Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PROFESI FISIOTERAPI

PENGARUH ABDOMINAL STRETCHING EXERCISE DAN


KOMPRES HANGAT TERHADAP DESMINORE PRIMER

OLEH:

Heny Dwi Marista

NPM : 2260065

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI PROGRAM


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI
INSTITUTSI KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur patut kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat
dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ini dengan judul
“Pengaruh Abdominal Stretching Exercise Dan Kompres Hangat Terhadap
Desminore Primer”. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu tugas pada
pelaksanaan mata kuliah Manajemen Fisioterapi Profesi Komprehensif Kesehatan
Wanita. Kami menyampaikan terimakasih kepada clinical instructor, clinical
educator, dan pihak lainnya yang telah membimbing dan mengarahkan selama
praktik di lahan, dalam segala proses pelaksanaan pembelajaran dalam mata kuliah
Kesehatan Wanita ini, khususnya dalam penyusunan laporan kasus ini. Penulis
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari setiap pihak. Semoga laporan
ini memberikan manfaat bagi semua pihak.

Kendal, Januari 2023

Heny Dwi Marista


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan menstruasi merupakan salah satu aspek penting dalam


membangun kualitas sumber daya manusia dan berkaitan erat dengan kesehatan
reproduksi. Permasalahan seputar menstruasi dan gejala yang menyertainya
termasuk desminore primer seringkali dianggap tabu untuk dibahas di ranah publik
dan kurang mendapat perhatian untuk dipelajari dan diajarkan, khususnya kepada
perempuan. Hal tersebut antara lain yang menyebabkan masih tersebarnya mitos
seputar menstruasi dan persepsi yang tidak tepat berkaitan dengan menstruasi (
Ernawati Sinaga, et all, 2017).
Dismenorea primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi.
Dismenore primer menjadi penting untuk ditangani karena secara ilmiah terbukti
menimbulkan beberapa dampak negatif bagi perempuan diantaranya seringkali
merasa lemah dan lelah selama mengalami dismenore primer (Pavithra, et all,
2020). Kram saat mengalami menstruasi atau desminore primer disebabkan oleh
kontraksi otot rahim yang sangat intens, yang bertujuan untuk melepaskan lapisan
dinding rahim yang tidak diperlukan lagi (Ernawati, 2017).
Data dari World Health Organization (WHO) tahun 2017 didapatkan
kejadian sebesar 1.769.425 jiwa (90%) jiwa. Angka kejadian dismenore primer di
setiap negara dilaporkan masih sangat tinggi, dengan rata-rata lebih dari 50%
wanita disetiap negara mengalami dismenore primer. Di Afrika dalam penelitian
yang dilakukan oleh Sidi et al (2016) menyatakan angka kejadian disminore primer
sebanyak 78,35%, sedangkan di India terdapat 84,2% (Joshi et al, 2015).
Menurut Santoso (2018), dismenore primer di Indonesia 64,25% yang
terdiri dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Prevalensi
di Jakarta, prevalensi dismenore primer adalah 87,5% dengan nyeri ringan 20,48%,
nyeri sedang 64,76%, dan nyeri parah 14,76%. Prevalensi desminore primer di
Sumatera Utara pada remaja putri adalah 85,9% ( Sirait 2017). Di Pematangsiantar
tepatnya di Greccio Sinaksak terdapat 52 % yang mengalami desminore primer.
Dismenorea primer menjadi suatu kondisi yang merugikan bagi banyak
wanita dan memiliki dampak besar pada kualitas hidup terkait kesehatan. Terlebih
bagi kalangan perempuan pekerja yang harus tetap masuk kerja dalam kondisi
kesakitan suatu hal yang sungguh menyiksa. Semuanya tentu sangat mengganggu
dan membuat tidak nyaman karena badan serba tidak enak, aktifitas terganggu,
produktifitas kerja menurun drastis. Dismenorea primer memegang tanggung jawab
atas kerugian ekonomi yang cukup besar karena biaya obat, perawatan medis dan
penurunan produktivitas (Larasati, et al 2016).
Dismenore primer dipengaruhi oleh usia wanita itu sendiri. Pada usia 18-
24 tahun, banyak mengalami dismenore primer karena statusnya yang belum
menikah dan belum melakukan hubungan seksual ( Ammar, U.R (2016). Semakin
bertambahnya usia maka semakin melebar leher rahim sehingga sekresi hormon
prostaglandin akan berkurang (Yunitasari et al 2017). Menurunnya fungsi saraf
rahim karena penuaan akan menghilangkan dismenore primer (Novia &
Puspitasari dalam Aditara, 2018). Hal ini didukung oleh penelitian
