Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan"


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
DasarDasar Ilmu Pendidikan yang diampu oleh:

Dr. Fetri Yeni J, M.Pd & Rosmaria, M.Pd

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 2

Nurhaida Yanti 20045018


Viza Santifa 20031169
Arsya Gusnita 20031053
Nova Junita 20045017

PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI DAN PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS ILMU

SOSIAL (FIS) & FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2020

1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum w.rb

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan hidayah nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Beberapa Pemikiran tentang Pendidikan ini
tepat pada waktunya .Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah memenuhi tugas Dasar
dasar ilmu pendidikan dan juga menambah wawasan tentang Beberapa Pemikiran tentang
Pendidikan bagi para pembaca dan juga penulis

Kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra Fetri Yeni J,M.pd dan ibu Rosmaria ,M.pd
selaku yang mengajar pada mata kuliah dasar dasar ilmu pendidikan yang memberikan tugas ini
untuk menambah pengetahuan dan wawasan dengan bidang studi yang kami pelajari

Kami mengucapkan kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuan nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini .kami menyadari makalah yang kami tulis masih
jauh dari kata sempurna oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini

Wassalamualaikum w.rb

Padang,15 November,2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................. ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................... ............................................................................................ iii

BAB l PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang ............................. ............................................................................................ 1

I.II Rumusan Masalah ....................... ............................................................................................ 1

I.IIITujuan dan Manfaat .................... ............................................................................................ 2

BAB ll PEMBAHASAN ......................................................................


A. Pengertian Aliran Pendidikan.......................................................................................................5

B. Pemikiran klasik tentang Pendidikan...........................................................................................5

C. Pemikiran Baru Tentang Pendidikan.............................................................................................9

BAB lll PENUTUP ............................................................................


A.Kesimpulan.................................................................................................................................14

B.Saran...........................................................................................................................................15

C.Daftar Pustaka............................................................................................................................16

iii
BAB l

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, pendidikan memiliki nuansa berbeda antara satu
daerah dengan daerah lain, sehingga banyak bermunculan pemikiran-pemikiran yangdianggap sebagai
penyesuaian proses pendidikan dengan kebutuhan yang diperlukan. Karenanya, banyak teori yang
dikemukakan para pemikir yang bermuara pada munculnya berbagai aliran pendidikan. Pemahaman
terhadap pemikiran-pemikiran penting dalam pendidikan akan membekali tenaga kependidikan dengan
wawasan kesejarahan, yakni kemampuan memahami kaitan antara pengalaman-pengalaman masa
lampau, tuntutan dan kebutuhan masa kini, serta perkiraan atau antisipasi masa datang.

Aliran-aliran pendidikan telah dimulai sejak awal hidup manusia, karena setiap kelompok manusia
selalu dihadapkan dengan generasi muda keturunannya yang memerlukan pendidikan yang lebih baik
dari orang tuanya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian Aliran Pendidikan?

2. Apa sajakah yang termasuk Aliran Aliran Pendidikan?

3.Apa sajakah Pemikiran baru tentang pendidikan?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1. Untuk mengetahui pengertian aliran Pendidikan.

2. Untuk mengetahui macam macam Aliran Pendidikan.

3. Untuk mengetahui Pemikiran baru tentang Pendidikan.

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Pendidikan


Aliran adalah suatu paham atau pendapat yang muncul dari beberapa pelopor, yang dalam hal ini
adalah tokoh-tokoh pendidikan. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar sehingga
dalam penerapannya dibutuhkan sebuah landasan atas apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara
melakukannya.

Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan dalam dunia


pendidikan. Pemikiran tersebut berlangsung seperti suatu diskusi berkepanjangan, yakni
pemikiranpemikiran terdahulu selalu ditanggapi dengan pro dan kontra oleh pemikir berikutnya,
sehingga timbul pemikiran yang baru, dan demikian seterusnya. Agar diskusi berkepanjangan itu dapat
dipahami, perlu aspek dari aliran-alira itu yang harus dipahami. Oleh karena itu setiap calon tenaga
kependidikan harus memahami berbagai jenis aturan-aturan pendidikan.

