Anda di halaman 1dari 4

TUGAS PERKULIAHAN KETUJUH

Nama : Muhammad Vicky


NIM : 21027136
Prodi : Desain komunikasi visual
HP/WA : 083801987038
E-mail : Mhdvcky19@gmail.com

Ketentuan Tugas:
❖ Jawablah perntanyaan berikut pada lembaran ini secara mandiri.
❖ Jika teridentifikasi ada plagiarism maka tugas Anda dibatalkan.
❖ Setelah selai convert file ke PDF format dengan penamaan file sebagai
berikut: NAMA-NIM contoh: AHMAD-202021989
❖ Upload file PDF tersebut ke halaman asssigment tempat anda
mendownloadnya sebelum batas waktu yang telah ditentukan.
❖ Selamat mengerjakan tugas.

Pertanyaan:
1. Bagaimana kedudukan syariah dalam agama Islam? Menjelaskan
2. Bagaimana konsep ibadah dalam Islam ? menjelaskan
3. Jelaskan fungsi syariah daalam kehidupan? Analisis
4. Jelaskan tingakatan mashlahat yang dapat diwujudkan oleh syari`ah? Analisis

Jawab:
1. sebagai Pokok Syariat Islam di mana Al- Quran itu asas pertama Syara` dan
Hadis itu asas kedua syara’. Sifatnya, pada dasarnya mengikat umat Islam
seluruh dunia di mana pun berada, sejak kerasulan Nabi Muhammad ‫ ﷺ‬hingga
akhir zaman, kecuali dalam keadaan darurat.
2. Ibadah dalam terminologi Islam adalah kepatuhan kepada Tuhan yang
didorong oleh rasa kekaguman dan ketakutan. ... Tanpa memasukkan unsur
itu maka tidak akan ditemui ibadah sebagaimana telah diciptakan Allah bagi
mahkluk, dan dengan cinta pula Allah mengutus Rasul dan menurunkan al
kitab.
3. Dharuriyah (kebutuhan primer), kebutuhan hajiyah (kebutuhan Sekunder),
dan kebutuhan tahsiniyah (kebutuhan tersier). Selain itu, Asy-Syatibi juga
membagi kebutuhan primer menjadi tiga meliputi kebutuhan agama,
memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara kehormatan/ keturunan, dan
memelihara harta. Kebutuhan primer tersebut merupakan kebutuhan yang
wajib dipenuhi oleh umat dan agama mengaturnya dengan sangat baik
sehingga terciptalah kehidupan yang harmonis. Aturan-aturan yang ada dalam
agama meliputi melarang membunuh tanpa suatu alasan yang dibenarkan,
melarang mencuri (dihukum potong tangan), melarang zina, tidak
memaksakan suatu agama, dan lain sebagainya yang semuanya ada dalam Al
Qur’an dan As Sunah.

Cahaya Islam Website Terlengkap Tentang Islam yang Benar


Beranda Tips islami
Tips islami
Fungsi dan Tujuan Syariat Islam dalam Kehidupan Sehari-hari
Penulis Cahaya Islam Indonesia – 08/20/2019016062

Fungsi Dan Tujuan Syariat Islam dalam kehidupan sehari-hari


Tips Islami – Dalam islam, kita memang harus patuh terhadap syariat islam
yang sudah dibawa oleh Rasul saw kepada umatnya. Setiap syariat memiliki
fungsi dan peran penting dalam kehidupan sehari-hari. Syariat tersebut
seperti aturan yang membuat manusia bisa hidup lebih teratur sehingga fungsi
dan tujuan syariat islam dalam kehidupan sehari-hari sudah pasti akan
kembali untuk kebaikan manusia itu sendiri. Aturan-aturan tersebut sangat
penting untuk kehidupan manusia agar kita bisa hidup lebih teratur karena
dalam suatu negara pun masyarakatnya memiliki aturan. Jika tidak, sobat
cahaya islam bisa memprediksi apa yang akan terjadi? Rusaklah dunia ini
karena melakukan segala sesuatu apa yang kita inginkan.

Fungsi dan Tujuan Syariat Islam dalam Kehidupan Sehari-hari


Ada banyak manfaat dari adanya fungsi dan tujuan syariat islam baik untuk
umat islam kita sendiri atau untuk non-muslim, karena pada dasarnya islam
datang sebagai rahmatan lil alamin yaitu rahmat untuk seluruh alam semesta.
Syariat secara sempit itu sendiri merupakan istilah yang menyangkut tentang
fiqih. Namun, secara umum, syariat ini merupakan hukum-hukum yang di
adakan oleh Allah swt untuk hamba-hamba-Nya. Selain itu, tujuan dengan
adanya syariat atau dalam istilah fiqih kita kenal dengan maqoshid asy-syariah
bisa kita lihat pada ayat-ayat al qur’an dan sunnah Rasulullah saw.

Tujuan syariat islam adalah mewujudkan kemashlahatan manusia, baik untuk


kemashlahatan dunia maupun akhirat. Asy-Syatibi membagi kemashlahatan
dalam fungsi dan tujuan syariat islam menjadi tiga yaitu kebutuhan
dharuriyah (kebutuhan primer), kebutuhan hajiyah (kebutuhan Sekunder),
dan kebutuhan tahsiniyah (kebutuhan tersier). Selain itu, Asy-Syatibi juga
membagi kebutuhan primer menjadi tiga meliputi kebutuhan agama,
memelihara jiwa, memelihara akal, memelihara kehormatan/ keturunan, dan
memelihara harta. Kebutuhan primer tersebut merupakan kebutuhan yang
wajib dipenuhi oleh umat dan agama mengaturnya dengan sangat baik
sehingga terciptalah kehidupan yang harmonis. Aturan-aturan yang ada dalam
agama meliputi melarang membunuh tanpa suatu alasan yang dibenarkan,
melarang mencuri (dihukum potong tangan), melarang zina, tidak
memaksakan suatu agama, dan lain sebagainya yang semuanya ada dalam Al
Qur’an dan As Sunah.

