Anda di halaman 1dari 4

RESUME TENTANG FILSAFAH HIDUP MASYARAKAT MELAYU

1. Pengertian Filsafah
Sebuah atau sesuatu atau bagian dari Sejarah bagaimana para tokoh-tokoh filosofi
mengapliikasikan falsafah dalam kehidupan sehar-hari mereka. Nama falsafah itu adalah kata
arab yang berhubung erat dengan kata yunani, didalam bahasa Arab awalnya memang tidak
ada, namun kemudian di jadikan sebagai bahasa arab yaitu Falsafah kemudian menjadi
Tashowuf yaitu merupakan satu kesatuan dari falsafah. Adalah pengaruh dari peradaban
yunani kuno, dalam bahasa Yunani falsafah yaitu Filosofia (Philosophia).
Dalam bahasa Yunani kata Filosofia itu merupakan majemuk yang terjadi dari Filo
dan Sofia. Filo artinya “cinta” dalam arti seluas-luasnya, yaitu ingin dan karena ingin itu lalu
berusaha mencapai yang diingini itu. Sofia artinya “kebijaksanaan”. Bijaksana inipun kata
asing adapun artinya adalah pandai yaitu mengerti dengan mendalam. Dapat disimpulkan
bahwa falsafah sama dengan sebuah keinginan untuk menggali sebuah kebenaran.
Secara terminologis, falsafah mempunyai arti yang berwarna-warna, sebanyak orang
yang memberikan pengertian atau batasan. Berikut yang dikemukakan oleh senior falsafah: 1.
Plato (427 SM – 347 SM). Filosof Yunani yang terkenal, gurunya aristoteles, ia sendiri
berguru kepada Socrates. Ia mengatakan bahwa falsafah adalah pengetahuan tentang segala
yang ada; ilmu yang berminat untuk mencapai sebuah kebenaran yang asli.
2. Aristoteles (381 SM – 322 SM) mengatakan bahwa falsafah adalah ilmu yang meliputi
kebenaran yang terkandung didalamnya ilmu-ilmu; methafisika, logika, etika, ekonomi,
politik, dan estetika.
3. Marcus Tullius Cicero (106 SM – 43 M) seorang politikus dan ahli pidato didaerah
Romawi merumuskan falsafah sebagai pengetahuan tentang sesuatu yang maha agung dan
usaha-usaha untuk mencapainya.
4. Al-Farabi (wafat 950M) seorang filosof muslim yang mengatakan bahwa falsafah atau
falsafah adalah ilmu pengetahuan tentang alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakekat
yang sebenarnya.
5. Immanuel Kant (1724 M 1804 M) yang sering dijuluki raksasa pemikir Barat, mengatakan
bahwa falsafah adalah merupakan ilmu pokok dari segala pengetahuan yang meliputi empat
persoalan yaitu :
a. Apakah yang dapat kita ketahui? Pertanyaan ini dijawab oleh metafisika.
b. Apakah yang boleh kita kerjakan? Pertanyaan ini dijawab oleh etika.
c. Sampai dimanakah pengharapan kita? Pertanyaan ini dijawab oleh agama.
d. Apakah manusia itu? Pertanyaan ini dijawab oleh Antropologi.
Keempat soal itu adalah filsafi. Usaha untuk mendapatkan jawaban atau pemecahan
terhadapnya telah menimbulkan teori-teori dan sistem pemikiran seperti idealisme, realisme,
pragmatisme, dan fenomenologi. Falsafah juga berarti bermacam-macam teori dan sistem
pemikiran yang dikembangkan oleh para filosof besar seperti Socrates, Aristoteles dan lain-
lain.
Falsafah dari perkataan Greek : Philos berarti ‘ Cinta ’ Sophia berarti ‘ Bijaksana
Pandangan Russel (1946) : ‘ Falsafah sebagai sesuatu di antara teologi (Ilmu ketuhanan dan
agama) dan Sains (Fisikal dan Manusia). Schofield ( 1972) : ‘ Falsafah sebagai proses
menyoal ’ (Soalan berbentuk empirikal dan spekulatif ).

2. Pengenalan Akan Melayu


Melayu itu bukan artinya layu dan bukan pula seperti tafsiran yang sedia ada dalam
kamus atau kenyataan yang difahamkan oleh pengkaji yang memaparkan pendapat mereka.
Melayu itu adalah satu nilai yang memberi kita akan kefahaman sejati tentang apa dan siapa
Melayu itu. Maka jika memahami Melayu dengan tafsiran yang sebegitu rupa “Melayu itu
Alam, Melayu itu Dunia, Melayu itu Pemikiran Ketuhanan, Melayu itu budaya yang
memerintah.”, kita telah membuka satu penampilan baru dan satu nafas baru yang lebih segar
dimana pengertiannya amat bersesuaian jika berganding dengan Orde Baru orang Melayu di
alaf ini demi mencapai kejatian dirinya dan kejayaan bangsanya untuk setanding dengan
bangsa lain didunia ini.
Mereka yang dikatakan Melayu bukanlah manusia, lebih kepada bentuk satu entitas,
“Intellegent” yang mempengaruhi arus evolusi manusia serta tujuan manusia dari mula hingga
kini sehingga ke suatu masa apabila manusia sudah jauh dalam evolusinya sehingga
membolehkan mereka memilih dan membentuk kehidupan mereka selaras dengan fitrah diri
mereka dan kaitannya dengan alam ini. Maka entitas yang “Intellegent” ini menjadi
pribadinya orang Melayu atau merupakan kepribadian yang memiliki kebijaksanaan berkat
sikap batinnya dan bukan karena sikap lahirnya serta memiliki kesaktian dan kekuatan guna
sebagai pendidik manusia dan menjaga kesejahteraan alam sejagad.
Inilah Melayu dalam arti kata yang sebenarnya yaitu kepribadian dari batinnya yang
patut kita warisi bukan hanya bersandar akan tubuh fisikalnya saja yang menjadi takrif akan
arti Melayu itu. Inilah fitrah kita orang Melayu mewarisi akan nilainya sebagai Melayu dari
mereka keturunan kita yang hebat ketika dahulu.

3. Falsafah Hidup Orang Melayu


Masyarakat Melayu itu dalam falsafah hidupnya dapat disimpulkan berlandaskan
pada lima dasar, yaitu :
1. Melayu itu Islam, yang sifatnya universal dan demokratis bermusyawarah.
2. Melayu itu berbudaya, yang sifatnya nasional dalam bahsa, sastra, tari, pakaian, tersusun
dalam tingkah laku, dan lain-lain.
3. Melayu itu beradat, yang sifatnya regional (kedaerahan)dalam bhineka tunggal ika, dengan
tepung tawar, balai pulut kuning dan lain-lain yang mnegikat tua dan muda.
4. Melayu itu berturai, yaitu tersusun dalam masyarakat yang rukun tertib mengutamakan
ketenteraman dan kerukunan, hidup berdampingan dengan harga menghargai timbal balik,
bebas tapi terikat dalam Masyarakat
5. Melayu itu berilmu, artinya pribadi yang diarahkan kepada ilmu pengetahuan dan ilmu
kebathinan (agama dan mistik), agar bermarwah dan disegani orang, untuk kebaikan umum.
Rukun tertib yang dimaksudkan puak melayu adalah keadilan dan kebenaran yang
harus dapat dirasa dan dilihat. Ia mengetahui, bahwa :
ISLAM tidak bertentangan dengan masyarakat yang berperikemanusiaan dan yang ber-
Tuhan.
BUDAYA tidak bertentangan dengan masyarakat yang ingin beradab dan mengingkat lahiriah
dan bathiniah
ADAT tak bertentangan dengan peradaban masyarakat yang ada rasa kekeluargaan, bukan
individualistis.
BERTURAI tak bertentangan dengan masyarakat yang tahu harga diri, yang ingin kebenaran,
keadilan dan kemakmuran yang merata dalam kehidupan.
BERILMU tak bertentangan dengan masyarakat yang ingin maju untuk kepentingan diri dan
masyarakatnya. pengabdian adalah pada Allah, manusia dan lingkungan, untuk kebahagiaan
diri sekarang dan nanti. ( Buku Butir Butir Adat Melayu Pesisir Sumatera Timur yang disusun
oleh T.H.M. Lah Husny).

4. Falsafat Adat Orang Melayu


Sebuah nilai adalah sebuah konsepsi , eksplisit atau implisit yang menjadi milik
khusus seorang atau ciri khusus suatu kesatuan sosial (masyarakat) menyangkut sesuatu yang
diingini bersama (karena berharga) yang mempengaruhi pemilihan sebagai cara, alat dan
tujuan sebuah tindakan. Nilai nilai dasar yang universal adalah masalah hidup yang
menentukan orientasi nilai budaya suatu masyarakat Melayu, yang terdiri dari hakekat hidup,
hakekat kerja, hakekat kehidupan manusia dalam ruang waktu, hakekat hubungan manusia
dengan alam, dan hakekat hubungan manusia dengan manusia.
a. Hidup dalam Falsafah Melayu
Tujuan hidup bagi orang Melayu adalah untuk berbuat jasa. Kata pusaka orang
Melayu mengatakan bahwa “hidup berjasa, mati berpusaka”. Jadi orang Melayu
memberikan arti dan harga yang tinggi terhadap hidup. Untuk analogi terhadap alam,
maka pribahasa yang dikemukakan adalah :

Gajah mati meninggakan gading


Harimau mati maninggakan belang
Manusia mati meninggakan nama
Dengan pengertian, bahwa orang Melayu itu hidupnya jangan seperti hidup hewan
yang tidak memikirkan generasi selanjutnya, dengan segala yang akan ditinggalkan
setelah mati. Karena itu orang Melayu bekerja keras untuk dapat meninggalkan,
mempusakakan sesuatu bagi anak cucunya dan masyarakatnya.
b. Kerja dalam falsafah melayu
Sejalan dengan makna hidup bagi orang Melayu, yaitu berjasa kepada kerabat
dan masyarakatnya, kerja merupakan kegiatan yang sangat dihargai. Kerja merupakan
keharusan. Kerjalah yang dapat membuat orang sanggup meninggalkan pusaka bagi
anak kemenakannya. Dengan hasil kerja dapat dihindarkan “hilang warna karena
penyakit, hilang bangsa karena tidak beremas’. Artinya harga diri seseorang akan
hilang karena miskin, oleh sebab itu bekerja keras salah satu cara untuk
menghindarkannya. Dengan adanya kekayaan segala sesuatu dapat dilaksanakan
sehingga tidak mendatangkan rasa malu bagi dirinya atau keluarganya. Banyaknya
seremonial adat itu seperti perkawinan membutuhkan biaya. Dari itu usaha yang
sungguh-sungguh dan kerja keras sangat diutamakan.
c. Waktu dalam falsafah melayu
Bagi orang Melayu waktu berharga merupakan pandangan hidup orang
Melayu. Orang Melayu harus memikirkan masa depannya dan apa yang akan
ditinggalkannya serta bekal apa yang dibawa sesudah mati. Mereka dinasehatkan
untuk selalu menggunakan waktu untuk sesuatu yang bermakna.
Dimensi waktu, masa lalu, masa sekarang, dan yang akan datang merupakan
ruang waktu yang harus menjadi perhatian bagi orang Melayu. Melihat contoh ke
yang sudah. Bila masa lalu tak menggembirakan dia akan berusaha memperbaikinya.
Duduk meraut ranjau, tegak meninjau jarah merupakan manifestasi untuk mengisi
waktu dengan sebaik-baiknya pada masa sekarang. Membangkit batang terandam
merupakan refleksi dari masa lalu sebagai pedoman untuk berbuat pada masa
sekarang. Sedangkan mengingat masa depan adat berfatwa; “hemat sebelum
habis,sediakan paying sebelum hujan”
d. Alam dalam falsafah melayu
Pepatah adat menyebutkan: "Menyimak alam, mengkaji diri" Nilai ini
mengajarkan agar dalam merancang dan melaksanakan pembangunan, haruslah
diawali dengan penelitian yang cermat terhadap alam dan semua potensi yang ada
(sumber daya alam), serta mengkaji pula kemampuan diri (sumber daya manusia).
Melalui kajian inilah dibuat rancangan yang diharapkan dapat memenuhi harapan
semua pihak. Orangtua-tua mengakatan: "menyimak alam luar dan dalam, mengkaji
diri untuk mengukur kemampuan sendiri"; atau dikatakan: "mengkaji alam dengan
mendalam, diri diukur dengan jujur".
Nilai di atas memberi peluang terjalinnya hubungan kerjasama dengan
berbagai pihak yang dianggap ahli dan berkemampuan, termasuk pemodal luar
sepanjang tidak merugikan masyarakat dan menjatuhkan harkat, martabat, tuah dan
marwahnya. Orangtua-tua mengatakan: bila tidak mampu, cari yang mampu; bila
tidak pandai, cari yang pandai; bila tidak tahu, cari yang tahu; atau dikatakan: untuk
membangun yang berfaedah, jangan malu merendah (maksudnya, untuk mewujudkan
pembangunan, jangan malu-malu menggunakan tenaga luar yang dianggap patut dan
layak). Dengan demikian, pembangunan dapat berjalan tanpa memaksakan diri bila
benar-benar tidak memiliki daya dan kemampuan.
Perhatian orang Melayu terhadap alam sekitarnya sangat tinggi. Orang
Melayu selalu menjaga keseimbangan dan harmonisasi alam tersebut, sehingga alam
merupakan bagian dari tata kehidupan mereka. Seperti dalam ungkapan berikut: kalau
terpelihara alam lingkungan, banyak manfaat dapat dirasakan:
ada kayu untuk beramu
ada tumbuhan untuk ramuan
ada hewan untuk buruan
ada getah membawa faedah
ada buah membawa berkah
Yang dimaksud dengan adat sebenar adat adalah yang tidak lapuk karena hujan dan
tak lekang karena panas biasanya ketentuan-ketentuan alam atau hukum alam, atau
kebenarannya yang datang dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Oleh karena itu adat
Melayu falsafahnya berdasarkan kepada ketentuan-ketentuan dalam alam, maka adat
Melayu itu akan tetap ada selama alam ini ada

Anda mungkin juga menyukai