JURNAL MAHASISWA
Oleh:
Feby Resky Utami, S.H
Nur Asmi, S.H
Aulia Fajriani K, S.H
Miftahul Chaer Amiruddin, S.H
Nur Indah Sari Putri B, S.H
Ardi, S.H
Irfan Sabri Hamzah, S.H
Iot Wiwiq Harpikasari, S.H
Andi Firdaus, S.H
Akbar, S.H
A. Menentukan Masalah.........................................................1
B. Judul Penelitian.............................................................5
C. Menentukan Teori.........................................................11
E. Menyusun Pembahasan..................................................30
F. Kesimpulan....................................................................38
J. Turnitin.........................................................................41
ii
A. Menentukan Masalah
Hukum adalah hasil dari kekuatan sosial dan alat kontrol sosial dalam
kehidupan bersama dalam suatu negara. Hukum pada dasarnya tidak steril dari
subsistem kemasyarakatannya. Politik sering kali melakukan intervensi atas
perbuatan dan pelaksanaan hukum.
1
lainnya, untuk mendapatkan persamaan dan perbedaan. Itu semua, merupakan
obyek penelitiandari sejarah hukum dan ilmu perbandingan hukum. Ilmu hukum
juga meneliti aspek-aspek yang tetap dari suatu struktur hukum, aspek-aspek
mana dapat dianggap sebagai inti atau dasar dari hukum.
1
2 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.108-109
2
untuk melaksanakan dua tahap pekerjaan, pertama yaitu tahap penulis
mengolah gagasan dalam pikirannya dengan mencari dan membaca buku buku
referensi bahkan boleh jadi harus berdiskusi dengan teman sejawatnya untuk
menemukan bentuk yang jelas dari gagasan nya tersebut. Kedua yaitu tahap
saat penulis karya ilmiah tersebut menuangkan ide atau gagasan dalam
tulisannya.
Proses kerja antara tahap pertama dan kedua berlangsungnya sangat
beragam antara penulis satu dengan yang lain , hal ini sangat dipengaruhi oleh
pengalaman dan kebiasaan masing masing penulis. Meskipun demikian namun
proses kedua tahap tersebut harus tetap terpadu dan runtut ( sistematik ),
sehingga dapat memberikan kejelasan mengenai isi pokok dari karya ilmiah
tersebut. Kesemuanya ini sangat dipengaruhi juga oleh kemampuan kita (
penulis ) dalam mencari dan merumuskan permasalahan dengan jelas dan
spesifik.
Penulisan karya tulis ilmiah merupakan kegiatan yang sistematis dan
disiplin sehingga penulis diharapkan dapat menjawab dan memecahkan
permasalahan tertentu yang diajukan. Permasalahan dalam karya tulis ilmiah
merupakan unsur yang sangat penting , karena pentingnya permasalahan yang
harus diajukan dalam suatu karya ilmiah , maka kita harus dapat mencari ,
mengidentifikasi maupun merumuskan kedalam rumusan yang jelas dan
spesifik. Rumusan masalah dalam suatu karya ilmiah yang jelas dan spesifik
sangat mutlak diperlukan , agar permasalahan tersebut mampu memberi arah
pada seluruh alur pikir kita ( penulis ). Oleh sebab itulah kiranya sangat
penting bagi setiap karya ilmiah untuk memiliki rumusan masalah yang jelas
dan spesifik.
3
bahkan tidak relevan dengan judul karya ilmiah yang dibuatnya. Akibatnya hal
hal yang sebenarnya bukan masalah dianggapnya sebagai masalah,sedangkan
hal hal yang sebenarnya merupakan masalah menarik dan cukup pelik untuk
dikaji justru terlepas dari pengamatannya sehingga tertinggal dan tidak
terumuskan sama sekali. Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam
merumuskan masalah yaitu “Apa sebenarnya yang dianggap sebagai masalah
dalam setiap karya ilmiah?”. Sesuatu dapat dianggap sebagai masalah dalam
sebuah karya ilmiah, jika sesuatu itu merupakan gejala atau kondisi yang tidak
sesuai dengan apa yang seharusnya .( Suyanto;1988;10 ). Atau dengan kata lain
bahwa masalah merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa
yang ada pada saat sekarang ,atau pada saat penelitian itu dilaksanakan. Kiranya
inilah yang dapat dijadikan rambu rambu yang mudah digunakan untuk melihat
kembali apakah masalah yang dirumuskan dalam karya ilmiahnya sudah
memang benar benar merupakan masalah . Jika dari rumusan masalah itu tidak
tercermin adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang
ada (fakta yang ada) saat sekarang jelas rumusan tersebut tak dapat diberi
sebutan sebagai masalah yang harus dijawab melalui kajian / telaah ilmiah.
Kemudian dari mana kita dapat memperoleh masalah yang akan kita kaji?
Masalah masalah yang akan kita kaji sudah barang tentu tidak datang dengan
sendirinya tetapi masalah itu harus kita cari, kita identifikasi dan akhirnya baru
kita rumuskan secara jelas, tegas dan spesifik. Cara yang mudah untuk
memperoleh / mencari masalah adalah dengan cara melihat, membaca dan
mengkaji teori, sebab dari teori kita dapat memperoleh masalah masalah yang
layak untuk dikaji.dengan penguasaan berbagai teori dalam bidang keahlian kita
masing masing , kita akan dapat melakukan diskripsi, prediksi (ramalan ) maupun
kontrol terhadap berbagai gejala yang kita hadapi. Karena dengan penguasaan
berbagai teori dapat menyebabkan wawasan berfikir kita
4
B. Judul Penelitian
Judul penelitian merupakan bagian yang dicantumkan pada bagian paling
awal penelitian. Namun kenyataan yang sebenarnya, menurut logika penelitian
dan penyusunan suatu penelitian, seorang peneliti terlebih dahulu
mengidentifikasi, menetapkan dan merumuskan permasalahan penelitian yang
mungkin dan layak untuk diteliti. Sehingga penetapan judul penelitian, akan
memungkinkan untuk dilakukan, setelah rumusan masalah penelitian itu
diketahui.
