Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dismenoroe adalah gejala kekambuhan,atau istilah medisnya disebut

catmenial pelvicpain, merupakan keadaan seseoang perempuan mengalami

nyeri saat menstruasi yang berefek menyebabkan gangguan melakukan

aktivitas harian karena nyeri yang dirasakannya (Afiyanti dan pratiwi, 2016).

Nyeri menstruasi terjadi terutama diperut bagian bawah,

pinggang,panggul,paha atas hingga betis (Sinaga, E, dkk, 2017).

Dismenorore terjadi akibat endometrium mengandung prostaglandin

dalam jumlah yang tinggi yang berdampak pada resepon sistemik, yang

dapat memengruhi berbagai proses dalam tubuh salah satunya

meningkatkan aktifitas usus besar, sehingga menimbulkan gejala mual

,diare, sakit kepala, dan rasa panas mengiringi nyeri pada waktu haid.

Dampak yang akan terjadi jika dismenoroe tidak ditangani adalah

gangguan aktifitas sehari-hari, Retrograd menstruasi (menstruasi yang

bergerak mundur), infertilitas (kemandulan) dan infeksi, konflik emosional,

ketegangan dan kegelisahan juga dapat menimbulkan perasaan yang tidak

nyaman. Kegelisahan atau perasaan tidak gembira bisa menjadi perasaan

yang tertekan. Semua itu bukanlah hal yang tidak biasa. Oleh karena itu,
dismenoroe harus ditangani agar tidak terjadi dampak buruk bagi kesehatan
(Syarifudin, 2016).

Menurut data organisasi kesehatan dunia World Health Organization

(WHO) pada tahun 2016 didapatkan angka kejadian disminore didunia

sangat besar. Rata –rata lebih dari 50% perempuan disetiap dunia

mengalaminya. Dari penelitian di Amerika serikat presentasi kejadian

Dismenoroe sekitar 60%, sweedia 72% (WHO, 2016).

Di Indonesia angka kejadian Disminore sebesar 107.673 (64,25%) yang

terdiri dari 59,671 jiwa (54,89%) mengalami Disminore primer dan 9.496

jiwa (9.365%) mengalami Dismenoroe sekunder (Kemenkes RI, 2016).

Dismenoroe dapat menyerang perempuan yang mengalami haid pada usia

berapapun. Tidak ada batasan usia. Hampir semua perempuan mengalami

rasa tidak nyaman selama haid biasanya juga disertai mual ,pusing, bahkan

pingsan. Jika sudah seperti ini, tentunya nyeri haid tidak boleh dibiarkan

begitu saja. Nyeri haid harus diatasi dengan benar (Anugoro dan Wulandari,
2015).

Dismenoroe dapat diatasi dengan tindakan terapi secara farmakologi dan

non farmakologi. Terapi farmakologi terapi dengan mengguakan obat anti

peradangannon steroid (NSAID) diantaranya ibuprofen dan Acetminophen.

penggunaan obat-obatan pun dapat mengakibatkan efek samping yang

berbahaya baagi tubuh diantaranya adalah tukak lambung atau tukak

peptic. Sedangkan tindkan secara non farmakologi antara lain teknik

relaksasi, teknik distraksi, dan tehnik simulsi kulit. Teknik relaksasi yang
dapat digunakan untuk mengurangi nyeri haid antara lain dengan senam

dismenoroe (Gunawan, 2015).

Senam dismenoroe merupakan aktivitas fisik yang dapat digunakan

untuk mengurangi nyeri. Saat melekukan senam, tubuh akan menghasilkan

hormone endorphin. Hormon endorphin yang semakin tinggi akan

menurunkan atau menghilanhkan nyeri yang dirasakan sehingga menjadi

lebih nyaman, gembira dan melancarkan pengiriman oksigen ke otot

(Ismarzoni, 2015).

Senam dismenoroe menjadi pilihan karena mudah dilakukan dan tidak

perlu memerlukan alat . senam ini pun tidak membutuhkan biaya yang

mahal, mudah dlakukan, dan tentunya tidak menimbulkan efek samping

bagi tubuh. Dengan melakukan secara berangsur-angsur akan memberikan

sensaasi yang rileks serta dapat menurangi rasa nyeri pada saat menstruasi
(Ika ratnawati, 2019).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Mey lina fitri kumalasari, 2017), ada

pengaruh setelah diberikan senam dismenoroe sebagai terapi alternative

menurunkan tingkat nyeri haid. Senam dismenoroe yang rutin dilakukan

pada sore hari sebelum haid dalam setiap siklusnya dapat menurunkan

tingkat nyeri.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Ida nurjana, dkk, 2019), ada pengaruh

setelah diberikan senam dismenoroe terhadap penurunan nyeri menstruasi.

Senam dismenoroe dapat menrunkan nyeri menstruasi yang fokusnya

membantu peregangan seputar perut, panggul dan pinggang. Senam


dismenoroe juga dapat memberikan sensasi rileks yang berangsur-angsur

sehingga dapat mengurangi nyeri menstruasi karena menghsilkan hormone

endorphin. Hormone endorphin dihasilkan otak dan susunan syaraf

belakang yang berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak

sehingga menimbulkan rasa nyaman.

Berdasarkan hasil survey awal pada mahasiswi keperawatan semester IV

STIKES Muhammadiyah Manado jumah keseluruhan mahasiswi 68 orang.

