OLEH :
VENNIA P. P. (10311710000110)
FAKULTAS VOKASI
2020
1. Menurut Anda, kasus dalam dua pemberitaan di atas berkaitan dengan jenis integrasi apa?
Apa alasannya?
Pada kedua analisis kasus diatas termasuk dalam Integrasi Nasional. Pengertian
Integrasi Nasional itu sendiri adalah suatu proses adaptasi antara unsur – unsur yang berbeda
dalam kehidupan dimasyarakat secara nasional sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan
yang serasi dan dapat memberikan fungsi tersendiri bagi masyarakat tersebut.
Analisis kasus pertama termasuk jenis Integrasi Bangsa dikarenakan pasukan
TNI\POLRI menghadapi gerakan separatis yang mengancap kedamaian Negara Kesatuan
Republik Indonesia dari 5 anggota OPM (Organisasi Papua Merdeka) yang terjadi di Papua.
Pasukan TNI\POLRI menangkap kelompok kriminal bersenjata sehingga terjadi baku tembak
yang menyebabkan 3 orang dari kelompok OPM terkena tembakan, satu orang diantaranya
meninggal dunia dan dua orang lainnya di rawat di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Papua,
dua orang lainnya berhasil diamankan. Hal ini adalah proses penyatuan berbagai kelompok
budaya dan sosial dalam satu kesatuan wilayah dan dalam suatu pembentukan identitas
Nasional.
Anilisis kasus kedua termasuk jenis Integrasi Elit Massa dikarenakan kecamatan tidak
tegas dalam persoalan BBM dan menyebabkan para warga Sumenep mengalami kelangkaan
dan mahalnya BBM sehingga menimbulkan demo pada kantor kecamatan setempat.
Sebelumnya terdapat kesepakatan dalam penurunan BBM yang telah ditandatangani oleh
Forpimka dan sub agen.Hal ini menunjukkan pada masalah penghubungan antara pemerintah
dengan yang diperintah, mendekatkan perbedaan – perbedaan mengenai aspirasi dan nilai
pada kelompok elit dan massa.
3. Tantangan integrasi nasional yang paling potensial terjadi di Indonesia untuk saat ini
adalah dimensi ekonomi yang mana ekonomi daerah satu dengan lainnya saling terkait.
Hambatan dari sisi transportasi, kebijakan dan aturan dari pemerintah pun menjadi
penghambat terjadinya integrasi dari dimensi ekonomi. Apalagi di masa pandemi COVID-19
ini, ketika terjadi pembatasan kegiatan terutama pada saat PSBB membuat rantai ekonomi
melemah yang menyebabkan :
- Pendapatan bisnis menurun : COVID-19 menyebabkan banyak bisnis terutama bisnis kecil
mengalami penurunan pendapatan dan bahkan merugi. Banyak perusahan yang terpaksa
harus memberhentikan banyak karyawannya supaya dapat bertahan di tengah pandemi ini.
- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Anjlok : Sentimen investor dari dalam maupun luar
negeri membuat investor ketakutan untuk menginvestasikan dananya ke perusahaan karena
situasi yang tidak stabil dan cenderung beralih untuk menginvetasikan dananya pada aset
yang cenderung aman seperti emas.
- Nilai rupiah melemah : Melemahnya nilai rupiah terjadi karena kepanikan pasar global serta
perang dagang antara Amerika dan China. Pada awal pandemi nilai rupiah sempat turun
hingga Rp. 16.500 per dolar AS. Untungnya dalam hal ini pemerintah bisa segera menangai
dan membuat nilai rupiah naik menyentuh angka Rp. 15.800 per dolar AS.
- Kegiatan ekspor dan impor terganggu : Hampir seluruh negara menghentikan kegiatan
ekspor guna mencukupi kebutuhan negara sendiri untuk melawan wabah virus ini. Hal ini
berdampak pada terhambatnya proses produksi berbagai produk yang memerlukan bahan-
bahan impor dari negara-negara terkait dan berakibat terhentinya proses produksi untuk
sementara waktu. Kegiatan ekspor yang tidak dapat dilakukan untuk sementara waktu juga
menyebabkan banyak pihak-pihak menjadi merugi, misal perusahaan transportasi merugi
karena tidak lagi beroperasi untuk mengirimkan barang ke negara tujuan.
- Panic buyer (pembeli yang panik) : Akibat banyak informasi terkait dengan COVID-19
yang beredar sehingga membuat masyarakat panik dan membeli berbagai kebutuhan guna
memasok kebutuhan apabila terjadi lockdown yang berkepanjangan. Hal ini bisa merugikan
masyarakat di tingkat ekonomi menengah ke bawah karena barang kebutuhan langka
sehingga harga akan melonjak tinggi. Jika tidak diantisipasi dapat membahayakan
perekonomian Indonesia.
- Sektor pariwisata terancam : Sejak aturan social distancing diterapkan, sektor pariwisata
merupakan bidang yang paling terancam. Hingga pandemi ini berakhir, jumlah wisatawan
akan tetap berkurang dikarenakan beberapa negara mengeluarkan kebijakan untuk melarang
bepergian ke luar negeri untuk berlibur dikarenakan takut wabah ini semakin menyebar
luas.
Masih banyak lagi dampak ekomoni akibat pandemi COVID-19 yang menyebabkan
tantangan integrasi nasional dimensi ekomoni sangat nyata dan harus segera ditanggulangi.
Ada beberapa pihak yang berperan untuk menanggulangi ancaman COVID-19 di bidang
ekonomi. Yang pertama adalah masyarakat, masyarakat perlu diedukasi supaya tetap tenang
dan tidak panik sehingga memborong bahan kebutuhan karena dapat merugikan orang lain.
Pemilik bisnis jika memungkinkan sebaiknya beralih memproduksi barang yang.saat ini
banyak dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan supply & demand.Di sisi lain pemerintah
memiliki kekuatan dalam membuat peraturan dan larangan, pemerintah perlu mengeluarkan
beberapa kebijakan/stimulus di bidang ekonomi guna meredam dampak dari COVID-19.
4. Secara berkelompok sajikanlah sebuah kasus disintegrasi yang terjadi di Indonesia dewasa
ini.
8 Daerah Prioritas Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20200914171522-532-546365/8-daerah-prioritas-
penanganan-covid-19-dan-pemulihan-ekonomi
Mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) delapan daerah yang jadi prioritas penanganan
pandemi memang punya kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Jika kasus
covid-19 di daerah-daerah tersebut tak bisa dikendalikan, mustahil aktivitas bisnis akan
kembali normal dan pemulihan ekonomi dapat berjalan lancar. Pemprov DKI Jakarta,
misalnya, punya kontribusi 17,17 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) namun
anjlok hingga minus 8,22 persen pada kuartal II 2020. Hingga 13 September jumlah kasus
positif covid-19 di ibukota juga masih menduduki peringkat tertinggi yakni sebanyak 40.751
kasus. Kemudian, Jawa Timur yang memiliki sumbangan kepada PDB sebesar 14,60 persen
mengalami pertumbuhan ekonomi minus 5,9 persen pada kuartal II 2020. Hingga kemarin,
angka kasus covid-19 di wilayah tersebut mencapai 30.540 kasus atau tertinggi kedua setelah
DKI Jakarta. Lalu, ada provinsi Jawa Tengah dengan sumbangan terhadap PDB nasional
sebesar 8,60 persen. Pada kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi provinsi di bawah
kepemimpinan Ganjar Pranowo itu minus 5,94 persen. Sementara hingga kemarin kasus
positif di provinsi ini mencapai 10.150 kasus. Sementara Jawa Barat, dengan sumbangan
terhadap PDB nasional sebesar 13,45 persen, mengalami pertumbuhan ekonomi minus 5,98
persen pada kuartal II lalu. Per kemarin angka positif covid-19 di wilayah ini mencapai 7.685
kasus. Selanjutnya, Kalimantan Selatan yang memiliki andil pada PDB nasional sebesar 1,1
persen. Pertumbuhan ekonomi wilayah ini terjungkal hingga minus 2,6 persen pada kuartal II
lalu sementara kasus covid-19nya secara kumulatif mencapai 9.282 kasus per 13 September.
Sulawesi Selatan dengan kontribusi terhadap PDB nasional sebesar 3,2 persen mengalami
kontraksi pertumbuhan ekonomi hingga minus 3,9 persen pada kuartal II lalu. Per 13
September jumlah kasus covid-19 secara kumulatif di provinsi tersebut tembus 13.291. Lalu
Papua yang dengan kasus aktif secara kumulatif mencapai 4.476 kaus per 13 September
2020. Meski pertumbuhan ekonomi kuartal II-nya masih tumbuh 4,52 persen namun
diprediksi posisinya akan berbanding terbalik pada kuartal III mendatang. Terakhir, Sumatera
Utara dengan kontribusi terhadap PDB nasional mencapai 5,1 persen, pada kuartal II lalu
mengalami pertumbuhan negatif 2,37 persen. Sementara hingga kemarin, kasus covid-19
secara kumulatif di provinsi ini mencapai 8.465 kasus.
Kasus ini berkaitan dengan jenis intregrasi ekonomi, dimana terjadinya pertumbuhan
ekonomi yang menurun akibat pertumbuhan COVID-19 dimasa pandemi ini, sehingga
ekonomi di 8 daerah ini anjlok dari PDB nasional sebelum masa pandemi. 8 daerah ini yaitu
DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan,
Papua, dan Sumatra Utara. Yang dapat menjadikan daerah tersebut mengalami kemiskinan.
Faktor penyebab dari disintegrasi ini adalah salah satunya karena adanya perintah PSBB
sehingga ekonomi didaerah tersebut anjlok dan juga karena adanya pandemi COVID-19 yang
menyebabkan ini terjadi, akibatnya karena protokol kesehatan, usaha yang berkembang saat
ini mencapai kerugian dan dialami juga oleh beberapa perusahaan besar. Alternatif
penyelesaian dari kasus ini, para usaha tetap bisa bekerja seperti biasanya dengan mematuhi
protokol yang ada, dan mempunyai inovasi baru terhadap usahanya, misalnya dibukakan toko
online karena minatnya sangat tinggi, serta dari pemerintah bisa memberikan solusi lain
terkait ekonomi dengan memberi bantuan, ataupun pelatihan daring terkait toko online
kepada pengusaha-pengusaha kecil ataupun berkembang.