
disusun secara alfabetis disertai keterangan bagaimana menggunakan kata-kata tersebut
dalam percakapan sehari-hari (Keraf, 2007). Menurut luas lingkup isinya kamus dibedakan
menjadi beberapa, yaitu kamus umum, kamus khusus, kamus eka bahasa, kamus dwi bahasa,
dan kamus multi bahasa.

Lebih lanjut, keraf menjelaskan bahwa kamus umum adalah kamus yang memuat segala
macam topik yang ada dalam sebuah bahasa, sedangkan jika kamus tersebut memuat kata-
kata dari suatu bidang tertentu maka disebut dengan kamus khusus atau kamus istilah. Selain
itu, adalagi kamus eka bahasa yang menjelaskan mengenai sesuatu dalam suatu bahasa
sedangkan kamus dwi bahasa dan multi bahasa merupakan kamus yang berisi penjelasan
mengenai suatu kata dalam dua bahasa atau lebih. Sedangkan kamus yang memuat kosakata
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan Kamus Umum Bahasa Indonesia yang menjadi
patokan dalam menggunakan diksi yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Inti
dari kamus adalah memberikan batasan pengertian dari sebuah kata (Keraf, 2007). Hal ini
perlu dilakukan karena setiap kata mengalami perubahan dan pergeseran. Oleh karena itu,
kamus harus menggunakan sistem yang konsisten dalam mengurutkan makna kata, serta
memberikan tanda-tanda penjelasan arti yang khusus bagi masing-masing penutur. Dengan
kata lain, kamus memberikan penjelasan dan gambaran kepada masyarakat mengenai makna
kata yang sesungguhnya serta memberikan batasan penggunaan kata yang tepat dan tidak
tepat kepada masyarakat secara tidak langsung. Dengan memahami bahwa kamus adalah
sumber kosakata akan memberikan pemahaman kepada masyarakat untuk berpedoman
kepada kamus dalam memilih dan menggunakan kata yang tepat dalam berkomunikasi
sehari-hari.

3.Kriteria Pemilihan Kata

Persoalan kriteria pemilihan kata pada dasarnya berkisar pada prinsip dalam memilih kata
yang akan digunakan dalam suatu wacana bahasa Indonesia. Menurut Keraf (2007), ada dua
jenis kriteria pemilihan kata yaitu ketepatan dan kesesuaian. Berikut ini dijabarkan lebih
mendetail mengenai kriteria menurut Keraf tersebut:

a.Ketepatan Pilihan Kata

Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan


gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang
dipikirkan atau dirasakannya.

Adapun persyaratan ketepatan diksi yakni sebagai berikut ini:

 Membedakan secara cermat denotasi dan konotasi.


 Membedakan dengan cermat kata-kata yang hampir bersinonim.
 Membedakan kata-kata yang mirip dalam ejaannya.
 Hindarilah kata-kata ciptaan sendiri.
 Waspada terhadap penggunaan akhiran asing.
 Kata kerja yang menggunakan kata depan harus digunakan secara idiomatis
 Membedakan kata umum dan kata khusus
 Menggunakan kata-kata indria yang menunjukkan persepsi khusus
 Memperhatikan perubahan makna yang terjadi pada kata-kata yang sudah dikenal
 Memperhatikan kelangsungan pilihan kata

b. Kesesuaian Pilihan Kata


Kesesuaian pilihan kata mempersoalkan ketepatan dalam memilih kata yang dipakai
apakah sudah setepat-tepatnya atau belum, sehingga tidak akan menimbulkan interpretasi
yang berlainan antara pembicara dan pendengar, atau antara penulis dan pembaca.

Adapun persyaratan kesesuaian pilihan kata sebagai berikut:

 Hindarilah bahasa atau unsur substandar dalam situasi yang formal.


 Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja.
 Hindarilah jargon dalam tulisan.

4.Klasifikasi Kata Berdasarkan Diksi

Klasifikasi kata berdasarkan makna:

1.Makna denotatif

Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit. Makna wajar ini adalah
makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung
sebuah kata secara objektif. Sering juga makna denotatif disebut makna konseptual.
Kata makan, misalnya, bermakna memasukkan sesuatu kedalam mulut, dikunyah, dan
ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif. Makna denotatif disebut juga
dengan istilah; makna denatasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional,
makna referensial, atau makna proposional (Keraf,2007). Disebut makna denotasional,
konseptual, referensial dan ideasional, karena makna itu mengacu pada referensi, konsep atau
ide tertentu dari suatu referensi. Disebut makna kognitif karena makna itu berhubungan
dengan kesadaran, pengetahuan dan menyangkut rasio manusia.

2.Makna konotatif

Makna konotatif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap
sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual.
Kata makan dalam makna konotatif dapat berarti untung atau pukul. Makna konotatif atau
sering disebut juga makna kiasan, makna konotasional, makna emotif, atau makna evaluatif.
Kata-kta yang bermakna konotatif atau kiasan biasanya dipakai pada pembicaraaan atau
karangan nonilmiah, seperti: berbalas pantun, peribahasa, lawakan, drama, prosa, puisi, dan
lain-lain. Karangan nonilmiah sangat mementingan nilai-nilai estetika. Nilai estetika
dibangun oleh bahasa figuratif dengan menggunakan kata-kata konotatif agar penyampaian
pesan atau amanat itu terasa indah.

