PERLINDUNGAN KONSUMEN
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hukum Telematika
Program studi Ilmu Hukum
DOSEN PENGAMPU :
FAKULTAS HUKUM
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Hubungan Hukum Telematika
Dengan Perlindungan Konsumen” ini dengan baik, meskipun banyak kekurangan
didalamnya. Kami juga berterima kasih pada Bapak Irvan Sahputra., SH., M.H selaku
Dosen mata kuliah Hukum Telematika yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap, makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya, bahwa didalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, berharap adanya kritik,
saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dikesempatan-kesempatan
berikutnya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata - kata yang
kurang berkenan dihati.
Wassalamualaikum Warahmatullahi.Wabarakatuh.
Medan, 9 Desember
2022
Penulis
i
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I........................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................3
D. Tinjauan Pustaka..................................................................................................................5
E. Metode Penulisan...............................................................................................................16
BAB II.....................................................................................................................19
BAB III...................................................................................................................24
ii
H. Keamanan..........................................................................................................................25
I. Penyelesaian Sengketa.......................................................................................................26
BAB IV...................................................................................................................28
BAB V.....................................................................................................................43
PENUTUP..............................................................................................................43
A. Kesimpulan........................................................................................................................43
L. Saran..................................................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................46
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hukum Siber atau Cyber Law secara internasional digunakan untuk istilah
hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.
Demikian pula, dengan telematika yang merupakan perwujudan dari konvergensi
hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum informatika. Selain cyber law
atau hukum telematika ada pula istilah lain yang digunakan, yaitu hukum teknologi
informasi, hukum dunia maya dan hukum mayantara. Istilah-istilah itu lahir karena
kegiatan yang dilakukan melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi,
baik dalam lingkup lokal maupun global (internet), dengan memanfaatkan teknologi
berbasis sistem komputer yang merupakan sistem elektronik yang dapat dilihat
secara virtual.
1
memungkinkan terjadinya transformasi informasi secara cepat ke seluruh dunia
melalui jaringan dunia maya. Secara tidak langsung perkembangan teknologi
internet ini juga telah mengubah sisi kemanusiaan, yaitu perilaku manusia, interaksi
antar manusia, atau hubungan antarmanusia. Dalam perkembangannya, interaksi
antar manusia memasuki wilayah hubungan dagang atau bisnis, suatu transaksi
bisnis (commerce) tidak lagi dilakukan secara langsung (konvensional) melainkan
dapat pula dilakukan denganmenggunakan jasa layanan internet dan teknologi
elektronik lainnya. Transaksi perdagangan seperti ini dikenal dengan nama
electronic commerce atau lebih popular dengan sebutan e-commerce.
E-commerce atau transaksi elektronik adalah hal baru dalam berbisnis yang
mengutamakan efektivitas dalam pelaksanaannya. Ini artinya dengan melaksanakan
transaksi bisnis melalui jaringan elektronik (e-commerce) diharapkan
mampumelakukan perbaikan terhadap cara kerja bisnis tradisional/konvensional.
Sehingga, akan tercipta wajah bisnis baru dengan pelayanan yang serba cepat,
mudah, dan praktis. Melalui transaksi elektronik atau e-commerce seorang
penjual/pelaku usaha tidak harus bertemu langsung denganpembeli atau
konsumennya dalam suatu transaksi dagang, seperti yang terjadi pada transaksi
bisnis konvensional/tradisional. Transaksi dagang antara penjual/pelaku usaha
dengan konsumen/pembeli melalui e-commerce terjadi hanya lewat surat menyurat
melalui e-mail dan lainnya, serta pembayarannya juga bisa dilakukan melalui
internet. Dampaknya yang signifikanadalah tersingkirnya jejak kertas yang
sebelumnya merupakan bagian tak terpisahkan dari transaksi
tradisional/konvensional. Transaksi elektronik atau e-commerce bisa diartikan
sebagai setiap kegiatan perdagangan yang transaksinya terjadi seluruh atau sebagian
di dunia maya, misalnya: penjualan barang dan jasamelalui internet, periklanan
secara on-line, pemasaran, pemesanan, dan pembayaran secara on-line.
