BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bagi masyarakat minoritas, bertahan di tengah-tengah gebyarnya modernitas
merupakan usaha yang tidak mudah. Apalagi harus mempertahankan adat istiadat atau
peraturan hukum yang mereka pegang sejak dulu. Salah satu kelompok masyarakat
minoritas yang masih kuat bertahan melawan perkembangan jaman adalah
masyarakat Samin atau Sedulur Sikep. Masyarakat Samin muncul dan berkembang
di Pulau Jawa yaitu di daerah Pati, Blora, dan Kudus. Masyarakat Samin dikenal
sebagai masyarakat yang tidak mempunyai agama. Akan tetapi, masyarakat Samin
mempunyai suatu kepercayaan yaitu dengan mengamalkan nilai-nilai dan peraturan
hukum yang merupakan warisan para leluhur.
Dalam sejarahnya yang panjang, keberadaan pengikut kepercayaan lokal seperti
Samin seringkali tidak bisa mendefinisikan dirinya sendiri. Karena itu, eksistensi
mereka
sering
didefinisikan
orang
lain
dengan
menggunakan
perspektif
keagamaannya sendiri. Dalam kaitan ini agama sering didefinisikan dengan memberi
unsur-unsur: adanya kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki sistem
hukum yang jelas bagi para penganutnya, memiliki kitab suci, dan seorang nabi. Dari
sinilah komunitas pengikut kepercayaan lokal menjadi gagap dengan dirinya sendiri.
Hal demikian mempersulit posisi komunitas pengikut kepercayaan lokal. Mereka
tidak memperoleh pelayanan dari negara. Sebab, yang kemudian dilayani sebagai
agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduk Indonesia hanyalah Islam,
Protestan, Katolik, Hindu, Budha, dan Konfusius (Konghucu). Meskipun eksistensi
agama yang terakhir ini telah menjadipersoalan yang berkepanjangan disebabkan
masih diragukan bobot sifat agama samawinya.
Dalam pasal 29 UUD 1945 berbunyi: (1) Negara didasarkan pada Ketuhanan
Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kebebasan setiap warga negara untuk memilih
agamanya sendiri, dan beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. Kata
kepercayaan dalam pasal 29 ayat 2 itu telah memiliki multiinterpretasi yang
dampaknya tidak sederhana. Bagi aliran kebatinan (kepercayaan) seperti: Sapto
Dharma, Sumarah, Subud, pangestu dan juga termasuk Samin yang merupakan aliran
kepercayaan utama yang keberadaannya jauh sebelum kemerdekaan diproklamasikan,
pasal 29 yang memuat kata kepercayaan dianggap merupakan pengakuan negara
terhadap aliran kebatinan itu setaraf dengan agama-agama yang dipeluk oleh sebagian
besar penduduk Indonesia. Sebaliknya, bagi kelompok Islam ortodok, aliran-aliran
kebatinan semacam itu harus dibina dan dikembalikan pada agama induknya.
1.2. Pokok Permasalahan
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang tersebut dapat dirumuskan
beberapa pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah hukum perkawinan pada aliran kepercayaan Samin Kudus?
2. Bagaimanakah pencatatan perkawinan bagi masyarakat penganut aliran
kepercayaan Samin Kudus?
3. Bagaimanakah ketentuan mengenai kawin siri pada hukum perkawinan di
aliran kepercayaan Samin Kudus?
1.3. Tujuan Penelitian
Mengacu pada judul dan permasalahan dalam penelitian ini, maka dapat
dikemukakan bahwa tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini ditujukan agar dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman
secara lebih mendalam mengenai perkembangan hukum perkawinan aliran
kepercayaan Samin Kudus dan perkembangannya terhadap hukum positif
yang berlaku di Indonesia saat ini.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui bagaimanakah hukum perkawinan pada
aliran kepercayaan Samin Kudus.
2. Untuk mengetahui bagaimanakah pencatatan perkawinan bagi
masyarakat penganut aliran kepercayaan Samin Kudus.
3. Untuk mengetahui mengenai ketentuan tentang kawin siri
pada hukum perkawinan aliran kepercayaan Samin Kudus
2 Sri Mamudji, et al., Metode Penelitian dan Penulisan Hukum, (Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2005), hlm 4.
Pada
pendahuluan
ini
berisi
latar
belakang
masalah,
pokok
PEMBAHASAN
Dalam Bab II ini penulis membahas mengenai hukum perkawinan aliran
kepercayaan Samin, serta menganalisa ketetuan hukum perkawinan
Samin berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.
BAB 3
PENUTUP
Bab III ini berisi kesimpulan dan saran yang diberikan penulis dan
diharapkan dapat bermanfaat bagi pembacanya.
BAB II
PEMBAHASAN
konsentrasi
terbesarnya
berada
di
kawasan Blora,
Jawa
Tengah
serta
menggunakan
peralatan rumah tangga dari plastik, aluminium, dan lain-lain. Mereka juga kini
memiliki E-KTP5, SIM, dan memiliki kendaraan bermotor. Orang luar Samin sering
menganggap mereka sebagai kelompok yang lugu, tidak suka mencuri, menolak
membayar pajak, dan acap menjadi bahan lelucon terutama di kalangan masyarakat
Bojonegoro.
jangan memukul orang kalau kita tidak ingin dipukul orang, jangan lihat kesalahan
orang lain lihatlah kesalahan diri sendiri, jangan nilai orang lain nilailah diri sendiri
dan f) penolakan terhadap kapitalisme. Kesemuanya itu masih diamalkan sampai
sekarang kecuali tentang pendidikan, dimana anak-anak mereka sekarang ini sudah
pada bersekolah.7
Dalam kehidupan sehari-harinya, pengikut Samin melakukan sembahyang
dengan cara Samedi selama 2 atau 3 menit dan cara sembahyang yang dilakukan
orang Samin adalah menghadap ke timur, dengan cara Samedi, sehari 4 kali yaitu pagi
jam 06.00, berarti matahari terbit, jam 12.00 siang berarti matahari pas di atas, jam
18.00 berarti matahari terbenam dan jam 24.00 berati pergantian hari. Dengan niatnya
ingsun wang wung durung dumadi konone namung gusti.8
7 Ibid.
8 Kementrian Agama RI, Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal di Indonesia, (Jakarta: Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2012), hlm. 192.
No
1
Materi
Wali
Adat Samin
UU Perkawinan
KHI
Orang
Tua, Diatur
dengan Wali Nasab dan Wali
Pencatatan
Pakde, Paklek
ketentuan
Tidak Ada
masing-masing.
(1-2)
Dicatatkan (Pasal 2 Wajib dicatat (pasal
Perkawinan
3
Batas
(2))
Kawin
usia minimal
5 ayat (1,2)
batasan Memakai
batasan
Perjanjian
Perkawinan
Perceraian
Tidak ada
ayat (1)
Diatur Pasal 29 ayat Diatur pasal 45-52.
Diserahkan
(1-4)
Diputuskan
oleh Diputuskan
oleh
Mahar
yang menikahkan
Tidak disebutkan
pasal 14-36
Diatur
148.
sesuai Dipersyaratkan
ketentuan
agama sesuai
masing-masing
7
Saksi nikah
kemampuan.
Pasal
30-38.
Ditentukan
dengan
Berpoligami Mutlak
(3).
tidak Persyaratan
diperbolehkan
Poligami
Poligami
sangat diperbolekan dengan
persyaratan tertentu.
Pasal 55-59.
Harta
Tidak diatur
Diatur secara
Diatur secara
tegas. Pasal
tegas. Pasal
bersama
35-37.
85-97.
Mengenai hal-hal materiil dalam perkawinan ajaran Samin, mencakup hal-hal
seperti adanya wali (orang tua), saksi (tamu undangan dan keluarga), adanya kedua
mempelai, adanya ijab dan kabul, dan mahar (yang tidak dinyatakan secara terbuka di
hadapan forum), secara umum ada kemiripan antara adat Samin, UU Perkawinan dan
Hukum Islam. Namun secara teknis ada perbedaan antara adat Samin, UU
Perkawinan dan Hukum Islam. Perbedaan ketentuan antara ketiga sistem hukum pada
hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat pada umumnya, antara lain:
adat
perkawinan
umumnya, Nyumuksama
dengan
pinangan,
sementara Ngendek adalah untuk menyebut tukar cincin. Secara rinci tahapan
pernikahan adat Samin berupa:10
1.
2.
Ngandek, adalah pernyataan calon besan dari keluarga kemanten putra kepada
Bapak-Ibu calon kemanten putri untuk menindaklanjuti forum nyumuk.
Pelaksanaan ngandek diawali dengan pernyataan calon kemanten putra kepada
Bapak-Ibu dari calon kemanten putri bahwa dirinya berkeinginan mempersunting
seorang putri. Dalam proses ngandek, calon kemanten putra juga tidak ikut
menghadiri, hanya diwakilkan oleh kedua orangtuanya, tokoh Samin, Keluarga
Samin, dan beberapa tetangga baik Samin maupun non-Samin. Pada prosesi ini,
sang ibu dari calon kemanten putra biasanya memberi cincin emas kepada calon
kemanten putri (calon menantu) sebagai tanda telah diendek/diwatesi.
3.
9 http://www.umk.ac.id/index.php/seputar-kudus/563-perkawinan-kaum-samin-terancam/551-perkawinan-ka
um-samin-terancam
10 http://arinafaila.blogspot.co.id/2014/09/samin-kudus-studi-kasus-perkawinan-samin.html
anak
Adam).
Dalam
mengucapkan ijab
perkawinan
yang
berbunyi
kurang
lebih
demikian:
Sejak
Nabi Adam pekerjaan saya memang kawin. (Kali ini) mengawini seorang
perempuan bernama Saya berjanji setia kepadanya. Hidup bersama telah
kami jalani berdua.11
Setelah pasuwitan (nyuwito), biasanya kemanten putra hidup bersama keluarga
kemanten putri dalam satu rumah, atau kemanten putri hidup bersama keluarga
kemanten putra berdasarkan kesepakatan antar besan. Kesepakatan tersebut
biasanya berdasarkan pada kenyataan. Maksudnya, apabila besan hanya memiliki
satu anak putra, maka kemanten putri ngawulo di rumah kemanten putra, begitu
sebaliknya.
Selama
proses ngawulo,
kemanten
membantu
melaksanakan
a.
b.
c.
d.
Brokohan, merupakan acara terakhir, yaitu para tamu mendapatkan hidangan dari
tuan rumah.
pendidikan
dan
pengajaran,
memilih
pekerjaan,
memilih
11 http://nasional.news.viva.co.id/news/read/637540-begini-ucapan-pengantin-laki-laki-suku-samin
kewarganegaraan, memilih
tempat
tinggal
di
wilayah
negara
dan
jelas
bahwa
keberadaan
aliran
kepercayaan
Samin
diakui
15 https://m.tempo.co/read/news/2014/10/10/058613335/kepercayaan-suku-samin-resmi-diakui
2.
Anak Hanya Mempunyai Hubungan Perdata dengan Ibu dan Keluarga Ibu, Anakanak yang dilahirkan di luar perkawinan atau perkawinan yang tidak tercatat,
selain dianggap anak tidak sah, juga hanya mempunyai hubungan perdata dengan
ibu atau keluarga ibu (Pasal 42 dan 43 Undang-Undang Perkawinan). Sedang
hubungan perdata dengan ayahnya tidak ada. (Catatan : Untuk saat ini
berdasarkan Keputusan Mahkamah Konstitusi Nomor 46/PUU-VIII/2010,
hubungan anak dengan seorang laki-laki sebagai bapak tidak semata-mata karena
adanya ikatan perkawinan, akan tetapi dapat juga didasarkan pada pembuktian
adanya hubungan darah antara anak dengan laki-laki tersebut sebagai bapak.
Dengan demikian, terlepas dari soal prosedur/administrasi perkawinannya, anak
yang dilahirkan harus mendapat perlindungan hukum. Jika tidak demikian, maka
yang dirugikan adalah anak yang dilahirkan di luar perkawinan, padahal anak
tersebut tidak berdosa karena kelahirannya di luar kehendaknya).
3.
Anak dan Ibunya tidak Berhak atas Nafkah dan Warisan, Akibat lebih jauh dari
perkawinan yang tidak tercatat adalah, baik isteri maupun anak-anak yang
2.
b.
fotokopi KTP;
c.
d.
e.
3.
4.
Kutipan akta perkawinan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c diberikan
kepada masing-masing suami dan istri.
Pemerintah
melalui
Mendagri
juga
telah
menerbitkan
Peraturan
ibunya.16 Namun sejak tahun 2014, Pemerintah telah mengakui agama suku Samin
sebagai aliran kepercayaan secara legal yang dianut oleh masyarakat setempat.
Pengakuan kepercayaan warga suku Samin ini dilakukan untuk memenuhi syarat
normatif agar mereka mendapatkan hak-hak administratif sebagai warga negara.
Termasuk pula proses pernikahan warga suku Samin kini diakui oleh wali adat yang
kemudian bisa didaftarkan ke catatan sipil. Dengan pengakuan itu, anak hasil
pernikahan warga suku Samin bisa diakui untuk mendapatkan akta kelahiran dan
menerangkan ayah hasil perkawinan adat itu sebagai wali anak. Dengan begitu, di
kartu keluarga menunjukkan kepala keluarga juga sang ayah, tidak seperti dulu yang
menyebutkan kepala keluarga ibu karena hasil pernikahan suku Samin sebelumnya
tak diakui.17
Perkawinan Siri dalam Hukum Perkawinan Adat Ajaran Samin
Pada tahun 2011, seorang peneliti masyarakat Samin Moch Rosyid mengatakan,
adat perkawinan yang dilakukan Kaum Samin juga terancam RUU peradilan agama
yang mengatur mengenai pernikahan siri, kawin kontrak dan poligami. RUU tersebut
mengancam adat perkawinan penganut aliran kepercayaan lokal termasuk Kaum
Samin, dikarenakan perkawinan adat masyarakat Samin saat itu belum bisa dicatatkan
di kantor catatan sipil sehingga tidak terdaftarnya perkawinan adat Samin dianggap
sebagai sebuah perkawinan siri oleh RUU tersebut. Padahal latar belakang munculnya
RUU tersebut, menurut Rosyid, dilatarbelakangi oleh praktik kawin kontrak
(nikah Mutah) di Bogor. Di mana praktik seperti ini merugikan pihak perempuan,
dan ini sangat berbeda dengan Kuam Samin, yang mana dalam pernikahan adat
masyarakat Samin mereka sudah saling percaya secara lisan, bahkan tidak mengenal
poligami.18
Perkawinan orang Samin menganut asas monogami mutlak. Perkawinan adat Samin
menuntut pasangan yang menikah untuk setia sehidup semati, mempererat
persaudaraan antarkeluarga, dan mendidik anak menjadi mulia. Secara tidak langsung,
perkawinan adat Samin yang ketat menjunjung kesetiaan mengkritik potret
16 Kementrian Agama RI, Op. Cit, hlm. 199.
17 https://m.tempo.co/read/news/2014/10/10/058613335/kepercayaan-suku-samin-resmi-diakui
18 http://www.umk.ac.id/index.php/seputar-kudus/563-perkawinan-kaum-samin-terancam/551-perkawinan-kau
m-samin-terancam
perkawinan dan kehidupan suami istri pada era sekarang ini yang mana pasangan
hidup begitu mudahnya bercerai, menelantarkan anak, dan berselingkuh.19
Nikah siri di dalam masyarakat sering diartikan dengan; Pertama; pernikahan
tanpa wali. Pernikahan semacam ini dilakukan secara rahasia (siri) dikarenakan pihak
wali perempuan tidak setuju; atau karena menganggap sah pernikahan tanpa wali;
atau hanya karena ingin memuaskan nafsu syahwat belaka tanpa mengindahkan lagi
ketentuan-ketentuan syariat; kedua, pernikahan yang sah secara agama (memenuhi
ketentuan syarat dan rukun nikah/kawin) namun tidak dicatatkan pada kantor pegawai
pencatat nikah (KUA bagi yang beragama Islam, Kantor Catatan Sipil bagi yang NonIslam). Ketiga, pernikahan yang dirahasiakan karena pertimbangan-pertimbangan
tertentu; misalnya karena takut mendapatkan stigma negatif dari masyarakat yang
terlanjur menganggap tabu pernikahan siri; atau karena pertimbangan-pertimbangan
rumit yang memaksa seseorang untuk merahasiakan pernikahannya.20
Dengan ketiga pengertian nikah siri tersebut, dapat dilihat bahwa ketiganya tidak
sesuai dengan nilai-nilai dan adat kebiasaan yang terkandung dalam perkawinan adat
Samin. Karena dalam perkawinan adat Samin mengandung asas monogami mutlak,
sangat tabu bagi masyarakat Samin untuk menikah lagi ketika masih memiliki
seorang pasangan, sehingga pernikahan siri yang dilakukan demi memiliki pasangan
lagi sangat bertentangan dengan nilai dasar perkawinan adat Samin. Kemudian
mengenai nikah siri yang dilakukan untuk sekedar memuaskan nafsu syahwat belaka,
ini juga sangat bertentangan dengan tuntutan perkawinan adat Samin yang menuntut
pasangan yang menikah untuk setia sehidup semati, mempererat persaudaraan
antarkeluarga, dan mendidik anak menjadi mulia. Serta yang ketiga adalah mengenai
pernikahan yang sah secara agama namun tidak dicatatkan, seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, masyarakat Samin telah bertahun-tahun memperjuangkan
pencatatan perkawinan adat Samin yang menganut aliran kepercayaan. Pencatatan
perkawinan adalah impian masyarakat Samin, sehingga pernikahan siri yang
dilakukan karena tidak dicatatkan adalah bertentangan pula dengan keadaan
masyarakat Samin. Sehingga pada akhirnya dapat dikatakan bahwa nikah siri tidak
19 http://nasional.kompas.com/read/2011/04/06/03304670/lindungi.perkawinan.adat.samin
20 http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4fbda54730a68/persoalan-kawin-siri-dan-perzinahan
dikenal oleh hukum pernikahan adat masyarakat Samin, karena bertentangan dengan
nilai-nilai perkawinan adat yang dianut masyarakat Samin.21
21 Moh. Rosyid, Nihillisasi Peran Negara: Potret perkawinan Samin, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm.
74.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian-uraian tersebut di atas kiranya dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Kementrian Agama RI. Dinamika Perkembangan Sistem Kepercayaan Lokal di
Indonesia. Jakarta: Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2012.
Mamudji, Sri, et al. Metode Penelitian dan Penulisan Hukum. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2005.
Rosyid, Moh. Nihillisasi Peran Negara: Potret perkawinan Samin. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2009.
Soekanto, Soerjono. Pengantar Penelitian Hukum. Depok: UI Press, 2010.
Wahib, M. Ag, Abdul. Transformasi Sosial Keagamaan Pada Masyarakat Samin.
Semarang: IAIN Walisongo, 2001.
ARTIKEL INTERNET
Ajaran Samin. Wikipedia. (https://id.wikipedia.org/wiki/Ajaran_Samin, diakses pada
tanggal 29 Oktober 2016)
Begini Ucapan Pengantin Laki-Laki Suku Samin. Viva News. 13 Juni 2015.
(http://nasional.news.viva.co.id/news/read/637540-begini-ucapan-pengantinlaki-laki-suku-samin, diakses tanggal 29 Oktober 2016)
Kepercayaan
Suku
Samin
Resmi
Di
Akui.
Tempo.
10
Oktober
2014.
Penganut
Samin
Dapat
E-KTP.
Tempo.
September
2012.
Perkawinan
Adat
Samin.
Kompas.
April
2011.
(http://nasional.kompas.com/read/2011/04/06/03304670/lindungi.perkawinan.a
dat.samin, diakses tanggal 29 Oktober 2016)
Perkawinan Kaum Samin Terancam. Universitas Muria Kudus. 9 April 2011.
(http://www.umk.ac.id/index.php/seputar-kudus/563-perkawinan-kaum-saminterancam/551-perkawinan-kaum-samin-terancam, diakses tanggal 29 Oktober
2016)
Persoalan
Kawin
Siri
dan
Perzinahan.
Hukum
Online.
30
Juni
2012.
Studi Kasus Perkawinan Samin Kudus. Arina Faila Saufa. 6 September 2014.
(http://arinafaila.blogspot.co.id/2014/09/samin-kudus-studi-kasus-perkawinansamin.html, diakses tanggal 29 Oktober 2016)
Wong Samin Penganut Agama Nabi Adam yang Anti Poligami. Abyar Syyad. 17
Januari 2013. (http://www.kompasiana.com/abyarsyyadwahaby.blogspot.com/
wong-samin-penganut-agama-nabi-adam-yang-antipoligami_550097d98133110c51fa6fca, diakses 29 Oktober 2016)