Terdapat nyeri berat saat menstruasi 4 orang, nyeri sedang 4 orang, nyeri

ringan 2 orang, dan tidak nyeri 0 orang. Terdapat 8 orang mahasiswi

dengan siklus menstruasi teratur dan 2 orang mahasiswi yang tidak teratur.

penananganan nyeri saat menstruasi dengan cara farmakologi

(mengonsumsi obat anti nyeri) sebanyak 6 mahasiswi, dan 4 mahasiswi

mengatasi yeri menstruasi dengan beristirahat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka di ambil masalah sebagai berikut

“Apakah ada pengaruh senam dismenoroe terhadap penurunan nyeri

menstruasi mahasiswi keperawatan semester IV STIKES Muhammadiyah

Manado”

C. TUJUAN PENELITAN

1. Tujuan umum
Untuk mengidentifikasi adanya pengaruh senam dismonoroe terhadap

penurunan nyeri menstruasi mahasiswi keperawatan semester IV

STIKES Muhammadiyah Manado

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi senam dismeneroe pada mahasiswa

keperawatan semester IV STIKES Muhammadiyah Manado

b. Untuk mengidentifikasi pengaru penurunan nyeri menstruasi pada

mahasiswi keperawatan semester IV STIKES Muhammadiyah

Manado

c. Untuk menganalisa pengaruh senam dismenoroe terhadap penurunan

nyeri menstruasi mahasiswi keperawatan semester IV STIKES

Muhammadiyah Manado

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan pelajaran dan memperkaya hasil

penelitian yang telah ada dan untuk menambah cara untuk menangani

nyeri haid dengan menggunakan terapi non farmakologis yaitu dengan

melakukan senam dismonoroe

2. Manfaat Praktis
Untuk menambah pengetahuan responden dalam penaganan nyeri

dismonoroe dan mengaplikasikan agar nyeri yang dirasakan bisa

berkurang, sehingga aktifitas dapat dijalankan meskipun dalam keadaan

menstruasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep menstruasi

1. Pengertian

Menstruasi adalah masa perdarahan yang terjadi pada perempuan

secara rutin setiap bulan selama masa suburnya kecuali apabila

terjadi kehamilan. Masa menstruasi bisa juga disebut dengan

mens,menstruasi atau datang bulan. pada saat menstuasi,darah yang

keluar sebenarnya merupakan darah akibat peluruhan dinding Rahim

(endometrium). Darah menstuasi tersebut mengalir dari Rahim

menuju leher Rahim, untuk kemudian keluar melalui vaniga (Najmi,


2016).

2. Fisiologi menstuasi

Menurut buku ajar kesehatan reprodksi remaja dan wanita (Desta ayu,
2020).

a. Stadium menstruasi
Stadium ini berlangsung selama 3-7 hari. Pada saat itu,

endometrium (selaput Rahim) dilepaskan sehingga timbul

perdarahan. Hormone-hormon ovarium berada pada kadar paling

rendah.

b. Stadim poliverasi

Stadium ini berlangsung pada 7-9 hari. Dimulai sejak berhentinya

darah menstruasi sampai hari ke 14. Setelah menstruasi berakhir,

dimulailah fase poloverasi dimana terjadi pertumbuhan dari

desidua fungsional yang mempersiapkan Rahim untuk perlekatan

janin. Dalam fase ini endometrium tumbuh kembali. Anatar hari

ke 12-14 dapat terjadi pelepasan sel telur dari indung telur

(ovulasi).

c. Stadium sekresi

Stadium sekresi berlangsung 11 hari. Masa sekresi adalah masa

sesudah terjadinya ovulasi. Hormone progesterone dikeluarkan

dan memengaruhi pertumbuhan endometrium untuk membuat

kondisi Rahim siap untuk implantasi (pelekatan janin ke Rahim).

d. Stadium pre menstruasi

Stadium yang berlangsung selama 3 hari. Ada infiltrasi sel-sel

darah putih, bisa sel bulat. Stoma mengalami disintegrasi dengan


hilangnya cairan dan secret sehingga akan terjadi kolaps dari

kelenjar dan arteri. Pada saat ini terjadi fasokontriksi,kemusiaan

pembuluh darah itu berelaksasi dan akhirnya pecah.

3. Faktor yang mempengaruhi menstruasi

a. Faktor hormone

Hormon-hormon yang mempengaruhi terjadinya haid pada

seorang wanita yaitu /follicle stimulating hormone (FSH) yang

dikeluarkan oleh hipofisis,esterogen yang akan dihasilkan oleh

overium, luteingzing hormone (LH) yang dihasilkan oleh

hipofisis, serta progesterone yang dihasilkan oleh ovarium

b. Faktor enzim

Enzim hidrolik yang ada pada endometrium akan merusak sel

yang berperan dalam sintesis protein, yang mengganggu

metabolism sehingga mengakibatkan regresi endometrium dan

perdarahan.

c. Faktor vascular

Saat fase proliferasi, terjadi pembentukan sistem

faskularisasidalam lapisan fungsional endometrium. Dalam

pertumbuhan endometrium akan ikut tumbuh pula arteri-arteri,

vena-vena, dan hubungan diantara keduanya. Dengan regresi

endometrium, akan timbul statis dalam vena-vena serta saluran-

saluran yang menghubungkan dengan arteri, dan akhirnya terjadi


nekrosis pada perdarahan dengan pembentukan hematoma, pada

arteri maupun vena

d. Faktor prostaglandin

Endometrium mengandung prostaglandin E2 dan F2. Dengan

adananya desintegrasi endometrium, prostaglandin terlepas dan

menyebabkan kontraksi myometrium sebagai suatu faktor untuk

membatasi perdarahan pada haid.

4. Permasalahan atau gangguan menstruasi

Etiologi gangguan menstruasi pada perempuan dapat berasal dari

gangguan ketidak seimbangan hormonal, permasalahan pada struktur

organ reproduksi, adanya infekso dan faktor lain yang tidak diketahui

secara pasti. Jenis gangguan menstruasi yang banyak dialami

perempuan antara lain : disfungsi perdarahan uterus, disminore

(nyeri saat menstruasi, sindroma pra menstrual, dan amenore ( tidak

menstruasi). Gangguan menstruasi dibagi berdasarkan tingkat

kenyamanan (nyeri atau tidak), jumlah darah yang keluar, dan

masalah keteraturan siklus menstruasi. (Yati afiyanti, 2016)

B. Konsep Nyeri

1. Pengertian Nyeri

Menurut international association for study of pain (IASP). Nyeri

adalah sensori subektif dan emsonal yang tidak menyenangkan yang


dikaitkan dengan kerusakan jaringan actual dan potensial tau

menggambarkan kodisi terjadinya kerusakan (Tamsuri, 2017).

2. Fisiologi Nyeri

Bersamaan dengan naiknya impuls-impuls nyeri ke medulla spinalis

hingga mencapai batang otak dan hipotalamus, maka sistem saraf

otonom menjadi testimulus sebagai bagian dari respon stress. nyeri

dengan intensitas rendah sampai nyeri superfisial menimbulkan

reaksi fight or fligt terhadap sindrom general. Simpatis pada sistem

saraf otonom mengakibatkan respon fisiologis. Apabila nyeri terus

berlanjut, semakin berat dan dalam, biasanya melibatkan organ-organ

visceral dan dapat menyebabkan perubahn tanda vital (Potter & Perry,
2017).

3. Klasifikasi Nyeri

1. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Durasi

a. Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akur,

penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki proses yang

cepat dengan intensitas yang bervariasi (ringan sampai berat),

dan berlangsung untuk waktu yang singkat (Potter & Perry,

2017). Nyeri akur berdurasi singkat (kurang lebih 6 bulan) dan

akan menghilang tanpa pengobatan setelah area yang rusak

pulih kembali.
b. Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan yang intermiten yang

menetap sepanjang suatu periode waktu. Myeri ini

berlangsung lama dengan intensitas yang bervariasi dan

biasanya berlangsung lebih dari 6 bulan (McCafferry, 1986 dalam


Potter & Perry, 2017).

2. Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi

Berdasarkan buku ajar fundamental keperawatan (Poter& Perry,


2017)

a. Supervicial

Nyeri supervisial adalah nyeri yang disebabkan stimulus kulit.

Karakteristik dari nyeri berlangsung sebentar dan

berlokalisasi. Nyeri biasanya terasa sebagai sensasi yang

tajam.

b. Viseral

Nyeri ini bersifat difusi dan dapat menyebar kebebrapa arah.

Nyeri ini menimbulkan rasa tidak menyenangkan dan

berkaitan dengan mual dan gejala-gejala otonom.

c. Nyeri alih (Refered pain)

Nyeri alih merupakan fenomena umum dalam nyeri viseral

karena banyak organ tidak memiliki reseptor nyeri.

Karakteristik nyeri dapat terasa di bagian tubuh yang terpisah


dari sumber nyeri dan dapat tersa dengan berbagai

karakteristik.

d. Radiasi

Nyeri radiasi merupakan sensi nyeri yang meluas dari tempat

awal cedera ke bagian tubuh yang lain. Karakteristik nyeri

terasa seakan menyebar ke bagian tubuh bawah atau

sepanjang kebagian tubuh.

3. Faktor-faktor yang memengaruhi nyeri

a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Kebudayaan

d. Makna nyeri

e. Perhatian

f. Ansietas

g. Keletihan

h. Pengalaman sebelumnya

4. Pengukuran Skala Nyeri

Alat pengukur skala nyeri adalah alat yang digunakan untuk

mengukur skala nyeri yang dirasakan seseorang dengan rentang 0-10.

Terdapat beberapa cara untuk mengukur skala nyeri, yaitu

a. Numerical Ranting Scale (NRS)

Merupakan skala yang digunakan untuk pengukuran pada

dewasa. Skala ini paling efektif digunakan saat mengkaji


intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi teraupetik
(Smeltzer, SC bare B.G dalam Restiyani, 2017).

Gambar 2.1
Numerical Ranting Scale (NRS)

Menurut Potter & Perry (2017) skala nyeri secara NRS

dikategorikan sebagai berikut :

0 : tidak ada keluhan nyeri, tidak nyeri

1-3 : mulai terasa dan dapat ditahan,nyeri ringan

4-6 : nyeri sedang

7-10 : nyeri berat

b. Skala analog visual (VAS)

Skala analog visual (visual anaog scale, VAS). VAS adalah suatu

garis lurus, yang mewakili intensitas nyeri yang terus menerus.

VAS merupakan pengukuran keparahan nyeri yang lebih sensitif

karena klien dapat mengidentifikasi setiap titik pada rangkain dari

pada dipaksa memilih satu angka atau satu kata.


Gambar 2.2
Visual analog scale

C. Konsep Dismenoroe

1. Pengertian

Dismenoroe atau nyeri haid adalah salah satu ketidak nyamanan yang

sering dikeluhkan oleh perempuan. Keluhan yang dirasakan

bisasanya adalah merasa nyeri pada perut bagian bawah dan menjalar

sampai ke punggung serta paha yang disebut dengan nyeri haid atau

disminore. Hal ini terjadi karena ketidak seimbangan hormon

progesterone, prosglandin, dan fasopresin. Peningkatan dari hormon

ini akan menyebabkan otot iterus berkontraksi sehingga akan

menimbulkan nyeri yang akan berlangsung selama beberapa jam

bahkan pada beberapa kasus dapat bertahan samapi beberapa hari

(Mey lina fitri kumalasari, 2017).

2. Etiologi dismenoroe

a. Dismenoroe primer

Penyebeb dismenoroe primer adalah karena terjadinya

peningkatan atau produksi yang tidak seimbang dari

prostaglandin, endometrium selama menstruasi. Prostaglandin

akan meningkatkan tonus uteri dan kontraksi sehingga timbul

rasa sakit (Abadi, dkk, 2016).


Ada beberapa faktor resiko penyebab disminore primer, yaitu :

usia <30 tahun usia menarche (<12 tahun), indeks masa tubuh

(IMT) yang rendah, status sosial ekonomi yang endah, riwayat

penyakit keluarga, siklus menstruasi yang lebih panjang, nulipara,

sindrom pre menstrual, jarang melakukan aktifitas fisik, stress,

diet dan merokok. Bila dilihat secara klinis faktornya ada

penyakit radang panggul, sterilisai, dan riwayat kekerasan seksual


(Nadia, 2017).

b. Dismenoroe sekunder

Dismenoroe sekunder disebabkan oleh kondisi patologik yang

teridentifikasi atau kondisi iatrogenic di uterus, tuba, ovarium,

atau pada peritoneum pelvis, nyeri ini umumnya terasa saat

proses-proses patologik tersebut mengubah tekanan didalam atau

disekitar pelvis, mengubah atau membatasi aliran darah, atau

menyebabkan iritasi diperitoneum pelvis (Nadia, 2017).

3. Klasifikasi dismenoroe

Nyeri haid dapat digolongkan berdasarkan jenis nyeri da nada

tidaknya kelainan yang dapat diamati. Berdasarkan ada tidaknya

kelainan atau sebab yang dapat diamati, nyeri haid dapat dibagi

menjadi, dismenore primer dan dismenora sekunder (Ningsih, 2016).

a. Dismenoroe primer

Dismenoroe primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa

kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenoroe primer


terjadi bersamaan atau beberapa waktu setelah menarche

biasanya setelah 12 bulan atau lebih oleh karena siklus-siklus

haid pada bulan-bulan pertama setelah menarche umumnya

berjenis anovulator yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa

nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan

permulaan haid dan berlangsung untukbeberapa jam walaupun

pada beberapa kasus berlangsung beberapa hari. Sifat rasa nyeri

adalah kejang, biasanya terbatas pada perut bawah tetapi dapat

menyebar kedaerah pinggang dan paha (Khuluq, 2016)

b. Dismenoroe sekunder

Dismenore sekundar merupakan nyeri menstruasi yang ditandai

dengan adanya kelainan panggul yang nyata. Terjadi akibat

berbagai kondisi patologis seperti endometritis, salvingitis,

adenomiosis uteri, stenosis serviks, kista ovarium, mioma uteri dll


(Ramadani, 2015).

Sering terjadi pada usia lebih dari 30 tahun dimana semakin

bertambahnya umur rasa nyeri akan semakin buruk.

4. Gejala klinis dismenoroe

a. Dismenoroe primer

Dismenoroe primer ditandai dengan kram pada panggul, nyeri

biasanya dating sesaat sebelum atau pada awal menstruasi yang

akan berlangsung 1-3 hari. Nyeri juga dirasakan pada garis

tengah abdomen bagian bawah Selain dirasakan suprapubi, nyeri


juga dapat menjalar kepermukaan dalam paha dan dirasakan

paling berat pada hari pertama atau kedua nersamaan dengan

waktu pelepasan maksimal protagladin kedalam cairan

menstruasi (Nadia, 2017). Ada juga gejala yang menyertai

desmenoroe primer antara lain mual, muntah, pusing, nyeri kaki

bagian belakang, diare, kontipasi, dan pingsan (Khuluq, 2016).

b. Dismenoroe sekunder

Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenoroe

sekunder yang terbatas pada onsethaid. Dismenoroe terjadi

selama siklus pertama atau kedua setelah haid pertama,

dismenoroe sekunder dimulai setelah usi 25 tahun. Ciri-ciri atau

gejala dismenoroe sekunder yaitu darah keluar dalam jumlah

banyak dan kadang tidak beraturan, nyeri saat berhubungan

seksual. Nyeri perut bagian bawah yang muncul diluar waktu

haid, nyeri tekan pada panggul, ditemukan adanya cairan yang

keluar dari vagina, dan teraba adanya benjolan pada Rahim atau

rongga panggul (Khuluq, 2016).

5. Penatalaksanaan Dismenoroe

a. Farmakologi

Menurut (Rakhman, 2017), penatalaksanaan dismenoroe dengan

cara farmakologi yaitu :

1. Pemberian obat Non steroid Anti-inflammatory Drugs

(NSAID)
Obat yang termasuk formula ibu profen yang di jual bebas

dan naproksen untuk kram yang hebat dapat membantu

meringankan disminore. penggunaan NSAID dengan

memberikan dosis pertama sebanyak 2 kali dosisi regular,

kemudian dilanjutkan dengan pemberian dosis regular hingga

gejala berkurang. Efek samping yang perlu diwaspaai dan

diperhatikan dari golongan NSAID antara lain iritasi lambung

dengan gejala mual, muntah dan nyeri serta sakit kepala.

2. Pemberian obat analgetik

Analgetik digunakan untuk mengurangi nyeri. Jenis analgetik

yang digunakan untuk nyeri ringan antara lain aspirin,

asetaminofen, paracetamol, dan propofiken. Adapun jenis

analgetikuntuk nyeri berat seperti prometazin dan oksidon.

Obat-obatan paten yang beredar dipasaran antara lain

novalgin, postan, acetaminophen, dan sebagainya.

3. Terapi hormonal

Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi, bersifat

sementara untuk membuktikan bahwa gangguan benar-benar

dismenoroe primer atau untuk memungkinkan penderita

melakukan pekerjaan penting waktu haid tanpa gangguan.

Tujuan ini dapat dicapai dengan memberikan salah satu jenis

pil kombinasi kontrasepsi.

b. Non Farmakologi
Penanganan nyeri secra non farmakologi terdiri dari :

1. Kompres menggunakan air hangat

Pengompresan menggunakan air hangat diperut bagian bawah

karena dapat membantu merileksasikan otot –otot dan system

syaraf selain itu, mandi menggunakan air hangat dan

mengolesi bagian yang nyeri dengan balsam atau loton

penghangat dapat menurunkan nyeri. Respon fisiologis yang

ditimbulkan dari teknik ini adalah vasodilatasi atau pelebaran

pembuluh darah, sehingga dapat meningkatkan aliran darah

kebagian tubuh ysng sakit dan mampu menurunkan viskositas

yang dapat mengurangi ketegangan otot, dengan respon

tersebut dapatv meningkatkan relaksasi otot dan menurunkan

nyeri.

2. Distraksi

Distraksi merupakan metode yang digunakan untuk

mengalihkan perhatian seseorang terhadap sensasi nyeri.

Metode distraksi dilakukan untuk nyeri ringan samapai

sedang. Akan tetapi, dengan konsentrasi penuh dapat

digunakan untuk nyeri akut. Contohnya seperti: menyayi,

berdoa, menceritakan gambar atau foto dengan kertas,

mendengar music dan bermain satu permainan

3. Senam Dismenoroe
Senam Dismenoroe merupakan salah satu teknik dalam

memberikan kondisi yang nyaman dan rileks pada saat

mengalami dismenoroe. saat melakukan senam tubuh akan

menghasilkan hormon endorphin. Hormon endorphin

dihasilkan otak dan susunan syaraf belakang. Hormon ini

dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi

otak sehingga menimbulkan rasa nyaman (Sarifah et al, 2015).

D. Konsep Senam Dismenoroe

1. Definisi senam dismenoroe

Senam dismenoroe merupakan aktivitas fisik yang dapat digunakan

untuk mengurangni nyeri. Saat melakukan senam , tubuh akan

menghasilkan hormon endorphin. Hormon endorphin yang semakin

tinggi akan menurunkan atau meringankan nyeri yang dirasakan

seseorang sehingga seseorang menjadi lebih nyaman, gembira, dan

melancarkan pengiriman oksigen ke otot ( Sugandi & Priandarini 2017).

Latihan atau senam ini tidak membutuhkan biaya yang mahal, mudah

dilakukan dan tentunya tidak menimbulkan efek samping yang

berbahaya bagi tubuh.

2. Fisiologi senam dismenoroe

Tubuh akan bereaksi saat mengalami stress, sehingga menurunkan

ketahanan terhadap rasa nyeri. Tanda pertama yang menunjukan

keadaan stress adalah reaksi meregangnya otot tubuh individu


dipenuhi hormon stress yang menyebabkan suhu tubuh, detak

jantung, pernapasan, dan tekanan darah meningkat. Disisi lain saat

stress, tubuh akan memproduksi hormon adrenalin, estrogen,

progesterone serta prostaglandin yang berlebihan. Hormon esterogen

dapat menyebabkan peningkatan kontraksi uterus yang berlebihan ,

sedangkan hormon progesterone bersifat menghambat kontraksi .

peningkatan kontraksi yang berlebihan akan mengakibatkan rasa

nyeri. Hormon adrenalin dapat memnyebabkan otot tubuh termasuk

otot Rahim menjadi tegang sehingga dapat menimbulkan nyeri ketika

hadi (Nurul, 2016).

Olahraga terbukti dapat meningkatkan b-endorphin 4 sampai 5 kali

dalam darah ,sehingga semakin banyak melakukan olahraga/senam

maka akan semakin tinggi kadar b-endorphin dalam darah .

penigkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan

nyeri, memperbaiki nafsu makan, kemempuan seksual, peningkatan

daya ingat, pernafasan dan tekanan darah (Rahayu, Suryani, & marlina,
2015).

3. Tujuan senam Dismenoroe

Menurut (Nurul, 2016) tujuan senam disminore antara lain :

a. Membantu penderita disminore untuk mengurangi disminore

b. Alternative terapi dalam mengatasi dismenoroe


c. Intervensi yang nanti dapat diterapkan untuk memberi pelayanan

asuhan keperawatan bagi masalah disminore yang sering dialami

perempuan

4. Manfaat senam Dismenoroe

Berikut manfaat senam Dismenoroe (Nurul, 2016)

a. Perempuan yang berolahrag secara rutin dan teratur dapat

meningkatkan sekresi hormon khususnya estrogen.

b. Sebab secara teratur bagi perempuan pelepasan b-endorphin ke

aliran darah sehingga dapat mengurangi Disminore , selain itu

menjadikan tubuh terasa segar dan dapat menimbulkan perasaan

senang.

c. Senam yang dilakukan secara rutin dapat meningkatka jumlah

dan ukuran pembuluh darah , yang menyalur ke seluruh tubuh

termasuk organ reproduksi.

d. Meningkatkan volume darah yang mengalir ke tubuh termasuk

organ reproduksi.

e. Senam yang teratur menjadi otot-otot jauh lebih kuat karena

kretin yang merupakan unsur kimia terdapat dalam otot di

aktifkan. Sehingga pertumbuhan otot terpicu.

f. Senam dapat meningkatkan kemampuan otak berfungsi secara

optimal pada remaja, karena senam dapat merangsang peredaran

darah, sehingga dapat membawa lebih banyak oksigen ke otak,


selain itu produksi neurotransmitter akan terpicu sehingga fungsi

otak dapat terpelihara.

5. Teknik senam Dismenoroe

Teknik pergerakan senam dismenoroe terdiri dari gerakan

pemanasan, gerakan inti dan gerakan pendinginan (Nurul, 2016)

a. Gerakan pemanasan (warning-up)

1. Tarik napas dalam melalui hidung dan tangan kiri terangkat.

Tahan sampai beberapa detik dan hembuskan nafas lewat

mulut.

2. Kedua tangan disamping perut, tunduk dan tegakan kepala (8

hitungan 2x)

3. Keduan tangan disamping perut, patahkan leher ke kiri- ke

kanan (8 hitungan 2x)

4. Kedua tangan disamping perut, tengokan kepala ke kanan-

kiri (8 hitungan 2x)

5. Putar bahu bersamaan keduanya (8 hitungan 2x)

Gambar 2.3
Gerakan pemanasan

b. Gerakan inti

1. Gerakan badan

a. Berdiri dengan tangan direntangkan kesamping dan kaki kiri

diregangkan kira-kira 30 cm sampai 35 cm

b. Bungkukkan kepinggang berputar kea rah kiri, mencoba

meraba kaki kiri dengan tangan kanan tanpa membengkokkan

lutut

c. Lakukan hal yang sama dengan tangan kiri menjamah kaki

kanan

d. Ulangi masing-masing sebanyak 4x

Gambar 2.4

Gerakan inti (gerakan badan 1)

2. Gerakan badan II

a. Berdirilah dengan tangan disamping dan kaki sejajar


b. Luruskan tangan dan angkat sampai melewati kepala.

Pada waktu yang sama tendangkan kaki kiri dengan kuat

kebelakang

c. Lakukan bergantian dengan kaki kanan

d. Ulangi 4x masing-masing kaki

Gambar 2.5

Gerakan inti ( gerakan badan 2)

c. Gerakan pendingin

1. Lengan dan tangan, ganggam tangan kerutkan lengan dengan

kuat tahan, lepaskan

2. Tungkai dan kaki, luruskan kaki (dorsi fleksi), tahan beberapa

detik lepaskan

3. Seluruh tubuh, kontraksikan atau kencangakan semua otot

sambil nafas dada pelan teratur lalu rileks (bayangkan hal

yang menyenangakan).
Gambar 2.5
Gerakan pendingin

E. Pengaruh senam dismenoroe terhadap penurunan nyeri menstruasi

Dengan melakukan senam dismenoroe dapat menurunkan intesnsitas

nyeri melalui mekanisme, yaitu dengan merileksasikan otot- otot yang

mengalami spasme yang disebabkan oleh peningkatan prostaglandin

sehingga terjadi fasodilatasi pembuluh darah dan akan meningkatkan

aliran darah ke daerah yang mengalami spasme dan iskemik. Selain itu,

saat melakukan senam disminore, tubuh akan mengeluarkan opoid

endogen yaitu endorphin yang enkafalin yang dihasilkan di otak dan

sum-sum tulang belakang. Zat-zat tersebut memiliki sifat mirip morfin

dengan efek analgetik yang membentuk suatu sistem penekan nyeri.

F. Penelitian terkait

1. Mey lina fitri kumalasari, 2017 untuk mengetahui pengaruh

efektifitas senam disminore sebagai terapi alternative

menurunkan tingkat nyeri haid tinjauan sistematis penelitian


tahun 2011-2016. Metode penelitian ini adalah sistematik reviw

dengan melakukan analisis terhadapa 14 penelitian menegenai

efektifitas senam disminore untuk mengurangi nyeri haid, hasil

yang di dapatka adalah senam disminore dapat menurunkan nyeri

haid dengan nilai mean 4,006

2. Ida nurjana, Yuniza, Miranti florencia iswari, 2019 untuk

mengetahui pengaruh senam disminore terhadap penurunan nyeri

menstruasi pada mahasiswi asrama stikes muhammadiya

Palembang penelitian ini merupakan penelitian pre ekksperimen

menggunakan rancangan one grup pre test post test dengan

pendekatan kuantitatif. responden diminta melakukan senam

disminore. instrumen yang digunaka dalam penelitian yaitu

numeric rating sale (NRS) teknik sampling adalah purposive

sampling pada mahasiswa asrama stikes muhammadiyah

Palembang yang berjumlah 34 responden. Hasil penelitian

menunjukan bahwa median skala nyeri menstruasi sebelum

senam 5,00 dan setelah senam 0,00 dengan nilai p value = 0,00.

Hal ini menunjukan ada penurunan skala nyeri menstruasi antara

sebelum and sesudah dilakukan senam disminore.

3. Nuraeni, 2017 untuk mengetahui pengaruh senam dismenoroe

terhadap penurunan nyeri pada remaja putri SMK 1 tapango

kecamatan tapango kabupaten polewali mandar. Penelitian ini

adalah untuk membuktikan ada pengaruh senam dismenoroe


terhadap penurunan nyeri. Populasi 30 pasien remaja putri, teknik

sampel yang digunakan secara total sampling terdiri dari 30

responden dimana 15 responden diberikan senam dismenoroe

dan 15 responden tidak diberikan senam dismenoroe yang

memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan

cara wawancara tidak terstruktur dan observasi langsung pada

pasien. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa ada pengaruh

diberikan dan tidak diberika senam dismenoroe terhadap

penurunan nyeri. Hal ini dapat dilihat dengan nilai p= 0,00 yaiyu

kurang dari tingkat kemaknaan a= 0,05 sehingga menunjukan

senam dismenoroe efektif digunakan untuk menurunkan nyeri.

BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangak Konsep penelitian

Kerangka konsep Adalah membahas ketergantungan antara variabel atau

visualisasi hubungan yang berkaitan atau dianggap perlu antara satu

konsep dengan konsep lainnya atau variabel satu dengan lainnya untuk

melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang diteliti (Notoadmojo,2015,


Hidayat, 2016).

Berdasarkan landasan teori, maka kerangka konsep pada peneliti ini adalah

sebagai berikut :

Variable independen Variabel Dependen

senam Dismenoroe Penurunan nyeri menstruasi

keterangan :

: yang diteliti

: penghubung

Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang “pengaruh senam dismenoroe

terhadap penurunan nyeri menenstruasi”

B. Hipotesa

Hipotesis adalah pernyataan suatu dalil atau akidah, tetapi kebenarannya

belum terujikan (Saryono, 2011). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :


Ha : ada pengaruh senam dismenoroe terhadap penurunan nyeri

menstruasi

H0 : tidak ada pengaruh senam dismenoroe terhadap penurunan nyeri

menstruasi

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Independen/bebas: Senam Dismenoroe

2. Variabel Dependen/Terikat: penurunan nyeri menstruasi

D. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamatidari sesuatu yang didefinisikan tersebut, sehingga memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek atau fenomena. Pada definisi operasional dirumuskan

untuk kepentingan akurasi, komunikasi, dan replikasi. (Nursalam, 2016).


Definisi Operasional Pengaruh senam dismenoroe Terhadap Penurunan Nyeri
Menstruasi di jelaskan pada tabel dibawah ini :

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Skala Skor


Independen: Senam yang 1. Gerakan SOP -
Senam dilakukan pemanasan (standar
Dismenoroe untuk 2. Garakan inti operasiona
menurunkan 3. Gerakan l prosedur)
rasa nyeri pendingin
pada
menstruasi

Dependen: Penurunan 0 : tidak nyeri quesioner ordinal 0= tidak


Penurunan rasa nyeri Secara obyektif nyeri
nyeri yang klien dapat 1-3= nyei
menstruasi dirasakan berkomunikasi ringan
saat dengan jelas, tidak 4-6= nyei
menstruasi ada nyeri yang sedang
dirasakan. 7-9=
1-3 : nyeri ringan nyeri
Secara objektif klien berat
tidak menyeringai & 10= nyeri
mendesis dapat hebat
menunjukkan lokasi
nyeri.
4-6 : nyeri sedang
Secara obyektif
klien mendesis,
menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi
nyeri.
7-9 : nyeri berat
Klien dapat
mengontrol nyeri,
memegang lokasi
nyeri secara terus-
menerus berbicara
tidak begitu lancar.
10 : nyeri hebat
Klien sudah tidak
mampu lagi
berkomunikasi,
memukul.

Tabel 3.1 definisi operasional pengaruh senam dismenoroe terhadap penurunan nyeri
menstruasi.
BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

penelitian ini menggunakan rancangan penelitian pra-eksperimental

(one-group pra-post test design) penelitian ini adalah mengungkapkan

hubungan sebab akibat, dimana penelitian ini dilakukan pada satu

kelompok subjek yang diobservasi sebelum dilakukan perlakuan,

kemudian di observasi lagi setelah diberi perlakuan. Membandingkan

nyeri menstruasi sebelum melakukan senam dismenoroe dan setelah

melakukan senam dismenoroe (Nursalam, 2016).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu

Penelitian akan dilaksanakan pada mulai Maret 2021

2. Tempat

Penelitian ini akan dilakukan secara langsung dan tidak langsung

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi dapat diartikan sebagai sekelompok orang atau penduduk

yang menepati suatu wilayah tertentu (Suyanto & Siswanto, 2018).

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswi keperawatan

semester Iv STIKES muhammadiyah manado berjumlah 68 orang.


2. Sampel merupakan bagian yang akan di ambil sebagai bahan

penelitian yang di anggap mewakili seluruh populasi (Suyanto, 2017).

sampel ditentukan pada jumlah responden dengan jumlah populasi

dan memenuhi kriteri inklusi dengan menggunakan purposive

sampling yaitu pengambilan sampel dengan kriteria sesuai dengan

penelitian (Arikunto, 2012). Rumus yang digunakan untuk pengambilan

sampel ini adalah melalui rumus Slovin.

Rumus Slovin untuk menentukan sampel adalah sebagai berikut

n=

1 + N (e) 2

Keterangan :

n : jumlah sampel

N : jumlah populasi

e : presentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel

yang masih tolelir,

e= 0,1

dalam rumus Slovin ada ketentusn sebagai berikut

Nilai e = 0,1 (10%) untuk p opulasi dalam jumlah besar

Nilai e = 0,2 (20%) untuk populasi dalam jumlah kecil. Jadi rentang

asmpel yang dapat di ambil dari teknik slovin adalah 10-2-% dari

populasi penelitian.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan rumus slovin didapatkan

sampel sebanyak 40 orang.

D. Kriteria Inklusi dan Ekslusi

1. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam,


2016).

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

a. Mahasiswa yang mengalami nyeri haid saat menstruasi

b. Mahasiswa yang bersedia menjadi responden

c. Mahasiswa yang bersedia mengikuti senam dismenoroe

2. Kriteria Ekslusi

a. Mahasiswa yang tidak hadir saat penelitian

b. Mahasiswa yang tidak bersedia menjadi responden

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh

peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan

hasilnya lebih baik (cermat, lengkap dan sistematis) sehingga lebih

mudah diolah (Saryono, 2016).


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan SOP

(Standart Operasional Prosedur) untuk senam dismenoroe dan quesioner

untuk penilaian skala nyeri.

F. Prosedur Penelitian

1. Data Primer

Peneliti mendapatkan data primer dari hasil pengisian quesioner

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak di dapat secara langsung dari

objek penelitian.

G. Pengolahan Data

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelahdata terkumpul (Alimul Aziz, 2017).

b. Coding

Setelah data di edit atau disunting, selanjutnya dilakukan peng

“kodean” atau “coding” yakni mengubah data berbentuk kalimat atau

huruf menjadi data angka atau bilangan (Nugroho, 2017).

c. Data Entry
Data yang dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan ke

dalam program atau “software” komputer. Dalam proses ini dituntut

ketelitian orang yang melakukan “data entry” ini. Apabila tidak maka

akan terjadi bias, meskipun hanya memasukkan data (Nugroho, 2017).

d. Cleaning

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan,

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses

ini disebut pembersihan data (data cleaning) (Nugroho,2017).

e. Tabulating

Tabulating yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2015). Tabel

yang akan ditabulasi adalah tabel yang berisikan data yang sesuai

dengan kebutuhan analisis.

H. Teknik Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat dalam penelitian ini adalah variabel independen

yaitu senam dismenoroe dan variabel dependen penurunan nyeri

menstruasi Data kategorik disajikan dalam bentuk frekuensi dan

persentase. Analisis berupa data umum dan khusus. Data umum

meliputi usia, siklus menstruasi, lama siklus menstruasi, hari datang


nyeri menstruasi. Sedangkan data khusus yang dianalisis adalah skala

nyeri. Analisa univariat adalah data yang diperoleh oleh hasil

pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi,

dan grafik (Saryono, 2016).

b. Analisa Bivariat

Metode analisis statistik yang digunakan adalah Uji t digunakan

untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel

penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghazali, 2018:98). Menguji apakah masing-masing

variabel bebas berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat

secara parsial dengan α = 0,05

I. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, peneliti memperhatikan masalah etika

penelitian. Etika penelitian meliputi (Alimul, 2017).

1. Informen Concent ( informasi unutk responden )

Sebelum melakukan tindakan penelitian menjelaskan maksud dan

tujuan riset yang akan dilakukan. Jika responden bersedia untuk

diteliti maka responden harus menandatangani lembar persetujuan

tersebut dan tidak memaksa.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan dalam peneitian, maka peneliti tidak

mencantumkan nama pada lembar pengumpulan data cukup dengan


memberi nomor kode pada masing-masing lembar yang hanya

diketahui oleh peneliti.

3. Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti hanya kelompok data

dan tentu saja yang disajikan atau dilaporkan sebagai hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai