Anda di halaman 1dari 9

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN PERRILKAU PERRAWAT

DALAM MELAKSANKAN HAND HYGIENE DI RSU PURI ASIH JATISARI 2019

Indriani
Program Studi Sarjana Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kharisma Karawang

ABSTRAK
Perilaku perawat sangat berperan penting dalam pelaksanaan keselamata pasien,
sebagaimana cuci tangan adalah menjadi salah satu langkah yang sangat efektif untuk
memutuskan rantai transmisi infeksi dalam pencegahan dan pengendalian infeksi harus
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlibat dalam perawatan pasien. Tujun penelitian
ini mengetahui hubungan pengetahuan dna motivasi perawat dalam melaksanakan hand
hygiene di RSU Puri Asih Jatisari. Desain penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif, dan jenis penelitian ini deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Teknik pengambilan sampel menggunakan Startifed Random Sampling dengan jumlah
50 sampel. Alat pengumpulan data berupa kuesioner dan observasi. Analisa data yang
dilakukan dengan cara analisa univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-Square
dengan hasil penelitian menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan
dengan perilaku perawat dalalm melaksanakan hand hygiene p value : 0,001 (𝛼 < =
0,05), motivasi perawat p value : 0,001 (𝛼 < = 0,05) yaitu menunjukan ada hubungan
yang signifikan antata motivasi dan perilaku perawat dalam melaksanakan hand hygiene
di RSU Puri Asih Jatisari.

Kata Kunci : Pengetahuan, motivasi, perilaku, kebersihan tangan

The duty of a nurse is very important in implementing patient safety bacause hand
washing is one of the most effective steps to prevent transmission of infection and
infection control that must be done by health workers involved in patient care. The
purpose of this data is to determine the relationship between nurse knowledge and
motivation in doing hand hygiene at Puri Asih Hospital Jatisari. The research design uses
a quantitative approach, and this type of research is analytical descriptive with a cross
sectional approach. The sampling technique uses a Startified Random Sampling with a
total of 50 samples. Data collection tools in the from of questionnaires and observations.
Data analysis conducted by univariate and bivariate analysis with Chi-square statistical
test with the results of the study showed that there was a significant relationship between
nurses’s knowledge and behavior in carrying out hand hygiene p value: 0,001 (𝛼 <=
0,05), nurse motivation p value: 0,0001 (𝛼 <= 0,05) which indicates that there is a
significant ralationship between the motivation and behavior of nurse in performing hand
hygiene at Puri Asih Hospital Jatisari.

Key Word: Knowledge, Motivation, Behavior, Hand hygiene,


PENDAHULUAN nosokomial. Mencuci tangan dengan
benar merupakan hal yang paling
Keselamatan pasien (patient safety) penting dan paling mudah untuk
adalah suatu pencegahan dan efek melakukan pencegahan infeksi terkait
samping pada pasien yang berkaitan pelayanan kesehatan. Banyak yang
dengan pelayanan kesehatan, sehingga terjadinya infeksi disebabkan oleh
rumah sakit wajib menerapkan pelanggaran dalam pedoman
keselamatan pasien yang di mana rumah pengendalian infeksi. Risiko infeksi
sakit membuat pelayanan yang lebih dapat dikurangi terutama dengan
aman. Sistem ini meliputi: assesmen memahami kesenjangan antara
risiko, identifikasi, pengelolaan yang pengetahuan dalam melakukan
berhubungan dengan risiko pasien, kebersihan tangan sehingga mampu
pelaporan dan analisis insiden (WHO, menciptakan suatu pelayanan kesehatan
2009). yang lebih baik (Ahuja & Pandey, 2018).
Pelakasanaan cuci tangan yang benar
Menurut, Peraturan Menteri Kesehatan adalah dengan dilaksanakannya cara cuci
Republik Indonesia Nomor tangan dengan prosedur 6 langkah teknik
1691/MENKES/PER/VIII/2011 sasaran yang dilakukan harus dengan secara
keselamatan pasien meliputi: identifikasi berurutan serta pada waktu dan momen
pasien, peningkatan komunikasi yang yang tepat (Delinda & Jannah, 2018).
efektif, peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai (high alert), kepastian Praktek mencuci tangan oleh perawat
tepat-lokasi tepat-prosedur tepat-pasien- yang direkomendasikan terdapat five
operasi, pengurangan risiko infeksi moment yaitu sebelum kontak dengan
terkait pelayanan kesehatan, pasien, sebelum melakukan tindakan
pengurangan risiko jatuh (Permenkes, aseptik, setelah kontak dengan pasien,
2011). setelah kontak dengan cairan tubuh
pasien, setelah kontak dengan peralatan
tingkat kepatuhan kebersihan tangan lingkugan sekitar pasien. Sedangkan cuci
tidak optimal di banyak rumah sakit di tangan yang benar dilaksanakan dengan
seluruh Amerika Serikat dan negara- prosedur yang dilakukan dengan enam
negara lain di dunia (Moro, Maltezou, & langkah benar dengan secara berurutan.
Frank, 2014). The Joint Commission Tujuan dilakukannya cuci tangan yaitu
Center Transforming Healthcare dapat mengangkat mikroorgaisme yang
melaporkan kepatuhan kebersihan ada di tangan, mencegah infeksi,
tangan rata-rata 45,5% di delapan rumah menjaga kondisi tetap steril, melindungi
sakit di Amerika Serikat (Chassin, diri dan pasien dari infeksi dan
Mayer, & Nether, 2015). memberikan rasa nyaman, segar dan
bersih (Sani & Pratiwi, 2017).
Menurut pendapat Perry & Potter,
(2005) mencuci tangan sebagai salah Berdasarkan hasil studi pendahuluan di
satu kewajiban dari tenaga kesehatan RSU Puri Asih Jatisari pada tanggal 30
yaitu dengan mencuci tangan merupakan Januari 2019 di dapatkan 8 perawat yang
teknik dasar yag paling penting dalam bersedia di wawancarai, 5 dari 8 kurang
pencegahan dan pengontrolan infeksi mengetahui five moment yang
dibuktikan pada saat wawancara perawat sampling dengan kriteria inklusi yaitu
kurang tahu tentang semua poin five perawat pelaksana RSU Puri Asih Jatisari
moment. Ketika perawat harus dan bersedia menjadi responden.
menyebutkan cuci tangan dengan prinsip Instrumen dalam penelitian ini kuesioner
five moment perawat hanya dan observasi. Penelitian ini betujuan
menyebutkan sebelum bersentuhan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
dengan pasien, sebelum tindakan dan dan motivasi dengan perilkau perawat
setelah bersentuhan dengan pasien dan dalam melaksanakan hand hygiene di
sebelum melakukan tindakan invasif dari RSU Puri Asih Jatisari.
hal itu kurang lebih perawat menyatakan
hal yang sama. Sebagian perawat sudah HASIL PENELITIAN
mengetahui prinsip cuci tangan dengan 6
langkah. Hasil observasi yang dilakukan ANALISA UNIVARIAT
pada 6 orang sebagian besar perawat 1. Gambaran karakteristik responden
yang tidak melakukan cuci tangan 6 berdasarkan jenis kelamin, pedidikan
langkah dan cuci tangan dengan five dan keikutsertaan Pelatihan
moment, sebagian perawat hanya Pengendalian Infeksi
melakukan cuci tangan sebelum
melakukan tindakan dan sesudah Tabel 5.1
tindakan. Motivasi perawat dalam
Gambaran Karakteristik Responden di
mencegah pengurangan risiko infeksi
RSU Puri Asih Jatisari
masih sangat kurang karena 5 dari 8 n = 50 Responden
perawat mengatakan masih terdapat
perawat yang tidak melakukan cuci Karakteristik Presentase
Frekuensi
tangan sesuai dengan prosedur. Responden (%)
Meskipun sudah ada beberapa perawat Jenis Kelamin
yang melakukan cuci tangan dengan baik Perempuan 21 42,0
Laki-Laki 29 58,0
dan benar.
Tingkat Pendidikan
D3 Keperawatan 43 86
Berdasarkan uraian diatas, peneliti S1 Ners 7 14
tertarik untuk meneliti bagaimana Pelatihan
hubungan pengetahuan dan motivasi Pengendalian Infeksi
dengan perilaku perawat dalam Tidak Pernah 32 64,0
melaksanakan hand hygiene di RSU Puri Pernah 18 38,0
Asih Jatisari.
Berdasarkan tabel 5.1 didapatkan bahwa hasil
jenis kelamin yang terbanyak yaitu perempuan
METODE
sebanyak 29 orang (42,0%), yang memiliki
pendidikan terakhir yaitu D3 Keperawatan
Metode yang digunakan dalam penelitian
sebanyak 43 orang (86,0%), sedangkan yang
ini menggunakan desain deskritif analitik
tidak mengikuti PPI (Pelatihan Pengendalian
dengan pendekatan cross-sectional.
Infeksi) sebanyak 32 orang (64,0%).
Populasi pada penelitian ini adalah
jumlah perawat pelaksana di RSU Puri
Asih Jatisari berrjumlah 102 orang.
Sampel penelitian yang di peroleh ada 50
orang dengan teknik startified random
Tabel 5.2 sedangkan yang memiliki perilaku kurang
Gambaran Karakteristik Responden sebanyak 30 responden (60,0%).
Usia & Massa Kerja Perawat di RSU
Puri Asih Jatisari Tabel
n = 50 Responden
Hubungan Pengetahuan dengan
Perilaku Perawat di RSU Puri Asih
No Karakteritik Mean SD Min-Max
Median
Jatisarin = 50 Responden
1 Usia 30,46
30,50 4,102 24 – 40 Perilaku melaksanakan hand hygiene
P OR
Perilaku Perilaku Total
2 Massa kerja 3,52 1,644 value 95CI
kurang baik
3,00 1 - 10
N N N
26 7 33
Kurang 78,8% 21,2% 100% 12,07
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan hasil usia rata- Pengetahuan 0,001
rata perawat adalah 30,46 tahun, umur termuda 4 13 17
(2,985-
24 tahun dan umur tertua 40 tahun. Sedangkan Baik 48,819)
23,5% 26,5 100%
rata – rata massa kerja perawat adalah 3,52 Total 30 20 50
tahun, massa kerja paling cepat 1 tahun dan 60% 40% 100%
massa kerja paling terlama 10 tahun.
Berdasarkan tabel 5.4 dari 50 responden
1. Pengetahuan, Motivasi dan Perilaku didapatkan hasil bahwa responden yang
Perawat dalam Melaksanakan Hand memiliki pengetahuan kurang dan
Hygiene memiliki perilaku kurang sebanyak 26
responden (78,8%) dan yang memiliki
Tabel 5.3 perilaku baik sebanyak 7 responden
Gambaran Variabel Univariat di RSU (21,2%) sedangkan responden yang
Puri Asih Jatisari memiliki pengetahuan baik dan memiliki
n = 50 Renden perilaku kurang sebanyak 4 responden
No Variabel % Frekuensi (23,5%) dan yang memiliki perilaku baik
Univariat 13 responden (26,5%). Hasil uji statistik
1 Pengetahuan
diperoleh p=0,001<0,05 artinya ada
Kurang 62,0 31
Baik 38,0 19 hubungan yang signifikan antara
2 Motivasi pengetahuan dengan perilaku perawat
Kurang 52,0 26 melaksanakan hand hygiene di RSU Puri
Baik 48,0 24 Asih Jatisari, dengan nilai OR 12,07
3 Perilaku artinya perawat yang memiliki
Kurang 60,0 30 pengetahuan baik mempunyai peluang
Baik 40,0 20
besar 12,07 kali perilaku dalam
melaksanakan hand hygiene dibandingan
Berdasrkna tabel 5.3 didapatkan hasil pengetahuan kurang.
bahwa hampir dari setengah lebih
memiliki pengetahuan kurang yaitu
dengan sebanyak 31 responden (62,0%),
didpatkan yang memiliki motivasi kurang
sebanyak 26 responden (52,2%),
Tabel 5.4 keselamatan pasien dengan
Hubungan Motivasi dengan melakukan kebersihan tangan
PerilakuPerawat di RSU Puri Asih dengan baik.
Jatisari b. Tingkat pendidikan terakhir
n = 89 Responden responden mayoritas D3
Perilaku melaksanakan hand hygiene Keperawatan 43 orang (86%).
P OR
Perilaku Perilaku Total Hasil ini sejalan dengan penelitian
Value 95%CI
kurang baik Amalia, Widagdo, & BM, (2016)
N N N yang tidak patuh dalam
20 3 23
Kurang melakukan cuci tangan lebih
87% 13% 100% 12,07
Motivasi
0,001
banyak dijumpai pada kelompok
10 17 27
Baik dengan kategori pendidikan
37% 63% 100% (2,677-
Total 30 20 50 47,895) diploma dan yaitu sebesar 67,4%
60% 40% 100% dibandingkan kelompok dengan
kategori tingkat pendidikan
Berdasarkan tabel 5.4 dari 50 responden sarjana yaitu 45,8%.
didapatkan bahwa hasil responden yang c. Usia responden rata- rata adalah
memiliki motivasi kurang dan memiliki 30,46 tahun. Hasil ini sejalan
perilaku kurang responden sebanyak 20 (87%), penelitian oleh Bae et al, (2013)
yang memiliki perilaku baik sebanyak 3 dengan usia responden rentang 31
responden (13%) sedangkan untuk respoden tahun, menunjukan bahwa perawat
yang memiliki motivasi baik memiliki perilaku berada pada rentang usia dewasa
kurang sebanyak 10 responden (37%) dan muda, dan di mana pada usia ini ingin
memiliki perilaku baik sebanyak 17 responden memiliki rasa ingin tahu dan mudah
(63%). Hasil uji statistik diperoleh beradaptasi dengan lingkungan
p=0,001<0,05 artinya ada hubungan yang sekitarnya.
signifikan antara motivasi dengan perilaku d. Massa kerja responden rata – rata
perawat dalam melaksanakan hand hygiene di adalah 3,52 tahun. Hasil ini sejalan
RSU Puri Asih Jatisari, dengan nilai OR 11,3 penelitian oleh Amalia, Widagdo, &
artinya perawat yang memiliki motivasi baik BM, (2016) dengan responden yang
mempunyai peluang sebesar 11,3 kali perilaku tidak patuh melakukan cuci tangan
perawat dalam melaksanakan hand hygiene lebih banyak kategori masa kerja baru
dibanding motivasi baik. <3 tahun yaitu sebesar 61,1%
responden dibandingkan pada
PEMBAHASAN kelompok dengan kategori >3 tahun
sebesar 58,8%.
1. Karakteristik Responden e. Hasil analisis penelitian ini Pelatihan
a. Hasil analisis penelitian ini Pengendalian Infeksi terdapat 32
menunjukan bahwa responden orang (64%) yang tidak mengikuti
mayoritas berjenis kelamin pelatihan. Pelatihan program PPI
perempuan 29 orang (42,0%). yang diselanggarakan secara
Penelitian ini sejalan dengan berkesinambungan oleh manajemen
penelitian yang dilakukan oleh rumah skait. Pelatihan yang diberikan
(Setiyani, 2016) bahwa 93,5% akan meningkantnya kinerja Infection
perawat berjenis kelamin Prevention and Control Nurse dan
perempuan melaksanakan menurunkan biaya yang tidak perlu
akibat infeksi yang ditimbulkan Berdasarkan hasil analisa antara
petugas kesehatan di rumah sakit. pengetahuan dengan perilaku
diperoleh bahwa dari 50 responden
2. Pengetahuan Perawat Tentang Hand menunjukan responden dengan
Hygiene pengetahuan kurang dan perilaku
Hasil analisis penelitian ini menunjukan kurang sebanyak 26 responden
yang bepengetahuan baik sebanyak 31 (78,8%), yang memiliki perilaku baik
orang (62%). Menurut Rahmawati & sebanyak 7 responden (21,2%) dan
Susanti, (2014) Pengetahuan perawat yang memiliki pengetahuan baik
tentang pengurangan risiko infeksi dengan perilaku kurang sebanyak 4
sangat berpengaruh dengan kurangnya responden (23,5%), yang memiliki
pemahaman tentang teknik cuci tangan perilaku baik 13 responden (26,5%).
yang baik dan benar sehingga dapat
menimbulkan kejadian yang tidak Pengetahuan perawat tentang
diinginkan atau terjadinya infeksi pada pengurangan risiko infeksi sangat
pasien berpengaruh dengan kurangnya
3. Motivasi Perawat Tentang Hand pemahaman tentang teknik cuci tangan
Hygiene yang baik dan benar sehingga dapat
Hasil analisis penelitian ini menimbulkan kejadian yang tidak
menunjukan yang memiliki motivasi diinginkan atau terjadinya infeksi pada
baik sebanyak 26 orang (52%). pasien. Timbulnya dermatitis kontak
Menurut Sani, Pratiwi, (2017) dengan seringnya terpapar dan belum
Motivasi yang di miliki dalam ada komitmen dari rumah sakit untuk
pelaksanaan pengurangan risiko melakukan cuci tangan tangan baik dan
infeksi pada patient safety dengan benar. Pada umumnya para perawat
dilakukan cara cuci tangan yang melakukan cuci tangan hanya dengan
benar dan sesuai prosedur setelah selesai melakukan pemeriksaan
4. Perilaku Dalam Melaksanakan Hand pasien (Rahmawati & Susanti, 2014)
Hygiene Menurut peneliti dapat ditekankan
Hasil analisis penelitian ini pengetahuan perawat yang kurang maka
menunjukan yang berperilaku baik akan memiliki perilaku yang kurang
sebanyak 30 orang (62%). Menurut sedangkan yang memiliki pengetahuan
Notoatmodjo, (20012). Perilaku baik akan berperilaku baik dalam
manusia adalah semua kegiatan atau melaksanakan hand hygiene. Dalam hal
aktivitas manusia yang, baik yang ini jika tingkat pengetahuan perawat
diamati secara langsung maupun yang dalam penerapan keselamatan pasien
tidak diamati oleh pihak luar. semakin tinggi maka pengetahuan
Perilaku perawat dalam perawat dalam melaksanakan kebersihan
melaksanakan hand hygiene sangat tangan maka perilaku perawat semakin
berpengaruh sebelum melakukan baik pula, karena melakukan cuci tangan
tindakan kepada pasien, karena adalah sebagian safety bagi perawat
perilaku seseorang dapat kita lihat (Darliana, 2016). Sebagai perawat tidak
secara langsung hanya mampu mengetahui keutamaan
5. Hubungan antara pengetahuan dengan dari cuci tangan tetapi perawat lebih
perilaku perawat dalam melaksanakan mampu mengaplikasikan cara cuci
hand hygiene
tangan dalam setiap melakukan tindakan Menurut peneliti dapat ditekankan
(Notoatmodjo, 2014). motivasi baik memiliki perilaku yang
Penelitian yang dilakukan oleh baik sedangkan motivasi baik memiliki
(Purnawati, E., Junaiddin, & Mewanglo, perilaku yang baik. Dalam diri seseorang
2018) dengan responden pengetahuan memiliki tingkat motivasi yang berbeda-
kurang baik dan perawat yang kurang beda sebagai mana perawat yang tidak
patuh hand hygiene ada 5 orang (11,9%), semua memiliki motivasi yang sama
responden dengan pengetahuan kurang dalam melaksanakan hand hygiene.
baik dan perawat yang patuh hand Dalam hal ini motivasi dijadikan sesatu
hygiene five moment tidak ada yaitu 0 hal yang penting karena dengan adanya
(0,0%). Sedangkan responden yang motivasi diharapkan perilaku perawat
memiliki pengetahuan baik dengan lebih disiplin dalam menaati suatu
perawat yang kurang patuh hand hygiene peraturan terutama untuk melaksanakan
five moment ada 1 orang (2,4%), hand hygiene (Permana, 2019) Motivasi
responden yang memiliki pengetahuan teridiri dari motivasi intrinsik dan
baik dan perawat yang patuh hand ekstrinsik, motivasi intrinsik motivasi
hygiene five moment ada 36 orang yang datang dalam diri sendiri untuk
(85,7%). melaksanakan hand hygiene tanpa ada
6. Hubungan antara motivasi dengan paksaan dari orang lain sedangkan
perilaku perawat dalam melaksanakan motivasi eksttinsk motivasi yang yang
Hand Hygiene muncul dari luar individu atau dorongan
Berdasarkan hasil analisa antara dari orang lain untuk melaksanakan hand
motivasi dengan perilaku diperoleh hygiene sesuai dengan prosedur (S.Suarli
bahwa dari 50 responden menunjukan & Bahtiar, 2009).
responden dengan motivasi kurang Hal ini didukung dengan penelitian yang
dengan perilaku kurang sebanyak 20 dilakukan oleh (Sani & Pratiwi, 2017).
responden (87%), yang memiliki Dengan sebanyak 13 responden atau
perilaku baik sebanyak 3 responden sebesar (21,3%), dan responden yang
(13%) dan yang memiliki motivasi memiliki motivasi yang kuat dalam
kurang dengan perilaku kurang sebanyak melakukan 6 langkah cuci tangan yang
10 responden (37%), yang memiliki benar tetapi mereka tidak patuh yaitu
perilaku baik sebanyak 17 responden sebanyak 3 responden atau sebesar 5%.
(63%). Responden yang memiliki motivsi
7. Motivasi merupakan karakteristik sedang dalam melakukan enam langkah
psikologi manusia yang memberi cuci tangan yang benar dan patuh
kontribusi pada tingkat komitmen sebanyak 9 responden atau sebesar
seseorang dan dapat menjelaskan (14,8%), dan responden yang memiliki
perilaku seseorang. Dalam motivasi sedang dalam melakukan enam
mepertahankkan tingkah laku seseorang langkah cuci tangan yang benar dan
dalam hal ini perawat dapat menyalurkan mereka tidak patuh sebanyak 4
motivasi yang di miliki dalam responden atau sebesar (6,5%).
pelaksanaan pengurangan risiko infeksi Responden yang memiliki motivasi
pada patient safety dengan dilakukan lemah dalam melakukan enam langkah
cara cuci tangan yang benar dan sesuai cuci tangan dan tidak patuh sebanyak 4
prosedur (Sani, Pratiwi, 2017 & Suarli, responden atau sebesar (6,5%), serta
Bahtiar, 2009). untuk responden yang memiliki motivasi
yang lemah dalam melakukan enam Hasil penelitian ini dapat digunakan
langkah cuci tangan yang benar dan sebagai bahan pengetahuan pada
tidak patuh sebanyak 28 responden atau ilmu keperawatan tentang perilaku
sebesar (45,9%). perawat melaksanakan hand
hygiene. Sehingga mahasisiwa
KESIMPULAN mampu menambah wawasannya,
dan sehingga mampu
1. Pada data demografi usia rata-rata mengaplikasikan cara cuci tangan
perawat yaitu 30,46 tahun, usia yang dengan benar ketika pratik di
paling tertua adalah 40 tahun jenis lapangan.
kelamin paling tebanyak adalah
perempuan dengan berjumlah 29 2. Bagi Peneliti Selanjutnya
orang (58,0%), pendidikan terakhir Penelitian ini dijadikan masukan
paling banyak D3 Keperawatan atau sumber bagi peneliti
sebanyak 43 orang (86,7%), dan selanjutnya dapat menambahkan
rata-rata massa kerja perawat (3,52) beberapa variabel yang lainnya
tahun, massa kerja paling terlama untuk melakukan peneliti yang
yaitu 10 tahun, masih banyak berhubungan dengan perilaku
perawat yang belum mengikuti perawat dalam melaksanakan hand
pelatihan pengendalian infeksi yang hygien serta melakukan uji
sebanyak 32 orang (64,0%). konfounding pada beberapa
kovariat.
2. Pengetahuan kurang yaitu sebanyak
31 orang (62,0%), dan yang
memiliki motivasi kurang sebanyak DAFTAR PUSTAKA
26 orang (52,0%) sedangkan untuk
perilaku kurang sebanyak 30 orang Ahuja, S., & Pandey, A. (2018). Assessing
(60,0%). the effectiveness of structured teaching
on knowledge of hand. Clinical
3. Ada hubungan yang signifikan Epidemiology and Global Health.
antara pengetahuan dengan perilaku Retrieved from
https://www.ceghonline.com/article/S22
perawat dalam melaksanakan hand 13-3984(18)30118-0/pdf diakses pada
hygiene di RSU Puri Asih Jatisari tanggal 07 Februari 2019.
(p=value: 0,001 𝛼 < =0,05), OR :
12,07 (95% CI : 2,985-48,819). Amalia, R., Widagdo, L., & BM, S. (2016).
Ada hubungan yang signifikan Faktor-faktor yang berhubungan dengan
antara motivasi dengan perilaku tingkat kepatuhan tenaga kesehatan
melakukan cuci tangan ( Studi kasus di
perawat dalam melaksanakan hand
Intalasi Rawat Inap Rajawali RSUP DR
hygiene di RSU Puri Asih Jatisari . KARIADI SEMARANG), 4, 1083–
(p=value: 0,001 𝛼 < =0,05) < = 1088. Retrieved from
0,05), OR : 11,3 (95% CI : 2,677- https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/j
47,895). km/article/view/13770 pada 21 Maret
2019.
SARAN
1. Bagi Institusi Pendidikan Chassin, M. R., Mayer, C., & Nether, K.
(2015). Improving Hand Hygiene at
Keperawatan
Eight Hospitals in the United States. praktik. Vol.1. (4th ed.). Jakarta: EGC.
Joint Commission Journal on Quality
and Patient Safety, 41(1), 4–12. Purnawati, E., Junaiddin, & Mewanglo.
https://doi.org/10.1016/S1553- (2018). Melakukan hand hygne five
7250(15)41002-5 pada 08 Maret 2019. moment di ruang rawat inap RSUD
Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah
Darliana, D. (2016). Hubungan pengetahuan Kesehatan Diagnosis, 12, 14–19.
perawat dengan upaya penerapan patient Retrieved from
safety Rawat Inap Rumah SAKIT http://ejournal.stikesnh.ac.id/index.php/j
Umum Daerah DR. ZAINOEL ABIDIN ikd/article/view/813/676 diakses pada
BANDA ACEH. Idea Nursing Journal, tanggal 05 Februari 2019.
VII(1), 61–69. Retrieved from
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/arti Rahmawati, R., & Susanti, M. (2014).
cle/view/6469/5306 pada tanggal 03 Pengetahuan dan sikap perawat
Februari 2019. pencegahan infeksi nosokomial dalam
pelaksanaan cuci tangan. Journals of
Moro, M. L., Maltezou, H. C., & Frank, U. Ners Community, 5(2), 190–195.
(2014). Prevention of meticillin- Retrieved from
resistant Staphylococcus aureus file:///C:/Users/USER/Downloads/106-
bloodstream infections in European 207-2-PB.pdf diakses pada tanggal 01
hospitals: moving beyond policies[star]. Februari 2019.
Journal of Hospital Infection.
https://doi.org/10.1016/j.jhin.2014.05.00 Sani, F. N., & Pratiwi, M. R. (2017).
3 pada 08 Maret 2019. Hubungan motivasi perawat dengan
tingkat kepatuhan melakukan cuci
Notoatmodjo, S. (2012). Promosi kesehatan tangan. Provesi, 14, 0–7. Retrieved from
dan perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka https://www.ejournal.stikespku.ac.id/ind
Cipta. ex.php/mpp/article/view/146/127
diakses pada tanggal 01 Februari 2019.
Notoatmodjo, S. (2014). Ilmu perilaku
kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Setiyani, M. D. (2016). Implementasi
Sasaran Keselamatan Pasien Di Ruang
Permenkes RI. (2011). Peraturan Menteri Rawat Inap RSU Kabupaten Tangerang.
Kesehatan Republik Indonesia Nomor JKFT, (2), 59–69
1691/Menkes/Per/VIII/2011 Tentang http://jurnal.umt.ac.id/index.php/jkft/arti
Keselamatan Pasien Rumah Sakit. cle/view/63/44 pada 21 Maret 2019.
Retrieved from
http://bprs.kemkes.go.id/v1/uploads/pdff S Suarli, & Bahtiar, Y. (2009). Manajemen
iles/peraturan/21 PMK No. 1691 ttg keperawatan dengan pendekatan
Keselamatan Pasien Rumah Sakit.pdf praktis. (A. Safitri & R. Astikawati,
pada tanggal 19 Februari 2019. Eds.). Tasikmalaya: Erlangga.

Permana, D. R. (2019). Hubungan Motivasi WHO. (2009). Human factor in patient safety
Kerja, Karakteristik Individu dan review of topics and tools: report for
Kompensasi terhadap Disiplin Kerja methods and measur working group of
Perawat Rumah Sakit Cikunir Bekasi WHO patient safety.
Tahun 2018, 19, Nomor, 174–178. WHO/IER/PSP/2009.05.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i1.585 www.who.int/patientsafety diakses pada
14 Februari 2019. tanggal 01 Februari 2019.

Potter, & Perry. (2005). Fundamental


keperawatan: Konsep proses dan

Anda mungkin juga menyukai