Anda di halaman 1dari 5

PENEMBAKAN MAHASISWA UNIVERSITAS TRISAKTI

Hak Asasi manusia (HAM) telah dikenal sejak lama, dari masa
penjajahan dan perumusan dasar Negara sampai kemerdekaan Republik
Indonesia. Telah membicarakan banyak hal menyangkut hak kewajiban
manusia sebagai warga Negara maupun tentang hak kebebasan setiap
manusia di dunia untuk terbebas dari penjajahan yang tidak sesuai
dengan prikemanusiaan dan prikeadilan.

Semenjak menjelang orde reformasi dan berakhirnya masa orde


baru. Mulailah HAM menjadi topic dalam melengkapi perjalanan politik
di Indonesia di samping demokrasi namun, yang penting dalam hubungan
ini adalah banyaknya kasus korban HAM yang berjatuhan, kasus-kasus
pelanggaran HAM di Indonesia diantaranya kasus Semanggi I dan II,
Tragedi Trisakti, Kasus Tanjung Priok.

Peristiwa Trisakti adalah peristiwa penembakan, pada 12 Mei


1998,terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi menuntut Soeharto
turun dari jabatannya. Kejadian ini menwaskan empat orang mahasiswa
Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya luka.

Mei 1998 terjadi demonstrasi besar-besaran yang merenggut nyawa


mahasiswa. Peristiwa bersejarah itu dikenal dengan nama Tragedi
Trisakti.Tragedi Trisakti ini menimpa mahasiswa saat sedang
berdemonstrasi menuntut Soeharto untuk turun dari jabatannya Kejadian
mengenaskan ini menewaskan empat orang mahasiswa Universitas
Trisakti. Mereka adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin
Royan, dan Hendriawan Sie.

• Elang Mulia Lesmana: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan


Jurusan Arsitektur.
• Hafidhin Royan : Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan
Teknik Sipil.
• Hory Hartanto: Fakultas Teknologi Industri

• Hendriawan Sie : Fakultas Ekonomi.


Tragedi Trisakti disebabkan oleh aksi penembakan oleh pihak
militer akibat demonstrasi besar-besaran yang berujung pada tindak
anarkis melawan pihak militer yang mewakili pemerintah.

Para mahasiswa dan demonstran memprotes Orde Baru dan


Soeharto nya yang kental dengan KKN dalam pemerintahannya yang
berakibat pada ketidakmampuan dalam mengatasi krisis ekonomi yang
berkepanjangan dan masa pemerintahan Soeharto yang sudah terlalu
lama yang juga penuh dengan berbagai penyimpangan sejarah.

Hubungan Tragedi Trisakti dengan Undang Undang No 39 Tentang


HAM?
Penembakan yang dilakukan oleh aparat bersenjata tidak seharusnya
dilakukan, karena para mahasiswa/i telah selesai. Melakukan aksi damai
dan sedang berbaris untuk memasuki kampus. Namun, keadaan menjadi
ricuh saat terdengarnya suara tembakan di barisan paling belakang dan
pada saat itu mulailah terjadi bentrok antara aparat bersenjata dengan
para mahasiswa/i yang menyebabkan terbunuhnya 4 orang mahasiswa
yaitu: Elang Mulia Lesmana: Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Jurusan Arsitektur. Hafidhin Royan : Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Jurusan Teknik Sipil. Hory Hartanto: Fakultas Teknologi
IndustriHendriawan Sie : Fakultas Ekonomi. Mereka diambil hak untuk
hidup tanpa alasan yang jelas oleh para aparat yang melanggar HAM ke-
4 orang tersebut karena menurut UU No 39 Tahun 1999 Tentang Hak
Asasi Manusia, kejadian tersebut telah mengabaikan, merampas dan tidak
melindungi hak asasi yang dimiliki orang ke-4 orang tersebut.

Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto,


Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka tewas tertembak di dalam
kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala,leher,
dan dada.

Tragedi Trisakti tanggal 12 Mei 1998 menjadi pemicu kerusuhan


social yang mencapai klimaksnya tanggal 14 Mei 1998. Tragedi di picu
oleh menyalaknya senapan senapan aparat yang menewaskan empat
mahasiswa Trisakti.
Kerusuhan, menurut laporan relawan kemanusiaan, tidak
berlangsung begitu saja. Fakta yang aneh, menurut mereka, setelah
terjadi aksi kerusuhan yang sporadic, aparat tampak menghilang,
sementara sebagian kecil saja hanya memandangi penjarahan yang
berlangsung di depan mereka.

Masih menurut laporan relawan,kerusuhan itu tampak direkayasa.


Aksi itu di pimpin oleh sekelompok provokator terlatih yang memahami
betul aksi gerilya kota. Secara sporadis mereka mengumpulkan dan
menghasut massa dengan orasi-orasi. Ketika massa mulai terbakar
mereka meninggalkan kerumunan massa dengan ruk dan bergerak
ketempat lain untuk melakkukan hal yang sama.

Dari lokasi yang baru, kemudian mereka kembali kelokasi semula


dengan ikut membakar, merampok mal-mal.Sebagian warga yang masih
dalam gedung pun ikut terbakar. Dta dari tim relawan menyebutkan
sekurangnya 1190 orang tewas terbakar dan 27 lainnya tewas oleh senjata.

Dalam keadaan yang mulai terkendali setelah mencekam selama


beberapa hari sejak tertembaknya mahasiswa Trisakti dan terjadinya
kerusuhan besar di Indonesia, tanggal 18 Mei 1998 hari Senin siang,
ribuan mahasiswa berkumpul di depan gedung DPR/MPR dan dihadang
oleh tentara yang bersenjata lengkap, bukan lagi aparat kepolisian.
Tuntutan mahasiswa yang utama adalah pengusutan peristiwa
penembakan mahasiswa Trisakti,penolakan terhadap penunjukan
Soeharto sebagai presiden kembali, pembubaran DPR/MPR 1998,
pembentukan pemerintahan baru, dan pemulihan ekonomi secepatnya.

Kedatangan ribuan mahasiswa ke gedung DPR/MPR saat itu


begitu menegangkan dan nyaris terjadi insiden. Suatu saat tentara yang
berada di depan gedung atas tangga sempat mengokang senjata mereka
sehingga membuat panik para wartawan yang segera menyingkir dari
area demonstrasi. Mahasiswa sebaliknya tidak panik dan tidak terpancing
untuk melarikan diri sehingga tentara tidak dapat memukul mundur
mahasiswa dari gedung DPR/MPR. Sungguh besar nyali mahasiswa dan
mereka tak bergeming walau sadar sepenuhnya mereka mangsa empuk
peluru di tempat yang lapang dan tanpa perlindungan apapun. Akhirnya
mahasiswa melakukan pembicaraan dengan pihak keamanan dan
selanjutmnya membubarkan diri pada sore hari dan pulang dengan
menumpang bus umum.

Keesokan harinya mahasiswa yang mendatangi gedung DPR/MPR


semakin banyak dan lebih dari itu mereka berhasil menginap dan
menduduki gedung itu selama beberapa hari.keberhassilan menduduki
gedung DPR/MPR mengundang semakin banyaknya mahasiswa
Indonesia lainnya dari luar Jakarta untuk dating dan turut menginap di
gedung tersebut. Mereka mau menunjukkan bahwa Reformasi itu bukan
hanya milik Jakarta tapi milik semua orang Indonesia.

Soeharto akhirnya menyerah pada tuntutan rakyat yang


menghendaki dia tidak menjadi presiden lagi, namun tampaknya tak
semudah itu Reformasi di menangkan oleh rakya Indonesia karena ia
meninggalkan kursi kepresidenan dengan menyerahkan secara sepihak
tampuk kedaulatan rakyat begitu saja kepada Habiebie. Ini mengundang
perdebatan hukum dan penolakan dari masyarakat. Bahkan dengan tegas
sebagian besar mahasiswa menyatakan bahwa Habiebie bukanlah
presiden Indonesia. Soeharto No, Habiebie No! Mereka tetap bertahan
digedung DPR/MPR sampai akhirnya di serbu oleh tentara dan semua
mahasiswa di gusur dan diungsikan ke kampus-kampus terdekat. Paling
banyak yang menampung mahasiswa pada evakuasi tersebut adalah
kampus Atma Jaya yang terletak di Semanggi.

Tragedi Trisakti Menurut Sudut Pandang Sosiologi

Berawal dari penolakan para mahasiswa terhadap hasil pemilu,


yang menyatakan berlanjutnya masa jabatan Soeharto, terjadilah
demonstrasi besar besaran yang dilakukan oleh para mahasiswa dari
berbagai universitas. Mereka menuntut Soeharto turun dari jabatannya
dan diadili. Hal ini dikarenakan krisis ekonomi Indonesia mulai goyah
pada awal 1998, yang terpengaruh oleh krisis finansial Asia. Indonesia
mengalami krisis ekonomi terberat di Asia Timur. Inflasi dan
pengangguran meningkat. Gerakan mahasiswa terjadi pada tanggal 12
Mei 1998 sampai 17 Desember 1998.
Tragedi pertama yang terjadi akibat demonstrasi ini terjadi pada
tanggal 12 Mei 1998, yang disebut sebagai Tragedi Trisakti. Aparat
Keamanan bergerak maju dan mulai menembakkan peluru ke arah
mahasiswa. Para mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian besar
berlindung di universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus
melakukan penembakan. Korban pun berjatuhan, dan dilarikan ke RS.
Tragedi Trisakti ini menewaskan empat orang mahasiswa Trisakti Jakarta
serta puluhan lainnya luka luka. Mereka tewas tertembak peluru tajam
oleh aparat keamanan.

Soeharto akhirnya mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998.


Mahasiswa bersorak gembira atas pengunduran diri Soeharto. Akhimya
setelah sekian lama memerintah, Soeharto meletakkan jabatannya. Pada
bulan November.

Anda mungkin juga menyukai