Anda di halaman 1dari 23

LEGAL MEMORANDUM

TEORI KEJAHATAN DARI PERSPEKTIF BIOLOGIS

Dosen Pengampu : Bagus Satriyo, SH., MH

Kelompok 3 :
1. Ade Yunas Setiawan HK20D
2. Ata Ardiansyah HK20D
3. Rahman Firmansyah HK20D
4. Monica Dian Eka HK20D
5. Rika Murniati HK20D
6. Yuli Yuliyanti HK19D
7. Aldy Wiharto HK20D
8. Bayu Priatna HK20D
9. Hendra Pahlepi HK20D
10. Cecep HK20D
11. Tridays R HK20D
12. Ani Wilianita HK20D
13. Wahyu Danang S HK20D

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN
KARAWANG
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan
karunianya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Penulisan makalah “TEORI KEJAHATAN BERDASARKAN
PERSPEKTIF BIOLOGIS” ini diajukan untuk memenuhin tugas mata kuliah
Kriminologi.
Kami menyadari memiliki keterbatasan pengetahuan dan wawasan dalam
menyusun kalimat, atau tata bahasa dan ejaan yang dipakai dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami juga menyadari baik isi maupun penyajian makalah ini masih belum
sempurna, namun berkat bantuan berbagai pihak, serta usaha saya akhirnya
makalah ini bisa selesai tepat waktu.

Karawang, 12 Desember 2022

Kelompok 2 HK20D

ii
Abstrak

Kejahatan terus berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat disemua


bidang, baik itu politik, ekonomi, sosial, budaya, dan teknologi. Dengan adanya
teori – teori kriminologi, dapat diketahui bahwasannya kasus kejahatan yang
dilakukan oleh pelaku didasarkan atas berbagai latar belakang. Chris adalah
seorang pelaku kejahatan atas kasus pencurian hewan ternak. Jauh sebelum ia
melakukan kejahatan tersebut, ia pernah mengalami kecelakaan yaitu terperosok
kedalam jurang setinggi ±15 meter, sehingga memungkinkan ia mengalami gegar
otak akibat benturan keras pada kepalanya saat itu. Dampak dari kecelakaan
tersebut, Chris berubah menjadi seseorang yang pendiam dan jarang tersenyum.
Ada kemungkinan Ia melakukan kejahatan tersebut dikarenakan terdapat
perubahan dalam otaknya. Salah satu teori kriminologi dari perspektif biologis
juga menggambarkan bahwa kejahatan dapat dilihat dari fisik pelaku kejahatan
itu. Misalnya, bentuk wajah yang tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek, dan
lain-lain. Namun hal ini tidak bisa dijadikan patokan sebagai faktor penyebab
terjadinya kejahatan.

Kata kunci : Kejahatan, Kriminologi, Biologis.

iii
DAFTAR ISI

COVER.................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.........................................................................................ii
ABSTRAK............................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB I KASUS POSISI........................................................................................1
BAB II PERMASALAHAN................................................................................3
A. Teori-Teori Kriminologi Dari Perspektif Biologis..........................................3
B. Identifikasi Masalah........................................................................................13
BAB III PEMERIKSAAN..................................................................................14
BAB IV PENDAPAT HUKUM..........................................................................16
A. Tabel Analisis Data.........................................................................................16
BAB V PENUTUP...............................................................................................17
A. Kesimpulan......................................................................................................17
B. Saran................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................19

iv
BAB I
KASUS POSISI

Chris adalah seorang pelaku kejahatan atas kasus pencurian hewan ternak.
Di suatu malam ia melihat beberapa sapi milik peternak lain yang tidak berada di
dalam kandangnya, lalu ia memiliki niat untuk mengambil salah satu sapi
tersebut. Ketika ia menarik salah satu tali yang diikatkan pada sapi tersebut,
aksinya dipergoki oleh pemilik sapi dan dengan paniknya ia langsung memukul
pemilik sapi tersebut dan lari dengan membawa sapi tersebut. Berdasarkan hasil
investigasi diketahui ia lahir di Swiss sebagai seorang peternak dan saat ini
usianya 28 tahun. Aktivitasnya sebagai peternak sekaligus pengembala
membuatnya menjadi seorang yang kuat dan tangguh, tempat yang ia kunjungi
pun setiap hari dengan membawa hewan ternaknya terbilang cukup ekstrim
(extreme) karena tempatnya berada di gugusan perbukitan.
Sebagai orang yang hidup di daerah perbukitan, tubuhnya sudah terbiasa
dengan aktifitasnya yang berat, dia memiliki otot kaki dan tangan yang kuat dan
memiliki tinggi badan yang sedang. Lahir sebagai orang eropa membuatnya
sedikit termarjinalkan (pemalu) karena fisik yang ia miliki tidak seperti
kebanyakan orang eropa yang memiliki tubuh yang tinggi, besar dan berkulit
putih, hal itu dikarenakan ia merupakan keturunan campuran dari orang tuanya
yang salah satunya berasal dari asia. Ayahnya merupakan orang asia yang
mayoritas merupakan ras mongoloid, sehingga ia memiliki wajah yang cukup
unik dibandingkan teman-temannya yang jauh lebih kecil tidak seperti orang
eropa kebanyakan. Pada masa kanak-kanak, Chris pernah mengalami hal yang
sangat mengerikan sehingga ia tidak bisa lupa akan hal itu.
Dulu ia selalu menemani ayahnya untuk pergi mencari hewan buruan yang
nantinya dijual dan sebagian lagi dikonsumsi, karena memang hubungannya
dengan ayahnya sangat dekat. Pada suatu waktu saat ia menemani ayahnya
berburu, ia mengejar hewan target buruannya namun naas bagi Chris karena ia
terjatuh dan terperosok ke dalam jurang dengan ketinggian ±15 meter, namun
nasib baik masih berpihak padanya karena ia masih ditemukan hidup walaupun ia

1
sempat mengalami benturan keras di kepalanya dan kemungkinan menderita
gegar otak.
Waktu berlalu hingga ia dewasa dan tumbuh sebagai orang yang dikenal
pendiam dan jarang tersenyum, namun di sisi lain ia sering membantu orang yang
membutuhkan pertolongannya, walaupun orang tersebut tidak ia kenal sama
sekali.

2
BAB II
PERMASALAHAN

A. Teori – Teori Kriminologi Dari Perspektif Biologis


Teori ini mengatakan faktor-faktor fisiologis dan struktur jasmaniah
seseorang dibawa sejak lahir. Melalui gen dan keturunan, dapat memunculkan
penyimpangan tingkah laku. Pewarisan tipe-tipe kecenderungan abnormal dapat
membuahkan tingkah laku menyimpang dan menimbulkan tingkah laku
sosiopatik. Misalnya, cacat bawaan yang berkaitan dengan sifat-sifat kriminal
serta penyakit mental. Faktor biologis juga menggambarkan bahwa kejahatan
dapat dilihat dari fisik pelaku kejahatan itu, misalnya, dapat dilihat dari ciri-ciri
biologis tertentu seperti muka yang tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek, dan
lain-lain. Namun hal ini tidak bisa dijadikan sebagai faktor penyebab terjadinya
kejahatan, hanya saja sebagai teori yang digunakan untuk mengidentikkan seorang
pelaku kejahatan. Selain itu, pelaku kejahatan memiliki bakat jahat yang dimiliki
sejak lahir yang diperoleh dari warisan nenek moyang. Karena penjahat dilahirkan
dengan memiliki warisan tindakan yang jahat.

1. Cesare Lombroso (1835 – 1909)


Cesare Lombroso adalah seorang dokter berkebangsaan Italia sekaligus
ahli kedokteran kehakiman yang sering dikenal sebagai “The Father Of Modern
Criminology”. Melalui bukunya yang berjudul L’Huomo Delinquente, Ia
mengadakan penelitian mengenai penjahat – penjahat yang terdapat didalam
penjara dan terutama mengenai tengkoraknya. Dimana ajaran inti dalam
penjelasan awal Lombroso tentang kejahatan adalah bahwa penjahat mewakili
suatu tipe keanehan/keganjilan fisik, yang berbeda dengan non-kriminal.
Lombroso mengklam bahwa para penjahat mewakili suatu bentuk kemerosotan
yang termanifestasikan dalam karakter fisik yang merefleksikan suatu bentuk awal
dari evolusi.
Dalam perkembangan teorinya, Lombroso mendapati kenyataan bahwa
manusia jahat dapat ditandai dari sifat – sifat fisiknya. Lombroso menggunakan

