Anda di halaman 1dari 58

MODUL PENULISAN KARYA ILMIAH DAN

JURNAL MAHASISWA

Oleh:
Feby Resky Utami, S.H
Nur Asmi, S.H
Aulia Fajriani K, S.H
Miftahul Chaer Amiruddin, S.H
Nur Indah Sari Putri B, S.H
Ardi, S.H
Irfan Sabri Hamzah, S.H
Iot Wiwiq Harpikasari, S.H
Andi Firdaus, S.H
Akbar, S.H

JURUSAN ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
DAFAR ISI

A. Menentukan Masalah.........................................................1

B. Judul Penelitian.............................................................5

C. Menentukan Teori.........................................................11

D. Menyusun Metode Penelitian.........................................19

E. Menyusun Pembahasan..................................................30

F. Kesimpulan....................................................................38

G. Tata Cara Pembuatan Jurnal.........................................39

H. Petunjuk Pembuatan Akun Di Jurnal Aldev..................42

I. Petunjuk Submit Manuskrip Jurnal Ke Jurnal Aldev....45

J. Turnitin.........................................................................41

ii
A. Menentukan Masalah

Hukum merupakan sebuah sistem yang sangat kompleks. Keterkaitan


antara satu unsur dalam sebuah sistem tidak dapat dipisahkan. Sebuah sistem
mengharuskan segala sesuatu menjadi saling keterkaitan. Unsur yang satu akan
mempengaruhi unsur yang lainnya. Sebuah sistem tidak akan berjalan jika di
antara unsur tidak terjadi sinkronisasi, koordinasi dan harmonisasi.

Hukum adalah hasil dari kekuatan sosial dan alat kontrol sosial dalam
kehidupan bersama dalam suatu negara. Hukum pada dasarnya tidak steril dari
subsistem kemasyarakatannya. Politik sering kali melakukan intervensi atas
perbuatan dan pelaksanaan hukum.

Jika ada pertanyaan demikian atau yang mempertanyakan hubungan


kausalitas antara hukum dan politik atau pertanyaan tentang apakah hukum
mempengaruhi politik ataukah politik yang mempengaruhi hukum,4 maka paling
tidak ada tiga macam jawaban dapat menjelaskannya. Pertama, hukum determinan
atas politik dalam arti bahwa kegiatan-kegiatan politik dan harus tunduk pada
aturan-aturan hukum. Kedua, politik determinan atas hukum karena hukum
merupakan hasil dari kehendak-kehendak politik yang saling berinteraksi dan
saling bersaingan. Ketiga, politik dan hukum sebagai subsistem kemasyarakatan
berada pada posisi yang sederajat determinasinya seimbang antara yang satu
dengan yang lainnya.

Menurut Soerjono Soekanto , hukum mempunyai tiga dimensi, yaitu


sebagai nilai, kaedah dan perikelakuan. Oleh karena itu maka hukum dapat dilihat
dan dikaji dari berbagai sudut. Hukum sebagai nilai, maka dikaji oleh filasafat
hukum dan politik hukum. Hukum sebagai kaedah dipelajari oleh ilmu hukum.
Sedangkan hukum sebagai perilaku dipelajari oleh Sosiologi Hukum, antropologi
hukum dan psikologi hukum. Lebih lanjut menurut Soerjono Soekanto4 , dengan
metode sejarah, ditelitilah perkembangan hukum dari awal sampai terjadinya
himpunan kaidah-kaidah hukum tertentu. Kemudian hukum tadi
dibandingbandingkan dengan hukum yang berlaku di masyarakat-masyarakat

1
lainnya, untuk mendapatkan persamaan dan perbedaan. Itu semua, merupakan
obyek penelitiandari sejarah hukum dan ilmu perbandingan hukum. Ilmu hukum
juga meneliti aspek-aspek yang tetap dari suatu struktur hukum, aspek-aspek
mana dapat dianggap sebagai inti atau dasar dari hukum.

Pada hakekatnya hukum merupakan salah satu produk manusia dalam


membangun dunianya, yang bisa dicermati atau ditelaah melalui interaksi yang
berlangsung di masyarakat. Seperti kata Cicero, Ubi Societes Ibi Ius (di mana ada
masyarakat, di sana ada hukum).

Hukum yang terbentuk itu kemudian dijadikan sebagai kontrol sosial di


masyarakat tersebut. Hukum sebagai kontrol sosial merupakan aspek yuridis
normatif dari kehidupan sosial masyarakat atau dapat disebut sebagai pemberi
definisi dari tingkah laku yang menyimpang serta akibat-akibatnya seperti
perintah-perintah dan larangan-larangan.1

Sebelum merumuskan masalah hukum terlebih dahulu harus


menguraikan penyusunan fakta-fakta dalam penelitian yang memuat informasi
mengenai hukum positif yang relevan untuk penanganan persoalan dan hasil
analisis, penyimpulan pendapat tentang status dan kedudukan kasus tersebut,
ditinjau dari aturan-aturan hukum positif.

Apabila masalah hukum tersebut, memiliki lebih dari satu persoalan


hukum atau suatu persoalan hukum, ternayat dapat dipilah-pilah menjadi beberapa
sub masalah, maka sebaiknya mempunyai gambaran yang jelas dan rinci tentang
apa yang menjadi masalah pokok dan apa yang menjadi sub-sub masalahnya.
Kejelasan rumusan masalah akan menjadi pedoman dalam menjaga konsistensi
dalam mencari sumber-sumber hukum positif yang relevan dengan rumusaan
masalah dan dalam membatasi penyusunan pendapat hukum atau legal opinion
khusus untuk menjawab persoalan-persoalan yang relevan.2

Dalam proses penulisan karya ilmiah sesungguhnya penulis dituntut

1
2 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.108-109

2
untuk melaksanakan dua tahap pekerjaan, pertama yaitu tahap penulis
mengolah gagasan dalam pikirannya dengan mencari dan membaca buku buku
referensi bahkan boleh jadi harus berdiskusi dengan teman sejawatnya untuk
menemukan bentuk yang jelas dari gagasan nya tersebut. Kedua yaitu tahap
saat penulis karya ilmiah tersebut menuangkan ide atau gagasan dalam
tulisannya.
Proses kerja antara tahap pertama dan kedua berlangsungnya sangat
beragam antara penulis satu dengan yang lain , hal ini sangat dipengaruhi oleh
pengalaman dan kebiasaan masing masing penulis. Meskipun demikian namun
proses kedua tahap tersebut harus tetap terpadu dan runtut ( sistematik ),
sehingga dapat memberikan kejelasan mengenai isi pokok dari karya ilmiah
tersebut. Kesemuanya ini sangat dipengaruhi juga oleh kemampuan kita (
penulis ) dalam mencari dan merumuskan permasalahan dengan jelas dan
spesifik.
Penulisan karya tulis ilmiah merupakan kegiatan yang sistematis dan
disiplin sehingga penulis diharapkan dapat menjawab dan memecahkan
permasalahan tertentu yang diajukan. Permasalahan dalam karya tulis ilmiah
merupakan unsur yang sangat penting , karena pentingnya permasalahan yang
harus diajukan dalam suatu karya ilmiah , maka kita harus dapat mencari ,
mengidentifikasi maupun merumuskan kedalam rumusan yang jelas dan
spesifik. Rumusan masalah dalam suatu karya ilmiah yang jelas dan spesifik
sangat mutlak diperlukan , agar permasalahan tersebut mampu memberi arah
pada seluruh alur pikir kita ( penulis ). Oleh sebab itulah kiranya sangat
penting bagi setiap karya ilmiah untuk memiliki rumusan masalah yang jelas
dan spesifik.

Perlu diketahui bahwa memilih, mengidentifikasi dan merumuskan


sebuah masalah untuk sebuah karya ilmiah memang bukanlah merupakan
pekerjaan yang mudah. Pada tingkat inilah para penulis muda ( pemula ) yang
akan membuat karya ilmiah banyak mengalami kesulitan. Sering terjadi
bahwa para penulis pemula mengajukan suatu rumusan masalah kurang atau

3
bahkan tidak relevan dengan judul karya ilmiah yang dibuatnya. Akibatnya hal
hal yang sebenarnya bukan masalah dianggapnya sebagai masalah,sedangkan
hal hal yang sebenarnya merupakan masalah menarik dan cukup pelik untuk
dikaji justru terlepas dari pengamatannya sehingga tertinggal dan tidak
terumuskan sama sekali. Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam
merumuskan masalah yaitu “Apa sebenarnya yang dianggap sebagai masalah
dalam setiap karya ilmiah?”. Sesuatu dapat dianggap sebagai masalah dalam
sebuah karya ilmiah, jika sesuatu itu merupakan gejala atau kondisi yang tidak
sesuai dengan apa yang seharusnya .( Suyanto;1988;10 ). Atau dengan kata lain
bahwa masalah merupakan kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa
yang ada pada saat sekarang ,atau pada saat penelitian itu dilaksanakan. Kiranya
inilah yang dapat dijadikan rambu rambu yang mudah digunakan untuk melihat
kembali apakah masalah yang dirumuskan dalam karya ilmiahnya sudah
memang benar benar merupakan masalah . Jika dari rumusan masalah itu tidak
tercermin adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dengan apa yang
ada (fakta yang ada) saat sekarang jelas rumusan tersebut tak dapat diberi
sebutan sebagai masalah yang harus dijawab melalui kajian / telaah ilmiah.
Kemudian dari mana kita dapat memperoleh masalah yang akan kita kaji?
Masalah masalah yang akan kita kaji sudah barang tentu tidak datang dengan
sendirinya tetapi masalah itu harus kita cari, kita identifikasi dan akhirnya baru
kita rumuskan secara jelas, tegas dan spesifik. Cara yang mudah untuk
memperoleh / mencari masalah adalah dengan cara melihat, membaca dan
mengkaji teori, sebab dari teori kita dapat memperoleh masalah masalah yang
layak untuk dikaji.dengan penguasaan berbagai teori dalam bidang keahlian kita
masing masing , kita akan dapat melakukan diskripsi, prediksi (ramalan ) maupun
kontrol terhadap berbagai gejala yang kita hadapi. Karena dengan penguasaan
berbagai teori dapat menyebabkan wawasan berfikir kita

4
B. Judul Penelitian
Judul penelitian merupakan bagian yang dicantumkan pada bagian paling
awal penelitian. Namun kenyataan yang sebenarnya, menurut logika penelitian
dan penyusunan suatu penelitian, seorang peneliti terlebih dahulu
mengidentifikasi, menetapkan dan merumuskan permasalahan penelitian yang
mungkin dan layak untuk diteliti. Sehingga penetapan judul penelitian, akan
memungkinkan untuk dilakukan, setelah rumusan masalah penelitian itu
diketahui.

Masalah penelitian merupakan fokus perhatian awal dalam suatu


penelitian. Demikian, masalah yang muncul dalam pikiran peneliti berdasarkan
penelaahan situasi yang meragukan (a perplexing situation) dapat dianggap
sebagai titik sentral dari keseluruhan penelitian. Setelah merumuskan suatu
masalah, peneliti dapat menetapkan hipotesis penelitian.

1. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari Bahasa Yunani:

hypo = sebelum;

thesis = pernyataan

Proses menyusun landasan teori juga merupakan langkah penting untuk


membangun suatu hipotesis. Landasan teori yang dipilih haruslah sesuai dengan
ruang lingkup permasalahan. Landasan teoritis ini akan menjadi suatu asumsi
dasar peneliti dan sangat berguna pada saat menentukan suatu hipotesis penelitian.
Peneliti harus selalu bersikap terbuka terhadap fakta dan kesimpulan terdahulu
baik yang memperkuat maupun yang bertentangan dengan prediksinya. Jadi,
dalam hal ini telaah teoritik dan temuan penelitian yang relevan berfungsi
menjelaskan permasalahan dan menegakkan prediksi akan jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan penelitian.

5
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa
yang kita cari atau ingin kita pelajari. Hipotesis adalah keterangan sementara dari
hubungan fenomena-fenomena yang kompleks. Oleh karena itu, perumusan
hipotesis menjadi sangat penting dalam sebuah penelitian.

Hipotesis ada dua jenis yaitu:

a. Ho adalah hipotesis ditolak

b. H1 adalah hipotesis diterima (biasa dikatakan sebagai hipótesis penelitian)


Namun, tidak setiap penelitian menggunakan hipotesis.

Hipotesis Penelitian:

a. Merupakan suatu pernyataan sementara atau dugaan jawaban yang paling


memungkinkan walaupun harus dibuktikan dengan penelitian.

b. Hipotesis merupakan anggapan sementara tentang suatu fenomena tertentu


yang akan diselidiki.

c. Kegunaannya untuk membantu peneliti agar proses penelitiannya lebih terarah


dan mencapai hasil penelitiannya.

d. Tidak semua penelitian menggunakan hipotesis, khususnya yang menggunakan


desain deskriptif, desain eksploratori dan penelitian kualitatif.

e. Dirumuskan dalam bentuk kalimat pernyataan.

f. Sudah mengarah (bagaimana bentuk perbedaan atau hubungan yang


dipermasalahkan).

g. Banyaknya sesuai dengan kerangka berpikir dan rumusan masalah, tanpa kata
‘diduga’.

Manfaat Hipotesis Penetapan hipotesis dalam sebuah penelitian


memberikan manfaat sebagai berikut:

6
1. Memberikan batasan dan memperkecil jangkauan penelitian dan kerja
penelitian.

2. Mensiagakan peneliti kepada kondisi fakta dan hubungan antar fakta, yang
kadangkala hilang begitu saja dari perhatian peneliti.

3. Sebagai alat yang sederhana dalam memfokuskan fakta yang berceraiberai


tanpa koordinasi ke dalam suatu kesatuan penting dan menyeluruh.

4. Sebagai panduan dalam pengujian serta penyesuaian dengan fakta dan antar
fakta.

Oleh karena itu kualitas manfaat dari hipotesis tersebut akan sangat
tergantung pada:

1. Pengamatan yang tajam dari si peneliti terhadap fakta-fakta yang ada.

2. Imajinasi dan pemikiran kreatif dari si peneliti.

3. Kerangka analisa yang digunakan oleh si peneliti.

4. Metode dan desain penelitian yang dipilih oleh peneliti.

Hipotesis Penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian, karena


dapat menghubungkan antara teori dan observasi dan sebaliknya. Hipotesis ini
harus disusun sebelum pengumpulan data, karena dua alasan yaitu:

1. Suatu hipotesis yang baik menunjukkan bahwa penelitian mempunyai


pengetahuan yang cukup luas tentang apa yang akan ditelitinya.

2. Hipotesis memberikan petunjuk tentang cara pengumpulan data yang


diperlukan dan interprestasinya. Dengan demikian tidak akan terjadi
pemborosan waktu yang sia-sia dalam pelaksanaan penelitian.

Dalam penelitian yang bersifat eksperimental, biasanya terdapat hipotesis


yang merupakan prediksi tentang hasil yang akan diperoleh dengan jalan
eksperimentasi itu. Dalam penelitian deskriptif, biasanya hanya akan diteliti

7
tentang keadaan sesuatu, sehingga tidak perlu diadakan prediksi tentang hasil
hubungan dua atau lebih variabel.

Kegunaan Hipotesis

1. Merupakan suatu keterangan tentatif tentang suatu Penomena, dan


memungkinkan orang untuk memperluas pengetahuan tentang suatu bidang
tertentu, karena dapat diuji melalui cara ilmiah.

2. Menentukan macam atau jenis data yang perlu dikumpulkan dan cara
pengumpulannya.

3. Merupakan kerangka peloporan kesimpulan hasil penelitian.

Hipotesis yang baik mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.

1. Mempunyai kekuatan untuk diterapkan.

2. Menunjukkan hubungan antara paling tidak dua variabel.

3. Harus dapat diuji kebenaranya.

4. Harus konsisten dengan kerangka teori dan kerangka berfikir yang ada.

5. Sedapat mungkin harus dirumuskan sesederhana dan sesingkat mungkin.

Bentuk hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah


Penelitian.

1. Hipotesis penelitian; dirumuskan secara naratif berdasarkan kerangka


berpikir penelitian & landasan teori yang telah dipilih.

2. Hipotesis statistik; dirumuskan secara matematis dalam bentuk dua kalimat


matematika.

2. Rancangan Judul Penelitian

Menetapkan judul penelitian, paling tidak harus mengikuti kaidah umum


gambaran prosedur pelaksanaan penelitian. Dalam penyajian laporan penelitian,
judul yang ditempatkan pada bagian paling awal penelitian, dituliskan mengikuti

8
pembatasan masalah yang ditetapkan. Judul mencerminkan topik dan isi dari
penelitian. Oleh karena itu, judul penelitian tidak harga mati. Selama proses
penyusunan proposal atau proses penelitian berlangsung, sangatlah mungkin
terjadi perubahan redaksional pada suatu judul penelitian. Bahkan, dalam judul
laporan sebaiknya sudah mengambarkan apa yang telah diteliti. Pemilihan topik
atau lebih konkritnya judul, akan menggambarkan tingkat kedalaman dan cakupan
dari sebuah penelitian yang akan dibahas.

Bagi pembaca, judul akan dianggap mewakili bobot sebuah hasil


penelitian yang akan ditulis, bahkan merupakan gambaran mutu tulisan yang akan
digarap. Penetapan judul pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara, yakni:

a. jika penelitian itu bersifat kualitatif, judul bisa dirumuskan dari intisari hasil
temuan yang telah ada;

b. sebaliknya jika penelitian itu bersifat kuantitatif, maka judul telah ditentukan
secara deduktif dan menggambarkan masalah yang akan diteliti.

Apapun proses penetapan judul yang dilakukan (induktif atau deduktif)


maka hendaknya judul jangan terlalu luas cakupannya atau sebaliknya tidak
terlalu sempit. Judul yang terlalu luas, misalnya, “Pengaruh kenaikan harga BBM
terhadap kehidupan masyarakat”. Judul tersebut menunjukkan cakupan yang
sangat luas yaitu dengan banyaknya faktor-faktor yang berperan atau
berpengaruh. Demikian juga sebaiknya judul penelitian jangan bersifat simbolik,
terlalu abstrak atau mungkin puitis. Misalnya judul “Masjid dan Pasar”, mungkin
maksudnya dialektika antara moralitas dan sistem perdagangan bebas, tetapi judul
semacam ini, disamping terlalu simplistik juga terlalu luas. Judul yang baik, diluar
memperlihatkan korelasi antara variabel secara jelas, juga, mencerminkan arah
penelitian yang akan dilakukan.

Judul yang terlalu sempit seperti “Pengaruh Motivasi Belajar Siswa


terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Satu Sekolah Mengah Atas Negeri 205 di
Jakarta. Judul semacam ini disamping terlalu sempit cakupannya, juga tidak
problematik sebagai bahan penelitian. Tanpa penelitian pun sudah diketahui

9
bahwa Motivasi belajar yang tinggi akan memiliki pengaruh positif atas hasil
belajar siswa. Jadi, dalam pembuatan judul, di luar harus diperhatikan
cakupannya, yang lebih penting adalah:

a. apakah judul yang ditetapkan telah mencerminkan masalah yang


menggambarkan pentingnya penelitian dilakukan;

b. judul yang dipilih hendaknya memiliki signifikansi sebagai karya ilmiah: baik
dilihat dari segi kebutuhan akademis (menjanjikan temuan teoritis) maupun
dari segi praktis (sebagai problem solving).

Jangan sampai sebuah penelitian, tidak atau kurang memberikan suatu


nilai atas kontribusi baik dalam wacana pemikiran ataupun deskripsi empiris yang
membutuhkan verifikasi kajian. Sejarah pendidikan misalnya. Judul disertasi:
“Pendidikan Dengan Metode Konvensional Suatu Kajian Sejarah Tentang
Perjalanan dan Pengaruhnya pada Abad Pertengahan Pertama Abad XX”,
misalnya meskipun kajian seperti ini masih juga ada gunanya tetapi bobot
kebutuhan informasi yang dijanjikan kurang memuat tema itu menantang atau
urgen. Dengan kata lain, judul harus singkat, memikat, informatif, menjanjikan
tema-tema aktual dalam bidangnya, dan disampaikan dalam bahasa yang jernih.

Penulisan judul penelitian sebaiknya menggunakan: pernyataan singkat


(maksimal 20 kata), dan jelas artinya mencerminkan variabel dan materi yang
diteliti dengan lokasi dan waktu penelitian. Sebaiknya tidak diawalai dengan kata
kerja. Secara umum, kriteria judul yang baik adalah:

a. Topik yang diteliti mengandung masalah yang tidak terlalu luas dan tidak
terlalu sempit. Lebih baik kalau topik yang diajukan lebih spesifik, menarik,
dan aktual secara akademik dan secara praktis.

b. Belum banyak diteliti orang lain. Kalaupun sudah ada penelitian lain,
seharusnya studi ini mengambil sisi lain, sisi tertentu, yang selama ini tidak
memperoleh perhatian.

10
c. Diungkapkan dalam kalimat yang simpel, tetapi mampu menunjukkan dengan
jelas independent variable dan dependent variable-nya.

d. Judul harus dapat menunjukkan problematik yang terkandung di dalam tema


yang akan diteliti.

e. Sebaiknya judul dibuat dengan kalimat ganda. Kalimat pertama bersifat


umum yang kemudian diikuti dengan ungkapan yang menunjukkan fokus
persoalan yang dikaji. Dalam kaitan ini, harus dihindari ungkapan/kalimat yang
mengesankan sifat ekstrim atau berlebihan.

C. Menentukan Teori

1. Pengertian Teori

Dalam sebuah karya tulis ilmiah teori merupakan salah satu unsur yang
sangat penting dalam sebuah penelitian. Sebab, teori dengan unsur ilmiah inilah
yang menjelaskan kejadian atau fenomena sosial yang dijadikan pusat perhatian
atau acuan ketika akan melakukan suatu penelitian didalam sebuah karya tulis
ilmiah atau skripsi. Bangunan yang kuat adalah sebuah bangunan yang
mempunyai pondasi yang kuat, nah begitu pula didalam penulisan karya tulis
ilmiah. Jika tidak memiliki landasan toeri maka penelitian dan metode yang
digunakan tidak akan berjalan lancar.

Menentukan teori apa yang akan digunakan untuk mengeksplorasi


rumusan masalah merupakan salah satu komponen penting dalam kegiatan
penelitian. Hal ini dapat dimengerti, karena “teori dalam penelitian hukum
sebenarnya merupakan jawaban konseptual dari rumusan masalah penelitian”. 3
Lebih dari itu, “teori bukan saja membantu menjawab pertanyaan apa karakteristik
suatu fenomena tertentu, melainkan juga menjawab pertanyaan mengapa dan
bagaimana hubungan antara suatu fenomena dan fenomena lain”. 4 Singkatnya,
teori dijadikan sebagai pisau analisis dalam menjawab masalah hukum.

3
M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,
2007), h.61.
4Ulber Silalahi, Metode Penelitian Sosial, (Bandung: Refika Aditama, 2012), h. 91-92

11
Oleh karena itu, keberadaan teori sangat penting dalam penelitian hukum.
Pentingnya teori dalam sebuah penelitian hukum ini ditegaskan oleh Satjipto
Rahardjo bahwa “teori dalam penelitian hukum sangat diperlukan untuk membuat
jelas nilai-nilai oleh postulat-postulat hukum sampai kepada landasan filosofisnya
yang tertinggi”.5

Menurut Djojosuroto Kinayati & M.L.A Sumaryati, Teori adalah


serangkaian asumsi, konsep, konstruk, dan proposisi untuk menerangkan suatu
fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep. Menurut Jonathan Turner menyatakan bahwa teori dalam ilmu sosial
adalah penjelasan sistematis tentang hukum-hukum dan kenyataan-kenyataan
yang dapat diamati, yang berkaitan dengan aspek khusus dari kehidupan manusia.

Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang


berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan
antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena.6.Rumusan ini mengandung 3 hal, pertama, teori merupakan
serangkaian proposisi yang terdiri atas variabel-variabel yang terdefenisikan dan
saling berhubungan. Kedua, teori menyusun antar hubungan seperangkat variabel
dan dengan demikian merupakan suatu pandangan sistematis mengenai fenomena-
fenomena yang dideskripsikan oleh variabel-variabel itu. Ketiga, suatu teori
menjelaskan fenomena dengan cara menunjuk secara rinci variabel-variabel
tertentu yang berkaitan dengan variabel-variabel tertentu lainnya. 7

Soerjono soekanto mengajukan kriteria teori yang ideal seperti yng


dikemukakan oleh James A. Black & Dean J. Champion, sebagai berikut: 8

1. suatu teori secara logis harus konsisten; artinya tidak ada hal-hal yang saling
bertentangan di dalam kerangka yang bersangkutan;

5Satjipto
Rahardjo, llmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), h. 253-254.
6
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung; Alfabeta, 2016,
h. 79.
7
Amiruddin, H. Zainal Asikin, pengantar metode penelitian hukum, Depok; Rajawalai
Pers, 2018, h. 43
8
Soerjono Soekanto, pengantar penelitian hukum, UI-Perss, Jakarta, 1986, h.123-124

12
2. suatu teori dari pernyataan-pernyataan mengenai gejalah-gejalah tertentu,
pernyataan-pernyataan mana mempunyai interrelasi yang serasi
3. pernyataan-pernyataan di dalam suatu teori, harus dapat mencakup semua
unsur gejalah yang menjadi ruang lingkupnya, dan masing-masing bersifat
tuntas;
4. tidak ada pengulangan ataupun duplikasi di dalam pernyataan-pernyataan
tersebut.
5. suatu teori harus dapat diuji di dalam penelitian, mengenai hal ini ada
asumsi-asumsi tertentu, yang membatasi diri dari pernyataan, bahwa
pengujian tersebut senantiasa harus bersifat empiris.

Fungsi teori

Teori yang digunakan didalam penelitian memiliki beberapa fungsi, yaitu


diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Berfungsi untuk meringkas dan juga menyusun pengetahuan yang ada


didalam suatu bidang tertentu.
2. Berperan untuk memberikan keterangan secara sementara tentang peristiwa
dan juga hubungan-hubungan yang sedang diamati. Hal tersebut dilakukan
dengan cara memberikan variabel-variabel yang saling berhubungan satu
sama lain.
3. Berfungsi untuk merangsang adanya perkembangan pengetahuan baru
dengan cara memberikan arahan ke penyelidikan yang selanjutnya.

Kegunaan teori dalam penelitian

Sugiyono berpendapat bahwa dalam penelitian, landasan teori perlu


ditegakkan agar penelitian itu memiliki dasar yang kokoh, dan bukan sekedar
perbuatan coba-coba (trial and error). Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh
karena itu semua peneliti harus berbekal teori.

Dalam sebuah penelitian, teori yang digunakan harus sudah jelas karena
fungsi teori dalam sebuah penelitian menurut Sugiyono adalah sebagai berikut:

13
1. Teori digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau
konstruk variabel yang akan diteliti.

2. Untuk merumuskan hipotesis dan menyusun instrumen penelitian

3. Memprediksi dan membantu menemukan fakta tentang sesuatu hal yang


hendak diteliti.9

Setiap penelitian tidak akan pernah meninggalkan teori-teori yang


mendukung atau relevan dengan topik tulisan yang bersangkutan. Teori ini
bermanfaat untuk memberikan dukungan analisis terhadap topik yang sedang
dikaji dan dapat memberikan bekal kepada kita apabila akan mengemukakan
hipotesis dalam tulisannya. Hipotesis ini dapat dipakai sebagai tolak ukur
sekaligus tujuan dari penelitian yang bersangkutan dalam bentuk pembuktian dan
yang kemudian tertuang dalam kesimpulan.

Dalam penelitian kuantitatif teori yang digunakan harus sudah jelas,


karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti,
sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan berbagai referensi untuk
menyusun instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal
penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai. Dalam
penelitian kuantitatif, peneliti sering kali menguji berbagai teori untuk menjawab
rumusan masalah yang dibuat. Teori dalam penelitian kuantitatif diletakkan dalam
awal penelitian. Dalam penelitian kualitatif, penggunaan teori lebih bervariasi
lagi. Bahkan peniliti kualitatif dapat mengembangkan suatu teori dari hasil
penelitiannya dan meletakkan teori tersebut di akhir proyek penelitiannya. Namun
dapat juga teori ini muncul di awal penelitiannya sebagai pendangan yang
nantinya dapat membentuk apa yang ada dilapangan dan apa yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitiannya. Sedangkan dalam penelitian campuran,
peneliti menguji atau justru membuat suatu teori pada suatu perspektif teori.

9
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta. 2010, h.57

14
Perbandingan Antara Penggunaan Teori sebagai “Pisau Analisi”yang
menggunakan Logika Deduktif dan Logika Induktif.

TEORI

HUKUM

Grounded logika Logika teori sebagai


theory induktif deduktif pisau Analisi

FAKTA

EMPIRIS

Teori digunakan
untuk menyusun
TEORI HUKUM
hipotesis

HIPOTESA
Hipotesis diuji
melalui observasi

OBSERVASI

hasilnya akan
menyumpulkan
teori ditolak atau
diterima
OBSERVASI OBSERVASI

15
a) Teori Sebagai Pisau Analisis
1. Yaitu teori yang digunakan untuk dijadikan panduan dalam melakukan
analisis, dengan memberikan penilaian (preskripsi) terhadap temuan fakta
atau peristiwa hukum yang ada sudah sesuai dengan teori atau tidak.
2. Cara penggunaan teori semacam ini dilakukan dengan menggunakan logika
deduktif.
3. Dalam penelitian hukum, cara penggunaan teori ini tepat untuk tipe
penelitian hukum normatif, walaupun dapat juga digunakan dalam
penelitian empiris.
b) Teori sebagai Temuan Penelitian (Grounded Theory)
1. Teori dibangun dari data yang berupa temuan fakta-fakta hukum berdasarkan
observasi langsung ke lapangan atau dengan istilah teoretisasi data.
2. “Teori” awal yang digunakan hanya sebagai rujukan, namun tidak ada
pengaruhnya terhadap hasil penelitian.
3. Cara penggunaan teori semacam ini dilakukan dengan menggunakan logika
deduktif.
4. Dalam penelitian hukum, cara penggunaan teori ini tepat untuk tipe penelitian
yuridis empiris.
c) Teori sebagai Alat Uji
1. Teori digunakan untuk menyusun Hipotesis yang selanjutnya akan diuji
dengan fakta-fakta dilapangan, apakah teori ituditolak atau diterima.
2. Kebenaran teori yang digunakan hanya bersifat tentative, dan kebenaran
yang sesungguhnya adalah kebenaran terakhir berdasarkan fakt-fakta untuk
memperbaharui atau menegaskan teori lama.
3. cara penggunaan teorise macam ini dilakukan dengan menggunakan logika
deduktif dalam penelitian hukum, cara penggunaan teori ini tepat untuk tipe
penelitian yuridis empiris.

Di dalam penelitian hukum kerangka teori atau kerap disebut juga


dengan landasan teori sebenarnya merupakan jawaban konseptual dari
rumusan masalah penelitian. Meskipun kerangka teori dan landasan teori secara

16
istilah adalah sama yaitu menggunakan teori sebagai basisnya, namun
terdapat perbedaan dalam operasionalisasinya. Landasan teori bermakna
penjelasan teoritis tentang isu hukum yang hendak dijawab dengan
menggunakan teori-teori hukum yang telah ada, seperti teori negara hukum,
teori konstitusi, teori perlindungan hukum, teori pertanggung jawaban
pidana, teori kepastian hukum, teori pemidanaan, teori efektivitas hukum,
teori legislasi, teori pluralisme hukum, teori kesadaran hukum, teori
penyelesaian sengketa, dan teori-teori lain yang diajarkan oleh para ahli
terkemuka. Teori-teori hukum tersebut dijadikan sebagai landasan teoritis untuk
membedah masalah hukum yang diajukan oleh peneliti dalam penelitian
hukumnya.

Sementara “kerangka teori adalah penjelasan rasional dan logis yang


diberikan oleh seorang peneliti terhadap pokok atau objek penelitiannya.
Kerangka teori muncul jika tidak ada teori hukum yang khusus dipakai dalam
penelitian, akan tetapi tidak ada teori hukum tidak berarti penelitian hukum boleh
berhenti”.10 Mahasiswa hukum boleh membangun kerangka teori. Syaratnya,
mahasiswa membangun teori dari berbagai teori hukum yang relevanuntuk
menjelaskan isu hukum. Sebagai contoh, mahasiswa hendak meneliti
“Penerapan Pidana Kerja Sosial Sebagai Alternatif Pengganti Pidana Denda
Yang Tidak Dibayar Oleh Terpidana Korupsi”, maka kerangka teori yang dapat
dibangun mahasiswa adalah merangkai konsep-konsep teoritis tentang tujuan
pemidanaan, stelsel pemidanaan, atau efektifitas pemidanaan dihubungkan
dengan tindak pidana korupsi.

Kerangka teori akan membantu peneliti untuk memberikan arah dalam


usaha memecahkan masalah dalam penelitian itu. Namun demikian,
pemecahan masalah ini bersifat teoritis sehingga masih diperlukan
pengujianya dalam kenyataaan hukum dimasyarakat. Suatu kerangka teori
harus disusun secara logis dan konsisten, artinya tidak ada hal-hal yang

10M. Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada,


2007), h.62.

17
bertentangan di dalam kerangka teori yang bersangkutan. Teori berisi
pernyataan-pernyataan mengenai gejala tertentu dan pernyataan ituharus
dapat diuji dalam kenyataaan hukum di masyarakat.

Kerangka teoritis bagi suatu penelitian mempunyai beberapa kegunaan


sebagaimana dinyatakan Soerjono Soekanto, yakni: “(a) teori berguna untuk lebih
mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji
kebenarannya; (b) teori berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta,
membina struktur konsep-konsep serta memperkembangkan defenisi-defenisi; (c)
teori biasanya merupakan suatu ikhtisar dari pada hal-hal yang telah diketahui
serta diujikebenarannya yang menyangkut objek yang diteliti; dan (d) teori
memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah
diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor tersebut
akan timbul lagi pada masa-masa mendatang”11

Dengan posisi yang demikian, dapat dikatakan bahwa teori-teori dalam


lapangan ilmu hukum diperlukan dalam suatu penelitian hukum karena ia
membantu mahasiswa untuk menentukan apa yang akan diukur dari objek
penelitian. Teori juga menjadi perlu karena teoribisa menjelaskan pemahaman
mahasiswa tentang objek penelitiannya. Semakin paham mahasiswa tentang objek
penelitiannya, semakin menyeluruh dia bisa menulis teori. Semakin menyeluruh
teori yang bisa ditulisnya, semakin lengkap apa yang dihasilkan untuk diukur
dalam suatu penelitian. Lebih dari itu, mahasiswa harus menjelaskan basis
argumentasi teoritisnya mengapa dia menggunakan teori-teori hukum tersebut.

Terdapat beberapa hal yang perlu untuk diperhatikan oleh seorang peneliti
dalam menyusun landasan teori, diantaranya yaitu:

1. Sebaiknya kerangka teori memakai acuan yang berkaitan dengan masalah


yang sedang diteliti serta acuan-acuan yang berisi hasil penelitian
sebelumnya (dapat disajikan pada Bab II atau dibuatkan sub bab sendiri).

11Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta: UI Press, 1986), h. 121.

18
2. Cara penulisan dari sub bab sub bab yang lain harus tetap mempunyai
hubungan yang jelas serta memperhatikan aturan pada penulisan pustaka.
3. Untuk mendaptkan hasil penelitian yang baik, studi pustaka perlu memenuhi
prinsip kemutakhiran dan keterkaitan dengan masalah penelitian. Jika
memakai literatur dengan beberapa edisi, maka yang dipakai yaitu buku
yang edisi terbaru. Apabila referensi tidak terbit lagi, maka referensi
tersebut merupakan terbitan terakhir. Untuk yang memakai jurnal sebagai
referensi, pembatasan tahun penerbitan tidak berlaku.
4. Dengan banyaknya sumber bacaan, maka membuat kualitas penelitian yang
dilakukan menjadi semakin baik, terlebih sumber bacaan yang terdiri dari
teks book atau sumber lainnya congoh jurnal, koran, artikel dari majalah,
internet dan yang lainnya.
5. Podoman kerangka teori tersebut berlaku untuk jenis penelitian apapun.
6. Teori tidaklah sebuah pendapat pribadi (kecuali pendapat itu telah tertulis
dalam buku)
7. Untuk penelitian korelasional pada akhir kerangka teori disajikan model
teori, model konsep (jika dibutuhkan) dan model hipotesis pada sub bab
tersendiri, namun untuk penelitian studi kasus cukup dengan menyusun
model teori dan juga memberikan keterangan. Model teori yang dimaksud
yaitu merupakan kerangka pemikiran seorang penulis dalam penelitian yang
dilakukan. Kerangka tersebut bisa berupa kerangka ahli yang telah ada,
ataupun kerangka menurut teori pendukung yang sudah ada. Kerangka teori
yang telah disajikan dalam suatu skema, perlu dijabarkan apabila dianggap
perlu memberi sebuah batasan, maka asumsi-asumsi perlu dicantumkan.

D. Menyusun Metode Penelitian

1. Penelitian Hukum

Penelitian itu merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu “research”


yang berasal dari kata “re”, yang berarti Kembali dan “to search”, yang berarti
mencari Kembali. Pencarian yang dimaksud dalam tulisan ini adalah pencarian

19
terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah). 12 Dalam buku Sunaryati Hartono,
Pengertian research awalnya digunakan untuk penelitain dibidang tehnik dan
ilmu alam. Namun dalam perkembangannya research juga mulai digunakan
dalam ilmu ekonomi, ilmu sosial, dan terakhir ilmu hukum dan ilmu politik.
Dalam penelitian yang dilakukan untuk bidang tehnik dan ilmu pengetahuan alam
berbeda dengan untuk penelitain bidang sosial. 13

Pengetahuan yang benar tersebut, dapat dipakai dapat dipakai untuk


menjawab pertanyaan dari ketidaktahuan tertentu. Karena penelitian tidak akan
dapat dilaksanakan kalau tidak diawali dengan ketidaktahuan. 14 Penelitian bidang
tehnik dan ilmu pengetahuan alam tidak memberikan penilaian, tetapi yang
dikejar adalah objektifitasnya karena hanya matematik dan ilmu-ilmu alam saja
yang dianggap dapat menghasilkan ilmu yang objektif. Sedangkan pemikiran dan
penelitian bidang-bidang lainnya, terutama yang menyangkut kehidupan manusia,
baik sebagai perorangan maupun didalam masyarakat tidak mungkin
menghasilkan ilmu, atau merupakan kegiatan ilmiah. Hal ini disebabkan manusia
dan masyarakat terlalu cepat berubah-ubah, sehingga sulit mengadakan
eksperimen berulang-ulang, yang akan mendapatkan hasil penelitian yang sama.

Research yang semula dipakai dalam arti penelitian yang digunakan bagi
suatu tujuan praktis (applied research) biasanya dikaitkan dengan “development”
atau perngembangan sehingga dikenal dengan “Research dan Development” atau
penelitian dan pengembangan (Litbang) dan perencanaan (planning). Namun
sesuai perkembangannya kata penelitian biasanya disertai dengan kata keterangan
atau kata yang menunjukkan tujuan dan kegunaan penelitian itu. 15

Fungsi penelitian adalah mendapatkan kebenaran. Akan tetapi quid est


veritas (apakah kebenaran itu?) dari segi epistemologi, terdapat berbagai sudut

12 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.10
13 Noor Muhammad Azis, Urgensi Penelitian Dan Pengkajian Hukum Dalam Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, Vol. 1 No.1 April 2012, hal 19


14 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.1
15 Noor Muhammad Azis, Urgensi Penelitian Dan Pengkajian Hukum Dalam Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan, Vol. 1 No.1 April 2012, hal 19

20
pandang mengenai kebanaran . epistemologi berasal dari bahasa yunani episteme
yang artinya pengetahuan dan logos yang artinya diskursus atau teori.

Dalam epistemology, terdapat empat teori besar tentang kebenaran, yaitu


teori kebenaran korespodensi, teori kebenaran koherensi, teori kebanaran
pragmatis, dan teori kebenaran semantik. Teori kebenaran korespodensi berbasis
fakta atau realitas. Teori kebenaran koherensi berpangkal pada apa yang dipercaya
dalam pikiran. Teori kebenaran pragmatis bersandar pada consensus. Adapun teori
kebenaran semantik mendayagunakan logika formal yang sangat berkaitan dengan
bahasa sehingga kurang mempunyai relevansi dengan penelitian yang sedang
dalam perbincangan ini. 16

Perbedaan metodologi pada setiap disiplin ilmu merupakan akibat dari


keberadaan identitas masing-masing disiplin ilmu. Untuk mengemukakan
pengertian metode penelitian hukum, kerangka berfikir beberapa ahli hukum
diantaranya sebagai berikut :17

1. Soerjono Soekanto
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah, yang didasarkan pada
metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajarai
sesuatu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya. Di
samping itu, juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap faktor hukum
tersebut, untuk kemudian yang mengusahakan suatu pemecahan atas
permasalahan -permasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan.

2. Soetandyo Wignyosoebroto
Penelitian hukum adalah seluruh upaya untuk mencari dan menemukan
jawaban yang benar (right answer) dan/atau jawaban yang tidak sekali-kali keliru
(true answer) mengenai suatu permasalahan. Untuk menjawab segala macam
permasalahan hukum diperlukan hasil penelitian yang cermat, berketerandalan,
dan sahih untuk menjelaskan dan menjawab permasalahan yang ada.

16 Peter Mahmud Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana,2017), hal.20-23


17 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.18

21
Penelitian hukum sebenarnya berasal dari dua kata yaitu penelitian dan
hukum. Penelitian hukum adalah suatu proses untuk memperoleh data dan
informasi tentang norma dan kaedah hukum , nila sesuatu materi hukum telah
diatur dalam peraturan perundang-undangan , dan aspek-aspek hukum / kebutuhan
hukum masyarakat tentang sesuatu materi yang belum diatur kemudian ingin
untuk diatur sebagai ius constituendum. 18

Macam-macam penelitian hukum yang dilakukan antara lain dapat


dibedakan sebagai berikut :

Menurut bidang hukum yang diteliti :

1. Penelitian hukum pidana


2. Penelitian hukum perdata
3. Penelitian hukum adat
4. Penelitian hukum dagang
5. Penelitian hukum tata negara
6. Penelitian hukum administrasi negara
7. Penelitian hukum lingkungan
8. Dan sebagainya.

Menurut kegunaan penelitian :

1. Penelitian untuk keperluan pemeriksaaan perkara di muka pengadilan, yang


dilakukan oleh polisi, jaksa, advokat, dan hakim.
2. Penelitian untuk kepentingan pendidikan.
3. Penelitian untuk mengetahui tentang keadaan hukum yang sebenarnya
(penerapan hukum).
4. Inventarisasi perundang-undangan dan jurisprudensi.
5. Penelitian tentang kesadaran hukum suatu golongan atau kelompok
masyarakat.

18Noor Muhammad Azis, Urgensi Penelitian Dan Pengkajian Hukum Dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, Vol. 1 No.1 April 2012, hal 21-22

22
2. Macam-Macam Penelitian Hukum

Apabila ditinjau dari sudut tujuan penelitian hukum itu sendiri, maka menurut
soerjono soekanto dapat dibagi dalam dua tipologi penelitian hukum, yaitu: 19

1. Penelitian hukum normatif membahas doktrin-doktrin atau asas-asas dalam


ilmu hukum, yang mencakup :
a. Penelitian terhadap asas-asas hukum, merupakan suatu penelitian hukum yang
bertujuan untuk menemukan asas hukum atau doktrin hukum positif yang
berlaku. Untuk penelitian asas hukum tersebut, dapat memanfaatkan berupa
metode, yaitu metode historis, deskriptif dan eksperimental. Pemanfaatan
metode ini berkaitan dengan dimensi waktu yang meliputi; (1) penjelasan
tentang masa lampau, (2) penjelasan tentang apa yang sekarang sedang
berlansung/berlaku, (3) penjelasan tentang masa yang akan datang. 20
b. Penelitian terhadap sistematika hukum, dapat dilakukan terhadap peraturan
perundang-undangan tertentu atau hukum tertulis, tujuannya adalah untuk
mengadakan identifikasi terhadap pengerian pokok/dasar hak dan kewajiban,
peristiwa hukum, hubungan hukum, dan objek hukum. Penelitian ini penting
artinya. Sebab, masing-masing pengertian pokok/dasar tersebut mempunyai
arti tertentu dalam kehidupan hukum. Sebagai contoh, pengertian pokok/dasar
“peristiwa hhukum” yang mempunyai arti penting dalam kehidupan hukum,
mencakup keadaan kejadian, dan perilaku atau sikap tindak. Apabila
dikembangkan keadaan kejadian hukum tersebut maka terdapat 3 sifat yaitu
Alamiah, Psikis, Sosial.21
c. Penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian ini dapat dilakukan
baik sinkronisasi secara vertikal (beda derajat) maupun secara horizontal (sama
derajat/sederajat). Sinkronisasi secara vertikal menurut bambang sunggono
adalah suatu peraturan perundang-undangan yang berlaku bagi suatu bidang
kehidupan tertentu tidak saling bertentangan antara satu dengan yang lain

19 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.26
20 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.25
21 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.25

23
apabila dilihat dari sudut vertikal atau hirearki peraturan perundang-undangan
yang ada. Hierarki peraturan perundang-undangan menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan, yaitu :
1). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2). Ketetapan MPR
3).Undang-Undang / Peraturan Pemerintah Penggantu Undang- Undang
4). Peratuan Pemerintah
5). Peraturan Presiden
6). Peraturan Daerah Privinsi
7). Peraturan Daerah Kabupaten/Kota
Sinkronisasi horisontal, merupakan sinkronisasi terhadap peraturan
perundang-undangan yang mengatur tentang berbagai bidang yang mempunyai
gubungan fungsional, konsisten yang sama derajatnya. Misalnya sinkronisasi
antara undang-undang dengan undang-undang, antara peraturan pemerintah
dengan peraturan pemerintah, atau antara peraturan presiden dengan peraturan
presiden.22
d. Penelitian sejarah hukum, merupakan penelitian yang lebih menitikberatkan
pada perkembangan-perkembangan hukum, atau perkembangan peraturan
perundang-undangan. Di samping itu juga diadakan identifikasi terhadap
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan lembaga-lembaga hukum,
seperti masalah undang-undang perkawinan, hukum waris adat, dan hukum
waris eropa. Penelitian sejarah hukum dilakukan dengan menelaah latar
belakang, perkembangan pengetahuan tentang isu yang dihadapi oleh
perancang suatu peraturan perundang-undangan.
e. Penelitian terhadap perbandingan hukum. Pada penelitian ini menekankan dan
mencari adanya perbedaan-perbedaan dan persamaan-persamaan yang ada pada
berbagai sistem hukum. Di dalam ilmu hukum dan praktik hukum metode
perbandingan mungkin diterapkan dengan memakai unsur-unsur hukum

22Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.30

24
sebagai titik tolak perbandingan, dimana sistem hukum sendiri mencakup tiga
unsur pokok, yaitu (1) struktur hukum yang mencakup lembaga-lembaga
hukum, (2) substansi hukum yang mencakup kaidah-kaidah hukum dan sikap
tindak hukum, (3) budaya hukum yang mencakup perangkat nilai-nilaiyang
dianut. Ketiga unsur tersebut di atas dapat dibandingkan masing-masing satu
sama lain, ataupun secara komulatif.
2. Penelitian hukum sosiologis atau empiris. Penelitian ini biasa disebut
penelitian lapangan yang bertitik tolak data primer. Data primer atau data
dasar adalah data yang diperoleh lansung dari masyarakat sebagai sumber
pertama dengan melalui penelitian lapangan, seperti melakukan
pengamatan (observasi), wawancara, dan penyebaran kuesioner (angket).
Oleh karena itu, penelitian hukum ini sebaiknya didukung juga data
sekunder atau studi dokumentasi.23 Penelitian empiris ini mencakup :
a. Penelitian terhadap identitas hukum (hukum tidak tertulis), dimaksudkan untuk
mengetahui hukum yang tidak tertulis berdasarkan hukum yang berlaku dalam
masyarakat. Hukum tidak tertulis dalam sistem hukum di Indonesia, yaitu
hukum adat dan hukum Islam. Dalam penelitian ini, peneliti harus berhadapan
sehingga banyak peraturan-peraturan yang tidak tertulis berlaku dalam
masyarakat.
b. Penelitian terhadap efektivitas hukum, merupakan penelitian yang membahas
bagaimana hukum beroperasi dalam masyarakat, penelitian ini sangat relevan
di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penelitian ini mensyaratkan
penelitiannya di samping mengetahui ilmu hukum juga mengetahui ilmu sosial,
dan memiliki pengetahuan dalam penelitian ilmu sosial (social science
research). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hukum itu berfungsi dalam
masyarakat, yaitu (1) kaidah hukum/peraturan itu sendiri, (2) petugas/penegak
hukum, (3) sarana atau fasilitas yang digunakan oleh penegak hukum, (4)
kesadaran masyarakat.24

23 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.31-32
24 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.31

25
3. Sumber Data Penelitian Hukum

Berdasarkan penelitian hukum yang diungkapkan di atas, peneliti pada


umunya mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer adalah data
yang diperoleh lansung melalui wawancara dan/atau survei di lapangan yang
berkaitan dengan perilaku masyarakat. Data sekunder adalah data yang diperoleh
melalui bahan pustaka. Di dalam penelitian hukum data sekunder dapat
digolongkan menjadi 3 karakteristik kekuatan mengikatnya, yaitu sebagai berikut:

1. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang terdiri
dari;
a. Norma atau kaidah dasar, yaitu pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
b. Peratyran dasar
c. Batang tubuh UUD 1945
d. Ketetapan-ketetapan MPR
e. Peraturan perundang-undangan
f. Undang-undang dan peraturan yang setaraf
g. Peraturan pemerintah dan peraturan yang setaraf
h. Keputusan presiden dan peraturan yang setaraf
i. Keputusan menteri dan peraturan yang setaraf
j. Peraturan-peraturan daerah
k. Bahan-bahan hukum yang belum dikodifikasi, hal ini bisa ditemukan di dalam
hukum islam dan hukum adat
l. Yurisprudensi
m. Traktat
n. Bahan hukum yang ada sejak zaman penjajahan Belanda yang sampai saat ini
masih berlaku, misalnya KUHP, KUHPer, dan sebagainya.
2. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberi penjelasan
terhadap bahan hukum primer, misalnya :rancangan undang-undang, hasil-
hasil penelitian, hasil karya dari pakar hukum, dan sebagainya.

26
3. Bahan hukum tertier, yaitu bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder, misalnya; kamus, indeks
kumulatif, ensiklopedia, dan sebagainya. 25
4. Metode Penelitian

Metode penelitian hukum dikalangan para ahli hukum, dikelompokkan


penulis dalam dua model, yaitu penelitian kualitatif yang tidak membutuhkan
populasi dan sampel, dan penelitian kuantitatif yang menggunakan populasi dan
sampel dalam pengumpulan data. Oleh karena itu, perlu diuraikan beberapa hal
sebagai berikut.

1. Metode penelitian kuantitatif


Ketika seseorang melakukan penelitian dalam bentuk perilaku hukum
(legal behavior) masyarakat, tentu tidak dapat melakukan pengamatan terhadap
semua individu-individu dalam komunitas masyarkat yang hendak diteliti
dan/atau tidak mungkin meneliti seluruh jumlah populasi yang ada. Oleh sebab
itu, peneliti pada umunya memilih sebagian kecil dari seluruh objek penelitian
(populasi) yang biasa disebut teknik sampling. Teknik sampling adalah prosedur
yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan karakteristik dari suatu
populasi, meskipun hanya beberapa orang yang diwawancarainya.
2. Metode penelitian kualitatif
Metode penelitian kualitatif tidak membutuhkan populasi dan sampel.
Penelitian yuridis normatif yang bersifat kualitatif, adalah penelitian yang
mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan
dan putusan pengadilan serta norma-norma yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu; (1) metode
penelitian kepustakaan, yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang
bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi,
publikasi, dan hasil penelitian. (2) metode penelitian lapangan, yang perlukan
sebagai data penunjang diperoleh melalui informasi dan pendapat-pendapat dari
responden yang ditentukan secara purposive sampling (ditentukan oleh penelitui

25 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.24-25

27
berdasarkan kemauannya) dan/atau random sampling (ditentukan oleh peneliti
secara acaka).26
5. Pendekatan Penelitian Hukum

Didalam penelitian hukum terdapat beberapa pendekatan. Dengan


pendekatan tersebut, peneliti akan mendapatkan informasi dari berbagai aspek
mengenai isu yang sedang dicoba untuk dicari jawabannya. Pendekatan-
pendekatan yang digunakan di dalam penelitian hukum baik penelitian hukum
empiris dan penelitian hukum normatif adalah;

Peter Mahmud Marzuki menggolongkan pendekatan dalam penelitian


normatif menjadi 5 pendekatan yang terdiri atas :

1. Pendekatan undang-undang (statue approach), dilakukan menelaah semua


undang-undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang
sedang ditangani.
2. Pendekatan kasus (case approach), dilakukan dengan cara melakukan
telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang
telah menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan yang
tetap.
3. Pendekatan historis (historical approach), dilakukan dengan menelaah
latar belakang apa yang dipelajari dan perkembangan pengaturan
mengenai isu yang dihadapi. Telaah demikian diperlukan oleh peneiti
manakala peneliti memang ingin mengungkap filosofis dan pola pikir yang
melahirkan sesuatu yang sedang dipelajari.
4. Pendekatan komparatif (comparative approach), dilakukan dengan
membandingkan undang-undang suatu negara dengan undang-undang dari
sutu atau lebih negara lain mengenai hal yang sama. Dapat juga yang
diperbandingkan di samping undang-undang juga putusan pengadilan di
beberapa negara untuk kasus yang sama. Keguanaan pendekatan ini adalah
untuk memperoleh persamaan dan perbandingan di antara undang-undang
tersebut.
26 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta : Sinar Grafika, 2016), hal.98

28
5. Pendekatan konseptual (conseptual approach), beranjak dari pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum.
Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin di dalam
ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan
pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas yang
relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahamam akan pandangan-
pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti
dalam membangun suatu argumen hukum dalam memecahkan isu yang
dihadapi.27

Pada penelitian hukum empiris berfokus pada perilaku (behavior) yang


berkembang dalam masyarakat, atau bekerjanya hukum dalam masyarakat. Jadi
hukum di konsepkan sebagai perilaku nyata (actual behavior) yang meliputi
perbuatan dan akibatnya dalam hubungan hidup bermasyarakat. Oleh karenanya,
yang menjadi pendekatan dan sering dipakai dalam penelitian hukum empiris
yaitu:28

1. Pendekatan sosiologi hukum


2. Pendekatan antropologi hukum
3. Pendekatan psikologi hukum
6. Teknik Analis
1. Analisis data pada penelitian hukum normatif
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian hukum normatif yaitu
analisis kualitatif, yang dimana analisis data dengan cara menguraikan data secara
bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, logis, runtun, tidak tumpang tindih,
serta efektif, sehingga memudahkan interpretasi data dan pemahaman hasil
analisis. Dengan maksud lain bahwa analisis kualitatif yaitu cara menganalisis
data yang bersumber dari bahan hukum berdasarkan kepada konsep, teori,

27Peter Mahmud Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta: Kencana,2017), hal.133-136


28Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.71

29
peraturan perundang-undangan, doktrin, prinsip hukum, pendapat pakar atau
pandangan oleh peneliti itu sendiri. 29
2. Analisis data pada penelitian hukum empiris
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian hukum empiris yaitu
dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif. Jika secara kuantitatif, yaitu
menguraikan data dalam bentuk rumusan angka-angka dan tabel. Sedangkan
secara kualitatif, yaitu mengurai data secara berkualitas dan komprehensif dalam
bentuk kalimat yang teratur, logis, tidak tumpang tindih, dan efektif, sehingga
memudahkan pemahaman dan interpretasi data. 30

E. Menyusun Pembahasan

Secara umum laporan penelitian dapat dikatakan merupakan hasil analisis


dari penelitian yang dilakukan, laporan penelitian berisi informasi keilmuwan
yang dapat memberi jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. Laporan hasil
penelitian ini merupakan rangkaian atau tahapan yang tidak terpisahkan dari
bagian penellitian, sebab dengan laporan penelitian inilah data atau fakta-fakta
sosial diolah menjadi informasi yang dapat memberi manfaat untu memecahkan
masalah. Laporan penelitian harus memenuhi persyaratan mutu, artinya segala
sesuatu harus memenuhi persyaratan mutu, artinya segala sesuatu yang dimuat
dalam laporan tersebut merupakan informasi keilmuan yang diperoleh dari hasil
penelitian, jadi persyaratan mutu yang dimaksudkan disini adalah tingkat
keilmuan yang diuraikan dalam laporan dimaksud. 31

Apabila keseluruhan data sudah terkumpul, langkah yang diambil peneliti


selanjutnya adalah mengolah dan membuat analisis terhadap data yang sudah
terkumpul itu. Pengolahan data dan analisis data merupakan babakan yang amat
penting dalam penelitian. Bagaimanapun berhasilnya aktifitas sebelumnya, jika
pada pengolahan data dan analisis data ini kurang dihayati dan dikerjakan dengan

29 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :
Alfabeta,2017), hal.69
30 Ishaq, Metode Penelitian Hukum & Penulisan Skripsi, Tesis, Serta Disertasi, (Bandung :

Alfabeta,2017), hal.73
31 Bahder Johan Nasution, Metode Penelitian Ilmu Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung,

2008. Hlm.175.

30
sungguh-sungguh pastinya hasilnya kurang memuaskan. Pada tahap inilah
maksimum kemampuan ilmiah peneliti diuji khususnya menyangkut analisis data.
Melihat hasil pengumpulan data yang ada, peneliti harus segera tanggap analisis
apa yang sekiranya tepat dilakukan. 32

1. Penelitian Hukum Normatif

Pengolahan dan analisis data pada dasarnya tergantung pada jenis datanya,
bagi penelitian hukum normatif yang hanya mengenal data sekunder saja, yang
terdiri dari : bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tersier, maka dalam mengolah dan menganalisis bahan hukum tersebut tidak bisa
melepaskan diri dari berbagai penafsiran yang dikenal dalam ilmu hukum.

Ilmuwan hukum harus dapat mempertanggungjawabkan setiap pemilihan


metode penafsiran tertentu. Penafsiran memiliki karakter hermeneutik .
Hermeneutik atau penafsiran diartikan sebagai proses mengubah sesuatu atau
situasi ketidaktahuan menjadi mengerti.

Penerapan hermeneutik (penafsiran) terhadap hukum selalu berhubungan


dengan isinnya. Setiap hukum mempunyai dua segi, yaitu tersurat dan tersirat,
bunyi hukum dan semnagat hukum. Dua hal ini selalu diperdebatkan oleh para
ahli hukum. Dalam hal ini, bahasa menjadi penting. Ketetapan pemahaman dan
ketetapan penjabaran adalah sangat relevan bagi hukum. Hermeneutik
(penafsiran), mau tidak mau dibutuhkan untuk menerangkan dokumen hukum.

Metode hermeneutik (penafsiran hukum) meliputi :

1. Penafsiran gramatikal atau penafsiran menurut tata bahasa ialah


memberikan arti kepada suatu istilah atau perkataan sesuai dengan bahasa
sehari-hari atau bahasa hukum. Dalam hukum pidana ada term hukum
“barang siapa”, kemudian dipenafsirankan menjadi “orang” atau “badan
hukum”.

32 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,
Hlm.72.

31
2. Penafsiran sistematis, jika suatu istilah atau perkataan dicantumkan lebih
dari satu kali dalam suatu pasal atau suatu undang-undang, maka
pengertiannya harus sama pula. Contohnya konsep “pencurian” yang ada
dalam Pasal 363 KUHP harus sama dengan konsep “pencurian” yang ada di
dalam Pasal 362 KUHP.
3. Penafsiran yang mempertentangkan, yaitu menemukan kebalikan dari
pengertian suatu istilah (term) hukum yang sedang diteliti. Misalnya istilah
“tidak dilarang”. Bagi hukum pidana dapat dutafsirkan “boleh”. Namun bagi
hukum perdata jangan ditafsirkan “tidak dilarang” berarti “boleh”, karena
dalam hukum perdata diakuui norma kepatutan. Demikian juga dengan
hukum administrasi yang mengakui eksistensi norma etika, yaitu asas-asas
umum perintahan yang baik. Oleh sebab itu, pengguanaan penafsiran
mempertentangkan harus selektif.
4. Penafsiran ekstensif atau penafsiran memperluas. Yaitu memperluas
pengertian atau istilah yang ada di dalam suatu undang-undang. Penafsiran
ini masih berpegang pada ketentuan undang-undang. Penafsiran ini masih
berpegang pada ketentuan undang-undang, oleh karenanya dapat diuji oleh
pihak lain (objektif). Misalnya putusan HR 1892, yang memperluas
pengertian “kawat telepon” sehingga mencakup “kawat telegram”.
Demikian juga dengan putusan HR 1921, yang memperluas pengertian
“barang” dalam Pasal 362 KUHP sampai “aliran listrik”. Berbeda dengan
analogi, sama-sama bertujuan untuk memperluas pengertian atau istilah
dalam rumusan undang-undang, melainkan mennurut pengertian subjektif
penafsir. Oleh karenanya tidak dapat diuji kebenarannya dan dilarang
penggunaannya di dalam hukum pidana.
5. Penafsiran Historis, yaitu dengan menelaah sejarah hukum atau enelaah
perbuatan suatu undang-undang akan ditemukan pengertian dari suatu istilah
yang sedang diteliti. Jika pengertiannya – mungkin – tidak ditemukan, akan
tetapi setidak-tidaknya maksud pembuat undang-undang dapat ditelah
melalui dokumen mengenai pembuat undang-undang tersebut. Karena dari
dokumen tersebut akan diperoleh informasi mengenai pembahasan terhadap

32
ketentuan-ketentuan yang ada dalam rancangan Undang-Undang Dokumen
itu yang harus ditelaah dalam rangka penafsiran historis.
6. Penafsiran perbandingan hukum, mengusahakan penyelesaian suatu isu
hukum (legal issue) dengan membandingkan berbagai stelsel hukum.
7. Penafsiran antisipasi; menjawab suatu isu hukum dengan mendasarkan pada
suatu aturan yang belum berlaku.
8. Penafsiran teleologis, yaitu mencari tujuan atau maksud dari suatu peraturan
perundang-undangan. Misalnya tujuan dari pembentukan Mahakamah
Militer Luar Biasa (MAHMILUB), UU No.15 Pnps tahun 1963, ialah untuk
mempercepat proses penyelesaiam suatu perkara khusus.

Dalam menilai hukum positif, ilmu hukum normatif tidak bebas nilai tetapi
sarat nilai. Dia berkaitan langsung dengan rechtsidee. Rechtsidee menjadi tujuan
hukum. Ilmu hukum digmatik berusaha mewujudkan tujuan itu dalam setiap
putusan atau pendapat. Anotasi hukum senantiasa syarat dengan rechtsidee.

Suatu analisis yuridis normatif pada hakikatnya menekankan pada metode


deduktif sebagai pegangan utama, dan metode induktif sebagai tata kerja
penunjang. Analisis normatif terutama mempergunakan bahan-bahan kepustakaan
sebagai sumber data penelitiannya. Adapun tahap-tahap dari analisis yuridis
normatif adalah :

a. Merumuskan asas-asas hukum, baik dari data sosial maupun dari data hukum
positif tertulis;
b. Merumuskan pengertian-pengertian hukum;
c. Pembentukan standar-standar hukum; dan
d. Perumusan kaidah-kaidah hukum.

Meskipun ia tidak empiris, akan tetapi kegiatan-kegiatannya tetap


merupakan penelitian ilmiah, karena mencakup kegiatan-kegiatan yang dilakukan

33
secara sistematis dan dengan mempergunakan metodologi serta teknik-teknik
33
tertentu.

2. Penelitian Hukum Sosiologis

Penelitian hukum sosiologis, memandang hukum sebagai fenomena sosial


(yang berbeda dengan penelitian hukum normatif yang memandang
hukumsebagai norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan hukum
nasional), dengan pendekatan struktural dan umumnya terkuantifikasi
(kuantitatif).

Pengolahan dan analisis data pada penelitian hukum sosiologis, tunduk


pada cara analisis dan ilmu – ilmu sosial. Untuk menganalisis data, tergantung
sungguh pada sifat data yang dikumpulkan oleh peneliti (tahap pengumpulan
data). Jika sifat data yang dikumpulkan hanya sedikit, bersifat monografis atau
berwujud kasus-kasus sehingga tidak dapat disusun ke dalam suatu struktur
klasifikasi analisis yang dipakai oleh kualitatif. Lain halnya jika sifat data yang
dikumpulkan itu berjumlah besar, mudah dikualifikasi ke dalam kategori-kategori,
maka analisis yang dipakai kuantitatif.

Berikut perbedaan Analisis Kualitatif dan Analisis Kuantitatif : 34

Analisis Kualitatif Analisis Kuantitatif


1. Data yang terkumpul tidak berupa 1. Data yanng terkumpul dapat diukur,
angka-angka yang dapat dilakukan hal ini menunjukkan bahwa analisis
pengukuran. kuantitatif memang selalu
mengandalkan pengukuran-
2. Data tersebut sukar diukur dengan pengukuran.
angka. 2. Data yang ada terdiri aneka gejala
3. Hubungan antar variabel tidak yang dapat diukur dengan angka.

33 Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
2018. Hlm.171-175.
34 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum Dalam Praktek, Sinar Grafika, Jakarta, 2008,

Hlm.77-78.

34
jelas. 3. Hubungan antara variabel jelas.
4. Sampel lebih bersifat non 4. Sampel yang dilakukan diambil
probabilitas. dilakukan dengan cermat dan teliti.
5. Pengumpulan data dilakukan dengan
5. Pengumpulan data menggunakan kuesioner tertutup.
pedoman wawancara dan 6. Peneliti harus menguasai teori-teori
pengamatan. yang relevan.
6. Penggunaan teori-teori kurang
diperlukan.

Penggunaan analisis kualitatif sangat tepat apabila dipergunakan dalam


penelitian yang bersifat eksploratoris, sedang analisis kuantitatif lebih banyak
dipergunakan dalam penelitian-penelitian yang sifatnya eksplonatoris. Analisis
kualitatif juga dipergunakan dalam penelitian hukum normatif, namun untuk
penelitian hukum empiris/sosilogis analisis kualitatif dapat dipergunakan
bersama-sama dengan analisis kuantitatif.

Dibandingkan analisis kualitatif, analisis kuantitatif memang jauh lebih


mampu memperlihatkan hasil-hasil yang cermat (tidak berarti mengecilkan arti
pentingnya analisis kualitatif). Namun hendaknya diingat bahwa kecermatan
(accuracy) ini tidaklah berarti bahwa pada analisis kuantitatif (statistik) akan
menjamin hasil yang diperoleh selalu benar. Karena semuanya tergantung pada
input datanya. Jika input datanya palsu (mengandung cacat), maka sudah dapat
dipastikan bahwa hasil yang diperoleh akan cacat pula.

Analisis kuantitatif dapat juga disebut analisis statistik. Prosesnya dapat


dibagi dalam tiga tahap : tahap pertama, adalah pengolahan data. Tahap kedua,
adalah pengorganisasian data. Dan tahap ketiga, adalah tahap penemuan hasil.

Tahap pengolahan data, merupakan kegiatan pendahuluan dari analisis


kuantitatif. Oleh karena itu perbincangannya akan meliputi persoalan editing dan
koding.

35
3. Editing

Editing merupakan proses penelitian kembali terhadap catatan, berkas-


berkas, informasi dikumpulkan oleh para pencari data. Lazimnya editing
dilakukan terhadap kuesioner melalui editing diharapkan akan dapat
meningkatkan mutu kehandalan (reliabilitas), data yang hendak dianalisis.

Dalam editing, biasanya akan diteliti kembali hal-hal sebagai berikut :

1. Kelengkapan pengisian terhadap semua pertanyaan dalam kuesioner;


2. Tulisan yang tertera harus dapat dibaca;
3. Kalimatnya harus jelas maknanya; sehingga tidak menyebabkan kesalahan
dalam menafsirkan;
4. Apakah jawaban-jawaban responden cukup logis, dan terdapat kesesuaian
antara jawaban yang satu dengan yang lainnya.
5. Jawaban harus relevan dengan pertanyaan.

Apabila dijumpai hal-hal di atas, kuesioner itu harus dikesampingkan,


karena datanya mengandung cacat, yang berakibat cacatnya hasil analisis. Namun,
jika dipandang perlu, dapat dilakukan wawancara ulang (khusus terhadap
responden yang memberikan jawaban pada kuesioner yang cacat tersebut).

4. Koding

Koding merupakan usaha mengklasifikasi jawaban responden berdasarkan


macamnya. Aktivitas ini sudah memasuki tahap perorganisasian data, karena
kegiatannya adalah memberikan kode terhadap jawaban responden sesuai dengan
kategori masing-masing.

Untuk jelasnya, akan diajukan contoh jawaban dari suatu pernyataan yang
berbunyi “bagaimana kesan saudara terhadap ketertiban lalu lintas di kota ini?”
jawaban yang diperoleh dari responden sudah tentu beragam, misalnya berbunyi
sebagai berikut :

- “saya kira cukup tertib”.


- “wah semeraut deh”.

36
- “ketertibannya kota ini menyedihkan sekali”.
- “dibandingkan tahun lalu, tampaknya ada kemajuan”.
- “pantas dibanggakan”.
- “belum pernah saya jumpai ketertiban semacam ini di kota lain”.

Dalam tahap koding ini jawaban yang beragam (dari pertanyaan terbuka)
di atas klasifikasi menurut macam-macamnya ke dalam kategori-kategori.
Terhadap jawaban “wah semeraut deh”, dan “ketertibannya kota ini menyedihkan
sekali” dapat dimasukkan ke dalam kategori yang sama, yaitu tidak tertib. Dan
terhadap jawaban itu pula akan diberi tanda kode yang sama misalnya 03.
Selanjutnya, terhadap jawaban “saya kira cukup tertib” dan dibandingkan tahun
lalu, tampaknya ada kemajuan” dimasukkan kedalam kategori tertib dengan tanda
kode 02 misalnya. Sedangkan terhadap jawaban “pantas dibanggakan” dan
“belum pernah saya jumpai ketertiban semacam ini di kota lain”, dimasukkan ke
dalam kategori sangat tertib dengan tanda kode 01.

Contoh :

Kategori Kode
Sangat tertib 01
Tertib 02
Tidak tertib 03

Untuk menentukan sejumlah kategori diperlukan kecermatan, oleh


karenanya, harus diperhatikan petunjuk sebagai berikut :

1. Bahwa setiap perangkat kategori itu harus dibuat dengan mendasarkan diri
kepada satu asas kriterium yang tunggal;
2. Bahwa setiap perangkat kategori itu harus dibuat lengkap, sehingga tidak
ada satupun jawaban responden yang tidak mendapatkan tempatnya yang
tepat dalam kategori-kategori yang disediakan itu; dan
3. Bahwa kategori yang satu dengan yang lain (dalam setiap perangkat) harus
saling terpisah tegas, dan tidak boleh saling tindih, sehingga dengan

37
demikian setiap jawaban responden yang masuk tak akan mungkin dapat
dimasukkan ke dalam lebih dari satu kategori.
Setelah koding selesai dikerjakan, maka akan diperoleh distribusi data
dalam frekuensi tertentu. Untuk menghitung frekuensi distribusi data,
banyak cara yang ditawarkan. Pilihan cara mana yang dipakai sangat
tergantung pada pertimbangan, antara lain : besarnya jumlah data yang
harus diolah, banyaknya kategori yang diadaka, sifat penelitian (apakah
hanya mendeskripsikan saja atau hendak menemukan korelasi dari
berbagai variabel), dan juga besarnya dana yang tersedia. 35

F. Kesimpulan

1. Pengertian Kesimpulan

Pada dasarnya, bagian ini merupakan penyajian jawaban dari


permasalahan yang dirumuskan pada bab pendahuluan, dan persoalan – persoalan
yang telah dibahas dan dianalisa pada bab – bab sebelumnya. Kesimpulan
merupakan kristalisasi, kulminasi, dan intisari dari bahasan – bahasan yang telah
dikemukakan dalam bab – bab sebelumnya yang ditulis dengan kalimat – kalimat
yang ringkas, padat, dan tegas.

Kesimpulan harus merupakan jawaban yang tegas tehadap pokok masalah


(thesis statement) atau hipotesis yang dikemukakan pada bagian pendahuluan.
Kesimpulan bukan merupakan ringkasan dari uraian – uraian sebelumnya,
melainkan hasil pemecahan terhadap permasalahan yang diangkat dalam karya
tulis ilmiah , yang dirumuskan menurut proses berfikir yang sistematis, logis, dan
metodologis.

2. Cara Menulis Kesimpulan

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kesimpulan


karya tulis ilmiah:

35
Amiruddin, Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
2018. Hlm.175-179.

38
1) Isi dalam kesimpulan harus berupa analisis dari kajian Pustaka dan juga
interpretasi dari tema yang mana bentuknya dapat berupa implikasi
(kesimpulan berdasar data) dan dapat juga berupa inferensi (kesimpulann
berdasar referensi). Jika kita memiliki 3 rumusan permasalahan yang akan
menjadi pokok pembahasan dalam karya tulis ilmiah seperti skripsi , maka
isi kesimpulan itu juga harus memberikan 3 kesimpulan yang terkait dengan
hasil jawaban dari penelitian kita terhadap laporan penelitian tersebut.
2) Isi dalam kesimpulan mengandung saran – saran yang ditujukan kepada
pembaca.
3) Kesimpulan dibuat dengan cara menggambarkan secara singkat isi dari
karya ilmiah yang telah dijelaskan sebelumnya. Tidak harus menggunakan
kata – kata perulangan serta memberikan jawaban yang jelas terhadap hasil
yang didapatkan dari penelitian yang telah dilakukan.
4) Hindari menyimpulkan materi yang tidak dibahas dalam pembahasan karya
tulis ilmiah.
3. Tujuan dan Manfaat Kesimpulan
Tujuan dari membuat kesimpulan pada sebuah karya tulis ilmiah yaitu
untuk menyimpulkan suatu karya tulis ilmiah dari awal hingga akhir materi dan
untuk mengetahui gagasan apa yang dapat diambil dari materi atau isi karya tulis
ilmiah.
Manfaat kesimpulan yaitu pembaca dapat mengetahui dan memahami apa
sebenarnya yang dibahas dalam materi karya tulis ilmiah

G. Tata Cara Pembuatan Jurnal

1. Jumlah kata dalam artikel ini antara 3.000 – 10.000 kata (termasuk daftar
pustaka).
2. Melampirkan pernyataan bahwa artikel tersebut belum pernah
dipublikasikan sebelumnya, di mana pun dan dalam bentuk apapun.
3. Setiap artikel akan melalui pemeriksaan plagiarisme menggunakan aplikasi
Turnitin. Jika artikel memiliki lebih dari 40% kesamaan, artikel ini akan
dikembalikan kepada penulis.

39
4. Artikel ini disajikan dengan komponen-komponen sebagai berikut:
1. Judul:
Judul Artikel Maksimum 15 kata, diketik dengan Times New Roman
14pt, Bold, 1,15 space, Capitalize Each Word, dan tepi tengah. Nama
Penulis: Nama penulis diketik dengan Times New Roman 12pt, 1,15
space, Capitalize Each Word, tepi tengah, tanpa gelar, dan tidak boleh
disingkat. Di bawah nama ditulis nama institusi dan alamat email p
enulis yang diketik dengan Times New Roman 10pt, Italic, 1 space, Ca
pitalize Each Word, tepi tengah.
2. Abstrak:
Abstrak diketik dengan Times New Roman 10pt, Italic, 1 space,
Sentence case, tepi kanan kiri, terdiri dari 100 – 250 kata, satu paragraf,
tanpa referensi, tanpa singkatan/akronim, dan tanpa catatan kaki/footnote.
Abstrak ditulis bukan dalam bentuk matematis, pertanyaan, dan dugaan.
Abstrak berisi: tujuan penelitian, metode penelitian, hasil penelitian
dan kesimpulan.
Kata Kunci: Gunakan kata-kata atau frasa yang spesifik menggambarkan
isi artikel, kata kunci dipisahkan dengan koma (,), maksimal 5 kata.
a. Pendahuluan:
Pendahuluan diketik dengan Times New Roman 12pt, Bold, 1.5 space,
UPPERCASE dan tepi kiri. Isi naskah diketik dengan Times New Roman 12pt,
1,15 space, Sentence case, dan tepi kanan kiri. Berisi latar belakang yang
diuraikan dengan state of the art, terdiri dari minimal 2 literatur/studi sebelumnya
sehingga penelitian ini dapat menunjukkan kebaruan/novelty penelitian. Penelitian
ini mampu mengatasi suatu permasalahan, urgensi dan menunjukkan rasionalitas
melalui: deskripsi kegiatan; tinjauan pustaka; rencana pemecahan masalah dan
pengembangan hipotesis; analisis GAP; solusi permasalahan; kebaruan ilmu
pengetahuan; referensi sumber primer; menguraikan tujuan dan hipotesis di akhir
pendahuluan. Rumusan masalah masuk pada pendahuluan dimana harus
dijabarkan dalam bentuk paragraf dengan dasar penelitian yang kuat.

40
b. Metode Penelitian:
Metode penelitian ini menjelaskan tentang jenis penelitian hukum, teknik
pengumpulan data, dan metode analisis data yang akan digunakan sebagai
proses/kaidah ilmiah untuk menghasilkan data/hasil penelitian.
c. Hasil Dan Pembahasan:
Analisis dan diskusi berisi uraian tentang hasil penelitian berdasarkan
masalah yang menjadi fokus penelitian. Jika dalam analisis dan diskusi ini ada
hal-hal yang perlu diklasifikasi dan diurai lebih lanjut berdasarkan masalah
penelitian, penulis dapat menggunakan/menambahkan sub-bab. Analisis dan
diskusi ini dapat dilengkapi dengan tabel, gambar, dan/atau grafik dimana
diberikan penomoran dan judul konten. Hasil analisis data harus diuraikan dengan
benar. Bagian pembahasan menyajikan hasil temuan penelitian secara logis,
mengaitkan ke sumber rujukan (jurnal nasional dan internasional) yang relevan,
analisis GAP, kebaruan/temuan ilmu pengetahuan diuraikan dengan jelas,
perbandingan hasil temuan penelitian (referensi) dengan sumber rujukan (jurnal
nasional dan internasional) yang relevan.
d. Kesimpulan:
Kesimpulannya berisi hasil/temuan dan ide/saran singkat berdasarkan
masalah yang menjadi fokus penelitian, atau hasil dari pendekatan konseptual.
Kesimpulan dibuat dalam 1 (satu) paragraf dengan menggabungkan hasil/tem
uan dan ide/saran.
e. Ucapan Terima Kasih:
Tambahkan jika diperlukan oleh penulis. Pengakuan adalah ucapan terima
kasih kepada institusi asal penulis, dan/atau institusi yang memiliki kontribusi
yang besar (baik secara moral, atau (material) terhadap tulisan penulis.
f. Daftar Pustaka:
Wajib menyertakan setidaknya 10 referensi dengan waktu publikasi
maksimal 10 tahun terakhir. Proporsi referensi setidaknya 50% berasal dari artikel
jurnal (e-ISSN), serta 50% dari sumber referensi lainnya. Jangan gunakan sumber
dengan sifat blog dan Wikipedia. Referensi ditulis sesuai dengan gaya

41
kutipan American Psychological Association (APA) Edisi 6. Semua sumber
rujukan dalam naskah harus dimasukkan di daftar pustaka, dan diurutkan sesuai
abjad. Rujukan dalam naskah harus menggunakan catatan kaki/footnote.

5. Naskah diketik dengan dalam Microsoft Office Word, ukuran kertas A4,
dengan format kertas 2,54 cm (Kiri – Atas – Kanan – Bawah), dan portrait
orientation.

H. Petunjuk Pembuatan Akun Di Jurnal Aldev


Tahap 1

Pilih dan Klik Menu Register…


Tahap 2
Penulis akan diminta mengisi lembar profil seperti pada gambar di bawah
ini:

42
Profil dapat diisi dengan keterangan sebagai berikut:
Profil Languange = Bisa pilih Indonesia atau English
Username* = Tentukan sendiri dan usahakan merupakan hal mudah
diingat, seperti nama. Contoh : ikramnurfuady
Password* = Kata Kunci untuk membuka akun anda, ditentukan
sendiri dan tidak dapat diberitahukan ke orang lain
Repeat Password* = Ketik ulang password sebelumnya
Validation = Ketik kode captcha sesuai pada kode angka dan huruf
yang muncul. Penulisan harus sesuai, termasuk ukuran
besar dan kecilnya.
Salutation = Nama Panggilan/Sapaan
First Name* = Ketik nama pertama kalian. Contoh : Ikram Nur Fuady,
maka tulis Ikram

43
Middle Name = Ketik nama tengah kalian. Contoh Ikram Nur Fuady,
maka tulis Nur
Last Name* = Ketik nama terkahir kalian. Contoh Ikram Nur Fuady,
maka tulis Fuady. Jika nama penulis hanya memiliki 1 suku
kata saja, maka isi first name dan last name dengan nama
yang sama. Contoh : Ardiansyah, maka tulis Ardiansyah
pada first name dan last name. Middle name dapat
dikosongkan.
Initials = Ketik insial nama penulis. Contoh : Ikram Nur Fuady,
Inisial : INF
Gender = F : Female (Perempuan) dan M : Male (Laki-Laki)
Affiliation = Ketik nama kampus penulis. Contoh : Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar
Signature = Ketik nama jurusan penulis. Contoh : Jurusan Ilmu
Hukum
Email* = Ketik email aktif penulis (harus email google)
Confirm Email* = Ketik ulang alamat email penulis
ORCID ID = Ketik nomor ORCID penulis. Bisa dikosongkan
URL = Ketik alamat website penulis. Bisa dikosongkan
Phone = Ketik Nomor telepon penulis
Fax = Ketik nomor fax penulis. Bisa dikosongkan
Mailing Address = Alamat tempat tinggal penulis
Country = Indonesia
Bio Statement = Ketik gambaran singkat tentang penulis. Contoh : Jurusan
Ilmu Hukum, Angkatan 2017. Bisa dikosongkan
Confirmation = Beri tanda check list
Working Languange = Pilih Bahasa yang dipahami. Contoh : Indonesia
Register As = Pilih peran sebagai Author (Penulis)
Langkah terakhir adalah klik Register
Catatan :
Tanda * berarti wajib diisi.

44
Tahap 3

Jika muncul tampilan seperti gambar di atas, maka anda telah berhasil
membuat akun penulis di jurnal ALDEV. Kemudian penulis dapat
memeriksa perkembangan tulisannya dengan melakukan login pada
akunnya setiap saat dan log out ketika akan keluar dari menu jurnal
ALDEV.
I. Petunjuk Submit Manuskrip Jurnal Ke Jurnal Aldev
Tahap 1

Silahkan Login ke akun anda dengan meng-klik menu LOGIN pada menu
seperti contoh gambar di atas

45
Tahap 2

Masukkan Username dan Password anda sebagaimana yang digunakan


ketika membuat akun sebelumnya
Tahap 3

Pada layar akan muncul tampilan seperti gambar di atas, kemudian pada
menu Author, pilih dan klik [New Submission]
Tahap 4

46
Pada tahap ini, penulis diminta mengisi:
Jurnal Section* = Pilih Volume dan Nomor yang terdekat
dengan waktu ujian munaqasyah anda.
Contoh Volume 2 Nomor 2 Agustus 2020
untuk ujian munaqasyah sebelum Agustus
2020. Dan seterusnya
Submission Languange* = Pilih Bahasa yang anda pahami.
Comments For Editor = Penulis dapat menuliskan pesan kepada
editor tentang tulisan manuskrip jurnal yang
akan dimasukkan. Contoh penelitian ini
merupakan penelitian pidana, dst. Harus
singkat. Bisa dikosongkan
Kemudian klik Save and Continue

Tahap 5

Pada tampilan ini, unggah tulisan manuskrip jurnal anda dalam


bentuk Ms. Word yang telah disesuaikan dengan gaya penulisan (petunjuk
penulisan/Authir Guidelines dan Template Journal) pada menu Choose File.
Setelah itu, klik Upload.
Selanjutnya, tunggu beberapa saat sampai tulisan jurnal anda selesai
terupload dengan baik. Setelah itu klik Save and Continue.

47
Tahap 6

Pada tahap ini, penulis akan mengisi dengan ketentuan:


Form Languange = Pilih bahasa yang anda pahami

48
First Name* = Ketik nama pertama kalian. Contoh : Ikram Nur Fuady,
maka tulis Ikram
Middle Name = Ketik nama tengah kalian. Contoh Ikram Nur Fuady,
maka tulis Nur
Last Name* = Ketik nama terkahir kalian. Contoh Ikram Nur Fuady,
maka tulis Fuady
Email* = Ketik email aktif penulis (harus email google)
ORCID ID = Ketik nomor ORCID penulis. Bisa dikosongkan
URL = Ketik alamat website penulis. Bisa dikosongkan
Affiliation = Ketik nama kampus penulis. Contoh : Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar
Country = Indonesia
Bio Statement = Ketik gambaran singkat tentang penulis. Contoh : Jurusan
Ilmu Hukum,
Angkatan 2017. Bisa dikosongkan
ADD AUTHOR = Jika penulis lebih dari 1 orang (tambahkan 2 orang
dengan identitas
pembimbing 1 sebagai penulis 2, dan pembimbing 2
sebagai penulis 3)
Title* = Ketik Judul Penelitian (berasal dari judul skripsi)
Abstract = Ketik Abstrak anda yang berbahasa inggris
Indexing = ketik id
Contributor and Supporting agencies = Anda bisa memasukkan nama
orang atau lembaga yang membantu
penelitian anda baik dari segi materi dan
nonmateri, seperti Beasiswa Bidik Misi
Kemendikbud atau nama pembimbing anda
References = Masukkan Daftar referensi penelitian yang ada pada
daftar pustaka
Lalu klik Save and Continue

49
Tahap 7

Pada tahap ini, penulis dapat mengupload lampiran pada penelitian penulis
dengan memilih Choose File lalu Upload. Jika penulis tidak memiliki data
lampiran, maka penulis dapat melewatinya dengan langsung meng-klik Save
and Continue.
Tahap 8

Pada tahap ini, penulis akan melihat ringkasan proses yang telah dilakukan.
Silahkan cek kembali file yang telah diupload. Jika sudah benar, maka
penulis dapat memilih Finish Submission.

50
Tahap 9

Jika muncul tampilan seperti gambar di atas, maka proses submit anda telah
berhasil dengan tanda Submission Complete. Silahkan cek tulisan anda pada
menu Active Submission.
Catatan Penting:
Tanda * = Wajib Diisi
Tulisan manuskrip jurnal akan ditolak jika :
1. Tidak sesuai template journal dan petunjuk penulisan (author
guidelines)
2. Hasil cek plagiasi menggunakan aplikasi Turnitin adalah >40%.
J. Turnitin
1. Turnitin

Turnitin merupakan salah satu perangkat lunak berbayar yang dapat


digunakan untuk mengecek “kemiripan” suatu karya ilmiah atau istilah alianya
adalah tes plagiarisme. Pada mulanya turnitin merupakan perkhidmatan
pencegahan plagiarisme dalam talian yang diperkenalkan oleh iParadigms, LLC.
Ia mula dilancarkan pada tahun 1997. Kebiasaannya, lesen pengguna dibeli
oleh universiti dan sekolah untuk menghantar esei kepada laman sesawang
Turnitin, yang mana dokumen yang dihantar akan disemak untuk mengetahui
kandungan yang tidak asli. Keputusan yang diperoleh boleh digunakan untuk
mengenal pasti persamaan dengan sumber-sumber yang sedia ada atau boleh

51
digunakan dalam penilaian formatif untuk membantu pelajar belajar bagaimana
untuk mengelakkan plagiarisme dan memperbaiki penulisan mereka.

Perlu kita pahami apa itu plagiarisme, Plagiarismeatau sering


disebutplagiatadalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan
sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat
sendiri.

2. Plagiat

dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain.
Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti
dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator.

Hal-hal yang termasuk dalam plagiarisme:

• Mengambil karya orang lain dan mengakui sebagai miliknya.

• Menyalin kata-kata atau ide orang lain tanpa menyebutkan


sumbernya.

• Tidak memberi tanda petik dalam mensitasi kalimat orang lain.

• Memberikan informasi keliru tentang sumber dari sitasiMerubah


kata-kata tetapi menyalin struktur kalimat tanpa menyebutkan
sumbernya.

• Menyalin terlalu banyak kata-kata atau ide dari satu sumber


sehingga menjadi bagian terbesar dari suatu karya baik dengan
menyebutkan sumbernya atau tidak.

Tipe plagiasi dibagi menjadi dua yaitu,

a) Plagiasi Sengaja (Intentional Plagiarism) plagiasi ini seperti

1) Mengganti nama bahan tulisan dari internet atau sumber lain untuk bahan
makalah.

2) Menyalin karya tulis atau artikel dari internet, sumber on-line atau database
elektronik tanpa menyebutkan sumbernya secara utuh.

52
3) Memotong dan menempelkan lebih dari satu sumber untuk menghasilkan
karya tulis tanpa menyebutkan sumbernya.

4) Meminjam kata-kata atau ide dari sumber lain tanpa memberikan apresiasi
secara memada.

b) Plagiasi Tak Sengaja (Unintentional Plagiarism)

1) Menuliskan kembali dengan serampangan (Paraphrasing poorly)yaitu :


hanya mengganti beberapa kata-kata tanpa mengubah struktur kalimat asli,
atau hanya merubah struktur kalimat tetapi tidak merubah kata-katanya.

2) Memberi tanda kutip secara serampangan (Quoting poorly)yaitu:


meletakkan tanda kutip hanya pada sebagian dari sitasi, atau memberi tanda
kutip disekitar kalimat yang sebagian telah diubah struktur kalimatnya serta
hanya sebagian dikutip.

3) Menyitasi secara serampangan (Citing poorly) yaitu:membuang sitasi atau


menyitasi secara salah.

3. Fungsi Turnitin
Turnitin menyemak kandungan tidak asli dengan membandingkan hasil
kerja yang dihantar dengan beberapa pangkalan data dengan menggunakan
algoritma proprietari. Turnitin akan mengimbas pangkalan datanya sendiri dan
mempunyai perjanjian berlesen dengan beberapa pangkalan data akademik yang
lain.
Turnitin hanya alat untuk menguji kemiripan karya tulis ilmiah sehinggah
mengurangi peluang pelajar melakukan plagiasi Dalam Permendiknas No. 17
Tahun 2010, Sanksi bagi Plagiator diatur dalam Pasal 12, yaitu Bagi
Dosen/Peneliti/Tenaga Kependidikan :
• Teguran
• Peringatan tertulis
• Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan
• Penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional

53
• Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesoe/ahli
peneliti/tenaga kependidikan
• Pemberhentian dg hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga
kependidikan
• Pemberhentian tidak dengan hormat dari status
sebagaidosen/peneliti/tenaga kependidikan;atau
• Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan
4. Langkah Turnitin

Hak akses dalam turnitin yaitu administrator, instructor, student. Intsructor


bertugas untuk mengunggah karyah tulis ilmiah student, dan student hanya bisa
mengunggah karya tulis ilmiah ke instructor.

Di UIN Alauddin sendiri mahasiswa melakukan turnitin dengan cara


mengunggah karya ilmiah keinstructor di perpus pusat perpus kemudian dari
perpus pusat mengunggah karya tulis ilmiah mahasiswa untuk tes plagiasi.

File karya ilmiah yang diunggah dalam format Microsoft Word (file
dengan ekstensi doc, docx) atau file format PDF, dan bukan merupakan hasil
scan.

54
Contoh hasil turnitin:

Memperoleh Indeks Kemiripan (Similarity Index)

Hasil pengecekan “Similarity Index” menggunakan Turnitin:

1. Warna Biru (Similarity Index 0 %).

2. Warna Hijau (Similarity Indek 1 % – 24 %).

3. Warna Kuning (Similarity Indek 25 % – 49 %)

4. Warna Oranye (Similarity Indek 50 % – 74 %)

55
5. Warna Merah (Similarity Indek 75 % – 100 %)

Maksimal 24% kemiripan yang dapat diperoleh agar dapat lolos dalam
turnitin dengan kata lain seyogiyanya dalam penulisan karya ilmiah kita harus
berusaha keras untuk tidak melakukan plagiasi karya tulis orang lain. Sebisa
mungkin mencantumkan sumber darikutipan yang dimasukkan dalam karya tulis
ilmiah.

56

Anda mungkin juga menyukai