Anda di halaman 1dari 2

Nama : Annisa Nur Laila

NPM : 2140301144

Kelas : 04
Tugas PPKN mencari kasus pelanggaran HAM, pada era 90-an.

Tragedi Trisakti pada Tahun 1998

Tragedi Trisakti terjadi sekitar tahun 1998, tepatnya pada tanggal 12 Mei 1998, ketika sedang
terjadi ujuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa. Demonstrasi mahasiswa di Universitas Trisakti
merupakan rangkaian aksi mahasiswa yang menuntut reformasi sejak awal 1998. Krisis yang
mengguncang Indonesia pada awal 1998 menjadikan masyarakat Indonesia tak puas dengan
kepemimpinan Presiden Soeharto. Aksi mahasiswa semakin terbuka dan berani sejak soeharto
diangkat menjadi presiden untuk ketujuh kalinya dalam sidang umun MPR pada 10 Maret 1998.
Sebelumnya, aksi mahasiswa hanya dilakukan secara terbatas di dalam kampus. Posisi kampus
yang strategis, dekat dengan kompleks gedung DPR/MPR, menjadikan Universitas Trisakti
menjadi titik berkumpul mahasiswa dari berbagai kampus.

Mereka melakukan damai dari kampus Trisakti menuju Gedung Nusantara pada pukul 12:30.
Namun aksi mereka dihambat oleh blokade dari Polri dan militer datang kemudian. Beberapa
mahasiswa mencoba bernegosiasi dengan pihak polisi. Akhirnya, pada pukul 17:15, para
mahasiswa begerak mudur, diikuti bergerak majunya aparat keaamanan. Aparat keamanan pun
mulai menembakkan peluru ke arah mahasiswa. Mahasiswa panik dan bercerai berai, sebagian
besar berlindung di Universitas Trisakti. Namun aparat keamanan terus melakukan penembakan.
Korban pun berjatuh, dan dilarikan ke RS Sumber Waras. Satuan pengamanan yang berada di
lokasi pada saat itu adalah Brimob, Batalyon. Kavaleri 9, Batalyon Infanteri 203, Artileri
Petahanan Udara Kostrad, Batalyon Infanteri 202, Pasukan Anti Huru Hara Kodam serta Pasukan
Bermotor. Mereka dilengkapi dengan tameng, gas air mata, steyr, dan SS-1.

Pada pukul 20:00 dipastikan empat mahasiswa tewas tertembak, yang diantaranya adalah Heri
Haryanto, Hendriawan Sie, Elang Mulia Lesmana, dan Hafidin Royan. Meskipun pihak aparat
keamanan membantah telah menggunakan peluru tajam, hasil otopsi menunjukkan kematian
disebabkan peluru tajam. Hasil sementara diprediksi peluru tersebut hasil pantulan dati tanah
peluru tajam untuk tembakan petingatan. Peristiwa tersebut kemudian menyulutkan semagat
mahasiswa hingga adanya demonstrasi yang lebih besar pada 13-14 Mei 1998. Kondisi bangsa
semakin tidak terkendali akhirnya memaksa Soeharto untuk turun dari jabatannya di depan
Mahkhamah Agung pada tanggal 21 Mei 1988 pukul 10:00 pagi, yang kemudian beliau menunjuk
wakilnya B.J. Habibie untuk mengantikan posisinya tersebut.

Penyelesain :

Dalam kasus Trisakti adalah suatu kasus dengan pelanggaran hak asasi manusia yang dialnggar
ini bisa dikategorikan sebagai pelanggaran HAM yang berat. Dimana hak seorang manusia untuk
menyampaikan aspirasi untuk sebuah perubahan tidak disambut dengan baik, melainkan justru
terjadi banyak pertumpahan darah. Selain itu hak manusia hidup juga dirampas secara paksa dalam
kasus ini, misalnya adalah jaminan hak untuk hidup. Dalam kasus ini pemerintah mengambil
keputusan dalam upaya menyelesaikan kasus yang terjadi pada kasus Trisakti memilih upaya
pembelaan korban dan keluarga. Dimana korban atas pelanggaran HAM berhak dalam penuntutan
, pengungkapan kebenaran, jaminan atas hak asasi manusia serta pemulihan serta tidak terulangnya
kasus tersebut. Selain penyelesaian kasus diatas, seharusnya seseorang yang menyuarakan
suaranya untuk sebuah reformasi perubahan dapat disambut dengan baik. Dalam arti disini
seharusnya antara aparat dengan mahasiswa yang sedang berdemontrasi dapat melakukan
kerjasama sebagai bentuk melakukan kewajiban sesama manusia dengan tanpa melakukan
pelanggaran atas hak asasi manusia. Dengan begitu aspirasi akan berjalan tanpa harus ada
pertumpahan darah.

Anda mungkin juga menyukai