3
posisinya sebagai dokter militer untuk meneliti 3000 tentara melalui rekam
medisnya. Teori Lombroso tentang Born Criminal mencakup kurang lebih
sepertiga dari seluruh pelaku kejahatan. Sementara penjahat perempuan
menurutnya berbeda dengan penjahat laki – laki.
Menurutnya, bahwa para penjahat jika dipandang dari sudut anthropologi
mempunyai tanda – tanda tertentu, misalnya tengkorak seseorang penjahat isinya
kurang dibandingkan dengan orang lain yang bukan penjahat pasti terdapat
kelainan – kelainan yang tidak dijumpai pada tengkorak manusia biasanya. Selain
itu, pemahaman ajaran Lombroso tentang penjahat dikemukakan sebagai berikut :
1. Penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat;
2. Bakat jahat tersebut diperoleh karena kelahiran, yaitu diwariskan dari nenek
moyang (keturunan);
3. Bakat jahat tersebut dapat dilihat dari ciri – ciri biologis tertentu seperti;
memiliki muka yang tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek dan lain – lain;
4. Bakat jahat tidak dapat diubah, artinya bakat jahat tersebut tidak dapat
dipengaruhi.
Berdasarkan penelitiannya, Lombroso mengklasifikasikan penjahat
kedalam 4 golongan, yaitu :
1. Born Criminal, yaitu orang lahir membawa sifat jahat berdasarkan doktrin
avatisme;
2. Insane Criminal, yaitu orang yang menjadi penjahat sebagai hasil dari
beberapa perubahan dalam otak mereka yang mengganggu kemampuan
mereka untuk membedakan benar dan salah;
3. Occasional Criminal, atau Criminoloid, yaitu pelaku kejahatan berdasarkan
pengalaman yang terus – menerus sehingga mempengaruhi pribadinya, dan;
4. Criminal of Passion, yaitu pelaku kejahatan yang melakukan tindakannya
karena marah, cinta, atau karena kehormatan.
Selain itu menurut teori Lombroso tentang penampilan penjahat, ia
memberikan keterangan bahwa mereka memiliki stigmata atavistic fisik, seperti:
1. Dahi yang miring dan rendah;
2. Mata yang sulit berlari (bola mata tidak responsive);

4
3. Rahang yan glebar dan besar dan adanya proyeksi miring rahang;
4. Tulang pipi yang tinggi;
5. Hidung yang rata dan terangkat;
6. Hidung bengkok dan bibir berdaging;
7. Memiliki gigi taring yang kuat;
8. Telinga dalam seperti bentuk pegangan cangkir;
9. Memiliki jenggot pendek atau kepala otak;
10. Rentang lengan bawah lebih besar disbanding tinggi mereka; dan
11. Ketidakpekaan terhadap rasa sakit.
Stigmata yang ia kemukaan didapat dari beberapa sampel yang telah
diacak berdasarkan pelaku kejahatan yang berbagai macam tidak terbatas hanya
pada kejahatan – kejahatan tertentu saja sehingga bisa mendapatkan hasil yang
lebih komprehensif.
Terdapat juga berbagai pendapat dari para ahli yang mengemukakan
tentang kejahatan, yaitu :
a. Enrico Ferri Ferri, berpendapat bahwa kejahatan dapat dijelaskan melalui studi
pengaruh pengaruh interaktif diantara faktor fisik dan faktor sosial. Dia juga
berpendapat bahwa kejahatan dapat dikontrol dengan perubahan sosial
misalnya kontrol kelahiran Topo Santoso dan Eva Achjani Zulfa 2002:40.
b. Raffaela Garafola Menurut teori ini kejahatan-kejahatan alamiah ditemukan di
dalam seluruh masyarakat manusia, tidak peduli pandangan xliv pembuat
hukum dan tidak ada masyarakat yang beradab dapat mengabaikannya.
c. Charles Buchman Goring Goring menyimpulkan tidak ada perbedaan-
perbedaan signifikan antara penjahat dan non penjahat kecuali dalam hal
tinggi dan berat tubuh. Para penjahat didapat lebih kecil dan ramping. Ia
menafsirkan temuan ini sebagai penegasan dari hipotesanya bahwa para
penjahat secara biologi lebih inferior tetapi tidak menemukan satu pun tipe
fisik penjahat.

2. Ernest Kretchmer

5
Kretchmer melakukan studi terhadap 260 orang gila di Swabia, sebuah
kota dibarat daya Jerman. Tujuannya untuk mencari hubungan antara tipe – tipe
fisik yang beraneka ragam dengan karakter dan mental yang abnormal. Dari hasil
penelitian Kretchmer, ia mendapatkan fakta bahwa objek studinya memiliki tipe
tubuh tertentu yang berkaitan, sehingga ia mengidentifikasi 4 tipe fisik yaitu :
a. Tipe Lepsotome/Asthenic; memiliki tubuh tinggi, kurus bertubuh ramping,
berbahu kecil dengan sifatnya pendiam dan dingin, tertutup dan selalu
menjaga jarak, biasanya oran g- orang dengan tipe fisik ini adalah pelaku
kejahatan pemalsuan.
b. Tipe Atletis/Athletic; mempunyai bentuk tubuh dengan tulang otot yang kuat,
dada lebar, dagunya kuat dan rahang menonjol, menengah tinggi, serta
bertulang kasar. Sifatnya eksplosif dan agresif, biasanya orang – orang dengan
tipe fisik seperti ini adalah pelaku kejahatan kekerasan dan kejahatan seksual.
c. Tipe Piknis/Pyknic; mempunyai bentuk tubuh pendek gemuk, tinggi sedang,
figure yang tegap, leher besar, dan wajah luas. Memiliki sifat ramah dan
periang, biasanya orang – oran gdengan tipe ini adalah pelaku kejahatan
penipuan dan pencurian.
d. Tipe Campuran yang tidak terklasifikasikan (tipe fisik dengan variasi ketidak
teraturan fisik yang dihubungkan dengan schizophrenia dan depresi).

3. Ernest A. Hooten
Ernest A. Hooten adalah seorang antropolog fisik. Perhatiannya terhadap
kriminalitas yang secara biologis ditentukan dengan publikasinya yang
membandingkan penghuni penjara di Amerika dengan suatu control group dari
non kriminal.
Sehingga menurutnya disetiap populasi ada perbedaan bawaan dalam
fikiran dan tubuh serta defisiensifisik dan mental. Informasi ini jelas menbuktikan
bahwa semua berasal dari unsur inferior populasi yang asli dan berasal dari
keturunan asli pula.
Menurut Hooten berbicara seorang penjahat ada kalanya memiliki kaitan
dengan keturunan atau dari bangsa mana ia berasal, sehingga apabila ada

6
perbedaan atau lebih jauh dari itu berupa defisiensi atas fisik maupun mental dari
populasi dimana ia berada, maka potensial seseoran gitu menjadi seorang
penjahat.

4. Willian H. Sheldon
Willian H Sheldon merupakan seorang ahli psikologi konstitusional yang
mempelajari keterkaitan antara perilaku manusia dengan bentuk tubuhnya.
Adapun kajiannya aspek – aspek psikologis dari perilaku manusia yang terkait
dengan morfologi dan fisiologis tubuh manusia.
Morfologi tubuh (bentuk dan struktur tubuh), fungsi kelenjar endoktrin,
Sheldon menunjukan bahwa fungsi – fungsi tubuh manusia akan berdampak pada
perilaku manusia. Ketika kita memahami keadaan manusia (ketika manusia
terbentuk), maka kita kaan bisa memahami dinamika manusia, bagaimana
manusia merasa, dan berperilaku.
Sheldon melakukan penelitian fisiknya dengan memakai teknik forografi,
yakni subjek difoto dari depan, samping dan belakang. Prosedur ni dinamakan
Somatotype Performance test, dan foto itu menjadi data kasar yang dapat dikaji
ulang kapan saja dibutuhkan. Sheldon membagi penjahat menjadi kelompok
somatotype, dimana ia memformulasikan sendiri kelompok tersebut seperti
Endomorph, Mesomorph, dan Ectomorph diberi nama komponen fisik primer
yang dapat di definisikan sebagai berikut :
a. The Endomorph (gemuk), jenis tubuh :
1) Bentuk tubuh bulat;
2) Secara alami memiliki presentasi lemak yang tinggi;
3) Ukuran sendi tangan lebar;
4) Bentuk tulang bulat;
5) Ukuran tangan dan kaki yang pendek;
6) Paha dan pinggang yang lebar;
7) Kemungkinan pinggang lebih lebar dibandingkan
bahu.
b. The Mesomorph (berotot dan bertubuh atletis), jenis tubuh :
1) Pinggang kecil;

7
2) Tulang bahu lebar;
3) Ukuran sendi tangan sedang;
4) Secara alami berotot bahkan sebelum melakukan aktifitas;
5) Tubuh jenis ini lahir lebih condong sebagai atlet dan binaragawan.
c. The Ectomorph (tinggi, kurus, fisik yang rapuh), jenis tubuh :
1) Pinggang kecil;
2) Tubuh yang memanjang ke atas;
3) Bahu yang sempit atau kecil;
4) Ukuran sendi tangan kecil;
5) Sangat susah untuk menaikan berat badan;
6) Secara natural kurus, body fat sedikit;
7) Sedikit bertenaga pada saat bergerak;
8) Membutuhkan waktu yang lama dan latihan berat, serta makanan yang
banyak agar tubuh proposional.
Melihat bentuk – bentuk fisik kelompok yang telah dijelaskan tadi, orang
dengan semua bentuk fisik tersebut memiliki potensi menajdi seorang penjahat
namun lebih didominasi oleh orang yang memiliki bentuk fisik kelompok
mesomorph karena cenderung memiliki kekuatan yang kebih besar disbanding
kelompok yang lainnya.

5. Sheldon Glueck dan Eleanor Glueck


Sheldon Glueck Sheldon Glueck melakukan studi komparatif antara pria
delinquent dengan non-dilenquent. Pria delinquent didapati memeiliki wajah yang
sempit (kecil), dada yang lebih lebar, pinggang yang lebih besar, serta lengan
bawah dan lengan atas lebih besar dibandingkan dengan non delinquent.
Penelitian mereka juga mendapati bahwa 60% deliquent didominasi oleh yang
mesomorphic.

6. Disfungsi Otak dan Learning Disabilities


Disfungsi otak dan cacat neurologis secara umum ditemukan pada mereka
yang menggunakan kekerasan secara berlebihan dibanding orang pada umumnya.

8
Banyak pelaku kejahatan kekerasan kelihatanya memiliki cacat didalam otaknya
dan berhubungan dengan terganggungnya self-control. Adapun bentuk-bentuk
kecacatan tersebut dapat dibagi dan dijelaskan dalam beberapa yaitu :
a. Psikoses
Bentuk psikoses terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu psikoses organis dan
psikoses fungsional. Berikut penjelasanya :
1) Psikoses Organis :
a) Kelumpuhan umum dari otak yang ditandai dengan kemerosotan yang
terus menerus dari seluruh kepribadian.
b) Traumatik psikoses yang diakibatkan oleh luka pada otak (gagar otak),
penderita mudah gugup dan cenderung melakukan kejahatan
kekerasan.
c) Encephalis lethargic, biasanya diderita oleh anak-anak yang sering
terjadi melakukan tindakan anti sosial.
d) Senile dementia, diderita umumnya pada pria yang sudah lanjut usia.
e) Puerperal insanity, penderitanya adalah wanita yang sedang hamil dan
kejahatan yang dilakukan biasanya arbosi.
f) Epilepsy, bentuk psikoses yang sudah dipahami karena bermacam-
macam.
g) Psikoses yang diakibatkan dari alkohol;
 Tipe normal
 Premium patalogis
 Alkoholis kronis
2) Psikoses Fungsional :
a) Paranoid, penderitanya anatara lain diliputi oleh khayalan dan
cenderung memiliki fikiran yang berlebih – lebihan.
b) Maniac Depressive Psikoses, penderitanya menunjukan tanda – tanda
perubahan dari kegembiraan yang berlebihan ke kesedihan yang tiba –
tiba.

9
c) Schizophrenia, pada penderitanya ada pribadi yang terpecah, seperti
melarikan diri dari kenyataan dan suka berfantasi, delusi, serta
halusinasi.
b. Neuroses
a) Anxiety Neuros dan Phobia
Keadaanya ditandai dengan ketakutan yang tidak wajar dan berlebih-
lebihan terhadap adanya bahaya dari sesuatu atau pada sesuatu yang tidak
ada sama sekali.
b) Hysteria
Terdapat disasoiasi antara dirinya dengan lingkungannya dalam berbagai
bentuk. Pada umummnya sangat egosentris, emosional dan suka
berbohong, mayoritas penderita pada umumnya adalah wanita.
c) Obsessional dan Compulsive Neuroses
Penderitanya memiliki keinginan atau ide – ide yang tidak rasional dan
tidak dapat ditahan.
c. Cacat Mental
Cacat mental lebih ditekankan pada kekurangan intelegensia daripada karakter
atau kepribadiannya, yaitu dilihat dari tinggi rendahnya IQ (Intellegence Quotient)
dan tingkat kedewasaannya. Dalam literatur dibedakan beberapa bentuk
kecacatan mental seperti:
1) Idiot
Tingkat keceerdasan otak atau IQ yang paling rendah adalah idiot, adapun
range nilainya dari 0-29. Orang yang berada dalam tingkat ini tidak
mampu berkomunikasi dengan baik dan hanya bisa mengeluarkan sedikit
kata-kata saja, bahkan mereka juga tidak mampu mengurus keperluan
hidupnya sendiri.
2) Imbecile
Tingkat ini mampu berkomunikasi dan melakukan beberapa hal mudah
dengan baik meski masih harus bergantung kepada orang lain. Range nilai
pada tingkatan ini adalah dari 30-40. Tingkat kecerdasan ini sama dengan
anak-anak normal usia 3 hingga 7 tahun.

