Anda di halaman 1dari 5

Tugas 1 PPKN Semester Ganjil 2020/2021

Artikel
Tragedi Trisakti Tahun 1998
Oleh : Alifian Miftahul Anhar (Absen 02)
Kelas XI MIPA 2 SMAN 1 Randublatung

Tragedi Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998, terhadap


mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini
menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta,Indonesia serta puluhan lainnya

luka. Peristiwa tersebut menelan korban beberapa mahasiswa yang sedang berdemonstrasi

menuntut reformasi di Universitas Trisakti, Grogol, Jakarta Barat. Serangkaian aksi


demonstrasi memang telah terjadi sebelumnya di dalam kampus, namun aksi kali itu adalah
aksi mahasiswa terbesar yang tercatat di luar kampus.

Aksi damai yang dilakukan para mahasiswa untuk menentang pemerintahan Soeharto pada
saat itu berubah menjadi peristiwa berdarah dan brutal yang menelan banyak korban luka
serta empat korban jiwa dari pihak mahasiswa, dan diikuti dengan peristiwa kerusuhan
berbau rasial yang terjadi sehari setelahnya yaitu pada tanggal 13 – 15 Mei 1998. Hingga
sekarang, peristiwa ini dikenang sebagai simbol perlawanan para mahasiswa terhadap
pemerintahan Orde Baru.
Sejarah peristiwa Trisakti berlatar belakang kondisi ekonomi Indonesia yang
mengalami kegoyahan pada tahun 1998, karena terpengaruh krisis keuangan Asia sejak
1997 – 1999. Krisis moneter ini juga menjadi salah satu faktor penyebab runtuhnya orde
baru. Saat itu banyak mahasiswa termasuk mahasiswa Universitas Trisakti melakukan
demonstrasi besar – besaran ke Gedung Nusantara. Sejak Soeharto kembali dilantik menjadi
Presiden untuk ketujuh kalinya pada Sidang Umum MPR tertanggal 10 Maret 1998, aksi
mahasiswa semakin terbuka dan berani.
Sebelum Sidang Umum MPR, aksi – aksi mahasiswa masih terbatas di dalam kampus.
Setelah sidang itu dimulai, aksi mahasiswa mulai meluas ke luar kampus. Di sela – sela
waktu sidang yaitu pada tanggal 5 Maret 1998 diadakan pertemuan yang diikuti sekitar 20
orang mahasiswa Universitas Indonesia dengan Fraksi ABRI untuk menyuarakan mengenai
penolakan laporan pertanggung jawaban Soeharto, namun tuntutan tersebut hanya
didengarkan dan tidak dipenuhi.
Setelah terpilihnya kembali Bapak Soeharto, aksi – aksi mahasiswa mulai
berlangsung di luar lingkungan kampus. Posisi kampus yang strategis karena dekat dengan
kompleks gedung MPR/DPR, membuat Universitas Trisakti digunakan sebagai titik
berkumpulnya mahasiswa dari berbagai kampus berbeda. Aksi 12 Mei 1998 dimulai pada
pukul 11.00 WIB dengan agenda orasi dari Jenderal Besar AH. Nasution tetapi sayangnya
beliau tidak jadi datang ke lokasi. Acara kemudian diisi oleh orasi dari para guru besar,
dosen dan mahasiswa lain. para peserta aksi mulai keluar kampus sekitar pukul 13.00 WIB
hingga ke jalan S. Parman. Tujuan mereka adalah untuk melakukan long march menuju
gedung MPR/DPR di Senayan. Para mahasiswi berada di barisan depan dan membagikan
bunga mawar kepada para petugas polisi yang menghadang peserta aksi.
Negosiasi dilakukan antara pimpinan mahasiswa, alumni, Dekan Fakultas Hukum
Trisakti Adi Andojo, Komandan Kodim Jakarta Barat Letkol (Inf) A. Amril menyetujui bahwa
aksi damai hanya dilakukan hingga depan Kantor Walikota Jakarta Barat atau sekitar 300
meter dari pintu utama kampus Trisakti. Mahasiswa kemudian melanjutkan aksi dengan
mimbar bebas untuk menuntut reformasi dan Sidang Istimewa MPR. Hingga pukul 17.00
aksi berjalan damai tanpa adanya ketegangan yang berarti dan sebagian peserta sudah ada
yang mulai masuk ke dalam kampus Trisakti. Ketahui juga mengenai biografi
Soeharto , sejarah partai PAN dan sejarah partai PKB yang berdiri  setelah reformasi.
Penembakan Misterius
Sejarah peristiwa Trisakti mencatat bahwa ketika para mahasiswa sudah siap
membubarkan diri, terdengar letusan senjata api dari arah aparat keamanan yang berjaga.
Seketika itu juga suasana berubah menjadi panik dan para mahasiswa lari menyelamatkan
diri. Dalam berbagai dokumentasi, terlihat tembakan berasal dari atas jembatan layang
Grogol dan jembatan penyebrangan. Aparat keamanan justru mulai bersikap agresif dan
memukuli para mahasiswa, sehingga mahasiswa mulai melawan dengan melempari aparat
dengan batu dan benda apapun di sekitar mereka.
Dalam sejarah peristiwa Trisakti diketahui ada mahasiswa yang menjadi korban dari
penembakan tersebut sehingga mereka dilarikan ke beberapa rumah sakit terdekat, salah
satunya adalah ke RS Sumber Waras.

