Sumarsih adalah ibu Bernardinus Realino Norma Irmawan alias Wawan, korban
penembakan saat Tragedi Semanggi I pada 11-13 November 1998. Dua puluh tahun
sudah Sumarsih berjuang mencari keadilan bagi putranya. Bagi Sumarsih dan
keluarganya, Wawan belum mendapatkan keadilan meski presiden sudah berganti
sekian kali. Aksi Kamisan adalah salah satu saluran perjuangan Sumarsih untuk
menuntut penuntasan kasus pelanggaran HAM. Aksi tersebut dilakukan di seberang
Istana Merdeka setiap pekannya, sejak tahun 2007.
Aksi Kamisan tersebut diakui Sumarsih menjadi salah satu penyemangatnya untuk terus
memperjuangkan penuntasan kasus-kasus pelanggaran berat HAM.
Melalui aksi itu, ia memiliki kesempatan bertemu banyak orang yang
memberinya aliran semangat. Apalagi, ketika ada generasi muda yang
menghadiri aksi tersebut untuk belajar mengenai HAM. "Ketika mereka
datang mau belajar soal HAM itu bagus sekali, ini ada manfaatnya yang
saya lakukan," kata Sumarsih. Ia juga mengapresiasi masyarakat, media,
dan akademisi yang memberikan dukungan melalui berbagai bentuk.
Tragedi Semanggi
Dikutip dari buku Mahasiswa dalam Pusaran Reformasi 1998, Kisah yang Tak
Terungkap (2016) yang ditulis Rosidi Rizkiandi, ahli kedokteran forensik dr
Abdul Mun'im Idries mengatakan bahwa hasil visum memang
memperlihatkan serpihan peluru kaliber 5,56 mm di tubuh Hery Hertanto.
Peluru itu biasanya digunakan senjata laras panjang jenis Styer atau SS-1. Saat
itu, senjata Styer digunakan oleh satuan Brimob atau Kopassus. Hasil otopsi
Tim Pencari Fakta ABRI juga mengungkap hasil yang sama. Hal senada juga
didapat dari uji balistik di Forensic Technology Inc di Montreal, Kanada.
Namun, Kapolri saat itu, Jenderal Pol Dibyo Widodo membantah anak
buahnya menggunakan peluru tajam. Kapolda Metro Jaya Hamami Nata juga
menyatakan bahwa polisi hanya menggunakan tongkat pemukul, peluru
kosong, peluru karet, dan gas air mata.
Persidangan terhadap enam terdakwa beberapa tahun kemudian
juga tidak dapat mengungkap siapa penembak mahasiswa yang
menggunakan peluru tajam dan motifnya. Enam terdakwa hanya
dituduh dengan sengaja tidak menaati perintah atasan. Misteri
penembakan masih menyelimuti sejarah kelam itu. Akan tetapi,
empat mahasiswa yang tewas dalam Tragedi 12 Mei 1998 tetap
dikenang sebagai pahlawan reformasi.
Contoh Kasus Pelanggaran HAM di Indonesia :