1
3) Feeble Minded/Moron (Mentally Retarted)
Pada tingkat ini masih bisa diajari untuk menulis, membaca atau
beerhitung sedeerhana. Range nilai pada tingkat ini 50-70. Kemampuan
pada nilai ini sama halnya seperti anak-anak yang bersekolah di Sekolah
Luar Biasa.
Dari penjelasan di atas dapat kita pahami bahwa delinquency (pelaki
kejahatan) juga berhubungan dengan learning disabilities, yaitu kerusakan pada
fungssi sensorik dan motorik yang merupakan hasil dari beberapa kondisi fisik
yang abnormal, sehinngga bersikap menyimpang, seperti halnya beberapa
gangguan yang tergolong ke dalam learning disabilities seperti dyslexia, aphasia,
Skizofrenia dan hyperactive, sehingga bagi orang orang yang mengidap gangguan
tersebut cenderung akan bertindak jahat dalam aktifitasnya karena gagalnya fungsi
otak dan tidak mampu untuk belajar mengenai hal yang baik dan buruk.

7. Kriminalitas dan Faktor Genetika


Ada beberapa hasil kajian yang menghubungkan faktor faktor genetika
dengan kriminalitas, antara lain studi tentang orang kembar (twin studies), adopsi
(adoption studies) dan kromosom (The XYY syendrome).
a. Twin studies
Karl Cristiansen Dan Sanoff A.Mednick melakukn suatu studi terhadap
3.586 pasangan kembar di suatu kawasan Denmark Yang dikaitkan dengan
kejahatan serius, mereka menemukan bahwa pada identical twins (kembar
yang dihasilkan dalam satu telur yang dibuahi dan membelah menjadi dua
embrio), jika pasangannya melakukan kejahatan maka 50% pasangannya juga
akan melakukan, sedangkan pada fraternal twins (kembar yang dihasilkan dari
dua telur yang terpisah, keduannya dibuahi pada saat yang bersamaan, angka
tersebut hanya 20% hasil dari temuan ini mendukung hipotesis bahwa
pengaruh genetika meningkatkan ressiko kriminalitas.
b. Adoption studies
Studi tentang adopsi ini dilakukan terhadap 14.427 anak yang di adopsi di
denmark, sehingga menemukan data :

1
1) Dari anak-anak yang orang tua angkat dan orang tuaa aslinya tidak
tersaangkut kejahatan 13,5% terbukti melakukan kejahatan.
2) Dari anak-anak yang memiliki orang tua angkat kriminal tapi orang tua
aslinya tidak 14,7% terbukti melakukan kejahatan
3) dari anak-anak yang orang tua angkatnya tidak kriminal tetapi memiliki
orang tua asli kriminal 20% terbukti melakukan kejahatan
4) dari anak-anak yang orang tau angkat dan orang tua aslinya kriminal
24,5% terbukti melakukan kejahatan.
Sehingga berdasarkan temuan di atas, hasil penelitian mendukung
pendapat bahwa sifat kriminalitas dari orang tua asli (orang tua biologis) memiliki
pengaruh lebih besar terhadap anak dibandingkan sifat kriminalitas dari orang tua
angkat.
c. The XXY Syndrome
Setiap orang yang normal memiliki 23 pasang kromoson yang diwariskan.
Satu pasangan kromoson menentukan gender (jenis kelamin). Seorang
perempuan normal mendapat satu X kromosom dari ayah dan ibunya
sedangkan seorang laki-laki normal mendapat satu kromosom dari ibunya dan
satu Y Kromosom ayahnya.
Kadang-kadang kesalahan dalam memproduksi sperma atau sel telur
menghasilkan abnnormalitas genetik. Satu tipe abnormalitas genetik. Satu tipe
abnormalitas tersebut adalah The XYY chromosime male atau laki-laki
dengan XYY kromosom. Orang tersebuut menerima dua Y kromosom (dan
bukan satu) dari ayahnya, kurang lebih satu dari setiap 1000 kelahiran laki-
laki dari keseluruhan populasi memiliki komposisi genetika semacam ini.
Mereka yang memiliki kromosom XYY cenderung bertubuh tinggi, secara
fisik agresif dan sering melakukan kekerasan.
Pemaparan teori-teori kriminologi dari prespektif biologis di atas, hingga
saat ini beberapa kalangan masih ada yang meyakini atau menganggap kualifikasi
serta stigmata (ciri fisik tubuh) manusia dapat dijadikan tolak ukur bahwa seorang
penjahat (pelaku kriminal)ataupun seorang yang berpotensi menjadi penjahat
dapat diminimalisir dengan mengenal bentuk fisik agar diberikan arahan dan

1
tindakan supaya tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan
orang lain, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa beberapa ajaran yang telah
disampaikan oleh para ahli tersebut juga mulai ditinggalkan seiring
berkembangnya teknologi dan tingkat rasionalitas manusia dengan memegang
teguh keyakinan moral atau religius bahwa setiap manusia diciptakan sama di
hadapan tuhan.

B. Identifikasi Masalah
1. Apakah ciri fisik tubuh menurut Caesar Lombroso sesuai dengan keadaan
pelaku tindak pidana?
2. Berdasarkan penelitian dari Lombroso, pelaku tindak pidana termasuk
kedalam klasifikasi apa?
3. Apakah stigmata dari Ernest Kretchmer sesuai dengan tindak pidana yang
dilakukan oleh pelaku tindak pidana?
4. Apakah teori disfungsi otak sesuai dengan keadaan dari pelaku tindak pidana?
5. Apakah stigmata dari sheldon Glueck dan Eleanor Glueck sesuai dengan
tindakan pidana yang diakukan oleh pelaku tindak pidana?

1
BAB III
PEMERIKSAAN

A. Ciri Fisik Tubuh Menurut Lombroso; memiliki rahang yang lebar, gigi
taring yang kuat, rentang lengan bawah lebih besar dibanding tinggi
mereka.
Berdasarkan analisis kelompok kami, Chris sesuai dengan teori dari
Lombroso, yaitu memiliki rahang yang lebar, taring yang kuat, dan lengan yang
panjang. Karena melihat dari latar belakang kehidupan Chris yang tumbuh di
daerah perbukitan dan merupakan turunan dari ras Mongoloid. Ciri khas utama
yang dilihat pada ras ini, adalah rambut berwarna hitam yang lurus, kelopak mata
yang unik yang disebut dengan istilah Mata Sipit, selain itu perawakan dari ras
Mongolid sringkali lebih kecil dan pendek dari bangsa Eropa.

B. Berdasarkan klasifikasi dari Lombroso, Chris termasuk kedalam Insane


Criminal; yaitu orang menjadi penjahat sebagai hasil dari beberapa
perubahan dalam otak mereka yang menganggap kemampuan mereka
untuk membedakan antara benar dan salah (idiot, embisil, dan
paranoid).
Berdasarkan kasus diatas, Chris sempat jatuh terperosok kedalam jurang
dengan ketinggian 15 meter, sehingga membuat kepalanya terbentur dan
mengalami gegar otak. Setelah kecelakaan tersebut, Chris menjadi seseorang yang
pendiam dan jarang tersenyum.

C. Stigmata dari Ernest Kretchmer; menurut analisis kelompok kami, Chris


termasuk kedalam 2 type yaitu, type athletic dan type pyknic.
 Dalam teori Ernest Kretchmer dijelaskan bahwa type athletic memiliki bentuk
tubuh dengan tulang otot yang kuat, dada lebar, dagunya kuat, dan rahang
menonjol, menengah tinggi, serta bertulang kasar. Sifatnya eksplosif dan
agresif, biasanya orang – orang dengan type fisik seperti ini adalah pelaku
kejahatan kekerasan dan kejahatan seksual.

1
 Sedangkan type pyknic, mempunyai bentuk tubuh pendek gemuk, tinggi
sedang, figur yang tegap, leher besar, dan wajah luas. Memiliki sifat ramah,
serta riang dan biasanya orang – orang dengan type fisik seperti ini adalah
pelaku kejahatan penipuan dan pencurian.

D. Definisi dari disfungsi otak sesuai dengan keadaan dari Chris


Disfungsi otak dan cacat neurologis secara umum ditemukan pada mereka
yang menggunakan kekerasan secara berlebihan dibanding orang pada umumnya.
Banyak pelaku kejahatan kekerasan kelihatanya memiliki cacat didalam otaknya
dan berhubungan dengan terganggungnya self-control. Berdasarkan analisa kami
gegar otak yang dialami Chris yang diakibatkan oleh terjatuh ke dalam jurang
setinggi 15 meter tersebut, sehingga berdasarkan teori psikoses ornganis tersebut
lah yang menjadikan sebab Chris melakukan penganiayaan terhadap pemilik sapi
tersebut.
Chris termasuk kedalam bentuk psikoses organis; Traumatik Psikoses yang
diakibatikan oleh luka pada otak (gegar otak), yang membuat penderitanya mudah
gugup dan cenderung melakukan kejahatan kekerasan.

E. Stigmata dari Sheldon Glueck tidak sesuai dengan keaadan fisik dari
Chris
Karena berdasarkan teori tersebut Chris tidak memenuhi kriteria dari pria
delinquent yang mana pria delinquent memiliki ciri-ciri memiliki wajah yang
sempit (kecil), dada yang lebih lebar, pinggang yang lebih besar, serta lengan
bawah dan lengan atas lebih besar. Sehingga teori/stigmata dari sheldon glueck
tidak sesuai dengan fisik dari pelaku kejahatan (Chris).

1
BAB IV
PENDAPAT HUKUM

A. Tabel Analisis Data

Keterangan Yang Status


No Teori
Didapatkan Validitas
Pelaku Memiliki Rahang Yang
Stigmata Cesare Lebar, Gigi Taring Yang Kuat,
1 Valid
Lombroso Lengan Bawah Yang Lebih
Besar Dari Tubuhnya
Klasifikasi Dari Pelaku Termasuk Kedalah
2 Valid
Lombroso Klasifikasi Insane Criminal
Pelaku Termasuk Kedalam
Stigmata Dari Ernest
3 Dua (2) Tipe Yaitu, Tipe Valid
Kretchmer
Athletic Dan Tipe Pyknic
Pelaku Memiliki Kecacatan
Otak Yang Termasuk Ke
4 Disfungsi Otak Dalam Bentuk Psikoses Valid
Oraganis Yaitu, Traumatik
Psikoses
Pelaku Memiliki Wajah Yang
Lebih Sempit, Dada Yang
Stigmata Dari Sheldon Lebih Besar, Pinggang Yang Tidak
5
Glueck Lebih Besar, Serta Lengah Valid
Bawah Dan Lengan Atas Yang
Lebih Besar

1
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kriminologi merupakan suatu cabang ilmu yang dapat dikatakan bukan hal
yang baru, akan tetapi ilmu ini merupakan ilmu yang ekslusif dalam
perkembangannya. Istilah kriminologi berasal dari bahasa latin yang terdiri dari 2
suku kata yaitu, crime dan logos. Crime memiliki arti kejahatan dan logos yang
berarti ilmu pengetahuan maka dapat diartikan secara sederhana bahwa
kriminologi merupakan suatu ilmu yang mepelajari tentang kejahatan atau secara
spesifik mempelajari tentang pelaku kejahatan. Ada beberapa teori yang
mejelaskan kejahatan dari perspektif biologi yaitu, Teori lombroso di kenal
sebagai the father of modern criminologi melalui bukunya yang berjudul
L’Huomo delinquente. Pemahaman ajaran lombroso tentang penjahat di
kemukakan sebagai berikut :
1. Penjahat adalah orang yang mempunyai bakat jahat
2. Bakat jahat tersebut diperoleh karena kelahiran, yaitu di wariskan nenek
moyang (keturunan)
3. Bakat jahat tersebut dapat dilihat dari ciri biologis tertentu seeperti, memiliki
muka yang tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek, dan lain lain
4. Bakat jahat tidak dapat di ubah, atinya bakat jahat tersebut tidak dapat
dipengaruhi.

B. Saran
Berdasarkan analisis-analisis pada bab sebelumnya,penulis menyarankan
beberapa hal diantaranya:
1. Pentingnya berbagai elemen masyarakat terutama pihak kepolisian sebagai
penegak hukum melakukan sosialisasi terhadap bentuk-bentuk kejahatan dan
ciri-ciri pelaku kejahatan sebagai pencegah dan pemehaman untuk masyarakat
agar lebih meningkatkan kewaspadaan untuk menghindari tindak kejahatan.

1
2. Bagi aparat penegak hukum diharapkan dapat menegakan hukum yang tegas
sehingga dapat memberikan efek jera pada pelaku kejahatan,selain itu juga
melekukan pembinaan pada pelaku kejahatan agar mereka mempunyai bekal
dan tidak kembali melakukan kejahatan lagi.
3. Sebagai masyarakat harus selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap tindak
kejahatan karena pelaku tindak kejahatan tidak hanya terlihat dari perorangan
yang memiliki penampilan preman,yang berpenampilan seperti orang baik
banyak juga yang melakukan tindak kejahatan.
4. Perlunya peningkatan pendidikan bagi masyarakat berupa pendidikan formal
di sekolah-sekolah manapun pendidikan agama yanga dapat terciptanya
masyarakat yang mempunyai moral yang baik.

1
DAFTAR PUSTAKA

Zarisnov Arafat, Kriminologi (Suatu Pengantar Teoritik), FBIS UBP Karawang,


2018.

Anda mungkin juga menyukai