Pada awalnya dikatakan ada enam korban tewas, tetapi kemudian diketahui secara pasti
bahwa korban tewas ada empat orang mahasiswa. Mereka adalah :
1. Elang Mulia Lesmana (1978 – 1998) dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
2. Heri Hertanto (1977 – 1998) dari Fakultas Teknologi Industri
3. Hafidin Royan (1996 – 1998) dari Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan jurusan
Teknik Sipil
4. Hendriawan Sie (1975 – 1998) dari Fakultas Ekonomi
Hasil autopsi menunjukkan bahwa keempat korban memiliki luka tembak yang sangat
mematikan pada dahi yang tembus sampai ke belakang kepala, leher, punggung dan dada.
Keempatnya diketahui berada di dalam kampus ketika penembakan terjadi.
Pada saat itu satuan pengamanan yang ada di lokasi adalah Brimob, Batalyon
Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 202 dan 203, Artileri Pertahanan Udara Kostrad, Pasukan Anti
Huru Hara Kodam, Pasukan Bermotor yang melengkapi diri dengan tameng, gas air mata,
Steyr dan SS – 1. Walaupun pihak aparat keamanan membantah penggunaan peluru tajam,
tetapi hasil otopsi terhadap korban menunjukkan bahwa penyebab kematian mereka adalah
peluru tajam. Peluru kaliber 5,56 mm di tubuh Heri Hertanto biasanya digunakan oleh
senjata laras panjang yang berjenis Steyr atau SS – 1, yang biasa digunakan oleh satuan
Brimob atau Kopassus. Begitu juga hasil otopsi yang diungkap oleh Tim Pencari Fakta ABRI,
dan uji balistik yang dilakukan di Forensic Technology Inc di Montreal, Kanada.
Kapolri yang menjabat pada sejarah peristiwa Trisakti saat itu yaitu Jenderal Pol
Dibyo Widodo membantah penggunaan peluru tajam. Begitu juga dengan Kapolda Metro
Jaya Hamami Nata yang menyatakan bahwa polisi hanya menggunakan tongkat pemukul,
peluru karet dan peluru kosong, juga gas air mata. Walaupun kemudian ditetapkan enam
terdakwa yang disidangkan beberapa tahun setelahnya, siapa penembak dan motifnya tetap
tidak terungkap. Enam terdakwa tersebut hanya menerima tuduhan tidak menaati perintah
atasan dengan sengaja.
Tidak hanya itu, peristiwa Trisakti memancing berbagai situasi yang memburuk
seperti terjadinya kerusuhan Mei 1998, peristiwa Semanggi I, peristiwa Semanggi II yang
juga menelan korban luka, tewas dan kerugian materiil serta kerusakan mental yang tidak
sedikit. Kerusuhan dan berbagai peristiwa yang terjadi setelah itu tidak menggoyahkan
konsentrasi para mahasiswa untuk tetap bergerak dan menuntut adanya perubahan. Pada
18 Mei 1998, mahasiswa telah berhasil menguasai kompleks gedung MPR/DPR hingga
Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei dan menyerahkan jabatannya pada Wakil
Presiden BJ. Habibie sebagai Presiden RI ketiga.
Hingga sekarang, segala upaya untuk mengusut siapa dalang penembakan terhadap
mahasiswa dalam peristiwa Trisakti belum menemui titik terang yang berarti. Segala upaya
pengungkapan selalu mengalami halangan padahal pada peristiwa tersebut terjadi kasus
pelanggaran hak asasi manusia yang luar biasa dan perlu pengusutan lebih lanjut demi
terciptanya keadilan bagi para korban. Tidak hanya titik terang mengenai sejarah peristiwa
Trisakti, namun juga untuk kasus kerusuhan Mei 1998 dan peristiwa Semanggi I dan II yang
belum dapat terungkap secara jelas

Sumber Pustaka
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Tragedi_Trisakti
2. https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/pasca-kemerdekaan/sejarah-peristiwa-
trisakti
3. http://s-kisah.blogspot.com/2012/03/kronologis-peristiwa-tragedi-trisakti.html

Anda mungkin juga menyukai