Anda di halaman 1dari 80

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat kompleks, agar

rumah sakit dapat melaksanakan fungsi dengan baik, maka di rumah sakit

harus memiliki sumber daya manusia, saran dan prasarana peralatan yang

memadai serta dikelola secara profesional (Depkes RI, 2011). Rumah sakit

sebagai salah satu subsistem pelayanan ksehatan menyelenggarakan dua jenis

pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan administrasi dan pelayanan

kesehatan. Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan

penunjang medik, rehabilitas medik, dan pelayanan perawatan (Munijaya,

2015). Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan

kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna (komprehensif),

penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif) kepada

masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga

kesehatan dan pusat penelitian medik (Sri, 2015).

Pelayanan kesehatan adalah suatu upaya yang dilakukan oleh setiap

individu maupun masyarakat untuk meningkatkan kesehatan, mencegah dan

menanggulangi munculnya masalah kesehatan di masyarakat (Depkes RI,

2009). Pelayanan kesehatan merupakan seluruh tindakan yang dilaksanakan

secara individu dan berkelompok dalam organisasi peningkatan kesehatan,

pencegahan, dan pengobatan penyakit, memulihkan kesehatan individu,

1
2

keluarga, kelompok, atau masyarakat berkualitas (Firdaus & Dewi, 2014).

Pelayanan asuhan keperawatan didasarkan dalam kaidah profesi keperawatan

melalui pendekatan keseluruhanyang meliputi aspek biologis, psikologis,

sosial, kultural & spiritual. Tenaga perawat profesional diperlukan menaruh

kualitas pelayanan yang baik. Hal ini dikarenakan eksistensi perawat yang

bertugas selama 24 jam pada menaruh pelayanan asuhan keperawatan pada

pasien, sebagai akibatnya perawat dituntut agar mampu menaruh pelayanan

kesehatan yg bermutu (Nursalam, 2011). Baik buruk suatu pelayanan

kesehatan dalam memenuhi kebutuhan dan tuntutan pasien dan masyarakat

dilihat dari mutu pelayanan kesehatan yang diberikan (Bata,2013).

Kepuasan pasien sebagai pengguna jasa merupakan salah satu

indikatornya dalam evaluasi pelayanan rumah sakit. Kepuasan tinggi

Menunjukkan keberhasilan rumah sakit dalam memberikan pelayanan

kesehatan berkualitas (Firdaus & Dewi, 2014). Kepuasan pasien adalah salah

satu tolak ukur keberhasilan pelayanan yang tinggal di rumah sakit. Kepuasan

pasien merupakan salah satu hal terpenting yang harus di penuhi dalam

memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pasien dikatakan puas bila

pelayanan yang diterima sinkron atau sesuai dengan keinginannya (Sudian,

2011). Kepuasan merupakan salah satu indikator sangat penting dalam

pelayanan kesehatan. Pasien akan merasa puas apabila kinerja layanan

kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapan (Andriani, 2017).

2
3

Kualitas pelayanan kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam

pemanfaatan layanan kesehatan. Penilaian terhadap kualitas pelayanan yang baik

tidak terbatas pada kesembuhan penyakit secara fisik, tetapi juga terhadap sikap,

pengetahuan dan keterampilan petugas dalam memberikan pelayanan,

komunikasi, informasi, sopan santun, tepat waktu, tanggap dan tersedianya

sarana serta lingkungan fisik yang memadai (Andriani, 2017).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh ( Natasya & Yusuf,

2021) di dapatkan bahwa gambaran mutu pelayanan kesehatan pada pasien yang

pernah menggunakan BPJS di Rumah Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda

Aceh berada pada kategori baik sebanyak sebanyak 145 responden (58,5%),

sedangkan kategori cukup sebanyak 92 responden (37,1%) dan untuk kategori

kurang baik sebanyak 11 responden (4,4%). Dan dimensi mutupelayanan

kesehatan pada dimennsi Reability (kehandalan), berada pada kategori baik

sebanyak 157 reponden (63,3%). Dimensi resposiveness (ketanggapan), 127

responden (51,2%), berada pada kategori baik. Dimensi assurance (jaminan),

berada pada kategori baik sebanyak 146 reponden (58,9%). Dimensi emphaty

(empati), 163 responden (65,7%) berada pada kategori baik. Dan pada dimensi

tangibles (wujud nyata/bukti fisik), pada mutu pelayanan kesehatan di Rumah

Sakit Umum Daerah Meuraxa Kota Banda Aceh barada pada kategori cukup

sebanyak 118 reponden (47,6%), yang menyebabkan adanya beberapa keluhan

bahwa rumah sakit masih kurang dalam hal alat kesehatan danjuga akan

kebersihan.
4

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kamil (2012), hasilpenelitian

yang didapatkan dari semuadimensi mutu pelayanan kesehatan yang

diujimendapatkan hasil yang negatif denganmasing-masing dimensi

mendapatkan score,yaitu; dimensi empati -0,9, dimensikehandalan -0,86,

sedangkan untuk dimensiketanggapan dan dimensi jaminanmendapatkan nilai

yang sama -0,7, dandimensi tampilan fisik -0,6, dengan skorindex of patients

satisfaction 40,756%. Olehkarena itu, kesimpulan yang didapatkanbahwa

RSUDZA Banda Aceh perlu untuk eningkatkan mutu pelayanan kesehatan

sehingga dapat memberikan kepuasan kepada setiap pasien dengan

memperhatikan dan memfokuskan pada setiap dimensi mutu pelayanan

berdasarkan teori SERVQUAL.Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan oleh

(Antari, 2019) di dapatkan bahwa sebagian besar responden puas terhadap

pelayanan kesehatan (88,2%). Kemudian melihat dari dimensi kepuasan,

penelitian ini menunjukkan tingkat kepuasan pasien rawat jalan di UPT Kesmas

Payangan berdasarkan aspek tangible (bukti fisik) yaitu sebagian besar

responden puas (84,7%), diikuti dengan aspek reliability (82,3%), responsiveness

(94,1%), assurance (92,9%), dan emphaty (88,2%).

Kepuasan pasien adalah salah satu tolak ukur keberhasilan pelayanan

yang diberikan di rumah sakit. Kepuasan pasien merupakan salah satu hal

terpenting yang harus di penuhi dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

pasien. Pasien dikatakan puas bila pelayanan yang diterima sinkron atau sesuai

dengan keinginannya . Begitu sebaliknya, jika pasien menerima pelayanan yang


5

buruk atau tidak dilayani dengan baik maka pasien akan merasa kurang puas

terhadap pelayanan kesehatan yang di terima (Sudian,2011).

Dari beberapa penjelasan yang telah dikemukakan diatas peneliti tertarik

untuk mengetahui gambara pasien terhadap pelayanan kesehatan di ruang rawat

jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh

B. Rumusan Masalah Penelitian

Kepuasan pasien adalah salah satu indikator yang sangat penting dari

semua aspek, dalam memberikan pelayanan atau asuhan keperawatan kita harus

memperhatikan kepuasan pasien, jika pasien merasa tidak puas atas pelayanan

yang diterima maka itu akan menjadi penghambat dari proses kesembuhan

pasien. Berdasarkan latar belakang diatas dapat dikemukakan rumusan masalah

yaitu “Bagaimana Gambaran Kepuasan Pasien Terhadap Pelayanan Kesehatan

Di Ruang Rawat Jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana gambaran kepuasan pasien terhadap

telayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dari

dimnesi aman?
6

b. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dari

dimensi adil?

c. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dari

dimensi efektif?

d. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dari

dimensi efesien?

e. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Banda Aceh dari dimensi

tepat waktu?

f. Untuk mengetahui gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dari

dimensi terintegrasi?

D. Manfaat penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:

1. Bagi RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi tenaga

keperawatan khususnya pihak manajer RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh

dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien


7

2. Pengembangan pelayanan keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi materi panduan pada tenaga kesehatan

khususnya kepada pemberi pelayanan kesehatan dalam memaksimalkan mutu

pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien yaitu kegiatan untuk

meningkatkan kesehatan masyarakat yang lebih optimal.

3. Pengembangan penelitian keperawatan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi manfaat untuk setiap

pasien yang melakukan pengobatan dan melakukan perawatan di rumah sakit

bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh setiap pemberi pelayanan

sangatlah penting

4. Pasien dan keluarga

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi manfaat untuk setiap

pasien yang melakukan pengobatan dan melakukan perawatan di rumah sakit

bahwa kualitas pelayanan yang diberikan oleh setiap pemberi pelayanan

sangatlah penting untuk dapat meningkatkan kepuasan pasien dalam

memenuhi kebutuhan dasar pasien

5. Sarana dan prasarana

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

meningkatkan sarana prasarana dan fasilitas rumah sakit dalam memberikan

kepuasan untuk dapat memenuhi kebutuhan setiap konsumen atau pasien.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Rumah Sakit

1. Definisi Rumah Sakit

Rumah sakit adalah instansi medis yang menyediakan layanan medis

personal kepada pasien. Memberikan pelayanan rawat jalan, rawat inap, gawat

darurat secara komprehensif.Kualitas pelayanan kesehatan adalah bagaimana

sejauh ini perawat telah memberikan pelayanan yang efisien, secara efektif

sesuai standar profesional yang telah ditetapkan sesuai dengan kebutuhan

pasien.Tujuan dari pelaksanaan pelayanan terhadap pasien secara optimal

adalah mewujudkan percepatan kesembuhan pasien ( Sri, 2015).

Rumah sakit merupakan institusi pelayanan yang sangat kompleks, agar

rumah sakit dapat melaksanakan fungsi dengan baik, maka di rumah sakit

harus memiliki sumber daya manusia, saran dan prasarana peralatan yang

memadai serta dikelola secara profesional (Depkes RI, 2011).Rumah sakit

sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua

jenis pelayanan unuk masyarakat yaitu pelayanan administrasi dan pelayanan

kesehatan.Pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medik, pelayanan

penunjang medik, rehabilitas medik, dan pelayanan perawatan (Muninjaya,

2011).
9

2. Tugas Rumah Sakit

Berdasarkan UU RI nomor 44 tahun 2009 pasal 3 tentang rumah sakit,

mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna.

3. Fungsi Rumah Sakit

Menurut Undang-undang RI no. 44 tahun 2009, Rumah Sakit

mempunyai fungsi:

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

4. Jenis Pelayanan

a. Pelayanan medik dan penunjang medik

Pelayanan medik dan penunjang yaitu terdiri atas:


10

1) Pelayanan medik umum

Pelayanan medik umum yang dimaksud adalah berupa pelayanan

medikdasar. Pelyananan medik dasar adalah layanan yang diberikan

kepada individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan

olehtenagakesehatan.

a) Pelayanan medik spesialis (PP No 47 Tahun 2021).

Pelayanan medik spesialias adalah pelayanan yang dilakukan oleh

dokter spesialis atau dokter gigi.

Pelayanan medik spesialis yang diberikan yaitu berupa:

a. Pelayanan medik spesialis dasar

Pelayanan medik spesialis dasar adalah layanan yang diberikan

kepada individu atau keluarga dalam masyarakat yang dilaksanakan

oleh dokter spesialis atau dokter gigi

b. Pelayanan medik spesialis lain

Pelayanan medik spesialis lain adalah yaitu pelayana yang

diberikan sekurang-kurang nya ada terdapat beberapa spesialis lain

seperti; mata orthopedy, jantung dan lainnya

2) Pelayanan medik subspesialis

Pelayanan medik subspesialis adalah merupakan pelayanan yang

dilakukan oleh dokter subspesialis yang melakukan pelayanan

subspesialis di bidang spesialisasi bedah, penyakit dalam, anak, obstetri

dan ginekologi, kedokteran jiwa, mata, telinga hidung tenggorok-bedah


11

kepala leher, paru, saraf, jantung dan pembuluh darah, orthopedi dan

traumatologi, kulit dan kelamin dan subspesialis lain.

Pelayanan medik suspesialis yang diberikan yaitu berupa:

a) Pelayanan medik subspesialis dasar

b) Pelayanan medik subspesialis lain (PP No 47 Tahun 2021).

c. Pelayanan keperawatan dan kebidanan

1) Pelayanana asuhan keperawatan

Pelayanan asuhan keperawatan adalah layanan yang diberikan oleh

perawat kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien serta

menberikan intervensi sesuai dengan kebutuhan pasien.

Pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan yaitu berupa:

a) Pelayanan asuhan keperwatan generalis

Pelayanan asuhan keperwatan generalis adalah layanan asuhan

keperwatan yang general saja atau yang umum diberikan seperti

mengganti infus pasien, memberikan makan pasien serta

memberikan layanan personal hygiene.

b) Pelayanan asuhan keperawatan spesialis

Pelayanan asuhan keperawatan spesialis adalah layanan asuhan

keperwatan yang diberikan sesuai dengan spesialis masing-masing

seperti layanan asuhan keperawatan bedah,maternitas ,anak, jiwa,

komunitas, gerontik dan lain sebagainya (PP No 47 Tahun 2021).


12

2) Pelayanan asuhan kebidanan

Pelayanan asuhan kebidanan yang diberikan yaitu berupa keseluruhan

tindakan asuhan kebidanan seperti ANC, INC suntik KB dan lain

sebagainya (PP No 47 Tahun 2021).

d. Pelayanan kefarmasian

Pelayanan kefarmasian yang diberikan yaitu berupa:

1) Pengelolaan alat kesehatan, sediaan farmasi, dan bahan habis pakai

yang dilakukan oleh instalasi farmasi

2) Pelayanan farmasi klinik yaitu penjelasan mengenai obat-obatan pasien

(PP No 47 Tahun 2021).

e. Pelayanan penunjang

1) Pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga kesehatan

Pelayanan penunjang yang diberikan oleh tenaga kesehatan yaitu

berupa:

a) Pelayanan laboratorium

Pelayanan laboratorium adalah Merupakan sarana pelayanan

kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan

pengujian untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, dan

kondisi kesehatan. Jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan antara

lain hematologi klinik, kimia klinik, imuno klinik, dll.


13

b) Pelayanan rekam medik

Pelayanan rekam medik adalah layanan yang mencatat dan

mendokumentasikan semua tentang pasien yang berisi identitas,

pemeriksaan,pengobatan,tindakan medis lainpadasarana pelayanan

kesehatan untuk rawat jalan, rawat inap baik dikelola pemerintah

maupun swasta

c) Pelayanan darah

Pelayanan darah adalah melayani transfusi yang aman, berkualitas

dan dalam jumlah yang cukup untuk mendukung pelayanan

kesehatan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya.

Memberikan pelayanan darah lengkap meliputi : Permintaan darah.

Menyimpan persedian darah.

d) Pelayanan gizi

Pelayanan gizi adalah merupakan suatu upaya memperbaiki atau

meningkatkan gizi/makanandandietetikmasyarakat/kelompok/indivi

du melalui rangkaian kegiatan asesmen, diagnosis, intervensi, dan

evaluasi gizi dalam rangka mencapai status kesehatan optimal

dalam kondisi sakit maupun sehat.

e) Pelayanan sterilisasi yang tersentral

Pelayanan sterilisasi yang tersentral adalah merupakan instalasi

yang berfungsi mmberikan pelayanan sterilisasi, membantu semua


14

unit di rumah sakit yang membutuhkan barang dan alat medik

dalam kondisi streril.

f) Pelayanan penunjang lainnya (PP No 47 Tahun 2021).

2) Pelayanan non kesehatan

Pelayananan non kesehatan yang diberikan yaitu berupa:

a) Manajemen rumah sakit adalah koordinasi antara berbagai sumber

daya melalui proses perencanaan, pengorganisasian, dan adanya

kemampuan pengendalian untuk mencapai tujuan.

b) Informasi dan komunikasi adalah memberikan layannan berupa

informasi terkait kesehatan pasien serta melakukan yang jika

dirasakan perlu.

c) Pemeliharaan sarana prasarana dan alat kesehatan

d) Pelayanan laundry adalah tempat pencucian linen yang dilengkapi

dengan sarana penunjangnya berupa mesin cuci, alat dan

disinfektan, mesin uap (steam boiler), pengering, meja dan mesin

setrika.

e) Pelayanan jenazah adalah layanan mulai dari memandikan,

mengkafani, menshalatkan, dan menguburkan jenazah (PP No 47

Tahun 2021).
15

5. Fasilitas kesehatan dan sarana penunjang

Fasilitas dan sarana penunjang pada Rumah Sakit terdiri atas:

a. Bangunan dan prasarana

Bangunan dan prasarana pada rumah sakit harus memenuhi aspek

keandalan teknis bangunan gedung dan kontruksi sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang telah di tetapkan (PP No 47 Tahun 2021).

b. Ketersediaan tempat tidur rawat inap

Ketersediaan tempat tidur rawat inap pada setiap rumah sakit dapat di

tentukan berdasarkan klasifikasi rumah sakit berikut:

1) Klasifikasi rumah sakit umum

a) Kelas A terdapat paling sedikit 250 tempat tidur

b) Kelas B terdapat paling sedikit 200 tempat tidur

c) Kelas C terdapat paling sedikit 100 tempat tidur

d) Kelas D terdapat paling sedikit 50 tempat tidur (PP No 47 Tahun

2021).

2) Klasifikasi Rumah Sakit khusus

a) Kelas A terdapat paling sedikit 100 tempat tidur

b) Kelas B terdapat paling sedikit 75 tempat tidur

c) Kelas C terdapat paling sedikit 25 tempat tidur (PP No 47 Tahun

2021).
16

c. Peralatan

Peralatan yang ada pada rumah sakit terdiri atas:

a) Peralatan medis

Peralatan medis adalah instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan

yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,

mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat

orang sakit, memulihkan kesehatan pada manusia, dan/atau membentuk

struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.

b) Peralatan non medis

Semua jenis peralatan yang dipakai di rumah sakit harus memenuhi

standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan, dan

layak pakai (PP No 47 Tahun 2021).

6. Kewajiban Rumah Sakit

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan Rumah Sakit kepada

masyarakat.

b. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, antidiskriminasi, dan

efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar

pelayanan Rumah Sakit.

c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan

kemampuan pelayanannya.

d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana,

sesuai dengan kemampuan pelayanannya.


17

e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau

miskin.

f. Melaksanakan fungsi sosial dengan memberikan fasilitas pelayanan pasien

tidak mampu, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka, ambulan gratis,

pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti sosial bagi

misi kemanusiaan.

g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan

di Rumah Sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

h. Menyelenggarakan rekam medis

i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana

ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusrri,

anak-anak, dan lanjut usia

j. Melaksanakan sistem rujukan

k. Menolak keinginan Pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan

etika serta ketentuan peraturan perunang-undangan.

l. Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai hak dan

kewajiban pasien

m. Menghormati dan melindungi hak pasien (PP No 47 Tahun 2021).

B. Konsep Pelayanan Kesehatan

1) Definisi Pelayanan Kesehatan


18

Pelayanan kesehatan adalah keseluruh tindakan yang dilaksanakan

secara individu dan berkelompok dalam organisasi peningkatan kesehatan,

pencegahan, dan pengobatan penyakit, memulihkan kesehatan individu,

keluarga, kelompok, atau masyarakat. Kepuasan pasien sebagai pengguna jasa

merupakan salah satu indikatornya dalam evaluasi pelayanan rumah sakit.

Berkualitas atau atau tidak nya pelayanan di rumah sakit tersebut tergantung

kepada tingginya kepuasan yang didapatkan oleh si pasien.Jika si pasien tidak

puas terhadap pelayanan yang diterima maka rumah sakit tersebut belum bisa

dikatakan berkualitas (Andriani, 2017).

Pelayanan asuhan keperawatan didasari dalam prinsip profesi

keperawatan melalui pendekatan keseluruhan yang meliputi aspek biologis,

psikologis, sosial, kultural & spiritual.Tenaga perawat di haruskan

mempunyai kualitas pelayanan yang baik. Hal tersebut karena keberadaan

perawat yang bertugas selama 24 jam saat melakukan pelayanan asuhan

keperawatan pada pasien, oleh sebab itu perawat dituntut agar mampu

memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas (Nursalam, 2011).

Mutu adalah keutuhan dari produk jasa dengan mematuhi standar yang

telah ditetapkan, mutu pelayanan yang biasa digunakan dalam penilaian suatu

kualitas pelayanan kesehatan mengacu pada lima dimensi mutu, yaitu cepat

tanggap (responsiveness), kehandalan (reliability), terjamin (assurance),

empati (empathy), dan bukti fisik (tangible). Kelima dimensi mutu pelayanan

dapat digunakan untuk mewujudkan kepuasanpasien (Asmuji 2016).


19

Mutu pelayanan kesehatan merupakan sesuatu yang membuktikan pada

fase keutuhan pelayan kesehatan, satu sisi membuat kepuasan pada setiap

pasien sesuai dengan level kepuasannya, serta pada pihak lain, tata cara

penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik dan standar pelayanan

profesional yang telah ditentukan.

2. Dimensi Pelayanan Kesehatan

Dimensi merupakan parameter karakteristik dari suatu pelayanan.

Dimensi pelayanan kesehatan akan menghasilkan makna yang

berkesinambungan jika dilihat dari sisi yang berbeda seperti bila ditinjau dari

pihak pengguna jasa pelayanan kesehatan, pemberi layanan kesehatan,

penyandang dana pelayanan kesehatan, pemilik sarana layanan kesehatan, dan

administrator layanan kesehatan.

Menurut (Asmuji,2016) ada 5 dimensi yang dapat mengukur mutu

pelayanan kesehatan. 5 dimensi itu adalah sebagai berikut:

a. Keandalan (Reability)

Mempunyai 2 aspek utama yaitu konsistensi kinerja (performance)

dan sifat tidak dipercaya (dependability). Reability berhubungan dengan

kemampuan pelayanan kesehatan memberikan layanan yang efisien sejak

pertama kali tanpa melakukan kesalahan apapun dan menyampaikan

pelayanannya sesuai dengan waktu yang telah disepakati.

b. Keresponsifan (Responsiveness)
20

Berhubungan dengan kesanggupan dan kemampuan para pelayanan

kesehatan untuk membantu para pasien dan menanggapi semua permintaan

mereka, serta memberikan informasi kapan pelayanan akan diberikan dan

kemudian memberikan pelayanan secara cepat tanpa membuat pasien lama

menunggu atau bosan menunggu.

c. Jaminan (Assurance)

Jaminan yaitu sikap para pelayanan kesehatan bisa memberikan

kepercayaan pasien terhadap rumah sakit, dan rumah sakit tersebut bisa

memperoleh rasa aman bagi para pasien. Jaminan dapat juga dikatakan

bahwa perawat atau tenaga kesehatan mampu bersikap sopan santun dan

mempunyai kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk

menangani pertanyaan dan problem yang dialami oleh pasien.

d. Empati (Empathy)

Empati yaitu pelayanan kesehatan mampu atau bisa memahami

masalah yang dialami pasien dan bertindak demi kemauan pasien saat

memberikan perhatian personal kepada para pasien dan memiliki jam

operasional yang nyaman.

e. Berwujud (Tangible)

Berkaitan dengan daya tarik dari fasilitas fisik yang diberikan, baik

perlengkapan dan material yang digunakan rumah sakit dalam memberikan

pelayanan kesehatan, serta bagaimana penampilan dari tenaga kesehatan itu

juga harus di perhatikan.


21

Menurut WHO tahun 2006 terdapat 6 dimensi yang dapat mengukur

kualitas layanan kesehatan. Enam dimensi itu adalah sebagai berikut:

a. Efesien

1) Definisi efesien

Memaksimalkan manfaat dari sumber daya yang tersedia dan

menghindari pemborosan.Efesien adalah usaha yang mengharuskan

penyelesaian pekerjaan dengan tepat waktu, cepat dan memuaskan.

Sehingga egisien berkaitan erat dengan ketepatan waktu tanpa harus

mengeluarkan biaya atau cost yang berlebihan (WHO 2006 dalam

Hunter,1991).

2) Faktor Efisiensi Pelayanan

a) Sumber daya Manusia yang berhubungan dengan tenaga kesehatan

terkait fungsi pelayanan.

Ketersediaan kuantitas sumber daya manusia yang cukup

seperti tenaga dokter ataupun tenaga perawat yang terlibat dalam

memberikan penanganan medis secara cepat dan tanggap serta

diharuskan memiliki kemampuan terampil, empati, disiplin sesuai

peraturan tata tertib prosedur rumah sakit dan dapat mampu menjalin

komunikasi yang baik terhadap pasien (PP No 47 Tahun 2021).

b) Fasilitas
22

Fasilitas yaitu sarana dan prasarana dari kebutuhan medis

dasar, penunjang medis sampai kebutuhan medis khusus (PP No 47

Tahun 2021).

c) Pendanaan Rumah Sakit

Pendanaan Rumah Sakit yaitu sumber-sumber dana yang

dimiliki RS untuk biaya perawatan pada masyarakat. Pendanaan

rumah sakit merupakan sumber-sumber dana yang dimiliki rumah

sakit dan sangat diperlukan untuk menunjang dalam memasarkan

serta memenuhi kebutuhan fasilitas dalam meningkatkan kualitas

penanganan pelayanan dan pengembangan serta pemeliharaan

dirumah sakit (PP No 47 Tahun 2021).

d) Sistem rujukan

Sistem rujukan yaitu rujukan yang diterima dan yang dilakukan

rumah sakit. Sistem rujukan rumah sakit yang menerima program

rujukan dari fasilitas pelayanan kesehatan pertama seperti puskesmas,

balai pengobatan, dan klinik pengobatan dan jalur rujukan

selanjutnya adalah rumah sakit,dimana dilaksanakannya penyerahan

tanggung jawab pasien untuk dilakukannya penanganan lebih lanjut

terhadap diagnosa penyakit yang diderita pasien (PP No 47 Tahun

2021).
23

e) Sosio-kultural

Sosio-kultural yaitu budaya yang mempengaruhi seseorang

dalam mencari pengobatan. Faktor sosio−kultural yang

mempengaruhi efisiensi pelayanan rumah sakit dimana budaya

masyarakat yang mendorong reaksi seseorang dalam mendapatkan

atau memanfaatkan pelayanan kesehatan.

b. Efektif

1) Definisi efektif

Menyediakan layanan perawatan kesehatan berbasis bukti kepada

mereka yang membutuhkannya .Efektif adalah sebuah usaha untuk

mendapatkan tujuan, hasil dan terget yang diharapkan dengan tepat

waktu.Sehingga bisa disimpulkan bahwa suatu pekerjaan dapat

dikatakan efektif jika tujuan yang ditetapkan sebelumnya berhasil untuk

dicapai.

2) Dimensi Efektif

Menurut Gibson dkk (1998) dimensi efektif , sebagai berikut:

a) Produksi

Produksi adalah Produksi adalah suatu kegiatan yang dikerjakan

untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda

baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.


24

b) Efesiensi

Efesiensi adalah usaha yang mengharuskan penyelesaian pekerjaan

dengan tepat waktu, cepat dan memuaskan. Sehingga egisien

berkaitan erat dengan ketepatan waktu tanpa harus mengeluarkan

biaya atau cost yang berlebihan.

c) Kepuasan

Kepuasan adalah salah satu indikator sangat penting dalam pelayanan

kesehatan. Pasien akan merasa puas apabila kinerja layanan

kesehatan yang diperolehnya sama atau melebihi harapan (Andriani,

2017).

d) Adaptasi/penyesuaian

Adaptasi adalah penyesuaian diri yang dilakukan makhluk hidup

terhadap lingkungannya sebagai bentuk pertahanan diri.

e) Pengembangan

Pengembangan adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan

teknis, teoritis, konseptual, dan moral sesuai dengan kebutuhan

melalui pendidikan dan latihan.

c. Aman

1) Definisi aman

Layanan kesehatan yang meminimalkan risiko dan kerugian bagi

pengguna jasa.Aman adalah sesuatu kebutuhan yang mendorong

individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari


25

keadaan lingkungannya yang mereka tempati. Keamanan adalah kondisi

bebas dari cedera fisik dan psikologis ( P o t t e r & Perry, 2006).

2) Klasifikasi kebutuhan keamanan

a) Keamanan fisik

Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan

mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan.

Ancaman tersebut mungkin penyakit, kecelakaan,bahaya,atau

pemajanan pada lingkungan. Pada saat sakit, seorang klien mungkin

rentan terhadap komplikasi seperti infeksi, oleh karena itu

bergantung pada profesional dalam sistem pelayanan kesehatan untuk

perlindungan.

b) Keamanan psikologis

Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia

harus memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk

anggota keluarga dan profesional pemberi perawatan kesehatan.

Seseorang harus mengetahui apa yang diharapkan dari prosedur,

pengalaman yang baru, dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan.

Setiap orang merasakan beberapa ancaman keselamatan psikologis

pada pengalaman yang baru dan yang tidak dikenal (Potter & Perry,

2005).

Orang dewasa yang sehat secara umum mampu memenuhi

kebutuhan keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa bantuan


26

dari profesional pemberi perawatan kesehatan. Bagaimanapun, orang

yang sakit atau cacat lebih renta untuk terancam kesejahteraan fisik

dan emosinya, sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah

untuk membantu melindungi mereka dari bahaya (Potter & Perry,

2005).Keselamatan psikologis justru lebih penting dilakukan oleh

seorang perawat karena tidak tampak nyata namun memberi dampak

yang kurang baik bila tidak diperhatikan.

3) Lingkup Kebutuhan Keamanan

Lingkungan klien mencakup semua faktor fisik dan psikososial

yang mempengaruhi atau berakibat terhadap kehidupan dan

kelangsungan hidup klien.Di sini menyangkut kebutuhan fisiologis juga.

Teman-teman pasti masih ingat kebutuhan fisiologis kita, itu lho..yang

terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen, kelembaban yang optimum,

nutrisi, dan suhu yang optimum akan mempengaruhi kemampuan

seseorang.

4) Cara meningkatkan keamanan

Ada beberapa cara Meningkatkan Keamanan sebagai berikut:

a) Mengkaji tingkat kemampuan pasien untuk melindungi diri

b) Menjaga keselamatan pasien yang gelisah

c) Mengunci roda kereta dorong saat berhenti

d) Kebersihan lantai

e) Prosedur tindakan
27

f) Ruang tunggu yang aman

d. Tepat waktu

Mengurangi waktu tunggu dan terkadang penundaan yang merugikan

baik bagi mereka yang menerima maupun yang memberikan perawatan.

Pada dimensi ini lah pasien sering meresa tidak puas atau kurang puas

terhadap pelayanan kesehatan yang di terima, karena pasien merasa bosan

menunggu lama .

Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah sebagai berikut:

1) Adanya target yang jelas

Dengan adanya target pencapaian maka yang akan kita kerjakan itu

lebih terarahdan waktu yang digunakan bisa diatur dengan sebaik-

baiknya .

2) Adanya prioritas kerja

Dalam melakukan pelayanan kepada pasien perawat harus dapat

membuat prioritas kerjanya agar semua yang dilakukan lebih terarah

dan tidak membuang banyak waktu.

3) Penundaan pekerjaan

Hal yang sering membuat pekerjaan kita tidak tepat waktu adalah

menunda pekerjaan. Dengan menunda menunda maka semua pekerjaan

tidak akan selesai tepat waktu.


28

4) Pendelegasian tugas

Saat melakukan suatu pekerjaan dan kita tidak mampu untuk

mengerjakannya, sebaiknya kita delegasikan segera ke partner yang lain

agar tidak membuang banyak waktu (Luthfiana,2010).

e. Adil

Memberikan perawatan yang tidak berbeda kualitasnya berdasarkan

usia, jenis kelamin, jenis kelamin, ras, etnis, lokasi geografis, agama, status

sosial ekonomi, afiliasi linguistik atau politik (WHO 2006).

Keadilan sering dianggap sebagai ketidak berpihakan.Perawat sering

dihadapkan pada keputusan yang menuntut rasa keadilan. Sebagai contoh

perawat melakukan perawatan dengan baaik kepada pasien dengan tidak

membedakan pasien satu dengan yang lain. Semua pasien mendapatkan

pelayanan yang baik sesuai dengan kebutuhan masing-masing pasien

secara cepat dan sigap (Kozier, 2010).

f. Terintegrasi

Memberikan perawatan yang terkoordinasi di seluruh tingkatan dan

penyedia, dan menyediakan berbagai layanan kesehatan sepanjang

perjalanan hidup (WHO 2006 dalam Hunter,1991). Maksud dari

terintegrasi ini adalah bagaimana tenaga kesehatan mengkoordinasikan

pelayanan kesehatan yang akan diberikan kepada pasien dan memastikan

semua pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan prosedur yang

telah diterapkan.
29

3. Syarat Pokok Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan yang baik harus memiliki berbagai persyaratan

pokok seperti berikut.

a. Tersedia (Available) dan Berkelanjutan (Continuous)

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah

pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia (available) di masyarakat serta

bersifat berkelanjutan (continuous). Maknanya semua jenis pelayanan

kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta

keberadaannya dalam masyarakat adalah ada setiap saat yang diperlukan.

b. Dapat Diterima (Acceptable) dan Wajar (Appropriate)

Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang sempurna adalah yang

bisa diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar

(appropriate). Maknanya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan

dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang

bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan

masyarakat, serta bersifat tidak lazim, tidak termasuk pelayanan kesehatan

yang baik.

c. Mudah Dicapai (Accessible)

Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik ialah yang

mudah dicapai (accessible) oleh masyarakat. Makna ketercapaian yang

dimaksudkan disini terutama dari sudut lokasi. Dengan begitu supaya dapat

melaksanakan pelayanan kesehatan yang efisien, maka pengaturan


30

distribusi sarana kesehatan menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan

yang selalu berfokus di daerah perkotaan saja dan sedangkan tidak

ditemukan di daerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang efisien

d. Mudah Dijangkau (Affordable)

Syarat pokok keempat pelayanan kesehatan yang baik adalah yang

mudah dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Makna keterjangkauan

yang dimaksudkan disini terutama dari sisi biaya. Untuk dapat

mewujudkan keadaan yang seperti itu harus dapat diupayakan biaya

pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi

masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal hanya mungkin dinikmati

oleh sebagian kecil masyarakat saja, bukanlah pelayanan kesehatan yang

baik.

e. Bermutu (Quality)

Syarat pokok kelima pelayanan kesehatan yang baik adalah yang

bermutu (quality). Makna mutu yang dimaksudkan di sini adalah yang

mengacu pada derajat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, pada satu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa

pelayanan, dan di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan

kode etik serta standar yang telah ditetapkan.

4. Komponen Mutu Pelayanan Kesehatan

Terdapat 5 faktor pokok yang berperan penting dalam menentukan

keberhasilan manajemen kesehatan, yaitu;


31

a. Input merupakan semua sumber daya yang dibutuhkan untuk menjalankan

pelayanan terhadap seperti tenaga, dana, obat, fasilitas peralatan,

teknologi, organisasi dan informasi.

b. Proses adalah interaksi professional antara produsen (pemberi pelayanan)

dengan konsumen (pasien dan masyarakat). Setiap tindakan

medis/keperawatan harus selalu mempertimbangkan nilai yang dianut pada

diri pasien. Setiap tindakan korektif dibuat dan meminimalkan resiko

terulangnya keluhan atau ketidakpuasan pada pasien lainnya. Program

keselamatan pasien berfungsi untuk meningkatkan keselamatan pasien dan

meningkatkan mutu pelayanan.

c. Output/outcome adalah hasil pelayanan kesehatan atau pelayanan

keperawatan, yaitu berupa perubahan yang terjadi pada konsumen

termasuk kepuasan dari konsumen. Tanpa mengukur hasil kinerja rumah

sakit/keperawatan tidak dapat diketahui apakah input dan proses yang baik

telah menghasilkan output yang baik pula (Putra, 2016).

5. Syarat Dasar layanan Kesehatan yang Berkualitas

Menurut WHO ada Lima persyaratan dasar untuk layanan kesehatan

yang berkualitas diusulkan yang semuanya relevan dengan tingkat nasional,

kabupaten dan fasilitas.

a. Dukungan di tempat diperlukan untuk memastikan petugas kesehatan

menerima pelatihan, pendampingan, dan dukungan keterampilan klinis

yang diperlukan untuk meningkatkan kualitas.


32

b. Pengukuran diperlukan untuk melacak pemberian layanan kesehatan yang

berkualitas dan meningkatkan akuntabilitas.

c. Berbagi dan belajar diperlukan untuk memungkinkan pertukaran

pengalaman dalam meningkatkan kualitas antara dan lintas tingkat sistem

kesehatan.

d. Pemangku kepentingan dan masyarakat keterlibatan secara teratur, aktif

dan bermakna dalam upaya peningkatan kualitas.

e. Manajemen diperlukan untuk memastikan kegiatan untuk meningkatkan

kualitas dilakukan dalam arsitektur pendukung fungsional (WHO 2006

dalam Hunter,1991).

6. Prinsip-prinsip panduan untuk meningkatkan kualitas

a. Mulai dengan cepat.

Satu-satunya cara untuk mengurangi kematian dan meningkatkan

pengalaman perawatan adalah dengan mengubah apa yang terjadi di

fasilitas dan masyarakat; oleh karena itu, fokusnya harus pada memulai

kegiatan perbaikan sesegera mungkin. Perencanaan paling efektif ketika

diinformasikan oleh implementasi (WHO 2006 dalam Hunter,1991).

b. Membangun struktur dan fungsi yang ada.

Meningkatkan kualitas adalah kegiatan mendasar dari sistem

kesehatan. Tanggung jawab untuk kualitas harus terletak pada

kepemimpinan sistem, manajer, dan staf garis depan. Keberlanjutan


33

kegiatan kualitas tergantung pada seberapa selarasnya dengan struktur dan

fungsi yang ada (WHO 2006 dalam Hunter,1991).

c. Mendukung petugas kesehatan (WHO 2006 dalam Hunter,1991).

Petugas kesehatan sering bekerja dalam kondisi yang sulit,

kekurangan sumber daya dan yang menghambat keunggulan. Kondisi

sistemik seperti organisasi perawatan yang buruk, tujuan yang tidak jelas,

aturan yang boros, arus informasi yang tidak memadai mencegah petugas

kesehatan dalam melaksanakan tugasnya dengan sukses. Oleh karena itu,

diperlukan fokus yang jelas untuk mendukung tenaga kesehatan (WHO

2006 dalam Hunter,1991).

d. Meningkatkan kepedulian terhadap orang.

Menurut (WHO 2006 dalam Hunter,1991) Semua upaya untuk

meningkatkan pemberian layanan harus diarahkan pada peningkatan hasil

klinis dan pengalaman perawatan pasien. Perawatan yang efektif dan penuh

kasih untuk pasien dan masyarakat harus menjadi pusat dari semua

kegiatan. Perubahan dalam sistem dan proses pemberian layanan harus

bertujuan untuk menempatkan orang sebagai pusat perawatan.

e. Beradaptasi dengan konteks.

Menurut (WHO 2006 dalam Hunter,1991) Rencana kegiatan harus

disesuaikan berdasarkan bukti dari pelaksanaan serta konteks lokal. Kita

perlu mempelajari level-level yang berbeda dari sistem yang perlu

dilakukan untuk meningkatkan kualitas. Selalu ada ruang untuk melakukan


34

hal-hal yang lebih baik.Hanya ketika kita mengidentifikasi masalah yang

dapat diatasi. Ide-ide bagus harus dibagikan ke seluruh sistem untuk

mendukung adaptasi lebih lanjut


BAB III

KONSEP KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini dikembangkan berdasarkan konsep

dikemukakan oleh WHO (World Health Organization) mengenai dimensi mutu

pelayanan kesehatan yang menegaskan atas dimensi efektif ,efesien, tepat waktu,

aman , adil dan Terintegrasi (WHO 2006).

Dengan demikian kerangka konsep yang dipergunakan dalam penelitian

ini dapat dilihat pada skema berikut.

Input Output

Kepuasan pasien
ditinjau dari:
Puas
- Aman
- