Anda di halaman 1dari 78

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang senantiasa


memberikan taufik, rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan praktek Keperawatan Anak yang berjudul “Asuhan
Keperawatan pada bayi berusia 3 bulan dengan bronkopneumonia diruang
Rawamerta Rumah Sakit Umum Daerah Karawang” pembuatan laporan ini
ditujukan untuk memenuhi tugas praktikum mata kuliah Keperawatan anak.

Dalam Pembuatan laporan ini tidak terlepas dari hambatan. Oleh karena itu,
kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak
yang membantu kami dalam pembuatan laporan ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini masih terdapat


kekurangan karena kemampuan kami yang sangat terbatas, oleh karena itu
kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk kesempurnaan
pembuatan laporan ini. Kami sebagai penulis sangat mengharapkan laporan
ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Karawang, 05 Desember
2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................. i


Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan ..........................................................................................3
C. Metode Penulisan .........................................................................................3
D. Sistematika Penulisan ...................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Bronkopneumonia ......................................................................5
B. Etiologi Bronkopneumonia ..........................................................................5
C. Manifestasi Klinis Bronkopneumonia ..........................................................6
D. Patofisiologi Bronkopneumonia ...................................................................7
E. Pemeriksaan Diagnostik ...............................................................................8
F. Konsep Tumbuh Kembang...........................................................................9
G. Konsep Hospitalisasi ..................................................................................28
H. Konsep Asuhan keperawatan .....................................................................45
I. Pemeriksaan Fisik ......................................................................................47
J. Diagnosa Keperawatan ...............................................................................48
K. Intervensi Keperawatan .............................................................................48

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI USIA 3 BULAN


DENGAN BRONKOPNEUMONIA DI RUANG RAWAMERTA RSUD
KARAWANG

A. Pengkajian .................................................................................................53
B. Pemeriksaan Fisik ......................................................................................57
C. Data Penunjang...........................................................................................62
D. Analisa Data ..............................................................................................64
E. Diagnosa Keperawatan ..............................................................................67
F. Intervensi Keperawatan .............................................................................67
G. Implementasi Keperawatan .......................................................................69
H. Evaluasi Keperawatan ...............................................................................72

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................74
B. Saran ...........................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................75


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bronkopneumonia merupakan penyebab tingginya angka kesakitan dan

kematian pada anak, terutama pada negara negara yang sedang berkembang

termasuk Indonesia (Sujono & Sukarmin, 2009). Bronkopneumonia

merupakan penyakit saluran pernafasan bagian bawah yang biasanya di

dahului dengan infeksi saluran pernafasan bangian atas dan sering di jumpai

dengan gejala awal batuk, dispnea, demam. Selain disebabkan oleh infeksi

dari kuman atau bakteri juga di dukung oleh kondisi lingkungan dan gizi pada

anak. Masalah yang sering muncul pada penderita bronkopneumonia adalah

hipertermia. Hipertermia merupakan respon dari reaksi infeksi saluran

pernapasan. Peran perawat sangat besar dalam upaya membantu menemukan

dan mencegah angka kesakitan atau angka kematian. Pelayanan sesuai

standart dan komprehensif dapat diterapkan melalui asuhan keperawatan yang

optimal guna menghindari komplikasi lebih lanjut.

Angka kejadian bronkopneumonia di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak

1,80%. Di kabupaten jombang presentase penyakit bronkopneumonia pada

tahun 2013 mencapai 14,4% dan pada tahun 2014 penyakit bronkopneumonia

turun menjadi 6,9%. Penyakit bronkopneumonia sering terjadi pada anak,

penyebabnya adalah bakteri (pneumococus, streptocucus), virus pneumony

hypostatic,syindroma loffller, jamur dan benda asing (Ngastiyah, 2000).


Masuk melalui saluran nafas atas dan dapat menyebabkan infeksi saluran

napas bagian bawah sehingga menyebabkan peradangan alveolus (parenkim

paru) ditandai dengan terjadinya peningkatan suhu tubuh (Hipertermia).

Penyakit hipertermia di tandai dengan tanda dan gejala peningkatan suhu

tubuh yang mendadak biasanya di dahului oleh infeksi traktus respiratorius

bagian atas, kadang timbulnya kejang, pernafasan cepat dan dangkal di

sekitar pernafasan cuping hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, kadang-

kadang muntah dan diare dan biasanya terjadi pada permulaan penyakit tidak

ditemukan, tapi setelah beberapa hari, mula- mula kering, kemudian menjadi

produktif (Wijaya & Putri, 2013). Sehingga apabila tidak segera ditangani

akan mengakibatkan komplikasi seperti kolaps, fibrosis, emfisema dan

ateletaksis, kerusakan otak, dan akan melemahkan sistem pertahanan tubuh

(Hidayat, 2008). Selain itu juga dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan

dan perkembangan pada anak.

Upaya yang dapat dilakukan pada pasien dengan bronkopneumonia adalah

dengan menjaga kelancaran pernafasan. Bagi klien bronkopneumonia yang

memiliki masalah keperawatan hipertermia yang berhubungan dengan infeksi

pada saluran pernapasan maka langkah yang dapat dilakukan adalah mengkaji

perawatan demam, pengaturan suhu, dan monitor tanda-tanda vital (Nursing

Interventions Classification (NIC) ,2016). Berdasarkan latar belakang di atas

maka penulis ingin membahas lebih lanjut Asuhan keperawatan pada anak

dengan bronkopneumonia.
A. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Setelah dilakukan pembelajaran 1x40 menit diharapkan mahasiswa/i Ners

Stikes Kharisma dapat memahami konsep bronkopeunomonia dan memberikan

asuhan keperawatan pada pasien bronkopeunomonia secara mandiri.

2. Tujuan Khusus

Setelah dilakukan pembelajaran 1x40 menit diharapkan mahasiswa/i Ners

Stikes Kharisma dapat memahami:

a. Apa itu brokopeunomonia?

b. Apa penyebab bronkopeunomonia?

c. Apa manifestasi klinis bronkopeunomonia?

d. Bagaimana patofisiologi bronkopeunomonia?

e. Bagaimana pathway bronkopeunomonia?

f. Apa pemeriksaan diagnostik bronkopeunomonia?

g. Konsep tumbuh kembang?

h. Konsep hospitalisasi?

i. Asuhan keperawatan pada anak dengan bronkopeunomonia?

B. Metode Penulisan

Penyusunan makalah ini menggunakan literatur laboratorium klinik, study

perpustakaan, dan internet sebagai sumber.

6
C. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN: Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode Penulisan,

dan Sistematika Penulisan. BAB II TINJAUAN TEORI: Definisi, Etiologi,

Manifestasi Klinis, Patofisiologi, Pathway, Pemeriksaan Diagnostik, Konsep

Tumbuh Kembang, dan Konsep Hospitalisasi. BAB III TINJAUAN KASUS:

Pengkajian, Analisa Data, Diagnosis Keperawatan, Intervensi Keperawatan dan

EBP, Implementasi Keperawatan, dan Evaluasi Keperawatan. BAB IV PENUTUP:

Kesimpulan, dan Saran.

7
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori

1. Definisi Penyakit

Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola

penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi

didalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan disekitarnya

(Smeltzer & Suzanne C, 2002).

Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya menyerang

di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat

mokopurulen yang membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobuli yang

berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran

pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang

melemahkan daya tahan tubuh (Sudigdiodi & Imam Supardi, 2012).

Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang

disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar

alveoli.

2. Etiologi

Secara umum bronchopneumonia diakibatkan penurunan mekanisme

pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme pathogen. Orang normal dan

sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernapasan

8
yang terdiri atas reflek glottis dan batuk, adanya lapisan mucus, gerakan silia

yang menggerakkan kuman keluar dari organ dan sekresi humoral setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,

protozoa, mikrobakteri, mikoplasma dan riketsia, antara lain :

a. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenza,

Klebsiella

b. Virus : Legionella Pneumoniae

c. Jamur : Aspergillus Spesies, Candida Albicans

d. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke

dalam paru-paru.

e. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

3. Manifestasi Klinis

a. Kesulitan dan sakit pada saat pernafasan

1) Nyeri pleuritik

2) Nafas dangkal dan mendengkur

3) Takipnea

b. Bunyi nafas di atas area yang menglami konsolidasi

1) Mengecil, kemudian menjadi hilang

2) Krekels, ronki, egofoni

c. Gerakan dada tidak simetris

d. Menggigil dan demam 38,8  C sampai 41,1C, delirium

e. Diafoesis

9
f. Anoreksia

g. Malaise

h. Batuk kental, produktif sputum kuning kehijauan

i. Gelisah

j. Sianosis

k. Masalah-masalah psikososial : disorientasi, ansietas, takut mati

4. Patofisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas

yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau

karena aspirasi makanan dan minuman. Dari saluran pernafasan kemudian

sebagian kuman tersebut masuk ke saluran pernafasan bagian bawah dan

menyebabkan terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi

masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan

ganbaran sebagai berikut:

a. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi

pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan

alveoli.

b. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam

saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya

peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus

mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko

terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

10
5. Pathway

6. Pemeriksaan Diagnostik

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah

2) Pemeriksaan sputum

3) Analisa gas darah

4) Kultur darah

5) Sampel darah, sputum dan urin

11
b. Pemeriksaan Radiologi

1) Rontgenogram Thoraks

2) Laringoskopi/bronkoskopi

7. Konsep Tumbuh Kembang

a. Definisi Tumbuh Kembang

Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh

bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan

perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh

yang dapat dicapai melalui kematangan dan belajar.

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang

bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran

panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi

kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development)

adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh

yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,

sebagai hasil dari proses pematangan.

Pertumbuhan adalah bertambah banyak dan besarnya sel seluruh bagian

tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat diukur; sedangkan

perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi dari alat tubuh.

12
b. Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan

Secara umum pertumbuhan dan perkembangan memiliki beberapa

prinsip dalam prosesnya. Prinsip tersebut dapat menentukan ciri atau

pola dari pertumbuhan dan perkembangan setiap anak. Prinsip-prinsip

tersebut antara lain adalah sebagi berikut :

1) Proses pertumbuhan dan perkembangan sangat bergantung pada

aspek kematangan susunan syaraf pada manusia, di mana semakin

sempurna atau kompleks kematangan saraf maka semakin sempurna

pula proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dari proses

konsepsi sampai dengan dewasa.

2) Proses perkembangan dan pertumbuhan setiap individu adalah sama,

yaitu mencapai proses kematangan, meskipun dalam proses

pencapaian tersebut tidak memiliki kecepatan yang sama antara

individu yang satu dengan yang lain.

3) Proses pertumbuhan dan perkembangan memiliki pola khas yang

dapat terjadi mulai dari kepala hingga ke seluruh bagian tubuh atau

juga mulai dari kemampuan yang sederhana hingga mencapai

kemampuan yang lebih kompleks sampai mencapai kesempurnaan

dari tahap pertumbuhan dan perkembangan.

13
c. Indikator Perkembangan dan Pertumbuhan Anak

1) Pertumbuhan Pada Anak

a) Berat Badan

Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi menjdai dua

yaitu usia 0-6 bulan dan usia 0-12 bulan. Untuk usia 0-6 bulan

berat badan akan mengalami penambahan setiap seminggu sekita

140 -200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali berat

badan lahir pada akhir bulan ke 6. Sedang kan pada usia 6-12

bulan terjadi penambahan setiap seminggu sekitar 40 gram dan

pada akhir bulan ke 12 akan menjadi penambahan 3 kali lipat

berat badan lahir.

Pada masa bermain, terjadi penambahan berat badan sekitar 4

kali lipat dari berat badan lahir pada usia kurang lebih 2,5 tahun

serta penambahan berat badan setiap tahunnya adalah 2-3

kilogram. Pada masa pra sekolah dan sekolah akan terjadi

penambahan berat badan setiap tahunya kurang lebih 2-3

kilogram.

b) Tinggi Badan

Pada usia 0-6 bulan bayi akan mengalami penambahan tinggi

badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya. Pada usia 6-12 bulan akan

mengalami penambahan tinggi badan hanya sekitar 1,25 cm

setiap bulannya.pada akhir tahun pertama akan meningkat kira-

kira 50% dari tinggi badan waktu lahir. Pada masa bermain

14
penambahan selama tahun ke 2 kurang lebih 12 cm sedangkan

penambahan tahun ketiga rata-rata 4-6 cm. Pada masa pra

sekolah, khususnya diakhir usia 4 tahun, terjadi penambahan rata-

rata 2 kali lipat dari tinggi badan waktu lahir dan mengalami

penambahan setiap tahunya kurang lebih 6-8 cm. Pada masa

sekolah akan mengalami penambahan setiap tahunnya.setelah

usia 6 tahun tinggi badan bertambah rata-rata 5 cm, kemudian

pada usia 13 tahun bertambah lagi menjadi rata-rata 3 kali lipat

dari tinggi badan waktu lahir.

c) Lingkar Kepala

Pertumbuhan pada lingkar kepala ini terjadi dengan sangat cepat

sekitar 6 bulan pertama, yaitu dari 35 -43 cm. Pada usia-usai

selanjutnya pertumbuhan lingkar kepala mengalami perlambatan.

Pada usia 1 tahun hanya mengalami pertumbuhan kurang lebih

46,5 cm. Pada usia 2 tahun mengalami pertumbuhan kurang lebih

49 cm, kemudian akan bertambah 1 cm sampai dengan usia tahun

ke tiga bertambah lagi kurang lebih 5 cm sampai dengan usia

remaja.

d) Gigi

Pertumbuhan gigi pada masa tumbuh kembang banyak

mengalami perubahan mulai dari pertumbuhan sampai

penanggalan. Pertumbuhan gigi menjadi 2 bagian yaitu bagaian

rahang atas dan bagian rahang bawah.

15
 Pertumbuhan gigi bagian rahang atas

- Gigi insisi sentral pada usia 8-12 bulan

- Gigi insisi lateral pada usia 9-13 bulan

- Gigi taring atau kakinus pada usia 16-22 bulan

- Molar pertama anak laki-laki pada usia 13-19 bulan

- Molar pertama anak perempuan pada usia 14-18 bulan,

sedangkan molar kedua pada usia 25-33 bulan

 Pertumbuhan gigi bagian rahang bawah

- Gigi insisi sentral pada usia 6-1 bulan

- Gigi insisi lateral pada usia 10-16 bulan

- Gigi taring atau kakinus paa usia 17-23 bulan

- Molar pertama anak laki-laki pada usia 14-18 bulan

- Molar pertama anak perempuan pada usia 23-30-18 bulan

- Molar kedua pada usia 29-31 bulan

e) Organ Penglihatan

Perkembangan organ penglihatan dapat dimulai pada saat lahir.

Pada usia 1 bulan bayi memiliki perkembangan, yaitu adanya

kemampuan melihat untuk mengikuti gerakan dalam rentang 90

derajat, dapat melihat orang secara terus menerus, dan kelenjar

air mata sudah mulai berfungsi. Pada usia 2-3 bulan memiliki

penglihatan perifer hingga 180 derajat. Pada usia 4-5 bulan

kemampuan bayi untuk memfiksasi sudah mulai pada hambatan

1,25 cm, dapat mengenali botol susu, melihat tangan saat duduk

16
atau berbaring, melihat bayangan di cermin, dan mampu

mengakomodasi objek. Usia 5-7 bulan dapat menyesuaikan

postur untuk melihat objek, mampu mengembangkan warna

kesukaan kuning dan merah, menyukai rangsangan visual

kompleks, serta mengembangkan koordinasi mata dan tangan.

Pada usia 7-11 bulan mampu memfiksasi objek yang sangat kecil.

Pada usia 11-12 bulan ketajaman penglihatan mendekati 20/20,

dapat mengikuti objek yang dapat bergerak. Pada usia 12-14

bulan mampu mengidentifikasi bentuk geometrik. Pada usia 18-

24 bulan mampu berakamodasi dengan baik.

f) Organ Pendengaran

Setelah lahir, bayi sudah dapat berespons terhadap bunyi yang

keras dan refleks. Pada usia 2-3 bulan mampu memalingkan

kepala ke smping bila bunyi setinggi telinga. Pada usia 3-4 bulan

anak memiliki kemampuan dalam melokalisasi bunyi dengan

makin kuat dan mulai mampu membuat bunyi tiruan. Pada usia 6-

8 bulan mampu berespons pada nama sendiri. Pada usia 10-12

bulan mampu mengenal beberapa kata dan artinya. Pada usia 18

bulan mulai dapat membedakan bunyi. Pada usia 36 bulan

mampu membedakan bunyi yang halus dalam bicara. Pada usia

48 bulan mulai membedakan bunyi yang serupa dan mampu

mendengarkan yang lebih halus.

g) Organ Seksual

17
Pertumbuhan organ seksual laki-laki antara lain terjadinya

pertumbuhan yang cepat pada penis pada usia 12-15 tahun, testis

pada usia 11-15 tahun, kemudian rambut pubis pada usia 12-15

tahun.

Perkembangan organ seksual perempuan antara lain terjadinya

pertumbuhan payudara antara usia 10-15 tahun dan rambut pubis

antara usia 11-14 tahun.

2) Perkembangan Pada Anak

a) Perkembangan Motorik Halus

 Masa neonatus (0-28 hari)

Perkembangan motorik halus pada masa ini dimulai dengan

adanya kemampuan untuk mengikuti garis tengah bila kita

memberikan respons terhadap gerakan jari atau tangan.

 Masa Bayi (28 hari-1 tahun)

- Usia 1-4 bulan

Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat

melakukan hal-hal seperti memegang suatu objek,

mengikuti objek dari sisi ke sisi, menvoba memegang dan

memasukan benda kedalam mulut, memegang benda tapi

terlepas, memerhatikan tangan dan kaki, memegang benda

dengan kedua tangan, serta menahan benda ditangan

walaupun hanya sebentar.

- Usia 4-8 bulan

18
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah

mulai mengamati benda, menggunakan ibu jari dan jari

telunjuk untuk memegang, mengekplorasi benda yang

sedang dipegang, mengambil objek dengan tangan

tertangkup, mampu menahan kedua benda di kedua tangan

secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai

satu kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan

ketangan yang lain.

- Usia 8-12 bulan

Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari

atau merainh benda kecil; bila diberi kubus mampu

memindahkan, mengambil, memegang dengan telunjuk

dan ibu jari, membenturkannya, serta meletakkan benda

atau kubus ke tempatnya.

 Masa Anak (1-2 tahun)

Perkembangan motorik halus pada usia ini dapat ditunjukan

dengan adanya kemampuan dalam mencoba, menyusun, atau

membuat menara pada kubus.

 Masa Prasekolah

Perkembangan motorik halus dapat dilihat pada anak, yaitu

mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki,

menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih

panjang dan menggambar orang, melepas objek dengan jari

19
lurus, mampu menjepit benda, melambaikan tangan,

menggunakan tanggannya untuk bermain, menempatkan

objek kedalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir

dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan,

makan dengan jari, serta membuat coretan diatas

kertas(wong,2000)

b) Perkembangan Motorik Kasar

 Masa Neonatus (0-28 hari)

Perkembangan motorik kasar yang dapat dicapai pada usia ini

diawali dengan tanda gerakan seimbang pada tubuh dan

mulai mengangkat kepala.

 Masa Bayi (28 hari-1 tahun)

- Usia 1-4 bulan

Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan

kemampuan mengangkat kepala saat tegkurap, mencoba

duduk sebentar dengan ditopang, mampu duduk dengan

kepala tegak, jatuh terduduk dipangkuan ketika disokong

pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat

kepala sambil berbaring terlentang, berguling dari

terlentang ke miring, kesisi lengan dan tungkai kurang

fleksi, dan berusaha untuk merangkak.

- Usia 4-8 bulan

20
Usia perkembangan motorik kasar awal bulan ini dapat

dilihat pada pertumbuhan dalam aktivitas, seperti posisi

telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat kepala

dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya.

Pada bulan ke empat sudah mampu memalingkan kepala

ke kanan dan kiri, duduk dengan kepala tegak,

membalikan badan, bangkit dengan kepala tegak,

menumpu beban pada kaki dengan lengan berayun

kedepan dan kebelakang, berguling dari terlentang dan

tengkurap, serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang

singkat.

- Usia 8-12 bulan

Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk

tanpa pegangan, berdiri dengan pegangan, bangkit lalu

berdiri, berdiri 2 detik dan berdiri sendiri.

 Masa Anak (1-2 tahun)

Dalam perkembangan masa anak terjadi perkembangan

motorik kasar secara signifikan. Pada masa ini anak sudah

mampu melangkah dan berjalan dengan tegak. Sekitar usia 18

bulan anak mampu menaiki tangga dengan cara 1 tangan

dipegang. Pada akhir tahun kedua sudah mampu berlari-lari

kecil, menendang bola, dan mulai mencoba melompat.

 Masa Prasekolah

21
Perkembangan motorik kasar masa prasekolah ini dapat

diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki

selama satu sampai lima detik, melompat dengan satu kaki,

berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat

posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan (wong,

2000).

c) Perkembangan Bahasa

 Masa Neonatus (0-28 hari)

Perkembangan bahasa masa neonatus ini dapat ditunjukan

dengan adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi

terhadap suara atau bel.

 Masa Bayi (28 hari- 1 tahun)

- Usia 1-4 bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan

adanya kemampuan bersuara dan tersenyum,

mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata

“oh/ah”, tertawa dan berteriak, mengoceh spontan, serta

bereaksi dengan mengoceh.

- Usia 4-8 bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat

menirukan bunyi atau kata-kata, menoleh ke arah suara

atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan

vokalisasi semakin banyak, serta menggunakan kata yang

22
terdiri atas dua suku kata dan dapat membuat dua bunyi

vokal yang bersamaan seperi “ba-ba”.

- Usia 8-12 bulan

Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu

mengucapkan kata “papa” dan “mama” yang belom

spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik,

serta dapat mengucapkan satu samapai dua kata.

 Masa Anak (1-2 tahun)

Perkembangan bahasa masa anak ini adalah dicapainya

kemampuan bahasa pada anak yang mulai ditandai dengan

anak mampu memiliki sepuluh perbendaharaan kata;

tingginyakemampuan meniru, mengenal, dan responsip

terhadap orang lain; mampu menujukan dua gambar; mampu

mengkombinasikan kata-kata; seta mulai mampu menunjukan

lambaian anggota badan.

 Masa Prasekolah

Perkembangan bahasa diawali dengan adanya kemampuan

menyebutkan hingga empat gambar; menyebutkan satu

hingga dua warna; menyebutkan kegunaan benda;

mengitung; mengartikan dua kata; mengerti empat kata

depan; mengerti beberapa kata sifat dan jenis kata lainnya;

menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang,

dan aktivitas; menirukan berbagai bunyi kata; memahami arti

23
larangan; serta merespons panggilan orang dan anggota

keluarga dekat.

d) Perkembangan Perilaku Atau Adaptasi Sosial

 Masa Neonatus (0-28 hari)

Perkembangan adaptasi sosial atau prilaku masa neonatus ini

dapat ditunjukan dengan adanyab tanda-tanda tersenyum dan

mulai menatap muka untuk menegnali seseorang.

 Masa Bayi (28 hari-1 tahun)

- Usia 1-4 bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dapat diawali

dengan kemampuan mengamati tangannya: tersenyum

spontan dan membalas senyum bila di ajak tersenyum;

mengenali ibunya dengan penglihatan, penciuman,

pendengaran, dan kontak; tersenyum pda wajah manusia;

waktu tidur dalam sehari lebih sedikit dari pada waktu

terjaga; membentuk siklus tidur bangun; menangis bila

terjadi sesuatu yang aneh; membedakan wajah-wajah yang

dikenal dan tidak dikenal; senang menatap wajah-wajah

yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang tak

dikenal (asing).

- Usia 4-8 bulan

24
Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini antara lain

anak merasa takut dan terganggu dengan keberadaan

orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah

frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang

kesal.

- Usia 8-12 bulan

Perkembangan adaptasi sosial pada usia ini dimulai

dengan kemampuan bertepuk tangan, menyatakan

keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan

kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan orang

lain.

 Masa Anak (1-2 tahun)

Perkembangan adaptasi sosial masa anak dapat ditunjukan

dengan adanya kemampuan membantu kegiatan dirumah,

menyuapi boneka, mulai menggosok gigi serta mencoba

mengenakan baju sendiri.

 Masa Prasekolah

Perkembangan adaptasi sosial pada masa prasekolah adalah

adanya kemampuan bermain dengan permainan sederhana,

menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana

dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan

terhadap perpisahan, serta mengenali anggota keluarga.

25
d. Tahap-Tahap Perkembangan dan Pertumbuhan

1) Masa Prenatal

Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus.

Pada fase embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi

hingga 8 minggu pertama yang dapat terjadi pertumbuhan yang cepat

dari ovum menjadi suatu organisme dan terbentuknya manusia. Pada

minggu ke-2, terjadi pembelahan sel dan pemisahan jaringan antara

endoterm dan ektodrm. Pada minggu ke-3 terbentuk lapisan

mesoderm. Pada masa ini sampai usia 7 minggu belum tampak

adanya gerakan yang berarti melainkan hanya terdapat denyut

jantung janin, yaitu sudah mulai dapat berdenyut sejak 4 minggu.

Pada fase fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran,

sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi peningkatan fungsi

organ, yaitu bertambahnya ukuran panjang dan berat badan terutama

pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.

2) Masa Postnatal

a) Masa Neonatus (0-28 hari)

Masa ini merupakan masa terjadinya kehidupan yang baru dalam

ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ

26
tubuh. Proses adaptasi dari organ tersebut dimulai dari aktifitas

pernapasan yang disertai pertukaran gas dengan frekuensi

pernapasan antara 35-50 kali permenit, penyesuaian denyut

jantung antara 120-160 kali per menit dengan ukuran jantung

lebih besar apabila dibandingkan dengan rongga dada. Perubahan

selanjutnya sudah dimulai proses pengeluaran tinja yang terjadi

dalam waktu 24 jam yang didalamnya terdapat mekonium. Hal

tersebut akan dilanjutkan dengan proses defekasi, seperti pada

proses ekskresi dari apa yang dimakan (ASI). Frekuensi defekasi

tersebut dapat berkisar antara 3-5 kali seminggu (bergantung

pada kondisi bayi dan susu yang dikonsumsi, apakah ASI ataukah

susu formula).

Perubahan pada fungsi organ yang lainnya adalah ginjal yang

belum sempurna, urine masih mengandung sedikit protein dan

pada minggu pertama akan dijumpai urine berwarna merah muda

karena banyak mengandung senyawa urat. Keadaan fungsi hati

pun masih relatif imatur dalam memproduksi faktor pembekuan,

sebab belum terbentuknya usus yang akan berperan dalam

absorpsi vitamin K dan imunologi untuk kekebalan bayi.

b) Masa Bayi

Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap

pertama (antara usia 1-12 bulan) yaitu pertumbuhan dan

perkembangan pada masa ini dapat berlangsung secara terus

27
menerus, khususnya dalam peningkatan susunan saraf. Tahap

kedua (usia 1-2 tahun) yaitu kecepatan pertumbuhan pada masa

ini mulai menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan

motorik

c) Masa Prasekolah

Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih

terjadi peningkatan pertumbuhan serta perkembangan, khususnya

pada aktifitas fisik dan kemampuan kognitif.

d) Masa Sekolah

Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan

fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa prasekolah.

e) Masa Remaja

Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada

perempuan dan laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih

cepat untuk masuk ke dalam tahap remaja atau masa pubertas bila

dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini

ditunjukan pada perkembangan pubertas.

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

1) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan

penting dalam menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah

dimiliki. Faktor lingkungan ini dapat meliputi lingkungan prenatal

28
(lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan postnatal (lingkungan

setelah bayi lahir).

2) Lingkungan Prenatal

Lingkungan prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai

dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil,

lingkungan mekanis, zat kimia atau toksin, dan hormonal.

3) Lingkungan Mekanis

Lingkungan mekanis adalah segala hal yang memengaruhi janin atau

posisi janin dalam uterus.

a) Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin.

b) Infeksi dalam kandungan memengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin.

c) Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan gangguan dalam

plasenta sehingga kemungkinan bayi lahir dengan berat badan

kurang atau sering disebut dengan BBLR.

d) Faktor imunitas dapat memengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan janin karena menyebabkan terjadinya abortus atau

karena icterus.

e) Stres dapat memengaruhi kegagalan tumbuh kembang janin

4) Zat kimia atau toksin

Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alkohol, atau

kebiasaan merokok pada ibu hamil. Obat-obatan pada ibu hamil.

5) Hormonal

29
Hormon-hormon ini mencakup hormon sometotrofin, plasenta, tiroid,

dan insulin. Peran hormon somatotrofin atau hormon pertumbuhan,

yaitu disekresikan meningkat kelenjar hipofisis janin sekitar minggu

kesembilan dan produksinya meningkat pada minggu ke dua puluh.

Hormon tersebut berperan dalam mempengaruhi pertumbuhan tinggi

badan dengan menstimulasi terjadinya proliferasi sel kartilago dan

sistem skeletal. Hormon yang kedua yang mempengaruhi yaitu

hormon plasenta atau human plasental laktogen yaitu berperan dalam

nutrisi plasenta pada bayi. Hormon selanjutnya yaitu hormon tiroid

berperan menstimulasi metabolisme tubuh. Hormon yang terakhir

yang mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu hormon

glukokortikoid yaitu mempunyai fungsi menstimulasi pertumbuhan

sel interstisial dari testis (untuk memproduksi hormon testoteron dan

ovarium) selanjutnya hormon tersebut akan menstimulasi

perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan

yang sesuai dengan peran hormonya

6) Faktor Herediter (genetik)

Faktor Herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai

dasar dalam mencapai tumbuh kembang anak disamping faktor-

faktor lain. Faktor herediter merupakan bawaan, jenis kelamin, ras,

dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas

kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan

30
terhadap rangsangan, usia pubertas, dan berhentinya pertumbuhan

tulang.

Pertumbuhan dan perkembangan dengan jenis kelamin laki-laki

setelah lahir akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak

perempuan serta akan bertahan sampai usia tertentu. Baik anak laki-

laki maupun anak perempuan akan mengalami pertumbuhan yang

lebih cepat ketika mereka mencapai masa pubertas.

Ras atau suku bangsa memiliki peran dalam mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan, hal ini dapat dilihat pada suku

bangsa tertentu yang memiliki kecenderungan lebih besar seperti

orang asia lebih pedek dan kecil dibandingkan dengan eropa dan

yang lainnya.

8. Konsep Hospitalisasi

a. Definisi Hospitalisasi

Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang

berencana atau darurat, mengharuskan klien untuk tinggal di rumah sakit,

menjalani terapi dan perawatan sampai pemulanganya kembali kerumah.

Selama proses tersebut anak dan orang tua dapat mengalami berbagai

kejadian yang menurut beberapa penelitian ditunjukkan dengan

pengalaman yang sangat traumatik dan penuh dengan stress (Supartini,

2004).

31
Hospitalisasi merupakan pengalaman yang penuh tekanan, utamanya

karena perpisahan dengan lingkungan normal dimana orang lain berarti,

seleksi perilaku koping terbatas, dan perubahan status kesehatan (Potter

& Perry, 2005).

Berbagai perasaan yang sering muncul pada anak, yaitu cemas, marah,

sedih, takut, dan rasa bersalah. Perasaan tersebut dapat timbul karena

menghadapi sesuatu yang baru dan belum pernah di alami sebelumnya,

rasa tidak aman dan tidak nyaman, perasaan kehilangan sesuatu yang

biasa di alaminya dan sesuatu yang dirasakan menyakitkan. Tidak hanya

anak, orang tua juga mengalami hal yang sama (Supartini, 2004).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang tua mengalami

kecemasan yang tinggi saat perawatan anaknya dirumah sakit walaupun

beberapa orang tua juga di laporkan tidak mengalami karena perawatan

anak dirasakan dapat mengatasi permasalahannya.

Apabila anak stress selama dalam perawatan, orang tua menjadi stress

pula, dan stress orang tua akan membuat tingkat stress anak semakin

meningkat. Anak adalah bagian dari kehidupan orang tuanya sehingga

apabila ada pengalaman yang mengganggu kehidupannya maka orang

tua pun merasa sangat stress .

Jadi, dapat disimpulkan bahwa hospitalisasi ini merupakan perawatan

yang dilakukan selama dirumah sakit dimana terdapat rasa penekanan

akan sesuatu yang baru dan belum bisa menerima keadaan dan

32
hospitalisasi juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman serta stress yang

bisa di alami oleh klien maupun keluarga.

b. Macam-macam Hospitalisasi

Macam-macam hospitalisasi adalah menurut Lyndon (1995, dikutip oleh

Supartini, 2004), sebagai berikut:

1) Hospitalisasi Informal

Perawatan dan pemulangan dapat diminta secara lisan, dan pasien

dapat meninggalkan tempat pada tiap waktu, bahkan jika menentang

dengan nasehat medis. Sebagian besar pasien medis dan bedah

dirawat secara informal.

2) Hospitalisasi Volunter

Hospitalisasi volunter memerlukan permintaan tertulis untuk

perawatan dan untuk pemulangan. Setelah pasien meminta pulang,

dokter dapat mengubah hospitalisasi volunter menjadi hospitalisasi

involunter.

3) Hospitalisasi Involunter

Hospitalisasi involunter adalah sangat membatasi otonomi dan hak

pasien. Keadaan ini tidak memerlukan persetujuan pasien dan

seringkali digunakan untuk pasien yang berbahaya bagi dirinya

sendiri dan orang lain. Hospitalisasi involunter memerlukan

pengesahan (sertifikasi) oleh seekurang-kurangnya dua

dokter;pengesahan dapat berlaku sampai 60 hari dan dapat

33
diperbaharui. Keadaan ini mungkin diminta oleh pengadilan sebagai

jawaban atas permohonan dari rumah sakit atau anggota keluarga.

4) Hospitalisasi Gawat Darurat

Hospitalisasi gawat darurat (sementara atau persetujuan satu orang

dokter) adalah bentuk yang mirip dengan komitmen involunter yang

memerlukan pengesahan atau sertifikasi hanya oleh satu dokter;

pengesahan berlaku selama 15 hari. Pasien harus diperiksa oleh

dokter kedua dalam 48 jam untuk menegakkan perlunya perlunya

perawatan gawat darurat. Setelah 15 hari, pasien harus dipulangkan,

diubah menjadi status involunter, atau diubah menjadi status

volunteer.

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hospitalisasi Pada Anak

1) Berpisah dengan orang tua dan sparing

2) Fantasi-fantasi dan unrealistic anxietes tentang kegelapan, monster,

pembunuhan dan binatang buas diawali dengan yang asing.

3) Gangguan kontak sosial jika pengunjung tidak diizinkan.

4) Nyeri dan komplikasi akibat pembedahan atau penyakit.

5) Prosedur yang menyakitkan dan takut akan cacat dan kematian.

d. Stressor Umum Pada Hospitalisasi

1) Pepisahan

2) Kehilangan kendali

3) Perubahan gambar diri

34
4) Nyeri dan rasa takut

e. Rentang Respon Hospitalisasi

Macam perilaku yang dapat ditunjukkan klien dan keluarga sebagai

respon terhadap perawatannya dirumah sakit, sebagai berikut :

1) Reaksi anak terhadap hospitalisasi

Setelah dikemukakan di atas, anak akan menunjukkan berbagai

perilaku sebagai reaksi terhadap pengalaman hospitalisasi. Reaksi

tersebut bersifat individual, dan sangat bergantung pada tahapan usia

perkembanganan anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit,

sistem pendukung yang tersedia, dan kemampuan koping yang

dimilikinya, pada umumnya, reaksi anak terhadap sakit adalah

kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan tubuh, dan rasa

nyeri. Berikut ini reaksi anak terhadap hospitalisasi sesuai dengan

tahapan perkembangannya.

a) Masa bayi (0 – 1 tahun)

Masalah utama terjadi adalah karena dampak dari perpisahan

dengan orang tua sehingga ada gangguan dalam pembentukan

rasa percaya dan kasih sayang. Pada usia lebuih dari 6 bulan

terjadi stranger anxiety atau cemas apabila berhadapan dengan

orang yang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan.

Reaksi yang sering muncul pada anak ini adalah menangis, marah

dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety.

35
Bila bayi berpisah dengan orang tua, maka pembentukan rasa

percaya dan pembinaan kasih sayangnya terganggu. Pada bayi

usia 6 bulan sulit untuk memahami secara maksimal bagaimana

reaksi bayi bila dirawat, karena bayi belum dapat

mengungkapkan apa yang dirasakannya. Sedangkan bayi dengan

usia yang lebih dari 6 bulan, akan banyak menunjukkan

perubahan.

Pada bayi usia 8 bulan atau lebih telah mengenal ibunya sebagai

orang yang berbeda-beda dengan dirinya, sehingga akan terjadi

“Stranger Anxiety” (cemas pada orang yang tidak dikenal),

sehingga bayi akan menolak orang baru yang belum dikenal.

Kecemasan ini dimanifestasikan dengan meanagis, marah dan

pergerakan yang berlebihan. Disamping itu bayi juga telah

merasa memiliki ibunya ibunya, sehingga jika berpisah dengan

ibunya akan menimbulkan “Separation Anxiety” (cemas akan

berpisah). Hal ini akan kelihatan jika bayi ditinggalkan oleh

ibunya, maka akan menangis sejadi-jadinya, melekat dan sangat

tergantung dengan kuat.

b) Masa todler (1-3 tahun)

Toddler belum mampu berkomunikasi dengan menggunkan

bahasa yang memadai dan pengertian terhadap realita terbatas.

Hubungan anak dengan ibu sangat dekat sehingga perpisahan

dengan ibu akan menimbulkan rasa kehilangan orang yang

36
terdekat bagi diri anak dan lingkungan yang dikenal serta akan

mengakibatkan perasaan tidak aman dan rasa cemas. Disebutkan

bahwa sumber stress utama pada anak yaitu akibat perpisahan

(usia 15-30 bulan). Anxietas perpisahan disebut juga “Analitic

Depression”.

Respon perilaku anak akibat perpisahn dibagi dalam 3 tahap,

yaitu :

 Tahap Protes (Protest)

Pada tahap ini dimanifestasikan dengan menangis kuat,

menjerit dan memanggil ibunya atau menggunakan tingkah

laku agresif agar orang lain tahu bahwa ia tidak ingin

ditinggalkan orang tuanya serta menolak perhatian orang lain.

 Tahap Putus Asa (Despair)

Pada tahap ini anak tampak tenang, menangis berkurang,

tidak aktif, kurang minat untuk bermain, tidak nafsu makan,

menarik diri, sedih dan apatis.

 Tahap menolak (Denial/Detachment)

Pada tahap ini secara samar-samar anak menerima

perpisahan, membina hubungan dangkal dengan orang lain

serta kelihatan mulai menyukai lingkungan.

Toddler telah mampu menunjukkan kestabilan dalam mengontrol

dirinya dengan mempertahankan kegiatan rutin seperti makan,

tidur, mandi, toileting dan bermain. Akibat sakit dan dirawat di

37
Rumah Sakit, anak akan kehilangan kebebasan dan pandangan

egosentrisnya dalam mengembangkan otonominya. Hal ini akan

menimbulkan regresi. Ketergantungan merupakan karakteristik

dari peran sakit. Anak akan bereaksi terhadap ketergantungan

dengan negatifistik dan agresif. Jika terjadi ketergantungan dalam

jangka waktu lama (karena penyakit kronik) maka anak akan

berespon dengan menarik diri dari hubungan interpersonal.

c) Masa prasekolah (3-6 tahun)

Anak usia prasekolah telah dapat menerima perpisahan dengan

orang tuannya dan anak juga dapat membentuk rasa percaya

dengan orang lain. Walaupun demikian anak tetap membutuhkan

perlindungan dari keluarganya. Akibat perpisahan akan

menimbulkan reaksi seperti : menolak makan, menangis pelan-

pelan, sering bertanya misalnya : kapan orang tuanya berkunjung,

tidak kooperatif terhadap aktifitas sehari-hari.

d) Masa sekolah (6-12 tahun)

Anak usia sekolah yang dirawat di rumah sakit akan merasa

khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya,

takut kehilangan ketrampilan, merasa kesepian dan sendiri. Anak

membutuhkan rasa aman dan perlindungan dari orang tua namun

tidak memerlukan selalu ditemani oleh orang tuanya.

e) Masa remaja (12 – 18 tahun)

38
Kecemasan yang timbul pada anak remaja yang dirawat di rumah

sakit adalah akibat perpisahan dengan teman-teman sebaya dan

kelompok. Anak tidak merasa takut berpisah dengan orang tua

akan tetapi takut kehilangan status dan hubungan dengan teman

sekelompok. Kecemasan lain disebabkan oleh akibat yang

ditimbulkan oleh akibat penyakit fisik, kecacatan serta kurangnya

“privacy”.

2) Reaksi keluarga terhadap hospitalisasi

Reaksi yang terjadi akibat pasien yang dirumah sakit adalah sebagai

berikut:

a) Perasaan cemas dan takut

Rasa cemas paling tinggi dirasakan keluarga pada saat menunggu

informasi tentang diagnosis penyakit pasien. Rasa takut muncul pada

keluarga terutama akibat takut kehilangan pasien pada kondisi sakit

yang terminal. Perilaku yang sering ditunjukan keluarga berkaitan

dengan adanya perasaan cemas dan takut ini adalah : sering bertanya

atau bertanya tentang hal sama berulang-ulang pada orang yang

berbeda, gelisah, ekspresi wajah tegang dan bahkan marah.

b) Perasaan sedih

Perasaan ini muncul terutama pada saat pasien dalam kondisi

terminal dan keluarga mengetahui bahwa tidak ada lagi harapan bagi

pasien untuk sembuh. Pada kondisi ini keluarga menunjukkan

39
perilaku isolasi atau tidak mau didekati orang lain, bahkan bisa tidak

kooperatif terhadap petugas kesehatan.

c) Perasaan frustrasi

Pada kondisi pasien yang telah dirawat cukup lama dan dirasakan

tidak mengalami perubahan serta tidak adekuatnya dukungan

psikologis yang diterima keluarga, baik dari keluarga maupun

kerabat lainnya maka keluarga akan merasa putus asa, bahkan

frustrasi. Sering kali keluarga menunjukkan perilaku tidak

kooperatif, menolak tindakan, bahkan menginginkan pulang paksa.

Seriusnya penyakit baik akut atau kronis mempengaruhi tiap anggota

dalam keluarga:

a) Reaksi orang tua

Orang tua akan mengalami stress jika anaknya sakit dan dirawat

dirumah sakit. Kecemasan akan meningkat jika mereka kurang

informasi tentang prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya

terhadap masa depan anak. Orang tua bereaksi dengan tidak percaya

terutama jika penyakit ananknya secara tiba-tiba dan serius. Setelah

menyadari tentang keadaan anak, maka mereka akan bereaksi

dengan marah dan merasa bersalah, sering menyalahkan diri karena

tidak mampu merawat anak sehingga anak menjadi sakit.

b) Reaksi Sibling

40
Reaksi sibling terhadap anak yang sakit dan dirawat dirumah sakit

adalah marah, cemburu, benci dan bersalah. Orang tua seringkali

mencurahkan perhatiannya lebih besar terhadap anak yang sakit

dibandingkan dengan anak yang sehat. Hal ini akan menimbulkan

perasaan cemburu pada anak yang sehat dan anak merasa ditolak.

f. Manfaat Hospitalisasi

Manfaat hospitalisasi, adalah sebagai berikut :

1) Membantu perkembangan keluarga dan pasien dengan cara memberi

kesempatan keluarga mempelajari reaksi pasien terhadap stresor

yang dihadapi selama perawatan di Rumah sakit.

2) Hospitalisasi dapat dijadikan media untuk belajar. Untuk itu

perawatan dapat memberi kesempatan pada keluarga untuk belajar

tentang penyakit, prosedur, penyembuhan, terapi, dan perawatan

pasien.

3) Untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri dapat dilakukan

dengan memberi kesempatan pada pasien mengambil keputusan,

tidak terlalu bergantung pada orang lain dan percaya diri. Berikan

juga penguatan yang positif dengan selalu memberikan pujian atas

kemampuan klien dan keluarga dan dorong terus untuk

meningkatkannya.

4) Fasilitasi klien untuk tetap menjaga sosialisasinya dengan sesame

klien yang ada, teman sebaya atau teman sekolah. Berikan

41
kesempatan padanya untuk saling kenal dan membagi

pengalamannya. Demikian juga interaksi dengan petugas kesehatan

dan keluarga harus difasilitasi oleh perawat karena selama dirumah

sakit klien dan keluarga mempunyai kelompok yang baru.

g. Dampak Hospitalisasi

Menurut Asmadi (2008) secara umum hospitalisasi menimbulkan

dampak pada lima aspek, yaitu privasi, gaya hidup, otonomi diri, peran,

dan ekonomi.

1) Privasi

Privasi dapat diartika sebagai refleksi perasaan nyaman pada diri

seseorang dan bersifat pribadi. Bisa dikatakan,privasi adalah suatu

hal yang sifatnya pribadi. Sewaktu dirawat di rumah sakit klien

kehilangan sebagian privasinya.

2) Gaya Hidup

Klien yang dirawat di rumah sakit seringkali mengalami perubahan

pola gaya hidup. Hal ini disebabkan oleh perubahan situasi antara

rumah sakit dan rumah tempat tinggal klien. Juga oleh perubahan

kondisi kesehatan klien. Aktifitas hidup yang klien jalani sewaktu

sehat tentu berbeda aktifitas yang dijalaninya di rumah sakit.

3) Otonomi

42
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, individu yang sakit dan

dirawat di rumah sakit berada dalam posisi ketergantungan. Artinya

ia akan “pasrah” terhadap tindakan apa pun yang dilakukan oleh

petugas kesehatan demi mencapai keadaan sehat. Ini menunjukkan

bahwa klien yang dirawat di rumah sakit akan mengalami peruahan

otonomi.

4) Peran

Peran dapat diartikan sebagai seperangkat perilaku yang diharapkan

oleh individu sesuai dengan status sosialnya. Jika ia seorang

perawat,peran yang diharapkannya adalah peran sebagai

perawat,bukan sebagai dokter. Perubahan terjadi akibat hospitalisasi

ini tidak hanya berpengaruh pada individu,tetapi juga pada keluarga.

Perubahan yang terjadi antara lain:

5) Perubahan peran

Jika salah seorang anggota keluarga sakit,akan terjadi perubahan

peran dalam keluarga.

6) Masalah keuangan

Keuangan keluarga akan terpengaruh oleh hospitalisasi, keuangan

yang jukan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga akhirnya

digunakan untuk keperluan klien yang dirawat.

7) Kesepian

43
Suasana rumah akan berubah jika ada salah seorang anggota

keluarga dirawat. Keseharian keluarga yang biasanya dihiasi dengan

keceriaan,kegembiraan,dan senda gurau,anggotanya tiba-tiba diliputi

oleh kesedihan.

8) Perubahan kebiasaan sosial

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Karenanya,

keluarga pun mempunyai kebiasaan dalam lingkup sosialnya.

Sewaktu sehat, keluarga mampu berperan serta dalam kegiatan

sosial. Akan tetapi, saat salah seorang anggota keluarga sakit,

keterlibatan keluarga dalam aktivitas sosial dimasyarakat pun

mengalami perubahan.

h. Peran Perawat Dalam Mengurangi Stress Akibat Hospitalisasi

Anak dan keluarga membutuhkan perawatan yang kompeten untuk

meminimalkan efek negatif dari hospitalisasi. Fokus dari intervensi

keperawatan adalah meminimalkan stressor perpisahan, kehilangan

kontrol dan perlukaan tubuh atau rasa nyeri pada anak serta memberi

support kepada keluarga seperti membantu perkembangan hubungan

dalam keluarga dan memberikan informasi :

1) Mencegah atau meminimalkan dampak dari perpisahan, terutama

pada anak usia kurang dari 5 tahun.

a) Rooming In. Yaitu orang tua dan anak tinggal bersama. Jika tidak

bisa, sebaiknya orang tua dapat melihat anak setiap saat untuk

44
mempertahankan kontak tau komunikasi antar orang tua dan

anak.

b) Partisipasi Orang tua. Orang tua diharapkan dapat berpartisipasi

dalam merawat anak yang sakit terutama dalam perawatan yang

bisa dilakukan misal : memberikan kesempatan pada orang tua

untuk menyiapkan makanan pada anak atau memandikan.

Perawat berperan sebagai Health Educator terhadap keluarga.

c) Membuat ruang perawatan seperti situasi di rumah dengan

mendekorasi dinding memakai poster atau kartu bergambar

sehingga anak merasa aman jika berada diruang tersebut.

d) Membantu anak mempertahankan kontak dengan kegiatan

sekolah dengan mendatangkan tutor khusus atau melalui

kunjungan teman-teman sekolah, surat menyurat atau melalui

telpon.

2) Mencegah perasaan kehilangan kontrol

a) Physical Restriction (Pembatasan Fisik)

Pembatasan fisik atau imobilisasi pada ekstremitas untuk

mempertahankan aliran infus dapat dicegah jika anak kooperatif.

Untuk bayi dan toddler, kontak orang tua – anak mempunyai arti

penting untuk mengurangi stress akibat restrain. Pada tindakan

atau prosedur yang menimbulkan nyeri, orang tua dipersiapkan

untuk membantu, mengobsevasi atau menunggu diluar ruangan.

Pada beberapa kasus pasien yang diisolasi, misal luka bakar

45
berat, dengan menempatkan tempat tidur didekat pintu atau

jendela, memberi musik, dan lain-lain.

b) Gangguan dalam memenuhi kegiatan sehari-hari

Respon anak terhadap kehilangan, kegiatan rutinitas dapat dilihat

dengan adanya masalah dalam makan, tidur, berpakaian, mandi,

toileting dan interaksi sosial. Teknik untuk meminimalkan

gangguan dalam melakukan kegiatan sehari-hari yaitu dengan

“Time Structuring”.

3) Meminimalkan rasa takut terhadap perlakuan tubuh dan rasa nyeri.

Persiapan anak terhadap prosedur yang menimbulkan rasa nyeri

adalah penting untuk mengurangi ketakutan. Perawat menjelaskan

apa yang akan dilakukan, siapa yang dapat ditemui oleh anak jika dia

merasa takut, dll. Memanipulasi prosedur juga dapat mengurangi

ketakutan akibat perlukaan tubuh, misal : jika anak takut diukur

temperaturnya melalui anus, maka dapat dilakukan melalui ketiak

atau axilla.

4) Memaksimalkan manfaat dari hospitalisasi.

Walaupun hospitalisasi merupakan stressfull bagi anak dan keluarga,

tapi juga membantu memfasilitasi perubahan kearah positif antara

anak dan anggota keluarga :

a) Membantu perkembangan hubungan orang tua – anak

Hospitalisasi memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar

tentang pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika orang tua

46
tahu reaksi anak terhadap stress seperti regresi dan agresif, maka

mereka dapat memberi support dan juga akan memperluas

pandangan orang tua dalam merawat anak yang sakit.

b) Memberi kesempatan untuk pendidikan

Hospitalisasi memberi kesempatan pada anak dan anggota

keluarga belajar tentang tubuh, profesi kesehatan, dan lain-lain.

c) Meningkatkan Self – Mastery

Pengalaman menghadapi krisis seperti penyakit atau hospitalisasi

akan mpatan untuk self – mastery. Anak pada usianya lebih

mudah punya kesempatan untuk mengetest fantasi atau realita.

Anak yang usianya lebih besar, punya kesempatan untuk

membuat keputusan, tidak tergantung dan percaya diri perawat

dan memfasilitasi perasaan self-mastery dengan menekan

kemampuan personal anak.

d) Memberi kesempatan untuk sosialisasi

Jika anak yang dirawat dalam satu ruangan usianya sebaya maka

akan membantu anak untuk belajar tentang diri mereka.

Sosialisasi juga dapat dilakukan dengan team kesehatan se3lain

itu orang tua juga memperoleh kelompok social baru dengan

orang tua anak yang punya masalah yang sama.

5) Memberi support pada anggota keluarga

Perawat dapat mendiskusikan dengan keluarga tentang kebutuhan

anak, membantu orang tua. Mengidentifikasi alas an spesifik dari

47
perasaan dan responnya terhadap stress memberi kesempatan kepada

orang tua untuk mengurangi beban emosinya.

a) Memberi Informasi

Salah satu intervensi keperawatan yang penting adalah

memberikan informasi sehubungan dengan penyakit, pengobatan,

serta prognosa, reaksi emosional anak terhadap sakit dan dirawat,

serta reaksi emosional anggota keluarga terhadap anak yang sakit

dan dirawat.

b) Melibatkan Sibling

Keterlibatan sibling sangat penting untuk mengurangi stress pada

anak. Misalnya keterlibatan dalam program rumah sakit

(kelompok bermain), mengunjungi saudara yang sakit secara

teratur.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Identitas

b. Riwayat Keperawatan

1) Keluhan utama

Anak sangat gelisah, dyspnea, pernapasan cepat dan dangkal, disertai

pernapasan cuping hidung serta sianosis sekitar hidung dan mulut.

Kadang disertai muntah dan diare, tinja berdarah dengan atau tanpa

lendir dan anoreksia.

48
2) Riwayat penyakit sekarang

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran

pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat aik

sangat mendadak sampai 39-40°C dan kadang disertai kejang

demam yang tinggi.

3) Riwayat penyakit dahulu

Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun

menurun.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit saluran pernapasan

dapat menularkan kepada anggota keluarga lainnya.

5) Riwayat kesehatan lingkungan

Menurut Wilson dan Thompson (1990) broncopneumonia sering

terjadi pada musim hujan dan awal musim semi. Selain itu

pemeliharaan kesehatan dan kebersihan lingkungan yang kurang

juga bisa menyebabkan anak menderita sakit. Lingkungan pabrik

atua banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan anggota

keluarga perokok.

6) Imuninasi

Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk

mendapat penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah

karena sistem pertahanan tubuh tidak cukup kuat untuk melawan

infeksi sekunder.

49
7) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan

8) Nutrisi

Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energ protein =

MEP)

2. Pemeriksaan Fisik

a. Sistem kardiovaskular

Takikardi, irritability

b. Sistem pernapasan

Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas, pernapasan

cuping hidung, ronkhi, wheezing, takipnea, batuk produkti atau non

produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak teratur/ireguler,

kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah terjadinya

konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan keadaan

anaknya yang bertambah sesak dan pilek.

c. Sistem pencernaan

Anak malas minum atau makan, muntah, BB menurun, lemah. Pada

orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama mungkin belum

memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan per sonde.

d. Sistem eliminasi

Anak atau bayi menderita diare atau dehidrasi, orang tua mungkin belum

memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi dehidrasi (ringan

sampai berat).

e. Sistem saraf

50
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis terus pada

anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.

f. Sistem musculoskeletal

Tonus otot menurun, lemah secara umum

g. Sistem endokrin

Tidak ada kelainan.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

b. Hipertermia

c. Risiko defisit nutrisi

4. Intervensi Keperawatan

No DX Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan Setelah dilakukan tidakan Manajemen jalan napas


jalan napas keperawatan selama 3 x
tidak efektif 24 jam masalah bersihan Observasi:
- Monitor pola napas
jalan napas tidak efektif
(frekuensi, kedalaman,
teratasi dengan kriteria usaha napas)
hasil: - Monitor bunyi napas
tambahan (mis.
 Batuk efektif Gurgling, mengi,
meningkat wheezing, ronkhi
 Produksi sputum kering)
menurun - Monitor sputum
 Ronki menurun (jumlah, warna,
aroma)
 Dispnea menurun
 Frekuensi napas Terapeutik
membaik - Pertahankan

51
 Pola napas membaik kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan
chin-lift (jaw-thrust
jika curiga trauma
servikal)
- Posisikan semi-fowler
atau fowler
- Berikan minum
hangat
- Lakukan fisioterafi
dada, jika perlu
- Lakukan penghisapan
lendir kurang dari 15
detik
- Lakukan
hiperoksigenasi
sebelum penghisapan
endotrakeal
- Berikan oksigen, jika
perlu

Edukasi
- Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari,
jika tidak ada
kontraindikasi
- Ajarkan teknik batuk
efektif

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran, mukolitik,
jika perlu

Hipertermia Setelah dilakukan Observasi:


tindakan keperawatan - Identifikasi penyebab
3x30 menit diharapkan hipertemia (mis.
hipertermia teratasi. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas,
Dengan kriteria hasil:
penggunaan
incubator)

52
 Suhu tubuh - Monitor suhu tubuh
sedang (3) - Monitor kadar
elektrosit
 Suhu kulit sedang - Monitor haluran urine
(3) - Monitor komplikasi
akibat hipertemia

Teraupetik:
- Sediakan lingkungan
yang dingin
- Longgarkan atau
lepaskan pakaian
- Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
- Gantikan linen setiap
hari atau lebih sering
jika mengalami
hiperhdrosis (keringat
berlebihan)
- Lakukan pendingan
eksternal (mis.
Selimut hipotermia
atau kompres dingin
pada dahi, leher, dada,
abdomen, aksila)
- Hindari pemberian
antirepiretik atau
aspirin
- Berikan oksigen, jika
perlu

Edukasi:
- Anjurkan tirah barinng

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian
cairan dan elektrosit

53
intravena, jika perlu

Risiko defisit Setelah dilakukan tidakan Observasi


nutrisi keperawatan selama 3 x
24 jam masalah defisit - Identifikasi status
nutrisi teratasi dengan nutrisi
kriteria hasil: - Identifikasi alergi
dan inteloransi
 Porsi makan makanan
dihabiskan cukup - Identifikasi
meningkat identifikasi
 Berat badan sedang makanan yang
 Frekuensi makan disukai
meningkat - Identifikasi
kebutuhan kalori
dan nutris
- Identifikasi
perlunya
penggunaan selang
nasogastrik
- Monitor asupan
makanan
- Monitor berat
badaan
- Monitor hasil
pemeriksaan
laboratorium

Terapeutik

- Lakukan oral
hygiene sebelum
makan
- Fasilitasi
menentukan
pedoman diet
- Sajikan makanan
secara menarik
dan suhu yang
sesuai
- Berikan makanan
tinggi serat untuk

54
mencegah
kontifasi
- Berikan makann
tinggi kalori dan
tinggi protein
- Berikan suplemen
makanan

Edukasi

- Anjurkan posisi
duduk
- Anjurkan diet
yang
diprogramkan

Kolaborasi

- Kolaborasi
pemberian
medikasi sebelum
makan

Kolaborasi dengan ahli


gizi

55
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI R USIA 3 BULAN DENGAN

BRONKOPNEUMONIA DI RUANG RAWAMERTA RSUD KARAWANG

A. Pengkajian

1. Identitas pasien

Pasien bernama By. R umur 3 bulan jenis kelamin perempuan, merupakan anak

pertama dari orang tua yang menganut agama islam. Masuk ke RSUD Karawang

pada tanggal 24 November 2019. Pada tanggal 27 November 2019 dilakukan

pengkajian dengan diagnosa medis Bronkopneumonia. By R beralamat di

Cirejag II. Dengan no RM: 00.77.97.15.

2. Identitas orangtua

Nama ayah Tn. A berusia 26 Tahun beragama islam dengan pendidikan terakhir

sma dan pekerjaan karyawan swasta. Nama Ibu Ny. M berusia 25 Tahun

56
beragama Islam dengan pendidikan terakhir SMA dan tidak bekerja (Ibu Rumah

Tangga).

3. Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

Ibu pasien mengatakan anaknya masih sering batuk dan keluar sedikit lendir

berwarna putih.

b. Keluhan Tambahan

Ibu mengatakan kadang anak demam naik turun.

c. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan anak nya sering batuk dan dahak keluar sedikit, batuk lebih

sering di malam hari, selain itu ibu mengatakan anak masih demam naik

turun.

d. Riwayat Kesehatan dahulu

Sebelum masuk RS ibu mengatakan anaknya muntah >8x berisikan cairan

dan lendir banyak, disertai sesak. Dua minggu sebelumya anak sering batuk

kadang disertai demam.

1) Prenatal

a) Keluhan saat hamil : tidak ada

b) Tempat ANC : bidan

c) Kebutuhan saat hamil : terpenuhi

57
d) Usia kehamilan : post term (cukup

bulan)

e) Kesehatan saat hamil dan obat yang diminum : vitamin

2) Natal (untuk bayi/anak yang masih kecil)

a) Tindakan persalinan : lahir spontan

b) Apgar score :-

c) Obat – obatan : tidak ada

3) Post natal (untuk bayi/ank yang masih kecil)

a) Kondisi kesehatan : sehat

b) BB lahir, PB lahir : BBL : 2,9 kg, PB : 50 cm.

c) Penyakit waktu kecil : tidak ada

d) Pernah dirawat di RS : tidak ada

e) Penyakit yang diderita : tidak ada

4) Respon emosional waktu dirawat : rewel

5) Obat-obat yang digunakan (pernah/sedang digunakan)

a) Nama obat dan dosis : tidak ada

b) Schedule, durasi : tidak ada

c) Alasan penggunaan : tidak ada

d) Allergi : tidak ada

e) Pernah menderita astma, eczema : tidak ada

f) Reaksi yang tidak biasa terhadap makanan, binatang, obat,

tanaman/produk rumah : tidak ada

g) Kecelakaan (jenis kecelakaan, akibat dan penangannya) : tidak ada

58
h) Imunisasi (imunisasi yang pernah didapat, usia dan reaksi waktu

imunisasi): BCG, Polio.

4. Riwayat Sosial

a. Yang mengasuh anak dan alasan

Yang mengasuh ibu dan ayah sendiri bergantian.

b. Pembawaan secara umum (periang, pemalu, pendiam dan kebiasaan

menghisap jari, membawa gombal, ngompol): pendiam

c. Lingkungan rumah (kebersihan, keamanan, ancaman keselamatan anak,

ventilasi, letak barang-barang), riwayat pertumbuhan dan perkembangan :

lingkungan rumah bersih, selalu dibersihkan setiap hari. Dan pagi hari selalu

membuka jendela. Disekitar rumah ada yang merokok, ayah bayi merokok.

5. Keadaan Kesehatan saat ini

a. Diagnosa medis : Bronkopeunomia

b. Tindakan operasi : tidak ada

c. Obat-obatan :

1) Infus Nacl 0,9 % untuk 8 tetes/menit

2) Injeksi Cefotaxim 2x200 mg

3) Injeksi Gentamicin 1x20 mg

4) Injeksi Paracetamol 3x40 mg

d. Hasil laboratorium : terlampir

e. Data tambahan : tidak ada

59
6. Pengkajian Pola Fungsi Gordon

a. Persepsi kesehatan dan manajemen kesehatan

Orangtua mengetahui penyakit yang diderita anaknya yaitu batuk, sesak

nafas dan membawa anaknya ke RSUD Karawang untuk berobat agar

sembuh.

b. Status kesehatan anak sejak lahir: sehat.

c. Pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi: pemeriksaan rutin di Pos

Yandu.

d. Penyakit yang menyebabkan anak absen sekolah : -

e. Praktek pencegahan kecelakaan (pakaian, menukar popok)

Baju selalu diganti setiap hari, popok diganti 3x sehari.

f. Kebiasaan orang tua merokok

Ayah bayi merokok.

g. Keamanan tempat bermainanak dari kendaraan : -

h. Praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga, menyimpan obat-

obatan)

Menyimpan obat-obatan dikotak obat jauh dari jangkauan anak-anak.

7. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan

Hasil analisa by R didapatkan panjang badan 59 cm, berat badan 4,8 kg, BBI

5,5 kg, lingkar kepala 39 cm.

60
Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Lemah, tangis kuat, kesadaran compos mentis

b. Pemeriksaan tanda- : RR : 51 x/menit Nadi : 124 x/menit Suhu : 38,50 C

tanda vital

c. Daerah kepala : Bentuk kepala normochepali, rambut, lingkar kepala

39 cm

Muka : Bentuk wajah simetris, tidak teraba kelainan sinus

tulang dahi dan pipi, tidak ada lesi.

Mata : Mata simetris, konjungtiva an anemis, sklera an

ikterik, refleks pupil miosis, refleks cahaya +/+, pupis

isokor 2mm/2mm, tidak ada benjolan, tidak ada

pengeluaran ab-normal.

Hidung : Posisi lubang hidung simetris antara kanan dan kiri,

terdapat jembatan hidung , terpasang oksigen kanul 2

L.

Telinga : Posisi kedua telinga simetris, daun telinga bisa dilipat

dan cepat kembali ke posisi semula, tidak ada

pengeluaran ab-normal.

Mulut : Mukosa bibir lembab, bibir berwarna merah muda,

tidak ada stomatitis, belum ada pertumbuhan gigi

susu.

Leher Tidak terdapat pembesaran kelenjar KGB dan thyroid,

tidak terdapat distensi vena jugularis, tidak terdapat

61
deviasi trakea, refleks menelan (+).

d. Dada Pergerakan dinding dada simetris, otot bantu napas

(+),RR : 51 X/menit, Perkusi dada: Hipersonor,

Perkusi daerah jantung: pekak, terdapat ronchi +/+,

pola napas dyspnea, pernapasan ireguler.

e. Abdomen Tidak ada lesi, ingkar perut 54 cm, tidak ada kembung,

peristaltik usus 7x/mnt, perkusi timpani, palpasi tidak

ada masa/benjolan.

Daerah Punggung : Tidak ada spina bifida

f. Daerah genetalia dan Tidak ada kelainan

anus :

g. Ekstremitas Ekstremitas atas : Jari- jari berjumlah 10, tangan kan

terpasang infus Nacl 0,9% untuk 8 tts/mnt, tidak ada

deformitas.

Ekstremitas bawah : Jari- jari berjumlah 10, tidak ada

deformitas.

h. Integument Warna kulit sawo matang, tidak ada kemerahan ab-

normal, kulit bersih, akral teraba hangat. CRF <3 dtk.

8. Pola aktivitas sehari-hari

No Jenis Aktivitas Sebelum sakit Ketika sakit

1. Nutrisi

62
a. Makan

- Jenis makanan ASI ASI

- Frekuensi

- Porsi

b. Minum

- Jenis ASI ± 12x /hari ASI 20 cc/2 jam

- Frekuensi

2. Eliminasi

a. BAB

- Frekuensi 1x perhari 1x/hari

- Konsistensi lembek lembek

- Warna Kuning Kuning

b. BAK

- Frekuensi 4 x mengganti 4 x mengganti pampers

- Warna pampers Urine kuning jernih,

Urine kuning bau khas urin, tidak ada

jernih, bau khas pus/darah.

urine, tidak ada

pus/darah.

3. Pola tidur Waktu tidur dari Waktu tidur dari jam

- Malam jam 20.00 malam 20.00 malam s/d jam

63
s/d jam 05.00 pagi 06.00 pagi

Tidur siang dari Tidur siang dari pukul

- Siang pukul 09.00 s/d 11.00 s/d pukul 13.00

pukul 13.00 WIB WIB

4. Personal Hygene

- Mandi 2x / hari 2x/hari di lap

- Keramas 1x 2/ hari Baru satu kali di lap

- Gosok gigi Tidak Tidak

5. Aktifitas Bermain Hanya ditemani ibu Selama di RS, pasien

dan nenek pasien hanya terbaring dan

bermain dirumah digendong

dan sekitar rumah ibu/bapaknya/neneknya.

9. Data psikologis

Anak terlihat rewel.

10. Data sosial

Pasien dirawat oleh ibu pasien yang juga dibantu oleh nenek pasien.

11. Data hospitalisasi

Orang tua merasa cemas atau khawatir dalam merawat anaknya karena terpasang

oksigen dan infus.

12. Peran keluarga terhadap anak

Orang tua membawa berobat anknya ke RSUD Karawang

13. Data spiritual

64
Ibu pasien dan keluarga berharap anaknya bisa sembuh dan sehat kembali, ibu

mengatakan hanya bisa ber’doa dan berusaha.

14. Data penunjang

Laboratorium

Jenis
Pemeriksaaan Hasil Nilai Rujukan

24/11/2019 Hb : 10,6 g/dl 10,5 – 14,0 Flow

Darah Citometry

Lengkap Eritrosit : 3,61 x10^6/ul 3,60 – 5.20 Flow

Citometry

Leukosit : 14,25 x10^3/ul 6,30 – 14,00 Flow

Citometry

Trombosit : 326 x10^4/ul 150 – 400 Flow

Citometry

Hematokrit : Flow
34 % 35 - 47
Citometry

Basofil Flow
0 % 0-1
Citometry

65
Eosinofil Flow
0 % 1.0-3.0
Citometry

Neutrofil 54-62 Flow


44 %
Citometry

Limfosit 25-33 Flow


47 %
Citometry

Monosit Flow
9 % 3-7
Citometry

MCV Flow
94 FL 72-88
Citometry

MCH Flow
29 pg 24-30
Citometry

MCHC Flow
31 g/dl 32-36
Citometry

RDW-CV Flow
14,5 % 12.2-15.3
Citometry

Gula

Darah 88 mg/dl 50-90 Herokinase

Sewaktu

a. Rontgen

Kedua apex pulmo tenang, corakan bronkovaskuler bertambah, tampak

opassitas inhomogen di pulmo dextra bentuk amorf, batas tak tegas, air

66
broncogram (+). Kedua sinus costofrenicus lancip, kedua diafragma licin dan

tak mendatar, cor konfigurasi cor normal, sistem tulang yang tervisualisasi

intak. Kesan: pneumonia dextra, konfigurasi cor normal.

b. Diagnostik

Bronkopeunomonia

c. Therapy

1) Infus Nacl 0,9 % 8 tetes/menit

2) Injeksi Cefotaxim 2x200 mg

3) Injeksi Gentamicin 1x20 mg

4) Injeksi Paracetamol 3x40 mg

15. Analisa Data

Nama pasien : By. R No. RM : 00.77.97.15

Umur : 3 bulan Dx Medis : Bronchopeunomia

No Tanggal Data Etiologi Masalah


1. 27/11/2019 DS: Penumpukan sekret Bersihan jalan
- Ibu mengatakan napas tidak efektif
anaknya masih b/d penumpukan
batuk dan kelur sekret
sedikit lendir
berwarna putih

DO:
- RR 51x.menit
- Otot bantu napas
(+)
- Tarikan dinding
dada simetris
- Perkusi
hiperesonan

67
- Suara napas ronki
+/+
- Pola napas
dyspnea
- Pernapasan
ireguler
- Hasil rontgen
corakan
bronkovaskuler
bertambah,
tampak opassitas
inhomogen di
pulmo dextra
bentuk amorf,
batas tak tegas, air
broncogram (+).
2. 27/11/2019 DS: Infeksi bakteri di Hipertermia b/d
- Ibu mengatakan parenkim paru infeksi bakteri
anaknya masih
suka demam naik
turun

DO:
- RR : 51 x/menit
- Nadi : 124x/menit
- Suhu : 38,50 C
- Akral teraba
hangat
- Leukosit 14,25
x10^3/ul
3. 27/11/2019 DS: Penyebaran infeksi Risiko infeksi
- Ibu mengatakan ekstravasasi
anaknya masih
suka demam naik
turun

DO:

68
- Suhu: 38,50 C
- Akral teraba
hangat
- Leukosit 14,25
x10^3/ul

16. Diagnosis Keperawatan

a. Bersihan jalan napas tidakefektif b/d penumpukan sekret

b. Hipertermia b/d infeksi bakteri

c. Risiko infeksi

17. Intervensi Keperawatan

No DX Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi

1. Bersihan Setelah dilakukan tidakan Manajemen jalan napas


jalan napas keperawatan selama 3 x 24
Observasi:
tidak efektif jam masalah bersihan jalan
- Monitor pola napas
napas tidak efektif teratasi
(frekuensi, kedalaman, usaha
dengan kriteria hasil:
napas)
 Batuk efektif meningkat - Monitor bunyi napas
 Produksi sputum menurun tambahan (mis. Gurgling,
 Ronki menurun mengi, wheezing, ronkhi

 Dispnea menurun kering)

 Frekuensi napas membaik - Monitor sputum (jumlah,

69
 Pola napas membaik warna, aroma)

Terapeutik
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterafi dada, jika
perlu
- Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
- Anjurkan asupan cairan
sesuai kebutuhan, jika tidak
ada kontraindikasi

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
bronkodilator, ekspektoran,
mukolitik, jika perlu
2. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Manajemen termoregulasi
keperawatan 3x30 menit
Observasi:
diharapkan hipertermia
teratasi. Dengan kriteria hasil: - Identifikasi penyebab
hipertemia (mis. Dehidrasi,
 Suhu tubuh sedang (3)
terpapar lingkungan panas,
 Suhu kulit sedang (3)
penggunaan incubator)
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrosit
- Monitor haluran urine
- Monitor komplikasi akibat
hipertemia

Teraupetik:

70
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian
- Basahi dan kipasi permukaan
tubuh
- Gantikan linen setiap hari
atau lebih sering jika
mengalami hiperhdrosis
(keringat berlebihan)
- Lakukan pendingan eksternal
(mis. Selimut hipotermia
atau kompres dingin pada
dahi, leher, dada, abdomen,
aksila)
- Berikan oksigen, jika perlu
- Hitung kebutuhan cairan
Edukasi:
- Anjurkan tirah barinng

Kolaborasi:
- Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrosit intravena, jika
perlu

3. Risiko infeksi Setelah dilakukan tidakan Intervensi : Pencegahan Infeksi


keperawatan selama 3 x 24 (I.14539)
jam masalah risiko infeksi Tindakan
tidak terjadi dengan kriteria Observasi :
hasil: - Monitor tanda dan gejala
infeksi lokal dan sitemik
 Demam cukup menurun

Terapeutik

71
- Batasi jumlah pengunjung
- Cuci tangan sebelum dan
sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan
pasien
- Pertahankan teknik aseptik
pada pasien beresiko tinggi

Edukasi
- Jelaskan tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara mencuci tangan
dengan benar

Kolaborsi
Kolaborsi pemberian antibiotik,
jika perlu

18. Implementasi Keperawatan

Tanggal No. Dx Implementasi Keperawatan Paraf

27/11/2019 I - Berkolaborasi pemberian obat Cefotaxime

08.00 250mg IV, Gentamicin 40 mg IV,

Dexamethasone 3mg IV Ulfi

R/: An, nangis saat disuntikan obat

09.00 I - Memonitor pola nafas

R/: RR: 42x/mnt, pola nafas dycpnea otot Ulfi

bantu nafas (+), gasping (+)

72
09.05 I - Memonitor bunyi nafas tambahan

R/: Terdengar suara romkhi +/+ Ulfi

09.10 I - Memonitor sputum

R/: Ibu mengatakan sputum berwarna

putih Suha

09.20 I - Memberikan O2 nassal kanul 2L

R/: RR: 40x/mnt, otot bantu nafas (+)

10.00 I - Melakukan fisioterapi dada Suha

R/:Terlihat pengeluaran sputum

konsistensi kental berwarna putih dan

jumlah kurang lebih 2cc

10.10 II - Mengidentifikasi penyebab hipertermi

R/: Penyebab hipertermi karena ada Agus

infeksi paru parenkim

10.15 II - Menghitung kebuthan cairan

R/: 4,8 kg x 100 = 480 cc Agus

10.20 II - Memonitor suhu tubuh

R/: Suhu: 38 °C Irfan

11.00 II - Melakukan kompres hangat di axila dan

dahi
Mega
R/: Suhu: 37,8 °C

12.00 II - Menganjurkan asupan cairan sesuai

kebutuhan Mega

73
ASI 12x20 cc, infus 8 tetes/menit

13.00 III - Memonitor tanda dan gejala infeksi

sistemik Lukman

R/: S: 38 °C

28/11/2019 III - Membatasi jumlah pengunjung

14.00 R/: kunjungan keluarga dibatasi untuk Aei

pasien beresiko tinggi infeksi

14.39 III - Mencuci tangan sebelum dan sesudah Aei

kontak dengan pasien dan lingkungan

pasien

R/: selalu mencuci tangan dengan tindakan

aseptik

15.00 III - Mempertahankan teknik aseptik pada

pasien beresiko tinggi


Ida
R/: melakukan mencuci tangan sebelum

melakukan tindakan septik dan sesudah

melakukan tindakan aseptik

15.30 III - Menjelaskan tanda dan gejala


Ida
R/: keluarga mengerti apa yang diajarkan

perawatnya

16.00 III - Mengajarkan cara mencuci tangan dengan

benar Ahmad
yusuf
R/: keluarga mengerti apa yang diajarkan

74
perawatnya

20.00 III - Berkolaborasikan pemberian

obatantibiotik Cefataxime 250mg IV


Ahmad
R/: an tidak menangis saat disuntikan yusuf

19. Evaluasi Keperawatan

No Tanggal No.Dx Catatan Perkembangan Paraf

27/11/2019 I S: Ibu mengatakan anak masih suka


batuk dan terdengar seperti banyak
dahak
Henri
O: RR: 41x/mnt, pasien terpasang O2 nasal
kanul 2L, otot bantu nafas (+). Gasping
(+), suara nafas ronkhi +/+, pola nafas
dispnea.
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi manajemen jalan
nafas

II
S: Ibu mengatakan anak masih demam

naik turun, tetapi saat ini tidak demam


Henri
O: S: 36.8 °C, akral teraba dingin, N:

110x/mnt, kulit lembab dan elastis

A: Masalah teratasi sebagian

75
P: Lanjutkan intervensi termoregulasi

III S: Ibu mengatakan anaknya sudah tidak

demam
Henri
O: Suhu: 36,60 C
Akral teraba hangat
Leukosit 14,25 x10^3/ul

A: Masalah teratasi sebagian

P: Lanjutkan intervensi pemantauan resiko

infeksi

76
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bronchopneumonia adalah infeksi yang menyebabkan paru-paru meradang.

Kantung-kantung udara dalam paru yang disebut alveoli dipenuhi nanah dan

cairan sehingga kemampuan menyerap oksigen menjadi kurang. Kekurangan

oksigen membuat sel-sel tubuh tidak bisa bekerja, selain penyebaran infeksi ke

seluruh tubuh, penderita bronchopneumonia bisa meninggal. Sebenarnya

bronchopneumonia bukanlah penyakit tunggal. Penyebabnya bisa bermacam-

macam dan diketahui ada 30 sumber infeksi, dengan sumber utama bakteri, virus,

mikroplasma, jamur, berbagai senyawa kimia maupun partikel.

B. Saran

perlu penyuluhan yang insentif tentang penyakit, proses penyakit dan

pengobatannya pada penderita Bronchopneumonia

77
DAFTAR PUSTAKA

78

Anda mungkin juga menyukai