Makna konotatif berbeda dari zaman ke zaman. Ia tidak tetap. Kata kamar kecil mengacu
kepada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti juga jamban (konotatif).
Dalam hal ini, kita kadang-kadang lupa apakah suatu makna kata itu adalah makna denotatif
atau konotaif.Kata rumah monyet mengandung makna konotatif. Akan tetapi, makna
konotatif itu tidak dapat diganti dengan kata lain, sebab nama lain untuk kata itu tidak ada
yang yang tepat. Begitu juga dengan istilah rumah asap.

Makna konotatif dan makna denotatif berhubungan erat dengan kebutuhan pemakaian
bahasa. Makna denotatif ialah arti harfiah suatu kata tanpa ada satu makna yang
menyertainya, sedangkan makna konotatif adalah makna kata yang mempunyai tautan
pikiran, perasaan, dan lain-lain yang menimbulkan nilai rasa tertentu. Dengan kata lain,
makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, sedankan makna konotatif lebih bersifat
pribadi dan khusus.
Contoh:
 Dia adalah wanita cantik (denotatif)
 Dia adalah wanita manis (konotatif)

Kata cantik lebih umum dari pada kata manis. Kata cantik akan memberikan gambaran
umum tentang seorang wanita. Akan tetapi, dalam kata manis terkandung suatu maksud yang
lebih bersifat memukau perasaan kita.Nilai kata-kata itu dapat bersifat baik dan dapat pula
besifat jelek. Kata-kata yang berkonotasi jelek dapat kita sebutkan seperti kata tolol (lebih
jelek dari pada bodoh), mampus (lebih jelek dari pada mati), dan gubuk (lebih jelek dari pada
rumah). Di pihak lain, kata-kata itu dapat pula mengandung arti kiasan yang terjadi dari
makna denotatif referen lain. Makna yang dikenakan kepada kata itu dengan sendirinya akan
ganda sehingga kontekslah yang lebih banyak berperan dalam hal ini.
Contoh lain :
 Sejak dua tahun yang lalu ia membanting tulang untuk memperoleh kepercayaaan
masyarakat.
Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerjaan membanting sebuah tulang)
mengandung makna “berkerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan. Kata membanting
tulang dapat kita masukan ke dalam golongan kata yang bermakna konotatif.Kata-kata yang
dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut idiom atau
ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna
konotatif.
Kata-kata idiom atau ungkapan adalah sebagai berikut:
Keras kepala Panjang tangan, Sakit hati, dan sebagainya.
Klasifikasi makna berdasarkan leksikal:
1.Sinonim
Sinonim adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama,
tetapi bentuknya berlainan. Kesinoniman kata tidaklah mutlak, hanya ada kesamaan atau
kemiripan.Sinonim ini dipergunakan untuk mengalihkan pemakaian kata pada tempat tertentu
sehingga kalimat itu tidak membosankan. Dalam pemakaianya bentuk-bentuk kata yang
bersinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkritkan bahasa seseorang
sehingga kejelasan komunikasi (lewat bahasa itu) akan terwujud. Dalam hal ini pemakai
bahasa dapat memilih bentuk kata mana yang paling tepat untuk dipergunakannya sesuai
dengan kebutuhan dan situasi yang dihadapinya.
contoh sinonim :
agung, besar, raya. penelitian, penyelidikan.
mati, mangkat, wafat, meninggal. cahaya, sinar.
ilmu, pengetahuan.
2.Antonim
Antonim adalah suatu kata yang artinya berlawanan satu sama lain. Antonim disebut juga
dengan lawan kata.
Contoh antonim :
keras, lembek surga, neraka
naik, turun laki-laki, perempuan
kaya, miskin atas, bawah
3.Homonim
Homonim adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan
ejaannya sama.
Contoh homonim :
 Bu Andi bisa membuat program perangkat lunak komputer dengan berbagai bahasa
pemrograman (bisa = mampu).
 Bisa ular itu ditampung ke dalam bejana untuk diteliti (bisa = racun).
4.Homofon
Homofon adalah suatu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang sama, dan
ejaannya berbeda.
Contoh homofon :
 Guci itu adalah peninggalan masa kerajaan kutai (masa = waktu)
 Kasus tabrakan yang menghebohkan itu dimuat di media massa (massa = masyarakat
umum)
5.Homograf
Homograf adalah satu kata yang memiliki makna yang berbeda, lafal yang beda, dan
ejaannya sama.
Contoh homograf :
 Bapak dia seorang pejabat teras pemerintahan yang menjadi tersangka korupsi (teras=
pejabat tinggi).
 Kami tidur di teras karena kunci rumah dibawa oleh Andi (teras = bagian rumah).
6.Polisemi
Polisemi adalah suatu kata yang memiliki banyak pengertian.
Contoh polisemi :
Kepala desa Kepala surat

7.Hipernim
Hipernim adalah kata-kata yang mewakili banyak kata lain.Kata hipernim dapat menjadi
kata umum dari penyebutan kata-kata lainnya.
Contoh hipernim:
 Hantu, ikan, kue

8.Hiponim
Hiponim adalah kata-kata yang terwakili artinya oleh kata hipernim.
Contoh hiponim :
 Pocong, kantong wewe, sundel bolong, kuntilanak, pastur buntung, tuyul, genderuwo,
dan lain-lain.
 Lumba-lumba, tenggiri, hiu, nila, mujair, sepat, dan lain-lain.
Sumber:

 Keraf,Gorys.(2007).Diksi dan Gaya Bahasa.Jakarta: Pt Gramedia Pustaka Utama


 Materi pertemuan 4

Anda mungkin juga menyukai