PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan berubahnya tingkat kesejahteraan di Indonesia, pola penyakit saat
ini telah mengalami transisi epidemologi yang di tandai dengan beralihnya
kematian yang semula di dominasi oleh penyakit menular telah bergeser ke
penyakit tidak menular (non communicable desease). Perubahan penyakit
terdsebut dipengaruhi oleh keadaan demografi, sosial ekonomi dan sosial budaya.
Emfisema tergabung dalam Penyakit Paru Obstruktif Kronik yang merupakan
salah satu kelompok penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM dan
PL di lima rumah sakit di Indonesia ( Jawa Barat, Jawah Tengah, Jawa Timur,
Lampung dan Sumatera selatan), pada tahun 2004 menunjukan PPOK termasuk
emfisema masuk dalam urutan pertama penyumbang angka kesakitan yaitu 35%,
asma bronkial 33%, kanker paru 30% dan lainnya 2%. Berdasarkan hasil
SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001 sebanyak 54,5%
penduduk lakilaki dan 1,2 % perempuan merupakan perokok, sehingga
emfisema mempunyai faktor penyebab dari rokok sebesar 92%.
1.2 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit empiema.
2. Untuk mengetahui konsep dasar penyakit empisema.
3. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan empiema.
4. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan empisema.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1
EMFISEMA
2.1
Pengertina Emfisema
Menurut Brunner & Suddarth (2002), Emfisema didefinisikan sebagai
distensi abnormal ruang udara di luar bronkiolus terminal dengan kerusakan
dinding alveoli. Kondisi ini merupakan tahap akhir proses yang mengalami
kemajuan dengan lambat selama beberapa tahun. Pada kenyataannya, ketika
pasien mengalami gejala, fungsi paru sering sudah mengalami kerusakan yang
ireversibel. Dibarengi dengan bronchitis obstruksi kronik, kondisi ini
merupakan penyebab utama kecacatan.
Sedangkan merurut Doengoes (2000), Emfisema merupakan bentuk
paling
jaringan. Sesuai dengan definisi tersebut, maka dapat dikatakan bahwa, jika
ditemukan kelainan berupa pelebaran ruang udara (alveolus) tanpa disertai
adanya destruksi jaringan, maka itu bukan termasuk emfisema. Namun,
keadaan tersebut hanya sebagai overinflation.
Emfisema adalah jenis penyakit paru obstruktif kronik yang
melibatkan kerusakan pada kantung udara (alveoli) di paru-paru. Akibatnya,
tubuh tidak mendapatkan oksigen yang diperlukan. Emfisema membuat
penderita sulit bernafas. Penderita mengalami batuk kronis dan sesak napas.
Penyebab paling umum adalah merokok.
Emfisema disebabkan karena hilangnya elastisitas alveolus. Alveolus
sendiri adalah gelembung-gelembung yang terdapat dalam paru-paru. Pada
penderita emfisema, volume paru-paru lebih besar dibandingkan dengan orang
yang sehat karena karbondioksida yang seharusnya dikeluarkan dari paru-paru
terperangkap didalamnya. Asap rokok dan kekurangan enzim alfa-1-antitripsin
adalah penyebab kehilangan elastisitas pada paru-paru ini.
Terdapat 3 (tiga) jenis emfisema utama, yang diklasifikasikan
berdasarkan perubahan yang terjadi dalam paru-paru :
1.
terhadap
protease yang
3.
Emfisema Paraseptal
Merusak alveoli lobus bagian bawah yang mengakibatkan
isolasi blebs (udara dalam alveoli) sepanjang perifer paru-paru.
Paraseptal emfisema dipercaya sebagai sebab dari pneumotorak
spontan.
PLE dan CLE sering kali ditandai dengan adanya bula tetapi
dapat juga tidak. Biasanya bula timbul akibat adanya penyumbatan
katup pengatur bronkiolus. Pada waktu inspirasi lumen bronkiolus
melebar sehingga udara dapat melewati penyumbatan akibat penebalan
mukosa dan banyaknya mukus. Tetapi sewaktu ekspirasi, lumen
bronkiolus tersebut kembali menyempit, sehingga sumbatan dapat
menghalangi keluarnya udara.
2.2
Etiologi
Menurut Brunner & Suddarth (2002), merokok merupakan penyebab
utama emfisema. Akan tetapi pada sedikit pasien (dalam presentasi kecil)
terdapat predisposisi familiar terhadap emfisema yang yang berkaitan dengan
abnormalitas
suatu enzim inhibitor. Tanpa enzim inhibitor ini, enzim tertentu akan
menghancurkan jaringan paru. Individu yang secara ganetik sensitive terhadap
faktor-faktor lingkungan (merokok, polusi udara, agen-agen infeksius, dan
alergen) pada waktunya akan mengalami gejala-gejala obstruktif kronik.
Sangat penting bahwa karier genetik ini harus diidentifikasikan untuk
memungkinkan modifikasi faktor-faktor lingkungan untuk menghambat atau
mencegah timbulnya gejala-gejala penyakit. Konseling genetik juga harus
diberikan.
2.3
Faktor Pencetus
Beberapa hal yang dapat menyebabkan emfisema paru yaitu :
1. Faktor Genetik
Faktor genetik mempunyai peran pada penyakit emfisema. Faktor
genetik diataranya adalah atopi yang ditandai dengan adanya eosinifilia
atau peningkatan kadar imonoglobulin E (IgE) serum, adanya hiper
responsive bronkus, riwayat penyakit obstruksi paru pada keluarga, dan
defisiensi protein alfa 1 anti tripsin.
karena
tertutupnya
lumen
bronkus
atau
Patofisiologi
Menurut Lewis merokok dalam jangka waktu
mengakibatkan
Terjadinya
gangguan
iritasi
langsung terhadap
merupakan
efek
saluran
dari merokok
pernafasan.
yang menyebabkan
hiperplasia pada sel-sel paru dan bertambahnya sel-sel goblet, yang mana
kemudian berakibat pada meningkatnya produksi sekret. Merokok juga
menyebabkan dilatasi saluran udara distal dengan kerusakan dinding
alveolus (Lewis, 2000 : 682).
Menurut Smeltzer faktor
keluarga merupakan
salah satu
faktor
mengakibatkan
respon peradangan
sehingga
paru.
Merokok
menyebabkan
dapat
pelepasan
Perjalanan udara akan tergangu akibat dari perubahan ini. Kerja nafas
meningkat dikarenakan terjadinya kekurangan fungsi jaringan paru-paru untuk
melakukan pertukaran O2 dan CO2. Kesulitan selama ekspirasi pada
emfisema merupakan akibat dari adanya destruksi dinding (septum) di antara
alveoli, jalan nafas kolaps sebagian, dan kehilangan elastisitas untuk mengerut
atau recoil. Pada saat alveoli dan septum kolaps, udara akan tertahan di antara
ruang alveolus yang disebut blebs dan di antara parenkim paru-paru yang
disebut bullae. Proses ini akan menyebabkan peningkatan ventilatory pada
dead space atau area yang tidak mengalami pertukaran gas atau darah.
Emfisema juga menyebabkan destruksi kapiler paru-paru, selanjutnya terjadi
penurunan perfusi O2 dan penurunan ventilasi. Emfisema masih dianggap
normal jika sesuai dengan usia, tetapi jika hal ini timbul pada pasien yang
berusia muda biasanya berhubungan dengan bronkhitis dan merokok.
Penyempitan saluran nafas terjadi pada emfisema paru yaitu
penyempitan saluran nafas ini disebabkan elastisitas paru yang berkurang.
Penyebab dari elastisitas yang berkurang yaitu defiensi Alfa 1-anti tripsin.
Dimana AAT merupakan suatu protein yang menetralkan enzim proteolitik
yang sering dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan paru. Dengan
demikian AAT dapat melindungi paru dari kerusakan jaringan pada enzim
proteolitik. Didalam paru terdapat keseimbangan paru antara enzim proteolitik
elastase dan anti elastase supaya tidak terjadi kerusakan. Perubahan
keseimbangan menimbulkan kerusakan jaringan elastic paru. Arsitektur paru
akan berubah dan timbul emfisema. Sumber elastase yang penting adalah
pankreas. Asap rokok, polusi, dan infeksi ini menyebabkan elastase bertambah
banyak. Sedang aktifitas system anti elastase menurun yaitu system alfa- 1
protease inhibator terutama enzim alfa -1 anti tripsin (alfa -1 globulin).
Akibatnya tidak ada lagi keseimbangan antara elastase dan anti elastase dan
akan terjadi kerusakan jaringan elastin paru dan menimbulkan emfisema.
Sedangkan pada paru-paru normal terjadi keseimbangan antara tekanan yang
menarik jaringan paru keluar yaitu yang disebabkan tekanan intra pleural dan
otot-otot dinding dada dengan tekanan yang menarik jaringan paru ke dalam
yaitu elastisitas paru.
Pada orang normal sewaktu terjadi ekspirasi maksimal, tekanan yang
menarik jaringan paru akan berkurang sehingga saluran nafas bagian bawah
paru akan tertutup. Pada pasien emfisema saluran nafas tersebut akan lebih
cepat dan lebih banyak yang tertutup. Cepatnya saluran nafas menutup serta
dinding alveoli yang rusak, akan menyebabkan ventilasi dan perfusi yang
tidak seimbang. Tergantung pada kerusakannya dapat terjadi alveoli dengan
ventilasi kurang/tidak ada, akan tetapi perfusi baik sehingga penyebaran udara
pernafasan maupun aliran darah ke alveoli tidak sama dan merata. Sehingga
timbul hipoksia dan sesak nafas.
Emfisema paru merupakan suatu pengembangan paru disertai
perobekan alveolus-alveolus yang tidak dapat pulih, dapat bersifat
menyeluruh atau terlokalisasi, mengenai sebagian atau seluruh paru. Pengisian
udara berlebihan dengan obstruksi terjadi akibat dari obstrusi sebagian yang
mengenai suatu bronkus atau bronkiolus dimana pengeluaran udara dari dalam
alveolus menjadi lebih sukar dari pemasukannya. Dalam keadaan demikian
terjadi penimbunan udara yang bertambah di sebelah distal dari alveolus.
2.5
Pathaway
2.6
Manifestasi Klinis
Emfisema paru adalah suatu penyakit menahun, terjadi sedikit demi
sedikit bertahun-bertahun. Biasanya mulai pada pasien perokok berumur 1525 tahun. Pada umur 25-35 tahun mulai timbul perubahan pada saluran nafas
kecil dan fungsi paru.Umur 35-45 tahun timbul batuk yang produktif. Pada
umur 45-55 tahun terjadi sesak nafas, hipoksemia dan perubahan spirometri.
Pada umur 55-60 tahun sudah ada kor-pulmonal, yang dapat menyebabkan
kegagalan nafas dan meninggal dunia. Manifestasi klinis Emfisema :
1. Dispnea
2. Pada inspeksi: bentuk dada burrel chest\
3. Pernapasan dada, pernapasan abnormal tidak efektif, dan penggunaan otototot aksesori pernapasan (sternokleidomastoid).
4. Pada perkusi: hiperesonans dan penurunan fremitus pada seluruh bidang
paru.
10
Komplikasi
1. Sering mengalami infeksi ulang pada saluran pernapasan.
2. Daya tahan tubuh kurang sempurna.
3. Proses peradangan yang kronis di saluran napas.
4. Tingkat kerusakan paru yang makin parah.
2.8
Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksan radiologis, pemeriksaan foto dada sangat membantu dalam
menegakkan diagnosis dan menyingkirkan penyakit-penyakit lain. Foto
dada pada emfisema paru terdapat dua bentuk kelainan, yaitu:
a. Gambaran defisiensi arter
Overinflasi, terlihat diafragma yang rendah dan datar,kadang-kadang
terlihat konkaf. Oligoemia, penyempitan pembuluh darah pulmonal
dan penambahan corakan kedistal.
b. Corakan paru yang bertambah, sering terdapat pada kor pulmonal,
emfisema sentrilobular dan blue bloaters. Overinflasi tidak begitu
hebat.
2. Pemeriksaan fungsi paru, pada emfisema paru kapasitas difusi menurun
karena permukaan alveoli untuk difusi berkurang.
3. Analisis Gas DarahVentilasi, yang hampir adekuat masih sering dapat
dipertahankan oleh pasien emvisema paru. Sehingga PaCO2 rendah atau
normal.Saturasi hemoglobin pasien hampir mencukupi.
4. Pemeriksaan EKG, Kelainan EKG yang paling dini adalah rotasi clock
wise jantung. Bila sudah terdapat kor pulmonal terdapat defiasi aksis ke
kanan dan P-pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF.Voltase QRS
rendah.Di V1 rasio R/S lebih dari 1 dan di V6 rasio R/S kurang dari 1.
a. Sinar x dada: dapat menyatakan hiperinflasi paru-paru;
mendatarnya diafragma; peningkatan area udara retrosternal;
penurunan tanda vaskularisasi/bula (emfisema); peningkatan tanda
bronkovaskuler (bronkitis), hasil normal selama periode remisi
(asma).
11
asma.
FEV1/FVC: rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas vital
penyakit
kronis.
j.
adanya
infeksi,
2.9
12
bronkospasme,
menurunkan
edema
mukosa,
dan
amoksisilin,
atautrimetroprim-sulfametoxazol
(bactrim)
13
Jangka
panjang,
mungkin
mengalami
ulkus
peptikum,
14
15
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1
Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien.
16
keluarga
dan keturunan,
misalnya
defisiensi
alpha 1-
rekraksi
barrel),
atau
perbandingan diameter. AP
sama
3.
Eliminasi
Observasi BAB dan BAK pasien, bagaimana BAB atau BAK
nya normal atau bermasalah, seperti dalam hal warna feses /urine,
seberapa sering, seberapa banyak, cair atau pekat, ada darah tau
4.
tidak,dll.
Gerak dan Aktivitas
Observasi apakah pasien masih mampu bergerak, melakukan
aktivitas atau hanya duduk saja(aktivitas terbatas). Biasanya pasien
dengan anemia mengalami kelemahan pada tubuhnya akibat kurangnya
5.
17
7.
atau harus dibantu oleh orang lain. Berapa kali pasien mandi ?
Pengaturan suhu tubuh
Cek suhu tubuh pasien, normal(36-37C), pireksia/demam(38-
8.
2. Mata ( kanan/kiri )
Posisi mata simetris, konjungtiva merah muda, skelera putih, dan pupil
isokor, dan respon cahaya baik.
3. Hidung
Simetris kiri dan kanan, tidak ada pembengkakkan, dan berfungsi dengan
baik.
4. Mulut dan tenggorokan
Rongga normal, mukosa terlihat pecah-pecah, tonsil tidak ada
pembesaran.
5. Telinga
Simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, dan pendengaran tidak
terganggu.
6. Leher
Kelenjer getah bening, sub mandibula, dan sekitar telinga tidak ada
pembesaran.
7. Dada/ thorak
a.
Inspeksi
dan
penggunaan
otot-otot
bantu
napas
Palpasi
19
Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan
diafragma menurun.
d.
Auskultasi
Sering didapatkan adanya bunyi napas ronkhi dan wheezing sesuai
tingkat beratnya obstruktif pada bronkhiolus. Pada pengkajian lain,
didapatkan kadar oksigen yang rendah (hipoksemia) dan kadar
karbondioksida yang tinggi (hiperkapnea) terjadi pada tahap lanjut
penyakit. Pada waktunya, bahkan gerakan ringan sekalipun seperti
membungkuk untuk mengikatkan tali sepatu, mengakibatkan dispnea
dan
keletihan
(dispnea
eksersional).
Paru
yang
mengalami
infeksi
ini
terjadi,
klien
mengalami
mengi
yang
12. Muskuloskeletal/integument
a. Berkeringat
b. Massa otot menurun
3.1.5 Data Penunjang
1. Analisa gas darah
- Pa O2
patogen
3. Tes fungsi paru : Untuk menentukan penyebab dispnoe, melihat obstruksi.
4. Foto sinar X rontgen
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pola napas
Definisi : inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi adekuat
Berhubungan dengan :
- Ansietas
- Posisi tubuh
- Deformitas tulang
- Deformitas dinding dada
- Keletihan
- Perventilasi
- Sindrom hipoventilasi
- Gangguan muskuloskeletal
- Kerusakan neurologis
- Imaturitas neurologis
- Disfungsi neuromuskular
- Obesitas
- Nyeri
- Keletihan otot pernapasan
- Cedera medula spinalis
Ditandai dengan :
- Perubahan kedalaman pernapasan
- Perubahan ekskursi dada
- Mengambil posisi tiga titik
- Bradipnea
- Penurunan tekanan ekspirasi
- Penurunan tekanan inspirasi
21
- Dispneu
- Sianosis
- Suara napas tambahan
- gelisah
4. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
Berhubungan dengan:
- Factor biologis
- Factor ekonomi
- Ketidakmampuan untuk mengabsorbsi utrient
- Ketidakmampuan untuk mencerna makanan
- Ketidakmampuan menelan makanan
- Factor psikologis
Ditandai dengan:
- Kram abdomen
- Nyeri abdomen
- Menghindari makan
- Merasakan ketidakmampuan untuk mengingesti makanan
- Melaporkan perubahan sensasi rasa
- Melaporkan kurangnya makanan
- Merasa kenyang segera setelh mengigesti makanan
- Objektif
- Tidak tertarik untuk makan
- Kerapuhan kapiler
- Diare dan/atau steatore
- Adanya bukti kekurangan makanan
- Kehilangan rambut yang berlebihan
- Bising usus hiperaktif
- Kurang informasi, malinformasi
- Kurangnya minat pada makanan
- Miskonsepsi
- Konjungtiva dan membrane mukosa pucat
- Tonus otot buruk
- Luka, rongga mulut inflamasi
- Kelemahan otot yang dibutuhkn untuk menelan atau mengunyah
5. Intoleran Aktivitas
Berhubungan dengan :
-
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan antara suplai dam kebutuhan oksigen
Ditandai dengan
-
sekret)
Tidak adekuatnya imunitas (kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan
pada lingkungan)
- Proses penyakit kronis
- Malnutrisi
7. Koping individu inefektif
Berhubungan dengan :
- Krisis situasional/maturasional
- Perubahan hidup beragam
- Relaksasi tidak adekuat
- Sistem pendukung tidak adekuat
- Sedikit atau tak pernah olah raga
- Nutrisi buruk
- Harapan yang tak terpenuhi
- Kerja berlebihan
- Persepsi tidak realistik
- Metode koping tidak efektif
Ditandai dengan
- Menyatakan ketidakmampuan untuk mengatasi dan meminta bantuan
- Ketidakmampuan untuk memenuhi harapan peran/kebutuhan dasar atau
pemecahan masalah
- Perilaku merusak terhadap diri sendiri, makan berlebih, hilang napsu
makan,
merokok/minum
berlebihan,
cenderung
melakukan
penyalahgunaan alkohol
- Kelemahan/insomia kronik, ketegangan oto, sering sakit kepala/leher,
kekuatiran/gelisah/cemas/tegangan emosi kronik, depresi.
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan
No
1
NOC
Setelah diberikan
asuhan
3x24
selama
jam
1.
NIC
Membandingkan
status
dengan
sekarang
status
Rasional
1. Untuk
mengetahui
perkembangan kondisi
pasien.
24
diharapkan
sebelumnya untuk
pasien dapat :
mendapatkan
1. Menunjukkan
perubahan
pola
2.
pernapasan
efektif,
dibuktikan
dengan status
yang
berbahaya
status
3.
tanda
untuk
peralatan
menggunakan obat
dengan benar.
nebulizer,
aliran maksimum).
Memantau
dan
obat
3. mengetahui apakah px
masih
mengalami
kesulitan bernafas.
dan 4. Untuk
4.
untuk
bernapas.
Mengamati
gerakan
terganggu,
termasuk simetri,
ditandai
penggunaan
dengan
otot
indikator
pernapasan,
dan
gangguan
penarikan
otot
sebagai
supraclavikular
berikut :
5.
untuk
dan
6.
perkembangan
dada,
dari
bantu 5. Untuk
dan intercostals.
Memberikan
cairan
n inspirasi
mengetahui
penyakit px
ventilasi tidak
menggunakan
peralatan
upaya
status
kemudaha
mengetahui
cara
kedalaman,
2. Menunjukkan
a. Kedalama
pasien
dan
kecepatan, irama,
vital
pernapasan:
keluarga
nafas,
:
dan
2. Agar
(misalnya menarik
tidak
ventilasi
status pernapasan.
Mengajarkan
dan
pernapasan
dalam
mengurangi
gejala batuk.
6. efektif
dapat
membantu
mengeluarkan
dahak
hangat
bila ada.
minum, 7. Agar px mengetahui
dengan tepat.
Monitor
penyakitnya,
pengobatan yang harus
25
bernapas.
b. Ekspansi
dada
simetris.
7.
c. Tidak
kemampuan
dijalani, penyebabnya
agar
efektif
Memberitahukan
mengubah
gaya
hidupnya.
tentang diagnosis, 8. Untuk
membantu
pengobatan,
adanya
penggunaa
notot
dan
px
dapat
pasien
memulai
pernapasan
hidup.
normal.
secara
bantu.
8.
d. Bunyi
Melatih
pernapasan
napas
/relaksasi.
tambahan
tidak ada.
e. Napas
pendek
tidak ada
2
Setelah diberikan
asuhan
1.
Kaji
frequensi 1.Berguna
dalam
selama
kedalaman
jam
pernafasan
catat
pernafasan
diharapkan
penggunaan
otot
kronisnya
pasien dapat:
penyakit.
3X24
1. Menyatakan
nyeri
2.
rutin
hilang/terkontr
rileks,
istirahat/tidur,
dan
3.
secara
warna kulit
dan
ol.
2. Menunjukkan
bibir.
Kaji/awasi
mokusa.
Tinggikan
membran
kepala
untuk
dan/atau
proses
2. Sianosis
perifer
mungkin
atau
sentral
mengindikasikan
beratnya hipoksemia.
3. Pengiriman oksigen
dapat
diperbaiki
26
peningkatan
bernafas,
aktivitas
nafas
dengan tepat.
bibir
kerja nafas.
3. Mencapai
fungsi
paru
4.
yang
4. Mengutarakan
pentingnya
latihan
dalam
untuk
sesuai
catat
area
penurunan
aliran
udara
bunyi
atau
setiap hari
5.
Awasi
tingkat
aliran
udara.
Adanya
mengindikasi
spasme
bronkus/tertahannya
kesadaran/status
mental.
karena
penurunan
abnormal.
paru
menurunkan
kebutuhan individu.
Auskultasi
bunyi
nafas,
maksimal.
dorong
sekret.
5. Gelisah dan ansietas
adalah
manifestasi
memburuk
disertai
6.
Palpasi fremitus.
bingung/samnolen
menunjukkan disfungsi
serebral
7.
Evaluasi
tingkat
toleransi
aktivitas.
Berikan lingkungan
berhubungan
6. Penurunan
pengumpulan
Mungkinkan
getaran
aktivitas
untuk tidur/istirahat
dengan
hipoksemia.
yang
cairan
selama
distres
pernapasan
berat/akut/refraktori
27
pasien
melakukan
aktivitas
secara
bertahap
dan
melakukan
aktivitas
sehari-hari
tingkatkan toleransi
karena
sesuai
dispnea.
Istirahat
diselingi
aktivitas
aktivitas
individu
hipoksia
perawatan
dan
masih
Berikan
O2
tambahan
sesuai
yang
latihan
ditujukan
untuk
hasil
tanpa
program
meningkatkan
dengan
indikasi
Namun,
menyebabkan
dispnea
pasien.
Bantu Intubasi
dapat
berat,
dan
meningkatkan
rasa sehat.
8.
Dapat
memperbaiki/mencegah
memburuknya
hipoksia.
9.
Rasional
Terjadinya/kegagalan
nafas
yang
akan
datang
memerlukan
upaya
tindakan
penyelamatan hidup.
28
Setelah diberikan 1.
Auskultasi
asuhan
selama
spasme
bronkus
jam
terjadi
dengan
mengi, ronchi
obstruksi
3x24
diharapakan
bunyi
1. Beberapa derajat
pasien dapat:
napas
1. Mengidentifi
dapat/tak
kasi
atau
jalan
dan
dimaniffestasikan
menunjukkan
adanya
bunyi
perilaku
napas
missal
mencapai
mengi
bersihan jalan 2.
Beri
napas.
sampai
2. Menunjukkan
jalan
napas
paten dengan
bunyi
pasien
8
6
gelas
2. Hidrasi
menjaga
sistemik
sekresi
terdapat
memudahkan
kor
pulmonal
untuk pengeluaran
napas
cairan
harus
bersih, tidak
diberikan dengan
ada dispnea,
kewaspadaan jika
sianosis.
terdapat
gagal
jantung
sebelah
3. Mendemonstr
asikan batuk
kanan
efektif
3. Peninggian kepala
3.
tempat
mempermudah
misal
fungsi pernapasan
peninggian
tidur
dengan
duduk
menggunakkan
sandaran
tidur
pada
tempat
gravitasi .
4. Memberikan
29
4.
Dorong
bantu
latihan napas
pasien
beberapa
cara
untuk
mengatasi
dan
mengontrol
dispnea
5. Tindakan
5.
Bantu
dalam
ini
akan
pemberian tindakan
menambahkan air
nebulizer,
kedalam
inhaler
dosis terukur
percabangan
bronchial
pada
dan
sputum
menurunkan
kekentalannya
sehingga
memudahkan
evaluasi sekresi .
6. Iritan
6.
bronchial
Instruksikan pasien
menyebabkan
untuk menghindari
bronkokonstriksi
dan meningkatkan
rokok
aerosol,
pembekuan lendir
, yang kemudian
dan asap.
mengganggu
Setelah diberikan 1.
Kaji
kebiasaan
asuhan
diet,
masukan
keperawatan
makanan,
derajat
klirens
jalan
napas .
1. Pasien
distres
pernafasan
akut
catat
sering
anoreksia
kesulitan
karena
dispneu,
30
maka
pasien
makan.
diharapkan:
Evaluasi
berat badan.
1. Menunjukkan
produksi sputum
dan obat,
selain
itu banyak
klien
peningkatan
PPOM
berat
mempunyai
badan
menuju tujuan
kebiasaan makan
yang tepat.
buruk.
2. Menunjukkan
perilaku/perub
ahan
pola
hidup
untuk
yang
2.
Auskultasi
bunyi
bising usus.
mengalami
emfisema
sering
kurus
dengan
perototan kurang.
meningkatkan
dan
Orang
2. Penurunan/hipoak
atau
tif
bising
usus
mempertahank
menunjukkan
an berat yang
mobilitas
tepat.
dan
gaster
konstipasi
(komplikasi
3.
Berikan perawatan
oral sering, buang
sekret.
umum)
yang
berhubungan
dengan
pilihan
makan
yang
buruk, penurunan
aktivitas
dan
hipoksemia.
3. Rasa
4.
Dorong
periode
istirahat
selama 1
jam sebelum
dan
sesudah
makan.
Berikan
makanan
tak enak
bau
dan
penampilan
adalah
pencegah
utama
terhadap
posisi
kecil
tapi
sering.
dapat
membuat
5.
Hindari
makanan
kesulitan nafas.
4. Membantu
menurunkan
kelemahan
6.
Konsul
ahli
gizi/nutrisi
untuk
memberikan
selama
waktu
makan
dan
memberikan
makanan
yang
mudah
dicerna,
secara
nutrisi
seimbang.
kesempatan untuk
meningkatan
masukan
kalori
total.
5. Suhu
ekstrim
dapat
7.
Kaji
pemeriksaan
laboratorium.
ingkatkan spasme
Berikan
batuk.
vitamin/mineral/
elektolit
8.
mencetuskan/men
sesuai
indikasi.
Beri O2 tambahan
selama
makan
sesuai indikasi.
6. Metode
dan
makan
kebutuhan
kalori
berdasarkan pada
situasi/kebutuhan
individu
untuk
memberikan
nutrisi maksimal
dengan
upaya
klien/penggunaan
32
energi.
7. Mengevaluasi/me
ngatasi
kekurangan
dan
keefektifan tetap
nutrisi.
8. Menurunkan
dispneu dan
meningkatkan
energi
untuk
makan.
ketat
keperawatan
2. Kaji
pentingnya
pasien dapat:
1. Pasien
secara
posisi
akan
termoregulasi,
perubahan
sering
masukan
dan
cairan
adekuat.
kulit
rentang
2. Nadi
sputum.
dan
pernapasan
dalam rentang
adanya infeksi.
2. Aktivitas diatas
dapat
meningkatkan
mobilitas
dan
pengeluaran
untuk
resiko terjadinya
3. Observasi
karakter,
normal.
karena
menurunkan
suhu
dalam
terjadi
dapat
sekret
dibuktikan
dengan
1. Demam
warna,
bau
infeksi paru.
3. Sekret
berbau,
kuning
dan
kehijauan
menunjukkan
adanya
infeksi
33
yang
4. Dorong
diharapkan.
keseimbangan antara
3. Perubahan
aktivitas
warna
istirahat.
kulit
dan
paru.
4. Menurunkan
konsumsi/kebutuh
an keseimbangan
oksigen
tidak ada.
dan
memperbaiki
pertahanan
5. Diskusikan
kebutuhan
terhadap
masukan
nutrisi adekuat.
klien
infeksi
meningkatkan
penyembuhan.
5. Malnutrisi dapat
mempengaruhi
6. Dapatkan
spesimen
penghisapan
untuk
pewarnaan
kesehatan umum
dan menurunkan
tahanan terhadap
infeksi.
6. Dilakukan untuk
mengidentifikasi
organisme
penyebab
dan
antimikrobial/antibioti
kerentanan
k sesuai indikasi.
terhadap berbagai
anti mikrobial.
7. Dapat diberikan
pada
organisme
khusus
yang
terindentifikasi
dengan
kultur
dan
sensitivitas,
atau
diberikan
secara
profilatik
34
karena
resiko
tinggi.
6
Setelah
1. Jelaskan
aktivitas
yang
suhu
dilakukan
dan
tindakan
meningkatkan
stress
keperawatan
kebutuhan oksigen :
menyebabkan
selama 3 x 24
vasokontriksi
jam
ekstrim, stres.
yang
diharapkan
faktor
1. Merokok
ekstrim,
dan
faktor
resiko
meningkatkan
infeksi
hilang
beban
dengan
criteria
kerja
jantung
hasil :
2. Secara
bertahap
1. Terbebas dari
tingkatkan aktivitas
tanda
dan
harian
sesuai
gejala infeksi
peningkatan toleransi
2. Memperlihatk
klien.
an
hygiene
dan
kebutuhan
oksigen.
2. Mempertahankan
pernafasan
lambat
sedang
personal yang
diawasi
kuat
memperbaiki
3. Pertahankan
oksigen
terapi
tambahan,
sesuai kebutuhan.
kekuatan
otot
asesori
dan
fungsi
pernafasan.
3. Oksigen
tambahan
4. Berikan
emosional
semangat.
dukungan
dan
meningkatkan
kadar
oksigen
yang bersirkulasi
dan memperbaiki
35
toleransi
aktivitas.
4. Rasa
takut
terhadap
kesulitan
bernafas
dapat
menghambat
peningkatan
aktivitas.
7
Setelah
1.
Kaji
kefektifan
dilakukan
strategi
tindakan
dengan
mengubah
keperawatan
mengobservasi
hidup seseorang,
selama 3 x 24
perilaku,
jam
kemampan
hipertensi kronik,
koping individu
menyatakan perasaan
dan
efektif
dan
mengintregrasika
diharapkan
dengan
criteria hasil :
1. Klien
menunjukan
koping
1. mekanisme adaptif
mis.,
perhatian
keinginan
berpartisipasi
dalam
rencana pengobatan.
pengalihan
2. Klen
mau
memulai
pembicaraan
3. Klien
mau
berpartisipasi
dalam
pengambilan
Tanyakan
lakukan
pola
terapi
yang
diharuskan
ke
dalam kehidupan
sehari-hari
2. fokus
perhatian
pasien
prioritas/tujuan
untuk
mengtasi
minat terhadap
aktivitas
perlu
realitas
pada
situasi
36
keputusan.
kerja
keras,
kebutuhan untuk
control dan focus
keluarga
dapat
mengarah
pada
kurang perhatian
3. Bantu pasien untuk
mengidentifikasi dan
mulai
merncanakan
perubahan
hidup
yang
Bantu
perlu.
untuk menyesuaikan,
ketimbang
membatalkan tujuan
diri/keluarga.
pada
kebutuhan-
kebutuhan
personal.
3. perubahan
yang
perlu
harus
diprioritaskan
secara
realistic
untuk
menghindari rasa
tidak menentu dan
tidak berdaya
a.
b.
c.
d.
akhirnya
dapat
di
simpulkan
apakah
masalah
teratasi
38
Selanjutnya
perkembangan
respon
pasien
di
tuangkan
BAB 4
TINJAUAN PUSTAKA EMPIEMA
4.1 Pengertian
Empiema adalah keadaan terkumpulnya nanah (pus) didalam rongga
pleura dapat setempat/mengisi seluruh rongga pleura (Ngastiyah, 1997).
Empiema adalah penumpukan cairan terinfeksi atau pus pada cavitas pleura
(Diane C. Baughman, 2000). Empiema adalah penumpukan materi purulen pada
areal pleural (Hudak dan Gallo, 1997).
39
4.2 Penyebab
1. Infeksi yang berasal dari dalam paru :
a. Pneumonia
b. Abses paru
c. Bronkiektasis
d. TBC paru
e. Aktinomikosis paru
f. Fistel Bronko-Pleura
2. Infeksi yang berasal dari luar paru :
a. Trauma Thoraks
b. Pembedahan thorak
c. Torasentesi pada pleura
d. Sufrenik abses
e. Amoebic liver abses
3. Bakteriologi :
a. Staphylococcus adalah kelompok dari bakteri-bakteri, secara akrab
dikenal sebagai Staph, yang dapat menyebabkan banyak penyakitpenyakit sebagai akibat dari infeksi beragam jaringan-jaringan tubuh.
Bakteri-bakteri Staph dapat menyebabkan penyakit tidak hanya secara
langsung oleh infeksi (seperti pada kulit), namun juga secara tidak
langsung dengan menghasilkan racun-racun yang bertanggung jawab
untuk keracunan makanan dan toxic shock syndrome. Penyakit yang
berhubungan dengan Staph dapat mencakup dari ringan dan tidak
memerlukan perawatan sampai berat/parah dan berpotensi fatal.
40
diikuti
dengan pembentukan
cairan
menuju
celah
pleura
normalnya
membentuk
42
infeksi kaya akan protein. Mediator kimia dari proses inflamasi menstimulasi
mesotelial untuk melepas kemokin, yang merekrut sel inflamasi lain. Sel
mesotelial memegang peranan penting untuk menarik neutrofil ke celah pleura.
Pada kondisi normal, neutrofil tidak ditemukan pada cairan pleura. Neutrofil
ditemukan pada cairan pleura hanya jika direkrut sebagai bagian dari suau proses
inflamasi. Netrofil, fagosit, mononuklear, dan limfosit meningkatkan respon
inflamasi dan mengeleluarkanmediator untuk menarik sel-sel inflamator lainya
ke dalam pleura.
Efusi pleura parapneumoni dibagi menjadi 3 tahap berdasarkan
patogenesisnya, yaitu efusi parapneumoni tanpa komplikasi, dengan komplikasi
dan empiema torakis. Efusi parapneumoni tanpa komplikasi merupakan efusi
eksudat predominanneutrofil yang terjadi saat cairan interstisiil paru meningkat
selama pneumonia.Efusi ini sembuh dengan pengobatan antibiotik yang tepat
untuk pneumonia. Efusi parapneumoni komplikasi merupakan invasi bakteri
pada celah pleura yang mengakibatkan peningkatan jumlah neutrofil, asidosis
cairan pleura dan peningkatan konsentrasi LDH. Efusi ini sering bersifat steril
karena bakteri biasanya dibersihkan secara cepat dari celah pleura.Pembentukan
empiema terjadi dalam 3 tahap, yaitu :
1.
Fase eksudatif : Selama fase
eksudatif,
cairan
pleura
steril
diperlukan.
Fase fibropurulen : invasi bakteri terjadi pada celah pleura, dengan
akumulasi leukosit PMN, bakteri dan debris. Terjadi kecendrungan untuk
3.
43
4.6 Pathway
44
4.7 Komplikasi
45
Secara
umum,
empiema
bisa
merupakan
komplikasi
46
distribusi
stuktural,
menyatakan
absesluas/infiltrate,
49
BAB 5
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN EMPIEMA
5.1 Pengkajian
1. Identitas
a. Nama
b. Umur
c. Suku/ bangsa
d. Agama
e. Alamat
f. Pendidikan
g. Pekerjaan
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : nyeri pada dada pleuritik
b. Riwayat kesehatan sekarang : yaitu panas tinggi dan nyeri pada dada
pleuritik. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya tanda-tanda cairan
dalam rongga pleura. Bila stadium ini dibiarkan sampai beberapa minggu
maka akan timbul toksemia, anemia, dan clubbing finger.
c. Riwayat kesehatan masa lalu : pernah mengalami radang paru-paru
(pneumonia), ,meningitis (radang selaput otak) dan infeksi darah (sepsis).
d. Riwayat kesehatan keluarga : pernah terinfeksi bakteri Staphylococcus
atau Pneumococcus.
e. Riwayat lingkungan : rumah yang kumuh, kotor, dekat dengan sampah,
f. Riwayat psikososial : stres psikologik sehingga menurunkan imunitas
tubuh.
3. Dasar Data Pengkajian Pasien
a. Pernapasan
Gejala : Nafas pendek, batuk menetap dengan produksi sputum stiap hari,
dispnea
Tanda : Takipnea, dispnea, batuk, pengembangan pernafasan tak simetri,
perkusi pekak, penurunan fremits, bunyi nafas menurun/tidak ada secara
bilateral atau unilateral.
b. Makanan / cairan
50
51
l. Bekerja
Gejala: Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari
Tanda : ketidakmampuan untuk membuat/ mempertahankan suara karena
distress pernafasan, tidak bisa melakukan aktivitas dengan normal
m. Rekreasi
Gejala: Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan bantuan
melakukan aktivitas sehari-hari.
Tanda : ketidakmampuan untuk membuat/ mempertahankan suara karena
distress pernafasan, tidak pernak berekreasi dan lebih memilih untuk
tinggal di rumah.
n. Belajar
Gejala : Penggunaan/penyalahgunaan obat pernapasan, kegagalan untuk
membaik
Tanda: kondisi semakin memburuk karena menggunakan erbagai obat
untuk menyembuhkan diri.
4. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : demam, berkeringat, pucat, compos mentis, ketakutan,
gelisah, penurunan BB, dispnea, lemah.
b. Pemeriksaan TTV : RR : >24 x/mnt, Nadi : >100 x/mnt, TD : >120/70
mmHg dan Suhu : >36,5 oC.
c. Pemeriksaan Head To Toes
a) Pemeriksaan kepala dan leher : batuk produktif, pernafasan cuping
b)
hidung.
Pemeriksaan dada : nyeri pleuritik, penggunaan otot bantu
pernafasan, perkusi dada ditemukan suara flatness, palpasi ditemukan
penurunan fremitus, auskultasi dada ditemukan penurunan suara
52
f.
g.
h.
i.
TUJUAN
NO
KEPERAWA
TAN
Ketidakefektif Setelah
an
INTERVENSI
jalan
napas jam
diharapakan
RASIONAL
1. Takipnea
pernapasan
atau
dangkal
dan
gerakan
kedalaman
b.d
pasien dapat:
pernapasan
terjadi
peningkatan
4. Mengidentifikasi
dan
ketidaknyamana gerakan.
produksi
atau
sputum,
menunjukkan
obesitas.
perilaku
dada.
mencapai
bersihan
gerakan
jalan
napas.
5. Menunjukkan
jalan napas paten
Gerakan
2. Auskultasi
area
paru,
catat
area
penurunan
atau tidak ada
aliran
udara
dan
bunyi
karena
dinding
dada
pada
konsolidasi
cairan.
area
dengan
Bunyi
napas
dapat
53
terjadi
dengan
bunyi
napas
bersih,
tidak
ada
dispnea, sianosis.
napas
juga
adventisius,
konsolidasi.
missal krekels
ronkhi,
mengi.
6. Mendemonstrasi
pada
area
Krekels,
dan
mengi
respon
terhadap
pengumpulan
cairan,
mekanik
pada
air
hangat.
5. Ajarakan
penurunan
atau
tingkat
kesadaran.
4. Cairan (khususnya yang
hangat) memobilisasi dan
mengeluarkan sekret.
metode batuk
efektif
efektif
dan
5. Batuk
tidak
terkontrol
terkontrol
6. Pemeriksaan
sputum pasien
di laboratorim
54
Ketidakefektif Setelah
diberikan 1. Kaji
frekuensi,
derajat
b.d
kedalaman
pernapasan
pernapasan.
kronisnya
dispnea, jam
ansietas,
posisi tubuh.
diharapkan
pasien dapat :
3. Menunjukkan
pola
efektif, dibuktikan
dengan
status
pernapasan yang
tidak berbahaya :
ventilasi
penggunaan
otot aksesori,
napas
bibir,
4. Menunjukkan
3. Auskultasi
bunyi napas.
mengindikasikan spasme
bronkus/tertahannya
vibrasi
dengan
4. Catat
area
penurunan
gangguan sebagai
berikut :
mengi
sekret.
4. Penurunan
tidak
indikator
aliran
tekanan
diduga
ada
udara
f. Kedalaman
inspirasi
dan
kemudahan
bernapas.
g. Ekspansi dada
simetris.
tambahan
5. Salah
Palpasi
faktor
penyebab hiperventilasi
fremitus
5. Anjurkan
klien
satu
adalah ansietas.
untuk
tidak
h. Tidak adanya
memikirkan
penggunaanot
hal-hal
ot bantu.
menyebabkan
i. Bunyi
3. Adanya
terganggu,
ditandai
proses
uan bicara.
status pernapasan:
ventilasi
atau
ketidakmamp
dan
dan
penyakit.
2. Bunyi napas mungkin
2. Catat
pernapasan
distress
napas
tambahan
yang
ansietas.
6. Pertimbangka
6. Meningkatkan
kemampuan
kontrol
55
Gangguan
Setelah
pertukaran
gas
b.d jam
perubahan
diberikan 1. Pantau
diharapkan
1. Perubahan
perubahan
jantung
tanda vital.
menunjukkan
pasien dapat:
membrane
hilang/terkontrol.
alveolar,
6. Menunjukkan
TD
bahwa
tidak
dapat berjalan,
ketidakseimba
rileks,
ngan perfusi-
istirahat/tidur, dan
ventilasi.
peningkatan
tetapkan suatu
aktivitas
atau
5. Menyatakan nyeri
kapiler-
frekuensi
aturan
untuk
turun
dengan
tepat.
tempat
dari
tidur,
duduk di kursi
7. Mencapai fungsi
paru
yang
maksimal.
8. Mengutarakan
paru setiap hari
perubahan
tanda
ekspansi
paru
akan
meningkat.
beberapa hari
sekali.
3. Bantu
3. Membantu
reposisi,
pentingnya latihan
untuk
drainase
melakukan
latihan napas
dalam
peredaran darah.
dan
latihan batuk
terkontrol
4
Nyeri
pleuritik
empiema
Setelah
3x24
diharapkan
Karakteristik
dalam
jam
nyeri,
pasien
tajam,
misal
beberapa
pericarditis
derajat
dan
56
dapat:
konstan,
1. Menunjukkan
nyeri:
efek
merusak,
dibuktikan dengan
indikator berikut :
a. Penurunan
penampilan
peran/
endokarditis.
ditusuk.
2. Selidiki
2. Untuk
perubahan
karakter/
3. Pantau :Suhu
Hasil
hidup/
kemampuan
untuk
mengendalika
n diri.
d. Terganggunya
tidur.
e. Penurunan
nafsu makan.
dari
3. Tindakan
tersebut
akan
meningkatkan relaksasi.
pemeriksaan
SDP,
Hasil
kultur sputum.
4. Berikan
4. Analgesik
membantu
tindakan
untuk
memberikan
berat
rasa nyaman.
memerlukan
sering
kali
analgetik
c. Penurunan
konsentrasi
penyimpangan
nyeri.
interpersona
kepuasaan
atau
intensitas
setiap 4 jam,
kerja,
kemajuan-kemajuan
sasaran yg diharapkan.
lokasi/
hubungan
b. Gangguan
mengidentifikasi
5. Berikan
analgetik
tanda
sesuai dengan
komplikasi.
berkembagnya
anjuran untuk
mengatasi
nyeri pleuritik
jika perlu dan
evaluasi
keefektifanny
6. Antibiotik
diperlukan
57
a.
6. Konsul
efek
pada
dokter
jika
nyeri
dan
demam
tetap
ada
atau
maksimum
mungkin
lain
mengurangi
memburuk.
7. Berikan
dapat
dapat
keefektifan
pengobatan
antibiotik
sesuai dengan
anjuran
dan
evaluasi
keefektifanny
a
5
Hypertermi
b.d
Setelah
diberikan 1. Pantau
saluran
selama
3x24
pernapasan.
diharapkan
jam
pasien
dapat:
4. Pasien
suhu 1. Untuk
minimal 2 jam
kemajuan-kemajuan
atau
sekali.
penyimpangan
dari
2. Pantau
tekanan darah,
akan
termoregulasi,
nadi,
aktifitas
5. Nadi
kejang, warna
obat
pernapasan dalam
antipiretik
rentang
sesuai dengan
yang
diharapkan.
6. Perubahan warna
anjuran
jantung
atau
TD
bahwa
rentang normal.
kulit.
dan 3. Berikan
sasaran yg diharapkan.
2. Perubahan
frekuensi
menunjukkan
pernapasan,
dibuktikan dengan
mengidentifikasi
untuk
perubahan
tanda
berkembangnya
komplikasi.
dan
evaluasi
58
keefektifanny
a.
4. Lakukan
tindakan-
memungkinkan terjadinya
tindakan
pelepasan
untuk
panas
secara
mengurangi
(penguapan).
demam
seperti,
gunakan
6
Perubahan
matras dingin.
diberikan 1. Pantau
: 1. Untuk
Setelah
mengidentifikasi
persentase
kemajuan-kemajuan
atau
dari
selama
jumlah
penyimpangan
dari
kebutuhan
maka
makanan yg
sasaran yg diharapkan.
tubuh
3x24
jam
pasien
b.d diharapkan:
anoreksia,
dikonsumsi
3. Menunjukkan
setiap
kali
intoleransi
peningkatan berat
makan,
makanan,
badan
timbang BB
hilangnya
menuju
setiap
hari,
Hasil
mual/ muntah.
perilaku/perubaha
pemeriksaan
pola
hidup
protein 2. Bau
yg
tidak
untuk
total,
menyenangkan
dapat
meningkatkan dan
albumin dan
mempengaruhi
nafsu
atau
mempertahankan
berat yang tepat.
osmalalitas.
2. Berikan
makan.
perawatan
mulut tiap 4
jam
sputum
jika
3. Makanan porsi sedikit tapi
59
tercium
bau
busuk.
Pertahankan
kesegaran
ruangan
3. Berikan
makanan
dengan porsi
sedikit
tapi
sering
yg
makanan
yg
memenuhi
mudah
kebutuhan
dikunyah jika
ada
dgn
keadaan
usia,
TB
sesak
napas berat.
4. Rujuk kepada
ahli
gizi
untuk
kalori
dan
sakitnya,
&
BB.
mengkonsumsi
makanan yg merupakan
membantu
pilihan sendiri.
memilih
makanan yg
dapat
memenuhi
kebutuhan
nutrisi
selama sakit
7
Ansietas
b.d Setelah
nyeri
panas.
diberikan 1. Jelaskan
asuhan keperawatan
3x24
ketidaktahuan
diharapkan
pasien
dapat :
jam
tujuan
1. Mengorientasikan
tarapi
pada klien.
2. Ajarkan
tindakan
60
1. Mengungkapkan
perasaan ansietas.
2. Memperagakan
teknik
bernapas
untuk mengurangi
dipsnea.
untuk
melalui
diet
seimbang,
membentu
istirahat
cukup
mengontrol
aktifitas
yang
dapat
dispnea.
ditolerans.
3. Ajarkan klien 3. Latihan napas
dengan
dan
melakukan
latihan napas.
4. Ajarkan
dan
evaluasi
teknik
drainase
postural.
5. Jelaskan
bahayanya
infeksi
dan
cara
menurunkan
resiko.
6. Ajurkan klien
6. Mencegah
komplikasi
untuk
gejala
yang
dianggap
melaporkan
gejala penting
dengan
segera.
7. Ajarkan
7. Mencegah
penggunaan
opserfasi
penggunaan
nebulizer atau
inhaler
dosis
terukur
61
Intoleransi
aktivitas
Setelah
diberikan 1. Jelaskan
perubahan
selama
respon
pasien diharapkan:
pernapasan
3x24
jam
1. Memperagakan
terhadap
metode
aktivitas.
bernapas,
batuk,
dan
penghematan
energi
yang
1. Merokok,
aktifitas
faktor
dan
yang
dan
suhu
stres
ekstrim
dan
menyebabkan
dapat
fasikonstriksi
meningkatkan
kebutuhan
beban jantung.
oksigen.
2. Ajarkan
program
2. Mencegah
pembuluh
penggunanan
abnormal
setelah
pernapasan
yang
aktifitas.
meningkat.
7. Beri
waktu 7. Meningkatkan daya tahan
istirahat yang
cukup
62
tentukan.
3. Masalah belum teratasi
63
Masalah tidak teratasi jika klien tidak mampu atau tidak mau sama
sekali menunjukan perilaku yang telah di tentukan.
untuk
mengendalikan diri.
d) Penurunan konsentrasi.
e) Terganggunya tidur.
f) Penurunan nafsu makan.
5. Hypertermi b.d infeksi saluran pernapasan
a. Pasien akan termoregulasi, dibuktikan dengan suhu kulit dalam
rentang normal.
b. Nadi dan pernapasan dalam rentang yang diharapkan.
c. Perubahan warna kulit tidak ada.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, intoleransi
makanan, hilangnya nafsu makan, mual/ muntah
a. Menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat
b. Menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan
atau mempertahankan berat yang tepat.
7. Ansietas b.d nyeri pleuritik, dan ketidaktahuan
a. Menungkapkan perasaan ansietas
b. Memperagakan teknik bernapas untuk mengurangi dipsnea
8. Intoleransi aktivitas b.d perubahan respon pernapasan terhadap aktivitas
a. Memeragakan metode batuk, bernapas, dan penghematan energi yang
efektif.
65
BAB 6
PENUTUP
6.1
Simpulan
Empisema adalah suatu perubahan anatomis paru yang ditandai
dengan melebarnya secara abnormal saluran udara bagian distal bronkus
terminal, yang disertai kerusakan dinding alveolus atau perubahan anatomis
parenkim paru yang ditandai pelebaran dinding alveolus, duktus alveolaris
dan destruksi dinding alveolar (The American Thorack society 1962)1.
Emfisema dibagi menurut pola asinus yang terserang. Ada dua bentuk pola
morfologik dari emfisema yaitu: v CLE (Emfisema Sentrilobular) v PLE
(Emfisema Panlobular) Tanda klasik dari emfisema adalah dada seperti tong
( barrel chested) dan ditandai dengan sesak napas disertai ekspirasi
memanjang karena terjadi pelebaran rongga alveoli lebih banyak dan
kapasitas difus gas rendah3. Akibat invasi basil piogeneik ke pleura, maka
66
Saran
Selelah kita mempelajari apa yang telah dibahas, maka kita perlu menerapkan
dalam profesi kita. Kiranya makalah ini dapat berguna dan memberi wawasan
tentang patologi sistem pernapasan khusunya penyakit emfisema dan
empiema.
67
DAFTAR PUSTAKA
Ciyu. 2012. Laporan pendahuluan empiema. Available at:http://ciyuinspirasiku.blogs
pot.com/2013/02/laporan-pendahuluan empiema.html. diakses tanggal 11
Desember 2014
Sely. 2009. Keperawatan Empiema. Available at: http://sely biru.blogspot.com/2009/
01/asuhankeperawatan-empiema.html. diakses tanggal 11 Desember 2014
Smeltzer, Suzanne. C, Bare, Brenda. G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Jakarta: EGC
Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid 1 dan 2. Jakarta:
FK. UI Media AES Culapius
Morton, Gallo, Hudak, 2012. Keperawatan Kritis Volume 1 dan 2 Edisi 8. EGC ,
Jakarta.
Price, Sylvia A. Dkk. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit
Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta: EGC
T. Heather Herdman. Ph D, RN. Nanda Internasional Diagnosis Keperawatan
Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Jilid 1. Jakarta : EGC
Hudack & gallo. 2007. Keperawatan Kritis Edisi VI Vol I. Jakarta: EGC.
NANDA Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
68
69