B. Pemikiran Klasik Tentang Pendidikan


1. Aliran Empirisme
Empirisme berasal dari bahasa latin, asal katanya empiri, yang berarti pengalaman. Aliran ini
dipelopori oleh John Locke (1632-1704), filosof kebangsaan Inggris, yang terkenal dengan teorinya
“Tabularasa” artinya meja berlapis lilin yang belum ada tulisan di atasnya. Dengan kata lain, seseorang
dilahirkan seperti kertas kosong yang belum ditulisi maka pendidikanlah yang akan menulisnya.
Perkembangan seseorang tergantung seratus persen pada pengaruh lingkungan atau pada
pengalamanpengalaman yang diperoleh dalam kehidupannya. Oleh karena itu pendidikan memegang
peranan penting sebab pendidik dapat menyediakan lingkungan kepada anak dan akan diterima oleh
anak sebagai pengalaman-pengalaman.

Menurut konsepsi empirisme ini pendidikan adalah maha kuasa dalam membentuk anak didik
menjadi apa yang didinginkannya. Pendidikan dapat berbuat sekehendak hatinya, seperti ahli patung
yang memahat patung dari kayu, batu atau bahan lainnya menurut sesuka hatinya. Contoh lain misalnya,
anak kembar yang dipisahkan oleh orang tuanya sejak kecil pada lingkungan keluarga yang berbeda.
Oleh karena itu aliran ini dinamakan aliran optimis dalam pendidikan.

Menurut John Locke (dalam Blishen, 1970) hal-hakl yang perlu diperhatikan dalam pendidikan adalah:

1) Pendidikan harus diberikan sejak awal mungkin

5
2) Pembiasaan dan latihan lebih penting daripada peraturan, perintah atau nasehat

3) Anak didik harus diamati dari dekat untuk melihat:

a) Apa yang paling tepat bagi anak itu sesuai dengan umurnya (tingkat perkembangannya) b)

Hasrat-hasratnya yang amat kuat

c) Kecenderungannya mengikuti orang tua tanap merusaak semangat anak itu

d) Anak harus dianggap sebagai makhluk rasional, dalam hal ini kepada anak harus diberikan alasan
tentang hal-hal yang dituntut darinya

e) Pelajaran di sekolah jangan sampai menjadi beban bagi anak, namun hendaknya menyenangkan
dan merupakan suasana bermain yang membuka seluas-luasnya berbagai kemungkinan yang dapat
timbul

Jadi, aliran empirisme bertolak dari loacken tradition yang mementingkan stimulasi eksternal dalam
perkembangan manusia, dan menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan,
sedangkan pembawaan tidak dipentingkan. Menurut pandangan empirisme pendidikan memegang
peranan yang sangat penting sebab pendidik dapat menyediakan llingkungan pendidikan kepada anak
dan akan diterima oleh anak sebagai pengalaman-pengalaman. Pengalaman-pengalaman itu yang sesuai
dengan tujuan pendidikan. Aliran empiris dipandang berat sebelah sebab hanya mementingkan peranan
pengalaman yang diperoleh dari lingkungan. Sedangkan kemampuan dasar yang dibawa anak sejak lahir
dianggap tidak menentukan.

2. Aliran Nativisme
Nativisme berasal dari bahasa latin, asal katanya “natives” berarti terlahir, aliran ini dipelopori oleh
Sckophenhauer seorang filosof kebangsaan Jerman yang hidup dalam tahun 1788-1880. Dia berpendapat
“pendidikan ialah membiarkan seseorang bertumbuh berdasarkan pembawaannya”. Seseorang akan
berkembang berdasarkan apa yang dibawanya sejak lahir. Hasil akhir perkembangan dan pendidikan
manusia ditentukan oleh pembawaannya dari lahir. Pembawaan itu ada yang baik dan ada yang buruk.
Oleh karena itu manusia akan berkembang dengan pembawaan baik maupun pembawaan buruk yang
dibawanya dari lahir.

Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya, sebab lingkungan tidak akan berdaya dalam
mempengaruhi perkembangan dan pendidikan tidak berpengaruh sama sekali terhadap perkembangan
seseorang. Penddidikan yang diberikan tidak sesuai dengan pembawaan seseorang, tidak akan ada
gunanya untuk perkembangannya. Dalam kenyataan sehari-hari sering ditemukan anak mirip orang
tuanya secara fisik dan anak juga mewarisi bakat-bakat yang ada pada orang tuanya. Sebaagi contoh
orang tua yang menginginkan anaknya menjadi pelukis. Ia berusaha mempersiapkan alat-alat untuk
melukis dan mendatangkan guru yang mengajar melukis, tetapi gagal karena dalam diri anak tidak ada
bakat melukis. Oleh karena itu aliran ini merupakan aliran pesimis dalam pendidikan.

6
Jadi aliran Nativisme bertolak dari leibnitzian tradition yang menekankan kemampuan dalam diri
anak, sehingga faktor lingkungan, termasuk faktor pendidikan, kurang berpengaruh terhadap
perkembangan anak. Hasil perkembangan tersebut ditentukan oleh pembawaan yang sudah diperoleh
sejak kelahiran. Lingkungan kurang berpengaruh terhadap pendidikan dan perkembangan anak. Hasil
pendidikan tergantung pada pembawaan. Bagi nativisme, lingkungan sekitar tidak ada artinya sebab
lingkungan tidak berdaya dalam mempengaruhi perkembangan anak. Penganut pandangan ini
menyatakan bahwa kalau anak mempunyai pembawaan jahat maka dia akan menjadi jahat, sebaliknya
kalau anak itu pembawaannya baik maka dia akan menjadi baik. Pembawaan baik dan buruk ini tidak
diubah oleh kekuatan dari luar.

3. Aliran Naturalisme
Naturalisme berasal dari bahasa latin dari kata “nature” artinya alam, tabiat, dan pembawaan.
Aliran ini dipelopori oleh J. J. Rousseau (1712-1778), filofof kebangsaan Perancis. Aliran ini dinamakan
juga nativisme ialah aliran yang meragukan pendidikan untuk perkembangan seseorang karena dia
dilahirkan dengan pembawaan yang baik. Ciri utama aliran ini ialah dalam mendidik seseorang
kembalilah kepada alam agar pembawaan seseorang ynag baik itu tidak dirusak ol;eh pendidik. Dengan
kata lain pembawaan yang baik itu supaya berkembang secara spontan. Kalau akan diberikan juga
pendidikan hendaklah dikembangkan aturan-aturan masyarakat yang demokratis, sehingga
kecenderungan alamiah anggota masyarakat dapat terwujud, untuk menjaga agar pembawaan
seseorang yang baiik itu tidak dirugikan. Jangalah anak itu dianggap sebagai manusia yang kecil, akan
tetapi dia mempunyai tahap-tahap perkembangan yang perlu pula dikembangkan secara alamiah.
Sebagai contoh, pada masa anak-anak pada masa perkembangan panca indera dilakukan melalui
kegiatan anak itu sendiri. Untuk membimbing tingkah laku anak, buku tidak diperlukan, yang penting
adalah pengembangan alam/lingkungan dan berbagai peristiwa yang terjadi di dalamnya. Pada masa
remaja agama dan moral hendaklah diajarkan kepada mereka semata-mata dalam kaitannya dengan
alasan alamiah, kemampuan berfikir harus dikembangkan dan fantasi tidak dibiarkan bekerja leluasa.
Pengajaran yang tujuannya ingin menanamkan suatu aturan atau otoritas tertentu lebih baik ditunda
pelaksanaannya.

Pelopor aliran ini menulis beberapa buah buku yaitu:

1) La Nouvelle Heloise

2) Le Constract Sosial

3) Emile ou de ‘L’ education dan’

4) Confession

Gagasan dasar sebagai pandangan hidupnya terdapat dalam kalimat pertama bukunya yaitu “semua anak
adalah baik dari tangan pencipta, semua menjadi buruk di tangan manusia”.

Jadi Rousseau berpendapat bahwa semua anak yang baru dilahirkan itu baik, dan akan menjadi

7
rusak karena dipengaruhi oleh lingkungan, dia juga berpendapat bahwa pendidikan yang diberikan orang
dewasa malahan dapat merusak pembawaan yang baik anak itu. Aliran ini berpendapat bahwa pendidik
wajib membiarkan pertumbuhan anak pada alam. Jadi dengan kata lain pendidikan tidak diperlukan.
Yang dilaksanakan adalah menyerahkan anak didik ke alam, agar pembawaan yang baik itu tidak menjadi
rusak oleh tangan manusia melalui proses dan kegiatan pendidikan. Kesimpulan dari pandangan tersebut
sebagai berikut: kodrat atau alam manusia adalah baik, masyarakat adalah buruk, dan untuk
memperbaiki kesusilaan, kebiasaan dalam masyarakat orang wajib kembali ke alam atau kodrat.

4. Aliran Konvergensi
Aliran konvergensi berasal dari bahasa Inggris, asal katanya Convergency, artinya pertemuan
pada suatu titik. Aliran ini dipelopori oleh Willianm Stern, seorang ahli pendidikan bangsa Jerman
(18711937), aliran ini mempertemukan atau mengawinkan dua aliran yang berlawanan di atas antara
nativisme dan empirisme. Perkembangan seseorang tergantung kepada pembawaan dan lingkungannya.
Dengan kata lain pembawaan dan lingkungan mempengaruhi perkembangan seseorang. Pembawaan
seseorang baru berkembang karena pengaruh lingkungan. Hendaknya para pendidik dapat menciptakan
suatu lingkungan yang tepat dan cukup kaya atau beraneka ragam agar pembawaan dapat berkembang
semaksimal mungkin. Sebagai contoh: pada anak manusia ada pembawaan untuk berbicara seakan-akan
dua garis yang menunjuk ke suatu titik pertemuan.

Jadi menurut teori konvergensi:

1) Pendidikan mungkin dilaksanakan

2) Pendidikan diartikan sebagai pertolongan yang diberikan lingkungan pada anak didik untuk
mengembangkan potensi yang baikdan mencegah perkembangan potensi yang buruk

3) Yang membatasi hasil pendidikan adalah pembawaan dan lingkungan Aliran konvergensi pada
umumnya diterima secara luas sebagai pandangan yang tepat dalam memahami tumbuh kembang
manusia meskipun demikian, terdapat variasi pendapat tentang faktor mana yang paling
menentukan tumbuh kembang itu. Variasi-variasi itu tercermin antara lain dalam perbedaan
pandangan tentang strategi yang tepat untuk memahami perilaku manusia, meodel atau teori
mengajar, dan gagasan tentang belajar mengajar

Bakat yang dibawa pada waktu lahir tidak akan berkembang dengan baik tanpa adanya dukungan
dari lingkungan yang sesuai untuk perkembangan bakat itu. Sebaliknya, lingkungan yang baik tidak dapat
menghasilkan perkembangan anak yang optimal kalau memang pada diri anak tidak terdapat bakat yang
diperlukan untuk mengembangkan itu.

8
C. Pemikiran Baru Tentang Pendidikan
a.Pengajaran Alam Sekitar
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam
sekitar. Perintis gerakan ini antara lain FR.A. Finger 1808-1888 di jerman dengan
Heimatkunde(pengajaran alam sekitar) dan J.Ligthart 1959-1916 di belanda dengan het volleleven
(kehidupan senyatanya).

Beberapa prinsip dari gerakan heimatkunde adalah:

1) Dengan pengajaran alam sekitar ini guru dapat memperagakan secara langsung

2) Pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar anak aktif

3) Pengajaran alam sekitar memungkinkan untuk memberikan pengajaran totalitas. Suatu bentuk
pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis besarnya sebagai berikut:

a) Suatu pengajaran yang tidak mengenal pembagian mata pelajaran dalam daftar pengajaran,
tetapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengarahkan usahanya mencapai tujuan.

b) Suatu pengajaran menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan atas suatu bahan pengajaran
yang menarik perhatian anak dan diambil dari alam sekitarnya.

c) Suatu pengajaran ynag memungkinkan bahan pengajaran itu berhubungan satu sama lain
seerateratnya secara teratur.

4) Pengajaran alam sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kokoh dan tidak
verbalitas. Yang dimaksud dengan apersepsi intelektual ialah segala sesuatu yang baru dan masuk di
dalam intelek anak, harus dapat luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki
anak. Harus terjadi proses asimilasi antara pengertahuan dengan yang baru

5) Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karena alam sekitar mempunyai
ikatan emosional dengan anak.

b.Pengajaran Pusat Perhatian


Pengajaran pusat perhatian dirintis oleh Ovideminat Decroly (1871-1932) dari Belgia. Dengan
pengajaran pusat minat (Centres d’interest). Pendidikan Decroly berdasarkan pada semboyan ecole pour
la vie, par la vie (sekolah untuk hidup dan oleh hidup). Anak harus dididik untuk dapat hidup dalam
masyarakat dan dipersiapkan dalam masyarakat, anak harus diarahkan kepada pembentukan individu
dan anggota masyarakat. Oleh karena ituanak harus mempunyai pengetahuan terhadap diri sendiri
(tentang hasrat dan cita-cita) dan pengetahuan tentang dunianya (lingkungannya, tempat hidup di hari

9
kedepannya). Menurut Decroly dunia ini terdiri dari alam dan kebudayaan. Dan dunia harus hidup dan
mengembangkan kemampuannya untuk mecapai cita-cita. Oleh karena itu harus mempunyai
pengetahuan atas dirinya sendiri dan dunianya. Pengetahuan anak harus bersifat subjektif dan objektif.

Dari penelitian secara tekun, Decroly menyumbangkan dua pendapat yang sangat berguna bagi
pendidikan dan pengajaran, yang merupakan dua hal khas dari Decroly yaitu:

1) Metode global (keseluruhan). Dari hasil yang didapat dari observasi dan tes, dapatlah ia
menetapkan bahwa anak-anak mengamati dan mengingat secara global (keseluruhan). Jadi ini
berdasarkan atas prinsip psikologi Gestalt. Dalam mengajarkan membaca dan menulis, ternyata dengan
kalimat lebih mudah daripada mengajarkan kata-kata lepas. Sedangkan kata lebih mudah diajarkan
daripada huruf-huruf secara tersendiri. Metode ini bersifat video visual sebab arti suatu kata yang
diajarkan itu selalu diasosiasikan dengan tanda (tulisan), atau gambar yang dapat dilihat.

2) Centre d’interest (pusat-pusat minat). Dari penyelidikan psikologik, ia menetapkan bahwa


anakanak mempunyai minat yang spontan tersebut. Sebab apabila tidak, misalnya minat yang
ditimbulkan oleh guru, maka pengajaran itu tidak akan banyak hasilnya.

c.Sekolah Kerja
Gerakan sekolah kerja dapat dipandang sebagai titik kulminasi dari pandangan-pandangan yang
mementingkan pendidikan keterampilan dalam pendidikan. J.A. Comenius (1592-1670) menekankan agar
pendidikan mengembangkan pikiran, ingatan, bahasa dan tangan (keterampilan kerja tangan) pestalozzi
mengajarkan bermacam-macam mata pelajaran pertukangan di sekolahnya. Namun yang sering
dipandang sebagai bapak sekolah kerja adalah G. Kereschensteiner dengan bapak Arbeitesscule (sekolah
kerja) di Jerman. Sekolah kerja ini bertolak dari pandangan bahwa pendidikan itu tidak hanya demi
kepentingan individu tetapi berkewajiban menyiapkan warga negara yang baik, yakni:

1) Tiap orang adalah pekerja dalam salah satu lapangan jabatan

2) Tiap orang wajib menyumbangkan tenaganya untuk kepentingan negara

3) Dalam menunaikan kedua tugas tersebut haruslah selalu diusahakan kesempurnaannya, agar
dengan jalan itu tiap warga negara ikut membantu memprtinggi dan menyempurnakan kesusiaaan
dan keselamatan negara.

d.Pengajaran Proyek
Dasar filosofis dan paedagogis dari pengajaran proyek diletakkan oleh John Dewey (1859-1952),
namun pelaksanaannya dilakukan oleh pengikutnya yaitu W. H. Kalipratik. Dalam pengajaran proyek anak
bebas menentukan pilihannya (terhadap pekerjaan), merancang, serta memimpinnya. Proyek yang
ditentukan oleh anak, mendorongnya mencari jalan pemecahan bila ia menemui kesukaran. Anak dengan
sendirinya giat dan aktif karena sesuai dengan apa yang didinginkannya. Proyek itulah yang
menyebabkan mata pelajaran-mata pelajaran itu tidak terpisah-pisah antara yang satu dengan yang lain.

10
Pengajaran berkisar di sekitar pusat-pusat minat sewajarnya. Menurut Dewey yang menjadi kompleks
pokok ialah, pertukangan kayu, memasak, dan menenun. Mata pelajaran seperti menulis, membaca dan
berhitung serta bahasa, tidak ada sebab semua itu berjalan dengan sendirinya pada waktu anak-anak
melaksankan proyek itu. Anak tidak boleh dipisahkan dari pelajaran bahasa ibu sebab bahasa ibu
merupakan alat pernyataan pengalaman dan perasaan anak-anak. Dalam pengajaran proyek, pekerjaan
dikerjakan secara berkelompok untuk menghidupkan rasa gotong royong. Juga dalam bekerja sama itu
akan lahir sifat-sifat baik pada diri anak seperti saingan secara sportif, bebas menyatakan pendapat, dan
disiplin sewajarnya. Sifat-sifat manusia tersebut sangat diperlukan dalam masyarakat luas yang
kapitalistik dan demokratis.

Pengajaran proyek biasa pula digunakan sebagai salah satu metode mengajar di indonesia, antara
lain dengan nama pengajaran proyek, pengajaran unit dan sebagainya. Yang perlu ditekankan bahwa
pengajaran proyek akan menumbuhkan kemampuan untuk memandang dan memecahkan persoalan
secara kompeherensif. Dengan kata lain, menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah secara
multidisiplin. Pendekatan multidisiplin tersebut semakin lama makin penting, utamanya dalam
masyarakat yang maju.

e.Home Schooling
Home schooling berasal dari bahasa Inggris yaitu, home dan schooling, home berarti rumah,
schooling berarti bersekolah. Jadi home schooling berarti bersekolah di rumah, maksudnya yaitu kegiatan
yang biasanya dilakukan di sekolah dilakukan di rumah.

Menurut Agus Salim, home schooling berarti memindahkan segala potensi yang ada disekolah
dibawa ke rumah. Hal ini bermaksud agar segala potensi yang ada dalam diri anak dapat dikembangkan
dan diajarkan di rumah.Home schoolingjuga sama dengan home education yaitu pendidikan yang
dilakukan secara mandiri oleh keluarga,dimana materi-materinya dipilihdan disesuaikan dengan
kebutuhan anak.

Munculnya kesan kian terpuruknya mutu dan citra pendidikan Indonesia seringkali membuat orang
tua semakin enggan atau sedikit merasa risih untuk menyekolahkan anak-anak mereka ke sekolah formal.
Hal ini disebabkan beberapa hal, diantaranya mereka telah menyadari, kalau sistem pendidikan kita telah
ditempatkan sebagai usaha komersil oleh kaum kapitalis sehingga terkesan mahal. Bermula dari
paradigma berfikir masyarakat yang mulai cenderung kritis itulah salah satu faktor yang menyebabkan
mereka terbangun landasan berfikirnya untuk melakukan terobohan mencari pendidikan alternatif.
Niatan awal terbentuknya pendidikan alternatif oleh masyarakat ini tidak lain adalah sebagai bentuk
usaha mereka mencari bentuk pendidikan yang murah dan lebih baik. Salah satu pendidikan alternatif itu
adalah home schooling.

f.Sekolah Alam
Sekolah alam merupakan sekolah yang dibangun untuk upaya pengembangan pendidikan yang

11
dilakukan di alam terbuka agar mengetahui pembelajaran dari semua makhluk hidup di aalm ini secara
langsung. Berbeda dengan sekolah pada umumnya yang menggunakan sistem ruangan berupa kelas,
para siswa di sekolah alam dibebaskan waktunya untuk lebih banyak berinteraksi di alam terbuka
sehingga terbentuk pembelajaran langsung pada materi dan pembelajaran yang bersifat pengalaman.

Konsep yang digunakan dalam sekolah alam adalah meliputi penggunaan alam sebagai tempat
untuk belajar, penggunaan alam sebagai media dan bahan untuk pengajaran serta alam yang digunakan
untuk objek pembelajaran. Sekolah ini mampu mengatasi kebosanan yang terjadi pad siswa jika
melakukan pembelajaran di dalam ruangan saja. Efeknya adalah dengan adanya sekolah alam tersebut
bisa mewujudkan sebuah cita-cita pada setiap orang yang peduli akan perubahan yang terjadi dalam
dunia pendidikan khususnya di Indonesia.

Dengan konsep alam, maka pihak yang menyediakan sekolah tersebut tidak secara permanen
menyediakan ruang atau bangunan khusus seperti sekolah pada umunya. Dengan begitu, siswa daapt
merasakan kesegaran dan keindahan alam meski dalam proses pembelajaran. Pembelajarannya pun
membebaskan siswanya untuk mengeksplorasikan apa yang ada di sekitar mereka tanpa aturan yang
mengekang keingintahuannya. Dengan pemahaman sekaligus pengarahan yang baik, siswa akan lebih
peduli dan sadar akan lingkungannya. Sekolah Alam adalah sebuah sekolah di Indonesia yang berberapa
kota memiliki sekolah alam dengan nama sendiri. Salah satu yang terkenal adalah Sekolah Alam
Indonesia dari Jakarta. Biasanya tingkat sekolah di sekolah jenis ini adalah SD. Namun dalam
perkembangannya telah melebar ke beberapa jenjang, mulai dari tingkat KB (Kelompok Bermain) hingga
tingkat menengah

g.Pendidikan Berasrama(boarding school)


Boarding school adalah sistem sekolah dengan asrama, dimana peserta didik dan juga para guru dan
pengelola sekolah tinggal di asrama yang berada dalam lingkungan sekolah dalam kurun waktu tertentu
biasanya satu semester diselingi dengan berlibur satu bulan sampai menamatkan sekolahnya Di
lingkungan sekolah, para siswa dapat melakukan interaksi dengan sesama siswa, bahkan berinteraksi
dengan para guru setiap saat. Contoh yang baik dapat mereka saksikan langsung di lingkungan mereka
tanpa tertunda. Dengan demikian, pendidikan kognisi, afektif, dan psikomotor siswa dapat terlatih lebih
baik dan optimal.

“Boarding School yang baik dijaga dengan ketat agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang tidak
sesuai dengan sistem pendidikan atau dengan ciri khas suatu sekolah berasrama” Dengan demikian
peserta didik terlindungi dari hal-hal yang negatif seperti merokok, narkoba, tayangan film atau sinetron
yang tidak mendidik dan sebagainya. Di sekolah dengan sistem ini, para siswa mendapatkan pendidikan
dengan kuantitas dan kualitas yang berada di atas rata-rata pendidikan dengan sistem konvensional.

h.Pendidikan Inklusi
Pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan
12
kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan atau bakat
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara
bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya.

Pada Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (1) yang menegaskan “setiap warga berhak
mendapatkan pendidikan”; Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 32 ayat (2) yang menegaskan “setiap
warga ank a wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 5 ayat (1) yang menegaskan “setiap
warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Undangundang
inilah yang menjadi bukti kuat hadirnya pendidikan inklusi ditengah masyarah. Pada pendidikan dasar,
kehadiran pendidikan inklusi perlu mendapat perhatian lebih.

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN
Aliran-aliran pendidikan adalah pemikiran-pemikiran yang membawa pembaharuan pada

13
pendidikan. Sejak dulu, kini maupun dimasa depan pendidikan itu selalu mengalami perkembangan
seiring dengan perkembangan sosial budaya dan perkembangan iptek.

Macam-macam aliran pendidikan yaitu :

a. Aliran Empirisme

Aliran Empirisme menyatakan bahwa perkembangan anak tergantung kepada lingkungan, sedangkan
pembawaan tidak dipentingkan.

b. Aliran Nativisme

Aliran nativisme menyatakan bahwa anak-anak yang lahir ke dunia sudah memiliki pembawaan atau
bakatnya yang akan berkembang menurut arahnya masing-masing. Pembawaan tersebut ada yang baik
dan ada pula yang buruk. Aliran ini pun berkeyakinan bahwa manusia yang jahat akan menjadi jahat dan
sebaliknya, yang baik akan menjadi baik.

c. Aliran Naturalisme

Aliran ini berpendapat bahwa semua anak baru dilahirkan mempunyai pembawaan baik. Pembawaan
baik akan menjadi rusak karena dipengaruhi lingkungan. Pendidikan yang diberikan orang dewasa malah
dapat merusak pembawaan baik anak itu.

d. Aliran Konvergensi

Aliran Konvergensi berpendapat bahwa seorang anak dilahirkan di dunia sudah disertai pembawaan baik
maupun pembawaan buruk. Proses perkembangan anak, baik faktor pembawaan maupun faktor
lingkungan sama-sama mempunyai peranan sangat penting.

1 Pendidikan alam sekitar mempercayai bahwa pemahaman, apresiasi pemanfaatan lingkungan alami
dan sumber sumber pengetahuan di luar sekolah yang semuanya penting bagi perkembangan peserta
didik sehingga peserta didik akan mendapatkan kecakapan dan kesanggupan baru dalam menghadapi
dunia nyata

2.Pengajaran pusat perhatian mendorong berbagai upaya agar dalam kegiatan belajar mengajar diadakan
berbagai variasi ( cara mengajar dan lain lain) agar perhatian siswa terpusat pada bahan ajaran

3.Sekolah kerja menambah pengetahuan anak yaitu pengetahuan yang didapat dari buku atau org lain
dan yang didapat dari pengalaman sendiri sehingga anak dapat memiliki kemampuan dan kemahiran
tertentu dan agar siswa dapat memiliki persiapan jabatan dalam mengabdi negara

4.Pengajaran proyek adalah sebuah model atau pendekatan pembelajaran yang inovatif yang menekan
kan belajar kontekstual melalui kegiatan kegiatan yang kompleks

5.Home schooling merupakan pendidikan yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga dimana materi
materi nya dipilih dan disesuaikan dengan kebutuhan anak
14
6.Boarding school efektif untuk mendidik mencerdaskan keterampilan pembangunan karakter dan
penanaman nilai nilai moral peserta didik

7.Sekolah inklusi dengan menyediakan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK).sesuai
dengan Amanat UU ,sekolah dasar harus bersedia menerima siswa berkebutuhan khusus dan menjadi
sekolah inklusi

SARAN
Demikian makalah ini kami buat, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat saya butuhkan. Guna
perbaikan makalah berikutnya. Dan semoga makalah ini berguna untuk kita semua. Amin.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdurrahman Saleh.2007 Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an. Jakarta :PT Rineka
Cipta.

Purwanto, Ngalim.2003 Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung : PT RemajaRosdakarya.

Suwarno, Wiji.2009 Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : Ar-Ruzz Media. .Tirtarahardja,

Umar dan S. L. La Sulo. 2005 Pengantar Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta

Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

15
syahrilfitriadi87.blogspot.com/2016/06/makalah-pemikiran-pendidikan-ddip.html

caridokumen.com/download/makalah-dasar-dasar-ilmu-pendidikan-_5a46d7edb7d7bc7b7a22a1b9_pdf

afniatii.blogspot.com/2014/05/pemikiran-tentang-pendidikan.html

16

Anda mungkin juga menyukai