1. Hipotesis Penelitian
hypo = sebelum;
thesis = pernyataan
5
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa
yang kita cari atau ingin kita pelajari. Hipotesis adalah keterangan sementara dari
hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Oleh karena itu, perumusan
hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian.
Hipotesis Penelitian:
g. Banyaknya sesuai dengan kerangka berpikir dan rumusan masalah, tanpa kata
‘diduga’.
6
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.
2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.
4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar
fakta.
Oleh karena itu kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat
tergantung pada:
7
tentang keadaan sesuatu, sehingga tidak perlu diadakan prediksi tentang hasil
hubungan dua atau lebih variabel.
Kegunaan Hipotesis
2. Menentukan macam atau jenis data yang perlu dikumpulkan dan cara
pengumpulannya.
4. Harus konsisten dengan kerangka teori dan kerangka berfikir yang ada.
8
pembatasan masalah yang ditetapkan. Judul mencerminkan topik dan isi dari
penelitian. Oleh karena itu, judul penelitian tidak harga mati. Selama proses
penyusunan proposal atau proses penelitian berlangsung, sangatlah mungkin
terjadi perubahan redaksional pada suatu judul penelitian. Bahkan, dalam judul
laporan sebaiknya sudah mengambarkan apa yang telah diteliti. Pemilihan topik
atau lebih konkritnya judul, akan menggambarkan tingkat kedalaman dan cakupan
dari sebuah penelitian yang akan dibahas.
a. jika penelitian itu bersifat kualitatif, judul bisa dirumuskan dari intisari hasil
temuan yang telah ada;
b. sebaliknya jika penelitian itu bersifat kuantitatif, maka judul telah ditentukan
secara deduktif dan menggambarkan masalah yang akan diteliti.
9
bahwa Motivasi belajar yang tinggi akan memiliki pengaruh positif atas hasil
belajar siswa. Jadi, dalam pembuatan judul, di luar harus diperhatikan
cakupannya, yang lebih penting adalah:
b. judul yang dipilih hendaknya memiliki signifikansi sebagai karya ilmiah: baik
dilihat dari segi kebutuhan akademis (menjanjikan temuan teoritis) maupun
dari segi praktis (sebagai problem solving).
a. Topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak
terlalu sempit. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik,
dan aktual secara akademik dan secara praktis.
b. Belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain,
seharusnya studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak
memperoleh perhatian.
10
c. Diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan
jelas independent variable dan dependent variable-nya.
C. Menentukan Teori
1. Pengertian Teori
Dalam sebuah karya tulis ilmiah teori merupakan salah satu unsur yang
sangat penting dalam sebuah penelitian. Sebab, teori dengan unsur ilmiah inilah
yang menjelaskan kejadian atau fenomena sosial yang dijadikan pusat perhatian
atau acuan ketika akan melakukan suatu penelitian didalam sebuah karya tulis
ilmiah atau skripsi. Bangunan yang kuat adalah sebuah bangunan yang
mempunyai pondasi yang kuat, nah begitu pula didalam penulisan karya tulis
ilmiah. Jika tidak memiliki landasan toeri maka penelitian dan metode yang
digunakan tidak akan berjalan lancar.
3
M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2007), h.61.
4Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 91-92
11
Oleh karena itu, keberadaan teori sangat penting dalam penelitian hukum.
Pentingnya teori dalam sebuah penelitian hukum ini ditegaskan oleh Satjipto
Rahardjo bahwa “teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan untuk membuat
jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya
yang tertinggi”.5
1. suatu teori secara logis harus konsisten; artinya tidak ada hal-hal yang saling
bertentangan di dalam kerangka yang bersangkutan;
5Satjipto
Rahardjo, llmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), h. 253-254.
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung; Alfabeta, 2016,
h. 79.
7
Amiruddin, H. Zainal Asikin, pengantar metode penelitian hukum, Depok; Rajawalai
Pers, 2018, h. 43
8
Soerjono Soekanto, pengantar penelitian hukum, UI-Perss, Jakarta, 1986, h.123-124
12
2. suatu teori dari pernyataan-pernyataan mengenai gejalah-gejalah tertentu,
pernyataan-pernyataan mana mempunyai interrelasi yang serasi
3. pernyataan-pernyataan di dalam suatu teori, harus dapat mencakup semua
unsur gejalah yang menjadi ruang lingkupnya, dan masing-masing bersifat
tuntas;
4. tidak ada pengulangan ataupun duplikasi di dalam pernyataan-pernyataan
tersebut.
5. suatu teori harus dapat diuji di dalam penelitian, mengenai hal ini ada
asumsi-asumsi tertentu, yang membatasi diri dari pernyataan, bahwa
pengujian tersebut senantiasa harus bersifat empiris.
Fungsi teori
Dalam sebuah penelitian, teori yang digunakan harus sudah jelas karena
fungsi teori dalam sebuah penelitian menurut Sugiyono adalah sebagai berikut:
13
1. Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau
konstruk variabel yang akan diteliti.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta. 2010, h.57
14
Perbandingan Antara Penggunaan Teori sebagai “Pisau Analisi”yang
menggunakan Logika Deduktif dan Logika Induktif.
TEORI
HUKUM
FAKTA
EMPIRIS
Teori digunakan
untuk menyusun
TEORI HUKUM
hipotesis
HIPOTESA
Hipotesis diuji
melalui observasi
OBSERVASI
hasilnya akan
menyumpulkan
teori ditolak atau
diterima
OBSERVASI OBSERVASI
15
a) Teori Sebagai Pisau Analisis
1. Yaitu teori yang digunakan untuk dijadikan panduan dalam melakukan
analisis, dengan memberikan penilaian (preskripsi) terhadap temuan fakta
atau peristiwa hukum yang ada sudah sesuai dengan teori atau tidak.
2. Cara penggunaan teori semacam ini dilakukan dengan menggunakan logika
deduktif.
3. Dalam penelitian hukum, cara penggunaan teori ini tepat untuk tipe
penelitian hukum normatif, walaupun dapat juga digunakan dalam
penelitian empiris.
b) Teori sebagai Temuan Penelitian (Grounded Theory)
1. Teori dibangun dari data yang berupa temuan fakta-fakta hukum berdasarkan
observasi langsung ke lapangan atau dengan istilah teoretisasi data.
2. “Teori” awal yang digunakan hanya sebagai rujukan, namun tidak ada
pengaruhnya terhadap hasil penelitian.
3. Cara penggunaan teori semacam ini dilakukan dengan menggunakan logika
deduktif.
4. Dalam penelitian hukum, cara penggunaan teori ini tepat untuk tipe penelitian
yuridis empiris.
c) Teori sebagai Alat Uji
1. Teori digunakan untuk menyusun Hipotesis yang selanjutnya akan diuji
dengan fakta-fakta dilapangan, apakah teori ituditolak atau diterima.
2. Kebenaran teori yang digunakan hanya bersifat tentative, dan kebenaran
yang sesungguhnya adalah kebenaran terakhir berdasarkan fakt-fakta untuk
memperbaharui atau menegaskan teori lama.
3. cara penggunaan teorise macam ini dilakukan dengan menggunakan logika
deduktif dalam penelitian hukum, cara penggunaan teori ini tepat untuk tipe
penelitian yuridis empiris.
16
istilah adalah sama yaitu menggunakan teori sebagai basisnya, namun
terdapat perbedaan dalam operasionalisasinya. Landasan teori bermakna
penjelasan teoritis tentang isu hukum yang hendak dijawab dengan
menggunakan teori-teori hukum yang telah ada, seperti teori negara hukum,
teori konstitusi, teori perlindungan hukum, teori pertanggung jawaban
pidana, teori kepastian hukum, teori pemidanaan, teori efektivitas hukum,
teori legislasi, teori pluralisme hukum, teori kesadaran hukum, teori
penyelesaian sengketa, dan teori-teori lain yang diajarkan oleh para ahli
terkemuka. Teori-teori hukum tersebut dijadikan sebagai landasan teoritis untuk
membedah masalah hukum yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian
hukumnya.
17
bertentangan di dalam kerangka teori yang bersangkutan. Teori berisi
pernyataan-pernyataan mengenai gejala tertentu dan pernyataan ituharus
dapat diuji dalam kenyataaan hukum di masyarakat.
Terdapat beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan oleh seorang peneliti
dalam menyusun landasan teori, diantaranya yaitu:
18
2. Cara penulisan dari sub bab sub bab yang lain harus tetap mempunyai
hubungan yang jelas serta memperhatikan aturan pada penulisan pustaka.
3. Untuk mendaptkan hasil penelitian yang baik, studi pustaka perlu memenuhi
prinsip kemutakhiran dan keterkaitan dengan masalah penelitian. Jika
memakai literatur dengan beberapa edisi, maka yang dipakai yaitu buku
yang edisi terbaru. Apabila referensi tidak terbit lagi, maka referensi
tersebut merupakan terbitan terakhir. Untuk yang memakai jurnal sebagai
referensi, pembatasan tahun penerbitan tidak berlaku.
4. Dengan banyaknya sumber bacaan, maka membuat kualitas penelitian yang
dilakukan menjadi semakin baik, terlebih sumber bacaan yang terdiri dari
teks book atau sumber lainnya congoh jurnal, koran, artikel dari majalah,
internet dan yang lainnya.
5. Podoman kerangka teori tersebut berlaku untuk jenis penelitian apapun.
6. Teori tidaklah sebuah pendapat pribadi (kecuali pendapat itu telah tertulis
dalam buku)
7. Untuk penelitian korelasional pada akhir kerangka teori disajikan model
teori, model konsep (jika dibutuhkan) dan model hipotesis pada sub bab
tersendiri, namun untuk penelitian studi kasus cukup dengan menyusun
model teori dan juga memberikan keterangan. Model teori yang dimaksud
yaitu merupakan kerangka pemikiran seorang penulis dalam penelitian yang
dilakukan. Kerangka tersebut bisa berupa kerangka ahli yang telah ada,
ataupun kerangka menurut teori pendukung yang sudah ada. Kerangka teori
yang telah disajikan dalam suatu skema, perlu dijabarkan apabila dianggap
perlu memberi sebuah batasan, maka asumsi-asumsi perlu dicantumkan.
1. Penelitian Hukum
19
terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah). 12 Dalam buku Sunaryati Hartono,
Pengertian research awalnya digunakan untuk penelitain dibidang tehnik dan
ilmu alam. Namun dalam perkembangannya research juga mulai digunakan
dalam ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan terakhir ilmu hukum dan ilmu politik.
Dalam penelitian yang dilakukan untuk bidang tehnik dan ilmu pengetahuan alam
berbeda dengan untuk penelitain bidang sosial. 13
Research yang semula dipakai dalam arti penelitian yang digunakan bagi
suatu tujuan praktis (applied research) biasanya dikaitkan dengan “development”
atau perngembangan sehingga dikenal dengan “Research dan Development” atau
penelitian dan pengembangan (Litbang) dan perencanaan (planning). Namun
sesuai perkembangannya kata penelitian biasanya disertai dengan kata keterangan
atau kata yang menunjukkan tujuan dan kegunaan penelitian itu. 15
12 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.10
13 Noor Muhammad Azis, Urgensi Penelitian Dan Pengkajian Hukum Dalam Pembentukan
20
pandang mengenai kebanaran . epistemologi berasal dari bahasa yunani episteme
yang artinya pengetahuan dan logos yang artinya diskursus atau teori.
1. Soerjono Soekanto
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajarai
sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Di
samping itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap faktor hukum
tersebut, untuk kemudian yang mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan -permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.
2. Soetandyo Wignyosoebroto
Penelitian hukum adalah seluruh upaya untuk mencari dan menemukan
jawaban yang benar (right answer) dan/atau jawaban yang tidak sekali-kali keliru
(true answer) mengenai suatu permasalahan. Untuk menjawab segala macam
permasalahan hukum diperlukan hasil penelitian yang cermat, berketerandalan,
dan sahih untuk menjelaskan dan menjawab permasalahan yang ada.
21
Penelitian hukum sebenarnya berasal dari dua kata yaitu penelitian dan
hukum. Penelitian hukum adalah suatu proses untuk memperoleh data dan
informasi tentang norma dan kaedah hukum , nila sesuatu materi hukum telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan , dan aspek-aspek hukum / kebutuhan
hukum masyarakat tentang sesuatu materi yang belum diatur kemudian ingin
untuk diatur sebagai ius constituendum. 18
18Noor Muhammad Azis, Urgensi Penelitian Dan Pengkajian Hukum Dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, Vol. 1 No.1 April 2012, hal 21-22
22
2. Macam-Macam Penelitian Hukum
Apabila ditinjau dari sudut tujuan penelitian hukum itu sendiri, maka menurut
soerjono soekanto dapat dibagi dalam dua tipologi penelitian hukum, yaitu: 19
19 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.26
20 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.25
21 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.25
23
apabila dilihat dari sudut vertikal atau hirearki peraturan perundang-undangan
yang ada. Hierarki peraturan perundang-undangan menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, yaitu :
1). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2). Ketetapan MPR
3).Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Penggantu Undang- Undang
4). Peratuan Pemerintah
5). Peraturan Presiden
6). Peraturan Daerah Privinsi
7). Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Sinkronisasi horisontal, merupakan sinkronisasi terhadap peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang berbagai bidang yang mempunyai
gubungan fungsional, konsisten yang sama derajatnya. Misalnya sinkronisasi
antara undang-undang dengan undang-undang, antara peraturan pemerintah
dengan peraturan pemerintah, atau antara peraturan presiden dengan peraturan
presiden.22
d. Penelitian sejarah hukum, merupakan penelitian yang lebih menitikberatkan
pada perkembangan-perkembangan hukum, atau perkembangan peraturan
perundang-undangan. Di samping itu juga diadakan identifikasi terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan lembaga-lembaga hukum,
seperti masalah undang-undang perkawinan, hukum waris adat, dan hukum
waris eropa. Penelitian sejarah hukum dilakukan dengan menelaah latar
belakang, perkembangan pengetahuan tentang isu yang dihadapi oleh
perancang suatu peraturan perundang-undangan.
e. Penelitian terhadap perbandingan hukum. Pada penelitian ini menekankan dan
mencari adanya perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang ada pada
berbagai sistem hukum. Di dalam ilmu hukum dan praktik hukum metode
perbandingan mungkin diterapkan dengan memakai unsur-unsur hukum
22Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.30
24
sebagai titik tolak perbandingan, dimana sistem hukum sendiri mencakup tiga
unsur pokok, yaitu (1) struktur hukum yang mencakup lembaga-lembaga
hukum, (2) substansi hukum yang mencakup kaidah-kaidah hukum dan sikap
tindak hukum, (3) budaya hukum yang mencakup perangkat nilai-nilaiyang
dianut. Ketiga unsur tersebut di atas dapat dibandingkan masing-masing satu
sama lain, ataupun secara komulatif.
2. Penelitian hukum sosiologis atau empiris. Penelitian ini biasa disebut
penelitian lapangan yang bertitik tolak data primer. Data primer atau data
dasar adalah data yang diperoleh lansung dari masyarakat sebagai sumber
pertama dengan melalui penelitian lapangan, seperti melakukan
pengamatan (observasi), wawancara, dan penyebaran kuesioner (angket).
Oleh karena itu, penelitian hukum ini sebaiknya didukung juga data
sekunder atau studi dokumentasi.23 Penelitian empiris ini mencakup :
a. Penelitian terhadap identitas hukum (hukum tidak tertulis), dimaksudkan untuk
mengetahui hukum yang tidak tertulis berdasarkan hukum yang berlaku dalam
masyarakat. Hukum tidak tertulis dalam sistem hukum di Indonesia, yaitu
hukum adat dan hukum Islam. Dalam penelitian ini, peneliti harus berhadapan
sehingga banyak peraturan-peraturan yang tidak tertulis berlaku dalam
masyarakat.
b. Penelitian terhadap efektivitas hukum, merupakan penelitian yang membahas
bagaimana hukum beroperasi dalam masyarakat, penelitian ini sangat relevan
di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penelitian ini mensyaratkan
penelitiannya di samping mengetahui ilmu hukum juga mengetahui ilmu sosial,
dan memiliki pengetahuan dalam penelitian ilmu sosial (social science
research). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam
masyarakat, yaitu (1) kaidah hukum/peraturan itu sendiri, (2) petugas/penegak
hukum, (3) sarana atau fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum, (4)
kesadaran masyarakat.24
23 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.31-32
24 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.31
25
3. Sumber Data Penelitian Hukum
1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri
dari;
a. Norma atau kaidah dasar, yaitu pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
b. Peratyran dasar
c. Batang tubuh UUD 1945
d. Ketetapan-ketetapan MPR
e. Peraturan perundang-undangan
f. Undang-undang dan peraturan yang setaraf
g. Peraturan pemerintah dan peraturan yang setaraf
h. Keputusan presiden dan peraturan yang setaraf
i. Keputusan menteri dan peraturan yang setaraf
j. Peraturan-peraturan daerah
k. Bahan-bahan hukum yang belum dikodifikasi, hal ini bisa ditemukan di dalam
hukum islam dan hukum adat
l. Yurisprudensi
m. Traktat
n. Bahan hukum yang ada sejak zaman penjajahan Belanda yang sampai saat ini
masih berlaku, misalnya KUHP, KUHPer, dan sebagainya.
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan
terhadap bahan hukum primer, misalnya :rancangan undang-undang, hasil-
hasil penelitian, hasil karya dari pakar hukum, dan sebagainya.
26
3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya; kamus, indeks
kumulatif, ensiklopedia, dan sebagainya. 25
4. Metode Penelitian
25 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.24-25
27
berdasarkan kemauannya) dan/atau random sampling (ditentukan oleh peneliti
secara acaka).26
5. Pendekatan Penelitian Hukum
28
5. Pendekatan konseptual (conseptual approach), beranjak dari pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.
Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam
ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan
pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas yang
relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahamam akan pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti
dalam membangun suatu argumen hukum dalam memecahkan isu yang
dihadapi.27
29
peraturan perundang-undangan, doktrin, prinsip hukum, pendapat pakar atau
pandangan oleh peneliti itu sendiri. 29
2. Analisis data pada penelitian hukum empiris
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian hukum empiris yaitu
dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika secara kuantitatif, yaitu
menguraikan data dalam bentuk rumusan angka-angka dan tabel. Sedangkan
secara kualitatif, yaitu mengurai data secara berkualitas dan komprehensif dalam
bentuk kalimat yang teratur, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga
memudahkan pemahaman dan interpretasi data. 30
E. Menyusun Pembahasan
29 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.69
30 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.73
31 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung,
2008. Hlm.175.
30
sungguh-sungguh pastinya hasilnya kurang memuaskan. Pada tahap inilah
maksimum kemampuan ilmiah peneliti diuji khususnya menyangkut analisis data.
Melihat hasil pengumpulan data yang ada, peneliti harus segera tanggap analisis
apa yang sekiranya tepat dilakukan. 32
Pengolahan dan analisis data pada dasarnya tergantung pada jenis datanya,
bagi penelitian hukum normatif yang hanya mengenal data sekunder saja, yang
terdiri dari : bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tersier, maka dalam mengolah dan menganalisis bahan hukum tersebut tidak bisa
melepaskan diri dari berbagai penafsiran yang dikenal dalam ilmu hukum.
32 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
Hlm.72.
31
2. Penafsiran sistematis, jika suatu istilah atau perkataan dicantumkan lebih
dari satu kali dalam suatu pasal atau suatu undang-undang, maka
pengertiannya harus sama pula. Contohnya konsep “pencurian” yang ada
dalam Pasal 363 KUHP harus sama dengan konsep “pencurian” yang ada di
dalam Pasal 362 KUHP.
3. Penafsiran yang mempertentangkan, yaitu menemukan kebalikan dari
pengertian suatu istilah (term) hukum yang sedang diteliti. Misalnya istilah
“tidak dilarang”. Bagi hukum pidana dapat dutafsirkan “boleh”. Namun bagi
hukum perdata jangan ditafsirkan “tidak dilarang” berarti “boleh”, karena
dalam hukum perdata diakuui norma kepatutan. Demikian juga dengan
hukum administrasi yang mengakui eksistensi norma etika, yaitu asas-asas
umum perintahan yang baik. Oleh sebab itu, pengguanaan penafsiran
mempertentangkan harus selektif.
4. Penafsiran ekstensif atau penafsiran memperluas. Yaitu memperluas
pengertian atau istilah yang ada di dalam suatu undang-undang. Penafsiran
ini masih berpegang pada ketentuan undang-undang. Penafsiran ini masih
berpegang pada ketentuan undang-undang, oleh karenanya dapat diuji oleh
pihak lain (objektif). Misalnya putusan HR 1892, yang memperluas
pengertian “kawat telepon” sehingga mencakup “kawat telegram”.
Demikian juga dengan putusan HR 1921, yang memperluas pengertian
“barang” dalam Pasal 362 KUHP sampai “aliran listrik”. Berbeda dengan
analogi, sama-sama bertujuan untuk memperluas pengertian atau istilah
dalam rumusan undang-undang, melainkan mennurut pengertian subjektif
penafsir. Oleh karenanya tidak dapat diuji kebenarannya dan dilarang
penggunaannya di dalam hukum pidana.
5. Penafsiran Historis, yaitu dengan menelaah sejarah hukum atau enelaah
perbuatan suatu undang-undang akan ditemukan pengertian dari suatu istilah
yang sedang diteliti. Jika pengertiannya – mungkin – tidak ditemukan, akan
tetapi setidak-tidaknya maksud pembuat undang-undang dapat ditelah
melalui dokumen mengenai pembuat undang-undang tersebut. Karena dari
dokumen tersebut akan diperoleh informasi mengenai pembahasan terhadap
32
ketentuan-ketentuan yang ada dalam rancangan Undang-Undang Dokumen
itu yang harus ditelaah dalam rangka penafsiran historis.
6. Penafsiran perbandingan hukum, mengusahakan penyelesaian suatu isu
hukum (legal issue) dengan membandingkan berbagai stelsel hukum.
7. Penafsiran antisipasi; menjawab suatu isu hukum dengan mendasarkan pada
suatu aturan yang belum berlaku.
8. Penafsiran teleologis, yaitu mencari tujuan atau maksud dari suatu peraturan
perundang-undangan. Misalnya tujuan dari pembentukan Mahakamah
Militer Luar Biasa (MAHMILUB), UU No.15 Pnps tahun 1963, ialah untuk
mempercepat proses penyelesaiam suatu perkara khusus.
Dalam menilai hukum positif, ilmu hukum normatif tidak bebas nilai tetapi
sarat nilai. Dia berkaitan langsung dengan rechtsidee. Rechtsidee menjadi tujuan
hukum. Ilmu hukum digmatik berusaha mewujudkan tujuan itu dalam setiap
putusan atau pendapat. Anotasi hukum senantiasa syarat dengan rechtsidee.
a. Merumuskan asas-asas hukum, baik dari data sosial maupun dari data hukum
positif tertulis;
b. Merumuskan pengertian-pengertian hukum;
c. Pembentukan standar-standar hukum; dan
d. Perumusan kaidah-kaidah hukum.
33
secara sistematis dan dengan mempergunakan metodologi serta teknik-teknik
33
tertentu.
33 Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
2018. Hlm.171-175.
34 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
Hlm.77-78.
34
jelas. 3. Hubungan antara variabel jelas.
4. Sampel lebih bersifat non 4. Sampel yang dilakukan diambil
probabilitas. dilakukan dengan cermat dan teliti.
5. Pengumpulan data dilakukan dengan
5. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup.
pedoman wawancara dan 6. Peneliti harus menguasai teori-teori
pengamatan. yang relevan.
6. Penggunaan teori-teori kurang
diperlukan.
35
3. Editing
4. Koding
Untuk jelasnya, akan diajukan contoh jawaban dari suatu pernyataan yang
berbunyi “bagaimana kesan saudara terhadap ketertiban lalu lintas di kota ini?”
jawaban yang diperoleh dari responden sudah tentu beragam, misalnya berbunyi
sebagai berikut :
36
- “ketertibannya kota ini menyedihkan sekali”.
- “dibandingkan tahun lalu, tampaknya ada kemajuan”.
