0%(1)0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
107 tayangan22 halaman
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas tentang gambaran tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Rumah Sakit Radjak Salemba tahun 2023.
2. Beberapa aspek yang diteliti untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien antara lain aspek kehandalan, jaminan, bukti fisik, empati, dan responsiveness.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas tentang gambaran tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Rumah Sakit Radjak Salemba tahun 2023.
2. Beberapa aspek yang diteliti untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien antara lain aspek kehandalan, jaminan, bukti fisik, empati, dan responsiveness.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
Ringkasan dokumen tersebut adalah sebagai berikut:
1. Dokumen tersebut membahas tentang gambaran tingkat kepuasan pasien rawat jalan di Rumah Sakit Radjak Salemba tahun 2023.
2. Beberapa aspek yang diteliti untuk mengetahui tingkat kepuasan pasien antara lain aspek kehandalan, jaminan, bukti fisik, empati, dan responsiveness.
3. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pelayanan kesehatan
ADMINISTRASI RUMAH SAKIT FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MOHAMAD HUSNI THAMRIN JAKARTA TAHUN 2022/2023
Jl. Raya Pondok Gede No.23-25 Kramat Jati
Jakarta Timur 13550 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat hidup dengan
layak dan produktif, untuk itu diperlukan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang sekiranya biayanya dapat dikendalikan serta kualitasnya dapat membantu masyarakat (Suaib, 2015). Seperti yang tercantum dalam Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atau sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau (Depkes RI, 2009). Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan secara komprehensif dan terpadu. Rumah sakit ini bersaing dalam memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu yang berorientasi pada kepuasan pelanggan. Rumah Sakit juga harus bisa mamanfaatkan setiap sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pelayanan yang berkualitas serta dapat meminimalisir datangnya keluhan dari pasien terhadap pelayanan yang diberikan rumah sakit (Hidayat, 2010). Masyarakat sebagai pengguna jasa layanan kesehatan mengharapkan pelayanan kesehatan yang optimal. Dalam hal ini, mutu pelayanan kesehatan yang layak dan sesuai apa yang diharapkan. Selain mutu pelayanan, meningkatnya tingkat pendidikan, pengetahuan dan sosial ekonomi masyarakat juga berpengaruh terhadap tuntutan adanya peningkatan mutu pelayanan tersebut. Salah satunya penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah sakit tentang kinerja tenaga-tenaga kesehatan. Selain itu, masyarakat mengkritisi berbagai aspek pelayanan kesehatan terutama mengenai pelayanan perawatan, karena di rumah sakit sumber daya manusia terbanyak yang berinteraksi secara langsung dengan pasien adalah perawat, sehingga mutu pelayanan yang dilaksanakan oleh perawat dapat dinilai sebagai indikator baik atau buruknya mutu pelayanan rumah sakit, hal itu pula yang akan mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di rumah sakit (Pramono, 2008). Kepuasan pasien merupakan perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya. Kepuasan ini merupakan salah satu indikator sangat penting dalam pelayanan kesehatan, tetapi kepuasan itu sering terabaikan atau dilupakan. Salah satu indikator kepuasan pasien adalah berkurangnya jumlah keluhan pasien pada kotak saran dan meningkatnya jumlah kunjungan pasien. Sedangkan dampak ketidakpuasan pasien yang terjadi di rumah sakit adalah pasien merasa kecewa dan malas untuk berkunjung kembali ke rumah sakit, pasien bisa menceritakan pengalaman buruknya terhadap konsumen lain sehingga membuat konsumen tidak tertarik berobat ke rumah sakit tersebut yang mengakibatkan jumlah kunjungan turun (Pohan, 2007). Pada saat yang bersamaan, masyarakat juga semakin kritis terhadap pelayanan yang diberikan. Kepuasan pasien sendiri terjadi apabila apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, harapan dapat dipenuhi, maka pasien akan merasa puas (Nursalam, 2017). Untuk kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan sendiri terdapat lima dimensi utama diantaranya ketanggapan yaitu kesediaan dan kesiapan para petugas kesehatan untuk membantu para pasien untuk mendapatkan pelayanan secara cepat, merespon permintaan pasien serta menginformasikan kapan saja pelayanan akan diberikan. Kehandalan yaitu konsistensi kinerja pelayanan, mampu memberikan pelayanan yang terpercaya sesuai dengan janji dan waktu yang telah disepakati. Jaminan yaitu perilaku para petugas kesehatan yang mampu memberikan kepercayaan dan rasa aman bagi pelanggannya. Empati yaitu kemampuan para petugas kesehatan untuk memahami keluhan pasien, memberikan perhatian secara individual, memberikan kesempatan untuk bertanya dan ketepatan waktu agar pasien tidak terlalu lama menunggu untuk mendapatkan pelayanan. Bukti fisik yaitu keadaan lingkungan sekitar yang nyata dan dilihat dari pelayanan para petugas kesehatan yang meliputi penampilan petugas, peralatan dan fasilitas yang digunakan (Pramono, 2008). Dan untuk kepuasan pasien sendiri berdasarkan Keputusan Menteri kesehatan No.129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit bahwa kepuasan pelanggan lebih dari 90% merupakan salah satu standar minimal untuk pelayanan rawat jalan (Depkes RI, 2008). Dengan bertambahnya jumlah pasien yang berobat ke rumah sakit merupakan suatu tantangan bagi rumah sakit dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada pasien. Tidak bisa dipungkiri, dengan meningkatnya jumlah pasien yang berobat membuat petugas menjadi kewalahan di dalam memberikan pelayanan sehingga kadang tidak sempat untuk memberikan senyuman dan salam kepada pasien. Oleh karena itu, ketidakpuasan pasien dapat timbul dikarenakan sikap petugas kesehatan yang kurang ramah. Pasien yang mendapatkan kepuasan, maka akan selalu datang berobat ke fasilitas kesehatan tersebut. Pasien akan selalu mencari layanan kesehatan di fasilitas yang kinerja pelayanan kesehatannya dapat memenuhi harapan atau tidak mengecewakan pasien (Pohan, 2007). Permasalahan mutu keperawatan tidak hanya terjadi di Indonesia, menurut laporan World Health Organization (WHO, 2018), data untuk wilayah asia tenggara menunjukkan bahwa sekitar 35% pengguna jasa pelayanan kesehatan merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan dan 55% lainnya menyatakan ketidakpuasan. Sedangkan berdasarkan hasil survey Depkes RI tahun 2017 di 27 Rumah Sakit di Indonesia, mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan masih jauh dari apa yang diharapkan pasien (Depkes RI, 2017). Pada penelitian Sihombing (2016) di Rumah Sakit Bhakti Mulia tentang kepuasan pasien terhadap pelayanan rawat jalan menunjukkan dari 87 responden yang diteliti didapatkan 71.11% atau sebanyak 61 orang sudah puas sesuai harapan dan sebesar 28,89% atau sebesar 16 orang belum merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan, dengan penjabaran sebagai berikut: untuk kepuasan pasien melalui dimensi tangible/berwujud sebesar 67,76%, dimensi responsiveness/daya tanggap sebesar 71,90%, dimensi reliability/kehandalan sebesar 72,36%, dimensi assurance/jaminan sebesar 71,55%, dimensi emphaty/empati sebesar 72,01%. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa persentase kepuasan pasien belum mencapai 90% sehingga belum masuk rentang yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia dan masih banyak pasien yang belum merasakan puas terhadap pelayanan yang diberikan. Oleh karna itu penulis tertarik untuk mengetahui kepuasan pasien rawat jalan di Rumah Sakit Radjak Salemba Jakarta dengan Judul “Gambaran Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan Rawat Jalan di RS Radjak Salemba Jakarta”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut diatas, rumusan masalah dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat kepuasan pasien rawat jalan RS Radjak Salemba bila di tinjau dari aspek kehandalan (Reability)? 2. Bagaimana tingkat kepuasan pasien rawat jalan RS Radjak Salemba bila ditinjau dari aspek jaminan (Assurance)? 3. Bagaimana tingkat kepuasan pasien rawat jalan RS Radjak Salemba bila di tinjau dari aspek bukti fisik/berwujud (Tangible)? 4. Bagaimana tingkat kepuasan pasien rawat jalan RS Radjak Salemba bila di tinjau dari aspek empati (Emphaty)? 5. Bagaimana tingkat kepuasan pasien rawat jalan RS Radjak Salemba bila di tinjau dari aspek daya tanggap (Responsiveness)?
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui Gambaran Tingkat Kepuasan Pasien rawat jalan di RS Radjak Salemba.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepuasan pasien terhadap pelayanan rawat jalan di RS Radjak Salemba di tinjau dari dimensi kehandalan (Reability). 2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepuasan pasien terhadap pelayanan rawat jalan di RS Radjak Salemba di tinjau dari dimensi jaminan (Assurance). 3. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepuasan pasien terhadap pelayanan rawat jalan di RS Radjak Salemba di tinjau dari dimensi bukti fisik/berwujud (Tangible). 4. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepuasan pasien terhadap pelayanan rawat jalan di RS Radjak Salemba di tinjau dari dimensi empati (Emphaty). 5. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepuasan pasien terhadap pelayanan rawat jalan di RS Radjak Salemba di tinjau dari dimensi daya tanggap (Responsiveness).
1.4. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Peneliti Bagi peneliti sendiri, penelitian ini dapat menjadi pengalaman yang berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang kepuasan pasien dalam pelayanan kesehatan yang mungkin diperoleh selama proses penelitian berlangsung.
2. Manfaat Bagi RS Radjak Salemba
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolak ukur dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik untuk pasien di instalasi rawat jalan RS Radjak Salemba.
3. Manfaat Bagi D3 ARS Universitas MH Thamrin
Sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan pendidikan serta sebagai bahan masukan untuk peneliti selanjutnya. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian
1.5.1 Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di instalansi rawat jalan Rumah Sakit Radjak
Salemba Jakarta Pusat.
1.5.2 Lingkup Waktu
Waktu penelitan dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei 2023 BAB II TINJAUAN PPUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Rumah Sakit Rumah Sakit adalah pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit). Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan professional yang pelayanannya diselenggarakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli lainnya. Di dalam Rumah Sakit terdapat banyak aktivitas dan kegiatan yang berlangsung secara berkaitan (Haliman & Wulandari, 2012)
2.1.2 Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
1. Tugas Rumah Sakit, yaitu: a. Memberi pelayanan medis; b. Memberi pelayanan penunjang medis; c. Memberi pelayanan kedokteran kehakiman; d. Memberi pelayanan medis khusus; e. Memberi pelayanan rujukan kesehatan; f. Memberi pelayanan kedokteran gigi; g. Memberi pelayanan sosial; h. Memberi penyuluhan kesehatan; i. Memberi pelayanan rawat jalan, rawat inap, rawat darurat, dan rawat intensif; j. Memberi pendidikan medis secara umum dan khusus k. Memberi fasilitas untuk penelitian dan pengembangan ilmu kesehatan; dan l. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi. 2. Fungsi Rumah Sakit yaitu: a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit; b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis; c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan; dan d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit).
2.1.3 Rumah Sakit Radjak Salemba
Sejarah perkembangan Radjak Hospital berawal dari sebuah Klinik Bersalin di Tegalan, Jakarta Timur yang diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin pada tahun 1976. Dengan kerja keras dan ketekunan, dokter Abdul Radjak, DSOG, pengagum berat Pahlawan Nasional Muhammad Husni Thamrin, pada tahun 1981 mendirikan sebuah rumah sakit di daerah Salemba, Jakarta Pusat yang diberi nama Rumah Sakit MH Thamrin. Pada tahun 2019, Rumah Sakit MH Thamrin bermetamorfosis dengan nama Radjak Hospital. Di tangan para profesional di bidang kesehatan yang handal, Radjak Hospital tumbuh dan berkembang melayani masyarakat di kawasan DKI Jakarta dan Jawa Barat.
2.2.1 Pengertian Pelayanan
Pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi antara konsumen dan karyawan atau hal-hal lain yang disebabkan oleh perusahaan pemberi pelayanan kesehatan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/ pelanggan. Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa ciri pokok pelayanan adalah tidak kasat mata (tidak dapat diraba) dan melibatkan upaya manusia atau peralatan lain yang disediakan oleh perusahaan penyelenggara pelayanan kesehatan (Ratminto dan Winarsi,2005). Berdasarkan keputusan menteri pendayagunaan aparatur negara Nomor 81 tahun 1993 yang kemudian disempurnakan dengan keputusan menteri pendayagunaan aparatur negara Nomor 63 tahun 2003 mendefinisikan pelayanan sebagai segala bentuk pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh instansi pemerintah pusat, di daerah, dan dilingkungan badan usaha milik negara dalam bentuk barang dan atau jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang – undangan.
2.2.2 Dimensi Kualitas Pelayanan
Dalam menghadapi persaingan antar rumah sakit (perusahaan) yang semakin ketat, maka rumah sakit bersaing untuk memikat agar para pelanggannya tetap loyal dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan rumah sakit yang diberikannya. Salah satu aspek yang perlu mendapatkan perhatian penting adalah kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit. Kualitas layanan berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan serta ketepatan penyampaiannya untuk mengimbangi harapan pelanggan. Ada dua faktor yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service. Kualitas harus dimulai dari kebutuhan pelanggan dan berakhir pada presepsi pelanggan. Hal ini berarti bahwa citra kualitas yang baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi pihak penyedia jasa, melainkan berdasarkan sudut pandang atau presepsi pelanggan. Persepsi pelanggan terhadap kualitas jasa merupakan penilaian menyeluruh atas keunggulan suatu jasa. Menurut Lupioadi (2006) menyatakan ada lima dimensi yang mempengaruhi kepuasan pasien. Kelima dimensi pokok tersebut meliputi: a) Keandalan (reliability), kemampuan rumah sakit memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pasien tanpa kesalahan, sikap yang simpatik dan dengan akurasi yang tinggi. b) Daya Tanggap (responsiveness), yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat dan tepat kepada pasien, dengan penyampaian informasi yang jelas. Membiarkan konsumen menunggu tanpa ada alasan yang jelas menyebabkan persepsi negatif dalam kualitas pelayanan. c) Jaminan (assurance), yaitu pengetahuan, kesopansantuanan dan kemampuan para pegawai rumah sakit menumbuhkan rasa percaya para pasien. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain komunikasi (communication), kredibilitas (credibility), keamanan (security), kompetensi (competence), dan sopan santun (courtesy). d) Bukti langsung (tangibles), yaitu kemampuan rumah sakit menunjukkan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik rumah sakit yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik Contoh gedung, gudang, perlengkapan dan tehnologi kedokteran yang digunakan serta penampilan pegawainya. e) Empati (empathy), yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan pasien. Dimana suatu perusahaan maupun rumah sakit diharapkan memiliki pengetahuan dan pengertian tentang pelanggan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoperasian yang nyaman bagi pasien.
2.2.3 Kepuasan Pasien
Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapannya. Berdasarkan uraian di atas pengertian kepuasan pasien dapat dijabarkan sebagai berikut. Kepuasan pasien adalah suatu tingkat perasaan pasien yang timbul sebagai akibat dari kinerja pelayanan kesehatan yang diperolehnya setelah pasien membandingkannya dengan apa yang diharapkannya (Pohan, 2007). Menurut Kotler (2003) kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara kesan terhadap kinerja atau hasil produk dan harapan – harapannya. 2.2.4 Pengukuran Kepuasan Menurut Pohan (2007), tingkat kepuasan pasien dapat diukur baik secara kuantitatif ataupun kualitatif (dengan membandingkannya) dan banyak cara mengukur tingkat kepuasan pasien. Dalam melakukan upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, pengukuran tingkat kepuasan pasien ini mutlak diperlukan. Melalui pengukuran tersebut, dapat diketahui sejauh mana dimensi-dimensi mutu pelayanan kesehatan yang telah diselenggarakan dapat memenuhi harapan pasien (Pohan, 2007). 1. Kuesioner Kuesioner digunakan sebagai alat untuk pengumpulan data. Kemudian diyakini lagi menurut pendapat Sugiyono (2017), yaitu kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Daftar pernyataan mengenai gambaran umum kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan yang diperolehnya, dimana kuesioner menggunkan sekala liked. 2. Skala Likert Skala pengukuran menurut Sugiyono (2014) merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai variabel yang diukur dengan instrumen tertentu dapat dinyatakan dalam bentuk angka, sehingga lebih akurat, efisien dan komunikatif. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala Likert sebagai skala pengukuran. Jawaban pada setiap item instrumen yang menggunakan skala Likert menpunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif dengan berupa kata-kata: Tabel 2.2.4. Skala Likert Alternatif Jawaban Bobot Sangat Puas 5 Puas 4 Cukup Puas 3 Tidak Puas 2 Sangat Tidak Puas 1 BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL
3.1 Kerangka Teori
Berdasarkan landasan teori, maka kerangka teori pada penelitian ini adalah:
Gambar 3.1 Kerangka Teori (Siti Aisyah 2019)
3.1.2 Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori diatas, maka dapat disusun kerangka konsep dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:
Dimensi Operasional Cara Ukur atau Data Variabel Kategori Bukti Fisik Bukti fisik Dengan - Tidak Likert (tangibles) (tangibles) menggunakan puas jika adalah adanya kuesioner nilai yang fasilitas fisik, didapat dari peralatan, kuesioner 1. karyawan, dan - Kurang alat-alat yang puas jika tersedia di nilai yang Rumah Sakit didapat dari dalam kuesioner 2. memberikan - Puas jika pelayanan nilai yang kepada pasien. didapat dari Diantaranya kuesioner 3. ruang tunggu, - Cukup ruang operasi, puas jika dan peralatan nilai yang (Meilana, didapat dari 2017). kuesioner 4. - Sangat puas jika nilai yang didapat dari kuesioner 5. Kehandalan Kehandalan Dengan - Tidak Likert (reliability (reliability) menggunakan puas jika merupakan kuesioner nilai yang kemampuan didapat dari Rumah Sakit kuesioner 1. untuk - Kurang memberikan puas jika pelayanan yang nilai yang sesuai dengan didapat dari apa yang telah kuesioner 2. dijanjikan. - Puas jika Diantaranya nilai yang adalah janji didapat dari menepati kuesioner 3. jadwal yang - Cukup sesuai dan puas jika diagnosisnya nilai yang terbukti akurat didapat dari (Meilana, kuesioner 4. 2017). - Sangat puas jika nilai yang didapat dari kuesioner 5. Daya Ketanggapan Dengan - Tidak Likert Tanggap (responsivenes) menggunakan puas jika (responsive merupakan kuesioner nilai yang ness) sikap karyawan didapat dari yang bersedia kuesioner 1. untuk - Kurang membantu puas jika pasien dan nilai yang merespon didapat dari permintaan kuesioner 2. pasien dengan - Puas jika segera nilai yang (Meilana, didapat dari 2017). kuesioner 3. - Cukup puas jika nilai yang didapat dari kuesioner 4. - Sangat puas jika nilai yang didapat dari kuesioner 5. Jaminan Jaminan Dengan - Tidak Likert (assurance) (assurance) menggunakan puas jika adalah kuesioner nilai yang pengetahuan didapat dari dan kesopanan kuesioner 1. karyawan serta - Kurang kemampuan puas jika mereka nilai yang menumbuhkan didapat dari rasa percaya kuesioner 2. serta keyakinan - Puas jika kepada para nilai yang pasien didapat dari (Meilana, kuesioner 3. 2017). - Cukup puas jika nilai yang didapat dari kuesioner 4. - Sangat puas jika nilai yang didapat dari kuesioner 5. Empati Empati Dengan - Tidak Likert (empathy) (empathy) menggunakan puas jika adalah kuesioner nilai yang kemampuan didapat dari pihak Rumah kuesioner 1. Sakit untuk - Kurang memberikan puas jika perhatian secara nilai yang individu kepada didapat dari para pasien. kuesioner 2. Diantaranya - Puas jika mengenal nilai yang pasien dengan didapat dari baik, mengingat kuesioner 3. masalah - Cukup penyakit dan puas jika sabar (Meilan nilai yang a, 2017). didapat dari kuesioner 4. - Sangat puas jika nilai yang didapat dari kuesioner 5.
Tabel 3.1.3 Definisi Oprasional
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan metode Cross Sectional. Data diambil secara kuantitatif menggunakan kuesioner dimana responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan kemudian dilakukan wawancara untuk melengkapi data kualitatif untuk memperdalam temuan di lapangan dan menghasilkan pemahaman yang komprehesif mengenai masalah yang diteliti.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan di Rumah Sakit Radjak Salemba Jakarta. Berdasarkan data kunjungan pasien dengan kriteria: Tabel 4.2.1 Karakteristik Responden Karakteristik Umur Jenis Pendidikan Pekerjaan Penghasilan Kelamin 18-30 tahun Laki-laki SD Mahasiswa/i < Rp 1.000.000 Rp 31-50 tahun Perempuan SMP Wiraswasta 1.000.000 – Rp 52-60 tahun SMA/SMU/SM PNS Pegawai 5.000.000 > 60 tahun K Diploma S1 Swasta Ibu > Rp 5.000.000 Lain-lain (tidak Rumah Tangga tamat Lain-lain (petani SD/SMP/SMA dan tidak dan tidak bekerja) sekolah) 4.2.2 Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah sampel yang memenuhi kriteria inklusi pasien rawat jalan di Rumah Sakit Radjak Salemba Jakarta. Jumlah sampel atau responden sebagai sumber data penelitian dihitung dengan menggunakan rumus Slovin. Rumus Slovin merupakan metode praktis untuk menentukan ukuran atau jumlah sampel dengan syarat jumlah populasi yang relatif besar. N n = 1 + N (e2) Keterangan: Batas toleransi kesalahan yang ditetapkan adalah 10% n = Ukuran sampel N = Jumlah populasi e = Standar error (10%) Teknik pengambilan sampel adalah secara purposive sampling yaitu sampel berdasarkan pertimbangan dan pengambilan sampel berdasarkan syarat yang berhubungan dengan penelitian sehingga sampel yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan yang masuk kriteria eksklusi tidak dimasukkan dalam sampel penelitian. a. Kriteria Inklusi 1. Pasien rawat jalan di Rumah Sakit Radjak Salemba Jakarta. 2. Pasien yang mengambil obat melalui apotek di Rumah Sakit Radjak Salemba Jakarta. 3. Bersedia secara suka rela menjadi responden. 4. Usia responden 18 tahun keatas. b. Kriteria Eksklusi 1. Pasien yang memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dan pasien berkebutuhan khusus. 2. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden. 3. Pasien rawat inap.
4.3 Aspek Pengukuran
Beberapa pertanyaan akan ditanyakan melalui wawancara kepada para responden dengan menggunakan alat ukur berupa kuisioner. Pertanyaan untuk mengetahui karakteristik responden terhadap pelayanan pasien rawat jalan di Rumah Sakit Radjak Salemba Jakarta. Data yang diperoleh dari hasil kuesioner dianalisis dengan memberikan bobot pada masing-masing pertanyaan dengan skala Lickert yang merupakan variabel jenis kategori yang memiliki tingkatan dan skala Lickert menggambarkan urutan saja dan tingkat kepuasan diperoleh dengan cara membandingkan bobot kenyataan dan harapan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
4.4 Pengumpulan Data
4.4.1 Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Pengambilan data primer dilakukan melalui survey dengan teknik wawancara menggunakan instrument kuesioner.
4.4.2 Tehnik Pengumpulan Data
Untuk teknik pengumpulan data peneliti mempersiapkan kuesioner yang akan dibagikan ke pasien dan menunggu pasien diruang tunggu Rawat Jalan. Sebelum membagikan kuesioner peneliti terlebih dahulu melakukan pertanyaan singkat dengan responden untuk mengetahui apakah merupakan pasien rawat jalan dan bersedia ikut serta dalam penelitian ini. Kuesioner yang telah dibagikan dan diisi oleh pasien dikumpulkan kembali. Teknik pengumpulan data yang dilakukan kepada pasien atau orang yang mewakili pasien dengan menyusun daftar pertanyaan. 4.5 Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1 Pengolahan Data yang telah dikumpulkan, dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solutions) dengan uji statistik ini dapat diketahui tingkat kepuasan yang ditujukan melalui parameter-parameter tingkat kepuasan yaitu kehandalan, responsibilitas, keyakinan, empati, dan bukti fisik apakah yang mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Radjak Salemba. Data disajikan dalam bentuk narasi dan table.
4.5.2 Analisis Data
Analisa data yang digunakan oleh peneliti adalah Analisis Univariat. Analisis univariat digunakan untuk mencari distribusi frekuensi dan persentase dari karakteristik responden, pelayanan kesehatan berdasarkan 5 dimensi mutu pelayanan meliputi: reliability (kehandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), empathy (empati), tangible (bukti fisik) dan kepuasan pasien. 1. Interpretasi kriteria hasil a. Menghitung scoring jawaban dari responden dari setiap dimensi, maka dihitung total keseluruhan jawaban tersebut, dengan rumus:
T x Pn
Keterangan: T: Total jumlah responden yang memilih Pn: Pilihan angket skor Likert
b. Interpretasi Skor Perhitungan
Agar mendapatkan hasil interpretasi, terlebih dahulu harus diketahui skor tertinggi (Y) dan skor terendah (X) untuk item penilaian dengan rumus sebagai berikut: Y = skor tertinggi likert x jumlah responden X = skor terendah likert x jumlah responden c. Rumus Interval Sebelum menyelesaikan perhitungan, maka harus mengetahui interval (rentang jarak) dan interpretasi persen agar mengetahui penilaian dengan metode mencari interval skor persen:
I = 100 / Jumlah Skor likert
2. Analisa gambaran tingkat kepuasan pasien pada masing–masing dimensi
(kehandalan, bukti langsung, jaminan, empati, dan berwujud) yang didasarkan pada hasil kesioner dengan cara menghitung distribusi frekuensi dan presentase dari data masing-masing dimensi menggunakan program komputer Microsoft Excel.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu