Anda di halaman 1dari 6

Nama Indah Hasanah Sukri

NIM 20004113
Prodi Teknologi Pendidikan

1. Kenapa banyak terjadi perceraian padahal tujuan pernikahan adalah untuk


bahagia dan melahirkan generasi hebat, dalam Al-Qur’an disebutkan tujuan
pernikahan antara lain sakinah, mawaddah, wa rahmah. Jelaskan kenapa
terjadinya perceraian hubungkan dengan ketidak tercapaian sakinah, mawaddah
wa rahmah. Lengkapi dengan dalil !
Jawaban:
Setiap pasangan suami istri senantiasa mendambakan terciptanya rumah
tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah kenyataannya perceraian tidak dapat
dihindarkan, walaupun berbagai usaha dan upaya telah dikerahkan ke arah itu.
Surat Ar-Rum ayat ke 21 yang berbunyi “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-
Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa
kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir."
Sakinah berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah ketenangan,
ketentraman, aman, atau damai. Setiap keluarga pasti mendambakan terciptanya
keadaan sakinah. Keluarga sakinnah di dalamnya mengandung ketenangan dan
kedamaian antar anggotanya sehingga tercipta perasaan aman dan nyaman.
Pernikahan sakinah diwujudkan dalam bentuk saling menghargai, bersikap sopan
dan lemah lembut, dan menjaga pasangan dalam keadaan apapun.
Mawaddah berasal pula dari bahasa Arab yang artinya adalah perasaan cinta
dan kasih sayang. Mawaddah ini khususnya digunakan untuk istilah perasaan
cinta yang sungguh-sungguh pada pasangan yang telah menikah. Mawaddah
merupakan fitrah yang pasti dimiliki oleh manusia. Dalam kehidupan pernikahan
mawaddah diimplementasikan seperti saling memberi hadiah, mengingat
kebaikan pasangan, dan selalu berkomunikasi dan jujur satu sama lain.
Sementara kata warahmah berasal dari bahasa Arab yang artinya adalah
ampunan, rahmat, rezeki, dan karunia. Rahmat akan datang dengan sendirinya
apabila selama menjalin bahtera rumah tangga, pasangan suami istri mampu
bersyukur atas rezeki yang diberikan. Dalam pernikahan warahmah diwujudkan
dengan sikap saling menjaga, melindungi, saling membantu, dan memahami hak
dan kewajiban masing-masing sebagai pasangan suami-istri.
Sebuah keluarga dikatakan tidak harmonis apabila dalam keluarga tersebut
sering terjadi konflik, ketegangan, merasa tidak puas, merasa tidak bahagia,
sering merasakan kekecewaan, tidak saling pengertian, tidak saling memberikan
kasih sayang dan juga tidak mendapatkan kebahagiaan sehingga konsep sakinah
mawaddah dan warrahmah tidak dapat terealisasi, hal ini dapat mengakibatkan
perceraian.
Talak dihukumkan wajib apabila antara suami isteri senantiasa terjadi
percekcokan. Dalam keadaan seperti ini, hukum talak adalah wajib karena
perkawinan bertujuan untuk menjalin hubungan yang harmonis dan penuh kasih
sayang serta menciptakan ketenteraman antara kedua belah pihak.
Kekerasan yang dilakukan oleh suami kepada istri atau sebaliknya merupakan
perbuatan yang tidak sesuai dengan tujuan perkawinan, oleh karena itu hal ini
merupakan alasan yang dapat dijadikan dasar untuk melakukan perceraian
sebagaimana diatur dalam Pasal 116 huruf d Kompilasi Hukum Islam dan Pasal
19 huruf d PP No. 9 tahun 1975, yaitu “Salah satu pihak melakukan kekejaman
atau pengeniayaan berat yang membahayakan pihak lain”
Jika konflik dalam rumah tangga tidak dapat diselesaikan dan justru akan
menimbulkan kesengsaraan sehingga tidak tercipta sakinah (ketenangan,
ketentraman, aman, atau damai), mawaddah (cinta dan kasih sayang), warrahmah
(ampunan, rahmat, rezeki, dan karunia) tentu dalam situasi ini maka syari'ah
membolehkan adanya perceraian seperti yang disebut dalam QS An-Nisa ayat
130 "Jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada
masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. Dan adalah Allah Maha Luas
(karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana."

2. Kenapa Allah membolehkan perceraian, jelaskan dengan menghubungkan


pelaksanaan hak dan kewajiban dalam pernikahan !
Jawaban:
Allah hanya membolehkan suami istri bercerai jika terdapat sebab-sebab
tertentu dalam hal ini adalah jika salah satu pihak baik pihak suami maupun istri
yang tidak melaksanakan kewajbannya sehingga salah satu pihak baik suami
maupun istri tidak mendapatkan akan haknya dalam jalinan pernikahan dan tidak
mendapatkan tujuan dari pernikahannya tersebut.
Hak dan kewajiban dalam pernikahan antara suami dan istri saling berkaitan
satu sama lain. Para suami memiliki beberapa kewajiban yang menjadi hak istri
dalam pernikahan, di antaranya:
1) Memberikan mahar
Disebutkan dalam al-Quran surat An-Nisa ayat 4, yang berbunyi:
"Berikanlah maskawin kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai
pemberian dengan penuh kerelaan."
2) Menafkahi yang layak sesuai kemampuan dalam bentuk sandang, pangan dan
papan (memberi pakaian, makanan, dan rumah).
Surat Al-Baqarah ayat 233, yang berbunyi: "Dan kewajiban bapak memberi
makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak
dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya...."
Selanjutnya firman Allah SWT “Tempatkanlah mereka (para istri) di mana
kamu (suami) bertempat tinggal menurut kemampuan kamu,…” (QS. Ath
Thalaaq: 6).
3) Menggauli istri dengan baik dan benar
Menggauli artinya bersenggama atau bercinta. Dalam Islam, ini menjadi
salah satu kewajiban suami pada istri, yaitu untuk menggauli pasangannya
dengan baik, nggak boleh kasar atau sampai menyakiti. Surat An-Nisa ayat
19, terjemahannya berbunyi: ”Hai orang-orang yang beriman, tidak halal
bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu
menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa
yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan
pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut.
Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak.”
4) Menjaga istri dan membimbing istri
Suami wajib menjaga istrinya dengan baik, menjaga harga dirinya,
menjunjung tinggi kehormatannya, dan melindunginya dari segala sesuatu
yang dapat menodai kehormatannya. Suami pun wajib menjaga rahasia
istrinya. Kewajiban suami adalah memberikan bimbingan agama pada
istrinya dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Suami juga wajib menjaga istrinya dari perbuatan dosa yang dapat
mendatangkan keburukan pada keluarga. Disebutkan dalam surat At-Tahrim
ayat 6, yang berbunyi: "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka
dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
5) Memberikan rasa cinta dan kasih sayang
Dalam Islam, suami wajib memberikan rasa cinta dan kasih sayang pada istri.
Artinya, suami wajib bertutur kata lembut, memberikan rasa tenang,
mengekspresikan rasa cintanya, dan menunjukkan kasih sayang. Kewajiban
ini ada dalam al-Quran surat Ar-Rum ayat 21, yang terjemahannya berbunyi:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu
istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih sayang dan rahmat.
Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar menjadi tanda-tanda bagi
kaum yang berpikir."

Selain suami, istri juga harus menjalankan kewajibannya terhadap suami dan
menjadi hak untuk suami, yaitu:
1) Menaati suami
Kewajiban pertama istri pada suami adalah taat pada suami. Contoh taat
Misalnya, istri patuh ketika suami menyuruhnya untuk beribadah, menutup
aurat, dan lain-lainnya. Namun, istri wajib taat kecuali dalam hal-hal yang
melanggar aturan agama dan/atau kesusilaan. Dalam al-Quran, surat An-Nisa
ayat 34, terjemahannya berbunyi sebagai berikut: "Kaum laki-laki itu
pemimpin wanita. Karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-
laki) alas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan harta mereka. Maka wanita yang salehah ialah mereka yang
taat kepada Allah dan memelihara diri ketika suaminya tidak ada menurut
apa yang Allah kehendaki......"
2) Melayani suami
“Jika seorang pria mengajak istrinya ke ranjang, lantas istri enggan
memenuhinya, maka malaikat akan melaknatnya hingga waktu shubuh.” HR.
Bukhari dan Muslim.
3) Menjaga harta, rumah dan kehormatan suami
Istri wajib merawat dan menjaga harta yang suaminya berikan. Seorang istri
tidak boleh keluar rumah tanpa izin dari suaminya, dan tidak boleh membawa
laki-laki lain masuk ke dalam rumah saat suami sedang tidak ada.
Selanjutnya menjaga kehormatan suami adalah dengan nggak menyebarkan
aib suaminya. Allah SWT berfirman, “Wanita shalihah adalah yang taat
kepada Allah dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah
telah memelihara mereka.” (QS. Annisa:34).
4) Menunjukkan wajah yang manis dan menyenangkan suami
Sebuah hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah pernah bersabda: “Sebaik-
baik perempuan ialah seorang perempuan yang apabila engkau melihatnya,
engkau merasa gembira. Jika engkau perintah, dia akan mentaatimu. Dan
jika engkau tidak ada di sisinya, dia akan menjaga hartamu dan dirinya.”

Perceraian memang tidak dilarang dalam agama Islam, tapi Allah membenci
sebuah perceraian. Artinya, perceraian menjadi pilihan terakhir bagi suami istri
ketika memang tidak ada lagi jalan keluar dalam menghadapi masalah dalam
rumah tangga sehingga menimbulkan dampak-dampak yang sangat merugikan.
Talak dihukumkan sunnah apabila isteri tidak mau patuh kepada hukum-hukum
Allah SWT dan tidak mau melaksanakan kewajibannya, baik sebagai hamba
Allah SWT (seperti shalat dan puasa) maupun sebagai isteri (tidak mau melayani
suami). Misalnya jika si istri tidak melaksanakan tanggung jawabnya seperti
tidak bisa menjaga kehormatannya, atau dia adalah wanita yang meremehkan
kewajibannya kepada Allah, dan suami tidak bisa mengajari atau memaksanya
untuk menjalankan kewajiban seperti sholat, puasa, atau lainnya. Bahkan
sebagian ulama mengatakan bahwa dalam keadaan yang kedua ini wajib untuk
menceraikannya. Selanjutnya misalnya jika suami tidak melaksanakan
kewajibannya untuk menafkahi istri dalam waktu yang lama apalagi sampai
bertahun-tahun sehingga istri tidak mendapatkan hak nafkah dan membuat istri
kesusahan, maka dalam hal ini istri diperbolehkan untuk mengajukan gugatan
perceraian ke Pengadilan Agama.

Anda mungkin juga menyukai