Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu strategi untuk mencapai Visi Indonesia Sehat 2015

adalah dengan meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan

kesehatan yang berkualitas dengan sasaran utamanya antara lain:

disetiap desa tersedia SDM Kesehatan yang kompeten, dan Pelayanan

Kesehatan di setiap rumah sakit, puskesmas, dan jaringannya memenuhi

standar mutu. Aburizal Bakrie, dalam opininya (Kompas 24/05/2006)

mengatakan bahwa: perbaikan kesenjangan hanya bisa dicapai dengan

melakukan investasi pembangunan manusia, baik dalam meningkatkan

akses dan kualitas di bidang pendidikan dan layanan di bidang

kesehatan.

Dalam tiga dekade ini derajat kesehatan di Indonesia telah mengalami

peningkatan yang bermakna, tetapi bila dibandingkan dengan negara-

negara tetangga, maka peningkatan tersebut masih terhitung rendah.

Permasalahan utama yang dihadapi adalah masih rendahnya kualitas

kesehatan masyarakat yang terlihat pada Renstra Depkes RI 2005-2009,

dengan masih tingginya Angka Kematian Bayi (AKB): 32/1000 kelahiran

hidup (2005), Angka Kematian Ibu melahirkan (AKI): 262/100.000

kelahiran (2005), dan Usia Harapan Hidup (UHH): 69 tahun. Kualitas

kesehatan masyarakat pada wilayah Kawasan Timur Indonesia (KTI)

1
nampak sekali ketimpangannya, ditambah masih rendahnya strata

ekonomi dan pendidikan. Untuk itu, perlu diupayakan suatu pelayanan

kesehatan yang bermutu, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, yang

dapat diterima seluruh lapisan masyarakat secara adil dan merata,

diwilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri

yang mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain : berjalan,

berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan

sebagainya. Dari uraian tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku

manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati

langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,

2003).

Menurut teori Green, bahwa factor perilaku ditentukan oleh 3

faktor.Pertama, factor predisposisi (pre disposing factor), yaitu factor yang

mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang,

antara lain: pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai,

tradisi. Kedua, factor pemungkin (enabling factor), yaitu factor yang

memungkinkan atau yang menfasilitasi perilaku atau tindakan, antara lain:

prasarana, sarana, ketersediaan sdm. Ketiga, factor penguat (reinforcing

factor), yaitu factor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku,

antara lain: sikap petugas kesehatan, sikap tokoh masyarakat, dukungan

suami, dukungan keluarga, tokoh adat,iaan puskesmas, ketersediaan tong

sampah, adanya tempat olah raga.

2
Tenaga medis adalah tenaga ahli kedokteran dengan fungsi

utamanya adalah memberikan pelayanan medis kepada pasien dengan

mutu sebaik-baiknya dengan menggunakan tata cara dan teknik

berdasarkan ilmu kedokteran dan etik yang berlaku serta dapat

dipertanggungjawabkan (Anireon, 1984)

Setiap tenaga medis harus memenuhi kewajiban sebagai tenaga

medis yang diturunkan dari syarat legal yang tidak melawan hukum, yaitu

kewajiban yang timbul dari sifat perawatan medis. Setiap tenaga medis,

harus berpraktik sesuai dengan standar profesi medis, yaitu bertindak

secara teliti dan hati hati sesuai dengan standar medis/ketentuan yang

baku menurut ilmu kedokteran. Dapat ditarik pokok pemahaman bawah

tenaga medis adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui

pendidikan dalam bidang kesehatan jenis tertentu yang memerlukan

kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Menurut PP No.32 Tahun 1996 Tenaga Medik termasuk tenaga

kesehatan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor

32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan tersebut, yang dimaksud

dengan tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi. Tenaga medis

adalah mereka yang profesinya dalam bidang medis yaitu dokter,

physician (dokter fisit) maupun dentist ( dokter gigi )

Dalam pola interaksi sosial, persepsi pasiensangat berperan

dalam menggambarkan tingkatkepuasan pasien terhadap kualitas

3
pelayanan dan fasilitas ruang.Berdasarkan persepsi ini akan timbul kesan

pasienterhadap rumah sakit. Kesan yangdidapat dibangun atas persepsi

masing-masingindividu yang berelasi.Dalam menganalisa permasalahan

tersebut diatas,maka peneliti mencoba melihat dari sisi

penerimapelayanandan pelanggan dan fasilitas kesehatan dalam

mengevaluasikesenjangan antara harapan dan persepsi

terhadapkepuasan pasien yang diberikan pada Ruang Perawatan

satuRumah Sakit Mulia.Kesenjangan merupakan ketidaksesuaianantara

pelayanan yang dipersepsikan (perceivedservice) dan pelayanan yang

diharapkan (expectedservice). Kesenjangan diakibatkan oleh

ketidaktahuan manajemen atas pelayanan yang diharapkan

olehpelanggan.

Kepuasan pasien merupakan cerminan kualitas pelayanan

kesehatan yang mereka terima. Kualitas pelayanan kesehatan merujuk

pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan dalam menimbulkan

rasa puas pada diri setiap pasien. Makin sempurnakepuasan tersebut,

makin baik pula kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan. Namun

demikian, kualitas pelayanan yang relatif baik belum tentu bisa

memuaskan pasien. Pada umumnya pasien tidak dapat menilai

kompetensiteknis, sehingga mereka menilai kualitaspelayanan dari

karakteristik nonteknis atau hubungan interpersonaldan kenyamanan

pelayanan.

4
Sebagai penyedia jasa yang memberikan berbagai macam

pelayanan bagi konsumen, maka kepuasan pasien merupakan tujuan

utama yangharus dipenuhi Rumah Sakit Mulia. Kepuasan pasien adalah

tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja/hasil yang

dirasakannya dengan harapannya.Jadi, untuk meningkatkan kepuasan

pasiennya khususnya pasien di ruang perawatan 1 pihak RumahSakit,

peranan dokter dan perawat baik medis dan nonmedis sangat

menentukan persepsi pasien terhadap pelayanan yang diberikan.

Fenomena yang terjadi di beberapa rumah sakit terutama

berkaitan dengan pelayanan tenaga perawat adalah kesenjangan antara

kualitas pelayanan perawat ideal dengan perawat aktual. Hal ini di

sebababkan tuntuan pasien tinggi atau karena di sebabkan rendahnya

kualitas perawat.,lemahnya pengetahuan perawat dalam melayani pasien

Pelayanan yang dilakukan tenaga kesehatannya ( dokter,perawat, bidan ,

apoteker , psikolog ) dan system perawatan ( biaya,sistim ansuransi,

kemampuan dan prasarana pusat kesehatan dan lain-lain

Tidak terdapat Ruang Isolasi Penyakit Menular seperti pada

pasien penyakit HIV dan TBC dan penyakit menular lainnya serta

Kurangnya peralatan kesehatan di ruang perawatan satu Rumah Sakit

Mulia, adanya pasien yang minta pulang dengan paksa, bahkan ada yang

pasien yang melarikan diri dari ruang rawat inap. Hal tersebut

memungkinkan bahwa Pelayanan kesehatan baik dari segi tenaga

5
kesehatan dan sarana prasarana berpeluang membuat kurangnya

kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan..

Menurut data Rumah Sakit Mulia 2013-2017, pada tahun 2013

pelayanan pada ruang perawatan 1 (satu) menjadi layanan yang paling

banyak dibandingkan poli yang lain. Tahun 2013 pasien ruang perawatan

satu berjumlah 227 orang pulang paksa 21 orang dan meninggal 21

orang ,Tahun 2014 pasien ruang perawatan satu berjumlah 480 orang

pulang paksa 22 orang meninggal 30 orang , tahun 2015 pasien ruang

perawatan satu berjumlah 430 orang pulang paksa 20 orang meninggal

18 orang , tahun 2016 pasien ruang perawatan satu berjumlah 400 orang

pulang paksa 38 orang meninggal 23 orang dan tahun 2017 pasien ruang

perawatan satu berjumlah 395 orang pulang paksa 49 0rang meninggal

21 orang.

Jumlah tenaga perawat di ruang perawatan Satu Rumah Sakit

Umum Daerah Mulia Adalah : 18 orang dengan Tingkat Pendidikan

sebagai berikut : Srata satu Keperawatan = 1 org, D-III Keperawatan = 16

0rang dan SPK ( Sekolah Pendidikan Perawat ) = 1 org, dari seluruh

jumlah tenaga perawat tersebut belum ada yang lulus ujian Kompetensi

Keperawatan. Hal ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor : 18 Tahun 2017, tentang Penyelenggaraan Uji

Kompetensi Jabatan Fungsional Kesehatan, yang di wajibkan untuk

meningkatkan komptensi dan profesionalisme pejabat fungsional

kesehatan perlu di laksanakan uji kompetensi jabatan fungsional

6
kesehatan dan bahwa dalam rangka pelaksanaan uji kompetensi di

perlukan pengaturan sebagai acuan dalam pelaksanaannya.

Dari penjelasan diatas yang terjadi di Rumah Sakit Mulia ini,

maka kami mencoba untuk menjadikan gambaran dalam penelitian

tentang “FAKTOR DETERMINAN PERILAKU TENAGA MEDIS

TERHADAP KEPUASAN PASIEN DIRUANG PERAWATANSATU RS

MULIA”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui Perilaku factor predisposisi (pre disposing factor)Tenaga

Medis berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pasien di ruang

perawatan satu Rumah Sakit Mulia ?

2. Mengetahui Perilaku factor pemungkin (enabling factor)Tenaga Medis

berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pasien di ruang perawatan

satu Rumah Sakit Mulia ?

3. Mengetahui Perilaku factor penguat (reinforcing factor)Tenaga Medis

berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pasien di ruang perawatan

satu Rumah Sakit Mulia ?

4. Mengetahui Faktor deterninan perilaku tenaga medis secara

serempak berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pasien di ruang

perawatan satu Rumah Sakit Mulia ?

7
1.3. Tujuan Penelitian

1.1.1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Faktor deterninanperilaku tenaga medis

berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pasien di ruang perawatan

satu Rumah Sakit Mulia

1.1.2. Tujuan Khusus

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada,

maka penelitian inidilakukan dengan tujuan:

1. Menguji Pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan

Pasien di ruang perawatan satu Rumah Sakit Mulia Kabupaten Puncak

Jaya

2. Menguji Sikap Tenaga Medis berpengaruh signifikan terhadap

Kepuasan Pasien di ruang perawatan satu Rumah Sakit Mulia

Kabupaten Puncak Jaya

3. Menguji Tradisi berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pasien di

ruang perawatan satu Rumah Sakit Mulia Kabupaten Puncak Jaya

4. Menguji sarana berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pasien di

ruang perawatan satu Rumah Sakit Mulia Kabupaten Puncak Jaya

5. Menguji Prasarana berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan

Pasien di ruang perawatan satu Rumah Sakit Mulia Kabupaten Puncak

Jaya

8
6. Menguji Perilaku Tenaga Medis berpengaruh signifikan terhadap

Kepuasan Pasien di ruang perawatan satu Rumah Sakit Mulia

Kabupaten Puncak Jaya

7. Indikator manakan yang lebih berpengaruh signifikan terhadap

Kepuasan Pasien di ruang perawatan satu Rumah Sakit

MuliaKabupaten Puncak Jaya

1.3 Manfaat Penelitian

Berdasarkan Latar belakang dan pokok permasalahan yang telah

dikemukaan sebelumnya dan diharapkan dapat memberikan sumbangan

ilmu pengetahuan tentang Faktor deterninanperilaku tenaga medis secara

serempak berpengaruh signifikan terhadap Kepuasan Pasien di ruang

perawatan satu Rumah Sakit Mulia. Adapun manfaat khusus adalah

sebagai berikut:

1. Bagi instansi sebagai referensi untuk mengetahui Faktor deterninan

perilaku tenaga medis sehingga Kepuasan Pasien di ruang perawatan

satu Rumah Sakit Muliadapat lebih ditingkatkan untuk kenyamanan

penggunan jasa kesehatan dan dapat menjadikan bahan dalam

penetapan kebijakan-kebijakan yang akan diambil dalam rangka

penilaianPerilaku Tenaga Kesehatan danKualitas Pelayanan di ruang

perawatan satu Rumah Sakit Mulia.

2. Bagi akademis, hasil penelitian ini diharapkan melengkapi informasi

ilmiah yang berkaitan dengan Faktor deterninanperilaku tenaga medis

9
di ruang perawatan satu Rumah Sakit Mulia di masa yang akan

datang.

3. Dapat digunakan sebagai wahana untuk menambah dan

mengembangkan pengetahuan dengan mengaplikasikan teori-teori

sesuai dengan permasalahan riil di lapangan terkait dengan Faktor

deterninanperilaku tenaga medis di ruang perawatan satu Rumah

Sakit Mulia dan sekaligus sebagai bahan referensi bagi peneliti

berikutnya yang mengkaji dan meneliti permasalahan yang sama.

10

Anda mungkin juga menyukai