Alfrianne (2018) yang mengatakan bahwa desminore primer terjadi pada usia
antara 15-25 tahun yang kemudian frekuensinya menurun sesuai dengan
pertambahan usia dan biasanya berhenti setelah melahirkan.
Dismenorea primer mengakibatkan tidak dapat beraktifitas secara normal,
sebagai contoh siswi yang mengalami dismenore primer tidak dapat konsentrasi
dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang dirasakan. Boleh
disimpulkan bahwa desminore primer berdampak negatif terhadap kualitas hidup
wanita dan mengganggu aktifitas sehari-hari (Ferries-Rowe, 2020).
Menurut Gamit (2014), exercise yang efektif menurunkan skala dismenore
primer adalah abdominal stretching exercise. Hal ini didukung oleh penelitian
Yulita Elvira Silviani, Tita Rosnita, Buyung Keraman (2020) di Stikes Tri
Mandiri Sakti Bengkulu. Penelitian yang dilakukan oleh Amilia Azma, Arif
Tirtana, Maulida Rahmawati Emha (2018) tentang efektifitas abdominal stretching
exercise terhadap desminore primer di Stikes Madani Yogyakarta. Penelitian yang
dilakukan oleh Vidia Ariska Putri, Desiana Merawati, Olivia Andiana (2020)
tentang efektifitas abdominal stretching exercise terhadap desminore primer di
Malang dan di Universitas Aisyah Prinsewu Lampung oleh Linda Puspita, Tuti
Anjarwati (2019).
Kompres hangat dapat meredakan iskemia dengan menurunkan kontraksi
uterus dan melancarkan pembuluh darah sehingga dapat meredakan
nyeri,mengurangi ketegangan dan meningkatkan perasaan nyaman, meningkatkan
aliran menstruasi dan meredakan vasokongesti pelvis (Oktaviana, A dan Imron R
2014).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Desminore Primer
2.1.1. Defenisi
Istilah dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu dysmenorrhea. Dys
berarti sulit, nyeri, abnormal. Meno berarti bulan dan rrhea berarti aliran atau arus.
Dismenorea disebut juga kram menstruasi atau nyeri menstruasi. Dalam bahasa
Inggris, dismenorea sering disebut sebagai “painful period” atau menstruasi yang
menyakitkan (American College of Obstetritians and Gynecologists, 2015).
Desminore primer adalah nyeri yang dirasakan saat menstruasi yang
terjadi bukan karena gangguan fisik tetapi karena kejang otot uterus yang
disebabkan produksi prostaglandin yang berlebihan sehingga merangsang
hiperaktifitas uterus (U. Ammar 2016).
Desminore terjadi terutama di perut bagian bawah, tetapi dapat menyebar
hingga ke punggung bagian bawah, pinggang, panggul, paha atas, hingga betis.
Desminore juga bisa disertai kram perut yang parah. Kram tersebut berasal dari
kontraksi otot rahim yang sangat intens saat mengeluarkan darah menstruasi dari
dalam rahim. Kontraksi otot yang sangat intens ini kemudian menyebabkan otot-
otot menegang dan menimbulkan kram atau rasa sakit atau nyeri (Ernawati S,
2017 dalam buku Manajemen Kesehatan Menstruasi)
Proses ini sebenarnya merupakan bagian normal dari menstruasi, dan
biasanya dirasakan ketika mulai perdarahan dan terus berlangsung hingga 32-48
jam. Sebagian besar perempuan yang menstruasi mengalami dismenorea primer
dalam derajat nyeri yang berbeda-beda. Dismenorea primer akan berkurang rasa
sakit dan nyerinya seiring dengan bertambahnya usia dan sudah pernah
melahirkan (Ernawati S, 2017 dalam buku Manajemen Kesehatan Menstruasi).
2.1.2. Etiologi Desminore Primer
Dismenorea primer adalah proses normal yang dialami ketika menstruasi.
Kram desminore primer disebabkan oleh kontraksi otot rahim yang sangat intens,
yang dimaksudkan untuk melepaskan lapisan dinding rahim yang tidak diperlukan
lagi. Dismenorea primer disebabkan oleh zat kimia alami yang diproduksi oleh
sel-sel lapisan dinding rahim yang disebut prostaglandin. Prostaglandin akan
merangsang otot-otot halus dinding rahim berkontraksi (Ernawati S, 2017).
Desminore primer juga dipengaruhi oleh hormon steroid seks, system saraf,
vasopressin dan psikis (Dwi Anna Khoerunisya, 2015).
Makin tinggi kadar prostaglandin, kontraksi otot rahim akan makin kuat,
sehingga rasa nyeri yang dirasakan makin kuat. Biasanya, pada hari pertama
menstruasi kadar prostaglandin sangat tinggi. Pada hari kedua dan selanjutnya,
lapisan dinding rahim akan mulai terlepas, dan kadar prostaglandin akan
menurun. Rasa sakit dan nyeri pun akan berkurang seiring dengan makin
menurunnya kadar prostaglandin (Endokrinologi Reproduksi Wanita oleh
Pramana, C. 2013)
2.1.3. Manifestasi Klinik

Dismenore primer menimbulkan gejala-gejala seperti kram pada perut,


ketidaknyamanan/kegelisahan satu atau dua hari sebelum menstruasi, diare, mual
dan muntah, pusing, nyeri kepala bahkan pingsan. Dismenore sekunder memiliki
gejala yang sesuai dengan apa yang menyebabkannya, jika pasien tersebut
mengalami endometriosis, maka akan timbul gejala berupa nyeri yang lebih berat
selama menstruasi dan nyeri tersebut menetap serta bisa ditemukan tidak hanya di
bagian uterus (Pramana, C. 2013).
2.2. Abdominal Stretching Exercise
2.2.1.Defenisi stretching exercise

Exercise dapat didefinisikan sebagai aktifitas yang membutuhkan tenaga


fisik, terutama bila dilakukan untuk mengembangkan atau mempertahankan
kebugaran (Saleh, 2016). Stretching adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk
memelihara dan mengembangkan fleksibilitas atau kelenturan. Latihan
peregangan bertujuan membantu meningkatkan oksigenase atau proses pertukaran
oksigen dan karbohidrat di dalam sel serta menstimulasi aliran darah system limfa
sehingga dapat meningkatkan kelenturan otot dan dapat memelihara fungsinya
dengan baik (Wulandari, 2016).
Abdominal stretching exercise merupakan suatu latihan peregangan otot
terutama pada perut yang dilakukan selama 10 menit. Latihan ini dirancang
khusus untuk meningkatkan kekuatan otot, daya tahan dan fleksibilitas uterus
sehingga diharapkan dapat mengurangi desminore primer (Salbiah, 2015).
Abdominal stretching exercise salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan
untuk mengurangi desminore primer. Dengan exercise, tubuh akan menghasilkan
endorphin yang berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak
sehingga menimbulkan rasa nyaman.

2.2.2. Fisiologi dan Biomekanika Abdominal stretching Exercise

Abdominal stretching exercise dapat meningkatkan kekuatan otot perut,


kelenturan perut dan daya tahan tubuh pada keadaan tertentu, relaksasi
pernapasan, meningkatkan ventilasi paru dan oksigen dalam darah sehingga dapat
menurunkan desminore primer (Gamit, 2014; Windastiwi, 2017). Abdominal
Stretching Exercise membantu merilekskan otot-otot uterus dan meningkatkan
perfusi darah ke uterus, sehingga tidak terjadi metabolisme anaerob yang akan
menghasilkan asam laktat. Impuls nyeri yang diterima serabut syaraf C tidak
adekuat karena asam laktat tidak terbentuk, sehingga substansi P tidak disekresi
dan pintu gerbang substansi gelatinosa (SG Gate) tidak terbuka sehingga tidak
terjadi penurunan informasi intensitas nyeri yang akan dipersepsikan di korteks
serebri (Anderson dalam Wulandari, 2016).
Pencegahan desminorea primer yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah dengan abdominal stretching exercise dan kompres hangat. Abdominal
stretching exercise merupakan gabungan dari enam gerakan antara lain: cat
stretch, lower trunk rotation, buttock/hip stretch, abdominal strengthening (curl
up), lower abdominal strengthening dan the bridge position (Thermacare dalam
Fauziah 2015). Waktu dilakukan abdominal stretching exercise yaitu saat
menstruasi setiap pagi atau sore dengan frekuensi 3 kali dalam seminggu selama
30 menit
2.2.3. Teknik Abdominal Stretching Exercise

Berdasarkan penelitian Fauziah (2015) langkah–langkah latihan abdominal


stretching adalah sebagai berikut:

a. Cat stretch

Manfaat: untuk menguatkan otot punggung, otot perut, stretching trunk

dan gluteus. Posisi awal: tangan dan lutut di lantai.

1) Punggung dilengkungkan, perut di gerakkan ke arah lantai senyaman

mungkin. Tegakkan dagu dan mata melihat lantai. Tahan selama 10 detik

sambil dihitung dengan bersuara, lalu rileks.

Gambar 2.2 Gerakan Cat Stretch Pertama


2) Kemudian punggung digerakkan ke atas dan kepala menunduk ke lantai.

Tahan selama 10 detik sambil dihitung dengan bersuara, lalu rileks.

Gambar Gerakan Cat Stretch Kedua


3) Duduk di atas tumit, rentangkan lengan ke depan sejauh mungkin. Tahan
selama 10 detik sambil dihitung dengan bersuara, lalu rileks

Gambar 2.2 Gerakan Cat Stretch Ketiga

Semua gerakan cat stretch dilakukan sebanyak 3 kali.

b. Lower Trunk Rotation

Manfaat: untuk memperkuat otot perut, otot trunk.

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki di lantai, kedua lengan

dibentangkan keluar.

1) Putar perlahan lutut ke kanan sedekat mungkin dengan lantai.

Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan selama 20 detik sambil dihitung

dengan bersuara, lalu rileks

Gambar Lower Trunk Rotation Pertama


2) Putar perlahan kembali lutut ke kiri sedekat mungkin dengan lantai.

Pertahankan bahu tetap di lantai. Tahan selama 20 detik sambil dihitung

dengan dihitung dengan bersuara, kemudian kembali ke posisi awal.

Gambar 2.2 Lower Trunk Rotation Kedua

Semua gerakan lower trunk rotation dilakukan sebanyak 3 kali.

c. Buttock / Hip Stretch

Manfaat: untuk memperkuat otot perut, otot quadriceps dan otot hamstring.

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki di lantai, kedua lengan

dibentangkan keluar.

1) Letakkan bagian luar pergelangan kaki kanan pada paha kiri diatas lutut.
2) Pegang bagian belakang paha dan tarik ke arah dada senyaman mungkin.
Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara, kemudian
kembali ke posisi awal dan rileks.

Gambar : Gerakan Buttock/Hip Stretch

d. Abdominal Strengthening: Curl Up

Manfaat: untuk memperkuat otot perut, otot punggung dan otot quadriceps.

Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki di lantai, tangan di


bawah kepala.
1) Lengkungkan punggung dari lantai dan dorong ke arah langit–langit.
Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan bersuara.
2) Ratakan punggung sejajar lantai dengan mengencangkan otot–otot perut
dan bokong

Gambar : Curl Up Pertama

3) Lengkungkan sebagian tubuh bagian atas ke arah lutut, tahan selama 20


detik, lalu rileks. Semua gerakan curl up dilakukan 3 kali.

Gambar Curl Up Kedua

e. Lower Abdominal Strengthening


Manfaat: untuk memperkuat otot perut dan otot hamstring.
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dibentangkan
sebagian keluar.

1) Letakkan bola antara tumit dan bokong. Ratakan punggung bawah ke


lantai dengan mengencangkan otot–otot perut dan bokong. Tahan selama
20 detik, lalu rileks.

Gambar Lower Abdominal Strengthening Pertama

2) Perlahan tarik kedua lutut ke arah dada sambil menarik tumit dan bola,
kencangkan otot bokong. Jangan melengkungkan punggung. Tahan
selama 20 detik, lalu rileks.
Gambar 2.2 Lower Abdominal Strengthening Kedua

Semua gerakan lower abdominal strengthening dilakukan sebanyak 3


kali.

f. The Bridge Position


Manfaat: untuk memperkuat otot perut, otot gluteus, otot pelvik, otot core
dan otot quadriceps.
Posisi awal: berbaring terlentang, lutut ditekuk, kaki dan siku di lantai,
lengan dibentangkan sebagian keluar.

1) Ratakan punggung di lantai dengan mengencangkan otot – otot perut


dan gluteus.

2) Angkat pinggul dan punggung bawah untuk membentuk garis lurus


dari lutut ke dada. Tahan selama 20 detik sambil dihitung dengan
bersuara, kemudian perlahan kembali ke posisi awal dan rileks.
Latihan dilakukan sebanyak 3 kali.

Gambar The Bridge Position


2.3. Kompres hangat

Kompres hangat merupakan metode memberikan rasa hangat pada pasien


dengan menggunakan cairan atau alat yang menimbulkan hangat pada bagian tubuh
yang memerlukan (Hawa 2018). Penggunaan kompres hangat merupakan cara untuk
menghilangkan atau menurunkan rasa nyeri tanpa memberikan efek samping.
Kompres hangat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman, mengurangi
atau membebaskan nyeri, mengurangi atau mencegah spasme otot, dan memberikan
rasa hangat pada daerah tertentu ( Defie, 2016).

2.3.1.Manfaat atau efek kompres hangat

Kompres hangat digunakan secara luas pengobatan karena memiliki efek


yang besar antara lain: efek fisik, efek kimia dan efek biologis.

1) Efek fisik
Panas dapat menyebabkan zat cair, padat dan gas mengalami pemuaian ke
segala arah.

2) Efek kimia
Rata-rata kecepatan kimia didalam tubuh tergantung pada temperature.
Menurunnya reaksi kimia dalam tubuh seiring dengan menurunnya
temperature tubuh. Permeabilitas membran sel akan meningkat sesuai dengan
peningkatan suhu, pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolism seiring
dengan peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh.

3) Efek biologis
Panas dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan
peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis, respon tubuh terhadap panas
yaitu menyebabkan dilatasi pembuluh darah, menurunkan kekentalan darah,
menurunkan ketegangan otot, meningkatkan metabolisme jaringan dan
meningkatkan permeabialitas kapiler. Respon dari panas inilah yang
digunakan untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang
terjadi pada tubuh. Panas menyebabkan vasodilatasi maksimum dalam waktu
15- 20 menit (Kozier, 2018).

2.3.2. Mekanisme kerja panas

Energi panas yang hilang dan masuk kedalam tubuh melalui kulit dengan
empat cara yaitu: secara konduksi, konveksi, radiasi dan evaporasi. Prinsip kerja
kompres hangat dengan mengunakan buli-buli panas yang dibungkus kain yaitu
secara konduksi dimana terjadi perpindahan panas dari buli-buli panas ke dalam
perut yang melancarkan sirkulasi darah, pelebaran pembuluh darah dan
menurunkan ketegangan otot sehingga akan menurunkan nyeri pada wanita yang
mengalami desminore primer (Gabriel 2019).

2.3.3. Suhu yang direkomendasikan untuk kompres hangat

Tabel 2.3 Suhu kompres hangat

Deskripsi Suhu Aplikasi

Hangat kuku 27-37ᴼ C Mandi


Hangat 37-40ᴼ C Mandi dengan air hangat,
Botol air panas
Panas 40-46ᴼ C Berendam dengan air panas
Sangat panas Diatas 46ᴼ C Kantong air panas untuk
orang dewasa

2.3.4. Prinsip fisiologis kompres hangat

Prinsip fisiologis kompres hangat akan terjadi pelebaran pembuluh darah,


sehingga akan memperbaiki peredaran darah didalam jaringan tersebut. Cara ini
penyaluran zat asam dan bahan makanan ke sel-sel diperbesar dan pembuangan
dari zat-zat yang dibuang akan diperbaiki, jadi akan timbul proses pertukaran zat
yang lebih baik maka akan terjadi peningkatan aktifitas sel sehingga akan
menyebabkan penurunan rasa nyeri. Pemberian kompres hangat pada daerah
tubuh akan memberikan signal, berkeringat dan vasodilator perifer. Perubahan
ukuran pembuluh darah akan memperlancar sirkulasi oksigenasi mencegah
terjadinya spasme otot, memberikan rasa hangat membuat otot tubuh lebih rileks
dan menurunkan rasa nyeri. Kompres hangat dapat dilakukan dengan
menempelkan ke daerah yang nyeri dibagian bawah atau pinggang bagian
belakang ( Hayati, 2018).

2.3.5. Cara pemakaian kompres hangat

Teknik kompres hangat menurut Hayati (2018) dilakukan dengan cara


berikut:

a. Menyiapkan buli-buli dan air hangat yang sudah diukur dengan


mengunakan thermometer air

b. Mengisi buli-buli dengan air hangat

c. Membalut buli-buli dengan kain, lalu ditempelkan pada bagian yang nyeri
seperti perut bagian bawah dan punggung bagian belakang

d. Kompres hangat dilakukan selama 20 menit dengan selang 10 menit


pergantian air hangat untuk mempertahankan suhunya

2.4. Nyeri
2.4.1. Defenisi nyeri

Menurut International Association of the Study of Pain (IASP) nyeri


adalah rasa indrawi dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan akibat
adanya kerusakan jaringan yang nyata atau berpotensi rusak atau tergambarkan
seperti adanya kerusakan jaringan. Nyeri adalah mekanisme protektif untuk
menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi
kerusakan jaringan. Karena nilainya bagi kelangsungan hidup, nosiseptor
(reseptor nyeri) tidak beradaptasi terhadap stimulasi yang berulang atau
berkepanjangan. Simpanan pengalaman yang menimbulkan nyeri dalam ingatan
membantu kita menghindari kejadian – kejadian yang berpotensi membahayakan
di masa mendatang (Sherwood, 2015).
Nyeri dapat juga dianggap sebagai racun dalam tubuh, karena nyeri yang
terjadi akibat adanya kerusakan jaringan atau saraf akan mengeluarkan berbagai
mediator seperti H+, K+, ATP, prostaglandin, bradikinin, serotonin, substansia P,
histamin dan sitokain. Mediator kimiawi inilah yang menyebabkan rasa tidak
nyaman dan karenanya mediator-meditor ini disebut sebagai mediator nyeri
(Suwondo 2017).
Setiap nyeri hebat jika tidak dikelola dengan baik akan mengubah fungsi
otak kita, sehingga jika lebih dari 3 hari berturut- turut nyeri dibiarkan tanpa
terapi, perlahan-lahan proses ini akan menyebabkan gangguan tidur, tidak dapat
berkonsentrasi, depresi, cemas, dan nafsu makan menurun, bahkan jika berlanjut
akan menyebabkan penurunan fungsi imunitas ( Suwondo, 2017).

2.4.2. Klasifikasi nyeri

Klasifikasi nyeri berdasarkan waktu dapat dibagi menjadi nyeri akut,


sub-akut, dan kronik. Nyeri akut merupakan respon biologis normal terhadap
cedera jaringan dan merupakan sinyal terhadap adanya kerusakan jaringan
misalnya nyeri pasca operasi, dan nyeri pasca trauma muskuloskeletal. Nyeri tipe
ini sebenarnya merupakan mekanisme proteksi tubuh yang akan berlanjut pada
proses penyembuhan. Nyeri akut merupakan gejala yang harus diatasi atau
penyebabnya harus dieliminasi. Nyeri sub akut (1–6 bulan) merupakan fase
transisi dan nyeri yang ditimbulkan karena kerusakan jaringan diperberat oleh
konsekuensi problem psikologis dan sosial. Nyeri kronik adalah nyeri yang
berlangsung lebih dari 6 bulan (Handayani, 2015).
2.4.3. Evaluasi klinis nyeri
Skala nyeri yang akan digunakan untuk mengetahui tingkat nyeri pada
desminore primer adalah Numerical Rating Scale (NRS). Berat ringannya nyeri
menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala
numerik dari 0 hingga 10. Nol (0) merupakan tidak ada rasa nyeri, sedangkan
sepuluh (10) adalah nyeri yang sangat hebat. Mubarak, Wahit Iqbal (2015).

Gambar Numerik Rating Scale (NRS)


BAB III
MANAJEMEN FISIOTERAPI

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama :Nn.Ayu
Umur :19 thn
Jenis Kelamin :Perempuan
Agama :Islam
Pekerjaan :Mahasiswa
Alamat :Kendal
No. CM :

B. SEGI FISIOTERAPI
1. Deskripsi Pasien
a. Keluhan Umum:
Nyeri pada perut bagian bawah

b. RPS:
Pasien mengeluh 3 bulan terahir ini merasa nyeri dn kram pada perut bawah
dua atau tiga hari sebelum haid.px jg merasa,keringat dingin,nyeri
kepala ,pusing ,mual dan muntah bahkan kadang sampai pingsan,rasa kram
kadang terasa sampai kebetis,dn kr tdk tahan px didampingi ibunya
kebidan,stlh minum obat dr bidan nyeri berkurang dan px dirujuk ke dokter
SPOG utk USG.untuk mempercepat kesembuhan dn mencegah biar gak
terulang px jg dianjurkan untuk fisioterapi

c.Riwayat Penyakit Dahulu


Tidak ada

d. Riwayat Penyakit Keluarga


Ibu pasien waktu remaja juga mengalami dismenore

e. Riwayat Penggunaan Obat


Setiap haid pasien suka minumobat asam mefenamat

f. Riwayat Alergi
Tidak ada
2. Data Medis Pasien :
Diagnosa dokter:Dismenore primer

C. PEMERIKSAAN FISIOTERAPI

1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL (UMUM)


(Tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, temperatur, tinggi badan, berat
badan)

Nadi : 67 x/menit
Suhu : 36,5o
Tensi : 110/70 mmHg
FrekuensiNafas: 20 x/menit
Berat Badan : 50 kg
Tinggi Badan : 156 cm

2. INSPEKSI/OBSERVASI :

Inspeksi Statis:
Wajah pasien napak pucat,keringat dingin dan Nampak menahan sakit

Inspeksi Dinamis:
Saat berdiri dan berjalan pasien kelihatan memegang perut bawah
3. PALPASI :
Suhu tubuh dalam batas normal
Adanyeri tekan pada perut bawah

4. Perkusi:
sonor

5 . Auskultasi:
vesiculer

6.JOINT TEST:
Pemeriksaan Gerak Dasar (Gerak aktif / pasif / isometric fisiologis)
Tidak dilakukan

7.Muscle Test dan Antropometri:


Dalam hal ini yg diukur adalah TB:156cm

8.Kemampuan Fungsional
Pasien merasa tidak nyaman saat aktivitas duduk dan berdiri lama.

D. KODE DAN KETERANGAN PEMERIKSAAN ICF


1) Body Structures
s630 Structure of reproductive system
2) Activities and Participation
d839 Education, other specified and unspecified
d469 Walking and moving, other specified and unspecified
3) Body Function
b650 Menstruation functions
b280 Sensation of pain
4) Environtmental Factors
e325 Acquaintances, peers colleagues,
neighbours and community members
E. DIAGNOSIS FISIOTERAPI
1. Impairment
-Adanya nyeri tekan dan gerak pada perut bawah
- adanya spasme otot pada perut
-kepala terasa pusing
-Aktifitas sbg mahasiswa terganggu

2. Funtional Limitations
Pasien terganggu saat duduk dan berdiri lama serta berjalan

3. Disability / Participation Restriction

Pasien kesulitan melaksanakan aktivitasnya sebagai seorang mahasiswa

F. PROGRAM FISIOTERAPI
1. Tujuan jangka Pendek

- Mengurangi nyeri pd perut


- Mengurangi spasme otot perut

2. Tujuan Jangka Panjang


-Melanjutkan tujuan jangka pendek
- Agar pasien dapat duduk dengan nyaman
- Agar pasien dapat berdiri dan berjalan dengan nyaman
- Agar pasien dapat kembali melaksanakan aktivitasnya sebagai seorang
mahasiswa

3. Teknologi Intervensi Fisioterapi

- Infra Red
- Abdominal stretching exercise
- Edukasi
G. RENCANA EVALUASI

Nyeri dengan VAS (Visual Analog Scale)

H. PROGNOSIS

1. Quo ad vitam : baik


2. Quo ad sanam : baik
3. Quo ad cosmeticam : baik
4. Quo ad fungsionam : baik

I. PELAKSANAAN FISIOTERAPI

1. IR
a. Persiapan alat Persiapan alat yang dilakukan meliputi, persiapan lampu seperti
pemanasan alat selama 5 menit dan atur waktu selama 10 menit.
b. Persiapan pasien Pasien diposisikan senyaman mungkin, dalam kasus ini minta
pasien untuk tidur terlentang dan bebaskan area yang akan diterapi dari pakaian
atau aksesoris.
c. Pelaksanaan terapi Lampu IR diposisikan tegak lurus pada perut pasien dengan
jarak sekitar 35- 45 cm dari kulit.
Atur waktu pada pengatur waktu selama 10 menit lalu lampu dihidupkan. Tanyakan
pada pasien apakah terasa panas atau hangat. Jika terasa panas maka lampu IR dapat
dijauhkan jaraknya. Setelah 10 menit matikan lampu IR

