BAB I
PENDAHULUAN
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat
terpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun
serta praktek dokter, praktek dokter gigi, klinik pratama atau setara dan rumah sakit
kelas D pratama atau yang setara. Tenaga-tenaga medis yang berada di jenjang
penyakit. FKTP/Faskes Primer memiliki fungsi sebagai kontak pertama dari pasein,
dan pasien akan secara kontinu mengakses pelayanan kesehatan juga akan memiliki
2
pelayanan kesehatan Puskesmas sehingga dalam hal ini Puskesmas terlebih pada
Puskesmas yang dilengkapi dengan unit rawat inap dituntut untuk selalu
kesehatan di puskesmas sangat didukung oleh tersedianya jenis dan jumlah tenaga
jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja,
dan pembagian waktu kerja. Dalam upaya peningkatan mutu pelayanan juga
Puskesmas wajib diakreditasi secara berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali
2
3
kesehatan. Mutu adalah sejauh mana layanan kesehatan yang diberikan sesuai
pelayanan kesehatan adalah salah satu hal yang berhubungan erat dengan
kepuasan pengguna pelayanan atau pasien. Suatu pelayanan dikatakan baik atau
buruk tergantung pada tingkat kepuasan pengguna layanan yang didasarkan pada
pada hakekatnya terkait erat dengan aspek kepuasan pasien (client satisfaction).
Semakin sempurna kepuasan pasien. maka semakin baik pula mutu pelayanan
kesehatan dan Azwar (2010) mutu tidak mudah untuk didefinisikan tetapi mudah
untuk dirasakan, wujudnya adalah pelayanan petugas yang tidak ramah, antrian
pengunjung di loket, waktu tunggu pelayanan yang lama. Hal tersebut akan
dikeluhkan sebagai pelayanan yang kurang sesuai dengan harapan, pelayanan yang
Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai
kinerja layanan kesehatan yang diperoleh sama atau melebihi harapan (Pohan,
3
4
sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Ketanggapan yaitu
empati adalah kesediaan untuk peduli dan memberikan perhatian yang tulus dan
bersifat pribadi kepada konsumen (pengguna jasa) serta berwujud yaitu penampilan
fasilitas peralatan dan petugas yang memberikan pelayanan jasa (Nursalam, 2011).
dengan beberapa pasien diperoleh hasil bahwa sebagian besar menyatakan puas
ramah serta prosedur pelayanan yang tidak berbelit-belit tetapi ada juga yang
merasa kurang puas karena pelayanan kesehatan tidak 24 jam karena puskesmas
tidak rawat inap. Wilayah Kerja Puskesmas Mon Geudong terdiri dari 6 Desa dengan
Dari hasil pengambilan data awal 6 (enam) tahun terakhir pada Puskesmas
Mon Geudong terjadi penurunan kunjungan pasien rawat jalan walaupun tidak
signifikan, hal ini dapat dilihat yaitu pada tahun 2013 sebanyak 34.958 orang, tahun
2014 sebanyak 36.790 orang, tahun 2015 sebanyak 33.610 orang, tahun 2016
sebanyak 33.410 orang, pada tahun 2017 sebanyak 33.213 orang dan pada tahun
akses FKTP lain seperti praktek dokter, praktek dokter gigi, klinik pratama atau
4
5
setara dan rumah sakit kelas D pratama atau yang setara yang sangat mudah
peningkatan mutu pelayanan, tetapi kunjungan pasien masih belum maksimal, hal
mengutamakan pelayanan di FKTP lain seperti rumah sakit dan klinik. Berdasarkan
data yang didapat dari Puskesmas selama 6 tahun terakhir ini jelas terlihat adanya
keluhan yang disampaikan pasien yang berobat terhadap pelayanan yang mereka
5
6
dengan pendekatan Cross Sectional. Penelitian ini menggunakan data primer yang
didapat melalui wawancara kepada seluruh pasien yang berobat ke Puskesmas Mon
tahun 2019.
tahun 2019.
6
7
1.5 Manfaat
1. Bagi instansi
2. Bagi peneliti
Sebagai media dalam mengaplikasikan ilmu yang telah ada atau yang telah
BAB I penduhuluan, pada bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah,
sistematika penulisan.
BAB III kerangka konsepsional bab ini meliputi konsep pemikiran, variabel
7
8
BAB VI Hasil penelitian dan pembahasan, dalam bab ini dikemukakan hasil dan
pembahasan penelitian.
BAB VII Penutup, dalam bab ini dikemukakan kesimpulan peneitian dan saran.
8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
(2014) dalam permenkes no. 75 Thaun 2014 menyatakan bahwa Pusat Kesehatan
sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan yang optimal,
9
10
RI, 2016).
bertanggung jawab atas kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada satu atau
RI, 2016).
tertera pada peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 75 tahun 2014
Pasal 2 yang mana tujuan tersebut Untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki
perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat;
10
11
penyakit.
Tahun 2014 Tentang Puskesmas tertera visi pembangunan kesehatan yang harus
11
12
kesinambungan.
Tahun 2014 Tentang Puskesmas dimuat juga tentang misi puskesmas. Dalam misi
adalah:
wilayah kerjanya.
masyarakat.
guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak
12
13
program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung
Tahun 2014 Tentang Puskesmas dimana tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan atau
manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis
dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan
2. Dokter gigi;
3. Perawat;
4. Bidan;
13
14
9. Tenaga kefarmasian.
Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus memiliki surat izin praktik
pelayanan kesehatan di wilayahnya secara efektif dan efisien, perlu disusun rencana
setiap tahun untuk satu periode akan dapat lebih terjamin, walaupun terjadi
14
15
4. Pelayanan gizi
1. Rawat jalan
15
16
bahwa kepuasan adalah perasan senang atau kecewa seseorang yang muncul
setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja atau hasil
dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, sama atau melebihi harapan yang
pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja layanan kesehatan yang
Pendapat lain dari Endang (dalam Mamik; 2010) bahwa kepuasan pasien
16
17
satu dari tiga tingkat kepuasan umum yaitu kalau kinerja di bawah harapan,
konsumen akan merasa kecewa tetapi jika kinerja sesuai dengan harapan pelanggan
akan merasa puas dan apa bila kinerja bisa melebihi harapan maka pelanggan akan
didapatkan dari kinerja (hasil) suatu produk ataupun pelayanan terhadap harapan
ataupun persepsi, sedangkan menurut Azwar (2010) kualitas pelayanan jasa publik
kesehatan dinilai baik apabila pelayanan tersebut menimbulkan rasa puas bagi diri
setiap pasien yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk yang
menjadi sasaran utama pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, kepuasan pasien
akan tercapai bila diperoleh hasil akhir yang optimal bagi setiap pasien, pelayanan
wilayah kerjanya, Puskesmas harus mampu bekerja dengan baik dan profesional,
kepemimpinannya yang baik dan tepat sesuai situasi dan kondisi. Upaya kesehatan
17
18
dilaksanakan secara merata dan bermutu sesuai standar, diwujudkan dengan bukti
bahwa kepuasan pasien adalah hasil penilaian dalam bentuk respon emosional
(perasaan senang dan puas) pada pasien karena terpenuhinya harapan atau
Menurut Kotler (2012) ada beberapa metode yang bisa dipergunakan setiap
kesempatan dan akses yang mudah dan nyaman bagi para pelanggannya guna
menyampaikan kritik dan saran, pendapat serta keluhan mereka. Kotak saran
dan lain- lain mengingat zaman sekarang teknologi sudah maju, saat ini
18
19
tersebut.
salah satu upaya yang harus dilakukan dalam perbaikan pelayanan publik adalah
19
20
layanan publik sangat beragam dengan sifat dan karakteristik yang berbeda, maka
Survei Kepuasan Masyarakat dapat menggunakan metode dan teknik survei yang
sesuai. Untuk melakukan survei dapat menggunakan teknik survei antara lain:
menurut Jenny, Marjati, & Pipitcahyani (2013), dikaitkan dengan semua persyaratan
lebih bersifat luas, karena didalamnya tercakup penilaian terhadap kepuasan pasien
mengenai :
yang harus dipenuhi, salah satu diantaranya yang nilai mempunyai peranan
20
21
Syarat yang lain harus dipatuhi untuk dapat menimbulkan kepuasan pasien
yang bermutu, apabila pelayanan tersebut bersifat wajar, dalam arti dapat
berkesinambungan, dalam arti tersedia setiap saat, baik menurut dan ataupun
21
22
Akses ke pelayanan kesehatan yang sulit karena lokasi yang terlalu jauh dari
daerah tempat tinggal warga tertentu diyakini tidak akan memuaskan pasien.
Pelayanan kesehatan yang terlalu mahal tidak dapat dijangkau oleh semua
22
23
Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan langkah perbaikan
RI, 2014).
berikut ini :
1. Kepuasan terhadap akses layanan kesehatan yang dinyatakan oleh sikap dan
pengetahuan tentang sejauh mana layanan kesehatan itu tersedia pada waktu
dalam keadaan biasa ataupun dalam keadaan gawat darurat. Sejauh mana
terhadap kompetensi teknik dokter dan atau profesi layanan kesehatan lain yang
23
24
perhatian dan kepedulian dokter dan atau profesi layanan kesehatan lain.
kondisi atau diagnosis. Sejauh mana tingkat kesulitan untuk dapat mengerti
pemecahan masalah dan keluhhan yang timbul. Lingkup dan sifat keuntungan
menikmati jasa, perilaku personel, suasana dan kondisi fisik lingkungan, cost atau
1. Kualitas produk atau jasa, pasien akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka
pasien terhadap kualitas produk atau jasa dipengaruhi oleh dua hal yaitu
24
25
kenyataan kualitas produk atau jasa dan komunikasi perusahaan, dalam hal ini
2. Mutu pelayanan, pasien akan merasa puas jika mereka memperoleh pelayanan
3. Faktor emosional, pasien merasa bangga, puas dan kagum terhadap rumah sakit
4. Harga, semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang
5. Biaya, pasien yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu
bangunan rumah sakit, kebersihan dan tipe kelas kamar yang disediakan beserta
kelengkapannya.
2. Harga, semakin mahal harga perawatan maka pasien mempunyai harapan yang
lebih besar.
25
26
4. Lokasi, meliputi letak rumah sakit, letak kamar dan lingkungannya. Merupakan
salah satu aspek yang menentukan pertimbangan dalam memilih rumah sakit.
Umumnya semakin dekat rumah sakit dengan pusat perkotaan atau yang mudah
pasien, misalnya fasilitas kesehatan baik sarana dan prasarana, tempat parkir,
7. Desain visual, tata ruang dan dekorasi rumah sakit ikut menentukan kenyamanan
suatu rumah sakit, oleh karena itu desain dan visual harus diikut sertakan dalam
8. Suasana, suasana rumah sakit yang tenang, nyaman, sejuk dan indah akan sangat
hanya bagi pasien saja yang menikmati ituakan tetapi orang lain yang berkunjung
ke rumah sakit akan sangat senang dan memberikan pendapat yang positif
perawat.
suasana.
26
27
dalam meningkatkan kepuasan pada konsumen, hal ini sesuai dengan Irawan (2002)
Suatu pelayanan tidak terlihat, tidak bisa dicium dan tidak bisa diraba, maka
Tangible yang baik akan mempengaruhi presepsi pelanggan. Oleh karena itu,
penting bagi sutu perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh aspek tangible yang
paling tepat, yaitu masih memberikan impresi yang positif terhadap kualitas
terlalu tinggi.
Dalam konteks ini, pelayanan kesehatan ini tidak bisa dilihat, tidak bisa
dicium dan tidak bisa diraba. Pasien akan menggunakan inderanya (mata, telinga,
dan rasa) untuk menilai kualitas pelayanan kesehatan yang diterima, misalnya
ruang penerimaan pasien yang bersih, nyaman, dilengkapi dengan kursi, lantai
berkeramik dan rata, seragam staf yang rapi dan menarik. Tangibel yang baik akan
responden menjadi tinggi karena adanya tangible yang baik (Muninjaya, 2011).
pelayanan yang baik dapat dilihat melalui aspek fisik dari pelayanan yang diberikan,
27
28
tampilan fisik yang dilihat dari kebersihan dan kerapihan ruang pelayanan,
kelengkapan dan kesiapan alat-alat serta terdapatnya fasilitas seperti toilet atau
Dalam memberikan pelayanan harus bersifat konsisten. Ada tiga hal besar
Pertama adalah pembetukan budaya kerja “error free” atau “no mistake”. Top
menjadi lebih baik. Ketiga adalah diperlukan tes sebelum suatu layanan benar-
kesabaran untuk melakukan tes seberapa jauh tingkat reliability dari layanan
tersebut.
lingkungan, pelayanan kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana, pelayanan gizi,
perorangan (UKP). UKP, yang berupa rawat jalan, pelayanan gawat darurat,
pelayanan satu hari (one day care), home care; dan/atau rawat inap berdasarkan
28
29
dan kewenangan tertentu bagi dokter, perawat, dan bidan sehingga pemberi
melayani sesuai prosedur dan bisa memenuhi harapan pelanggan. Dimensi ini
dengan kemajuan teknologi dan informasi kesehatan yang dimiliki oleh pelanggan.
Nilai waktu bagi pelanggan menjadi semakin mahal karena masyarakat merasa
kegiatan ekonominya semakin menigkat. Time is money berlaku untuk menilai mutu
kebanyakan ditentukan oleh sikap para front-line staff. Mereka secara langsung
berhubungan dengan para pengguna jasa dan keluarganya, baik melalui tatap
29
30
percaya dan keyakinan kepada para pelanggannya. Ada empat aspek dimensi
assurance ini. Pertama, yaitu keramahan. Keramahan adalah satu aspek kualitas
pelayanan yang paling mudah diukur. Ramah berarti banyak senyum dan bersikap
pengetahuan tentang prosuk dan hal-hal lain yang sering menjadi pertanyaan
dipengaruhi oleh kredibilitas atau reputasi dari perusahaan tersebut. Aspek yang
transaksi.
dalam hal memeriksa kondisi pasien dimana diagnosis harus ditegakkan dengan
keamanan lingkungan rumah sakit sendiri, rumah sakit telah menugaskan beberapa
security untuk memantau keadaan di dalam rumah sakit seperti membantu pasien
bila dibutuhkan dan dirawat inap untuk mengontrol jam kunjungan pasien maupun
security diluar rumah sakit. Kemampuan penyedia layanan berperilaku sopan dan
ramah serta memberikan rasa aman di pelayanan instalasi rawat jalan, rawat inap
dan IGD. Sikap tenaga medis dalam melayani pasien sudah dianggap berperilaku
dan bertutur kata sopan. Petugas farmasi juga dinilai sudah memberikan pelayanan
30
31
dengan bertutur kata sopan namun kurang dalam memberikan informasi dan
keramah-tamahannya. Pasien juga menilai tidak pernah terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan sehingga keamanan dilingkungan rumah sakit juga sudah baik (Larasati,
2016).
Empati yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat dilihat dari segi
personal ini dilakukan dengan berbagai cara oleh setiap petugas maupun tenaga
medis dan perawat untuk mengungkapkan rasa kepedulian mereka terhadap pasien
atau keluarga pasien. Pegawai maupun dokter dan perawat di instalasi rawat jalan,
rawat inap dan IGD memberikan perhatian yang baik pada pasien. Perhatian secara
yang dibutuhkan untuk mengetahui kondisi dan tindak lanjut pasien. perhatian
personal dapat dirasakan oleh pasien dan keluarga pasien dengan keramahan
dengan tugasnya, dan kesediaan untuk menolong pasien itu besar. Sementara
untuk pelayanan farmasi, empati yang ditunjukan sudah cukup bagus dengan
mendahulukan pasien lansia dan pasien dengan obat satu macam (Larasati, 2016).
31
32
2.3 Kenyamanan
berkaitan erat dengan lingkungan yang asri, kebersihan ruangan, kebersihan WC,
Kenyamanan merupakan faktor penting untuk menarik pasien yang dapat menjamin
muncul jika segala sesuatu berjalan sesuai dengan apa yang diinginkan (Nawawi,
2010). Tiga jenis kenyamanan (lega, kemudahan, transendensi) dan empat konteks
pengalaman manusia dalam aspek yang berbeda dari konteks terapi diperkenalkan
yang memelihara dan memperkuat pasien sehingga pasien merasa puas dengan
32
33
kepuasan pasien dan kemauan untuk datang berobat kembali ke puskesmas untuk
medis dan non medis. Kebersihan dan privasi juga sangat berperan. Kenyamanan
lainya ruang tunggu yang ber AC, TV, music , majalah Koran dll (Depkes RI, 2005).
2.4 Sikap
dilahirkan dalam perilaku. Selain itu, sikap adalah merupakan reaksi atau respon
suatu objek sikap. Secara umum, komponen ini disamakan dengan perasaan
33
34
seseorang berkaitan dengan objek sikap yang dihadapinya. Kaitan ini didasari
(Azwar, 2010)
1. Pengalaman pribadi
meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
faktor emosional.
Individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan
3. Kebudayaan
telah mapan dan kuatlah yang dapat memudarkan dominasi kebudayaan dalam
4. Media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini
34
35
sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat, akan
memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal sehingga terbentuklah arah
sikap tertentu.
Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan
yang tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat
Suatu bentuk sikap terkadang merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi
sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula
Puskesmas merupakan salah satu institusi kesehatan dasar yang paling dekat
tentang kesehatan yang diperlukan oleh seseorang atau masyarakat, sehingga akan
35
36
modern baik pemerintah atau swasta. Dari teori tersebut dapat disimpulkan bahwa
persepsi sehat sakit sangat berkaitan dengan mencari pengobatan. Pokok pikiran
Hasil atau perubahan perilaku dengan cara ini memakan waktu lama, tetapi
perubahan yang dicapai akan bersifat langgeng karena didasari oleh kesadaran
atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang disediakan. Apabila
persepsi sehat-sakit belum sama dengan dengan konsep sehat-sakit kita, maka jelas
masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan, bila
persepsi sehat-sakit sudah sama dengan pengertian kita, maka kemungkinan besar
36
37
penyimpangan dari peraturan yang telah ditentukan maka akan dikenakan suatu
sanksi karena dianggap suatu pelanggaran, atau penyimpangan dari prosedur akan
pelayanan kesehatan yang lebih dikenal dengan keluaran (output)yaitu berupa hasil
akhir kegiatan dari tindakan dokter dan tenaga profesi lainnya terhadap pasien.
Artinya terjadi perubahan kearah yang positif atau sebaliknya derajat kesehatan
maupun kepuasan dari pasien terhadap pelayanan kesehatan yang telah diterima.
Sedangkan positif atau negatif keluaran yang dihasilkan tersebut dipengaruhi oleh
37
38
keamanan baik dari segi petugas yang cekatan, kenyamanan ruang tunggu, antrian
yang tidak terlalu lama, kebersihan toilet maupun dari sumber daya manusia yang
pelayanan klinis puskesmas merupakan salah satu tempat pelayanan yang pertama,
yang diharapkan pasien maupun keluarga pasien adalah sebagai tempat pemberi
Prosedur yang baik dapat terjadi jika semua petugas mengikuti peraturan atau
urutan kegiatan yang telah ditetapkan oleh instansi tanpa harus melihat status
sosial, hubungan kekeluargaan, kerabat dan segala hal yang dapat merusak
kepada pasien yang berkaitan dengan Sediaan Farmasi dengan maksud mencapai
38
39
2016).
ketersediaan adalah kesiapan suatu sarana (tenaga, barang, modal, anggaran) untuk
dapat digunakan atau dioperasikan dalam waktu yang telah ditentukan atau
39
40
Kerangka teoritis pada penelitian ini difokuskan pada lima karakteristik pasien
Pohan (2007)
Imbalo (2007) 1. Akses layanan
kesehatan Azwar (2011)
1. Bukti Fisik 2. Mutu layanan
2. Cepat Tanggap 1. Respon
kesehatan
3. Jaminan 2. Tindakan
3. Proses layanan
4. Keandalan 3. Jaminan
kesehatan
5. Empati 4. Empati
4. Sistem layanan
5. Bukti Fisik
kesehatan
Irawan (2002)
1. Tangible.
2. Reliability.
3. Responsiveness.
4. Assurance.
5. Empathy.
Kepuasan Pasien
40
41
BAB III
KERANGKA KONSEP
layanan kesehatan (Pohan, 2007) serta Jenny, dkk (2014) menyatakan bahwa
ketersedian obat. Kerangka konsep pada penelitian ini difokuskan pada empat
Kenyamanan
Sikap
Kepuasan Pasien di
Puskesmas
Prosedur Pelayanan
Ketersediaan Obat
41
42
Ketersediaan Obat.
42
43
skala yang menginginkan jawaban yang tegas seperti “puas” atau “tidak
puas”. Kuesioner dengan kategori benar diberi nilai 2 dan salah diberi nilai 1
(Respati, 2014).
Tidak Puas : Apabila jawaban responden benar < 6 dari total 12 skore
dalam kuesioner.
skala yang menginginkan jawaban yang tegas seperti “nyaman” atau “tidak
nyaman”. Kuesioner dengan kategori benar diberi nilai 2 dan salah diberi
43
44
Tidak Nyaman : Apabila jawaban responden benar < 8 dari total 16 skore
dalam kuesioner.
skala yang menginginkan jawaban yang tegas seperti “positif” atau “negatif”.
Kuesioner dengan kategori benar diberi nilai 2 dan salah diberi nilai 1
(Respati, 2014).
dalam kuesioner.
skala yang menginginkan jawaban yang tegas seperti “Lama” atau “tidak
lama”. Kuesioner dengan kategori benar diberi nilai 2 dan salah diberi nilai 1
(Respati, 2014).
Tidak Lama : Apabila jawaban responden benar < 7 dari total 14 skore
dalam kuesioner.
skala yang menginginkan jawaban yang tegas seperti “tersedia” atau “tidak
44
45
tersedia”. Kuesioner dengan kategori benar diberi nilai 2 dan salah diberi
Tidak Tersedia : Apabila jawaban responden benar < 4 dari total 8 skore
dalam kuesioner.
Tahun 2019
4.Ketersediaan Obat
45
46
BAB IV
METODE PENELITIAN
sehari-hari. Pendekatan yang dilakukan oleh penelitian ini adalah desain cross
sectional, yaitu melalui pengukuran data variabel bebas dan variabel terikat
setiap subjek hanya di observasi satu kali saja dengan pendekatan kuantitatif yang
tahun 2019.
4.2.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang berumur 15 tahun keatas
4.2.2 Sampel
Puskesmas Mon Geudong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe tahun 2019.
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang teliti dan
46
47
𝑵
n = 𝟏+𝑵 (𝒅)𝟐
Keterangan :
N = Besar populasi
n = Besar sampel
𝑁
n = 1+𝑁 (𝑑)2
33.137
= 1+ 33.137 (0,1)2
33.137
= 1+33.137(0,01)
33.137
= 1+331,37
33.137
= 332,37
n = 99,69
n = 100 orang
Maka dapat jumlah sampel yang diteliti adalah 100 responden, dengan
sampel yang dilakukan secara kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan
bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2015). Adapun
47
48
Mon Geudong Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe dan bersedia menjadi
Banda Sakti Kota Lhokseumawe. Penelitian akan dilaksanakan ini dilakukan pada
menggunakan kuesioner.
Data yang diperoleh dari Puskesmas Mon Geudong Kecamatan Banda Sakti
penelitian ini.
reliabilitas dari setiap pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Hasil uji ini dihitung
48
49
a. Validitas
kendali instrument dalam pengumpulan data. Instrumen harus dapat mengukur apa
yang seharusnya diukur. Untuk melakukan uji validitas, metode yang dilakukan
jika nilai α ≤ 0,05, sebaliknya pertanyaan dikatakan tidak valid jika nilai α>0,05.
b. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau diandalkan. Hal ini menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu
tetap konsisten bila pengukuran dilakukan dua kali atau lebih terhadap gejala yang
sama dengan menggunakan alat ukur yang sama. Untuk penelitian ini, uji reliabilitas
menggunakan Alpha Cronbach, dimana suatu kuesioner dikatakan reliable jika nilai
Alpha Cronbach lebih besar dari 0,8 (Sastroasmoro, 2011). Dari hasil uji kuesioner
didapatkan hasil bahwa kuesioner dinyatakan reliabel jika nilai alpha cronbach lebih
dari 0,8.
49
50
1. Editing (memeriksa)
pengisian atau pengambilan data. Pada tahap ini data harus sudah dikumpulkan
diperoleh dari hasil wawancara pengisian kuesioner 100 pasien Puskesmas Mon
Geudong.
Peneliti akan memberikan kode berupa angka pada data yang telah
yang telah diisi dengan diawali 01 untuk responden pertama dan 100 untuk
responden terakhir.
Data yang sudah diberikan kode akan peneliti susun secara berurutan dari
master table dan data tersebut diolah sesuai dengan subvariabel yang diteliti.
4. Cleaning
data yang telah dimasukkan tidak ada yang salah dan konsisten dengan kode-
50
51
5. Tabulating
menghitung jumlah nilai dan dihitung persentasinya pada setiap sub variabel,
setelah semua sub variabel terhitung dan didapatkan hasilnya sesuai dengan
kategori yang telah ditentukan oleh peneliti untuk mendapatkan hasil dari
penelitian tersebut.
distribusi frekuensi dan proporsi masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel
bebas maupun variabel terkait (Arif,2011). Analisis univariat berguna untuk melihat
proporsi dari setiap variabel yang ingin diteliti dan menjelaskan/ mendeskripsikan
SPSS.
atau berkolerasi yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi. Untuk mengetahui ada
tidaknya hubungan antara kedua variabel pada penelitian ini dipakai analisa Uji
Statistik Chi-Square (X2). Analisis Bivariat untuk mengetahui hubungan secara kasar
variabel independen atau faktor risiko lainnya. Pada penelitian ini variabel faktor
51
52
2019 menggunakan Chi Square Test. Pengujian dengan Chi Square membandingkan
Apabila p value ≤0,05 maka Ho ditolak, yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara variabel dependen dan variabel independen, apabila p value >0,05
maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel
dependen dan independen. Uji chi square sangat baik untuk tabel dengan derajat
kebebasan (df) yang besar. Sedangkan khusus untuk tabel 2 x 2 (df – nya adalah 1).
Bila pada 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5, maka yang digunakan
adalah “Fisher’s Exact Test” dan Bila tabelnya lebih dari 2x2, maka digunakan uji
SPSS kemudian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan tabulasi silang,
52
53
DAFTAR PUSTAKA
Kemendikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima (KBBI V). Jakarta:
Kemendikbud, 2014
53
54
54
55
KUESIONER PENELITIAN
I. Data Umum
No Urut Responden :
Nama Responden :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
I. Petunjuk !
Peneliti akan memberi tanda checklist () pada jawaban yang anda pilih.
A. Kepuasan Pasien
No Pilihan
Pernyataan
P TP Bobot
1 Petugas memberikan pelayanan kesehatan
dengan baik
2 Hubungan antara petugas kesehatan dengan
pasien
3 Petugas memberikan rasa nyaman dan aman
dalam melakukan tindakan pelayanan
kesehatan
4 Kemampuan petugas kesehatan dalam
memberikan pelayanan
5 Petugas memberikan kebebasan memilih dan
menentukan pelayanan
6 Tingkat pengetahuan petugas kesehatan
dalam memberikan pelayanan
Ket :
55
56
P = Puas (bobot = 2)
TP = Tidak Puas (bobot = 1)
B. kenyamanan
No Pilihan
Pernyataan
N TN Bobot
1 Kerapian dan kebersihan penampilan petugas
kesehatan
2 Kenyamanan diruang tunggu
3 Kebersihan tempat periksa
4 Kerapian tempat periksa
5 Terciptanya suasana aman dan tentram
dilingkungan puskesmas
6 Toilet dan kamar mandi yang bersih
7 Tempat parkir yang disediakan memadai
8 Jumlah tempat duduk diruang tunggu
mencukupi
Ket:
N = Nyaman (bobot = 2)
TN = Tidak Nyaman (bobot = 1)
C. Sikap
No Pilihan
Pernyataan
P N Bobot
1 Kemampuan petugas kesehatan dalam
menangani pasien
2 Petugas kesehatan melaksanakan pelayanan
dengan terpercaya dan akurat
3 Kesediaan dokter dalam menangani pasien
4 Petugas kesehatan memberikan pelayanan
kepada pasien tanpa memilih-milih
5 Kemampuan petugas kesehatan
menanamkan kepercayaan kepada pasien
6 Perawat terampil dalam menangani pasien
7 Memberikan jaminan akan kesembuhan
pasien
8 Menjaga kerahasiaan pasien
Ket:
P = Positif (bobot = 2)
N = Negatif (bobot = 1)
56
57
D. Prosedur Pelayanan
No Pilihan
Pernyataan
L TL Bobot
1 Kejelasan papan petunjuk
E. Ketersediaan Obat
No Pilihan
Pernyataan
T TT Bobot
1 Ketersediaan obat yang diresepkan dokter
tersedia diapotek tanpa harus pasien
membeli sendiri ke apotek luar puskesmas
2 Jelas tulisan dalam kartu obat
3 Tidak terjadi kesalahan dalam pemberian
obat
4 Petugas kesehatan memberikan penjelasan
tatacara minum obat dan waktu-waktu
meminum obat
Ket :
T = Tersedia (bobot = 2)
TT = Tidak Tersedia (bobot = 1)
57
58
TABEL SKOR
1 2 1
2 2 1 Puas jika ≥
3 2 1 6
1 Kepuasan pasien 4 2 1 Tidak puas
5 2 1 jika < 6
6 2 1
N TN
1 2 1
2 2 1 Nyaman
3 2 1 jika ≥ 8
2 Kenyamanan 2 1
4 Tidak puas
5 2 1 jika < 8
6 2 1
7 2 1
8 2 1
P N
1 2
2 1 Positif jika
2
3 1 nilai ≥ 8
2
4 1 Negatif jika
Sikap 2
3 5 1 jika < 8
2
6 1
2
7 1
2
8 1
2
1
4 Prosedur L TL
58
59
Pelayanan
2 1
1 Lama nilai
2 1
2 ≥7
2 1
3 Tidak Lama
2 1
4 jika jika < 7
2 1
5
2 1
6
2 1
7
T TT
2 1 Tersedia
Ketersediaan 1
5 2 1 nilai ≥ 4
Obat 2
2 1 Tidak
3
2 1 tersedia jika
4
<4
59