Berita jurnalistik seolah menampilkan gedung World Trade Center dan Pentagon sebagai
korban utama penyerangan ini. Padahal, lebih dari itu, yang menjadi korban utama dalam
waktu dua jam itu mengorbankan kurang lebih 3.000 orang pria, wanita dan anak-anak
yang terteror, terbunuh, terbakar, meninggal, dan tertimbun berton-ton reruntuhan puing
akibat sebuah pembunuhan massal yang terencana. Akibat serangan teroris itu, menurut
Dana Yatim-Piatu Twin Towers, diperkirakan 1.500 anak kehilangan orang tua. Di
Pentagon, Washington, 189 orang tewas, termasuk para penumpang pesawat, 45 orang
tewas dalam pesawat keempat yang jatuh di daerah pedalaman Pennsylvania. Para
teroris mengira bahwa penyerangan yang dilakukan ke World Trade Center merupakan
penyerangan terhadap "Simbol Amerika". Namun, gedung yang mereka serang tak lain
merupakan institusi internasional yang melambangkan kemakmuran ekonomi dunia. Di
sana terdapat perwakilan dari berbagai negara, yaitu terdapat 430 perusahaan dari 28
negara. Jadi, sebetulnya mereka tidak saja menyerang Amerika Serikat tapi juga dunia.
Amerika Serikat menduga Osama bin Laden sebagai tersangka utama pelaku
penyerangan tersebut.
Kejadian ini merupakan isu global yang mempengaruhi kebijakan politik seluruh negaranegara di dunia, sehingga menjadi titik tolak persepsi untuk memerangi Terorisme
sebagai musuh internasional. Pembunuhan massal tersebut telah mempersatukan dunia
melawan Terorisme Internasional. Terlebih lagi dengan diikuti terjadinya Tragedi Bali,
tanggal 12 Oktober 2002 yang merupakan tindakan teror, menimbulkan korban sipil
terbesar di dunia, yaitu menewaskan 184 orang dan melukai lebih dari 300 orang. Perang
terhadap Terorisme yang dipimpin oleh Amerika, mula-mula mendapat sambutan dari
sekutunya di Eropa. Pemerintahan Tony Blair termasuk yang pertama mengeluarkan Anti
Terrorism, Crime and Security Act, December 2001, diikuti tindakan-tindakan dari negaranegara lain yang pada intinya adalah melakukan perang atas tindak Terorisme di dunia,
seperti Filipina dengan mengeluarkan Anti Terrorism Bill.
PERMASALAHAN HUKUM
Dalam rangka mencegah dan memerangi Terorisme, sejak jauh sebelum maraknya
kejadian-kejadian yang digolongkan sebagai bentuk Terorisme terjadi di dunia,
masyarakat internasional maupun regional serta pelbagai negara telah berusaha
melakukan kebijakan kriminal (criminal policy) disertai kriminalisasi secara sistematik
dan komprehensif terhadap perbuatan yang dikategorikan sebagai Terorisme.
Menyadari sedemikian besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh suatu tindak
Terorisme, serta dampak yang dirasakan secara langsung oleh Indonesia sebagai
akibat dari Tragedi Bali, merupakan kewajiban pemerintah untuk secepatnya
mengusut tuntas Tindak Pidana Terorisme itu dengan memidana pelaku dan aktor
intelektual dibalik peristiwa tersebut. Hal ini menjadi prioritas utama dalam
penegakan hukum. Untuk melakukan pengusutan, diperlukan perangkat hukum yang
mengatur tentang Tindak Pidana Terorisme. Menyadari hal ini dan lebih didasarkan
pada peraturan yang ada saat ini yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
belum mengatur secara khusus serta tidak cukup memadai untuk memberantas
Tindak Pidana Terorisme,
Pemerintah Indonesia merasa perlu untuk membentuk Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, yaitu dengan menyusun Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) nomor 1 tahun 2002, yang pada
tanggal 4 April 2003 disahkan menjadi Undang-Undang dengan nomor 15 tahun 2003
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme. Keberadaan Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme di samping KUHP dan Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP), merupakan Hukum
Pidana Khusus. Hal ini memang dimungkinkan, mengingat bahwa ketentuan Hukum
Pidana yang bersifat khusus, dapat tercipta karena:
1.
2.
3.
4.
1.
2.
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
Pasal 6
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan
korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan
harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek-obyek
vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional,
dipidana dengan pidana mati atau penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4
(empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.
Pasal 7
Setiap orang yang dengan sengaja menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan
bermaksud untuk menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas
atau menimbulkan korban yang bersifat massal dengan cara merampas kemerdekaan atau
hilangnya nyawa atau harta benda orang lain, atau untuk menimbulkan kerusakan atau
kehancuran terhadap obyek-obyek vital yang strategis, atau lingkungan hidup, atau fasilitas
publik, atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana penjara paling lama seumur hidup.
Pasal 8
Dipidana karena melakukan tindak pidana terorisme dengan pidana yang sama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, setiap orang yang:
a. menghancurkan, membuat tidak dapat dipakai atau merusak bangunan untuk
pengamanan lalu lintas udara atau menggagalkan usaha untuk pengamanan
bangunan tersebut;
b. menyebabkan hancurnya, tidak dapat dipakainya atau rusaknya bangunan untuk
pengamanan lalu lintas udara, atau gagalnya usaha untuk pengamanan bangunan
tersebut;
c. dengan sengaja dan melawan hukum menghancurkan, merusak, mengambil, atau
memindahkan tanda atau alat untuk pengamanan penerbangan, atau menggagalkan
bekerjanya tanda atau alat tersebut, atau memasang tanda atau alat yang keliru;
d. karena kealpaannya menyebabkan tanda atau alat untuk pengamanan penerbangan
hancur, rusak, terambil atau pindah atau menyebabkan terpasangnya tanda atau alat
untuk pengamanan penerbangan yang keliru;
e. dengan sengaja atau melawan hukum, menghancurkan atau membuat tidak dapat
dipakainya pesawat udara yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain;
f. dengan sengaja dan melawan hukum mencelakakan, menghancurkan, membuat tidak
dapat dipakai atau merusak pesawat udara;
g. karena kealpaannya menyebabkan pesawat udara celaka, hancur, tidak dapat dipakai,
atau rusak;
h. dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan
hukum, atas penanggung asuransi menimbulkan kebakaran atau ledakan, kecelakaan
kehancuran, kerusakan atau membuat tidak dapat dipakainya pesawat udara yang
dipertanggungkan terhadap bahaya atau yang dipertanggungkan muatannya maupun
upah yang akan diterima untuk pengangkutan muatannya, ataupun untuk kepentingan
muatan tersebut telah diterima uang tanggungan;
i. dalam pesawat udara dengan perbuatan yang melawan hukum, merampas atau
mempertahankan perampasan atau menguasai pesawat udara dalam penerbangan;
j. dalam pesawat udara dengan kekerasan atau ancaman kekerasan atau ancaman dalam
bentuk lainnya, merampas atau mempertahankan perampasan atau menguasai
pengendalian pesawat udara dalam penerbangan;
k. melakukan bersama-sama sebagai kelanjutan permufakatan jahat, dilakukan dengan
direncanakan terlebih dahulu, mengakibatkan luka berat seseorang, mengakibatkan
kerusakan pada pesawat udara sehingga dapat membahayakan penerbangannya,
dilakukan dengan maksud untuk merampas kemerdekaan atau meneruskan merampas
kemerdekaan seseorang;
l. dengan sengaja dan melawan hukum melakukan perbuatan kekerasan terhadap
seseorang di dalam pesawat udara dalam penerbangan, jika perbuatan itu dapat
membahayakan keselamatan pesawat udara tersebut;
m. dengan sengaja dan melawan hukum merusak pesawat udara dalam dinas atau
menyebabkan kerusakan atas pesawat udara tersebut yang menyebabkan tidak dapat
terbang atau membahayakan keamanan penerbangan;
Pasal 23
Setiap saksi dan orang lain yang melanggar
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 32 ayat (2) dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun.
Pasal 24
Ketentuan mengenai penjatuhan pidana
minimum khusus sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 20, Pasal 21, dan Pasal 22,
tidak berlaku untuk pelaku tindak pidana
terorisme yang berusia dibawah 18 (delapan
belas) tahun.
Sumsel
Cirebon
Tj.KarangLampung
PamekasanMadura
Makasar-Sulsel
Cipinang-Jkt
Bandung
Nusakambangan
Madiun
DenpasarBali
AbepuraPapua
Indonesia Profile
The world's largest archipelago : more than 17,500 islands
Between two continents, Asia and Australia.
Length: 3,977 miles from the Indian Ocean to the Pacific Ocean.
Area if its territorial waters were included, the total area is 1.9
million square miles.
The five major islands :
5.KEKUASAAN KEHAKIMAN :
UU RI NO.8 Tahun 2004 Tentang Perubahan
Atas Undang-undang No.2 Tahun 1986
Tentang Peradilan Umum menyatakan bhw :
Peradilan umum( Pengadilan Negeri dan
pengadilan Tinggi ) merupakan peradilan di
bawah Mahkamah Agung sebagai pelaku
kekuasaan kehakiman yang merdeka ,untuk
menyelenggarakan
peradilan
guna
menegakkan hukum dan keadilan.
sidang
prk teroris
PN
SIDANG :
PT
-di hukum ok terbukti-di hukum
-dibebaskan
-dibebaskan
-lepas contoh kasus -dilepaskan
PN.Medan
Pengerahan
MASSA
Intervensi :
- Politisi ,LSM,NGO
- mengomentari sidang
- polisi disebutkan tdk
profesional utk melemahkan
- melanggar HAM
- dukungan ormas tertentu
MA
-DI HUKUM
-DIBEBASKAN
-DILEPASKAN
10.
1.
2.
3.
PERKARA
12.KERJASAMA INTERNASIONAL
Pada bulan Desember 2000 di Palermo ,Sisilia,Italia ditanda
tangani Konvensi PBB Tentang Kejahatan Terorganisasi
Transnasional
(United
Nations
Convention
against
Transnational organized Crime )
Pada tanggal 28 November 2005 dalam pertemuan Euro
Mediterranean Summit di Barcelona ,rencana penanganan
antiterorisme, dalam rancangan
Code of conduct on
Countering Terrorism ,menyatakan serangan teroris tetap
tidak dapat dibenarkan apapun alasannya .
Masalah terorisme tidak bisa diatasi oleh hanya suatu
negara akan tetapi perlu kerjasama Internasional untuk
menanggulanginya .
KONFERENSI
TAHUNAN
KEPALA
KEPOLISIAN
PERTEMUAN PARA MENTERI ASEAN
TENTANG
KEJAHATAN
TRANSNASI
ONAL TAHUN 1997, 1999
PERTEMUAN PARA DIRJEN IMIGRASI
dengan tebusan
Penyanderaan
Pembajakan
Penyerangan bersenjata
Melukai anggota tubuh orang lain
sehingga
mengakibatkan cacat secara
permanen
Pembakaran
Perampokan
Fundamentalisme
Radikal
Pengeboman
Fasilitas
di Seluruh
Dunia
Revolusi Prancis
Trends in
Terrorism
20.Terorisme Modern
Teroris
Modern Terrorism
25.Penyidikan
Tindak Pidana Terorisme
Pasal 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31 dan 32
26.MENURUT PROF.DR.MULADI
bahwa
masalah
terorisme
merupakan bahaya laten dan
sekaligus musuh bagi bangsa
Indonesia pada khususnya dan
umat manusia pada umumnya
(hostes humanis generis ).
Jamaah
Islamiyah
adalah
sebuah
jaringan
teroris
berbasis
di
Asia
Tenggara yang memiliki hubungan
dengan Organisasi teroris Internasional
Al Qaeda. Jaringan ini merekrut dan
melatih para ekstremis pada akhir
1990an, tujuannya menciptakan sebuah
negara Islam yang meliputi Brunei,
Indonesia, Malaysia, Singapura, Filipina
Selatan, dan Thailand Selatan.
29.UNDANG-UNDANG TERORIS DI
INDONESIA
Karakteristik
Karakteristik: :
1.1. Disengaja
Disengaja
2.2.Gunakan
GunakanKekerasan
Kekerasan
2.2.Dengan
perencanaan
Dengan perencanaan
3.3.Dilakukan
Dilakukansecara
secarabersama
bersama
4.4.Dukungan
Pembiayaan
Dukungan Pembiayaan
Pasal
Pasal66dan
dan77: :
30.Tindak
Pidana
Teror
Bab III 14 Pasal, Bab IV 5 Pasal
Akibatkan
Akibatkan: :
Suasana
Suasanateror
teror
Rasa
takut
Rasa takutterhadap
terhadaporang
orangsecara
secarameluas
meluas
Menimbulkan
MenimbulkanKorban
Korbanyg
ygbersifat
bersifatmassal
massal
Dengan
Dengancara
cara: : -- Merampas
Merampaskemerdekaan
kemerdekaan
-- Hilangnya
nyawa
Hilangnya nyawa
-- Harta
Hartaorang
oranglain
lain
-Untuk
Untuk menimbulkan
menimbulkan : : --Kerusakan
Kerusakan
-- Kehancuran
Kehancuranterhadap
terhadapobyek
obyekvital
vitalstrategis
strategis
-- Lingkungan
Hidup
Lingkungan Hidup
-- Fasilitas
Fasilitas Publik
Publik
-- Fasilitas
Fasilitas International
International
30.
Pasal
Pasal99: :
Setiap
Setiaporang
orangmelawan
melawanhukum
hukum
Memasukan
ke
Ina,
membuat,
Memasukan ke Ina, membuat,
Menerima,
Menerima,mencoba
mencobaperoleh,
peroleh,
Menyerahkan,
mencoba
Menyerahkan, mencobamyrhkn
myrhkn
Menguasai,
membawa,
mmpnyi
Menguasai, membawa, mmpnyi
Persediaan
Persediaanpadanya,
padanya,menyimpn
menyimpn
Mengangkut,
menyembunyikan,
Mengangkut, menyembunyikan,
Mempergunakan,
Mempergunakan,mengeluarkan
mengeluarkan
Ke
dan/atau
dari
Ina.
Ke dan/atau dari Ina.
Senpi,
Senpi,Amunisi,
Amunisi,Handak
Handakdan
dan
Bahan
bahaya
lainnya
Bahan bahaya lainnya
Dengan
Denganmaksud
maksudmelakukan
melakukan
Tindak
Pidana
Terorisme
Tindak Pidana Terorisme
31.PENANGKAPAN :
34.Terorisme di Malaysia
Negara Malaysia telah menahan
Penanganan
antiterorisme
yang
dibahas dalam Euro-Mediterranean
Summit
selama
dua
hari
di
Barcelona,pada
tanggal
28
November 2005. Rancangan Code
of conduct on Countering Terrorism
itu menyatakan.serangan teroris
tetap tidak dapat dibenarkan dengan
alasan
apapun.
Wakil
Presiden
RI
Jusuf
Kalla
dalam
sambutannya dalam Konferensi Internasional
tentang isu radikalisme Islam dan aktivitas
ekonomi Indonesia (07 Desember 2005)meminta
rakyat berpikir positif menanggapi langkah
langkah pemerintah termasuk langkah perang
melawan terorisme. Pemerintah akan terus
melakukan
perang
menyeluruh
melawan
terorisme. Isu terorisme adalah isu yang sangat
sensitif dan tidak selalu populis.
40.IMPLIKASI KERUNTUHAN
NEGARA UNI SOVIET :
Setelah Negara Uni Soviet runtuh:
biru pembuatan senjata nulir dijual ke negaranegara tertentu yang sangat berminat memiliki
senjata nuklir tersebut.
Yang menjadi keprihatinan dunia Internasional
adalah apabila teroris mampu menguasai negara
tersebut sehingga mereka mempunyai akses ke
senjata pemusnah masal tersebut, dan apabila
ini terjadi ini akan terjadi bencana global.
Apabila
aparat
keamanan
diberikan
kewenangan
yang
lebih
besar.Kekhawatirkan masyarakat
akan
terjadi
penyalahgunaan
kewenangan
( abuse of power ).
kewenangan
ternyata
tidak
ada
masalah.Bahkan
setelah
UU
diamandemen aparat keamanan mampu
mencegah dan memggagalkan sebanyak
26
rencana peledakan bom diseluruh
Perancis .
44.Keberhasilan Negara
Perancis menangani
Terorisme :
dianggap telah
melakukan tindak pidana apabila orang tersebut
secara langsung atau tidak langsung, secara
melawan
hukum
dan
dengan
sengaja
menyediakan atau mengumpulkan dana dengan
niat
akan
digunakan
atau
dengan
sepengetahuannya
akan digunakan, secara
keseluruhan atau sebagian, untuk melakukan
tindakan yang dapat menimbulkan suatu akibat
yang tercakup dan dirumuskan dalam salah satu
Konvensi
yang
tercantum
dalam
lampiran
Konvensi ini.
48.CARA-CARA PENANGGULANGAN
AKSI TERORISME LAINNYA:
1. Selain melalui cara penegakan hukum cara
manapun .
Objektif(no bias) dalam memutus suatu
perkara ,harus memutus berdasarkan pada
hukum ,bukan karena pengaruh eksternal .
Melakukan analisis atas dasar bukti-bukti
yang ada .
Dalam membuat pertimbangan harus
dengan jelas dan mudah dimengerti.
3.Kejahatan teroris menjadi ancaman bagi stabilitas keamanan nasional ,regional dan
Internasional .dan menjadi ancaman bagi perekonomian nasional dan perekonomian
global .
6.Mengatasi aksi terorisme selain dengan cara -cara melalui penegakkan hukum cara
lain yang juga dianggap paling efektif dalam melawan terorisme adalah dengan
menyebarkan ajaran toleransi antarmanusia dan Dunia Internasional harus bekerja
sama menemukan akar masalah yang memicu timbulnya aksi terorisme di seluruh
dunia.