- “pantas dibanggakan”.
- “belum pernah saya jumpai ketertiban semacam ini di kota lain”.
Dalam tahap koding ini jawaban yang beragam (dari pertanyaan terbuka)
di atas klasifikasi menurut macam-macamnya ke dalam kategori-kategori.
Terhadap jawaban “wah semeraut deh”, dan “ketertibannya kota ini menyedihkan
sekali” dapat dimasukkan ke dalam kategori yang sama, yaitu tidak tertib. Dan
terhadap jawaban itu pula akan diberi tanda kode yang sama misalnya 03.
Selanjutnya, terhadap jawaban “saya kira cukup tertib” dan dibandingkan tahun
lalu, tampaknya ada kemajuan” dimasukkan kedalam kategori tertib dengan tanda
kode 02 misalnya. Sedangkan terhadap jawaban “pantas dibanggakan” dan
“belum pernah saya jumpai ketertiban semacam ini di kota lain”, dimasukkan ke
dalam kategori sangat tertib dengan tanda kode 01.
Contoh :
Kategori Kode
Sangat tertib 01
Tertib 02
Tidak tertib 03
1. Bahwa setiap perangkat kategori itu harus dibuat dengan mendasarkan diri
kepada satu asas kriterium yang tunggal;
2. Bahwa setiap perangkat kategori itu harus dibuat lengkap, sehingga tidak
ada satupun jawaban responden yang tidak mendapatkan tempatnya yang
tepat dalam kategori-kategori yang disediakan itu; dan
3. Bahwa kategori yang satu dengan yang lain (dalam setiap perangkat) harus
saling terpisah tegas, dan tidak boleh saling tindih, sehingga dengan
37
demikian setiap jawaban responden yang masuk tak akan mungkin dapat
dimasukkan ke dalam lebih dari satu kategori.
Setelah koding selesai dikerjakan, maka akan diperoleh distribusi data
dalam frekuensi tertentu. Untuk menghitung frekuensi distribusi data,
banyak cara yang ditawarkan. Pilihan cara mana yang dipakai sangat
tergantung pada pertimbangan, antara lain : besarnya jumlah data yang
harus diolah, banyaknya kategori yang diadaka, sifat penelitian (apakah
hanya mendeskripsikan saja atau hendak menemukan korelasi dari
berbagai variabel), dan juga besarnya dana yang tersedia. 35
F. Kesimpulan
1. Pengertian Kesimpulan
35
Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
2018. Hlm.175-179.
38
1) Isi dalam kesimpulan harus berupa analisis dari kajian Pustaka dan juga
interpretasi dari tema yang mana bentuknya dapat berupa implikasi
(kesimpulan berdasar data) dan dapat juga berupa inferensi (kesimpulann
berdasar referensi). Jika kita memiliki 3 rumusan permasalahan yang akan
menjadi pokok pembahasan dalam karya tulis ilmiah seperti skripsi , maka
isi kesimpulan itu juga harus memberikan 3 kesimpulan yang terkait dengan
hasil jawaban dari penelitian kita terhadap laporan penelitian tersebut.
2) Isi dalam kesimpulan mengandung saran – saran yang ditujukan kepada
pembaca.
3) Kesimpulan dibuat dengan cara menggambarkan secara singkat isi dari
karya ilmiah yang telah dijelaskan sebelumnya. Tidak harus menggunakan
kata – kata perulangan serta memberikan jawaban yang jelas terhadap hasil
yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan.
4) Hindari menyimpulkan materi yang tidak dibahas dalam pembahasan karya
tulis ilmiah.
3. Tujuan dan Manfaat Kesimpulan
Tujuan dari membuat kesimpulan pada sebuah karya tulis ilmiah yaitu
untuk menyimpulkan suatu karya tulis ilmiah dari awal hingga akhir materi dan
untuk mengetahui gagasan apa yang dapat diambil dari materi atau isi karya tulis
ilmiah.
Manfaat kesimpulan yaitu pembaca dapat mengetahui dan memahami apa
sebenarnya yang dibahas dalam materi karya tulis ilmiah
1. Jumlah kata dalam artikel ini antara 3.000 – 10.000 kata (termasuk daftar
pustaka).
2. Melampirkan pernyataan bahwa artikel tersebut belum pernah
dipublikasikan sebelumnya, di mana pun dan dalam bentuk apapun.
3. Setiap artikel akan melalui pemeriksaan plagiarisme menggunakan aplikasi
Turnitin. Jika artikel memiliki lebih dari 40% kesamaan, artikel ini akan
dikembalikan kepada penulis.
39
4. Artikel ini disajikan dengan komponen-komponen sebagai berikut:
1. Judul:
Judul Artikel Maksimum 15 kata, diketik dengan Times New Roman
14pt, Bold, 1,15 space, Capitalize Each Word, dan tepi tengah. Nama
Penulis: Nama penulis diketik dengan Times New Roman 12pt, 1,15
space, Capitalize Each Word, tepi tengah, tanpa gelar, dan tidak boleh
disingkat. Di bawah nama ditulis nama institusi dan alamat email p
enulis yang diketik dengan Times New Roman 10pt, Italic, 1 space, Ca
pitalize Each Word, tepi tengah.
2. Abstrak:
Abstrak diketik dengan Times New Roman 10pt, Italic, 1 space,
Sentence case, tepi kanan kiri, terdiri dari 100 – 250 kata, satu paragraf,
tanpa referensi, tanpa singkatan/akronim, dan tanpa catatan kaki/footnote.
Abstrak ditulis bukan dalam bentuk matematis, pertanyaan, dan dugaan.
Abstrak berisi: tujuan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian
dan kesimpulan.
