Anda di halaman 1dari 6

Nama: Doktria Thamarisca Simanjuntak

NIM: K011191096

Departemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja

TUGAS FINAL EPIDEMIOLOGI K3

Analisis Jurnal Deskriptif Kualitatif

Kepuasan Peserta Jaminan Kesehatan Non Penerima Bantuan Iur terhadap Mutu
Pelayanan Klinik

a. Das sein dan Das Sollen

Das sein dalam penelitian ini adalah banyak pasien yang merasa tidak puas
dengan mutu pelayanan dari fasilitas kesehatan justru lebih memilih menjadi pasien
umum dikarenakan pelayanan yang diberikan leibh baik daripada peserta BPJS
meskipun itu kelas I, II, atau III.

Das sollen dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepuasan
pasien khususnya BPJS PBI terhadap pelayanan kesehatan di Klinik Gracia.

b. Jelaskan tentang kerangka teori yang digunakan.

Kepuasan pelanggan adalah indicator utama dari standar suatu fasilitas


kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pelanggan yang
rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang akan mempengaruhi
provitabilitas fasilitas kesehatan tersebut, sedangkan sikap karyawan terhadap
pelanggan juga akan berdampak terhadap pelanggan dimana kebutuhan pelanggan
dari waktu kewaktu akan meningkat, begitu pula tuntutannya akan mutu pelayanan
yang diberikan.

Mutu pelayanan kesehatan erat kaitannya dengan kepuasan pasien. Mutu


pelayanan kesehatan yang baik menimbulkan kepuasan pada setiap pasien sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta tata cara penyelenggaraannya
sesuai dengan kode etik dan stardar pelayanan profesi yang telah ditetapkan.

Asuransi kesehatan, merupakan salah satu prosuk asuransi yang tidak asing
lagi bagi banyak orang. Menurut firdaus (2014) asuransi kesehatan adalah suatu
sistem manajemen risiko sosial seperti risiko kehilangan pendapatan atau biaya
kebutuhan medis karena sakit yang berisiko tersebut dipadukan atau dipindahkan dari
individu ke kelompok dengan kepersertaan yang bersifat wajib, dimana konstribusi
diatur oleh peraturan tanpa memperhatikan tingkat risiko individu, sedangkan
kontribusi terkait dengan pendapatan, berorientasi not-fot profit untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, dikelola secara professional dan “surplus”
dikembalikan lagi kemasyarakat untuk memberikan pelayanan yang lebih baik.

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan


Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
BPJS kesehatanbersama BPJS Ketenagakerjaan merupakan program pemerintah
dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan pada tanggal 31
Desember 2013.

c. Variabel dependen (terikat) dan independen (bebas)

Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu peserta


Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (PBJS) Non Penerima Bantuan Iur (PBI) dan
variabel independennya adalah tingkat kepuasan.

d. Hasil penelitian dan interpretasinya


Berdasarkan hasil penelitian kepuasan berdasarkan mutu pelayanan, diketahui
ada lima dimensi yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan, yaitu
tangibles, reability, responsivness, emphaty dan assurance.pada aspek tangibles
terdapat 29 (97%) responden yang menyatakan sangat puas dan 1 (3%) responden
yang menyatakan puas.Pada aspek reability terdapat 26 (87%) responden menyatakan
sangat puas dan 4 (13%) responden yang menyatakan puas.Pada aspek responsiveness
terdapat 4 (13%) responden yang sangat puas terhadap respon petugas klinik maupun
dokter dan 22 (73%) responden yang menyatakan puas dan 4 (13%) responden yang
menyatakan kurang puas.Pada aspek emphaty terdapat 18 (60%) responden yang
menyatakan sangat puas dan 12 (40%) responden yang menyatakan puas, dan yang
terakhir aspek assurance terdapat 5 (17%) responden yang menyatakan sangat puas,
24 (80%) responden menyatakan puas, dan 1 (3%) reponden yang menyatakan kurang
puas.
Tingkat kepuasan tertinggi dari lima dimensi mutu pelayanan, Dimensi mutu
erat kaitanya dengan kepuasan pelanggan atau pasien. Biasanya jika di suatu penyedia
layanan publik mutunya bagus, maka semakin baik pula kepuasan pelanggannya. Hal
ini dikarenakan kepuasan pelanggan adalah indikator utama dari standar suatu fasilitas
kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan. Kepuasan pelanggan yang
rendah akan berdampak terhadap jumlah kunjungan yang semakin rendah pula. Hal
inilah yang justru akan mempengaruhi pendapatan dari fasilitas kesehatan tersebut
(Pohan, 2014). Pengukuran kepuasan pelanggan adalah standar penting yang menjadi
patokan dalam memberikan pelayanan yang lebih baik, efektif dan lebih efisien.
Faktor penting yang mengembangkan sistem penyediaan pelayanan yang tanggap
terhadap keluhan pelanggan, meminimalkan biaya dan waktu serta memaksimalkan
dampak pelayanan terhadap pasien dapat meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap
pelayanan merupakan (Binsasi, 2016).
Kepuasan peseta BPJS Non PBI berdasarkan tingkat kelas, Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Non Pinerima Bantuan Iur (PBI) di klinik Gracia Ungaran
berdasarkan tingkat kelas tertinggi yaitu BPJS kelas III sebesar 90 %, hal tersebut
mengindikasikan bahwa persepsi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
mengenai premi yang di bayarkan pada peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) kelas III dengan iuran sejumlah Rp.25.500 mereka mendapatkan pelayanan
yang sama dengan kelas I dan II, sedangkan persepsi peserta Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) kelas I yang membayar premi sebesar Rp. 80.000
mendapatkan pelayanan yang sama dengan peserta Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) kelas II ataupun kelas III, hal tersebut mempengaruhi tingkat kepuasan
peserta BPJS khususnya yang PBI.
Kenyataannya sekarang terjadi adalah banyak pasien yang merasa tidak puas
dengan mutu pelayanan dari fasilitas kesehatan justru lebih memilih memilih menjadi
pasien umum dikarenakan pelayanan yang diberikan lebih baik daripada peserta BPJS
meskipun itu kelas I, II, atau III

e. Menurut anda apa kekurangan dari penelitian tersebut?

Jenis penelitian ini sedikit berisiko atau rentan dengan opini subyektif,
sehingga hasilnya bisa menjadi bias serta bersifat kontekstual dan observasioal
sehingga sulit untuk diverifikasi.
Sumber:

Rianingsih, A. K., Uliya, B. F., Lestari, K. I., & Puji, I. (2019). Kepuasan Peserta Jaminan
Kesehatan Non Penerima Bantuan Iur terhadap Mutu Pelayanan Klinik. Higea, 3(1), 48–
54.

Analisis Jurnal Cross Sectional

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di Puskesmas Makrayu


Kecamatan Ilir Barat II Palembang

a. Das Sein dan Das Sollen.


Das sein pada penelitian ini adalah terdapat dinamika hubungan antara faktor
umur, jenis kelamin, keturunan, pekerjaan, olahraga dengan kejadian hipertensi.
Das Sollen dari penelitian ini adalah dapat dijadikan sebagai bahan informasi
dan masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan pembinaan dan informasi
dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, khususnya pada penyakit
hipertensi.
b. Jelaskan tentang kerangka teori yang digunakan!

Penyakit hipertensi atau penyakit darah tinggi merupakan penyakit yang


mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat mengingat dampak yang
ditimbulkannya baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan
penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi
merupakan penyakit yang timbul akibat adanya interaksi dari berbagai faktor risiko
yang dimiliki seseorang.

Faktor usia merupakan salah satu faktor yang memicu terjadinya hipertensi,
sebuah penelitian menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia, kemungkinan
seseorang yang menderita hipertensi juga semakin bersar. Hilangnya elastisitas
jaringan dan arterisklerosis serta pelebaran pembuluh darah adalah faktor penyebab
hipertensi pada usia tua.

Faktor pekerjaan juga merupakan salah satu pemicu terjadinya hipertensi.


Pekerjaan lebih banyak dilihat dari kemungkinan keterpaparan tersebut serta besarnya
risiko menurut sifat pekerjaan, lingkungan kerja, dan sifat sosio-ekonomi pada
pekerjaan tertentu.
c. Variabel dependen dan independen.

Variabel dalam penelitian ini menggunakan variabel dependen yaitu kejadian


hipertensi dan variabel independen yaitu umur, jenis kelamin, keturunan, pekerjaan,
olahraga atau latihan fisik.

d. Hasil penelitian dan interpretasinya.


- Hubungan anatar genetic dengan hipertensi
Hasil analisis chi-square didapatkan p value = 0,002 <  (0.05), berarti ada
hubungan antara keturunan atau genetik dengan kejadian hipertensi. Nilai Odds
ratio (OR) = 3,686, berarti responden yang mempunyai riwayat keluarga
hipertensi mempunyai peluang sebanyak 3,6 kali untuk terkena penyakit
hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai riwayat
keluarga hipertensi. diketahui bahwa dari 57 responden yang mempunyai riwayat
keluarga hipertensi yang menderita hipertensi sebanyak 43 orang (75,4%) lebih
banyak dibandingkan dengan responden yang tidak mempunyai riwayat keluarga
hipertensi sebanyak 25 orang (45,5%) dari 55 reponden.
- Hubungan pekerjaan dengan hipertensi
Hasil analisa chi-square didapatkan p value = 0,006 <  (0,05), berarti ada
hubungan antara pekerjaan dengan kejadian hipertensi. Nilai Odds ratio (OR) =
3,208, berarti responden yang bekerja mempunyai peluang sebanyak 3,2 kali
untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang tidak
bekerja. Dari 60 responden yang bekerja yang menderita hipertensi sebanyak 44
orang (73,3%) lebih banyak dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja
sebanyak 24 orang (46,2%) dari 52 responden.
- Hubungan antara olahraga dengan hipertensi
Hasil analisis chi-square didapatkan p value = 0,019 <  (0,05), berarti ada
hubungan antara olahraga dengan kejadian hipertensi dengan nilai Odds ratio
(OR) = 2,778, berarti responden yang tidak berolahraga mempunyai peluang
sebanyak 2,7 kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan
responden yang berolahraga. Dari 72 responden yang tidak berolahraga yang
menderita hipertensi sebanyak 50 orang (69,4%) lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga yang menderita
hipertensi sebanyak 18 orang (45%) dari 40 responden.
- Hubungan antara umur dengan hipertensi
Responden yang mempunyai umur > 35 tahun mempunyai peluang sebanyak 3
kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang
berumur < 35 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori Sutanto (2010) yang
menyatakan bahwa dengan semakin bertambahnya usia, kemungkinan seseorang
yang menderita hipertensi juga semakin besar.
- Hubungan antara jenis kelamin dengan hipertensi
Responden yang berjenis kelamin perempuan mempunyai peluang sebanyak 2,7
kali untuk terkena penyakit hipertensi dibandingkan dengan responden yang
berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian ini sejalan pula dengan penelitian
Efriansyah (2010) yang menyatakan ada hubungan antara jenis kelamin dengan
hipertensi.
e. Menurut anda apa kekurangan dari penelitian tersebut?

Jumlah sampel pada penelitian ini ukurannya masih terlalu kecil. Dibutuhkan
ukuran sampel yang lebih besar karena jika sampel yang diambil kecil, maka risiko
kesalahan meningkat drastis karena hasilnya bisa jadi karena kebetulan saja.

Sumber:

Azhari, M. H. (2017). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi di


Puskesmas Makrayu Kecamatan Ilir Barat II Palembang. Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu
Kesehatan, 2(1), 23–30. https://doi.org/10.30604/jika.v2i1.29

Anda mungkin juga menyukai