Anda di halaman 1dari 4

PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DI RUMAH SAKIT X

KOTA KEDIRI

Putri Kristyaningsih, Agus Sulistiawan, Palupi Susilowati


Program Studi Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
putri.kristyaningsih@iik.ac.id

ABSTRAK
Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi profesional yang dilakukan oleh perawat atau
tenaga kesehatan lainnya, yang direncanakan, mempunyai tujuan, dan difokuskan kepada proses
kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik ini digunakan untuk menciptakan hubungan yang baik
antara perawat dan pasien sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi. Dengan penerapan
komunikasi terapeutik yang benar akan membantu dalam kelancaran pemberian asuhan
keperawatan untuk pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan komunikasi
terapeutik yang dilakukan oleh perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit X Kota Kediri. Penelitian
ini menggunakan metode cross sectional, populasi dalam penelitian ini adalah perawat di ruang
rawat inap Rumah Sakit X Kota Kediri sejumlah 33 perawat. Penelitia menggunakan teknik
purpossive sampling untuk menentukan responden penelitian, dengan menetapkan kriteria inklusi
dan kriteria ekslusi, sehingga didapatkan 25 perawat sebagai responden. Data dikumpulkan dengan
emnggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada responden yang
menerapkan komunikasinya dengan kriteria yang baik, 24 (96%) responden menerapkan
komunikasi dengan kriteria yang cukup, dan 1 (4%) responden menrapkan komunikasi dengan
kriteria kurang. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi terapeutik yang
diterapkan oleh perawat di ruang rawat inap Rumah Sakit X Kota Kediri masih belum maksimal.

Kata Kunci : komunikasi terapeutik, perawat, ruang rawat inap

ABSTRACT
Therapeutic communication is a professional communication that done by the nurses or other
health workers, which have planned, aimed, and focused on patient healing process. This is used to
create a good relationship between nurses and patients so the patient’s need can be fulfilled
completely. By doing the therapeutic communication correctly it can the nurse to give the nursing
care for the patients. The purpose of this research is to know about the application of therapeutic
communication that have been done by the nurses in inpatients room, X Hospital. This research use
the cross sectional method, the population of this research are nurses of inpatients rooms of X
Hospital, it is 33 nurses. It uses purposive sampling technique to decide the respondents, by using
the inclusion and exclusion criteria, so the respondents are 25 nurses. Data collected by using
questionnaire. The result shows that there is no respondent who do the therapeutic communication
in good criteria, 24 (96%) respondents do the therapeutic communication in enough criteria, and
only 1 (4%) respondent who do the therapeutic communication in less criteria. From the result, we
can concluded that the application of therapeutic communication of the nurses of inpatients room
of X Hospital is not maximum yet.

Keywords : therapeutic communication, nurses, inpatient rooms

ADI HUSADA NURSING JOURNAL, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2018 47


PENDAHULUAN terjadi akibat adanya kesalahan komunikasi
Dalam Undang – Undang No. 44 Tahun yang menimbulkan kesalahan dalam
2009, Rumah sakit merupakan institusi yang pemberian obat, kesalah pahaman tentang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan rencana keperawatan, kehilangan informasi
perorangan secara paripurna, yang serta kesalahan pada tes penunjang.
menyediakan rawat inap, rawat jalan dan Dilaporkan juga oleh WHO bahwa terdapat
gawat darurat. rumah sakit merupakan 11% dari 25.000 - 30.000 pada tahun 1955-
institusi pelayanan kesehatan yang 2006 terdapat kesalahan akibat kurangnya
memberikan pelayanan secara langsung komunikasi (Susiwi, 2014). Dari hasil
kepada masyarakat dengan mencakup aspek penelitian yang dilakukan oleh Sumijatun
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, pada rumah sakit swasta di daerah Depok
akan tetapi masih terdapat masyarakat yang Jawa Barat, dari keluahan pasien terdapat 9
merasa kurang puas terhadapa pelayanan area yang masih terabaikan dalam asuhan
rumah sakit (Hardiansah, 2014). Salah satu keperawatan, diantaranya komunikasi perawat
pelayanan di Rumah Sakit adalah pelayanan (Permatasari, 2016). Berdasarkan hasil
dalam bidang keperawatan. Keperawatan penelitian ini komunikasi perawat dinilai
adalah layanan kesehatan di bidang biologis, kurang efektif, galak, membuat pasien mudah
psikologis, sosiologis, dan spiritual tersinggung, budaya senyum sapa salam
komprehensif yang ditujukan untuk individu belum optimal, kurang peduli, kurang bisa
atau masyarakat baik dalam keadaan sehat mengendalikan emosi, informed consent yang
maupun sakit melalui asuhan keperawatan masih belum dilakukan (untuk tindakan infus,
(Pertiwi, 2015). Dalam memberikan suntik, pengambilan darah).
pelayanan kepada pasien, memberikan asuhan Dari hasil pengamatan yang dilakukan
keperawatan, perawat dapat menerapkan oleh peneliti, di Ruang Rawat Inap Rumah
komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik Sakit X Kota Kediri, dalam melakukan
adalah komunikasi interpersonal antara tindakan perawat tidak memperkenalkan diri
perawat dan pasien yang dilakukan secara terlebih dahulu, pada saat pengukuran tanda –
sadar ketika perawat dan pasien saling tanda vital perawat tidak menanyakan
mempengaruhi dan memperoleh pengalaman identitas pasien terlebih dahulu, dalam
bersama yang bertujuan untuk mengatasi pemberian obat perawat tidak menjelaskan
masalah pasien serta memperbaiki obat apa yang akan diberikan, kecuali apabila
pengalaman emosional pasien yang pada pasien bertanya. Hal ini menunjukkan bahwa
akhirnya akan mencapai kesembuhan penerapan komunikasi terapeutik yang ada di
(Anjaswarni, 2016). Komunikasi yang baik Rumah Sakit X masih belum maksimal.
dna terstandar akan memperbaiki proses Berdasarkan uraian diatas, maka
asuhan untuk pasien (KARS, 2017). peneliti memandang penting untuk melakukan
Penerapan komunikasi terapeutik oleh penelitian terkait penerapan komunikasi
perawat ini dihubungkan dengan peningkatan terapeutik perawat kepada pasien.
rasa saling percaya antara pasien dan perawat,
apabila penerapannya kurang akan METODE
mengakibatkan pada hubungan yang kurang Penelitian ini menggunakan metode
baik yang akan berdampak pada cross sectional, dimana akan dilakukan
ketidakpuasan pasien. Pasien akan merasakan pengukuran atau pengambilan data dilakukan
kepuasan saat kinerja layanan kesehatan yang pada satu kali waktu. Dalam menentukan
mereka terima melebihi harapan (Rorie, responden peneliti menggunakan teknik
2014). Komunikasi yang buruk merupakan purposive sampling, dengan kriteria inklusi
penyebab yang paling sering ditemukan, yang dan ekslusi. Adapun kriteri inklusi dalam
memberikan dampak masalah dalam penelitian ini adalah 1) perawat dengan
identifikasi pasien, pengobatan dan transfusi, jenjang pendidikan minimal D3 Keperawatan,
prosedur operasi, dimana semua hal tersebut 2) perawat dan pasien yang bersedia menjadi
dapat meningkatkna resiko insiden responden, 3) pasien yang dirawat minimal 2
keselamatan pasien (Ulva, 2017). hari, 4) Pasien dalam kondisi yang stabil.
Data yang disampaikan oleh Laporan Sedangkan kriteria inklusi adalah 1) perawat
Caber & Huligoss dalam penelitiannya yaitu yang sedang cuti atau libur dalam jangka
dari 889 kejadian malpraktik di temukan 32% waktu dilakukannya penelitian.

48 ADI HUSADA NURSING JOURNAL, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2018


Penelitian menggunakan kuesioner, (36%) orang responden, telah bekerja lebih
kuesioner dalam penelitian ini diadopsi dari dari 14 tahun.
kuesioner yang pernah digunakan oleh
Sintana 10). Dimana kuesioner telah Tabel 5 Penerapan Komunikasi terapeutik
dilakukan uji validitas dan reliabilitas Perawat
sebelumnya. Kriteria Frekuensi Persentase
Komunikasi (%)
HASIL Baik 0 0
Tabel 1 Karakteristik Responden Cukup 24 96
Berdasarkan Jenis Kelamin Kurang 1 4
Jenis kelamin Frekuensi Persentase Total 25 100
(%)
Laki – laki 7 28 Dari tabel diatas dapat ita ketahui
Perempuan 18 72 bahwa penerapan komunikasi terapeutik oleh
Total 25 100 perawat, sebagian besar atau sejumlah 24
(96%) perawat masih dalam kategori yang
Dari tabel 1 diketahi bahwa responden
cukup. Tidak ada perawat yang menerapkan
sebagian besar, sejumlah 18 (72%) adalah komunikasi terapeutik dalam kategori yang
perempuan. baik.
Tabel 2 Karakteristik Responden
PEMBAHASAN
Berdasarkan usia Dari hasil penelitian menunjukkan
Usia (tahun) Frekuensi Persentase
bahwa tidak ada perawat yang menerapkan
(%)
21-40 14 56 komunikasi terapeutik dengan kategori baik,
41-50 8 32 24 perawat menerapkan komunikasi
51- 60 3 12 terapeutik dengan kategori cukup, dan 1
≥60 0 0 perawat menerapakan komunikasi terapeutik
Total 25 100 dengan kategori kurang.
Keberhasilan penerapan komunikasi
Dari tabel 2 diketahi bahwa responden
terapeutik dipengaruhi oleh faktor usia,
sebagian besar, sejumlah 14 (56%) adalah
tingkat pendidikan, lama bekerja,
berusia antara 21 – 40 tahun.
pengetahuan, kepercayaan, sikap, ketersediaan
peraturan kerja, dan dukungan eksternal
Tabel 3 Karakteristik Responden (Budiman, 2013). Dari data penelitian
Berdasarkan pendidikan diketahui bahwa, responden yang menerapkan
Pendidikan Frekuensi Persentase
(%)
komunikasi pada kategori kurang termasuk ke
S1 10 40% dalam rentang usia 21 – 40 tahun, sedangkan
D3 15 60% penerapan komunikasi terapeutik yang cuku
Total 25 100 berada pada rentang usia 21 – 40 tahun dan 41
– 50 tahun, sebagian besar berada pada
Dari tabel 3 diketahi bahwa responden rentang 41 – 50 tahun. Dari data ini dapat kita
sebagian besar, sejumlah 15 (60%) lihat bahwa semakin bertambah usia
mempunyai pendidikan terakhir Sarjana seseorang akan semakin meningkatkan
Keperawatan kemampuan komunikasi, hal ini juga akan
terkait dengan lama bekerjanya. Semakin
Tabel 4 Karakteristik Responden banyak usianya, maka dapat kita analogikan
Berdasarkan Lama Bekerja semakin lama pula dia bekerja. Semakin lama
Lama Bekerja Frekuensi Persentase perawat itu bekerja, maka semakin banyak
(tahun) (%) pula pengalamannya. Pengalaman sendiri
2–5 2 8
merupakan sumber pengetahuan atau satu cara
6 – 10 8 32
11 – 13 6 24 untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
≥ 14 9 36 oleh karena pengalaman bekerja (yang
Total 25 100 diperoleh dari lama bekerja) dapat digunakan
sebagai upaya untuk memperoleh
Dari tabel 4 dapat kita ketahui bahwa pengetahuan (Budiman, 2013).
sebagian besar responden, yaitu sejumlah 9

ADI HUSADA NURSING JOURNAL, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2018 49


Dari hasil juga diketahui bahwa, 1 Notoadmojo, Soekidjo. (2012). Metodelogi
responden dengan kategori komunikasi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
kurang mempunyai pendidikan D3 Cipta
Keperawatan. Pendidikan merupakan upaya Permatasari, Dinda. (2016). Faktor – faktor
untuk mengubah sikap seseorang, dan proses yang Berhungangan dengan
pembelajaran, semakin tinggi pendidikan Komunikasi Terapeutik Bidan
seseorang, semakin mudah orang tersebut Puskesmas dalam Memberikan
untuk menerima atau menyampaikan Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
informasi (Budiman, 2013). Kota Semarang Tahun 2016.
http://ejournalsl.undip.ac.id/indek.php/j
KESIMPULAN km.
Dari hasil penelitian dapat kita Pertiwi, Rinda Anom. (2015). Kepuasan
simpulkan bahwa penerapan komunikasi Pasien dengan Komunikasi Terapeutik
terapeutik pada perawat di ruang rawat inap Perawat pada Saat Perawatan Luka
RS X Kota Kediri masih belum optimal. Hal Post Operasi di Rumah Sakit Nur
ini didasarkan pada data bahwa 24 responden Hidayah Bantul. Skripsi STIKES
penerapan komunikasi masih dalam kategori Jendral Achmad Yani Yogyakarta.
cukup, dan 1 responden dalam kategori Rorie, Pricylia A.C. (2014). Hubungan
kurang. Sementara itu tidak ada perawat yang Komunikasi Terapeutik Perawat
menerapkan komunikasi terapeutik dengan DenganKepuasan Pasien Di Ruang
kategori baik. Rawat Inap Irina A RSUP Prof. Dr. R.
D. Kandou Manado.
SARAN https://ejournal.unsrat.ac.id
1. Setiap tenaga kesehatan terutama Shintana, Devi. (2015). Pengetahuan Perawat
perawat harus menerapkan komunikasi tentang Komunikasi Terapeutik dengan
terapeutik dalam setiap aspek pelayanan Perilaku Perawat. Jurnal Keperawatan
kepada pasien Klinis. Diakses 12 Januari 2018
2. Penelitian selanjutnya diharapkan https://jurnal.usu.ac.id
melibatkan responden dalam jumlah /index.php/jkk/article/view/323.
yang lebih banyak. Susiwi. (2014). Hubungan Peran Perawat
Dalam serah terima dengan kejadian
DAFTAR PUSTAKA keselamatan pasien di ruang rawat inap
Anjaswarni, Tri. (2016). Komunikasi dalam papaya RSUD cengkareng Jakarta
Keperawatan. Jakarta Selatan:Pusdik barat. Skripsi. Universitas Esa Unggul.
SDM Kesehatan Badan Pengembangan Ulva, Fadilah. (2017). Gambaran Komunikasi
dan Pemberdayaan Sumber Daya Efektif dalam Penerapan Keselamatan
Manusia Kesehatan. Pasien. ejournal.sumbarprov.go.id
Budiman, Agus Riyanto. (2013). Kapita
selekta kuesioner pengetahuan dan
sikap dalam penelitian kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika
Hardiansah, Yayan. (2014). Hubungan Gaya
Kepemimpinan Kepala Ruang Dengan
Motivasi Kerja Perawat Di Rumah
Sakit Umum Daerah Ambarawa.
Diakses 9 Januari 2018
https://anzdoc.com/.../hubungan-gaya-
kepemimpinan-kepala-ruang-dengan-
motivasi.
Komite Akreditasi Rumah Sakit (KARS).
(2017). Standar Nasional Akreditasi
Rumah Sakit Edisi 1. www.pormiki-
dki.org/.../84-standar-nasional-
akreditasi-rs-snars-ed-1-tahun-2017.

50 ADI HUSADA NURSING JOURNAL, VOL.4, NO.2, DESEMBER 2018

Anda mungkin juga menyukai