2
kualitas barang pesanan itu. Lebih jauh lagi, pembayaran pun dapat dilakukan secara
elektronik baik melalui transfer bank atau lewat pengisian nomor kartu kredit di
dalam internet. Hal ini sangat mengganggu hak konsumen, khususnya terhadap hak
untuk mendapatkan keamanan serta hak untuk mendapatkan informasi yang benar,
jelas, dan jujur atas produk yang diberikan oleh penjual atau pelaku usaha tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas, maka dapat dikemukakan rumusan masalahnya
adalah :
1. Bagaimana ruang lingkup hukum perlindungan konsumen?
2. Bagaimana ruang lingkup hukum telematika?
3. Bagaimana perlindungan konsumen dalam kedudukan hukum telekomunikasi?
1. Tujuan Penulisan
3
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka dapat dikemukakan tujuan
yang ingin dicapai dari penulisan ini, sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup hukum perlindungan
konsumen.
b. Untuk mengetahui dan memahami ruang lingkup hukum telematika.
c. Untuk mengetahui dan memahami perlindungan konsumen dalam kedudukan
hukum telekomunikasi.
2. Manfaat Penulisan
Berdasarkan hasil dari penulisan ini, diharapkan dapat bermanfaat dan
memberikan kontribusi baik seecara teoritis maupun praktis :
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penulisan makalah ini diharapkan dapat
menjadi bahan bacaan dan penambahan ilmu bagi para pembaca
khususnya para kalangan akademis dan pihak-pihak yang terkait
dengan topik penulisan ini. Penulisan ini juga diharapkan berguna
dan bermanfaat sebagai bahan acuan untuk perkembangan ilmu
hukum khususnya dalam bidang hubungan hukum telematika dengan
perlindungan konsumen dan dapat bermanfaat bagi perkembangan
undang-undang di Indonesia.
b. Manfaat Praktis
Penulisan makalah ini dapat memperluas pengetahuan tentang
penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan di lapangan, serta
menambah khasanah ilmu hukum tentang hubungan hukum
telematika dengan perlindungan konsumen. Bagi para pembuat
peraturan diharapkan penulisan makalah ini dapat dijadikan salah
satu masukan dalam membuat peraturan mengenai hubungan hukum
telematika dengan perlindungan konsumen. Bagi masyarakat,
penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
4
masyarakat sehingga dapat menjadi bahan masukan bagi masyarakat
luas dalam hal hubungan hukum telematika dengan perlindungan
konsumen.
D. Tinjauan Pustaka
5
Dunia hukum sebenarnya sudah sejak lama memperluas penafsiran
asas dan normanya ketika menghadapi persoalan yang bersifat tidak
berwujud, misalnya dalam kasus pencurian listrik yang pada awalnya sulit
dikategorikan sebagai delik pencurian tetapi akhirnya dapat diterima sebagai
perbuatan pidana. Kenyataan saat ini yang berkaitan dengan kegiatan siber
tidak lagi sesederhana itu, mengingat kegiatannya tidak lagi bisa dibatasi
oleh teritori suatu negara, aksesnya dengan mudah dapat dilakukan dari
belahan dunia manapun, kerugian dapat terjadi baik pada pelaku internet
maupun orang lain yang tidak pernah berhubungan sekalipun, misalnya
dalam pencurian dana kartu kredit melalui pembelanjaan di internet. Di
samping itu masalah pembuktian merupakan faktor yang sangat penting,
mengingat data elektronik bukan saja belum terakomodasi dalam sistem
hukum acara Indonesia, tetapi dalam kenyataannya data dimaksud juga
ternyata sangat rentan untuk diubah, disadap, dipalsukan dan dikirim ke
berbagai penjuru dunia dalam waktu hitungan detik. Sehingga dampak yang
diakibatkannya pun bisa demikian cepat, bahkan sangat dahsyat. Teknologi
informasi telah menjadi instrumen efektif dalam perdagangan global.1
6
obatan yang bersifat sangat pribadi orang cukup melakukannya melalui
internet. Bahkan untuk membeli majalah orang juga dapat membayar tidak
dengan uang tapi cukup dengan mendebit pulsa telepon seluler melalui
fasilitas SMS. Kenyataan ini menunjukkan bahwa konvergensi di bidang
telematika berkembang terus tanpa dapat dibendung, seiring dengan
ditemukannya Hak Cipta dan paten baru di bidang teknologi informasi.3
Cyber Law adalah aspek hukum yang istilahnya berasal dari Cyber
space Law, yang ruang lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan
dengan orang perorangan atau subyek hukum yang menggunakan dan
memanfaatkan teknologi internet yang dimulai pada saat mulai "online" dan
memasuki dunia cyber atau maya. Di negara yang telah maju dan negara
berkembang dalam penggunaan internet sebagai alat untuk memfasilitasi
setiap aspek kehidupan mereka, perkembangan hukum dunia maya sudah
sangat maju. Sebagai kiblat dari perkembangan aspek hukum ini, Amerika
Serikat merupakan negara yang telah memiliki banyak perangkat hukum
yang mengatur dan menentukan perkembangan Cyber Law.
7
kegiatan e-commerce antara lain dikenal adanya dokumen-dokumen
elektronik yang kedudukannya disetarakan dengan dokumen-dokumen yang
dibuat di atas kertas.5
Internet bukan merupakan objek yang kasat mata yang dapat disentuh
dan dapat dirasakan. Internet merupakan lapisan kompleksitas teknologi dan
jasa yang perlahan-lahan bergabung membentuk sesuatu yang dapat
dinikmati oleh semua orang. Internet (merupakan) jaringan komputer
Acara yang berlaku di Indonesia. Antara lain dinyatakan bahwa tanda tangan elektronik memiliki kekuatan
hukum dan akibat hukum yang sah. Menyatakan bahwa transaksi elektronik yang dituangkan dalam kontrak
elektronik mengikat para pihak. Undang-undang ini berlaku untuk setiap orang yang melakukan perbuatan
hukum sebagaimana diatur dalam Undang-undang ini, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun di luar
Indonesia, yang memiliki akibat hukum di Indonesia.
5
Cf. Ahmad M. Ramli, Kekuatan Akta Elektronik Sebagai Alat Bukti Pada Transaksi E-Commerce Dalam
Sistem Hukum Indonesia, Makalah disampaikan pada Kongres Ikatan Notaris Indonesia, Bandung 23 Januari
2003, hlm. 12-19. Terdapat beberapa keuntungan jika dokumen elektronik dilengkapi dengan penggunaan
digital signatures, yaitu terjaminnya authenticity (ensure), integrity, non repudiation, and confidentiality. Lih.
juga Bajaj, Kamlesh K., Debjani Nag, E-Commerce: The Cutting Edge of Business, Tata McGraw-Hill Book
Co-Singapure, International Editions, 2000, hlm. 259 dst. Cf. Baker, Steward A., Paul R. Hurst, The Limits of
Trust Cryptography, Governments, and Electronic Commerce, Kluwer Law International, The Haque- London-
Boston, tanpa tahun.
8
terbesar di dunia yang menghubungkan jutaan manusia, tumbuh secara
eksponensial. Jaringan yang terhubung ini menjadi antarjaringan
(internetwork) karena memiliki faktor penggabung sama yang
memungkinkan berbagai jaringan untuk bekerja sama.
9
mencari dan membeli apa yang dibutuhkan tanpa harus langsung mendatangi
toko yang menyediakan barang kebutuhan pembeli tersebut.
10
maya (cyberspace), khususnya yang mencakup pengaturan transaksi
elektronik.
11
hukum jelas wajib menegakkan hukum dan dengan berfungsinya aturan
hukum, maka secara tidak langsung pula hukum akan memberikan
perlindungan terhadap setiap hubungan hukum atau segala aspek dalam
kehidupan masyarakat yang diatur oleh hukum itu sendiri.
6
Status Hukum. “ Perlindungan Hukum Represif”, artikel diakses pada 10 Desember 2022, pukul 20:20 WIB dari
http://statushukum.com/tag/perlindungan-hukum-represif.
12
3. Pengertian Perlindungan Konsumen
14
hakhaknya telah dirugikan atau dilanggar oleh pelaku usaha. Purba menguraikan
konsep perlindungan konsumen sebagai berikut :
7
Mariam Darus Badrulzaman, Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat Dari Sudut
Perjanjian Baku ( Standar ),dalam BPHN,Simposium Aspek – Aspek Hukum Perlindungan
Konsumen,(Bandung :Binacipta,1986), h. 57.
8
Az.Nasution, Konsumen dan Hukum, (Jakarta :Pustaka Sinar Harapan, 1995), h.69.
15
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan
tidak diperdagangkan”.
16
berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara
Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama – sama melalui perjanjian
menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.
E. Metode Penulisan
1. Jenis Penelitian
17
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis
yang berbentuk studi deskriptif analisis, yakni dengan cara penulisan yang
menggambarkan permasalahan yang didasarkan pada data-data yang ada,
lalu dianalisa lebih lanjut untuk kemudian di ambil sebuah kesimpulan.
Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif yang berusaha mengkombinasikan pendekatan
normatif dan empiris. Dengan penelitian yuridis normatif yang bersifat
kualitatif, penelitian yang mengacu pada norma hukum yang terdapat dalam
peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan serta norma-norma yang
hidup dan berkembang di masyarakat.
18
3. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis normatif kualitatif. Yaitu dengan menganalisis ketentuan
dalam perundang-undangan serta buku-buku yang berkaitan secara
komprehensip.
19
BAB II
20
digantung oleh pihak lain, maka alat-alat negara akan turun tangan, baik
diminta ataupun tidak, untuk melindungi dan atau mecegah terjadinya
gangguan tersebut. Penghidupan yang layak apalagi penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan merupakan hak bagi warga negara dan hak semua orang.
Ia merupakan hak dasar bagi rakyat secara menyeluruh.
21
tentang siapa yang dimaksudkan sebagai subjek hukum dalam suatu
hubungan hukum konsumen, hak-hak dan kewajiban masing-masing, serta
tata cara penyelesaian masalah yang terjadi dalam sengketa antara konsumen
dan penyedia barang dan/atau penyelenggara jasa yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan bersangkutan.
9
Tri Siswi Kristiayanti Celina. (2011). Hukum Perlindungan Konsumen (Edisi 3) . Jakarta: Sinar Grafika., h. 40-62.
22
c. Hukum Konsumen Dalam Hukum Publik
Dengan hukum publik dimaksudkan hukum yang mengatur
hubungan antara negara dan alat-alat perlengkapan atau hubungan antara
negara dengan perorangan. Termasuk hukum publik dan terutama dalam
kerangka hukum kosumen dan/atau hukum perilndungan konsumen, adalah
hukum administrasi negara, hukum pidana, hukum acara perdata dan/atau
hukum acra pidana dan humum internasional khusunya hukum perdata
Indtenasional.
23
konsumen untuk melindungi dirinya, di lain pihak akan menumbuhkan pelaku usaha
yang bertanggung jawab.
Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, perlindungan konsumen diselenggarakan sebagai usaha
bersama berdasarkan lima prinsip yang relevan dalam pembangunan nasional, yaitu
sebagai berikut :
i. Prinsip manfaat
Prinsip ini dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya
dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberi manfaat
sebesarbesarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara
keseluruhan.
24
perlindungan konsumen, di mana negara dalam hal ini turut menjamin
adanya kepastian hukum tersebut.
BAB III
25
B. Perlindungan Rahasia Data Pribadi dan Privasi di Internet
Salah satu faktor penting dalam transaksi dan kegiatan melalui fasilitas
teknologi informasi adalah perlindungan data-data pribadi dan rahasia. Data-data
pribadi meliputi: data-data menyangkut hal-hal yang sangat privat seperti data
rekam medis, data keluarga, serta informasi yang sifatnya sangat pribadi lainnya
seperti nama gadis ibu kandung, data transaksi dan pembayaran kartu kredit, dan
lain-lain yang berpotensi digunakan oleh orang lain untuk tindakan kejahatan dan
mencari keuntungan secara ilegal. Sebagai contoh data yang menyangkut berapa
saldo yang masih tersedia sebagai fasilitas pemberian plafon dalam kartu kredit
dapat diketahui apabila pihak yang menghubungi card center penyelenggara kartu
kredit dapat mengungkapkan data-data tersebut.
C. Keamanan
26
standar instrumen, perangkat-perangkat, sistem dan segala sesuatu yang terkait
dengan sarana dan prasarana yang digunakan oleh suatu bank dalam kegiatan
transfer dana.
Perlu juga diatur tentang kewajiban dan sanksi bagi karyawan bank yang
terkait dengan kewajibannya dalam merahasiakan sandi akses (password) yang
digunakan oleh bank dalam pemanfaatan teknologi informasi, kejadian pembobolan
BNI Cabang New York beberapa tahun lalu menunjukkan pentingnya pengaturan
ini.
D. Penyelesaian Sengketa
27
teknologi informasi yang mengakibatkan kerugian bagi yang bersangkutan berkaitan
dengan kegiatan internet banking.
Sampai dengan saat ini Indonesia belum memiliki ketentuan Transfer Dana
yang berlaku secara umum, dan mengatur transfer dana lintas negara yang bersifat
perdata internasional, sehingga apabila dalam praktik timbul permasalahan akan
diselesaikan melalui penyelesaian secara internal dari para pihak terkait atau melalui
lembaga penyelesaian sengketa di luar pengadilan serta pengadilan. Kondisi ini
belum dapat memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang terkait dalam
proses Transfer Dana, sehingga kepedulian untuk menggoalkan ketentuan Transfer
Dana merupakan salah satu prioritas pembuatan hukum yang mendesak dan saat ini
sudah diundangkan.
1. Semakin maraknya penggunaan internet dalam kegiatan bisnis melahirkan suatu budaya
baru dalam dunia bisnis. Perdagangan secara elektronik (e-commerce) dengan berbagai
kelebihannya telah mulai marak dan memasyarakat. Kelebihan-kelebihan tersebut antara
lain adalah efisiensi waktu dan biaya serta peningkatan kinerja.
2. UU No. 8 Tahun 1997 telah memberi kemungkinan dokumen perusahaan untuk dijadikan
sebagai alat bukti dalam sistem Hukum pembuktian perdata.
28
BAB IV
29
masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan
konsumen perlu diperhatikan.
30
konsumen, sedangkan menurut Pasal 1 butir 2, konsumen adalah setiap orang
pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi
kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak
untuk diperdagangkan.
1. Asas Manfaat
Mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan
perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesarbesarnya bagi
kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas Keadilan
Partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secaara maksimal dan
memberikan kesempatan kepada konksumen dan pelaku usaha untuk
memperoleh haknya dan melaksanakan kewajiba secara adil.
3. Asas Keseimbangan
Memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku
usaha dan pemerintah dalam arti materiil maupun spiritual.
31
Kelima asas tersebut dibuat untuk mengatur dan melindungi konsumen dalam
hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan/atau jasa.
Jika dilihat lebih lanjut, konsumen ternyata tidak hanya dihadapkan pada persoalan
lemahnya kesadaran dan ketidakmengertian (pendidikan) mereka terhadap hak-haknya
sebagai konsumen. Lebih dari itu, konsumen ternyata tidak memiliki bargaining position
(posisi tawar) yang berimbang dengan pihak pelaku usaha. Hal itu terlihat sekali pada
perjanjian baku yang siap untuk ditandatangani dan bentuk klausula baku atau ketentuan
baku yang tidak informatif dan tidak bisa ditawar-tawar lagi. 12Berdasarkan kondisi diatas,
upaya pemberdayaan konsumen menjadi sangat penting.
12
Az Nasution, Op.Cit, hlm.29.
32
2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut
sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;
3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang
dan/atau jasa;
4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;
5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa
perlindungan konsumen secara patut;
6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen;
7. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta diskriminatif;
8. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau jasa
yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;
9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.
Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak
sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya tindakan yang
tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian
bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya.13
Hak-hak dasar konsumen tersebut sebenarnya bersumber dari hakhak dasar umum
yang diakui secara internasional. Hak-hak dasar umum tersebut pertama kali dikemukakan
oleh John.F.Kennedy, Presiden Amerika Serikat, pada tanggal 15 Maret 1962, melalui “A
special Message for the Protection of Consumer Interest” atau yang lebih dikenal dengan
istilah “Deklarasi Hak Konsumen” (Declaration of Consumer Right). Deklarasi tersebut
menghasilkan empat hak dasar konsumen yang meliputi hak-hak sebagai berikut :14
1. Hak untuk mendapatkan atau memperoleh keamanan atau the right to be secured;
2. Hak untuk mendapatkan informasi atau the right to be informed;
3. Hak untuk memilih atau the right to choose;
4. Hak untuk didengarkan atau the right to be heard.
13
Ibid, hlm. 22.
14
www.antaranews.com, diakses pada hari Senin, Tanggal 13 Desember 2022, pukul 23:03 WIB.
33
Empat hak dasar sebagaimana disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat,
John.F.Kennedy tersebut memberikan pemikiran baru tentang perlindungan hak-hak
konsumen. Empat dasar tersebut sering digunakan dalam merumuskan hak-hak dan
perlindungan konsumen.
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan
barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;
3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;
4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Selanjutnya pengertian pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha,
baik yang berbentuk badan hukum, maupun bukan badan hukum yang didirikan dan
berkedudukan dan melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia,
baik sendiri maupun bersamasama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha
dalam berbagai bidang ekonomi sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1 butir 3
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dalam kaitannya
dengan hubungan perniagaan antara konsumen dengan pelaku usaha akan terkait dengan
obyek perjanjian. Obyek perjanjian tersebut bisa merupakan suatu barang ataupun jasa yang
diperjanjikan. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik
bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang
dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Perlindungan Konsumen, sedangkan jasa adalah setiap layanan yang berbentuk
15
Az Nasution, Op.Cit. hlm.28.
34
pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh
konsumen. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan
nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad
baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa
konsumen;
4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;
5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundangundangan lainnya.
16
Ibid, hlm.34.
35
7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang
diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
17
Ibid, hlm.36-37.
36
B. Ketentuan Hukum Mengenai Perlindungan Konsumen Dikaitkan Dengan
Telekomunikasi
Telekomunikasi terdiri dari kata “tele” yang berarti jarak jauh (at a distance)
dan “komunikasi” yang berarti hubungan pertukaran ataupun penyampaian
informasi. 18
Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999
Tentang Telekomunikasi, definisi telekomunikasi adalah sebagai kegiatan
pemancaran, pengiriman, dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk
tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik,
radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.
1. Asas Manfaat
Berarti bahwa pembangunan telekomunikasi khususnya
penyelenggaraan komunikasi akan lebih berdaya guna dan berhasil guna
baik sebagai infrastruktur pembangunan, sarana penyelenggaraan
pemerintahan, sarana pendidikan, sarana perhubungan, maupun sebagai
komoditas ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
lahir dan batin.
37
perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum dan memberikan
perlindungan hukum, baik bagi para investor, penyelenggara telekomunikasi,
maupun kepada pengguna telekomunikasi.
5. Asas kemitraan
Memiliki makna bahwa penyelenggaraan telekomunikasi harus dapat
mengembangkan iklim yang harmonis, timbal balik, dan sinergis dalam
penyelenggaraan telekomunikasi.
6. Asas keamanan
Dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan telekomunikasi selalu
memperhatikan faktor keamanan dalam perencanaan, pembangunan dan
pengoperasiannya.
7. Asas etika
Dimaksudkan agar dalam penyelenggaraannya, telekomunikasi
senantiasa harus dilandasi oleh semangat profesionalisme, kejujuran,
kesusilaan, dan keterbukaan.
Secara garis besar diketahui ada beberapa aspek dari privasi baik yang dilindungi
atau diatur oleh hukum maupun yang tidak. Pada umumnya ada tiga aspek dari privasi,
yaitu :21
19
www.detik.com, diakses pada 13 Desember 2022, pukul 22:35 WIB.
20
Danrivanto Budhijanto, Op.Cit hlm.3.
21
Edmon Makarim, Op.Cit, hlm.160-161.
39
2. Privasi dari data tentang seseorang (Privacy of Data About a Person)
Hak privasi dapat juga mengikat pada informasi mengenai seseorang
yang dikumpulkan dan digunakan oleh orang lain. Penyalahgunaan
informasi-informasi yang dikumpulkan atas anggota-anggota suatu
organisasi / lembaga atau atas pelanggaran-pelanggaran dari suatu
perusahaan termasuk dalam pelanggaran hak privasi seseorang.
22
Ibid, hlm.163.
23
Ibid.
24
Ibid, hlm.121.
40
mengamanatkan bahwa setiap pengguna telekomunikasi mempunyai hak
yang sama untuk menggunakan jaringan telekomunikasi dan jasa
telekomunikasi dengan memerhatikan peraturan yang berlaku. Pasal 15 ayat
1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi
mengamanatkan bahwa atas kesalahan dan kelalaian penyelenggara
telekomunikasi yang menimbulkan kerugian, maka pihak-pihak yang
dirugikan berhak untuk mengajukan tuntutan ganti rugi kepada
penyelenggara telekomunikasi. Ganti rugi yang dimaksud adalah ganti rugi
yang diberikan penyelenggara telekomunikasi kepada pengguna atau
masyarakat luas yang dirugikan karena kelalaian atau kesalahannya. Ganti
rugi wajib diberikan kecuali penyelenggara telekomunikasi dapat
membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan
dan kelalaiannya. Penyelesaian ganti rugi dilaksanakan dengan cara melalui
mediasi atau arbitrase atau konsiliasi.25 Apabila penyelesaian ganti rugi
melalui cara tersebut tidak berhasil dapat dicari penyelesaian melalui
pengadilan.
Hubungan hukum yang terjadi melalui media elektronik akan menimbulkan akibat
hukum bagi pihak lain, oleh karenanya hukum telematika erat kaitannya dengan
perlindungan konsumen untuk melindungi kepentingan hukum masyarakat. Perlindungan
konsumen itu sendiri menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen
menyebutkan “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untukmemberi perlindungan kepada konsumen”.
25
Ibid.
41
Pasal 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyebutkan perlindungan
konsumen diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan 5 (lima) asas yang
relevan dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai berikut :
1. Asas manfaat dimaksudkan untuk mengamanatkan bahwa segala upaya dalam
penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberi manfaat ebesar-
besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.
2. Asas keadilan dimaksudkan agar partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan
secara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konsumen dan pelaku
usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajibannya secara adil.
3. Asas keseimbangan dimaksudkan untuk memberikan keseimbangan
antarkepentingan konsumen, pelaku usaha, dan pemerintah dalam arti materiil
maupun spiritual.
4. Asas keamanan dan keselamatan konsumen dimaksudkan untuk memberikan
jaminan atas keamanan dan keselamatan kepada konsumen dalam penggunaan,
pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau
digunakan.
5. Asas kepastian hukum dimaksudkan agar baik pelaku usaha maupun konsumen
menaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan
konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.
42
5. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan
konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam
berusaha.
6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan
usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan
keselamatan konsumen.
1. Legislation, yaitu perlindungan hukum terhadap konsumen yang dilakukan pada saat
sebelum terjadinya transaksi dengan memberikan perlindungan kepada konsumen
melalui peraturan perundang-undangan yang telah dibuat. Sehingga dengan adanya
peraturan perundangan tersebut diharapkan konsumen memperoleh perlindungan
sebelum terjadinya transaksi, karena telah ada batasan-batasan dan ketentuan yang
mengatur transaksi antara konsumen dan pelaku usaha.
2. Voluntary Self Regulation, yaitu perlindungan hukum terhadap konsumen yang
dilakukan pada saat sebelum terjadinya transaksi, di mana dengan cara ini pelaku usaha
diharapkan secara sukarela membuat peraturan bagi dirinya sendiri agar lebih berhati-
hati dan waspada dalam menjalankan usahanya.27
43
Informasi, Dokumen, dan Tanda Tangan Elektronik. Pengaturan Informasi, Dokumen, dan
Tanda Tangan Elektronik. Juga secara umum dikatakan bahwa Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang
sah, yang merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang
berlaku di Indonesia. Urusan transaksi elektronik yang diatur dalam Pasal 5 s/d 22 UU ITE
merupakan inti dari masalah keperdataan dan bisnis. Urusan ini menjelaskan teknisnya
yang khususnya bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat, khususnya
konsumen.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
44
dan perdata; Kebiasaan-kebiasaan internasional; Policy international di bidang
cyber law misalnya Uniform Domain Name Resolution Dispute Policy (UDRP).
Data-data pribadi meliputi: data-data menyangkut hal-hal yang sangat privat
seperti data rekam medis, data keluarga, serta informasi yang sifatnya sangat
pribadi lainnya seperti nama gadis ibu kandung, data transaksi dan pembayaran
kartu kredit, dan lain-lain yang berpotensi digunakan oleh orang lain untuk
tindakan kejahatan dan mencari keuntungan secara ilegal. Sebagai contoh data
yang menyangkut berapa saldo yang masih tersedia sebagai fasilitas pemberian
plafon dalam kartu kredit dapat diketahui apabila pihak yang menghubungi card
center penyelenggara kartu kredit dapat mengungkapkan data-data tersebut.
Dalam kaitan dengan pengamanan ini BI dapat bekerja sama dengan Indonesia
Computer Emergency Response Team (ID-CERT) yang berfungsi sebagai contact
point tentang masalah security, menyebarkan informasi masalah security, tempat
pelaporan insiden yang dapat ditindaklanjuti melalui pembuatan data statistik
kasus, dan sebagai motor dalam sosialisasi security termasuk pemberian security
advisory dan layanan informasi di bidang keamanan lainnya. Masyarakat dapat
melakukan gugatan secara perwakilan (class action) terhadap pihak yang
melakukan penyalahgunaan di bidang teknologi informasi yang akibatnya dapat
merugikan masyarakat. Gugatan semacam ini tidak dimaksudkan untuk
memperoleh ganti rugi, kecuali untuk memperoleh hak untuk tindakan tertentu
saja. Berkaitan dengan internet banking akan dimungkinkan masyarakat
menggugat bank yang menyodorkan kontrak baku yang benar-benar memberatkan
nasabah, atau bank yang merugikan masyarakat karena kegagalannya dalam
sistem keamanan (security).
3. Telekomunikasi terdiri dari kata “tele” yang berarti jarak jauh (at a distance) dan
“komunikasi” yang berarti hubungan pertukaran ataupun penyampaian informasi.
Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang
Telekomunikasi, definisi telekomunikasi adalah sebagai kegiatan pemancaran,
pengiriman, dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda,
isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau
45
sistem elektromagnetik lainnya. Hubungan hukum yang terjadi melalui media
elektronik akan menimbulkan akibat hukum bagi pihak lain, oleh karenanya
hukum telematika erat kaitannya dengan perlindungan konsumen untuk
melindungi kepentingan hukum masyarakat. Perlindungan konsumen itu sendiri
menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Perlindungan Konsumen menyebutkan
“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian
hukum untukmemberi perlindungan kepada konsumen”.
B. Saran
2. Sebaiknya pemerintah dan masyakarat dapat membangun kerja sama yang baik
dalam mengarahkan proses berlangsungnya perlindungan rahasia data pribadi dan
privasi di internet dalam kehidupan sehari-hari.
3. Alangkah baiknya, jika ini tidak hanya dijadikan sebagai materi yang membantu
proses pemahaman mahasiswa saja namun, dapat digunakan langsung atau
dipraktekan secara langsung dalam kehidupan sehari-hari atau dalam proses
pembelajaran.
46
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Campbell Henry. (1979). Black’s Law Dictionary (Fifth Edition). West Publishing Co: ST.Paul.
Darus Badrulzaman Mariam. Perlindungan Terhadap Konsumen Dilihat Dari Sudut Perjanjian
Baku ( Standar ),dalam BPHN, Simposium Aspek- Aspek Hukum Perlindungan Konsumen,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2011.
Jonathan. (1996). CyberLaw: The Law of The Internet. New York: Springer-Verlag.
Makarim Edmon. (2005). Pengantar Hukum Telematika. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
47
Nasution Az. (1995). Konsumen dan Hukum. Jakarta: Pustaka: Sinar Harapan.
Nugroho, Susanti. A. (2008). Proses Penyelesaian Sengketa Konsumen Dintinjau Dari Hukum
Acara Serta Kendala Implementasinya (Edisi 1). Jakarta: Prenadamedia Group.
P, Sugeng. S. (2020). Hukum Telematika Indonesia (Edisi 1). Jakarta: Prenadamedia Group.
Tri Siswi Kristiayanti Celina. (2011). Hukum Perlindungan Konsumen (Edisi 3) . Jakarta: Sinar
Grafika.
Skripsi
Internet
48
9_b7AhU7V2wGHVaFDpkQFnoECBQQAQ&usg=AOvVaw2_YuVQkyxoa6Vgyc099owM.
(Diakses pada 12 Desember 2022, pukul 20:20 WIB).
49