Anda di halaman 1dari 31

ASKEP BRONCHOPNEUMONIA

KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola penyebaran
berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke
parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneomonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak dengan diameter sekitar 3
sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W,
1995 : 710)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus terminal yang tersumbat oleh
eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat
lobulus, disebut juga pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang di bronkeoli
terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-
barcak konsolidasi di lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan oleh agen
infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar alveoli.

B. ETIOLOGI
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya penurunan
mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan
sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas :
reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar
dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa, mikobakteri,
mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara lain:
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae, Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya
tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan karena
adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma. (Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M.
Nettina, 2001 : 682)

C. PATHOFISIOLOGI
Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan oleh
bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke saluran pernafasan bagian
bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke
pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi pembuluh darah
alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam saluran pencernaan dan
menginfeksinya mengakibatkan terjadinya peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik
meningkat akibat usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Soeparman, 1991)
PATHWAY
Lihat Pathway Bronkopneumonia DI SINI
Download Pathway BronkoPneumonia DI SINI

D. MANIFESTASI KLINIS
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran pernafasan bagian atas
selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita bronchopneumonia mengalami tanda dan
gejala yang khas seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
(Barbara C. long, 1996 :435)
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika terjadi konsolidasi
(pengisian rongga udara oleh eksudat).
(Sandra M. Nettina, 2001 : 683)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan darah
• Pemeriksaan sputum
• Analisa gas darah
• Kultur darah
• Sampel darah, sputum, dan urin
2. Pemeriksaan Radiologi
• Rontgenogram Thoraks
• Laringoskopi/ bronkoskopi

F. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi trakeobronkial, pembentukan
edema, peningkatan produksi sputum. (Doenges, 1999 : 166)
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawa aksigen darah, ganggguan pengiriman oksigen. (Doenges, 1999 :
166)
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi dalam alveoli. (Doenges, 1999 :
177)
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan
berlebih, penurunan masukan oral. (Doenges, 1999 : 172)
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan metabolik sekunder
terhadap demam dan proses infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan
rasa sputum, distensi abdomen atau gas.( Doenges, 1999 : 171)
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk aktifitas sehari-hari.
(Doenges, 1999 : 170)
askep bronkopneumonia

Oleh ragilpambudi

ASUHAN KEPERAWATAN Bronkopneumonia


1. Definisi
Pneumonia merupakan peradangan akut parenkim paru-paru yang biasanya berasal dari suatu
infeksi. (Price, 1995)
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis
yang mencakup bronkiolus respiratorius, alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru
dan menimbulkan gangguan pertukaran gas setempat. (Zul, 2001)
Bronkopneumonia digunakan unutk menggambarkan pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi didalam bronki dan meluas
ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. Pada bronkopneumonia terjadi konsolidasi area
berbercak. (Smeltzer,2001).

2. Klasifikasi Pneumonia
Klasifikasi menurut Zul Dahlan (2001) :
a. Berdasarkan ciri radiologis dan gejala klinis, dibagi atas :
F Pneumonia tipikal, bercirikan tanda-tanda pneumonia lobaris dengan opasitas lobus atau
lobularis.
F Pneumonia atipikal, ditandai gangguan respirasi yang meningkat lambat dengan gambaran
infiltrat paru bilateral yang difus.
b. Berdasarkan faktor lingkungan
F Pneumonia komunitas
F Pneumonia nosokomial
F Pneumonia rekurens
F Pneumonia aspirasi
F Pneumonia pada gangguan imun
F Pneumonia hipostatik
c. Berdasarkan sindrom klinis
F Pneumonia bakterial berupa : pneumonia bakterial tipe tipikal yang terutama mengenai
parenkim paru dalam bentuk bronkopneumonia dan pneumonia lobar serta pneumonia bakterial
tipe campuran atipikal yaitu perjalanan penyakit ringan dan jarang disertai konsolidasi paru.
F Pneumonia non bakterial, dikenal pneumonia atipikal yang disebabkan Mycoplasma,
Chlamydia pneumoniae atau Legionella.
Klasifikasi berdasarkan Reeves (2001) :
a. Community Acquired Pneunomia dimulai sebagai penyakit pernafasan umum dan bisa
berkembang menjadi pneumonia. Pneumonia Streptococal merupakan organisme penyebab
umum. Tipe pneumonia ini biasanya menimpa kalangan anak-anak atau kalangan orang tua.
b. Hospital Acquired Pneumonia dikenal sebagai pneumonia nosokomial. Organisme seperti ini
aeruginisa pseudomonas. Klibseilla atau aureus stapilococcus, merupakan bakteri umum
penyebab hospital acquired pneumonia.
c. Lobar dan Bronkopneumonia dikategorikan berdasarkan lokasi anatomi infeksi. Sekarang ini
pneumonia diklasifikasikan menurut organisme, bukan hanya menurut lokasi anatominya saja.
d. Pneumonia viral, bakterial dan fungi dikategorikan berdasarkan pada agen penyebabnya,
kultur sensifitas dilakukan untuk mengidentifikasikan organisme perusak.

3. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram posifif seperti :
Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti
Haemophilus influenza, klebsiella pneumonia dan P. Aeruginosa.
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet. Cytomegalovirus
dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui penghirupan udara yang
mengandung spora dan biasanya ditemukan pada kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya menjangkiti pasien
yang mengalami immunosupresi. (Reeves, 2001)

4. Pathways BrPn

5. Manifestasi Klinis
a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan
F Nyeri pleuritik
F Nafas dangkal dan mendengkur
F Takipnea
b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi
F Mengecil, kemudian menjadi hilang
F Krekels, ronki, egofoni
c. Gerakan dada tidak simetris
d. Menggigil dan demam 38,8 ° C sampai 41,1°C, delirium
e. Diafoesis
f. Anoreksia
g. Malaise
h. Batuk kental, produktif
F Sputum kuning kehijauan kemudian berubah menjadi kemerahan atau berkarat
i. Gelisah
j. Sianosis
F Area sirkumoral
F Dasar kuku kebiruan
k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati
7. Komplikasi
Komplikasi dari bronchopneumonia adalah :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps paru merupakan
akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga pleura terdapat di
satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses luas/infiltrat,
empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi (bakterial); atau penyebaran
/perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
b. GDA : tidak normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada.
c. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum, aspirasi
transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk mengatasi organisme
penyebab.
d. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada infeksi virus,
kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
e. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
f. LED : meningkat
g. Pemeriksaan fungsi paru : volume ungkin menurun (kongesti dan kolaps alveolar); tekanan
jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun, hipoksemia.
h. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
i. Bilirubin : mungkin meningkat
j. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal dan
keterlibatan sitoplasmik(CMV) (Doenges, 1999)
7. Penatalaksanaan
a. Terapi oksigen jika pasien mengalami pertukaran gas yang tidak adekuat. Ventilasi mekanik
mungkin diperlukan jika nilai normal GDA tidak dapat dipertahankan
b. Blok saraf interkostal untuk mengurangi nyeri
c. Pada pneumonia aspirasi bersihkan jalan nafas yang tersumbat
d. Perbaiki hipotensi pada pneumonia aspirasi dengan penggantian volume cairan
e. Terapi antimikrobial berdasarkan kultur dan sensitivitas
f. Supresan batuk jika batuk bersifat nonproduktif
g. Analgesik untuk mengurangi nyeri pleuritik
8. Pengkajian
h. Aktivitas / istirahat
Gejala : kelemahan, kelelahan, insomnia
Tanda : Letargi, penurunan toleransi terhadap aktivitas
i. Sirkulasi
Gejala : riwayat gagal jantung kronis
Tanda : takikardi, penampilan keperanan atau pucat

j. Integritas Ego
Gejala : banyak stressor, masalah finansial
k. Makanan / Cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual / muntah, riwayat DM
Tanda : distensi abdomen, hiperaktif bunyi usus, kulit kering dengan turgor
buruk, penampilan malnutrusi
l. Neurosensori
Gejala : sakit kepala dengan frontal
Tanda : perubahan mental
m. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : sakit kepala nyeri dada meningkat dan batuk myalgia, atralgia
n. Pernafasan
Gejala : riwayat PPOM, merokok sigaret, takipnea, dispnea, pernafasan dangkal, penggunaan
otot aksesori, pelebaran nasal
Tanda : sputum ; merah muda, berkarat atau purulen
Perkusi ; pekak diatas area yang konsolidasi, gesekan friksi pleural
Bunyi nafas : menurun atau tak ada di atas area yang terlibat atau nafas Bronkial
Framitus : taktil dan vokal meningkat dengan konsolidasi
Warna : pucat atau sianosis bibir / kuku
o. Keamanan
Gejala : riwayat gangguan sistem imun, demam
Tanda : berkeringat, menggigil berulang, gemetar, kemerahan, mungkin pada kasus rubeda /
varisela
p. Penyuluhan
Gejala : riwayat mengalami pembedahan, penggunaan alkohol kronis

II. Diagnosa keperawatan dan intervensi


1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan dengan :
- Inflamasi trakeobronkial, pembentukan oedema, peningkatan produksi sputum
- Nyeri pleuritik
- Penurunan energi, kelemahan
Kemungkinan dibuktikan dengan :
- Perubahan frekuensi kedalaman pernafasan
- Bunyi nafas tak normal, penggunaan otot aksesori
- Dispnea, sianosis
- Bentuk efektif / tidak efektif dengan / tanpa produksi sputum
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan perilaku mencapai kebersihan jalan nafas
- Menunjukkan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih, tak ada dispnea atau sianosis
Intervensi :
Mandiri
- Kali frekuensi / kedalaman pernafasan dan gerakan dada
- Auskultasi paru catat area penurunan / tak ada aliran udara dan bunyi nafas tambahan (krakles,
mengi)
- Bantu pasien untuk batuk efektif dan nafas dalam
- Penghisapan sesuai indikasi
- Berikan cairan sedikitnya 2500 ml/hari
Kolaborasi
- Bantu mengawasi efek pengobatan nebulizer dan fisioterapi lain
- Berikan obat sesuai indikasi : mukolitik, ekspetoran, bronkodilator, analgesik
- Berikan cairan tambahan
- Awasi seri sinar X dada, GDA, nadi oksimetri
- Bantu bronkoskopi / torakosintesis bila diindikasikan
2. Kerusakan pertukaran gas dapat dihubungkan dengan
- Perubahan membran alveolar – kapiler (efek inflamasi)
- Gangguan kapasitas oksigen darah
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Dispnea, sianosis
- Takikandi
- Gelisah / perubahan mental
- Hipoksia
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam rentang normal
dan tak ada gejala distress pernafasan
- Berpartisipasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigen
Intervensi :
Mandiri
- Kaji frekuensi, kedalaman dan kemudahan bernafas
- Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku
- Kaji status mental
- Awasi status jantung / irama
- Awasi suhu tubuh, sesui indikasi. Bantu tindakan kenyamanan untuk menurunkan demam dan
menggigil
- Pertahankan istirahat tidur
- Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas dalam dan batuk efektif
- Kaji tingkat ansietas. Dorong menyatakan masalah / perasaan.
Kolaborasi
- Berikan terapi oksigen dengan benar
- Awasi GDA
3. Pola nafas tidak efektif
Dapat dihubungkan dengan :
- Proses inflamasi
- Penurunan complience paru
- Nyeri
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Dispnea, takipnea
- Penggunaan otot aksesori
- Perubahan kedalaman nafas
- GDA abnormal
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan pola pernafasan normal / efektif dengan GDA dalam rentang normal
Intervensi :
Mandiri
- Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada
- Auskultasi bunyi nafas
- Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
- Observasi pola batuk dan karakter sekret
- Dorong / bantu pasien dalam nafas dalam dan latihan batuk efektif
Kolaborasi
- Berikan Oksigen tambahan
- Awasi GDA

4. Peningkatan suhu tubuh


Dapat dihubungkan : proses infeksi
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Demam, penampilan kemerahan
- Menggigil, takikandi
Kriteria Hasil :
- Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan suhu tubuh
- Tidak menggigil
- Nadi normal
Intervensi :
Mandiri
- Obeservasi suhu tubuh (4 jam)
- Pantau warna kulit
- Lakukan tindakan pendinginan sesuai kebutuhan
Kolaborasi
- Berikan obat sesuai indikasi : antiseptik
- Awasi kultur darah dan kultur sputum, pantau hasilnya setiap hari
5. Resiko tinggi penyebaran infeksi
Dapat dihubungkan dengan :
- Ketidakadekuatan pertahanan utama
- Tidak adekuat pertahanan sekunder (adanya infeksi, penekanan imun)
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Tidak dapat diterapkan tanda-tanda dan gejala-gejala membuat diagnosa aktual
Kriteria Hasil :
- Mencapai waktu perbaikan infeksi berulang tanpa komplikasi
- Mengidentifikasikan intervensi untuk mencegah / menurunkan resiko infeksi
Intervensi :
Mandiri
- Pantau TTV
- Anjurkan klien memperhatikan pengeluaran sekret dan melaporkan perubahan warna jumlah
dan bau sekret
- Dorong teknik mencuci tangan dengan baik
- Ubah posisi dengan sering
- Batasi pengunjung sesuai indikasi
- Lakukan isolasi pencegahan sesuai individu
- Dorong keseimbangan istirahat adekuat dengan aktivitas sedang.
Kolaborasi
- Berikan antimikrobal sesuai indikasi
6. Intoleran aktivitas
Dapat dihubungkan dengan
- Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
- Kelemahan, kelelahan
Kemungkinan dibuktikan dengan :
- Laporan verbal kelemahan, kelelahan dan keletihan
- Dispnea, takipnea
- Takikandi
- Pucat / sianosis
Kriteria Hasil :
- Melaporkan / menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan
tak adanya dispnea, kelemahan berlebihan dan TTV dalam rentang normal
Intervensi :
Mandiri
- Evaluasi respon klien terhadap aktivitas
- Berikan lingkungan terang dan batasi pengunjung
- Jelaskan pentingnya istirahat dalam rencana pengobatan dan perlunya keseimbangan aktivitas
dan istirahat
- Bantu pasien memilih posisi yang nyaman untuk istirahat / tidur
- Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan

7. Nyeri
Dapat dihubungkan dengan :
- Inflamasi parenkim paru
- Reaksi seluler terhadap sirkulasi toksin
- Batuk menetap
Kemungkinan dibuktikan dengan :
- Nyeri dada
- Sakit kepala, nyeri sendi
- Melindungi area yang sakit
- Perilaku distraksi, gelisah
Kriteria Hasil :
- Menyebabkan nyeri hilang / terkontrol
- Menunjukkan rileks, istirahat / tidur dan peningkatan aktivitas dengan cepat
Intervensi :
Mandiri
- Tentukan karakteristik nyeri
- Pantau TTV
- Ajarkan teknik relaksasi
- Anjurkan dan bantu pasien dalam teknik menekan dada selama episode batuk.
8. Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Dapat dihubungkan dengan :
- Peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses infeksi
- Anoreksia distensi abdomen
Kriteria Hasil :
- Menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Berat badan stabil atau meningkat
Intervensi :
Mandiri
- Indentifikasi faktor yang menimbulkan mual atau muntah
- Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering mungkin
- Auskultasi bunyi usus
- Berikan makan porsi kecil dan sering
- Evaluasi status nutrisi

9. Resti kekurangan volume cairan


Faktor resiko :
- Kehilangan cairan berlebihan (demam, berkeringan banyak, hiperventilasi, muntah)
Kriteria Hasil :
- Balance cairan seimbang
- Membran mukosa lembab, turgor normal, pengisian kapiler cepat
Intervensi :
Mandiri
- Kaji perubahan TTV
- Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa
- Catat laporan mual / muntah
- Pantau masukan dan keluaran, catat warna, karakter urine
- Hitung keseimbangan cairan
- Asupan cairan minimal 2500 / hari
Kolaborasi
- Berikan obat sesuai indikasi ; antipirotik, antiametik
- Berikan cairan tambahan IV sesuai keperluan
10. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan tindakan
Dapat dihubungkan dengan :
- Kurang terpajan informasi
- Kurang mengingat
- Kesalahan interpretasi
Kemungkinan dibuktikan oleh :
- Permintaan informasi
- Pernyataan kesalahan konsep
- Kesalahan mengulang
Kriteria Hasil :
- Menyatakan permahaman kondisi proses penyakit dan pengobatan
- Melakukan perubahan pola hidup
Intervensi
Mandiri
- Kaji fungsi normal paru
- Diskusikan aspek ketidakmampuan dari penyakit, lamanya penyembuhan dan harapan
kesembuhan
- Berikan dalam bentuk tertulis dan verbal
- Tekankan pentingnya melanjutkan batuk efektif
- Tekankan perlunya melanjutkan terapi antibiotik selama periode yang dianjurkan
DAFTAR PUSTAKA
1. Doenges, Marilynn.(2000). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakata : EGC.
2. Smeltzer, Suzanne C.(2000). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta :
EGC
1.Zul Dahlan.(2000). Ilmu Penyakit Dalam. Edisi II, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
4. Reevers, Charlene J, et all (2000). Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta : Salemba Medica.
1.Lackman’s (1996). Care Principle and Practise Of Medical Surgical Nursing, Philadelpia : WB
Saunders Company.
2.Nettina, Sandra M.(2001).Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC
3.Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994
4.Pasiyan Rahmatullah.(1999), Geriatri : Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Editor : R. Boedhi
Darmoso dan Hadi Martono, Jakarta, Balai Penerbit FKUI

Tulisan ini dikirim pada pada Desember 25, 2008 10:31 am dan di isikan dibawah
Uncategorized. Anda dapat meneruskan melihat respon dari tulisan ini melalui RSS 2.0 feed. r
Anda dapat merespon, or trackback dari website anda.

Suka
Be the first to like this post.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN


BRONKOPNEUMONIA

I.
Pengertian.

Bronkopneumonia menurut Ngastiyah, 1997 dan Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak


RSUD Dr. Soetomo, 1994 merupakan salah satu pembagian dari pneumonia menurut
dasar anatomis. Pneumonia adalah radang paru-paru yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macam, seperti bakteri, virus, jamur, dan benda-benda asing
(Ngastiyah, 1997). Menurut Lab/UPF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Dr. Soetomo, 1994
pneumonia adalah radang pada parenkim paru.

II. Etiologi.

1.
Bakteri : Pneumokokus merupakan penyebab utama
pneumonia, dimana pada anak-anak serotipe 14, 1, 6, dan 9, Streptokokus dimana
pada anak-anak dan bersifat progresif, Stafilokokus, H. Influenza, Klebsiela,
M. Tuberkulosis, Mikoplasma pneumonia.

2.
Virus : Virus adeno, Virus parainfluenza, Virus
influenza, Virus respiratori sinsisial.

3.
Jamur : Kandida, Histoplasma, Koksidioides.

4.
Protozoa : Pneumokistis karinii.

5.
Bahan kimia :

a.
Aspirasi makanan/susu/isi lambung

b.
Keracunan hidrokarbon (minyak tanah, bensin, dan
sebagainya).

III.
Gambaran Klinik

Mendadak panas tinggi, nyeri kepala/dada (anak besar), batuk, sesak,


takipnea, napas cuping hidung, sianosis, kaku kuduk, distensi perut.

IV.
Penatalaksanaan.

Pada penyakit yang ringan, mungkin virus tidak perlu antibiotic. Pada
penderita yang rawat inap (penyakit berat) harus segera diberi antibiotic.
Pemilihan jenis antibiotic didasarkan atas umur, keadaan umum penderita dan
dugaan kuman penyebab.

1.
Umur 3 bulan-5 tahun, bila toksis mungkin disebabkan
oleh Streptokokus pneumonia, Hemofilus influenza atau Stafilokokus. Pada
umumnya tidak dapat diketahui kuman penyebabnya, maka secara praktis dipakai :

Kombinasi :

Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan


Kloramfenikol 50-100 mg/kg/24 jam IV/oral, 4 kali sehari.

Atau kombinasi :

Ampisilin 50-100 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Kloksasilin 50


mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari.

Atau kombinasi :

Eritromisin 50 mg/kg/24 jam, oral, 4 kali sehari dan Kloramfenikol (dosis


sda).

2.
Umur < bulan, biasanya disebabkan oleh :
Streptokokus pneumonia, Stafilokokus atau Entero bacteriaceae.

Kombinasi :

Penisilin prokain 50.000-100.000 KI/kg/24jam IM, 1-2 kali sehari, dan


Gentamisin 5-7 mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.

Atau kombinasi :
Kloksasilin 50 mg/kg/24 jam IM/IV, 4 kali sehari dan Gentamisin 5-7
mg/kg/24 jam, 2-3 kali sehari.

Kombinasi ini juga diberikan pada anak-anak lebih 3 bulan dengan


malnutrisi berat atau penderita immunocompromized.

3.
Anak-anak > 5 tahun, yang non toksis, biasanya
disebabkan oleh :

Streptokokus pneumonia :

-
Penisilin prokain IM atau

-
Fenoksimetilpenisilin 25.000-50.000 KI/kg/24 jam oral,
4 kali sehari atau

-
Eritromisin (dosis sda) atau

-
Kotrimoksazol 6/30 mg/kg/24 jam, oral 2 kali sehari.

Mikoplasma pneumonia : Eritromisin (dosis sda).

4.
Bila kuman penyebab dapat diisolasi atau terjadi efek
samping obat (misalnya alergi) atau hasil pengobatan tidak memuaskan, perlu
dilakukan reevaluasi apakah perlu dipilih antibiotic lain.

5.
Lamanya pemberian antibiotic bergantung pada :
-
kemajuan klinis penderita

-
jenis kuman penyebab

Indikasi rawat inap :

1.
Ada
kesukaran napas, toksis.

2.
Sianosis

3.
Umur kurang dari 6 bulan

4.
Adanya penyulit seperti empiema

5.
Diduga infeksi Stafilokokus

6.
Perawatan di rumah kurang baik.

Pengobatan simptomatis :

1.
Zat asam dan uap.

2.
Ekspetoran bila perlu
Fisioterapi :

1.
Postural drainase.

2.
Fisioterapi dengan menepuk-nepuk.

V. Asuhan Keperawatan.

A. Pengkajian keperawatan.

1.
Identitas.

Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia


berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu
daya tahan tubuh yang menurun akibat KEP, penyakit menahun, trauma pada paru,
anesthesia, aspirasi dan
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.

2.
Riwayat Keperawatan.

a.
Keluhan utama.

Anak sangat gelisah, dispnea, pernapasan cepat dan dangkal, diserai


pernapasan cuping hidupng, serta sianosis sekitar hidung dan mulut. Kadang
disertai muntah dan diare.atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir,
anoreksia dan muntah.

b.
Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian
atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat mendadak sampai 39-40oC
dan kadang disertai kejang karena demam yang tinggi.

c.
Riwayat penyakit dahulu.

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

d.
Riwayat kesehatan keluarga.

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran pernapasan


dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.

e.
Riwayat kesehatan lingkungan.

Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada musim
hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan kebersihan
lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan
pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota keluarga
perokok.

f.
Imunisasi.

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat


penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder.

g.
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
h.
Nutrisi.

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi


protein = MEP).

3.
Pemeriksaan persistem.

a.
Sistem kardiovaskuler.

Takikardi, iritability.

b.
Sistem pernapasan.

Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan


cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif atau non produktif,
pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler, kemungkinan
friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya konsolidasi, ada
sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan anaknya yang bertambah sesak dan
pilek.

c.
Sistem pencernaan.

Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun, lemah. Pada
orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin belum memahami
tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan personde.

d.
Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua mungkin belum
memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan sampai
berat).

e.
Sistem saraf.

Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada
anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.

f.
Sistem lokomotor/muskuloskeletal.

Tonus otot menurun, lemah secara umum,

g.
Sistem endokrin.

Tidak ada kelainan.

h.
Sistem integumen.

Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat, akral


hangat, kulit kering, .

i.
Sistem penginderaan.

Tidak ada kelainan.

4.
Pemeriksaan diagnostik dan hasil.
Secara laboratorik ditemukan lekositosis, biasanya 15.000 – 40.000 / m
dengan pergeseran ke kiri. LED meninggi. Pengambilan sekret secara broncoskopi
dan fungsi paru-paru untuk preparat langsung; biakan dan test resistensi dapat
menentukan/mencari etiologinya. Tetapi cara ini tidak rutin dilakukan karena
sukar. Pada punksi misalnya dapat terjadi salah tusuk dan memasukkan kuman dari
luar. Foto roentgen (chest x ray) dilakukan untuk melihat :


Komplikasi seperti empiema, atelektasis,
perikarditis, pleuritis, dan OMA.


Luas daerah paru yang terkena.


Evaluasi pengobatan

Pada bronchopnemonia bercak-bercak infiltrat ditemukan pada salah satu


atau beberapa lobur.

Pada pemeriksaan ABGs ditemukan PaO2 < 0 mmHg.


Masalah pemenuhan kebutuhan dasar (pohon masalah).

ISPA

Daya tahan tubuh


menurun

Penyakit menahun

Aspirasi

Infeksi dan peradangan pada parenkim paru : bronkopneumonia


Perubahan membran kapiler
alveolar
Hipersekresi mukus
Penumpukan mukus
Gangguan pertukaran gas
Tidak efektif bersihan jalan
napas
Dyspnea,
malas minum, berat badan menurun
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Hipertermi

B.

Gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit

Diagnosa
keperawatan.

1.
Ketidakefektifan
bersihan jalan napas b.d. produk
mukus berlebihan dan kental, batuk tidak
efektif.

2.
Gangguan pertukaran gas b. d. peerubahan membrane
alveolar.

3.
Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
b.d intake inadekuat.

4.
Hipertermi b.d proses inflamasi paru
C. Perencanaan Keperawatan

Diagnosa Perencanaan Keperawatan


Keperawatan Tujuan dan Intervensi Rasional
kriteria hasil
Ketidakefektifan Jalan 1. Menetukan adekuatnya
bersihan jalan napas pasien Auskultasi pertukran gas dan
napas b.d. akan paten bunyi napas luasnya obstruksi akibat mucus.
produk mukus dengan kriteria
2. Infeksi ditandai dengan secret
berlebihan dan hasil jalan
Kaji tebal
kental, batuk napas bersih,
karakteristik secret dan kekuningan
tidak efektif. batuk
hilang, x ray
3. Meningkatkan pngembangan
bersih, RR 15 –
Beri posisi diafragma
35 X/menit.
untuk pernapasan
Nebulizer membantu
yang optimal yaitu
menghangatkan dan
35-45 0
mengencerkan secret.
4. Fisioterapi membantu
Lakukan merontokan secret untuk
nebulizer, dan dikeluarkan.
fisioterapi napas
Menghambat pertumbuhan
5. mikoroorganisme
Beri agen
Cairan adekuat membantu
antiinfeksi sesuai
mengencerkan
order
secret sehingga mudah
6. dikeluarkan
Berikan cairan
per oral atau iv line
sesuai usia anak.
Gangguan Pertukaran 1. Tanda ini menunjukkan
pertukaran gas b. gas normal bagi Kaji tingkat hipoksia
d. peerubahan pasien dengan kesadaran
Menentukan adekuatnya
membrane criteria PaO2 =
2. sirkulasi dimana
alveolar. 80-100 mmHg,
Observasi warna penting untuk pertukaran gas ke
pH
kulit dan capillary jaringan
darah 7,35-7,45
refill
dan bunyi
Deteksi jumlah Hb yang ada
napas bersih.
3. dan adanya
Monitor ABGs infeksi

4. Meningkatkan pertukaran gas


Atur oksigen dan
sesuai order mengurangi kerja pernapasan

5. Mengurangi kebutuhan akan


Kurangi oksigen
aktivitas anak
Perubahan Stauts 1 Mendokumentasikan peristaltis
nutrisi kurang nutrisi dalam Auskultasi usus
dari kebutuhan batas normal bunyi usus yang dibutuhkan untuk digesti.
tubuh b.d intake dengan criteria
2 Membantu menetapkan diet
inadekuat. BB bertambah
Kaji kebutuhan individu anak
1 kg/minggu,
harian anak
tidak
Hal ini menentukan
pucat,
3 penyimpanan lemak
anoreksia
Ukur lingkat dan protein.
hilang, bibir
lengan, ketebalan
lembab Nutrisi meningkat akan
trisep
mengakibatkan
4 peningkatan berat badan.
Timbang berat
badan setiap hari. Memenuhi kebutuhan
nutrisinya.
5
Berikan diet
pada anak sesuai
kebutuhannya
Hipertermi Suhu 1. Ukur suhu tubuh Indikasi jika ada demam
b.d proses tubuh dalam setiap 4 jam
Leukositosis indikasi suatu
inflamasi paru batas normal
2. Monitor jumlah peradangan
dengan criteria
WBC dan atau proses infeksi
hasil suhu 372
0
C, kulit
3. Atur agen antipiretik Megnurangi demam dengan
hangat dan
sesuai order. bertindak pada
lembab,
hipotalamus
membrane 4. Tingkatkan sirkulasi
mukosa ruangan dengan Memfasilitasi kehlangan panas
lembab. kipas angina. lewat
konveksi
5. Berikan kompres air
biasa Memfasilitasi kehilangan panas
lewat
konduksi

Anda mungkin juga menyukai