Anda di halaman 1dari 22

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/345311849

Makalah Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara dalam
Demokerasi yang Bersumbu pada Kedaulatan Rakyat dan Musyawarah untuk
Mufakat

Research · November 2020


DOI: 10.13140/RG.2.2.27784.24327

CITATIONS READS

0 745

1 author:

Muhamad Aditya Hidayah


Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Makalah Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara dalam Demokerasi yang Bersumbu pada Kedaulatan Rakyat dan Musyawarah untuk Mufakat View
project

All content following this page was uploaded by Muhamad Aditya Hidayah on 04 November 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


MAKALAH
HARMONI KEWAJIBAN DAN HAK NEGARA DAN WARGA NEGARA
DALAM DEMOKRASI YANG BERSUMBU PADA KEDAULATAN
RAKYAT DAN MUSYAWARAH UNTUK MUFAKAT
Diajukan untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah : Kewarganegaraan
Dosen Pengampu : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M.Si.

DISUSUN OLEH :

1. Herbayu Alfiandi Suryo Laksono (02104060023)


2. Gerda Pintoko Tunjungsari (20104060024)
3. Muhamad Aditya Hidayah (20104060025)
4. Masita Zumna Maulida (20104060026)
5. Daril Ummahati (20104060027)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-nya kami dapat menyelesaikan makalah berjudul
“Bagaimana Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga Negara dalam
Demokrasi yang Bersumbu pada Kedaulatan Rakyat dan Musyawarah
untuk Mufakat” ini dengan baik dan tepat pada waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok pada
mata kuliah Kewarganegaraan di program studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dalam kesempatan ini,
kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, diantarnya :

1. Bapak Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M.Si. selaku dosen pengampu pada
mata kuliah kewarganegaraan yang telah memberikan ilmu sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini.
2. Keluarga yang selalu mendukung, mendoakan, dan menyemangati kami.
3. Teman-teman sekelompok yang telah membantu menyelesaikan tugas
makalah ini.
4. Serta pihak-pihak lain yang telah membantu menyelesaikan tugas makalah
ini.

Dalam penyusunan makalah ini kami masih merasa belum sempurna. Oleh
karena itu, kami memohon maaf apabila masih banyak kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan
pembuatan makalah ini. Kritik dan saran tersebut akan kami jadikan bahan
evaluasi kedepannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Terima kasih.

Yogyakarta, 23 Oktober 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 1


DAFTAR ISI ........................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 3
2.1 Latar Belakang ............................................................................................ 3
2.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
2.3 Tujuan.......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 6
2.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan
Warga Negara ...................................................................................................... 6
2.2 Alasan Diperlukan Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga
Negara ................................................................................................................. 6
2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tentang Harmoni Kewajiban dan Hak
Warga Negara Indonesia ..................................................................................... 8
2.3.1 Sumber Historis ...................................................................................... 8
2.3.2 Sumber Sosiologis .................................................................................. 9
2.3.3 Sumber Politik ...................................................................................... 10
2.4 Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Harmoni Kewajiban dan Hak
Negara dan Warga Negara................................................................................. 11
2.4.1 Aturan Dasar Ihwal Pendidikan dan Kebudayaan, Serta Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi ........................................................................... 12
2.4.2 Aturan Dasar Ihwal Perkonomian dan Kesejahteraan Sosial ............... 12
2.4.3 Aturan Dasar Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara...................... 13
2.4.4 Aturan Dasar Ihwal Hak dan Kewajiban Asasi Manusia ..................... 14
2.5 Esensi dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga
Negara ............................................................................................................... 15
2.5.1 Agama................................................................................................... 15
2.5.2 Pendidikan dan Kebudayaan ................................................................ 15
2.5.3 Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat ............................................ 16
2.5.4 Pertahanan dan Keamanan.................................................................... 17
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 18
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 18
3.2 Saran .......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

2
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


Hak dan kewajiban merupakan suatu hal yang terikat satu sama lain,
sehigga dalam praktik harus dijalankan dengan seimbang. Hak merupakan segala
sesuatu yang pantas dan mutlak untuk didapatkan individu sebagai anggota warga
Negara sejak masih berada dalam kandungan, sedangkan kewajiban merupakan
suatu keharusan atau kewajiban bagi individu dalam melaksanakan peran sebagai
anggota warga Negara guna mendapat pengakuan akan hak yang sesuai dengan
pelaksanaan kewajiban tersebut. Jika hak dan kewajiban tidak berjalan secara
seimbang dalam praktik kehidupan, maka akan terjadi suatu ketimbangan yang
akan menimbulkan gejolak masyarakat dalam pelaksanaan kehidupan individu
baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara.1
Hak dan kewajiban warga negara merupakan wujud dari hubungan yang
terbentuk antara warga negara dan negara itu sendiri. Jadi sifat hak dan kewajiban
itu adalah bersifat timbal balik (resiprokalitas). Maksudnya adalah, bahwa warga
negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negara, sebaliknya pula negara
memiliki hak dan kewajiban terhadap warga negara. Masalah pokok antara negara
dengan warga negara adalah masalah hak dan kewajiban. Setiap warga negara
diberikan kebebasan oleh negara dalam hak dan kewajiban semua sama. Berbicara
hak dan kewajiban negara kembali ke warga negara tersebut. Karena hubungan
antara negra dengan wrga negara sangat kuat hal itu bisa dilihat dari sila ke-4
pancasila bahwa kewajiban bangsa indonesia berlandaskan pada kedaulatan
rakyat.
Meningkatkan rasa kesadaran bersama akan tanggung jawab kita terhadap
hak dan kewajiban negara menjadi masalah utama. Warga negara memiliki hak,
karena ketidaksadaran maka hak tadi disalahgunakan orang lain. Begitu juga
dengan kewajiban seseorang terhapa negara, namun karena ketidaksadaran warga