2. Abdominal stretching exercise


Tujuan: meningkatkan kekuatan otot perut, kelenturan perut dan daya tahan tubuh
pada keadaan tertentu, relaksasi pernapasan, meningkatkan ventilasi paru dan
oksigen dalam darah sehingga dapat menurunkan desminore primer

Penatalaksaan: Teknik abdominal stretching exercise


 Cat stretch
 Lower Trunk Rotation
 Buttock / Hip Stretch
 Abdominal Strengthening: Curl Up
 Lower Abdominal Strengthening
 f.The Bridge Position
3. Edukasi

a. Pasien dapat mengulangi latihan Deep Breating saat nyeri yang dirasakan timbul lagi.

b. Pasien dapat memberikan kompres hangat pada area perut saat terasa nyeri

EVALUASI DAN TINDAK LANJUT

Setelah 3x Intervensi
Problematik FT
No. Parameter Ket.
FT
Sebelum Sesudah
1 Nyeri VAS Diam : 5 Diam : 2 Terdapat
penurunan nyeri
Tekan : 7 Tekan : 4
Gerak : 7 Gerak : 4

J. HASIL TERAPI TERAKHIR :


Dari proses terapi yg dijalani px ,maka dapat disimpulkan bahwa pasien
dengan nama Nn.Ayu berusia 19 tahun, dengan kondisi disminore
Primer, setelah dilakukan terapi dengan modalitas IRR dan
Abdominal stretching exercise sebanyak 3 kali, didapatkan hasil
terapi sebagai berikut : adanya penurunan nyeri.
DAFTAR PUSTAKA

American College of Obstetricians and Gynecologists. Dysmenorrhea: Painful Periods.


American College of Obstetricians and Gynecologists. 2015.

Ammar, U. R. (2016). Faktor risiko dismenore primer pada wanita usia subur di
kelurahan ploso kecamatan tambaksari surabaya. Jurnal Berkala Epidemiologi,
4(1), 37-49.

Ernawati, Arifin, S., & Bustan, M. N. (2017). Pengaruh Latihan Peregangan Abdominal
terhadap Penurunan Nyeri Haid (Dismenorea) Mahasiswa STIKES Tanawali
Persada Takalar. JST Kesehatan, 7(4), 368–373.

Faridah, B., Handin, H. R. S., & Dita, R. (2019). Pengaruh Abdominal Stretching
Exercise Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Haid Pada Remaja Putri Effect
of Abdominal Stretching Exercise For Reducing Menstrual Pain The Intensity
of Adolescent Girl. JIK (Jurnal Ilmu Kesehatan), 3(2), 68– 73.

Fauziah, M. N. (2015). Pengaruh Latihan Abdominal Stretching Terhadap Intensitas


Nyeri Haid (Dismenore) pada Remaja Putri di SMK Al Furqon Bantarkawung
Kabupaten Brebes.

Ferries-Rowe, E., Corey, E. and Archer, J. S. (2020) ‘Primary Dysmenorrhea: Diagnosis


and Therapy’, Obstetrics and gynecology, 136(5), pp. 1047– 1058. doi:
10.1097/AOG.0000000000004096.

Hawa, Mahua., Mudayatiningsih, S. and Perwiraningtyas, P. (2018) ‘Pengaruh


Pemberian Kompres Air Hangat Terhadap Dismenore Pada Remaja Putri Di
SMK Penerbangan Angkasa Singosari Malang Hawa’, Nursing News, 3(1),
pp. 259–268. Available at:
https://publikasi.unitri.ac.id/index.php/fikes/article/view/787.

Hayati, S. H. P. (2018). Efektivitas Terapi Kompres Hangat Terhadap Penurunan Nyeri


Dismenore Pada Remaja Di Bandung. Jurnal Keperawatan BSI, VI(2), 156–
164.

Hidayah, N., Rusnoto, & Fatma, I. (2017). Pengaruh Abdominal Stretching Exercise
terhadap Penurunan Dismenore pada Siswi Remaja di Madrasahaliyah Hasyim
Asy’ari Bangsri Kabupaten Jepara. THE 5TH URECOL PROCEEDING, 7.
Retrieved from sd 2

Anda mungkin juga menyukai