Kata Kunci: Gunakan kata-kata atau frasa yang spesifik menggambarkan
isi artikel, kata kunci dipisahkan dengan koma (,), maksimal 5 kata.
a. Pendahuluan:
Pendahuluan diketik dengan Times New Roman 12pt, Bold, 1.5 space,
UPPERCASE dan tepi kiri. Isi naskah diketik dengan Times New Roman 12pt,
1,15 space, Sentence case, dan tepi kanan kiri. Berisi latar belakang yang
diuraikan dengan state of the art, terdiri dari minimal 2 literatur/studi sebelumnya
sehingga penelitian ini dapat menunjukkan kebaruan/novelty penelitian. Penelitian
ini mampu mengatasi suatu permasalahan, urgensi dan menunjukkan rasionalitas
melalui: deskripsi kegiatan; tinjauan pustaka; rencana pemecahan masalah dan
pengembangan hipotesis; analisis GAP; solusi permasalahan; kebaruan ilmu
pengetahuan; referensi sumber primer; menguraikan tujuan dan hipotesis di akhir
pendahuluan. Rumusan masalah masuk pada pendahuluan dimana harus
dijabarkan dalam bentuk paragraf dengan dasar penelitian yang kuat.
40
b. Metode Penelitian:
Metode penelitian ini menjelaskan tentang jenis penelitian hukum, teknik
pengumpulan data, dan metode analisis data yang akan digunakan sebagai
proses/kaidah ilmiah untuk menghasilkan data/hasil penelitian.
c. Hasil Dan Pembahasan:
Analisis dan diskusi berisi uraian tentang hasil penelitian berdasarkan
masalah yang menjadi fokus penelitian. Jika dalam analisis dan diskusi ini ada
hal-hal yang perlu diklasifikasi dan diurai lebih lanjut berdasarkan masalah
penelitian, penulis dapat menggunakan/menambahkan sub-bab. Analisis dan
diskusi ini dapat dilengkapi dengan tabel, gambar, dan/atau grafik dimana
diberikan penomoran dan judul konten. Hasil analisis data harus diuraikan dengan
benar. Bagian pembahasan menyajikan hasil temuan penelitian secara logis,
mengaitkan ke sumber rujukan (jurnal nasional dan internasional) yang relevan,
analisis GAP, kebaruan/temuan ilmu pengetahuan diuraikan dengan jelas,
perbandingan hasil temuan penelitian (referensi) dengan sumber rujukan (jurnal
nasional dan internasional) yang relevan.
d. Kesimpulan:
Kesimpulannya berisi hasil/temuan dan ide/saran singkat berdasarkan
masalah yang menjadi fokus penelitian, atau hasil dari pendekatan konseptual.
Kesimpulan dibuat dalam 1 (satu) paragraf dengan menggabungkan hasil/tem
uan dan ide/saran.
e. Ucapan Terima Kasih:
Tambahkan jika diperlukan oleh penulis. Pengakuan adalah ucapan terima
kasih kepada institusi asal penulis, dan/atau institusi yang memiliki kontribusi
yang besar (baik secara moral, atau (material) terhadap tulisan penulis.
f. Daftar Pustaka:
Wajib menyertakan setidaknya 10 referensi dengan waktu publikasi
maksimal 10 tahun terakhir. Proporsi referensi setidaknya 50% berasal dari artikel
jurnal (e-ISSN), serta 50% dari sumber referensi lainnya. Jangan gunakan sumber
dengan sifat blog dan Wikipedia. Referensi ditulis sesuai dengan gaya
41
kutipan American Psychological Association (APA) Edisi 6. Semua sumber
rujukan dalam naskah harus dimasukkan di daftar pustaka, dan diurutkan sesuai
abjad. Rujukan dalam naskah harus menggunakan catatan kaki/footnote.
5. Naskah diketik dengan dalam Microsoft Office Word, ukuran kertas A4,
dengan format kertas 2,54 cm (Kiri – Atas – Kanan – Bawah), dan portrait
orientation.
42
Profil dapat diisi dengan keterangan sebagai berikut:
Profil Languange = Bisa pilih Indonesia atau English
Username* = Tentukan sendiri dan usahakan merupakan hal mudah
diingat, seperti nama. Contoh : ikramnurfuady
Password* = Kata Kunci untuk membuka akun anda, ditentukan
sendiri dan tidak dapat diberitahukan ke orang lain
Repeat Password* = Ketik ulang password sebelumnya
Validation = Ketik kode captcha sesuai pada kode angka dan huruf
yang muncul. Penulisan harus sesuai, termasuk ukuran
besar dan kecilnya.
Salutation = Nama Panggilan/Sapaan
First Name* = Ketik nama pertama kalian. Contoh : Ikram Nur Fuady,
maka tulis Ikram
43
Middle Name = Ketik nama tengah kalian. Contoh Ikram Nur Fuady,
maka tulis Nur
Last Name* = Ketik nama terkahir kalian. Contoh Ikram Nur Fuady,
maka tulis Fuady. Jika nama penulis hanya memiliki 1 suku
kata saja, maka isi first name dan last name dengan nama
yang sama. Contoh : Ardiansyah, maka tulis Ardiansyah
pada first name dan last name. Middle name dapat
dikosongkan.
Initials = Ketik insial nama penulis. Contoh : Ikram Nur Fuady,
Inisial : INF
Gender = F : Female (Perempuan) dan M : Male (Laki-Laki)
Affiliation = Ketik nama kampus penulis. Contoh : Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar
Signature = Ketik nama jurusan penulis. Contoh : Jurusan Ilmu
Hukum
Email* = Ketik email aktif penulis (harus email google)
Confirm Email* = Ketik ulang alamat email penulis
ORCID ID = Ketik nomor ORCID penulis. Bisa dikosongkan
URL = Ketik alamat website penulis. Bisa dikosongkan
Phone = Ketik Nomor telepon penulis
Fax = Ketik nomor fax penulis. Bisa dikosongkan
Mailing Address = Alamat tempat tinggal penulis
Country = Indonesia
Bio Statement = Ketik gambaran singkat tentang penulis. Contoh : Jurusan
Ilmu Hukum, Angkatan 2017. Bisa dikosongkan
Confirmation = Beri tanda check list
Working Languange = Pilih Bahasa yang dipahami. Contoh : Indonesia
Register As = Pilih peran sebagai Author (Penulis)
Langkah terakhir adalah klik Register
Catatan :
Tanda * berarti wajib diisi.
44
Tahap 3
Jika muncul tampilan seperti gambar di atas, maka anda telah berhasil
membuat akun penulis di jurnal ALDEV. Kemudian penulis dapat
memeriksa perkembangan tulisannya dengan melakukan login pada
akunnya setiap saat dan log out ketika akan keluar dari menu jurnal
ALDEV.
I. Petunjuk Submit Manuskrip Jurnal Ke Jurnal Aldev
Tahap 1
Silahkan Login ke akun anda dengan meng-klik menu LOGIN pada menu
seperti contoh gambar di atas
45
Tahap 2
Pada layar akan muncul tampilan seperti gambar di atas, kemudian pada
menu Author, pilih dan klik [New Submission]
Tahap 4
46
Pada tahap ini, penulis diminta mengisi:
Jurnal Section* = Pilih Volume dan Nomor yang terdekat
dengan waktu ujian munaqasyah anda.
Contoh Volume 2 Nomor 2 Agustus 2020
untuk ujian munaqasyah sebelum Agustus
2020. Dan seterusnya
Submission Languange* = Pilih Bahasa yang anda pahami.
Comments For Editor = Penulis dapat menuliskan pesan kepada
editor tentang tulisan manuskrip jurnal yang
akan dimasukkan. Contoh penelitian ini
merupakan penelitian pidana, dst. Harus
singkat. Bisa dikosongkan
Kemudian klik Save and Continue
Tahap 5
47
Tahap 6
48
First Name* = Ketik nama pertama kalian. Contoh : Ikram Nur Fuady,
maka tulis Ikram
Middle Name = Ketik nama tengah kalian. Contoh Ikram Nur Fuady,
maka tulis Nur
Last Name* = Ketik nama terkahir kalian. Contoh Ikram Nur Fuady,
maka tulis Fuady
Email* = Ketik email aktif penulis (harus email google)
ORCID ID = Ketik nomor ORCID penulis. Bisa dikosongkan
URL = Ketik alamat website penulis. Bisa dikosongkan
Affiliation = Ketik nama kampus penulis. Contoh : Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar
Country = Indonesia
Bio Statement = Ketik gambaran singkat tentang penulis. Contoh : Jurusan
Ilmu Hukum,
Angkatan 2017. Bisa dikosongkan
ADD AUTHOR = Jika penulis lebih dari 1 orang (tambahkan 2 orang
dengan identitas
pembimbing 1 sebagai penulis 2, dan pembimbing 2
sebagai penulis 3)
Title* = Ketik Judul Penelitian (berasal dari judul skripsi)
Abstract = Ketik Abstrak anda yang berbahasa inggris
Indexing = ketik id
Contributor and Supporting agencies = Anda bisa memasukkan nama
orang atau lembaga yang membantu
penelitian anda baik dari segi materi dan
nonmateri, seperti Beasiswa Bidik Misi
Kemendikbud atau nama pembimbing anda
References = Masukkan Daftar referensi penelitian yang ada pada
daftar pustaka
Lalu klik Save and Continue
49
Tahap 7
Pada tahap ini, penulis dapat mengupload lampiran pada penelitian penulis
dengan memilih Choose File lalu Upload. Jika penulis tidak memiliki data
lampiran, maka penulis dapat melewatinya dengan langsung meng-klik Save
and Continue.
Tahap 8
Pada tahap ini, penulis akan melihat ringkasan proses yang telah dilakukan.
Silahkan cek kembali file yang telah diupload. Jika sudah benar, maka
penulis dapat memilih Finish Submission.
50
Tahap 9
Jika muncul tampilan seperti gambar di atas, maka proses submit anda telah
berhasil dengan tanda Submission Complete. Silahkan cek tulisan anda pada
menu Active Submission.
Catatan Penting:
Tanda * = Wajib Diisi
Tulisan manuskrip jurnal akan ditolak jika :
1. Tidak sesuai template journal dan petunjuk penulisan (author
guidelines)
2. Hasil cek plagiasi menggunakan aplikasi Turnitin adalah >40%.
J. Turnitin
1. Turnitin
51
digunakan dalam penilaian formatif untuk membantu pelajar belajar bagaimana
untuk mengelakkan plagiarisme dan memperbaiki penulisan mereka.
2. Plagiat
dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain.
Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti
dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator.
1) Mengganti nama bahan tulisan dari internet atau sumber lain untuk bahan
makalah.
2) Menyalin karya tulis atau artikel dari internet, sumber on-line atau database
elektronik tanpa menyebutkan sumbernya secara utuh.
52
3) Memotong dan menempelkan lebih dari satu sumber untuk menghasilkan
karya tulis tanpa menyebutkan sumbernya.
4) Meminjam kata-kata atau ide dari sumber lain tanpa memberikan apresiasi
secara memada.
3. Fungsi Turnitin
Turnitin menyemak kandungan tidak asli dengan membandingkan hasil
kerja yang dihantar dengan beberapa pangkalan data dengan menggunakan
algoritma proprietari. Turnitin akan mengimbas pangkalan datanya sendiri dan
mempunyai perjanjian berlesen dengan beberapa pangkalan data akademik yang
lain.
Turnitin hanya alat untuk menguji kemiripan karya tulis ilmiah sehinggah
mengurangi peluang pelajar melakukan plagiasi Dalam Permendiknas No. 17
Tahun 2010, Sanksi bagi Plagiator diatur dalam Pasal 12, yaitu Bagi
Dosen/Peneliti/Tenaga Kependidikan :
• Teguran
• Peringatan tertulis
• Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan
• Penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional
53
• Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesoe/ahli
peneliti/tenaga kependidikan
• Pemberhentian dg hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan
• Pemberhentian tidak dengan hormat dari status
sebagaidosen/peneliti/tenaga kependidikan;atau
• Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan
4. Langkah Turnitin
File karya ilmiah yang diunggah dalam format Microsoft Word (file
dengan ekstensi doc, docx) atau file format PDF, dan bukan merupakan hasil
scan.
54
Contoh hasil turnitin:
55
5. Warna Merah (Similarity Indek 75 % – 100 %)
Maksimal 24% kemiripan yang dapat diperoleh agar dapat lolos dalam
turnitin dengan kata lain seyogiyanya dalam penulisan karya ilmiah kita harus
berusaha keras untuk tidak melakukan plagiasi karya tulis orang lain. Sebisa
mungkin mencantumkan sumber darikutipan yang dimasukkan dalam karya tulis
ilmiah.
56