Selain itu, untuk fungsi dan tujuan syariat islam juga mengatur lain dalam
kebutuhan sekunder dimana kebutuhan ini merupakan kebutuhan kedua
setelah terpenuhinya kebutuhan primer. Meskipun begitu, islam tetap
memberikan hukum agar manusia bisa melakukannya dengan sangat baik
dalam tindakan mereka. Dalam islam kita kenal dengan istilah rukhsah
(keringanan) yang merupakan salah satu bukti dari syari’at islam untuk
mempermudah dalam urusan manusia khususnya dalam hal ibadah. Aturan
tersebut sangat membantu manusia dalam melakukan ibadahnya, contohnya
menqashar/ menjamak sholat bagi orang yang sedang bepergian, tidak puasa
bagi orang sakit atau menyusui, dan lain sebagainya. Hal itu dikarenakan
tujuan syariat islam pada dasarnya tidak memberatkan umatnya.

Selain itu, islam juga mempermudah saat seseorang terkena sangsi hukuman
bagi sangsi pembunuhan tidak sengaja atau bahkan membatalkan hukum
potong tangan untuk pencuri jika saat mereka mencuri merupakan hal yang
terpaksa bukan untuk menimbun kekayaan. Sedangkan fungsi dan tujuan
syariat islam yang terakhir yang berhubungan dengan tahsiniyah/ tersier
merupakan kebutuhan pelengkap yang tidak harus didapatkan oleh umat. Hal
itu bisa berupa pakaian yang bagus, sepatu mahal, mobil mewah, dan lain
sebagainya.

Dengan begitu, fungsi dan tujuan syariat islam ternyata tidak hanya untuk
umat islam saja namun dalam penetapan syariat, tujuannya adalah untuk
kemashlahatan manusia. Artinya, bisa untuk manusia muslim ataupun non-
muslim. Hal itu bisa dilihat dari manfaat setelah menjalankan hukum-hukum
tersebut. Aturan-aturan tersebut juga ada beberapa negara atau daerah
tertentu yang mengambilnya sebagai aturan negara atau aturan daerah
mereka seperti di Arab saudi, di aceh (hukum cambuk bagi pezina), dan
negara lainnya.
4. Membagi maslahat menjadi tiga; yaitu maslahat mu’tabarah, maslahat
mulghah dan maslahat mursalah

• Maslahat yang dibenarkan/ditunjukkan oleh nash tertentu. Inilah yang


dikenal dengan maslahat mu’tabarah. [2] Maslahat semacam ini dapat
dibenarkan untuk menjadi pertimbangan penetapan hukum Islam dan
termasuk ke dalam kajian qiyas. Dalam hal ini, para pakar hukum Islam
telah konsensus. Mashalih al-Mu’tabiroh pada pointer ini syari’at
menjelaskan secara langsung (tekstual) melalui nash atau ijma’ atau
dengan hukum yang disepakati oleh nash dan ijma’ diantaranya -
seperti pendapat al-Ghazali- qiyas
• Maslahat muktabarah, yaitu kemaslahatan yang didukung oleh syariat.
Maksudnya, ada dalil khusus yang menjadi bentuk dan jenis
kemaslahatan tersebut. Dalam kasus peminum khamr misalnya,
hukuman atas orang yang meminum minuman keras dalam hadis Nabi
dipahami secara berlainan oleh para ulama fikih, disebabkan
perbedaan alat pemukul yang digunakan oleh Rasulullah Saw. Seperti
maslahat pada hukum qishash. Hukum ini ditetapkan oleh surat al-
Baqarah ayat 178 dan 179
• Maslahat yang dibatalkan/digugurkan oleh nash tertentu. Inilah yang
dikenal dengan maslahat mulghah.[5] Maslahat semacam ini tidak
dapat dijadikan pertimbangan dalam penetapan hukum Islam. Dalam
hal ini para pakar hukum Islam juga telah konsensus. Untuk maslahat
yang berbenturan dengan nash qoth’i para ulama sepakat untuk tidak
menggunakan dalam kehidupan karena sudah jelas ketidakabsahannya.
Maslahat Mulghah, yaitu kemaslahatan yang ditolak oleh syariat karena
bertolak belakang dengan ketentuan syari’at. Misalnya, syara’
menentukan bahwa orang yang melakukan hubungan seksual di siang
hari bulan Ramadan dikenakan hukuman dengan memerdekakan budak,
atau puasa dua bulan berturut-turut, atau memberi makan 60 orang
fakir miskin.
• Maslahat mursalah merupakan salah satu metode ijtihad yang
menjadikan hukum Islam dapat lebih dinamis dan bersifat kontekstual,
serta tidak ketinggalan zaman, karena perkara-perkara yang baru dan
belum ada ketentuan hukumnya dalam al-Qur’an dan al-Sunnah dapat
ditentukan hukumnya dengan jalan ijtihad yang salah satunya
menggunakan metode maslahat mursalah. Masalah-masalah lama yang
ditentukan hukumnya dengan jalan ijtihad tetapi tidak
relevan/berlaku lagi secara efektif dalam masyarakat, karena
perkembangan zaman sudah berlainan, maka terhadap masalah-
masalah lama tersebut dapat ditentukan atau diubah ketentuan
hukumnya sesuai dengan zamannya dengan dasar pertimbangan yang
lebih manfaat dan maslahat sepanjang dibenarkan syara’.

Anda mungkin juga menyukai