Anda di halaman 1dari 6

Yodha Pratama Supriyadi

XII IPA 6
Absen 23

1.Arir Rahman Hakim


Arif Rahman Hakim adalah aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI)
yang wafat saat memperjuangkan Tritura.
Ia lahir 24 Februari 1943 dan meninggal pada Februari 1966.
Saat aksi Tritura, ia berlumuran darah karena ditembak ketika berlangsungnya
demonstrasi mahasiswa yang menuntut Tritura atas pemerintahan Orde Lama
di bawah Presiden Soekarno pada 24 Februari 1966.
Penembakan tersebut bukan berasal dari pasukan Tjakrabirawa, tapi dari salah
satu anggota Pom Dam yang bertugas di garnizun ibu kota.
Namun saat resimen Tjakrabirawa dibubarkan, belum ada hasil visum Arif
Rahman Hakim dan tidak ada penyelidikan mendalam soal penambakan Arif
Rahman.
Selain itu, tak ada seorang pun yang divonis bersalah dalam kasus penembakan
Arif Rahman Hakim. Hanya nama Tjakrabirawa semakin terpuruk.

2. Elang Mulia

Elang Mulia Lesmana merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.


Elang lahir di Jakarta pada 5 Juli 1978. Ayahnya bernama Boy Bagus Yoganandita
dan ibunya bernama Heratety Hidayat yang meninggal di tahun 2018.
Elang merupakan seorang yang gemar melukis. Kegemarannya inilah yang
mengantarkan dia menjadi mahasiswa Arsitektur.
Elang tercatat sebagai mahasiswa Trisakti angkatan 1996.
Elang adalah salah satu dari empat korban penembakan dalam Tragedi Trisakti
yang berlangsung pada 12 Mei 1998 silam dan meninggal di usia 20 tahun.
Dalam Tragedi Trisakti 12 Mei 1998, tercatat ada empat orang mahasiswa yang
tewas di dalamnya, salah satunya adalah Elang.
Menurut dokumentasi Kontras yang dilansir dari Kompas.com pada (12/5/2019),
selain korban empat tewas masih ada 681 korban luka lainnya yang berasal dari
berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Tragedi Trisakti menjadi sebuah simbol dan penanda perlawanan terhadap Orde
Baru. Tragedi Trisakti menjadi awal dari runtuhnya pemerintahan Orde Baru.
Tragedi Trisakti menjadi pembangkit bagi para mahasiswa untuk
memperjuangkan reformasi.
Puncak perlawanan masasiswa terhadap Orde Baru adalah saat mundurnya
Presiden Soeharto dari jabatannya setelah menjabat selama 32 tahun.
Soeharto mundur pada 21 Mei 1998 setelah banyak aksi dari mahasiswa yang
menuntut kemundurannya.
Pada 12 Mei 1998, Elang dan para mahasiswa yang berasal dari
berbagai daerah di Indonesia melakukan sebuah aksi demonstrasi
guna menuntut Presiden Soeharto mundur dari jabatannya. Aksi
tersebut berlangsung di Gedung DPR/MPR di Senayan.
Awalnya aksi ini berjalan sesuai prosedur dan tidak ada tanda-
tanda kerusuhan yang berarti dari para peserta. Namun setelah
para peserta kembali ke Kampus Trisakti terdengar sebuah
tembakan. Sontak semua orang berusaha masuk ke dalam gedung
kampus untuk melindungi diri.
Puluhan mahasiswa yang berlarian ke dalam kampus ditembaki
oleh aparat dari luar kampus. Aparat menembaki peserta aksi
dengan gas air mata, peluru karet, dan peluru tajam.
Elang tertembak di halaman Gedung Dr Sjarief Thayeb.
Elang tertembak pada bagian dada. Kemudian Bersama korban
lainnya Elang dilarikan ke Rumah Sakit Sumber Waras. Keesokan
harinya elang dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta Selatan.
Semasa hidupnya Elang bukanlah seorang aktivis dan tidak aktif di
senat mahasiswa.
Untuk mengenang perjuangannya, nama Elang Bersama ketiga
korban lainnya diabadikan di Museum Tragedi di Universitas
Trisakti.
Berbagai barang dan kenangan mereka terpajang di museum.
Selain itu nama mereka juga dikenang dengan dibangunnya
Monumen Reformasi oleh Universitas Trisakti. Elang dan ketiga
korban lainnya juga dianugerahi sebagai pahlawan reformasi.
3. Hery Haritanto
Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, disusul oleh
Peristiwa 13 Mei yang diwarnai oleh pemerkosaan, pembunuhan
dan pembakaran terhadap sejumlah perempuan Tionghoa
Indonesia. Bersamaan dengan itu terjadi pula pembakaran atas
sejumlah gedung, toko dan pusat perbelanjaan yang menelan
ribuan korban yang ikut terbakar di dalamnya. Peristiwa 12 Mei
1998 ini kemudian menyebabkan turunnya Soeharto dari
jabatannya sebagai presiden Republik Indonesia yang telah
didudukinya selama lebih dari tiga puluh tahun.

Untuk menghormati Hendriawan Sie, pihak Universitas Trisakti


menamai Gedung Fakultas Ekonominya dengan nama Gedung
Hendriawan Sie. Pemerintah Kota Balikpapan juga mengabadikan
namanya sebagai nama sebuah jalan di kota itu. Pada peringatan
ke-60 hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menganugerahkan Bintang Jasa Pratama
kepada Hendriawan Sie dan ketiga rekannya yang ikut terbunuh
pada Tragedi Trisakti ini

4. Hendriawan Lesmana
Adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti yang
meninggal karena ditembak saat berlangsungnya demonstrasi
mahasiswa yang menuntut reformasi atas pemerintahan Orde
Baru di bawah Presiden Soeharto pada tanggal 12 Mei 1998.
Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Tragedi Trisakti.

Hendriawan ditembak pada bagian lehernya ketika ia berdiri di


balik pagar, di lingkungan kampus Trisakti. Ia segera dibawa ke
Rumah Sakit Sumber Waras yang tidak jauh dari kampus tersebut,
tetapi nyawanya tidak tertolong. Hendriawan dikebumikan di TPU
Islam Al-Kamal, Jakarta Barat.
Kematian Hendriawan bersama tiga orang mahasiswa lainnya
yaitu Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, disusul
oleh Peristiwa 13 Mei yang diwarnai oleh pemerkosaan,
pembunuhan dan pembakaran terhadap sejumlah perempuan
Tionghoa Indonesia. Bersamaan dengan itu terjadi pula
pembakaran atas sejumlah gedung, toko dan pusat perbelanjaan
yang menelan ribuan korban yang ikut terbakar di dalamnya.
Peristiwa 12 Mei 1998 ini kemudian menyebabkan turunnya
Soeharto dari jabatannya sebagai presiden Republik Indonesia
yang telah didudukinya selama lebih dari tiga puluh tahun.

Untuk menghormati Hendriawan Sie, pihak Universitas Trisakti


menamai Gedung Fakultas Ekonominya dengan nama Gedung
Hendriawan Sie. Pemerintah Kota Balikpapan juga mengabadikan
namanya sebagai nama sebuah jalan di kota itu. Pada peringatan
ke-60 hari Kemerdekaan Republik Indonesia, Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono menganugerahkan Bintang Jasa Pratama
kepada Hendriawan Sie dan ketiga rekannya yang ikut terbunuh
pada Tragedi Trisakti ini

5. Hafidin Royan
Hafidin Royan adalah mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas
Trisakti 1995. Hafidin yang memiliki nama akrab Idien lahir di
Bandung pada 28 September 1976. Idien merupakan anak
keempat dari lima bersaudara. Ayahnya bernama Ir. Enus Yunus
dan ibunya bernama Ir. Sunarmi.

Hafidin meninggal di usia 22 tahun. Hafidin merupakan satu dari


empat orang korban penembakan dalam Tragedi Trisakti 12 Mei
1998. Menurut dokumentasi Kontras yang dilansir dari
Kompas.com pada (12/5/2019), selain korban empat tewas masih
ada 681 korban luka lainnya yang berasal dari berbagai perguruan
tinggi di Indonesia. Tragedi Trisakti menjadi sebuah simbol dan
penanda perlawanan terhadap Orde Baru. Tujuan dari aksi ini
adalah untuk meruntuhkan pemerintahan Orde Baru yang
dipimpin oleh Presiden Soeharto.

Tragedi tersebut dimulai pada 12 Mei 1998 setelah aksi selesai.


Pada sekitar pukul 17.00 WIB setelah para peserta aksi kembali ke
Gedung kampus, barulah penembakan dimulai oleh aparat
keamanan. Hal ini menyebabkan keriuhan di antara para peserta
aksi yang berusaha menyelamatkan diri. Gas air mata, peluru
karet, dan peluru tajam dilayangkan oleh para aparat keamanan.
Saat peristiwa penembakan, Idien tertembak pada bagian kepala.
Timah panas melesat menembus kepalanya melalui pelipis
kanannya. Hafidin meninggal di depan Gedung dr. Sjarif Thajeb
dan dimakamkan di TPU Tanah Pasir Layung, Bandung. Saat
dipulangkan dari Jakarta ke Bandung, darah terus mengucur dari
kepala jenazah Hafidin. Dikutip dari Tribunnews.com pada
(12/5/2019), di lokasi makam Hafidin terdapat ukiran lambang
Universitas Trisakti dan tiang bendera, yang di bawahnya terdapat
plakat bertuliskan: Penerima Bintang Jasa Pratama, yaitu
penghargaan yang diberikan oleh pemerintah kepada keempat
korban penembakan. Di rumahnya, kamar dan barang-barang
Hafidin selalu tersimpan dan tidak pernah tersentuh. Kamarnya
terkunci bersama barang-barang miliknya. Setelah 32 tahun
menjabat, akhirnya Presiden Soeharto berhasil digulingkan dari
jabatannya pada 21 Mei 1998, Sembilan hari setelah Tragedi
Trisakti. Pasca Tragedi Trisakti, semangat perjuangan mahasiswa
bangkit dan berjuang untuk melanjutkan perjuangan dalam
menuntut reformasi. Dengan bersatunya mahasiswa akhirnya
berhasil membuat Presiden Soeharto mundur dari jabatannya.

Anda mungkin juga menyukai