Anda di halaman 1dari 33

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bernapas merupakan aktivitas yang penting bagi manusia. Tubuh memerlukan


suplai oksigen yang cukup untuk proses metabolisme. Jika terjadi gangguan pada
saluran pernapasan misalnya saluran pernapasan terisi oleh zat lain seperti cairan,
maka pertukaran gas akan terganggu. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan
untuk membantu mengembalikan fungsi normal saluran pernapasan, salah
satunya adalah dengan pemasangan WSD (Water Seal Drainage).

Kebutuhan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) misalnya, pada trauma


(luka tusuk di dada), biasanya disebabkan oleh benda tajam, bila tidak mengenai
jantung, biasanya dapat menembus rongga paru-paru. Mekanisme penyebabnya
bisa satu tusukan kuat ataupun satu gerakan mendadak yang hebat. Akibatnya,
selain terjadi peradarahan dari rongga paru-paru, udara juga akan masuk ke
dalam rongga paru-paru. Oleh karena itu, paru-paru pada sisi yang luka akan
mengempis. Penderita nampak kesakitan ketika bernapas dan mendadak merasa
sesak dan gerakan iga disisi yang luka menjadi berkurang (Kartono, M. 1991).

Untuk itu dalam makalah ini kelompok akan menjelaskan tentang asuhan
keperawatan pemasangan WSD (Water Seal Drainage) dan diharapkan bisa
membantu mahasiswa, tenaga kesehatan dan masyarakat umum untuk lebih
memahami tentang masalah WSD (Water Seal Drainage).

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Menjelaskan asuhan keperawatan yang harus diberikan kepada pasien dengan .


pemasangan WSD (Water Seal Drainage)

1
1.2.2 Tujuan Khusus

a. Menjelaskan definisi WSD (Water Seal Drainage)

b. Menjelaskan tujuan pemasangan WSD (Water Seal Drainage)

c. Menjelaskan indikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)

d. Menjelaskan Kontraindikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)

e. Menjelaskan komplikasi dari pemasangan WSD (Water Seal Drainage)

f. Menjelaskan macam-macam dari WSD (Water Seal Drainage)

g. Menjelaskan prosedur pemasangan WSD (Water Seal Drainage)

h. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan pemasangan WSD


(Water Seal Drainage)

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Water Seal Drainage (WSD) adalah Suatu sistem drainage yang menggunakan
water seal untuk mengalirkan udara atau cairan dari cavum pleura ( rongga pleura)

WSD merupakan tindakan invasive yang dilakukan untuk mengeluarkan


udara,cairan (darah,pus) dari rongga pleura, rongga thorax; dan mediastinum
dengan menggunakan pipa penghubung untuk mempertahankan tekanan negatif
rongga tersebut. Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negatif
dan hanya terisi sedikit cairan pleura/lubrican.

2.2 Tujuan

a). Mengeluarkan cairan atau darah, udara dari rongga pleura dan rongga thorak

b) Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura

c) Mengembangkan kembali paru yang kolaps

d) Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada

e) Mengalirkan / drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk


mempertahankan tekanan negatif rongga tersebut

2.3 Indikasi Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)

2.3.1 Pneumothoraks

a) Spontan > 20% oleh karena rupture bleb

b) Luka tusuk tembus

c) Klem dada yang terlalu lama

3
d) Kerusakan selang dada pada sistem drainase

2.3.2 Hemothoraks

a) Robekan pleura

b) Kelebihan antikoagulan

c) Pasca bedah thoraks

d) Hemopneumothorak

2.3.3 Thorakotomy :

a) Lobektomy

b) Pneumoktomy

2.3.4 Efusi pleura : Post operasi jantung

2.3.5 Emfiema :

a) Penyakit paru serius

b) Kondisi indflamsi

2.3.6 Profilaksis pada pasien trauma dada yang akan dirujuk

2.3.7 Flail Chest yang membutuhkan pemasangan ventilator

2.4 Kontraindikasi

a. Infeksi pada tempat pemasangan

b. Gangguan pembekuan darah yang tidak terkontrol

2.5 Komplikasi

a) Komplikasi primer : perdarahan, edema paru, tension pneumothoraks, atrial


aritmia

b) Komplikasi sekunder : infeksi, emfiema

4
c) Komplikasi lainnya : laserasi (yang mencederai organ: hepar, lien),
perdarahan, empisema subkutis, tube terlepas, tube tersumbat

2.6 Macam-macam WSD (Water Seal Drainage)

2.6.1 WSD dengan sistem satu botol

Sistem ini terdiri dari satu botol dengan penutup segel. Penutup mempunyai dua
lobang, satu untuk ventilasi udara dan lainnya memungkinkan selang masuk
hampir ke dasar botol. Air steril dimasukan ke dalam botol sampai ujung selang
terendam 2cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang
menyebabkan kolaps paru.

Keuntungannya:

a) Penyusunannya sederhana

b) Mudah untuk pasien yang berjalan

Kerugiannya:

a) Saat drainase dada mengisi botol lebih banyak kekuatan yang diperlukan

b) Untuk terjadinya aliran tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol

c) Campuran darah dan drainase menimbulkan busa dalam botol yang membatasi
garis pengukuran drainase

Hal yang harus diperhatikan:

a) Apabila < 2 cm H2O, berarti no water seal. Hal ini sangat berbahaya karena
menyebabkan paru kolaps.

b) Apabila > 2 cm H2O, berarti memerlukan tekanan yang lebih tinggi dari paru
. untuk mengeluarkan cairan atau udara.

c) Apabila tidak ada fluktuasi yang mengikuti respirasi apat disebabkan karena
adanya kinking, clotting atau perubahan posisi chest tube.

5
d) Selang untuk ventilasi dalam botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi
udara dari rongga pleura keluar

e) Drainage tergantung dari mekanisme pernafasan dan gravitasi

f) Undulasi pada selang cairan mengikuti irama pernafasan :

· Inspirasi akan meningkat

· Ekpirasi menurun

Gambar 2.1. WSD dengan 1 botol

6
2.6.2 WSD dengan sistem dua botol

Pada sistem dua botol, botol pertama adalah sebagai botol penampung dan yang
kedua bekerja sebagai water seal. Pada sistem dua botol, penghisapan dapat
dilakukan pada segel botol dalam air dengan menghubungkannya ke ventilasi
udara.

Gambar 2.2 WSD dengan sistem dua botol

Botol 1 dihubungkan dengan selang drainage yang awalnya kosong dan hampa udara,
selang pendek pada botol 1 dihubungkan dengan selang di botol 2 yang berisi water
seal. Dapat dihubungkan dengan suction control. Cairan drainase dari rongga pleura
masuk ke botol 1 dan udara dari rongga pleura masuk ke water seal botol 2.

Prinsip kerjasama dengan sistem 1 botol yaitu udara dan cairan mengalir dari rongga
pleura ke botol WSD dan udara dipompakan keluar melalui selang masuk ke WSD.

7
Biasanya digunakan untuk mengatasi hemothoraks, hemopneumothoraks, efusi
peural.

Keuntungannya:

a) Mempertahankan water seal pada tingkat konstan

b) Memungkinkan observasi dan pengukuran drainage yang lebih baik

Kerugiannya:

a) Menambah areal mati pada sistem drainage yang potensial untuk masuk ke dalam
area pleura.

b) Untuk terjadinya aliran, tekanan pleura harus lebih tinggi dari tekanan botol.

c) Mempunyai batas kelebihan kapasitas aliran udara pada kebocoran udara.

2.6.3 WSD dengan sistem tiga botol

Sama dengan sistem 2 botol, ditambah 1 botol untuk mengontrol jumlah hisapan yang
digunakan. Selain itu terpasang manometer untuk mengontrol tekanan. Paling aman
untuk mengatur jumlah hisapan. Yang terpenting adalah kedalaman selang di bawah
air pada botol ke-3. Jumlah hisapan tergantung pada kedalaman ujung selang yang
tertanam dalam air botol WSD.

8
Gambar 2.3 WSD dengan 3 botol

9
10
Drainage tergantung gravitasi dan jumlah hisapan yang ditambahkan. Botol ke-3
mempunyai 3 selang, yaitu:

1. Tube pendek diatas batas air dihubungkan dengan tube pada botol ke dua

2. Tube pendek lain dihubungkan dengan suction

3. Tube di tengah yang panjang sampai di batas permukaan air dan terbuka ke
atmosfer

Keuntungannya:

Sistem paling aman untuk mengatur pengisapan.

Kerugiannya:

a) Lebih kompleks, lebih banyak kesempatan untuk terjadinya kesalahan dalam . .


. perakitan dan pemeliharaan

b) Sulit dan kaku untuk bergerak / ambulansi

2.6.4 Unit drainage sekali pakai

1. Pompa penghisap Pleural Emerson

Merupakan pompa penghisap yang umum digunakan sebagai pengganti


penghisap di dinding. Pompa Penghisap Emerson ini dapat dirangkai
menggunakan sistem dua atau tiga botol.

Keuntungannya:

· Plastik dan tidak mudah pecah

Kerugiannya:

· Mahal

· Kehilangan water seal dan keakuratan pengukuran drainage bila unit terbalik.

11
2. Fluther valve

Keuntungannya:

· Ideal untuk transport karena segel air dipertahankan bila unit terbalik.

· Kurang satu ruang untuk mengisi

· Tidak ada masalah dengan penguapan air

· Penurunan kadar kebisingan

Kerugiannya:

· Mahal

Katup berkipas tidak memberikan informasi visual pada tekanan intra pleural karena
tidak adanya fluktuasi air pada ruang water seal.

3. Calibrated spring mechanism

Keuntungannya:

· Mampu mengatasi volume yang besar

Kerugiannya:

· Mahal

12
2.6.5 Tempat Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)

a) Bagian apeks paru (apikal)

Anterolateral interkosta ke 1- 2 untuk mengeluarkan udara dari rongga


pleura.

b) Bagian basal

Posterolateral interkosta ke 8 – 9 untuk mengeluarkan cairan (darah, pus)


dari rongga pleura.

2.6.6. Cara Pemasangan WSD (Water Seal Drainage)

a) Persiapan

b) Pengkajian

c) Memeriksa kembali instruksi dokter

d) Mengecek inform consent

e) Mengkaji status pasien; TTV, status pernafasan

2.6.7 .Persiapan pasien

a. Siapkan pasien

b .Memberi penjelasan kepada pasien mencakup:

Tujuan dan prosedur tindakan

Posisi tubuh saat tindakan dan selama terpasang WSD (Water Seal
Drainage).

Upaya-upaya untuk mengurangi rangsangan nyeri seperti napas dalam,


distraksi.

13
- Latihan rentang sendi (ROM) pada sendi bahu dan lengan

2.6.8 Persiapan alat

1.Sistem drainase tertutup

2. Motor suction

3. Selang penghubung steril

4. Cairan steril : NaCl, Aquades

5. Botol berwarna bening dengan kapasitas 2 liter

6. Kassa steril

7. Pisau jaringan

8. Trocart

9. Benang catgut dan jarumnya

10. Sarung tangan

11. Duk bolong

12. Spuit 10 cc dan 50 cc

13. Obat anestesi : lidocain, xylocain

14. Maske

2.6.9 Pelaksanaan

Prosedur ini dilakukan oleh dokter. Perawat membantu agar prosedur dapat
dilaksanakan dengan baik, dan perawat memberi dukungan moril pada pasien.

1. Tentukan tempat pemasangan, biasanya pada sela iga ke IV dan V, di linea


aksilaris anterior dan media.

2. Lakukan analgesia atau anestesia pada tempat yang telah ditentukan.

14
3. Buat insisi kulit dan sub kutis searah dengan pinggir iga, perdalam sampai
muskulus interkostalis

4. Pada saat inspirasi:

· Tekanan dalam paru-paru > kecil dibanding tekanan yang ada di dalam
WSD

· Paru- paru mengembang

5. Pada saat ekspirasi:

Tekanan dalam paru- paru > besar dibanding tekanan yang ada di dalam
WSD

6. Masukkan Kelly klem melalui pleura parietalis kemudian disebarkan.


Masukkan jari melalui lubang tersebut. untuk memastikan sudah sampai
rongga pleura atau menyentuh paru.

7. Masukkan selang (chest tube) melalui lubang yang telah dibuat dengan
menggunakan Kelly forceps.

8.Chest tube yang telah terpasang, difiksasi dengan jahitan di dinding dada.

9.Chest tube disambung ke WSD yang telah disiapkan.

10. Foto X-ray dada untuk menilai posisi selang yang telah dimasukkan

2.6.10 Tindakan setelah prosedur

1. Perhatikan undulasi pada selang WSD

Bila undulasi tidak ada, berbagai kondisi dapat terjadi antara lain:

· Motor suction tidak berjalan

· Slang tersumbat dan terlipat

· Paru-paru telah mengembang

15
Oleh karena itu, yakinkan apa yang menjadi penyebab, segera periksa kondisi
system drainage, amati tanda-tanda kesulitan bernafas.

2. Cek ruang control suction untuk mengetahui jumlah cairan yang keluar.

3. Cek batas cairan dari botol WSD, pertahankan dan tentukan batas yang telah
ditetapkan serta pastikan ujung pipa berada 2cm di bawah air.

4. Catat jumlah cairan yg keluar dari botol WSD tiap jam untuk mengetahui . . ..
... jumlah cairan yg keluar.

5. Observasi tanda vital : pernafasan, nadi setiap 15 menit pada 1 jam pertama.

6. Perhatikan balutan pada insisi, apakah ada perdarahan.

7. Anjurkan pasien memilih posisi yg nyaman dengan memperhatikan jangan


sampai slang terlipat.

8. Anjurkan pasien untuk memegang slang apabila akan merubah posisi.

9.. Beri tanda pada batas cairan setiap hari, catat tanggal dan waktu.

10 .Ganti botol WSD setiap 3 hari dan bila sudah penuh. Catat jumlah cairan yang .
dibuang.

11. Lakukan pemijatan pada slang untuk melancarkan aliran.

12. Observasi dengan ketat tanda-tanda kesulitan bernafas, sianosis, emphysema


subkutan.

13. Anjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan ystem cara batuk efektif.

14. Botol WSD harus selalu lebih rendah dari tubuh.

15.Yakinkan bahwa selang tidak kaku dan menggantung di atas WSD.

16. Latih dan anjurkan klien untuk secara rutin 2-3 kali sehari melakukan latihan
gerak pada persendian bahu daerah pemasangan WSD.

2.6.11 Perawatan WSD (Water Seal Drainage)

16
1. Mencegah infeksi di bagian masuknya slang.

Mendeteksi di bagian dimana masuknya slang, dan pengganti verband 2 hari


sekali, dan perlu diperhatikan agar kain kassa yang menutup bagian
masuknya slang dan tube tidak boleh dikotori waktu menyeka tubuh pasien.

2. Mengurangi rasa sakit dibagian masuknya slang. Untuk rasa sakit yang hebat
akan diberi analgetik oleh dokter.

3. Dalam perawatan yang harus diperhatikan :

a) Penetapan slang.

Slang diatur se-nyaman mungkin, sehingga slang yang dimasukkan tidak


terganggu dengan bergeraknya pasien, sehingga rasa sakit di bagian
masuknya slang dapat dikurangi.

b) Pergantian posisi badan.

Usahakan agar pasien dapat merasa enak dengan memasang bantal kecil
dibelakang, atau memberi tahanan pada slang, melakukan pernapasan
perut, merubah posisi tubuh sambil mengangkat badan, atau menaruh
bantal di bawah lengan atas yang cedera.

c) Mendorong berkembangnya paru-paru.

· Dengan WSD/Bullow drainage diharapkan paru mengembang.

· Latihan napas dalam.

· Latihan batuk yang efisien : batuk dengan posisi duduk, jangan batuk
waktu slang diklem.

· Kontrol dengan pemeriksaan fisik dan radiologi.

· Perhatikan keadaan dan banyaknya cairan suction.

17
d) Perdarahan dalam 24 jam setelah operasi umumnya 500 - 800 cc. Jika perdarahan
dalam 1 jam melebihi 3 cc/kg/jam, harus dilakukan torakotomi. Jika banyaknya
hisapan bertambah/berkurang, perhatikan juga secara bersamaan keadaan
pernapasan.

Suction harus berjalan efektif :

a) Perhatikan setiap 15 - 20 menit selama 1 - 2 jam setelah operasi dan setiap 1 - 2


jam selama 24 jam setelah operasi.

b) Perhatikan banyaknya cairan, keadaan cairan, keluhan pasien, warna muka,


keadaan pernapasan, denyut nadi, tekanan darah.

c) Perlu sering dicek, apakah tekanan negative tetap sesuai petunjuk jika suction
kurang baik, coba merubah posisi pasien dari terlentang, ke 1/2 terlentang atau
1/2 duduk ke posisi miring bagian operasi di bawah atau di cari penyababnya
misal : slang tersumbat oleh gangguan darah, slang bengkok atau alat rusak, atau
lubang slang tertutup oleh karena perlekatanan di dinding paru-paru.

d) Perawatan “slang” dan botol WSD atau Bullow drainage.

1. Cairan dalam botol WSD diganti setiap hari , diukur berapa cairan yang keluar
. kalau ada dicatat.

2. Setiap hendak mengganti botol dicatat pertambahan cairan dan adanya


. gelembung udara yang keluar dari bullow drainage.

3. Penggantian botol harus “tertutup” untuk mencegah udara masuk yaitu


meng”klem” slang pada dua tempat dengan kocher.

· 4. Setiap penggantian botol/slang harus memperhatikan sterilitas botol dan slang


harus tetap steril.

5. Penggantian harus juga memperhatikan keselamatan kerja diri-sendiri, dengan


memakai sarung tangan.

18
6. Cegah bahaya yang menggangu tekanan negatip dalam rongga dada, misal :
slang terlepas, botol terjatuh karena kesalahan dll WSD (Water Seal Drainage)

Cara mengganti botol WSD (Water Seal Drainage)

1. Siapkan set yang baru. Botol yang berisi aguades ditambah desinfektan.

2. Selang WSD diklem dulu

3. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem

4. Amati undulasi dalam selang WSD

2.6.12 Indikasi Pelepasan WSD (Water Seal Drainage)

1) Produksi cairan <50 cc/hari

2) Bubling atau gelembung sudah tidak ditemukan

3) Pernafasan pasien normal

4) 1-3 hari post cardiac surgery

5) 2-6 hari post thoracic surgery

6) Pada thorax foto menunjukkan pengembangan paru yang adekuat atau .


.. tidak adanya cairan atau udara pada rongga intra pleura

7) Selang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan Spooling atau ..
.. pengurutan pada selang.

19
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian

3.1.1 Anamnesa

1) Identitas Pasien

Terdiri dari nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan, dan pekerjaan.

2) Keluhan Utama

a. Keluhan utama merupakan keluhan yang paling utama dirasakan pasien

b. Biasanya pada pasien dengan efusi pleura didapatkan keluhan berupa :


sesak nafas, rasa berat pada dada, nyeri pleuritik akibat iritasi pleura yang
bersifat tajam dan terlokasilir terutama pada saat batuk dan bernafas serta
batuk non produktif, sedangkan pada pneumothorak

3) Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat yang menceritakan perjalanan penyakit pasien hingga pasien


dibawa ke rumah sakit.

4) Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit yang dulu pernah diderita klien yang berhubungan


dengan penyakit yang diderita pasien sekarang.

5) Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit yang mungkin diderita oleh anggota keluarga pasien


yang disinyalir sebagai penyebab penyakit pasien sekarang. Contohnya: Ca
paru, TBC, dll.

6) Riwayat Psikososial

20
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara
mengatasinya serta bagaimana respon pasien terhadap tindakan pengobatan
yang dilakukan terhadap dirinya.

3.1.2 Pemeriksaan Fisik

1) Tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, suhu, nadi, dan RR.

2) Tingkat kesadaran pasien perlu dikaji, apakah composmentis, apatis,


somnolen, sopor atau koma. Bagaimana penampilan pasien secara umum,
ekspresi wajah pasien selama dilakukan anamnesa, bagaimana mood pasien
untuk mengetahui tingkat kecemasan dan ketegangan pasien.

3) ROS (Review of System)

a. B1 (Breath)

· Kaji ada tidaknya kesulitan bernafas seperti adanya keluhan sesak

· Batuk (produktif atau tidak produktif, secret, warna, konsistensi, bau)

· Irama nafas pasien (teratur/tidak teratur), takipnea

· Adanya peningkatan kerja nafas, penggunaan otot bantu dada, retraksi


interkostal

· Fremitus fokal

· Perkusi dada : hipersonor

· Pada inspeksi dan palpasi dada tidak simetris

· Pada kulit terdapat sianosis, pucat, krepitasi sub

· Selain itu kaji riwayat penyakit paru kronik, peradangan, infeksi paru,
tumor, biopsi paru.

b. B2 (Blood)

21
· Taki kardi, irama jantung tidak teratur ( disaritmia )

· Suara jantung III, IV, galop atau gagal jantung sekunder

· Hipertensi atau hipotensi

· CRT (Caimeppilary Revill Time) untuk mengetahui tingkat perfusi


perifer, normalnya < 3 detik

· Akral : hangat, panas, dingin, kering atau basah

c. B3 (Brain)

· Tentukan adanya keluhan pusing

· Lamanya istirahat atau tidur, normal kebutuhan istirahat tiap hari adalah
sekitar 6-7 jam.

· Ada tidaknya gangguan pada nerves pendengaran, penglihatan,


penciuman.

· Kaji adanya nyeri, tentukan skala nyeri pasien, lokasi nyeri misallnya
nyeri dada sebelah kanan, frekuensi nyeri (serangan datang secara tiba-
tiba), nyeri bertambah saat bernapas, nyeri menyebar ke dada, badan dan
perut dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nyeri yang dirasakan
pasien

d. B4 (Bladder)

· Kaji beberapa hal yang berhubungan dengan system perkemihan,


meliputi:

· Keluhan kencing : nocturia, poliuria, disuria, oliguria, anuria, retensi,


inkontinensia

22
· Produksi urine tiap hari, warna, dan bau. Produksi urine normal adalah
sekitar 500cc/hari dan berwarna kuning bening

· Keadaan kandung kemih : membesar atau tidak, adanya nyeri tekan

· Intake cairan tiap hari, pemberiannya melalui oral atau parenteral. Intake
cairan yang normal setiap hari adalah sekitar 1 liter air.

· Kaji ada tidaknya penggunaan alat bantu kateter

e. B5 (Bowel)

· Kaji keadaan mulut pasien: bersih, kotor atau berbau

· Keadaan mukosa: lembab, kering, stomatitis

· Tenggorokan : adanya nyeri menelan, pembesaran tonsil, nyeri tekan

· Keadaan abdomen: tegang, kembung atau ascites

· Adanya nyeri tekan, ada tidaknya luka bekas operasi

· Peristaltic usus tiap menitnya

· Frekuensi BAB tiap hari da konsistensinya (keras, lunak, cair atau


berdarah)

· Nafsu makan, adanya diet makanan dan porsi makan tiap hari

f. B6 (Bone)

· Tentukan pergerakan sendi pasien (bebas, terbatas)

· Kaji adanya kelainan ekstermitas, kelainan tualang belakang dan fraktur

· Keadaan kulit: ikteri, siaonis, kemerahan atau hiperglikemi

· Keadaan turgor kulit

3.1.3 Pemeriksaan Penunjang

23
1. Pemeriksaan laboratorium

2. Darah lengkap dan kimia darah

3. Bakteriologis

4. Analisis cairan pleura

5. Pemeriksaan radiologis

6. Biopsi

3.2 Diagnosa Keperawatan

3.2.1 Ketidakefektifan pola pernapasan yang berhubungan dengan immobilitas,


tekanan dan nyeri.

3.2.2 Injuri, potensial terjadi trauma atau hipoksia berhubungan dengan pemasangan
alat WSD, kurangnya pengetahuan tentang WSD (prosedur dan perawatan).

3.2.3 Resiko infeksi berhubungan dengan terpasangnya benda asing dalam tubuh.

3.2.4 Kurang pengetahuan mengenai kondisi, aturan pengobatan berhubungan


dengan kurang terpajan informasi.

3.3 Intervensi

No Diagnosa Intervensi Rasional


keperawatan
1. DX Independen - Meningkatkan
Ketidak efektifan pola - Pertahankan posisi inspirasi maksimal
pernafasan yang nyaman biasanya ,meningkatkan
berhubungan dengan peninggian kepala ekspirasi paru dan
immobilitas,tekanan dan tempat tidue ( head up ) ventilasi pada sisi
nyeri . yang tak sakit

24
Ditandai dengan -Evaluasi fungsi - Tanda tanda
a. Dispneu,takipneu respirasi ,catat naik kegagalan nafas
b. Perubahan turunnya atau dan perubahan vital
kedalaman pergerakan dada signs merupakan
pernapasan ,dispneu, kaji kebutuhan indikasi terjadinya
c. Penggunaan otot O2 , terjadinya sianosis syok karena
aksesori dan perubahan vital sign hipoksia ,stress dan
d. Gangguan -catat pergerakan dadad nyeri pergerakan
pengembangan dan posisi trakea dadad yang terjadi
dada - observasi pola nafas pada saat inspirasi
e. Sianosis ,artery dan komplikasi maupun ekspirasi
blood, gas Bila selang dadad di tidak dan posisi
abnormal pasang trakea akan
Tujuan : pola - Periksa bergeser akibat
nafas efektif pengontrol adanya tekanan
Kriteria hasil : penghisap,batas pneumotoraks
a. Menunjukan cairan - Agar pasien
pola nafas - Observasi tercukupi
normal atau gelembung udara oksigennya dan
efektif botol pola nafasnya
b. Bebas penampung efektif serta untuk
sianosis dan - Klem selang mencegah
tanda gejala bagian bawah terjadinya
hipoksia unit drainase bila komplikasi yang
terjadi kebocoran bias memperparah
- Awasi pasang konsi klien
surutnya air - Mempertahankan
penampung dan tekanan negative
water seal intrapleura sesuai

25
- Catat yang diberikan
karakter/jumlah yang meningkatkan
drainase selang expansi paru
dada optimum dan atau
drainase cairan
Kolaborasi - Gelembung udara
- Berikan oksigen selama ekspirasi
melalui kanul / menunjukan lubang
masker latih angin dari
nafas dalam dan pneumotorak.
batuk efektif Naik turunnya
- Periksa ulang gelembung udara
analisa gas menunjukan
darah,tekanan exspansi paru
O2 dan volume - Mengisolasi lokasi
tidal kebocoran udara
pusat system
- Fluktuasi ( pasang
surut ) menunjukan
perbedaan tekanan
inspirasi dan
ekspirasi berguna
dalam
mengevaluasi
perbaikan kondisi
/terjadinya
komplikasi atau
perdarahan yang

26
memerlukan upaya
intervensi
- Alat dalam
menurunkan kerja
nafas,meningkatkan
penghilangan
distress respirasi
dan sianosis
berhubungan
dengan hipoksia
- Mengetahui
pertukaran gas dan
ventilasi untuk
menentukan therapi
selanjutnya

2 DX : injuri,potensial Review dengan pasien Informasi tentang WSD


terjadinya trauma atau akan tujuan /fungsi akan mengurangi
hipoksia berhubungan drainage .cacat kecemasan
dengan pemasangan alat /perhatikan tujuan yang
WSD ,kurangnya penting dalam - Mencegah lepasnya
pengetahuan tentang penyelamatan jiwa kateter dan
WSD ( prosedur dan -Fiksasi kateter thoraks mengurangi nyeri
perawatan ) pada dinding dada dan akibat terpasangnya
Kriteria hasil : sisakan panjang kateter kateter dada
a.Mengenal tanda tanda agar pasien dapat - Mempertahankan
komplikasi bergerak atau tidak posisi gaya
terganggu gravitasi dan
pergerakannya . mengurangi resiko

27
b.Pencegahan -Usahakan WSD kerusakan ataupun
lingkungan atau bahaya berfungsi dengan baik pecahnya unit
fisik lingkungan dan aman dengan WSD
meletakkanya lebih - Untuk mengetahui
rendah dari bed pasien keadaan kulit
dilantai atau troli. seperti infeksi erosi
-monitor insersi kateter jaringan sedini
pada dinding dada mungkin
,perhatikan keadaan - Mengurangi resiko
kulit di sekitar kateter obstruksi drain atau
drainage ,ganti dressing lepasnya
dengan kassa steril sambungan selang
setiap kali diperlukan . - Intervensi yang
-Anjurkan pasien untuk tepat dapat
tidak menekan atau mencegah
membebaskan selang terjadinya
dari tekannan ,misalya komplikasi
tertindih tubuh. - Pneumotoraks
-kaji perubahan yang dapat terjadi
terjadi ,catat : beri sehingga timbul
tindakan perawatan jika gangguan fungsi
: pernafasan yang
1. perubahan suara memerlukan
bubling tindakan
2. kebutuhan O2 yang emergency
tiba tiba
3. nyeri dada
4. lepasnya selang

28
- observasi adanya
tanda tanda respirasi bila
kateter thoraks tercabut
3 DX : resiko infeksi -Rawat daerah yang - Untuk menjaga
berhubungan dengan terpasang terpasang kebersihan daerah
terpasangnya benda WSD secara teratur yang terpasang
asing dalam tubuh WSD sehingga
Ditandai dengan : -ajarkan kepada dapat
a. Adanya imflamsi keluarga untuk merawat meminimalisir
didaerah yang daerah WSD dan peluang terjadinya
terpasang WSD instruksikan pasien infeksi
b. Suhu tubuh tehnik mencuci tangan - Untuk melindungi
meningkat yang benar tubuh dari resiko
c. Nyeri pada infeksi
daerah yang -ajarkan kepada pasien - Mencegah
terpasang WSD dan keluarga tanda kontaminasi
Tujuan : tidak terjadi /gejala infeksi dan kapan lingkungan
infeksi pada pasien . harus melaporkan ke terhadap pasien
Kriteria Hasil : pusat kesehatan yang dapat memicu
a. Tidak terjadi terjadinya infeksi
inflamasi pada - Kolaborasikan - Mendeteksi adanya
daerah yang untuk memberi infeksi sedini
terpasang WSD antibiotik jika mungkin sehingga
b. Tidak timbul diperlukan dapat segera
rasa nyeri - Batasi jumlah dilakukan tindakan
c. Suhu tubuh pengunjung jika agar infeksi tidak
normal ( 36,5 – diperlukan semakin parah
37,5 )

29
- Mengendalikan
faktor pemicu
infeksi
- Meminimakan
pemicu infeksi
4 DX : kurang -berikan peran aktif -Belajar ditingkatkan bila
pengetahuan mengenal pasien/orang terdekat individu secara aktif
kondisi ,aturan dalam proses berperan
pengobatan belajar,misalnya
berhubungan dengan diskusi,partisipasi -membantu pasien dan
kurang terpajan kelompok orang terdekat membuat
informasi. -berikan informasi pilihan berdasarkan
Ditandai dengan tertulis dan verbal sesuai informasi tentang masa
a. Pasien sering indikasi depan
bertanya -masukan daftar artikel
b. Ketidak akuratan dan buku yang -mengurangi rasa cemas
mengikuti berhubungan dengan pasien akibat terpasangnya
instruksi kebutuhan alat ditubuhnya
c. Pasien tampak pasien/keluarga dan -mengetahui keefektipan
gelisah dorong membaca dan intervensi yang telah
Tujuan : mendiskusikan apa yang dilakukan
Pengetahuan pasien mereka pelajari
dapat terpenuhi -Informasikan kepada
Kriteria hasil : pasien tentang efek efek
a.pasien pemasangan WSD
mengungkapkan -Tinjau ulang
pemahaman tentang pengetahuan pasien
kondisi /proses penyakit akan penyakit dan
dan rencana pengobatan proses pengobatannya

30
b.pasien dapat
mengidentifikasi
tanda/gejala untuk
perawatan /pengobatan
lebih lanjut
c. mengikuti program
therapi dan menunjukan
adanya perubahan pola
hidup untuk mencegah
timbulnya/kambuhnya
penyakit

31
BAB IV

A. Kesimpulan
Water Seal Drainage ( WSD ) merupakan suatu tindakan invasive yang
dilakukan unutk mengeluarkan udara atau cairan ( darah , pus ) dari rongga
pleura , rongga thoraks dan mediastinum dengan menggunakan pipa
penghubung.Untuk mempertahankan tekanan negative rongga tersebut.
Dalam keadaan normal rongga pleura memiliki tekanan negative dan hanya
sedikit cairan pleura /lubrican.
Tujuan Pemasangan WSD antar lain :
1. Mengeluarkan cairan atau darah ,udara dari rongga pleura dan rongga
thorak
2. Mengembalikan tekanan negative pada rongga pleura
3. Mengembangkan kembali paru yang kolaps
4. Mencegah refluks drainage kembali ke dalam rongga dada
5. Mengalirkan /drainage udara atau cairan dari rongga pleura untuk
mempertahankan tekanan negative rongga tersebut
B. Saran
Jika nyeri tidak berkurang kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian obat
analgetik saat pasien sudah dipersilahkan untuk rawat jalan , ajarkan kepada
keluarga untuk merawat daerah WSD dan instruksikan untuk merawatnya
secara teratur. Berikan informasi tertulis dan verbal sesuai indikasi .
Masukkan daftar artikel dan buku yang berhubungan dengan kebutuhan
dengan kebutuhan pasien keluarga dan dorong membaca dan mendiskusikan
apa yang mereka pelajari

32
DAFTAR PUSTAKA

Capernito, Linda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, Edisi 10. Jakarta:
EGC

Doenges Marilynn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta :


EGC

Herdman T. Heather. 2010. Diagnosis Keperawatan. Jakarta : EGC

Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 7. Jakarta :


EGC

Nuzulul. 2011. Asuhan Keperawatan (ASKEP) WSD (Water Seal Drainage)


http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-35532.html. (Di akses tanggal 13
Desember 2011, Jam 10.15)

33

Anda mungkin juga menyukai