1
2311, Fionayovita. (2020, March 29). Bagaimana Harmoni Kewajiban Dan Hak
Negara Dan Warga Negara Dalam Demokrasi Yang Bersumbu Pada Kedaulatan Rakyat Dan
Musyawarah Untuk Mufakat? Retrieved October 25, 2020, From
Http://Web.If.Unila.Ac.Id/Fionayovita2311/2020/03/29/Pendidikan-Kewarganegaraan-Pertemuan-
5/
3
negara akan tugas dan kewajibannya maka hak yang semestinya menjadi hak
milik orang lain dilanggar dan diabaikan.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, yaitu dengan
cara mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga negara harus tahu
hak dan kewajibannya. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan pernah
seimbang. Apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Karena para
pejabat tidak akan pernah merubahnya, walaupun rakyat banyak menderita karena
hal ini. Mereka lebih memikirkan bagaimana mendapatkan materi daripada
memikirkan rakyat, sampai saat ini masih banyak rakyat yang belum
mendapatkan haknya.2 Oleh karena itu, kita sebagai warga negara yang
berdemokrasi harus bangun dari mimpi kita yang buruk ini dan merubahnya untuk
mendapatkan hak-hak dan tak lupa melaksanakan kewajiban kita sebagai rakyat
Indonesia.
Walaupun aspek kewajiban asasi manusia jumlahnya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan aspek hak asasi manusia sebagaimana tertuang dalam
undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945. Namun secara
filosofis tetap menunjukkan adanya pandangan bangsa Indonesia bahwa hak asasi
tidak dapat berjalan tanpa dibarengi kewajiban asasi. Dalam hal ini, Indonesia
menganut paham harmoni antara kewajiban dan hak maupun sebaliknya.
Hak dan kewajiban antara warga negara dan negara Indonesia mengalami
dinamika, terbukti adanya perubahan-perubahan isi pasal-pasal yang terdapat
dalam undang-undang dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang melaui
proses amandemen undang-undang dan juga perubahan undang-undang yang
menyertainya. Semua hal itu dilakukan untuk menyesuaikan hak dan kewajiban
warga negara dan negara Indonesia sesuai jamannya. Jika tidak dilakukannya hal
tersebut, akan terjadi ketidakpuasan antara warga negara dengan negaranya karena
tidak mendapatkannya apa yang warganya inginkan di jamannya.
Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam batas-batas tertentu telah
dipahami orang, akan tetapi karena setiap orang melakukan akitivitas yang
beraneka ragam dalam kehidupan kenegaraan, maka apa yang menjadi hak dan
kewajibannya seringkali terlupakan. Hak dan kewajiban warga negara dan hak
asasi manusia dewasa ini menjadi amat penting untuk dikaji lebih mendalam
2
Indonesia, M. K. (2015, Agustus 11). Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Dengan
UUD 45. Retrieved From Mkri.Id: Https://Mkri.Id/Index.Php?Page=Web.Berita&Id=11732
4
mengingat negara kita sedang menumbuhkan kehidupan demokrasi. Berikut akan
diulas harmoni kewajiban dan hak negara dan negara dalam demokrasi
berdasarkan sistem yang berlaku di negara Indonesia.3

2.2 Rumusan Masalah


Rumuan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Bagaimana konsep dan urgensi harmoni Kewajiban dan Hak Warga
Negara?
2. Apa alasan diperlukan harmoni Kewajiban dan Hak Warga Negara?
3. Apa saja sumber historis, sosiologis, dan politik kewajiban hak Negara
serta warga Negara?
4. Bagaimana argument tentang dinamika dan tantangan mengenai kewajiban
hak Negara dan warga Negara?
5. Apa esensi urgensi harmoni kewajiban dan hak warga Negara?

2.3 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
1. Memamhami konsep dan urgensi harmoni Kewajiban dan Hak Warga
Negara.
2. Mengetahui alasan diperlukannya harmoni Kewajiban dan Hak Warga
Negara.
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, dan politik kewajiban hak Negara
serta warga Negara.
4. Mengetahui argumen tentang dinamika dan tantangan mengenai kewajiban
hak Negara dan warga Negara.
5. Memahami esensi urgensi harmoni kewajiban dan hak warga Negara.

3
26, Bintang. (2020, March 21). Retrieved October 24, 2020, from
http://web.if.unila.ac.id/bintang26/2020/03/21/bagaimana-harmoni-kewajiban-dan-hak-negara-dan-warga-
negara-dalam-demokrasi-yang-bersumbu-pada-kedaulatan-rakyat-dan-musyawarah-untuk-mufakat/

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menelusuri Konsep dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara
dan Warga Negara
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya
diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana
pun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah
beban untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan oleh
pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Hak dan kewajiban merupakan
sesuatu yang tidak dapat dipis 1ahkan. Menurut “teori korelasi” yang dianut oleh
pengikut utilitarianisme, ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban.
Menurut mereka, setiap kewajiban seseorang berkaitan dengan hak orang lain, dan
begitu pula sebaliknya. Mereka berpendapat bahwa kita baru dapat berbicara
tentang hak dalam arti sesungguhnya, jika ada korelasi itu, hak yang tidak ada
kewajiban yang sesuai dengannya tidak pantas disebut hak.4
Hak dan kewajiban warga negara dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia diatur dalam undang-undang dasar Negara Republik Indonesia yang
dimulai dari pasal 27 sampai pasal 34, yang isi pasal tersebut terdapat hak asasi
manusia dan kewajiban dasar manusia. Pengaturan akan hak dan kewajiban
tersebut bersifat garis besar yang penjabarannya dituangkan dalam suatu undang-
undang.5
2.2 Alasan Diperlukan Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga
Negara

4
Indonesia, M. K. (2015, Agustus 11). Hak Dan Kewajiban Warga Negara Indonesia Dengan
UUD 45. Retrieved From Mkri.Id: Https://Mkri.Id/Index.Php?Page=Web.Berita&Id=11732
5
26, Bintang. (2020, March 21). Retrieved October 24, 2020, From
Http://Web.If.Unila.Ac.Id/Bintang26/2020/03/21/Bagaimana-Harmoni-Kewajiban-Dan-Hak-Negara-Dan-
Warga-Negara-Dalam-Demokrasi-Yang-Bersumbu-Pada-Kedaulatan-Rakyat-Dan-Musyawarah-Untuk-
Mufakat/. (Diakses pada 28 Oktober 2020).

6
Hak dan kewajiban warga negara dan hak asasi manusia dewasa ini
menjadi amat penting untuk di kaji mendalam mengingat negara kita sedang
menumbuhkan kehidupan demokrasi. Betapa tidak, di satu pihak implementasi
hak dan kewajiban menjadi salah satu indikator keberhasilan tumbuhnya
kehidupan demokrasi. Di lain pihak hanya dalam suatu negara yang menjalankan
sistem pemerintah demokrasi, hak asasi manusia maupun hak dan kewajiban
warga negara dapat terjamin. Pengaturan hak asasi manusia maupun hak dan
kewajiban warga negara secara lebih operasional kedalam berbagai peraturan
perundang-undang sangat bermanfaat. Pengaturan demikian itu akan menjadi
acuan bagi penyelenggaraan negara agar terhindar dari tindakan sewenang-
wenang ketika mengoptimalkan tugas kenegaraan. Sedangkan bagi masyarakat
atau warga negara hal itu merupakan pegangangan atau pedoman dalam
mengaktualisasikan hak-haknya dengan penuh rasa tanggung jawab (Handayani,
2015: 2-3).6
Hak dan Kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan, akan
tetapi terjadi pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Bahwa
setiap warga Negara memiliki hak dan kewajiban untuk mendapatkan
penghidupan yang layak, tetapi pada kenyataannya banyak warga Negara yang
belum merasakan kesejahteraan dalam menjalani kehidupannya. Semua itu terjadi
karena pemerintah dan para pejabat tinggi lebih banyak mendahulukan hak dari
pada kewajiban. Padahal menjadi seorang pejabat itu tidak cukup hanya memiliki
pangkat akan tetapi mereka berkewajiban untuk memikirkan diri sendiri. Jika
keadaannya seperti ini, maka tidak ada keseimbangan antara hak dan kewajiban.
Jika keseimbangan itu tidak ada akan terjadi kesenjangan social yang
berkepanjangan.
Untuk mencapai keseimbangan antara hak dan kewajiban, dengan cara
mengetahui posisi diri kita sendiri. Sebagai seorang warga Negara harus tau hak
dan kewajibannya. Seprti yang sudah tercantum dalam hukum dan aturan-aturan
yang berlaku. Jika hak dan kewajiban seimbang dan terpenuhi, maka kehidupan
masyarakat akan aman sejahtera. Hak dan kewajiban di Indonesia ini tidak akan

6
(Handayani, 2015: 2-3) dalam Murzanita, Melisa. 2018. “Harmoni Kewajiban Dan Hak Negara
Dan Warga Negara Dalam Demokrasi Yang Bersumbu Pada Kedaulatan Rakyat Dan Musyawarah Untuk
Mufakat”. http://melisamurzanita.blogspot.com/2018/03/harmoni-hak-dan-kewajiban-negara-dan.html.
(Diakses pada 28 Oktober 2001).

7
pernah seimbang, apabila masyarakat tidak bergerak untuk merubahnya. Oleh
karena itu, diperlukannya harmoni kewajiban dan hak Negara dan warga Negara
agar terciptanya kehidupan bernegara yang harmonis dan berkesinambungan
antara kepentingan rakyat dalam pemenuhan hak dan kewajibannya oleh Negara.

