Anda di halaman 1dari 11

https://ejournal.bhamada.ac.id/index.

php/MINOR/index p-ISSN :
Volume xx, Nomor xx, xx 20xx e-ISSN :

Original Article/Review Article Open Access

AUTHOR’S SUBMISSION GUIDELINES

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK DAN CARING


TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP RSUD SURADADI
Fahri nurhakim1), Wisnu Widyantoro2) Ratna Widhiastuti3)
1)
Program Studi Ilmu Keperawatan dan Ners, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Bhamada Slawi 52416,
Tegal, Indonesia
2) 3)
Dosen Universitas Bhamada Slawi 52416, Tegal, Indonesia
Email : fhrin248@gmail.com
Informasi Artikel Abstrak
Diterima xx-xx-xxxx Kepuasan pasien merupakan satu faktor yang begitu penting dalam mengevaluasi
Disetujui xx-xx-xxxx kualitas mutu pelayanan medis. Perilaku caring membina hubungan saling percaya da
Diterbitkan xx-xx-xxxx bantu serta penerapan komunikasi terapeutik yang baik merupakan salah satu aspek
yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan. Caring mencakup hubungan antar
perawat dan pasien yang dapat berpengaruh pada kepuasan pasien serta mutu
pelayanan. Metode penelitian kuantitatif, rancangan penelitian korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Alat penelitian menggunakan kuesioner dengan teknik
acidental sampling sehingga didapatkan 70 responden. Uji statistik menggunakan
Chi-Square dan regresi linier berganda. hasil komunikasi terapeutik dengan kepuasan
pasien p value (0,01<0,05) caring dengan kepuasan pasien (0,00<0,05) artinya kedua
variabel mempunyai hubungan yang signifikan terhdap kepuasan pasien. regresi linier
berganda dengan uji F didapatkan (0,00<0,05), uji T diperoleh nilai sig komunikasi
terapeutik (0,45<0,05) dan caring (0,33<0,5) artinya kedua variabel mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan pasien. hasil penelitian menunjukan
sebagian besar komunikasi terapeutik baik 55 responden (78,6%) caring baik 54
responden (77,1%) dan kepuasan pasien puas 58 responden (82,9%). Diharapkan bagi
unit keperawatan ruang penyakit dalam hendaknya menyusun rencana kegiatan
pelatihan komunikasi terapeutik dan perilaku caring secara rutin terhadap perawat guna
meningkatkan kompetensi perawat dalam hal komunikasi terapeutik dan perilaku
caring.

Kata Kunci : Komunikasi Terapeutik; Caring; Kepuasan Pasien

Abstract

Patient satisfaction is a very important factor in evaluating the quality of medical


services. Caring behaviour build a relatinship of mutual trust and assistance and the
application of good therapeutic communication are aspects related to health services.
Caring includes the relationship between nurses and patients that can affect patient
satisfaction and service quality. Quantitative research method, correlational research
design with cross sectional approach. The research tool used a questionnaire with an
accidental sampling technique so that 70 respondents were obtained. Statistical test
using Chi-Square and multiple linear regression. results of therapeutic communication
with patient satisfaction p value (0.01 <0.05) caring with patient satisfaction (0.00
<0.05) means that both variables have a significant relationship to patient satisfaction.
multiple linear regression with F test obtained (0.00<0.05), with T test sig values
obtained for therapeutic communication (0.45<0.05) and caring (0.33<0.5) means
that both variables have a significant influence on patient satisfaction. The results of

Midwifery and Nursing Journal, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx 1
the study showed that most of the therapeutic communication good, 55 respondents
(78.6%), caring was sufficient, 54 respondents (77.1%) and patient satisfaction was
quite satisfied, 58 respondents (82.9%). It is expected that the nursing unit in the
internal medicine room should develop a plan for routine therapeutic communication
and caring behavior training activities for nurses in order to increase the competence
of nurses in terms of therapeutic communication and caring behavior.

Key words : Therapeutic Communicatio;, Caring; Patient Satisfaction

PENDAHULUAN
Komunikasi dalam keperawatan dapat diartikan sebagai dasar dalam memberikan asuhan
keperawatan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya, menentukan apa yang menjadi
kehendak pasien, keluhan pasien, serta menilai evaluasi dari asuhan keperawatan yang telah
dilakukan. Pemaparan komunikasi yang dilaksanakan oleh perawat salah satunya akan terjadinya
komunikasi terapeutik. Perawat dengan keterampilan komunikasi terapeutik akan mampu
memberikan kepuasan bagi pasien dalam mencapai tujuan tindakan asuhan keperawatan secara
maksimal (Mellida & Mayasari, 2022). Komunikasi dalam keperawatan dapat diartikan sebagai
dasar dalam memberikan asuhan keperawatan untuk menggali informasi sebanyak-banyaknya,
menentukan apa yang menjadi kehendak pasien, keluhan pasien, serta menilai evaluasi dari asuhan
keperawatan yang telah dilakukan. Pemaparan komunikasi yang dilaksanakan oleh perawat salah
satunya akan terjadinya komunikasi terapeutik. Perawat dengan keterampilan komunikasi terapeutik
akan mampu memberikan kepuasan bagi pasien dalam mencapai tujuan tindakan asuhan
keperawatan secara maksimal (Mellida & Mayasari, 2022).

Pengembangan tahapan penerapan komunikasi terapeutik ada dalam empat tahapan, yaitu
tahap pra-interaksi, tahap orientasi atau perkenalan, tahap kerja, dan tahap terminasi (Devianto &
Widuri, 2022). Dalam proses komunikasi disimpulkan bahwa tercapai atau tidaknya komunikasi
terdapat suatu komponen yang berperan. Komponen tersebut yaitu komunikator, penerima pesan,
pesan, efek feed back. Komunikasi tanpa tujuan akan menjadi komunikasi yang tidak efektif.
Diharapkan komunikasi yang efektif yaitu seorang penerima pesan akan memberikan umpan balik
kepada komunikator (Pratiwi, R. D., & Pertiwi, 2018). Salah satu yang dapat mempengaruhi
jumlah pasien di suatu rumah sakit adalah penerapan Sikap komunikasi terapeutik yang baik, hal
tersebut akan berpengaruh juga terhadap kepuasan pasien. Salah satu hal yang dapat menambah
kelengkapan dalam pemberian asuhan keperawatan yaitu dengan meningkatkan caring perawat
kepada pasien (Sembiring & Munthe, 2019).

Perawat yang bersifat caring membina hubungan saling percaya dan bantu kepada pasien
berarti perawat tersebut telah memberikan pelayanan yang baik kepada pasien. Sikap simpati,
empati, dan memberi dukungan kepada pasien merupakan sikap caring bagi perawat. Hal ini dapat
memberikan kepuasan pasien dengan melaksanakan sikap caring terhadap pasien (Ambarika &
Wardani, 2021). Theory of Human Care mendefinisikan cerminan perawat dengan perilaku caring
terdapat pada sepuluh carative faktor. Membina hubungan saling percaya dan saling bantu
merupakan salah satu faktor penting dalam penerapan perilaku caring. Pengaruh hubungan saling
percaya akan menciptakan caring terhadap pasien. Perawat harus memberikan sikap harmonis,
jujur, empati, hangat, komunikasi efektif serta terbuka agar terciptanya hubungan yang saling
percaya (Karo, 2021). Efek perilaku caring terhadap pasien akan meningkatkan hubungan yang
saling percaya, memaksimalkan dalam upaya penyembuhan fisik, keamanan, serta menciptakan
kepuasan kepada pasien (Ambarika & Wardani, 2021). Ada beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kepuasan pasien adalah bukti langsung (tangibles), kehandalan (reliability), tanggapan
(responsiveness), jaminan (assurance), dan perhatian (emphathy) (Supranto, 2012). Salah satu
aspek yang dapat mempengaruhi kepuasan pasien adalah variabel responsiveness dan empaty, yaitu

Midwifery and Nursing Journal, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx 2
melalui penerapan komunikasi terapeutik dan bertindak dengan kasih sayang terhadap pasien.
Selain membangun hubungan saling percaya dengan pasien dan menghindari masalah hukum,
perawat dengan kemampuan komunikasi terapeutik yang kuat juga dapat meningkatkan citra
profesional profesi keperawatan serta citra rumah sakit. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
kebersamaan melalui pelayanan sibling care yang komprehensif merupakan indikator pelayanan
untuk mengukur kebahagiaan pelanggan dan standar kualitas pelayanan yang ditawarkan (Pratiwi &
Pertiwi, 2018).

METODE
Penelitian ini menggunakan penelitian korelasional dimana untuk mengetahui adanya
hubungan antara variabel bebas yaitu komunikasi terapeutik dan caring dan variabel terikat yaitu
kepuasan pasien. Penelitian ini menggunakan metodologi cross-sectional. Metode pendekatan
cross sectional merupakan suatu pengukuran variabel independen dan variabel dependen yang akan
diteliti dilakukan pada satu waktu (Nursalam, 2011). Alat penelitian yang digunakan untuk
mengukur kepuasan pasien adalah kuisioner. Kuesinoer komunikasi terapeutik yang terdiri dari
pertanyan pelaksanaan fase orientasi kerja, fase kerja,dan fase terminasi berisi 17 item pertanyaan.
Kuesinoer caring terdiri dari karatif membina hubungan saling percaya dan bantu dengan 15 item
pertanyaan. Kuesioner kepuasan terdiri dari 5 dimensi yaitu tangible, reliability, responsiveness,
assurance, empathy dengan 23 item pertanyaan. Tempat penelitian dilaksanakan di RSUD Suradadi
pada tanggal 14 juni-21 juni 2023. Dengan mengukan teknik sampling acidental sampling. Analisa
bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan antara variabel independen yaitu terapeutik dan
caring terhadap variabel dependen yaitu kepuasan pasien. Uji statistik yang digunakan
menggunakan rumus Chi Square dan analisa multivariat menggunakan regresi linier.

HASIL
Berdasarkan hasil penelitian analisa univariat yang telah dilakukan diketahui pada variabel
komunikasi terapeutik dibagi menjadi tiga bagian yaitu baik, cukup di jelaskan dalam tabel berikut
ini:
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi Komunikasi Terapeutik
Komunikasi Terapeutik Frekuensi (n) Presentase (%)
Baik 55 78,6%
Cukup 15 21,4%
Total 70 100,0 %

Berdasarkan Tabel 4.1 hasil analisa komunikasi terapeutik dari 70 responden di RSUD
Suradadi menunjukan hasil responden mayoritas mengalami komunikasi terapeutik baik dengan
frekuensi 55 (78,6%). Komunikasi terapeutik didapatkan baik perawat melakukan komunikasi
terapeutik dari fase orientasi, fase tahap kerja, dan terminasi.

Distribusi frekuensi caring dibagi menjadi tiga bagian yaitu Baik, Cukup, dan Kurang di
jelaskan dalam tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi Caring


Caring Frekuensi (n) Presentase (%)

Midwifery and Nursing Journal, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx 3
Baik 54 77,1%
Cukup 16 22,9%
Total 70 100,0 %

Berdasarkan Tabel 4.2 hasil analisa caring dari 70 responden di RSUD Suradadi
menunjukan hasil responden mayoritas mengalami caring baik dengan frekuensi 54 (77,1%). Hal
ini dibuktikan pada jawaban responden terbanyak menyarakan saat memberikan tindakan perawat
dalam memberikan perhatian penuh terhadap pasien, perawat mengedukasi tentang keluhan atau
penyakit yang diderita pasien.

Distribusi frekuensi Kepuasan Pasien dibagi menjadi tiga bagian yaitu Puas, Cukup puas, dan
Kurang puas di jelaskan dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi Kepuasan Pasien
Kepuasan Pasien Frekuensi (n) Presentase (%)
Puas 58 82,9%
Cukup puas 12 17,1%
Total 70 100,0 %

Berdasarkan Tabel 4.3 hasil analisa kepuasan pasien dari 70 responden di RSUD Suradadi
menunjukan hasil responden mayoritas menyaakan kepuasan puas dengan frekuensi 58 (82,9%) Hal
ini dibuktikan pada jawaban responden pada aspek empathy dalam memperhatikan pasien secara
sungguh sungguh, memberikan dukungan yang positif terhadap pasien. pada aspek responsivennes
dalam hal komunikasi yang memuaskan terhadap pasien.

Tabel 4.4 Hubungan Komunikasi Terapeutik Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD
Komunikasi Kepuasan Pasien P
Total X²
Terapeutik puas Cukup Value
N % N % N %
Baik 53 45,6 2 9,4 55 100 16,483 0,001
cukup 5 12,4 10 2,6 15 100
Total 58 58,0 12 12,0 70 100

Berdasarkan pada tabel 4.4 Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh hasil p value
sebesar 0,001 lebih kecil dari 0,05 (0,001<0,05). Hasil penelitian ini menunjukan H0 ditolak dan Ha
diterima yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi terapeutik terhadap
kepuasan pasien rawat inap di RSUD Suradadi, X² (1) = 16,483, p value = 0,001. Sebagian dalam
kategori baik dengan jumlah 53 responden.

Tabel 4.5 Hubungan Caring Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Suradadi
Kepuasan Pasien P
Caring Total X²
puas Cukup Value
N % N % N %
Baik 52 44,7 2 9,3 54 100,0 18,637 0,00
cukup 6 13,3 10 2,7 16 100,0
Total 58 58,0 12 12,0 70 100,0

Midwifery and Nursing Journal, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx 4
Berdasarkan pada tabel 4.5 Berdasarkan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh hasil p value
sebesar 0,00 lebih kecil dari 0,05 (0,00<0,05). Hasil penelitian ini menunjukan H0 ditolak dan Ha
diterima yang berarti adanya hubungan yang signifikan antara caring terhadap kepuasan pasien
rawat inap di RSUD Suradadi, X² (2) = 18,637, p value = 0,00. Sebagian dalam kategori baik dengan
jumlah 52 responden (44,7%).

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh dari seluruh variabel bebas secara bersama-sama
terhadap variabel terikat.
Tabel 4.6 Uji F
Model F Sig
Regression 14,008 0.000

Tabel 4.6 Didapatkan hasil nilai sig 0,00 kurang dari 0,05. Dapat disimpulkan secara
signifikan ada pengaruh terhadap variabel kepuasan pasien.

Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh secara parsial atau sendiri-sendiri dari variabel
independen terhadap variabel dependen. nilai sig < 0,05 diartikan ada pengaruh terhadap variabel
dependen.
Tabel 4.7 Uji T
Variabel T Sig
Komunikasi Terapeutik 1,878 0,045
Caring 2,058 0,033

Tabel 4.7 diketahui nilai signifikasi untuk pengaruh komunikasi terapeutik terhadap
kepuasan pasien 0.045 lebih kecil dari 0.05 dan nilai t hitung sebesar 1,878 lebih besar dari t tabel
sebesar 1,667 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima yang berarti terdapat pengaruh antara
variabel komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien. Nilai signifikasi untuk pengaruh caring
terhadap kepuasan pasien 0.033 lebih kecil dari 0.05 dan nilai t hitung sebesar 2,058 lebih besar
dari t tabel sebesar 1,667 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima yang berarti terdapat
pengaruh antara variabel caring terhadap kepuasan pasien.

PEMBAHASAN
Analisa univariat komunikasi terapeutik

Komunikasi terapeutik pada pasien mengacu pada pendekatan komunikasi yang digunakan
oleh petugas kesehatan atau terapis untuk berinteraksi dengan pasien dengan tujuan membantu
mereka dalam pemulihan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Membangun terapeutik yang
kuat, membuka percakapan, kepercayaan, dan rasa hormat memainkan peran mendasar, dengan
tujuan akhir membangun kemitraan untuk mengoptimalkan hasil pasien. Terapeutik yang kuat telah
terbukti berkorelasi dengan hasil pasien yang positif, terutama keparahan gejala, rawat inap,
pengobatan psikososial, dan kepatuhan pengobatan (Johansen R, 2017).

Menurut pendapat peneliti perawat harus lebih baik dalam melakukan komunikasi terapeutik
sehingga membuat pasien mengerti dan membina hubungan saling percaya antara perawat dan
pasien. Perawat harus memiliki keterampilan dalam komunikasi terapeutik secara baik agar dapat
membantu pasien memperjelas dan mengurangi keraguan pasien, serta mengurangi pikiran pasien.

Midwifery and Nursing Journal, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx 5
Analisa univariat caring

Ketika seorang perawat sedang menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan
menerapkan sifat caring akan selalu memperhatikan keseluruhan aspek caring. Perawat tidak
hanya bekerja pada lingkup tanggung jawabnya saja, tetapi ia juga berinteraksi dengan
lingkungannya sesuai dengan Teori caring dari Watson. Kemampuan dalam memberikan asuhan
keperawatan sangat dipengaruhi oleh kemampuan perawat dalam berkomunikasi secara terapeutik.
Ketika menerapkan aspek caring kepada pasien yang disertai dengan komunikasi terapeutik, maka
akan berdampak pada kepuasan yang dirasakan oleh perawat sehingga merasa perlu melakukan
perilaku caring dalam setiap aktivitas keperawatannya. (Ulrich, 2018).

Perilaku caring harus diterapkan secara penuh. Caring merupakan inti nilai nilai moral
keperawatan, bahwa inti moral dan etik keperawatan adalah tanggung jawab dalam memberikan
pelayanan keperawatan kepada klien, perawat mempunyai respons terhadap apa yang dilakukannya
(Ashenafie, 2015). Perilaku caring membutuhkan dukungan kultur organisasi dan lingkungan kerja
yang kondusif untuk bisa mengekspresikan perilaku caring yang holistik, Perawat adalah orang
yang menjadi salah satu kunci dalam memenuhi kepuasan pasien oleh karena itu perilaku caring
perawat dapat memberikan pengaruh dalam pelayanan yang berkualitas kepada pasien (Ashenafie,
2015).

Caring secara garis besar dimaksudkan sebagai kemampuan kontribusi untuk orang lain,
perasaan empati untuk orang lain, pengawasan dengan waspada, perasaan menyayangi atau cinta.
Dalam asuhan keperawatan caring merupakan salah satu bagian pokok yang krusial terutama dalam
memberikan pelayanan kesehatan terhadap pasien berperilaku caring terhadap pasien serta
bekerjasama dengan pasien dari berbagai lingkungan merupakan esensi keperawatan (Lestari &
Tiara, 2013).

Menurut asumsi peneliti, kemampuan perawat dalam menampilkan perilaku caring sudah
baik namun masih dalam kategori cukup, hal ini didapatkan dari persentase kategori caring cukup
yaitu 16 (22,9%). Perilaku caring yang dilakukan oleh seseorang sangat dipengaruhi oleh sikap,
keramahan dan kedekatan kepada seseorang, sehingga seseorang belum menampilkan perilaku
tersebut maka caring masih belum tercapai dengan sebaik-baiknya.

Analisa univariat kepuasan pasien

Tingkat kepuasan pasien dan pelayanan keperawatan memiliki keterkaitan. Salah satunya
adalah akar permasalahan ini harapan pasien yang tidak memuaskan terhadap asuhan keperawatan.
Hal ini dikaji dari segi aspek penerimaan, perhatian, komunikasi, kerjasama, dan akuntabilitas
terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Keberhasilan penyelenggara
pelayanan kesehatan rumah sakit dapat ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan dan kepuasan
pasien. Kepuasan pasien tercapai bila pelayanan memenuhi atau melebihi harapan pasien Kalau
tidak sesuai dengan harapan pasien, pasien tidak akan bahagia. (Moslehpour, 2022).

Menurut asumsi peneliti pasien merupakan individu yang membutuhkan tidak hanya fisik
namun juga psikis. Dalam hal ini tentunya segala keluhan pasien semestinya didengarkan dengan
baik demi mempercepat kesembuhanya. Mutu pelayanan yang baik dikaitkan dengan kesembuhan
penyakit, kecepatan pelayanan, peduli terhadap pasien, keramahan petugas, cara berkomunikasi
dengan pasien, serta kenyamanan tempat akan semakin meningkatkan kepercayaan dan simpati dari
pasien.

Midwifery and Nursing Journal, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx 6
Analisa bivariat komunikasi terapeutik terhadap kepuasan pasien

Komunikasi terapeutik adalah sebuah proses dalam dimana dilakukan secara sadar
mempengaruhi pasien atau membantu pasien untuk meningkatkan pemahamannya melalui verbal
dan komunikasi nonverbal. Dalam prakteknya, penggunaan strategi tertentu yang mendorong pasien
untuk mengekspresikan perasaan mereka perasaan dan gagasan adalah bagian dari jenis komunikasi
ini dalam pelayanan kesehatan. Komunikasi terapeutik psikologis bertujuan untuk membangun
hubungan kepercayaan antara perawat dan pengguna layanan kesehatan dan kerja sama di antara
mereka sehingga komunikasi yang dilaksanakan dengan baik akan menciptakan keuasan tersendiri
terhadap pasien (Živanović, 2017).

Komunikasi terapeutik merupakan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki oleh seorang
perawat dalam membantu pasien untuk mengatasi masalahnya, sehingga perawat dan pasien
memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional pasien
(Prabowo, 2014 dalam Prasetyo Kusumo, 2017). Tingkat kepuasan pasien sangat erat hubungannya
dengan mutu pelayanan sebuah rumah sakit. Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien
manajemen rumah sakit dapat melakukan perbaikan dan meningkatkan mutu pelayanannya.
Kelengkapan fasilitas rumah sakit turut menentukan penilaian kepuasan pasien. Walaupun hal ini
tidak vital menentukan penilaian kepuasan pasien, namun rumah sakit perlu memberikan perhatian
pada fasilitas rumah sakit dalam penyusunan strategi untuk menarik konsumen (Rita Setyo Rahayu,
2023).

Menurut asumsi peneliti hasil dari penelitian ini bahwa komunikasi terapeutik perawat
berhubungan dengan tingkat kepuasan pasien rawat inap di RSUD suradadi karena komunikasi
terapeutik merupakan salah satu untuk memberikan informasi yang akurat dan membina hubungan
saling percaya terhadap klien, sehingga klien akan merasa puas dengan pelayanan yang diterima.
Perawat yang memiliki komunikasi terapeutik yang baik akan memberikan kepuasan pada pasien.
Dalam penelitian ini komunikasi terapeutik perawat dapat mempengaruhi tingkat kepuasan pasien
dimana perawat bersikap tenang dan dapat mengontrol perasaan saat bertemu dengan pasien,
perawat memberi dan memperkenalkan diri ketika berinteraksi dengan pasien atau keluarga,
fasilitas sarana maupun prasarana yang disediakan Rumah Sakit dan pelayanan medis. Dari hasil
yang dilakukan peneliti didapatkan nilai p=0,001 (p<0,05, maka dapat dinyatakan bahwa ada
hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien.

Analisa bivariat caring terhadap kepuasan pasien

Berdasarkan pada tabel 4.5 Distribusi Caring terhadap kepuasan pasien menunjukkan hasil
uji korelasi menggunakan Chi Square diperoleh bahwa nilai sig adalah 0.00 yang berarti kurang dari
0.05 sehingga terdapat korelasi yang signifikan antara variabel Caring terhadap kepuasan pasien.
Faktor penentu kepuasan terhadap suatu pelayanan diantaranya yaitu konsumen menikmati
pelayanan selama proses jasa diberikan merasa memuaskan, baik dari perilaku personal
memuaskan, karena jarak dekat, yaitu sesuai harapan dan kenyataan, dan kenyamanan fasilitas
ruangan (Nursalam, 2016). Suryani (2012) yang menyatakan ketidakpuasan pasien yang paling
sering ditemukan erat kaitanya dengan sikap dan prilaku caring perawat, antara lain: lamanya waktu
tunggu, lingkungan RS, sikap, prilaku memberikan perhatian penuh terhadap pasien, keramahan
petugas, serta kemudahan mendapatkan informasi dan komunikasi menjadi kunci ketidakpuasan
pasien di RS sehingga pasien mencari pelayanan kesehatan lainya.

Potter (2023) menyebutkan caring sebagai suatu cara pemeliharaan berhubungan dengan
menghargai orang lain, disertai perasaan memiliki dan bertanggung jawab. Caring adalah fenomena
universal yang mempengaruhi cara manusia berfikir, merasa, dan mempunyai hubungan dengan
sesama. Perilaku caring perawat sangat mempengaruhi kepuasan pasien, apabila pelayanan yang

Midwifery and Nursing Journal, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx 7
diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan pasien dan diberikan dengan cara yang ramah pada waktu
mereka dirawat sesuai sumber daya yang dimiliki, maka pasien akan merasakan kepuasan yang
tinggi. Hal ini didukung oleh teori Pohan (2021) yang menyatakan bahwa kualitas pelayanan
kesehatan memiliki pengaruh terhadap frekuensi tingkat kepuasan pasien semakin baik kualitas
pelayanan kesehatan maka semakin baik pula frekuensi tingkat kepuasan pasien. Caring diterapkan
dengan model mengarahkan atau memberikan sikap peduli yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas kesehatan orang tersebut (pasien). Menempatkan caring dalam membangun perawatan
sebagai landasan praktik keperawatan. Caring memberi perawat kapasitas untuk memahami dan
membantu pasien. Seorang perawat harus memiliki pengetahuan tentang asuhan keperawatan untuk
membantu pasien mencapai atau mempertahankan kesehatan (Østervang, 2022)

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa adanya hubungan sikap
caring perawat dengan kepuasan pasien, sehingga semakin perawat peduli kepada pasien dalam
membina hubungan saling percaya maka pasien akan merasa diperhatikan dan sangat berpengaruh
terhadap kepuasan pasien.

Pengaruh Komunikasi Terapeutik dan Caring terhadap Kepuasan Pasien

Setelah dilakukan uji asumsi klasik serta uji F dilakukan untuk melihat pengaruh dari
seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Didapatkan hasil nilai sig
0,00 kurang dari 0,05. Dapat disimpulkan secara signifikan ada pengaruh terhadap variabel
kepuasan pasien.

Setelah dilakukan uji hipotesis secara parsial dengan uji T pada masing masing variabel
independen didapatkan hasil nilai komunikasi terapeutik 0,045<0,05 artinya ada pengaruh secara
signifikan. Variabel caring didapatkan nilai sig 0,033 < 0,05 artinya variabel caring paling
berpengaruh terhadap kepusan pasien dengan nilai Convidence interval 95%.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Pratiwi & Pertiwi (2018)
Dengan judul Hubungan Komunikasi Terapeutik Dan Caring Dengan Kepuasan Pasien Terhadap
Perawat Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Multazam Medika Bekasi Timur
didapatkan pada analisa multivariat menunjukan bahwa dari kedua variabel yaitu variabel
komunikasi terapeutik dan caring yang paling berpengaruh terhadap variabel kepuasan pasien
adalah caring dengan nilai sig = 0,023 dan kekuatan hubungan dapat dilihat dari nilai (OR= 0,58).

perilaku caring perawat sangat penting dalam memenuhi kepuasan dan caring sangat
berpengaruh menjadi salah satu indikator kulaitas pelayanan disebuah rumah sakit. Perilaku caring
perawat yang baik akan menjadikan kepuasan pasien kearah postif, karena pasien memiliki
kepercayaan yang tinggi dalam menilai pelayanan rumah sakit. Sehingga berdampak pada
kunjungan ulang pasien dan rasa percaya terhadap rumah sakit tetapi untuk pasien yang menilai
perilaku caring perawat cukup dan kurang akan membuat kepuasan menyimpang menjadi kearah
negatif (Aydın, 2022). Menciptakan hubungan saling percaya yaitu menerapkan wujud komunikasi
guna menjalin hubungan dalam keperawatan. Jujur, empati, dan ramah merupakan faktor
karakteristik. Perawat dalam melakukan tindakan terhadap pasien dengan sikap yang terbuka dan
jujur. Empati diartikan perawat memahami apa yang dirasakan klien. Ramah dapat diartikan
penerimaan positif kepada orang lain yang sering diekspresikan melalui ekspresi wajah, sikap
terbuka bahasa tubuh, ucapan tekanan suara (Watson, 2012).

Salah satu hal yang dilakukan perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan pasien,
maupun dengan tenaga kesehatan lain dalam rangka membantu memenuhi kebutuhan kesehatan
pasien adalah dengan berkomunikasi. Dengan berkomunikasi perawat dapat mendengarkan

Midwifery and Nursing Journal, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx 8
perasaan pasien dan menjelaskan prosedur tindakan keperawatan, Semakin baik komunikasi
terapeutik yang dilaksanakan maka semakin puas pasien dalam menerima. Sehingga dapat
disimpulkan, bahwa komunikasi terapeutik berhubungan dengan kepuasan pasien (Mundakir,
2013). Perawat merupakan ujung tombak dari pelayanan kesehatan dirumah sakit dan merupakan
orang yang paling lama berinteraksi dengan pasien, sehingga dalam menjalankan praktik
keperawatan perlu lebih memperhatikan komunikasi yang baik serta berperilaku caring sebagai
salah satu upaya untuk memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas yang pada akhirnya
memberikan kepuasan kepada pasien (Rahmad Gurusinga, 2013).

Menurut asumsi peneliti terdapat pengaruh komunikasi terapeutik dan caring terhadap
kepuasan pasien. Sikap caring paling mempengaruhi terhadap kepuasan dikarenakan sikap caring
suatu perilaku pengasuh yang peduli meningkatkan kesejahteraan emosional dan spiritual,
meningkatkan rasa saling percaya, meningkatkan penyembuhan fisik, keamanan, meningkatkan
energi. Sehingga caring lebih mempengaruhi kepuasan pasien.

KESIMPULAN
1. Sebagian besar Komunikasi Terapeutik di Ruang Rawat Inap RSUD Suradadi tergolong baik.
2. Sebagian besar Caring di Ruang Rawat Inap RSUD Suradadi tergolong baik.
3. Sebagian Kepuasan Pasien di Ruang Rawat Inap RSUD Suradadi tergolong puas.
4. Terdapat hubungan Komunikasi Terapeutik terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD
Suradadi.
5. Terdapat hubungan Caring terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap di RSUD Suradadi.
6. Terdapat pengaruh signifikan antara Komunikasi Terapeutik dan Caring dengan Kepuasan pasien

SARAN

Komunikasi Terapeutik dan Caring masih kategori cukup baik. Pada fase orientasi dan
terminasi komunikasi terapeutik masih dilaksanakan belum secara maksimal. Dalam fase orientasi,
perawat kurang melakukan tindakan memperkenalkan diri, jarang mengucapkan salam, serta
perawat yang tidak menjelaskan tentang kapan dan lamanya waktu yang dibutuhkan ketika akan
melakukan suatu tindakan pada pasien. Pada fase kerja yang merupakan inti dari keseluruhan
proses komunikasi terapeutik perawat sudah melakukan komunikasi dengan baik. Dalam fase
terminasi perawat kurang melakukan tindakan menindaklanjuti interaksi yang sudah dilakukan dan
membuat kontrak pertemuan selajutnya. Diharapkan pada saat melakukan tindakan terhadap pasien
perawat menerapkan penuh komunikasi terapeutik khususnya dalam fase orientasi seperti
mengucapkan salam, memperkenalkan diri, menanyakan identitas pasien dan pada fase terminasi
yaitu melakukan kontrak ulang untuk pertemuan selanjutnya. Dalam hal caring masih belum
konsisten dalam memberikan perhatian penuh, kurangya memotivasi pasien agar sembuh,
kurangnya kepekaan perawat, perawat tidak memberikan sikap supaya pasien tidak terlalu cemas,
perawat kurang memberikan rasa nyaman, kurangnya edukasi tentang keluhan terhadap pasien
kategori cukup. Diharapkan menerapkan perilaku caring dengan meningkatkan perhatian terhadap
pasien, memberikan motivasi semangat positif dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan dirumah sakit.

Kepala ruangan unit keperawatan ruang penyakit dalam hendaknya menyusun rencana kegiatan
pelatihan komunikasi terapeutik dan perilaku caring secara rutin terhadap perawat guna
meningkatkan kompetensi perawat dalam hal komunikasi terapeutik dan perilaku caring.

Bagi peneliti selanjutnya supaya mencermati hasil penelitian ini dan diharapkan dapat menggali
lebih dalam tentang komunikasi terapeutik dalam penerapan fase orientasi, tahap kerja, dan fase
terminasi dan caring membina hubungan saling percaya terhadap kepuasan pasien. Hal tersebut
dilakukan untuk meningkatkan dalam kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

Midwifery and Nursing Journal, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx 9
DAFTAR PUSTAKA
Ambarika, R., & Wardani, L. K. (2021). Analisis Hubungan Perilaku Caring dengan Tingkat
Kepuasan Pelayanan Kesehatan. The Indonesian Journal of Health Science, 13(1), 53–60.
https://doi.org/10.32528/ijhs.v13i1.5273
Anwar Khairul. (2017). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Kepuasan Pasien.
Ariani, T. A., & Aini, N. (2018). Perilaku Caring Perawat Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap
pada Pelayanan Keperawatan. Jurnal Keperawatan, 9(1), 58–64.
Ashenafie, T. . (2015). Perception of Caring Behaviours and Associated Factors Among Nurses
Working in Gondar University and Felege-Hiwot Referral Hospitals, Northwest Ethiopia: a
Cross- Sectional Study. Asian Pacific Journal of Nursing. 2015;2(1):17-24. eISSN– 2349-
0683.
Aydın, K. (2022). The effect of nurses’ death anxiety on life satisfaction during the COVID-19
pandemic in Turkey. Journal of religion and health, 61(1), 811-826.
Devianto, W. (2022). komunikasi dalam keperawatan. penerbit lembaga chakra brahmanda lentera.
Febriana Nancy. (2016). Pengaruh Nursing Round Terhadap Kepuasan Pasien.
Hidayat, A. (2008). Riset Keperawatan Dan Tehnik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika.
Johansen R. (2017). Therapeutic : cross sectional study. Ann Gen Psychiatry.
Karo, M. (2021). caring dalam keperawatan (U. Prasetya (ed.)). PT KARINUS.
Mailani. (2017). Hubungan Perilaku Caring Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien BPJS di
RSUD DR. Rasidin Padang.
Mellida, W., & Mayasari, P. (2022). Gambaran tingkat kepuasan pasien terhadap komunikasi
terapeutik perawat pada fase kerja di rsp usk. VI(1).
Mongi, T. O. (2020). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien
Di Ruang Rawat Jalan Rumah Sakit Gmim Kalooran Amurang. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 15(3), 263–269.
Moslehpour. (2022). The effect of physician communication on inpatient satisfaction. In Healthcare
(Vol. 10, No. 3, p. 463). MDPI.
Mundakir, K. K. (2013). No Title. Aplikasi Dalam Pelayanan.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta :
Penerbit Salemba Medika.
Østervang, C. (2022). Experiences of nursing care for patients who self‐harm and suggestions for
future practices: The perspectives of emergency care nurses. International journal of mental
health nursing, 31(1), 70-82.
Pohan. (2021). Relationship of Spiritual Caring with Quality of Live for Hemodialysis Patients: A
Literature Review. Open Access Macedonian Journal of Medical Sciences, 9(T5), 85-89.
Potter, P. (2023). Fundamentals of Nursing-E-Book. Elsevier Health Sciences.
pratiwi, R. D., & Pertiwi, D. S. (2018). Hubungan Komunikasi Terapeutik Dan Caring Rumah Sakit
Umum Multazam Medika Bekasi Timur. Edudharma Journal, 2(2).
Pratiwi, R. D., & Pertiwi, D. S. (2018). Hubungan Komunikasi Terapeutik Dan Caring Rumah Sakit
Umum Multazam Medika Bekasi Timur. Edudharma Journal, 2(2), 3–22.
Sarfika. (2018). Komunitas Terapeutik Dalam Keperawatan. Buku Ajar keperawatan Dasar 2.
Padang: Andalas University Press.
Sembiring, I. M., & Munthe, N. B. G. (2019). Hubungan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan
Kepuasan Pasien Rawat Inap. Jurnal Keperawatan Dan Fisioterapi (Jkf), 1(2), 54–61.
https://doi.org/10.35451/jkf.v1i2.170
Siyoto, M. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Jurnal Keperawatan.
Universitas Muhammadya Malang, 4(1), 724–732.
https://pesquisa.bvsalud.org/portal/resource/en/mdl-20203177951%0Ahttp://dx.doi.org/
10.1038/s41562-020-0887-9%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41562.
Supranto. (2011). Pengukuran tingkat Kepuasan Pelanggan untuk Menaikkan Pangsa Pasar.
Jakarta : PT Rineka Cipta.

Midwifery and Nursing Journal, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx 10
Supranto. (2018). Pengukuran tingkat kepuasan pelanggan.
Suryani. (2012). Komunikasi Terapeutik: Teori dan Praktik. Jakarta : EGC.
Suweko, W. (2019). Hubungan Perilaku Caring Perawat Dengan Kepuasan Pasien di Ruang
Rawat Inap : Literatur Review. http://ejr.stikesmuhkudus.ac.id. Pada Tanggal 8 November
2019.
Ulrich, B. (2018). Critical care nurse work environments : Findings and implications. Critical Care
Nurse, 39(2), 67– 84.
Watson, J. (2012). Human caring science. Jones & Bartlett Publishers.
Živanović, D. (2017). Therapeutic Communication in Health Care. SciFi Nursing & Healthcare
Journal,. 1(2), page. 2.

Midwifery and Nursing Journal, Volume xx, Nomor xx, Halaman 1-2, xxxx 11

Anda mungkin juga menyukai