Anda di halaman 1dari 5

BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DAN KEPUASAN PASIEN

Iswati
Akademi Keperawatan Adi Husada Surabaya
iswatisaja@gmail.com

ABSTRAK
Salah satu tantangan dalam pengembangan keselamatan pasien adalah bagaimana mengubah
budaya yang ada menuju budaya keselamatan pasien. Langkah penting pertama dengan
menempatkan keselamatan pasien sebagai salah satu prioritas utama dalam organisasi pelayanan
kesehatan, yang didukung oleh eksekutif, tim klinik, dan staf di semua level organisasi dengan
pertanggungjawaban yang jelas. Budaya keselamatan pasien menjadi bagian dari sistem untuk
memastikan bahwa asuhan pasien di rumah sakit yang dilaksanakan adalah aman, tidak
membahayakan dan dapat memuaskan pasien, keluarga maupun tenaga medisnya. Penelitian ini
bertujuan menganalisa hubungan budaya keselamatan pasien dan kepuasan pasien. Jenis
penelitiannya adalah non eksperimental cross sectional. Populasi menggunakan pasien di ruang
Bedah Lantai 5 Rumah Sakit Adi Husada Kapasari yang sesuai kriteria, menggunakan dua variabel
yaitu budaya keselamatan pasien dan kepuasan pasien. Teknik sampling yang digunakan Purposive
Sampling dengan jumlah 38sampel. Data dikumpulkan dengan kuisioner, analisa data
menggunakan chi Square. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara budaya
keselamatan pasien dengan kepuasan pasien Chi-square Fisher Exact test = 1.000, dengan OR =
1.250. Budaya keselamatan pasien belum masuk dalam ekspektasi yang diinginkan oleh pasien
selama menjalani rawat inap sehingga kepuasan pasien bukan berorientasi pada keselamatan
pasien. Tuntutan atau harapan pasien adalah ingin segera sembuh dan segera keluar dari rumah
sakit.

Kata kunci : Budaya, keselamatan pasien, kepuasan pasien

ABSTRACT
One of the challenges in developing patient safety is how to transform an existing culture into a
patient safety culture. The first important step is to place patient safety as one of the top priorities
in health care organizations, supported by executives, clinic teams, and staff at all levels of the
organization with clear accountability. The safety culture of the patient is part of the system to
ensure that the patient's hospital care is safe, harmless and satisfactory to the patient, family or
medical personnel. This study aims to analyze the relationship of patient safety culture and patient
satisfaction. The research type is non experimental cross sectional. Population using the patient in
the 5th floor Surgical Room of Adi Husada Kapasari Hospital according to criteria, using two
variables, namely patient safety culture and patient satisfaction. Sampling technique used
Purposive Sampling with 38 samples. Data were collected by questionnaire, data analysis using
chi Square. The results showed no relationship between patient safety culture and patient
satisfaction Chi-square Fisher Exact test = 1,000, with OR = 1.250. The patient's safety culture
has not been included in the expectations desired by the patient during the hospitalization so that
patient satisfaction is not patient-oriented. The patient's demands or wishes are to get well soon
and get out of the hospital.

Keywords : Culture, Patient Safety, Patient Satisfaction

PENDAHULUAN Manajemen pelayanan kesehatan erat


Rumah sakit merupakan salah satu kaitannya dengan berbagai interaksi langsung
penyedia layanan kesehatan bagi masyarakat. maupun tidak langsung antara pihak penyedia
Sebuah rumah sakit akan dikatakan memiliki layanan dengan pihak penerima layanan 8.
mutu dan kualitas yang baik apabila dapat Dalam hal ini interaksi yang dimaksud adalah
menjaga tingkat kepuasan pelanggannya 15. interaksi pihak rumah sakit dengan pengguna
Hal ini dapat dilihat dari berbagai aspek layanan kesehatan (masyarakat, pasien,
manajemen, terutama manajemen pelayanan. maupun keluarga pasien). Sebagai contoh

50 Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017


adalah interaksi langsung antara perawat dokter, paramedis, perusahaan farmasi,
dengan pasien maupun dengan keluarga. pemasok alat-alat kedokteran, termasuk
Ketika kinerja perawat sesuai atau lebih dari institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan.
apa yang diharapkan pelanggan, maka Apabila kepuasan pelayanan tidak bisa tecapai
kepuasan pelayanan dapat dicapai. maka akan mengakibatkan berkurangnya
Sebaliknya, ketika kinerja perawat kurang dari kepercayaan pasien terhadap pelayanan rumah
ekspekstasi pelanggan, maka pelanggan sakit. Hal ini dapat menurunkan eksistensi
pelayanan kesehatan akan kecewa dan rumah sakit di pangsa pasar sehingga dapat
kepuasan pelayanan tidak tercapai1. berpengaruh terhadap added value bagi rumah
Hasil survei awal pada Nopember 2016, sakit maupun anggota karyawan dan tenaga
tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan lainnya. Oleh sebab itu kepuasan
keperawatan yang berhubungan dengan pasien harus tercapai agar added value dapat
tindakan keselamatan pasien yaitu enam terpenuhi, pengguna layanan senang dan dapat
sasaran keselamatan pasien di ruang bedah menimbulkan kepercayaan untuk terus
rumah sakit Adi Husada Kapasari Surabaya menggunakan pelayanan yg disediakan 7.
dengan metode wawancara, 5 dari 10 pasien Salah satu cara untuk mencapai
mengatakan puas dengan pelayanan kepuasan pasien terhadap layanan kesehatan
perawatan yang dilakukan terkait tindakan adalah dengan menerapkan budaya
keselamatan pasien. sedangkan 3 orang pasien keselamatan pasien, khususnya menerapkan
mengatakan tidak puas dengan tindakan enam sasaran keselamatan pasien yaitu;
keselamatan yang dilakukan perawat terhadap meningkatkan identifikasi pasien,
pasien dan 2 responden mengatakan bahwa meningkatkan komunikasi efektif, ketepatan
tindakan keselamatan pasien yang dilakukan identifikasi pasien, peningkatan keamanan
perawat tidak berpengaruh terhadap obat yang perlu diwaspadai, kepastian tepat
kepuasannya atau dengan kata lain lokasi-tepat prosedur-tepat-pasien operasi,
dampaknya tidak dirasakan langsung oleh pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan
pasien. kesehatan,dan pengurangan resiko jatuh 4.Atas
Kepuasan pasien terkait tindakan dasar hal tersebut diatas, peneliti tertarik
sasaran keselamatan pasien tentu dipengaruhi untuk melakukan penelitian tentang
oleh beberapa hal. Seperti yang diungkapkan “Hubungan Budaya Keselamatan Pasien
oleh pasien yang merasa senang terhadap Dengan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit Adi
kebijakan rumah sakit tentang keselamatan Husada Kapasari Surabaya”.
pasien dan perawat yang telah melaksanakan Penelitian ini bertujuan untuk
kebijakan tersebut. Akan tetapi 2 pasien menganalisa hubungan budaya keselamatan
mengatakan tidak mengetahui tentang pasien dengan kepuasan pasien di rumah
tindakan keselamatan pasien yang seharusnya sakit. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
dilaksanakan oleh perawat sehingga merasa menjadi masukanuntukmencapai tingkat
tidak perlu mempermasalahkan hal itu, sebab kepuasan pasien, mengetahui bagaimana
yang diharapkan adalah kesembuhan semata. penerapan budaya keselamatan pasien di
Begitu juga dengan ketidakpuasan pasien rumah sakit serta sebagai bahan evaluasi
dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti yang untuk meningkatkan mutu dan pelayanan
diungkapkan beberapa pasien bahwa perawat rumah sakit.
tidak melaksanakan tindakan keselamatan
pasien, merasa kurang diperhatikan oleh METODE
perawat dan sebagian perawat tidak Penelitian inimerupakanpenelitian non
memberikan penjelasan yang detail mengenai eksperimental cross sectional. Populasinya
tindakan yang dilakukan, merasa tidak adalah seluruh pasien di ruang bedah lantai 5
mendapatkan hak nya atas pelayanan yang Rumah Sakit Adi Husada Kapasari yang
seharusnya didapatkan sehingga merasa tidak sesuai kriteria, menggunakan dua variabel
puas. yaitu budaya keselamatan pasien dan
Kepuasan pasien merupakan indikator kepuasan pasien.Pengambilan sampel
jaminan mutu dan pelayanan sebuah instansi dilakukan di di ruang bedah lantai 5 dengan
penyedia jasa dan layanan kesehatan 3. menggunakan teknik purposive sampling
Tingkat kepuasan pelanggan institusi dengan banyaknya sampel 38 responden. Data
pelayanan kesehatan adalah added value bagi

Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017 51


dikumpulkan dengan lembar kuisioner, Mayoritas berpendidikan SMA.
analisa data dengan chi square 3.
Tabel 4 Tingkat Penghasilan
HASIL PENELITIAN No Penghasilan f %
Tabel 1 Usia Responden 1. Kurang dari UMR 12 32
Jumlah Rata- 2. UMR 19 50
No Min Max Std. 3. Lebih dari UMR 7 18
responden rata
Total 38 100
1. 38 17 82 41 15.62 Mayoritas mempunyai penghasilan setara
UMR atau sekitar Rp.3.200.000,-
Rata-rata usia 41 tahun, paling mudaberusia
17 tahun, sedangkanyang tertua berusia 82
Tabel5 Frekuensi RawatInap
tahun.
Jumlah Rata-
No Min Max Std.
responden rata
Tabel 2 Jenis Kelamin 1 38 1kali 3kali 1kali 0.53
JenisKelamin f % Rata-rata baru pertama kali MRS.
Laki – laki 17 46
Perempuan 21 54 Tabel 6 Lama Rawat Inap
Total 38 100 Lama rawat
No Jumlah Persentase
inap
Mayoritas respon den berjenis kelamin 1. 3 hari 16 orang 42,9 %
perempuan. 2. >3hari 22 orang 57,1%
Mayoritas menjalani rawat inap lebih dari 3
Tabel 3Tingkat Pendidikan hari.
No Pendidikan f %
1. SD 4 11
2. SMP 5 14
3. SMA 17 43
4. PT 12 32
Total 38 100

Tabel 7. Tabel silang budaya keselamatan pasien dengan kepuasan pasien


budaya * kepuasan Crosstabulation
Kepuasan Total
tidak puas Puas
budaya lemah Count 10 19 29
% within budaya 34.5% 65.5% 100.0%
kuat Count 3 6 9
% within budaya 33.4% 66.6% 100.0%
Total Count 13 25 38
% within budaya 34.2% 65.8% 100.0%

Hasil uji SPSS Chi Square ‘Fisher's nilai pada pencegahan infeksi, serta pada
Exact Test’ menunjukkan nilai 1.000 dengan dimensi wujud pencegahan resiko jatuh.
ɑ=0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pasien merupakan observer sekaligus klien
tidak ada hubungan antara budaya 6 sasaran yang telah merasakan dan mengalami
keselamatan pasien dengan kepuasan pasien. penerapan keselamatan pasien yang dilakukan
Terdapat nilai OR sebesar 1.250, maka perawat maupun petugas medis lain terhadap
budaya keselamatan pasien memiliki peluang dirinya selama 24 jam dalam seharinya 2.
sebesar 1,250 kali untuk dapat mempengaruhi Budaya merupakan pola kegiatan
kepuasan pasien. manusia yang secara sistematis diturunkan
dari generasi ke generasi melalui berbagai
PEMBAHASAN proses pembelajaran untuk menciptakan cara
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari hidup tertentu yang paling cocok dengan
setengah responden menyatakan bahwa lingkungannya 7. Budaya patient safety adalah
budaya keselamatan pasien masih lemah. Hal produk dari nilai, sikap, kompetensi, dan pola
yang masih lemah diantaranya adalah dimensi perilaku individu dan kelompok yang

52 Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017


menentukan komitmen, style dan kemampuan pelayanan kesehatan 4. Beberapa faktor yang
suatu organisasi pelayanan kesehatan terhadap mempengaruhi kepuasan pengguna layanan
program patient safety Jika suatu organisasi kesehatan diantaranya adalah; persepsi
pelayanan kesehatan tidak mempunyai budaya pelanggan terhadap kualitas jasa, kualitas
patient safety maka kecelakaan bisa terjadi barang, harga, nilai produk, faktor pribadi
akibat dari kesalahan laten, gangguan (bersifat sementara), komunikasi verbal dan
psikologis dan physiologis pada staf, non verbal yaitu petugas kesehatan
penurunan produktifitas, berkurangnya mempunyai tanggungjawab moral
kepuasan pasien, dan bisa menimbulkan memberikan tanggapan yang cepat, akurat dan
konflik interpersonal 16. dilandasi empati terhadap gangguan kesehatan
Faktor yang mungkin mempengaruhi yang diderita pasien, hal ini memberikan nilai
kuat lemahnya sebuah budaya adalah tambah terhadap kepuasan pelangan (pasien,
pemahaman akan nilai sebuah budaya, keluarga, masyarakat) serta menjamin
dukungan sarana dan prasarana, kesadaran partisipasi aktif dari pelanggan sehingga
serta komitmen individu dalam melaksankaan memudahkan dalam proses pengobatan
budaya tersebut 13. Salah satu hal penting maupun terapi 8.
yang harus di garis bawahi adalah kesadaran Kepuasan pelanggan berorientasi pada
dan komitmen perawat akan pentingnya selisih antara kenyataan yang diterima dengan
pelaksanaa sasaran keselamatan pasien. harapan awal sebelum menerima pelayanan10.
Menurut peneliti, budaya pencegahan resiko Kepuasan pasien di tempat penelitian
infeksi yang masih lemah disebabkan oleh dipengaruhi oleh harapan pasien yang tidak
ketidaktahuan observer atau responden pada berhubungan langsung dengan keselamatan
saat perawat melakukan tindakan tersebut, pasien, sebagai contoh harapan salah seorang
misalnya saat perawat hendak melakukan responden yang ingin segera sembuh, tetapi
tindakan, perawat mencuci tangan di luar ketika ditanya harapan terhadap pelayanan
ruangan, pasien tidak melihat sendiri, responden menjawab sudah puas terhadap
sehingga pasien beranggapan bahwa perawat layanan yang ada, tidak menginginkan yang
tidak mencuci tangan. Sedangkan pada lebih. Kepercayaan dan loyalitas responden
kelemahan budaya juga terdapat pada dimensi juga berpengaruh, seperti ketika responden
wujud poin pencegahan resiko jatuh, hal ini di diberi penjelasan mengenai keselamatan
buktikan dengan tidak terpasangnya segitiga pasien, dan ditanya mengenai penerapan
kuning penanda risiko jatuh. Seharusnya, sasaran keselamatan pasien oleh perawat,
setiap pasien yang berisiko jatuh dipasang pasien tahu bahwa sebagian tindakan tidak
segitiga kuning sebagai penanda. dilakukan oleh beberapa perawat, tetapi
Berdasarkan dimensi nilai dan aktifitas, pasien sudah merasa percaya dengan
ketepatan lokasi-prosedur-pasien operasi pelayanan yang ada tidak akan
merupakan hal yang menjadi budaya paling membahayakan pasien. Sebagian responden
kuat. Sedangkan budaya yang paling kuat bahkan tidak peduli mengenai keselamatan
berdasarkan dimensi wujud adalah budaya pasien, sehingga tidak mempermasalahkan
identifikasi pasien. Mengingat lokasi budaya keselamatan pasien yang masih lemah.
penelitian yang merupakan ruang bedah Hal yang paling banyak menimbulkan
dengan pasien yang rata-rata akan menjalani ketidakpuasan adalah pencegahan infeksi dan
maupun telah menjalani operasi, wajar jika pencegahan risiko jatuh. Ketidakpuasan dalam
hal tersebut merupakan budaya yang paling pencegahan risiko infeksi dikarenakan
kuat. hal ini dapat disebabkan petugas yang tindakan pencegahan tidak dilakukan di depan
ada telah terbiasa menjalankan prosedur yang pasien dan di dukung tidak adanya handscrub
berkaitan dengan pasien operasi sehingga di setiap tempat tidur pasien. Hal ini membuat
telah memahami dengan baik hal-hal pasien merasa bahwa tindakan pencegahan
mengenai operasi mulai dari persiapan hingga infeksi tidak dilakukan dengan sungguh-
perawatan pasien post operasi. sungguh. Hal kedua yang membuat pasien
Hasil penelitian sebagian besar tidak puas adalah pencegahan risiko jatuh. Hal
responden menyatakan puas terhadap layanan inikarenaterpasangnya segitiga kuning
yang diberikan. Kepuasan pelanggan adalah penanda resiko jatuhpadapasien yang
selisih kinerja institusi pelayanan keperawatan membutuhkan.
dengan harapan pasien sebagai penerima

Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017 53


Hasil penelitian juga menunjukkan 2. Ashcroft, DM.et.al. 2005. Safety Ulture
bahwa budaya keselamatan pasien tidak Assasment In Community Pharmacy:
mempengaruhi kepuasan pasien di ruang Development, Face, Validity Anfd
bedah Rumah Sakit Adi Husada Feasability Of The Manchaster Patient
Kapasari.Budaya keselamatan pasien tidak Safety Assament Framework. Quality
termasuk dalam ekspektasi yang diinginkan And Safety In Health Care. 14(6)p.417-
oleh pasien selama menjalani rawat inap 2.
sehingga kepuasan pasien bukan berorientasi 3. Azwar, Saifuddin.2013. Metode
pada keselamatan pasien. Tuntutan atau Penelitian. Yogyakarta : Pustaka
harapan pasien adalah ingin segera sembuh Pelajar.
dan segera keluar dari rumah sakit. Pasien 4. Asmuji. 2013. Manajemen
tidak terlalu peduli dengan tindakan Keperawatan Konsep Dan Aplikasi.
keselamatan pasien yang bertujuan untuk Jogjakarta.Ar-Ruzz Media.
menjamin keamanan dalam memberikan 5. Barnet Shannon, Max Green and
pelayanan. Beberapa pasien yang lain tidak Heather Punke. 2016. Top 10 Patient
mengetahui manfaat penerapan keselamatan Safety Issues For 2016. Di
pasien. Apabila harapan pengguna jasa dapat Http://Www.Beckershospitalreview.Co
terpenuhi, atau kenyataan sesuai dengan yang m/Quality/10-Top-Patient-Safety-
di harapkan maka kepuasan pasien dapat Issues-For-2016.Html. January 12,
terwujud. 2016 10 Top PatientSafety Issues For
2016. Di Unduh Pada 29 september
KESIMPULAN 2016 Pukul 02.30 Wib.
Budaya keselamatan pasien masih dinilai 6. Departemen Kesehatan RI. 2008.
lemah oleh sebagian responden. Namun Panduan Nasional Keselamatan Pasien
tingkat kepuasan pasien cukup tinggi, hal ini Rumah Sakit. Patient Safety. Utamakan
menunjukkan tidak ada hubungan antara Keselamatan Pasien. Edisi 2. Jakarta.
budaya keselamatan pasien dengan kepuasan Depkes RI. Husada.
pasien di ruang bedah Rumah Sakit Adi 7. Munandar, Soelaeman 2010. Ilmu
Husada Kapasari Surabaya. Budaya Dasar. Bandung. PT Refika
Aditama.
SARAN 8. Muninjaya,A.A.Gde. 2011. Manajemen
Rumah sakit diharapkan lebih Mutu dan Pelayanan Kesehatan.
memantau pelaksanaan sasaran keselamatan Jakarta. EGC.
pasien serta memberi dukungan sarana dan 9. Parasuraman, A. Valarie A. Zeithaml,
prasarana agar terwujud budaya keselamatan And Berry, L.L. "Servqual: A Multiple-
pasien untuk mencegah terjadinya KTD dan Item Scale For Measuring Consumer
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit Perceptions Of Service Quality" Dalam
agar lebih baik lagi. Journal Of Retailing Volume 64
Responden sebagai pengguna layanan Number 1 Spring 1988, Pp.12-40.
kesehatan pasien hendaknya mencari tahu apa 10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik
saja yang menjadi hak dan kewajibannya, Indonesia No.691/ MENKES/ PER/
sehingga lebih paham tentang manfaat dan VIII/ 2011.
tujuan tindakan yang dilakukan oleh petugas 11. Prasetya, Joko Tri. 1998. Ilmu Budaya
medis. Dasar. Jakarta. Rhineka Cipta.
12. Tika, Moh Pabundu. 2006. Budaya
DAFTAR PUSTAKA Organisasi dan Peningkatan Kinerja
1. Anita,Nyoman, Dkk. 1997. Dimensi Perusahaan. Jakarta: Bumi Aksara.
Tingkat Kepuasan Pasien Di Perkotaan 13. Vincent,C. 2005. Patient Savety.
Terhadap Sistim Pelayanan Kesehatan Edinburgh: Churchill Living Store.
Di Rumahh Sakit Kaitannya Dengan 14. Wijono, Djoko. 2000. Manajemen Mutu
Utilisasi Dan Referal. Unair Surabaya. Pelayanan Kesehatan. Surabaya.
Depdikbud Direktorat Jenderal Dikti Airlangga Unierssity Press.
Unair.

54 Adi Husada Nursing Journal – Vol.3 No.2 Desember 2017

Anda mungkin juga menyukai