2.3 Sumber Historis, Sosiologis, Politik Tentang Harmoni Kewajiban dan


Hak Warga Negara Indonesia
2.3.1 Sumber Historis
Secara historis perjuangan menegakkan hak asasi manusia terjadi di
dunia Barat (Eropa). Adalah John Locke, seorang filsuf Inggris pada abad
ke-17, yang pertama kali merumuskan adanya hak alamiah (natural rights)
yang melekat pada setiap diri manusia, yaitu hak atas hidup, hak kebebasan,
dan hak milik. Perkembangan selanjutnya ditandai adanya tiga peristiwa
penting di dunia Barat, yaitu :
1. Magna Charta (1215)
Piagam perjanjian antara Raja John dari Inggris dengan para
bangsawan. Isinya adalah pemberian jaminan beberapa hak oleh raja
kepada para bangsawan beserta keturunannya, seperti hak untuk tidak
dipenjarakan tanpa adanya pemeriksaan pengadilan. Jaminan itu
diberikan sebagai balasan atas bantuan biaya pemerintahan yang telah
diberikan oleh para bangsawan. Sejak saat itu, jaminan hak tersebut
berkembang dan menjadi bagian dari sistem konstitusional Inggris.
2. Revolusi Amerika (1276)
Perang kemerdekaan rakyat Amerika Serikat melawan
penjajahan Inggris disebut Revolusi Amerika. Declaration of
Independence (Deklarasi Kemerdekaan) Amerika Serikat menjadi
negara merdeka tanggal 4 Juli 1776 merupakan hasil dari revolusi ini.
3. Revolusi Prancis (1789)
Revolusi Prancis adalah bentuk perlawanan rakyat Prancis
kepada rajanya sendiri (Louis XVI) yang telah bertindak sewenang-
wenang dan absolut. Declaration des droits de I’homme et du citoyen
(Pernyataan Hak-Hak Manusia dan Warga Negara) dihasilkan oleh
Revolusi Prancis. Pernyataan ini memuat tiga hal: hak atas kebebasan
(liberty), kesamaan (egality), dan persaudaraan (fraternite).

8
Dalam perkembangannya, pemahaman mengenai HAM makin luas.
Sejak permulaan abad ke-20, konsep hak asasi berkembang menjadi empat
macam kebebasan (The Four Freedoms). Konsep ini pertama kali
diperkenalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Franklin D. Rooselvelt. Hak
asasi manusia kini sudah diakui seluruh dunia dan bersifat universal,
meliputi berbagai bidang kehidupan manusia dan tidak lagi menjadi milik
negara Barat. Sekarang ini, hak asasi manusia telah menjadi isu
kontemporer di dunia. PBB pada tanggal 10 Desember 1948 mencanangkan
Universal Declaration of Human Rights (Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia).
Pada tahun 1997, Interaction Council mencanangkan suatu naskah,
berjudul Universal Declaration of Human Responsibilities (Deklarasi
Tanggung Jawab Manusia). Naskah ini dirumuskan oleh sejumlah tokoh
dunia seperti Helmut Schmidt, Malcom Fraser, Jimmy Carter, Lee Kuan
Yew, Kiichi Miyazawa, Kenneth Kaunda, dan Hassan Hanafi yang bekerja
selama sepuluh tahun sejak bulan Maret 1987. Prinsip dasar deklarasi ini
adalah tercapainya kebebasan sebanyak mungkin, tetapi pada saat yang
sama berkembang rasa tanggung jawab penuh yang akan memungkinkan
kebebasan itu tumbuh.

2.3.2 Sumber Sosiologis


Suatu kenyataan yang memprihatinkan bahwa setelah tumbangnya
struktur kekuasaan “otokrasi” yang dimainkan Rezim Orde Baru ternyata
bukan demokrasi yang kita peroleh melainkan oligarki di mana kekuasaan
terpusat pada sekelompok kecil elit, sementara sebagian besar rakyat
(demos) tetap jauh dari sumber-sumber kekuasaan (wewenang, uang,
hukum, informasi, pendidikan, dan sebagainya).
Sumber terjadinya berbagai gejolak dalam masyarakat kita saat ini
adalah akibat munculnya kebencian sosial budaya terselubung (sociocultural
animosity). Gejala ini muncul dan semakin menjadi-jadi pasca runtuhnya
rezim Orde Baru. Ketika rezim Orde Baru berhasil dilengserkan, pola
konflik di Indonesia ternyata bukan hanya terjadi antara pendukung fanatik
Orde Baru dengan pendukung Reformasi, tetapi justru meluas menjadi
konflik antarsuku, antarumat beragama, kelas sosial, kampung, dan

9
sebagainya. Sifatnya pun bukan vertikal antara kelas atas dengan kelas
bawah tetapi justru lebih sering horizontal, antarsesama rakyat kecil, 128
sehingga konflik yang terjadi bukan konflik yang korektif tetapi destruktif
(bukan fungsional tetapi disfungsional), sehingga kita menjadi sebuah
bangsa yang menghancurkan dirinya sendiri (self destroying nation). Ciri
lain dari konflik yang terjadi di Indonesia adalah bukan hanya yang bersifat
terbuka (manifest conflict) tetapi yang lebih berbahaya lagi adalah konflik
yang tersembunyi (latent conflict) antara berbagai golongan. Socio-cultural
animosity adalah suatu kebencian sosial budaya yang bersumber dari
perbedaan ciri budaya dan perbedaan nasib yang diberikan oleh sejarah
masa lalu, sehingga terkandung unsur keinginan balas dendam. Konflik
terselubung ini bersifat laten karena terdapat mekanisme sosialisasi
kebencian yang berlangsung di hampir seluruh pranata sosial di masyarakat
(mulai dari keluarga, sekolah, kampung, tempat ibadah, media massa,
organisasi massa, organisasi politik, dan sebagainya).

2.3.3 Sumber Politik


Sumber politik yang mendasari dinamika kewajiban dan hak negara
dan warga negara Indonesia adalah proses dan hasil perubahan UUD NRI
1945 yang terjadi pada era reformasi. Pada awal era reformasi (pertengahan
1998), muncul berbagai tuntutan reformasi di masyarakat, yaitu :
1) Mengamandemen UUD NRI 1945
2) Penghapusan doktrin Dwi Fungsi Angkatan Bersenjata Republik
Indonesia (ABRI)
3) Menegakkan supremasi hukum, penghormatan hak asasi manusia
(HAM), serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
4) Melakukan desentralisasi dan hubungan yang adil antara pusat dan
daerah
5) Otonomi daerah
6) Mewujudkan kebebasan pers
7) Mewujudkan kehidupan demokrasi
Adanya tuntutan tersebut didasarkan pada pandangan bahwa UUD
NRI 1945 belum cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis,
pemberdayaan rakyat, dan penghormatan HAM. Di samping itu, dalam

10
tubuh UUD NRI 1945 terdapat pasal-pasal yang menimbulkan penafsiran
beragam, atau lebih dari satu tafsir (multitafsir) dan membuka peluang bagi
penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, berpotensi
tumbuhnya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Penyelenggaraan
negara yang demikian itulah yang menyebabkan timbulnya kemerosotan
kehidupan nasional. Salah satu bukti tentang hal itu adalah terjadinya krisis
dalam berbagai bidang kehidupan (krisis multidimensional). Tuntutan
perubahan UUD NRI 1945 merupakan suatu terobosan yang sangat besar.
Dikatakan terobosan yang sangat besar karena pada era sebelumnya tidak
dikehendaki adanya perubahan tersebut. Sikap politik 130 pemerintah yang
diperkuat oleh MPR berkehendak untuk tidak mengubah UUD NRI 1945.
Apabila muncul juga kehendak mengubah UUD NRI 1945, terlebih dahulu
harus dilakukan referendum (meminta pendapat rakyat) dengan persyaratan
yang sangat ketat. Karena persyaratannya yang sangat ketat itulah maka
kecil kemungkinan untuk berhasil melakukan perubahan UUD NRI 1945.
Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi
kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Berdasarkan hal itu MPR hasil
Pemilu 1999, sesuai dengan kewenangannya yang diatur dalam Pasal 3 dan
Pasal 37 UUD NRI 1945 melakukan perubahan secara bertahap dan
sistematis dalam empat kali perubahan, yaitu :
1) Perubahan Pertama, pada Sidang Umum MPR 1999
2) Perubahan Kedua, pada Sidang Tahunan MPR 2000
3) Perubahan Ketiga, pada Sidang Tahunan MPR 2001
4) Perubahan Keempat, pada Sidang Tahunan MPR 2002.
Dari empat kali perubahan tesebut dihasilkan berbagai aturan dasar
yang baru, termasuk ihwal hak dan kewajiban asasi manusia yang diatur
dalam pasal 28 A sampai dengan 28 J.

2.4 Argumen Tentang Dinamika dan Tantangan Harmoni Kewajiban dan


Hak Negara dan Warga Negara
Aturan dasar ihwal kewajiban dan hak negara dan warga negara setelah
Perubahan UUD NRI 1945 mengalami dinamika yang luar biasa. Berikut
disajikan bentuk-bentuk perubahan aturan dasar dalam UUD NRI 1945 sebelum
dan sesudah Amandemen tersebut.

11
2.4.1 Aturan Dasar Ihwal Pendidikan dan Kebudayaan, Serta Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi
Ketentuan mengenai hak warga negara di bidang pendidikan semula
diatur dalam Pasal 31 Ayat (1) UUD NRI 1945. Setelah perubahan UUD
NRI 1945, ketentuannya tetap diatur dalam Pasal 31 Ayat (1) UUD NRI
1945, namun 131 dengan perubahan. Perhatikanlah rumusan naskah asli dan
rumusan perubahannya berikut ini. Rumusan naskah asli Pasal 31, (1) Tiap-
tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Rumusan perubahan
Pasal 31, (1) Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
Perubahan UUD NRI Tahun 1945 juga memasukkan ketentuan baru
tentang upaya pemerintah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Rumusannya terdapat dalam Pasal 31 Ayat (5) UUD NRI Tahun
1945: “Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan
peradaban serta kesejahteraan umat manusia”.
Perubahan dunia itu pada kenyataannya berlangsung sangat cepat
serta dapat mengancam identitas bangsa dan negara Indonesia. Kita
menyadari pula bahwa budaya kita bukan budaya yang tertutup, sehingga
masih terbuka untuk dapat ditinjau kembali dan dikembangkan sesuai
kebutuhan dan kemajuan zaman. Menutup diri pada era global berarti
menutup.kesempatan berkembang. Sebaliknya kita juga tidak boleh hanyut
terbawa arus globalisasi. Karena jika hanyut dalam arus globalisasi akan
kehilangan jati diri kita. Jadi, strategi kebudayaan nasional Indonesia yang
kita pilih.adalah sebagai berikut:
a. Menerima sepenuhnya: unsur-unsur budaya asing yang sesuai dengan
kepribadian bangsa;
b. Menolak sepenuhnya: unsur-unsur budaya asing yang tidak sesuai
dengan kepribadian bangsa;
c. Menerima secara selektif: unsur budaya asing yang belum jelas
apakah sesuai atau bertentangan dengan kepribadian bangsa.

2.4.2 Aturan Dasar Ihwal Perkonomian dan Kesejahteraan Sosial

12
Sebelum diubah, ketentuan ini diatur dalam Bab XIV dengan judul
Kesejahteraan Sosial dan terdiri atas 2 pasal, yaitu Pasal 33 dengan 3 ayat
dan Pasal 34 tanpa ayat. Setelah perubahan UUD NRI 1945, judul bab
menjadi Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial, terdiri atas dua
pasal, yaitu Pasal 33 dengan 5 ayat dan Pasal 34 dengan 4 ayat. Ambillah
naskah UUD NRI 1945 dan bacalah dengan seksama pasal-pasal yang
dimaksud tersebut.Salah satu perubahan penting untuk Pasal 33 terutama
dimaksudkan untuk melengkapi aturan yang sudah diatur sebelum
perubahan UUD NRI 1945, sebagai berikut:
a. Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI 1945: menegaskan asas kekeluargaan;
b. Pasal 33 Ayat (2) UUD NRI 1945: menegaskan bahwa cabang-cabang
produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup
orang banyak harus dikuasai Negara.
c. Pasal 33 Ayat (3) UUD NRI 1945: menegaskan bahwa bumi dan air
dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya harus dikuasai
negara.
Adapun ketentuan baru yang tercantum dalam Pasal 33 Ayat (4)
UUD NRI 1945 menegaskan tentang prinsip-prinsip perekonomian nasional
yang perlu dicantumkan guna melengkapi ketentuan dalam Pasal 33 Ayat
(1), (2), dan (3) UUD NRI 1945. Mari kita bicarakan terlebih dahulu
mengenai ketentuan-ketentuan mengenai perekonomian nasional yang
sudah ada sebelum perubahan UUD NRI 1945.
Sebelum diubah Pasal 34 UUD NRI 1945 ditetapkan tanpa ayat.
Setelah dilakukan perubahan UUD NRI 1945 maka Pasal 34 memiliki 4
ayat. Perubahan ini didasarkan pada kebutuhan meningkatkan jaminan
konstitusional yang mengatur kewajiban negara di bidang kesejahteraan
sosial. Adapun ketentuan mengenai kesejahteraan sosial yang jauh lebih
lengkap dibandingkan dengan sebelumnya merupakan bagian dari upaya
mewujudkan Indonesia sebagai negara kesejahteraan (welfare state),
sehingga rakyat dapat hidup sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaannya.

2.4.3 Aturan Dasar Usaha Pertahanan dan Keamanan Negara

13
Semula ketentuan tentang pertahanan negara menggunakan konsep
pembelaan terhadap negara [Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI 1945]. Namun
setelah perubahan UUD NRI 1945 konsep pembelaan negara dipindahkan
menjadi Pasal 27 Ayat (3) dengan sedikit perubahan redaksional. Setelah
perubahan UUD NRI Tahun 1945, ketentuan mengenai hak dan kewajiban
dalam usaha pertahanan dan keamanan negara [Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI
1945] merupakan penerapan dari ketentuan Pasal 27 Ayat (3) UUD NRI
1945.
Pasal 30 Ayat (2) UUD NRI 1945 menegaskan sebagai berikut:
“Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem
pertahanan dan keamanan rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai komponen utama, dan
rakyat, sebagai kekuatan pendukung”. Dipilihnya sistem pertahanan dan
keamanan rakyat semesta (Sishankamrata) dilatarbelakangi oleh
pengalaman sejarah bangsa Indonesia sendiri.
Dengan dasar pengalaman sejarah tersebut maka sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta tersebut dimasukkan ke dalam ketentuan
UUD NRI Tahun 1945. Tahukah Anda apa maksud upaya tersebut?
Jawabannya adalah untuk lebih mengukuhkan keberadaan sistem pertahanan
dan keamanan rakyat semesta tersebut. Di samping itu juga kedudukan
rakyat dan TNI serta Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) dalam
usaha pertahanan dan keamanan negara makin dikukuhkan. Dalam hal ini
kedudukan rakyat adalah sebagai kekuatan pendukung, sedang TNI dan
Polri sebagai kekuatan utama. Sistem ini menjadi salah satu ciri khas sistem
pertahanan dan keamanan Indonesia yang bersifat semesta, yang melibatkan
seluruh potensi rakyat warga negara, wilayah, sumber daya nasional, secara
aktif, terpadu, terarah, dan berkelanjutan.

2.4.4 Aturan Dasar Ihwal Hak dan Kewajiban Asasi Manusia


Penghormatan terhadap hak asasi manusia pasca Amandemen UUD
NRI 1945 mengalami dinamika yang luar biasa. Jika sebelumnya perihal
hak-hak dasar warganegara yang diatur dalam UUD NRI 1945 hanya
berkutat pada pasal 27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, dan 34, setelah Amandemen
keempat UUD NRI 1945 aturan dasar mengenai hal tersebut diatur

14
tersendiri di bawah judul Hak Asasi Manusia (HAM). Di samping mengatur
perihal hak asasi manusia, diatur juga ihwal kewajiban asasi manusia.

2.5 Esensi dan Urgensi Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan Warga
Negara
UUD NRI Tahun 1945 tidak hanya memuat aturan dasar ihwal kewajiban
dan hak negara melainkan juga kewajiban dan hak warga negara. Dengan
demikian terdapat harmoni kewajiban dan hak negara di satu pihak dengan
kewajiban dan hak warga negara di pihak lain. Esensi dan urgensi harmoni
kewajiban dan hak Negara dan warga Negara dapat dipahami dengan
menggunakan pendekatan kebutuhan warga Negara yang meliputi:

2.5.1 Agama
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius.
Kepercayaan bangsa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa telah ada semenjak
zaman prasejarah, sebelum datangnya pengaruh agama-agama besar ke
tanah air kita. Karena itu dalam perkembangannya, bangsa kita mudah
menerima penyebaran agama-agama besar itu. Rakyat bangsa kita menganut
berbagai agama berdasarkan kitab suci yang diyakininya. Undang-Undang
Dasar merupakan dokumen hukum yang mewujudkan cita-cita bersama
setiap rakyat Indonesia. Dalam hal ini cita-cita bersama untuk mewujudkan
kehidupan beragama juga merupakan bagian yang diatur dalam UUD.
Ketentuan mengenai agama diatur dalam UUD NRI 1945 Pasal 29.

2.5.2 Pendidikan dan Kebudayaan


Pendidikan dan kebudayaan merupakan dua istilah yang satu sama
lain saling berkorelasi sangat erat. Pendidikan adalah salah satu bentuk
upaya pembudayaan. Melalui proses, pendidikan kebudayaan bukan saja
ditransformasikan dari generasi tua ke generasi muda, melainkan
dikembangkan sehingga mencapai derajat tertinggi berupa peradaban.
Tujuan pendidikan nasional terdapat dalam Pasal 31 Ayat (3) UUD NRI
1945, yaitu “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu
system pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan
serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang di
atur dengan undang-undang”.

15
Jika kita melihat fungsi-fungsi negara (function of the state) dalam
lingkup pembangunan negara (state-building) cakupannya meliputi hal-hal
berikut ini.
a. Fungsi minimal: melengkapi sarana dan prasarana umum yang
memadai, seperti pertahanan dan keamanan, hukum, kesehatan, dan
keadilan.
b. Fungsi madya: menangani masalah-masalah eksternalitas, seperti
pendidikan, lingkungan, dan monopoli.
c. Fungsi aktivis: menetapkan kebijakan industrial dan redistribusi
kekayaan.
Berdasarkan klasifikasi fungsi negara tersebut, penyelenggaraan
pendidikan termasuk fungsi madya dari negara. Artinya, walaupun bukan
merupakan pelaksanaan fungsi tertinggi dari negara, penyelenggaraan
pendidikan juga sudah lebih dari hanya sekedar pelaksanaan fungsi minimal
negara. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan sangatlah penting.

2.5.3 Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat


Sesuai semangat Pasal 33 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945 asas
perekonomian nasional adalah kekeluargaan. Kekeluargaan merupakan asas
yang dianut oleh masyarakat Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan
yang salah satunya kegiatan perekonomian nasional. Asas kekeluargaan
dapat diartikan sebagai kerja sama yang dilakukan lebih dari seorang dalam
menyelesaikan pekerjaan, baik untuk kepentingan pribadi maupun
kepentingan umum.
Penerapan asas kekeluargaan dalam perekonomian nasional adalah
dalam sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan adalah
sistem ekonomi nasional yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat,
bermoral Pancasila, dan menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada
ekonomi rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang
bertumpu pada kekuatan mayoritas rakyat. Dengan demikian sistem ini
tidak dapat dipisahkan dari pengertian “sektor ekonomi rakyat”, yakni
sektor ekonomi baik sektor produksi, distribusi, maupun konsumsi yang
melibatkan rakyat banyak, memberikan manfaat bagi rakyat banyak,
pemilikan dan penilikannya oleh rakyat banyak.

16
2.5.4 Pertahanan dan Keamanan
Berdasarkan aturan dasar ihwal pertahanan dan keamanan Negara
Pasal 30 Ayat (2) UUD NRI Tahun 1945 bahwa usaha pertahanan dan
keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta (Sishankamrata) oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri), sebagai komponen utama,
dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung. Dengan demikian tampak bahwa
komponen utama dalam Sishankamrata adalah TNI dan Polri. Mengenai
adanya ketentuan dalam Pasal 30 Ayat (5) UUD NRI 1945 yang
menyatakan bahwa kedudukan dan susunan TNI dan Polri lebih lanjut diatur
dengan undang-undang, merupakan dasar hukum bagi DPR dan presiden
untuk membentuk undang-undang. Pengaturan dengan undang-undang
mengenai pertahanan dan keamanan negara merupakan konsekuensi logis
dari prinsip yang menempatkan urusan pertahanan dan keamanan sebagai
kepentingan rakyat.
Keamanan nasional suatu negara salah satu evolusi di era modern
saat ini adalah dimana sekala ancaman tidak hanya ditargetkan pada sistem
semata namun dapat menargetkan infrastruktur kritis suatu negara. Oleh
sebab itu, untuk menanggapi ancaman maka suatu negara membutuhkan
pengolahan keamanan melalui regulasi kebijakan di bidang pertahanan dan
keamanan nasional. Dalam konteks ini, Indonesia sebagai salah satu negara
dengan tingkat populasi terbesar di dunia akan membutuhkan pertahanan
maupun keamanan baik dari segi regulasi maupun badan khusus yang
menangapi permasalahan. Dengan demikan, kebutuhan membangun
pertahanan dan keamanan nasional sangat penting dan Indonesia juga perlu
belajar dari pengalaman beberapa negara dan membutuhkan kerja sama di
bidang pertahanan dan keamanan (Yasin, 2015: 103).

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang telah ditulis, maka dapat disimpulkan :
1. Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang
semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak
dapat oleh pihak lain mana pun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut
secara paksa olehnya. Wajib adalah beban untuk memberikan sesuatu
yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh pihak tertentu
tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat dituntut
secara paksa oleh yang berkepentingan.
2. Hak dan kewajiban warga negara merupakan wujud dari hubungan warga
negara dengan negara. Hak dan kewajiban bersifat timbal balik, bahwa
warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap negara, sebaliknya
pula negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warga negara.
3. Hak dan kewajiban warga negara dan negara Indonesia diatur dalam
UUD NRI 1945 mulai pasal 27 sampai 34, termasuk di dalamnya ada hak
asasi manusia dan kewajiban dasar manusia. Pengaturan akan hak dan
kewajiban tersebut bersifat garis besar yang penjabarannya dituangkan
dalam suatu undang-undang.
5. Sekalipun aspek kewajiban asasi manusia jumlahnya lebih sedikit jika
dibandingkan dengan aspek hak asasi manusia sebagaimana tertuang
dalam UUD NRI 1945, namun secara filosofis tetap mengindikasikan
adanya pandangan bangsa Indonesia bahwa hak asasi tidak dapat berjalan
tanpa dibarengi kewajiban asasi. Dalam konteks ini Indonesia menganut
paham harmoni antara kewajiban dan hak ataupun sebaliknya harmoni
antara hak dan kewajiban.
6. Hak dan kewajiban warga negara dan negara mengalami dinamika
terbukti dari adanya perubahan-perubahan dalam rumusan pasal-pasal
UUD NRI 1945 melalui proses amandemen dan juga perubahan undang-
undang yang menyertainya.

18
7. Jaminan akan hak dan kewajiban warga negara dan negara dengan segala
dinamikanya diupayakan berdampak pada terpenuhinya keseimbangan
yang harmonis antara hak dan kewajiban negara dan warga negara.

3.2 Saran
Meskipun kelompok kami menginginkan kesempurnaan dalam
penyusunan makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak
kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya
pengetahuan dalam pembahasan materi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi
untuk kedepannya. Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita
dan bermanfaat.

19
DAFTAR PUSTAKA

[MKRI] Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. 2015. Hak Dan Kewajiban


Warga Negara Indonesia Dengan UUD 45.
https://mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=11732 (Diakses pada
26 Oktober 2020)
Handayani, Ria. 2015. Hak dan Kewajiban Warga Negara. Vol 3 No.5
Murzanita, Melisa. 2018. Harmoni Kewajiban Dan Hak Negara Dan Warga
Negara Dalam Demokrasi Yang Bersumbu Pada Kedaulatan Rakyat
Dan Musyawarah Untuk Mufakat. Makalah.
http://melisamurzanita.blogspot.com/2018/03/harmoni-hak-dan-
kewajiban-negara-dan.html. (Diakses pada 28 Oktober 2020)
Winarno, dkk.2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenrisetdikti Republik
Indonesia.
Yasin, Johan. 2015. Hak Azasi Manusia Dan Hak Serta Kewajiban Warga Negara
Dalam Hukum Positif Indonesia. Vol 2 No. 1
Yovita, Fiona. 2020. Bagaimana Harmoni Kewajiban Dan Hak Negara Dan
Warga Negara Dalam Demokrasi Yang Bersumbu Pada Kedaulatan
Rakyat Dan Musyawarah Untuk Mufakat?.
http://web.if.unila.ac.id/fionayovita2311/2020/03/29/pendidikan-
kewarga-negaraan-pertemuan-5/ (Diakses pada 26 Oktober 2020)

20

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai