Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PENDAHULUAN

PKK HOME CARE II


( Disminore )

Dosen Pembimbing :

Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kes

Disusun oleh :

Nurul Fatimah bakri (A.17.09.032)

Prodi S1 Keperawatan

STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA


Tahun akademik 2020/2021

KATA PENGANTAR

1
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin Segala puji dan syukur senantiasa kita

panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-

Nya, semoga kita senantiasa selalu berada dalam lindungannya.

Salam dan salawat kepada junjungan Rasulullah SAW dan keluarga yang

dicintainya beserta sahabat-sahabatnya, sehingga laporan ini dapat diselesaikan

dengan segala kesederhanaanya.

Asuhan Keperawatan tentang kasus disminore yang diajukan untuk memenuhi

tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah PKK HOME CARE II yaitu

Tenriwati, S.Kep, Ns, M.Kes yang sangat kami cintai dan hormati.

Akhir kata hanya kepada Allah SWT, penyusun memohon semoga berkah

dan rahmat serta melimpah kebaikan-Nya senantiasa tercurahkan kepada semua

pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai

akhir. Aamiin.

Bulukumba, 4 Juni 2020

Penyusun

Nurul Fatimah Bakri

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dismenorea merupakan rasa nyeri yang muncul saat haid, biasanya terjadi

pada hari pertama dan kedua (Wong 2008 dan Smith 2003, dalam Novitasari

2012).

Setiap wanita memiliki pengalaman yang berbeda-beda, sebagian wanita

mendapatkan haid tanpa keluhan, namun tidak sedikit wanita mendapatkan

haid disertai dengan keluhan berupa dismenore yang mengakibatkan

ketidaknyamanan serta dampak terhadap gangguan aktivitas (Widjanarko,

2006).

Angka kejadian dismenorea di Indonesia sebesar 64,25% yang terdiri dari

54,89% dismenorea primer, dan 9,36% adalah dismenore sekunder

(Proverawati, 2012). Selama ini pemerintah Indonesia memberikan perhatian

yang cukup besar pada masalah kewanitaan baik bagi pelajar (mahasiswi)

maupun masyarakatyang diwujudkan melalui Usaha Kesehatan Sekolah

(UKS), yaitu dengan adanya program KKR (Kesehatan Reproduksi Remaja)

yang bertujuan agar seluruh remaja dan keluarganya memiliki pengetahuan,

kesadaran sikap dan perilaku kesehatan reproduksi sehingga menjadi remaja

yang siap sebagai keluarga berkualitas tahun 2015 BKKBN (2001, dalam

Amin 2011).

3
BAB II

KONSEP DASAR

A. Konsep Dasar Medis

1. Definisi

Dismenorea didefinisikan sebagai nyeri haid. Dismenorea merupakan

gangguan menstruasi yang umum dialami oleh remaja dengan gejala utama

termasuk nyeri dan mempengaruhi kehidupan dan kinerja sehari-hari.

Dismenorea ditandai dengan nyeri panggul (kram) dimulai sesaat sebelum atau

pada awal menstruasi dan berlangsung 1-2 hari. Sekitar 2-4 hari sebelum

menstruasi dimulai, prostaglandin diproses dengan cepat di awal menstruasi

dan bertindak sebagai kontraktor otot polos yang membantu dalam peluruhan

endometrium. Terapi yang optimal dari gejala ini tergantung pada penyebab

yang mendasari. (Ramaihah, 2006).

Dismenorea dapat dibagi menjadi 2 kategori:

a) Dismenorea primer

Didefinisikan sebagai nyeri haid yang tidak berhubungan dengan patologi

pelvis makroskopis (yaitu, terjadi karena tidak adanya penyakit panggul).

Ini biasanya terjadi dalam 6 sampai 12 bulan setelah menarche atau setelah

siklus ovulasi ditetapkan.

b) Dismenorea Sekunder

Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang disertai kelainan anatomis

genitalis (Manuaba,2007). Sedangkan menurut (Hacker 2007) tanda – tanda

klinik dari dismenorea sekunder adalah endometriosis, radang pelvis,mioma

4
uteri, dan kista ovarium . Umumnya, dismenorea sekunder terjadi berhari

hari, kebanyakan terjadi pada perempuan yang lebih tua (30-40 th)

walaupun ada juga yang mengalami dismenorea ini pada usia muda

(Hermawan, 2012).

2. Klasifikasi

a) Nyeri Spasmodik ( Dismenorea Primer )

Nyeri spasmodik terasa di bagian bawah perut terjadi dihari pertama dan

kedua haid.Banyak perempuan terpaksa harus berbaring karena terlalu

menderita nyeri itu sehingga ia tidak dapat mengerjakan apa pun. Ada di

antara mereka yang pingsan, merasa sangat mual, bahkan ada yang benar-

benar muntah. Kebanyakan penderitanya adalah perempuan muda walaupun

dijumpai pula pada kalangan yang berusia 40 tahun ke atas.

Dismenorea spasmodik dapat diobati atau paling tidak dikurangi dengan

lahirnya bayi pertama walaupun banyak pula perempuan yang tidak

mengalami hal seperti itu.

b) Nyeri Kongestif ( Dismenorea Sekunder )

Penderita dismenorea kongestif biasanya dirasakan berhari. Dismenorea

kongesif juga memerlukan pengkajian nyeri untuk mengetahiu sekala

nyerinya.

Pengkajian nyeri yang biasanya dilakukan pada saat nyeri haid yaitu

dengan skala nyeri agar mendapatkan diagnosa keperawatan yang tepat dan

merencanakan intervensi yang sesuai (Potter & Perry, 2007).

5
3. Etiologi

Penyebab pasti dismenorea belum diketahui. Diduga faktor psikis sangat

berperan terhadap timbulnya nyeri. Dismenorea primer umumnya dijumpai

pada wanita dengan siklus haid berevolusi.

Penyebab tersering dismenorea sekunder adalah endometriosis dan infeksi

kronik genitalia interna. Hingga baru-baru ini, dismenorea disisihkan sebagai

masalah psikologis atau aspek kewanitaan yang tidak dapat dihindari.

a. Dismenorea primer

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi dismenore antara lain:

1) Faktor Kejiwaan

Dismenore primer banyak dialami oleh remaja yang sedang mengalami

tahap pertumbuhan dan perkembangan baik fisik maupun psikis.

Ketidaksiapan remaja putri dalam menghadapi perkembangan dan

pertumbuhan pada dirinya tersebut, mengakibatkan gangguan psikis yang

akhirnya menyebabkan gangguan fisiknya, misalnya gangguan haid seperti

dismenore.

2) Faktor endokrin

Pada umumnya hal ini dihubungkan dengan kontraksi usus yang tidak

baik. Hal ini sangat erat kaitanya dengan pengaruh hormonal. Peningkatan

produksi prostagladin akan menyebabkan terjadinya kontraksi uterus yang

tidak terkordinasi sehingga menimbulkan nyeri.

b. Dysmenorrhea sekunder

Dalam dismenorea sekunder, etiologi yang mungkin terjadi adalah:

6
a) Faktor konstitusi

Seperti kista, tumor atau fibroid.

b) Anomali uterus konginental

Seperti : rahim yang terbalik.

c) Endometriosis

Penyakit yang ditandai dengan adanya pertumbuhan jaringan

endometrium di luar rongga rahim. Endometrium adalah jaringan yang

membatasi bagian dalam rahim. Saat siklus mentruasi, lapisan

endometrium ini akan bertambah sebagai persiapan terjadinya

kehamilan. Bila kehamilan tidak terjadi, maka lapisan ini akan terlepas

dan dikeluarkan sebagai menstruasi.

4. Patofisiologi

a. Dismenorea primer

Disebabkan karena kelebihan atau ketidak seimbangan dalam jumlah sekresi

prostaglandin (PG) dari endometrium saat menstruasi, prostaglandin F2α

(PGF2α) merupakan stimulan miometrium yang kuat dan vasokonstriktor pada

endometrium. Selama peluruhan endometrium, sel-sel endometrium

melepaskan PGF2α saat menstruasi dimulai. PGF2α merangsang kontraksi

miometrium, iskemia dan sensitisasi ujung saraf.

Dismenorea terjadi karena kontraksi uterus yang berkepanjangan sehingga

terjadi penurunan aliran darah ke miometrium. Kadar prostaglandin meningkat

7
ditemukan di cairan endometrium wanita dengan dismenorea dan berhubungan

lurus dengan derajat nyeri.

Peningkatan prostaglandin endometrium sebanyak 3 kali lipat terjadi dari

fase folikuler ke fase luteal, dengan peningkatan lebih lanjut yang terjadi

selama menstruasi. Peningkatan prostaglandin di endometrium setelah

penurunan progesterone pada akhir fase luteal berakibat peningkatan tonus

miometrium dan kontraksi uterus yang berlebihan. Leukotrien diketahui dapat

meningkatkan sensitivitas serat nyeri di rahim. Sejumlah besar leukotrien telah

ditemukan dalam endometrium wanita dengan dismenorea primer yang tidak

merespon baik dengan pengobatan antagonis prostaglandin. Hormon hipofisis

posterior vasopressin dapat terlibat dalam hipersensitivitas miometrium,

berkurangnya aliran darah uterus, dan nyeri pada dismenorea primer. Peran

Vasopresin dalam endometrium mungkin terkait dengan sintesis dan pelepasan

prostaglandin. Vasokonstriksi menyebabkan iskemia dan telah diteliti bahwa

neuron nyeri tipe C dirangsang oleh metabolit anaerob yang dihasilkan oleh

endometrium iskemik dan dapat meningkatkan sensitivitas nyeri.

b. Dismenorea Sekunder

Dapat terjadi kapan saja setelah menarche (haid pertama), namun paling

sering muncul di usia 30-an atau 40-an, setelah tahun-tahun normal, siklus

tanpa nyeri (relatively painless cycles). Peningkatan prostaglandin dapat

berperan pada dismenorea sekunder, namun, secara pengertian penyebab

yang umum termasuk: endometriosis, leiomyomata (fibroid), adenomyosis,

polip endometrium dan chronic pelvic inflammatory diseas.

8
5. Manifestasi Klinis
a) Dismenorea primer

1) Haid pertama berlangsung

2) Nyeri perut bagian bawah

3) Nyeri punggung

4) Nyeri paha

5) Sakit kepala

6) Diare

7) Mual dan muntah

b) Dismenorea sekunder

1) Terjadi selama sikuls pertama haid dan sampai berhari hari, yang

merupakan indikasi adanya obstruksi kongenital. Dismenorea

dimulai setelah berusia 25 tahun

2) Terdapat ketidaknormalan pelvis kemungkinan adanya :

- Endometriosis

- Pelvic inflamatory disease

- Pelvic adhesion (pelekatan pelvis)

- Adenomyosis

6. Penatalaksanaan

a) Disminorea Primer

1) Latihan

- Latihan moderat, seperti berjalan atau berenang

- Latihan menggoyangkan panggul

9
- Latihan dengan posisi lutut ditekukkan ke dada, berbaring

terlentang atau miring

2) Panas

- Buli-buli atau botol air panas yang di letakkan pada punggung

atau abdomen bagian bawah

- Mandi air hangat atau sauna

3) Hindari kafein yang dapat meningkatkan pelepasan prostagladin

4) Istirahat

5) Obat-obatan

- Kontrasepsi oral, Menghambar ovulasi sehingga meredakan

gejala

- Mirena atau progestasert AKDR, Dapat mencegah kram

a) Disminorea sekunder

1) PRP

- PRP termasuk endometritis, salpoingitis, abses tuba ovarium, atau

peritonitis panggul.

- Organisme yang kerap menjadi penyebab meliputi Neisseria

Gonnorrhoea dan C. thrachomatis, seperti bakteri gram negative,

anaerob, kelompok B streptokokus, dan mikoplasmata genital.

Lakukan kultur dengan benar.

- Terapi anti biotic spectrum-luas harus di berikan segera saat diagnosis

di tegakkan untuk mencegah kerusakan permanen (mis, adhesi,

10
sterilitas). Rekomendasi dari center for disease control and prevention

(CDC) adalah sebagai berikut :

- Minum 400 mg oflaksasin per oral 2 kali/hari selama 14 hahri,

di tambah 500 mg flagyl 2 kali/hari selama 14 hari.

- Berikan 250mg seftriakson IM 2 g sefoksitin IM, dan 1g

probenesid peroral di tambah 100 mg doksisiklin per oral , 2

kali/ hari selama 14 hari.

- Untuk kasus yang serius konsultasikan dengan dokter spesialis

mengenai kemungkinan pasien di rawat inap untuk di berikan

antibiotic pe IV.

- Meskipun efek pelepasan AKDR pada respons pasien terhadap

terapi masih belum di ketahui, pelepasan AKDR di anjurkan. 

2) Endometriosis

a. Diagnosis yang jelas perlu di tegakkan melalui laparoskopi

b. Pasien mungkin di obati dengan pil KB, lupron, atau obat-obatan

lain sesuai anjuran dokter.

3) Fibroid dan polip uterus

a. Polip serviks harus di angkat

b. Pasien yang mengalami fibroleomioma uterus simtomatik harus di

rujuk ke dokter.

4) Prolaps uterus

a. Terapi definitive termasuk histerektomi

11
b. Sistokel dan inkonmtenensia strees urine yang terjadi bersamaan

dapat di ringankan dengan beberapa cara berikut :

- Latihan kegel

- Peralatan pessary dan introl untuk reposisi dan mengangkat

kandung kemih. 

7. Daftar Istilah Asing

1) Endometrium

2) menarche

3) genitalis

4) endometriosis

5) radang pelvis

6) mioma uteri

7) kista ovarium

8) ovulasi

9) pelvis makroskopis

10) Prostaglandin

11) eukotrien

12) fase folikuler ke fase luteal

13) Nyeri spasmodik

14) Prostagladin

15) Anomali uterus konginental

16) stimulan miometrium

17) vasokonstriktor

12
18) Hormon hipofisis posterior vasopressin

19) Pelvic adhesion

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
I. Data Umum Klien
No Reg :-
Initial/Umur : Ny. Y / 32 Tahun
Alamat : Jl.H.A.sulthan dg.radja
Tanggal masuk RS :-
Tanggal Pengkajian : Kamis, 4 Juni 2020
Diagnosa Medis : Disminore
II. Alasan Masuk Rumah Sakit
Keluhan Utama : Merasa Nyeri dan kram pada perut
Riwayat Keluhan
Mulai timbulnya : timbul setelah hari ke 2-4 haid/menstruasi
Sifat keluhan : Hilang timbul
Lokasi keluhan : nyeri Perut dan kram bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung
Faktor Pencetus: Tidak diketahui
Keluhan lain : Nyeri dan kram
Pengaruh keluhan terhadap aktivitas/fungsi tubuh : Aktvitas klien terganggu karna nyeri
yang dirasakan
Usaha pasien untuk mengatasinya : Berbaring dan memberi balsem pada area nyeri
III. Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada
Cacar Varicella
Polio GPastro Enteriis

13
Tetanus Fecelie Conv
Pertussis Hepatitis Inf
Thypoid Marbiler
TBC Malaria
Lain – lain (sebutkan) : Tidak ada
Kecelakaan yang pernah dialami : Klien tidak pernah mengalami kecelakaan
Riwayat operasi : Pernah Operasi Tidak Ya Pasa Operasi hari
ke
Riwayat pengobatan (obat yang dibawa ke RS / sementara di konsumsi) : -
Riwayat alergi : Tidak ada Ada, sebutkan : Klien tidak
memiliki riwayat alergi

IV. Riwayat Psiko-Sosio-Spiritual


1. Riwayat psikososial
a. Tempat tinggal : Klien mengatakan tinggal di tempat yang nyaman dan bersih
b. Lingkungan rumah : Klien mengatakan lingkungan rumah bersih dan terawat
c. Hubungan dengan anggota keluarga: Hubungan dengan anggota keluarga baik
d. Pengasuh anak : Klien mengataan tidak memiliki pengasuh anak
2. Riwayat spiritual
a. Support sistem : Klien mengatakan mendapat support dari keluarga
b. Kegiatan keagamaan : Klien mengatakan melaksanakan sholat dan mengaji
V. Kebutuhan Dasar/Pola Kebiasaan Sehari-hari
1. Nutrisi
Sebelum sakit : Klien mengatakan selera makan bagus, klien makan 3x sehari
Saat sakit : Klien mengatakan nafsu makan tetap bagus, klien makan 3x
sehari namun makanan kadang tidak dihabiskan
2. Cairan
Sebelum sakit : Klien minum air putih
Saat sakit : Klien minum air putih, tidak ada masalah
3. Istirahat/Tidur
Sebelum sakit : Klien mengatakan tidur malam sekitar pukul 21.00-06.00

14
Saat sakit : Klien mengatakan tidurnya terganggu
4. Eliminasi fekal/BAB
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAB ± 1 kali dalam sehari, tidak ada keluhan
Saat sakit : Klien mengatakan BAB nya tidak terganggu
5. Eliminasi urine/BAK
Sebelum sakit : Klien mengatakan BAK ±5x/sehari, tidak ada keluhan
Saat sakit : Klien mengatakan BAK ±3x/sehari,
6. Aktivitas dan latihan
Sebelum sakit : Klien mengatakan sering membersihkan rumah, seperti
menyapu dan lain-lain
Saat sakit : Klien mengatakan hanya melakukan aktivitas saat nyeri yang
dirasakan hilang, dan hanya berbaring saat nyeri timbul kembali
7. Personal hygiene
Sebelum sakit : Klien mengatakan mandi 3x/sehari, mencuci rambut
2x/seminggu, dan menggosok gigi 2x sehari, tidak ada hambatan.
Saat sakit : Klien mengatakan hanya mandi dan gosok gigi saja
8. Akivitas Sehari-hari
Sebelum sakit : Klien mengatakan kegiatan yang dilakukan yaitu memasak,
mencuci, menyapu
Saat sakit : Klien mengatakan istirahat dan berbaring jika nyerinya timbul
VI. Pemeriksaan Fisik
Selasa, 4 Juni 2020, Pukul 14.00
1. Keadaan Umum
a. Kesadaran

Compos Mentis Somnolen Apatis Soporos koma Koma


GCS : 15 E: 4 V: 5 M:6

b. Penampilan dihubungan dengan usia : Klien tampak sesuai dengan usianya.


c. Ekspresi wajah : Klien tampak meringis, gelisah dan tidak nyaman saat nyerinya
timbul
d. Kebersihan secara umum : Klien tampak bersih dan rapi.

15
e. Berat Badan : 58 kg
f. Tanda-tanda vital : TD: 130/90 mmHg, N: 98x/menit, S: 36,9°C, P: 24x/menit
g. Jika terdapat nyeri/ketidaknyamanan:
Faktor pencetus : Tidak ada
Sensasi nyeri : Seperti tertusuk dan kram
Lokasi dan penyebaran nyeri : Perut bagian bawah yang bisa menjalar ke punggung
Intensitas/skala nyeri : Skala nyeri 7
Frekuensi dan durasi : ± 2-3x sehari dengan durasi ± 1-2 menit
Cara mengatasi nyeri : Berbaring dan mengoleskan balsem
2. Pengkajian Data Fokus

a. Sistem respiratory
 Jalan Napas : Bersih Ada sumbatan
 Pola nafas : Eupnoe Tachipnoe
Bradipnoe Cheynestokes Apnoe
Hiperventilasi Kusmaul Biots
 Kedalaman : Normal Dangkal Dalam
 Irama : Reguler Irreguler
 Batuk : Ya Tidak
 Sianosis : Ya Tidak
 Sputum : Tidak ada Ada
 Warna : Putih Kuning Hijau
Merah Kecoklatan Purulen
 Clubbing Finger : Ya Tidak
 Trakea : Deviasi ke lateral Medial
 Pembesaran kelenjar getah bening / Massa : Ya Tidak
 JVP:…………………. CmH2O
 Otot bantu napas : Tidak Ya : (sebutkan)
 Krepitasi : Tidak Ya
 Bentuk dada : Normochest Pigeonchest
Barrelchest
 Ekspansi dada : Simetris Tidak simetris
 Jejas/Trauma : Ya Tidak

16
 Massa : Ya Tidak
 Perkusi dada : Sonor Hipersonor
Timpani
Redup Pekak
 Auskulitasi : Vesikuler Bronchovesikuler
Trakeal
Bronkhial Whezing
Ronkhi : Basah/Kering
Keluhan lain : -
b. Sistem kardiovaskuler
 Sianosis : Tidak ada Ada
 Pucat : Tidak ada Ada
 Irama Jantung : Teratur Tidak teratur
 Distensi Vena Jugularis : KANAN Ya Tidak ; KIRI
Ya Tidak
Keluhan lain :
c. Sistem gastrointestinal
 Mulut : Mukosa lembab Mukosa kering
Somatitis Perdarahan gusi
 Pembatasan makanan, sebutkan :
 Mual : Ya Tidak
 Muntah : Ya Tidak
 Asites : Ya Tidak
 Lingkar perut : - Cm
 Sklera Ikterus : Ya Tidak
 Peristaltik usus : Frekuensi …………..X/menit
Keluhan lain : -

d. Sistem Eliminasi
 Defekasi : Via Anus, Frekuensi :…………….
Konsistensi :…………….
Stoma ya tidak
 Hemoroid : Ya Tidak
 Urin: Spontan Kateter Urin

17
Cytostomy
 Kelainan : Tidak ada Ada, sebutkan :
 Palfebra Edema : Ya Tidak
 Mata Cekung : Ya Tidak
Keluhan lain :
e. Sistem Reproduksi
 Payudara :
 Putting susu :
 Pengeluaran Asi :
 Vagina : Varises, Ya Tidak
 Kebersihan : baik
 Rabas pervagina :
Jenis………………………………………………………………..
Warna………………………………………………………………
Konsistensi………………………………………………………...
Jumlah……………………………………………………………...
Bau………………………………………………………………….
Berapa lama………………………………………………
 PAP smear terakhir (tanggal dan hasil) :
Keluhan lain :

f. Obstetri dan Genekologi :


 Hamil : Ya Tidak
 Haid : Menarche, tahun : 2015
Cyclus haid : ± 1-2 bulan
Lamanya haid : 4-7 hari
Darah haid : Merah gelap
 Keluhan menstruasi : Dismenorea Polimenorea
Oligomenorea Menometroragie Amenorea
 Haid yang akhir : beberapa bulan lalu
 Menapouse, umur : --
 Keluhan lain :
g. Sistem Neurosensori
 Pendengaran : Normal Tidak, sebutkan :

18
 Penglihatan : Normal Tidak normal, sebutkan :
 Pupil Isokor : Ya Tidak
 Konjungtiva : Warna
 Sklera : Warna
Keluhan lain :
h. Kulit dan Kelamin
 Warna kulit : Normal Pucat Kuning
Dan lain lain (sebutkan) :-
 Warna kuku : Normal Pucat Kuning
Dan lain lain (sebutkan) : -
 Turgor : Elastis Tidak elastis
 Tekstur : Halus Kasar
 Membran mukosa : Lembab Kering
 Risiko dekubitus : Ya Tidak
Terdapat Luka : Ya Tidak
 Lokasi luka/ Lesi lain : Tidak ada
 Karakteristik luka : tidak terdapat
Keluhan lain : -
i. Ektremitas
 Kesulitan dalam pergerakan : Ya Tidak
 Keadaan tonus otot : Baik Hipotoni
Hypertoni Atoni
 Edema kaki / tungkai : Ya Tidak
 Varises : Ya Tidak
Keluhan lain : -
3. Pemeriksaan diagnostik (meliputi tanggal dan hasil pemeriksaan) : -
4. Penatalaksanaan Medis (uraikan sesuai dengan anjuran medis) : -

VII. EDUKASI PASIEN KELUARGA


a. Kesiapan pasien keluarga menerima informasi : Tidak Ya
b. Terdapat hambatan dalam edukasi : Tidak Ya
Jika ya, sebutkan hambatannya (bisa diingkari lebih dari satu):
Pendengaran / penglihatan / kognitif / Fisik / Budaya / Emosi / Bahasa / Lainnya :-
c. Tingkat pendidikan pasien : SLTP/sederajat

19
d. Agama dan nilai kepercayaan pasien : Islam
e. Dibutuhkan penerjema : Tidak Ya Jika Ya, sebutkan : -
f. Kebutuhan edukasi (pilih topic edukasi pada kotak yag tersedia) :
Diagnosa penyakit Obat-obatan Diet dan nutrisi
Rehabilitasi Medik Manajemen nyeri Penggunaan alat medis
1. Pengkajian Nyeri

a) P = Nyeri yang dirasakan ketika haid

b) Q = Seperti tertekan dan kram

c) R = Abdomen bagian bawah menjalar ke punngung

d) S = skala 7 (berat)

e) T = nyeri hilang timbul

DATA FOKUS

DATA FOKUS
1. Klien mengatakan nyeri saat haid yang berlangsung 2-4 hari dengan

pengkajian nyeri :

P = Nyeri yang dirasakan ketika haid

Q = Seperti tertekan dan kram

R = Abdomen bagian bawah menjalar ke pnggung

S = skala 7 (berat)

T = nyeri hilang timbul

2. Klien nampak gelisah

3. KLien tampak meringis

4. Pasien mengatakan aktivitas terganggu dan merasa lelah

5. Pasien mengatakan sulit tidur dikarenakan nyeri

6. Pasien mengatakan merasa tidak nyaman terhadap keadaan haid yang

20
dialami

KLASIFIKASI DATA

Data Objektif Data subjektif


1. Klien nampak gelisah 1. Klien mengatakan nyeri saat haid yang

2. Klien Nampak meringis berlangsung 2-4 hari dengan pengkajian

3. Klien Nampak tidak nyaman nyeri :

P = Nyeri yang dirasakan ketika haid

Q = Seperti tertekan dan kram

R = Abdomen bagian bawah menjalar

ke punggung

S = skala 7 (berat)

T = nyeri hilang timbul

2. Pasien mengatakan aktivitas

terganggu dan merasa lelah

3. Pasien mengatakan sulit tidur

dikarenakan nyeri

4. Pasien mengatakan merasa tidak

nyaman terhadap keadaan haid yang

dialami

ANALISA DATA

21
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DS: Prostagladin Nyeri akut

 Pasien mengatakan lokasi Miometrium terangsang

nyeri saat haid sekitar 2-4


Kontraksi uterus
hari
Dismenorea
DO:
Nyeri akut
 P = Nyeri yang dirasakan

ketika haid

 Q = Seperti tertekan dan

kram

 R = Abdomen bagian

bawah dan menjalar ke

punggung belakang

 S = skala 7 (berat)

 T = nyeri hilang timbul

DO:

 Klien Nampak gelisah

 Klien Nampak meringis

 Klien Nampak tidak

nyaman
2 DS: Prostagladin Intoleransi

 Pasien mengatakan Miometrium terangsang aktivitas

aktivitas terganggu dan


Kontraksi uterus
merasa lelah

22
 Pasien mengatakan sulit Dismenorea

tidur dikarenakan nyeri


nyeri
DO: Klien Nampak tidak

nyaman intoleransi Aktivitas

3 DS: klien mengatakan tidak Prostagladin Gangguan rasa

nyaman dengan kondisi yang nyaman


Miometrium terangsang
dialaminya

DO: Kontraksi uterus

 Klien tampak gelisah


Dismenorea
 Klien Nampak meringis

 Klien nampak tidak nyaman nyeri

Gangguan rasa nyaman

A. Diagnosis Keperawatan

Berikut ini adalah beberapa diagnosis keperawatan yang bisa muncul pada

klien dengan Dismenore [ CITATION Tim17 \l 1033 ]:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis

23
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau

lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3

bulan.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

a) Mengeluh nyeri

Objektif:

a) Tampak meringis

b) Bersikap protektif (mis. waspada, posisi menghindari nyeri)

c) Gelisah

d) Frekuensi nadi meningkat

e) Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:

(tidak tersedia)

Objektif:

a) Tekanan darah meningkat

b) Pola napas berubah

c) Nafsu makan berubah

d) Proses berpikir terganggu

e) Menarik diri

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan

24
Definisi: Ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari hari.

Gejala dan Tanda Mayor

Subjektif:

a) Mengeluh lelah

Objektif:

a) Frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istrahat

Gejala dan Tanda Minor

Subjektif:

a) Dispnea saat/setelah aktivitas

b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

c) Merasa lemah

Objektif:

a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istrahat

b) Gambaran EKG menunjukkan aritmia saat/setelah aktivitas

c) Gambaran EKG menunjukkan iskemia

3. Gangguan rasa nyaman b.d nyeri yang dirasakan

a) Gangguan rasa nyaman berhubungan gejala penyakit

Defenisi : Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi

fisik, psikospritual, lingkungan dan sosisal

Gejala dan tanda mayor

Subjektif

1) Mengeluh tidak nyaman

Objektif

25
1) Gelisah

Gejala dan tanda minor

Subjektif

1) Mengeluh sulit tidur

2) Tidak mampu rileks

3) Mengeluh kedinginan/kepanasan

4) Merasa gatal

5) Mengeluh mual

6) Mengeluh lelah

Objektif

1) Menunjukkan gelisah distress

2) Tampak merintih/menangis

3) Pola eliminasi berubah

4) Postur tubuh berubah

5) iritabilitas

B. Intervensi Keperawatan

Berikut ini adalah intervensi yang dirumuskan untuk mengatasi masalah

keperawatan pada klien dengan Dismenore (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018):

No. Diagnosis Keperawatan Rencana Asuhan Keperawatan


1. Nyeri Akut b.d. Dismenore Intervensi Utama:
a. Manajemen Nyeri
Tindakan:
Observasi
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,

26
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri nonverbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat dan
memperingan nyeri
Terapeutik
1) Berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
akupresur, terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aromaterafi, tehnik imajinasi
terbimbing, kompres hangat/dingin)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
3) Fasilitasi istirahat dan tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara
tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
b. Pemberian Analgesik
Tindakan:
Observasi
1) Identifikasi karakteristik nyeri (mis. pencetus,

27
pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi,
durasi)
2) Identifikasi riwayat alergi obat
3) Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis.
narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
4) Monitor tanda-tanda vital sebelum dan
sesudah pemberian analgesik
5) Monitor efektifitas analgesik
Terapeutik
1) Diskusikan jenis analgesik yang disukai
untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
2) Pertimbangkan penggunaan infuse kontinu,
atau bolus opioid untuk mempertahankan
kadar dalam serum
3) Tetapkan target efektifitas analgesik untuk
mengoptimalkan respons pasien
4) Dokumentasikan respons terhadap efek
analgesik dan efek yang tidak diinginkan
Edukasi
1) Jelaskan efek terapi dan efek samping obat
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian dosis dan jenis
analgesik, sesuai indikasi
Intervensi Pendukung:
a. Dukungan Hipnosis Diri
Tindakan:
Observasi
1) Identifikasi apakah hipnosis diri dapat
digunakan
2) Identifikasi masalah yang akan diatasi dengan

28
hipnosis diri
3) Identifikasi penerimaan terhadap hipnosis diri
4) Identifikasi mitos dan kesalahpahaman
terhadap penggunaan hipnosis diri
5) Identifikasi kesesuaian sugesti hipnosis
6) Identifikasi teknik induksi yang sesuai (mis.
ilusi pendulum Chevreul, relaksasi, relaksasi
otot, latihan visualisasi, perhatian pada
pernapasan, mengulang kata/frase kunci)
7) Identifikasi teknik pendalaman yang sesuai
(mis. gerakan tangan ke wajah, teknik
eskalasi imajinasi, fraksinasi)
8) Monitor respons terhadap hipnosis diri
9) Monitor kemajuan yang dicapai terhadap
tujuan terapi
Terapeutik
1) Tetapkan tujuan hipnosis diri
2) Buatkan jadwal latihan, jika perlu
Edukasi
1) Jelaskan jenis hipnosis diri sebagai penunjang
terapi modalitas (mis. hipnoterapi,
psikoterapi, terapi kelompok, terapi keluarga)
2) Ajarkan prosedur hipnosis diri sesuai
kebutuhan dan tujuan
3) Anjurkan memodifikasi prosedur hipnosis
diri (frekuensi, intensitas, teknik) berdasarkan
respons dan kenyamanan
2. Intoleransi Aktivitas b.d Intervensi Utama:
kelemahan a. Terapi Aktivitas
Tindakan:
Observasi

29
1) Identifikasi defisit tingkat aktivitas
2) Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam
aktivitas tertentu
3) Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang
diinginkan
4) Identitas strategi meningkatkan partisipasi
dalam aktivitas
5) Identifikasi makna aktivitas rutin
(mis.bekerja) dan waktu luang
6) Monitorrespons emosional, fisik, sosial, dan
spiritual terhadap aktivitas
Terapeutik
1) Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan
defisit yang dialami
2) Sepakati komitmen untuk meningkatkan
frekuensi dan rentang aktivitas
3) Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan
tujuan aktivitas yang konsisten sesuai
kemampuan fisik, psikologis, dan sosial
4) Koordinasikan pemilihan aktivitas sesuai
usia
5) Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
6) Fasilitasi transportasi untuk menghadiri
aktivitas, jika sesuai
7) Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
menyesuaikan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang dipilih
8) Fasilitasi aktivitas fisik rutin (mis. ambulasi,
mobilisasi, dan perawatan diri), sesuai
kebutuhan
9) Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami

30
keterbatasan waktu, energi, atau gerak
Edukasi
1) Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari,jika perlu
2) Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
3) Anjurkan melakukan aktivitas
fisik,sosial,spiritual dan kognitif dalam
menjaga fungsi dan kesehatan
4) Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok
atau terapi,jika sesuatu.
5) Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan
positif atas partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam
merencanakan atau memonitor program
aktivitas jika sesuai.
2) Rujuk pada pusat,atau program aktivitas,jika
perlu
b. Manajemen Energi
Tindakan:
Observasi
1) Indetifkasi gangguan fungsi tubuh,yang
mengakibatkan kelelahan
2) Monitor kelelahan fisik dan emosional
3) Monitor pola jam tidur
4) Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
melakukan aktivitas
Terapeutik
1) Sediakan lingkungan nyaman dan rendah
stimulus (mis.cahaya,suara,kunjungan)
2) Lakukan latihan rentang gerak pasif/aktif

31
3) Berikan aktivitas disktraksi yang
menenangkan
4) Fasilitas duduk di sisi tempat tidur,jika tidak
dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1) Anjurkan titah baring
2) Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3) Anjurkan menghubungi perawat jika tanda
dan gejala kelelahan tidak berkurang
4) Anjurkan strategi koping untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
1) Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
Intervensi Pendukung:
a. Dukungan Ambulasi
Tindakan:
Observasi
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
lainya
2) Identifikasi toletansi fisik melakukan
ambulasi
3) Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
sebelum memulai ambulasi
4) Monitor kondisi umum selama melakukan
ambulasi
Terapeutik
1) Fasilitas aktivitas ambulasi dengan alat bantu
(mis.tongkat,kruk)
2) Fasilitas melakukan mobilisasi fisik,jika perlu

32
3) Libatkan keluarga untuk membantu pasien
dalam melakukan ambulasi
Edukasi
1) Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi
2) Anjurlan melakukan ambulasi dini
3) Ajarkan ambulasi sederhana yang harus
dilakukan (mis.berjalan dari tempat tidur ke
tempat kursi roda,berjalan dari tempat
tidur,ke kamar mandi,berjalan sesuai
toleransi)
3. Gangguan rasa nyaman intervensi utama
b.d
a. Pengaturan posisi
Tindakan
Observasi
1) Monitor status oksigenasi sebelum dan
sesudah mengubah posisi.
Terapeutik
1) Tempatkan pada matras/tempat tidur
terapeutik yang tepat.
2) Tempatkan pada posisi terapeutik.
3) Tempatkan objek yang sering digunakan
dalam jangkauan.
4) Atur posisi tidur yang disukai, jika tidak
terkontarindikasi.
5) Atur posisi untuk mengurangi sesak (Mis.
Semi-Fowler).
6) Tinggikan bagian tubuh yang sakit
dengan tepat.
7) Hindari menempatkan pada posisi yang
dapat meningkatkan nyeri.

33
8) Hindari posisi yang menimbulkan
ketegangan pada luka.
9) Edukasi
10) Informasikan saat akan dilakukan
perubahan posisi.
11) Ajarkan cara menggunakan postur yang
baik dan mekanika tubuh yang baik
selama melakukan perubahan posisi.
b. Terapi relaksasi
Tindakan
Observasi
1) Identifikasi penurunan tingkat energi,
ketidakmampuan berkonsentrasi, atau
gejala lain yang mengganggu
kemampuan kognitif.
2) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan.
3) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan
penggunaan teknik sebelumnya.
Terapeutik
1) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
gangguan dengan pencahayaan dan suhu
ruang nyaman, jika memungkinkan.
2) Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur teknik relaksasi.
3) Gunakan pakaian longgar.
4) Gunakan nada suara lembut dengan
irama lambat dan berirama.
Edukasi
1) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan, dan
jenis relaksasi yang bersedia (mis. Musil,

34
meditasi, napas dalam, relaksasi otot
progresif).
2) Anjurkan mengambil posisi nyaman.
3) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi
relaksasi.
4) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi

(mis. Napas dalam, peregangan, atau

imajinasi terbimbing).

DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/doc/260330699/LP-DISMENORE ( 5 Juni 2020 )

https://www.academia.edu/36379900/DESMINOREA_FIX ( 5 Juni 2020)

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016-2017). standar diagnosa keperawatan


indonesia. Jakarta Selatan: DPP.
Tim pokja SIKI DPP PPNI. (2018). standar intervensi keperawatan indonesia.
jakarta selatan: DPP.

35

Anda mungkin juga menyukai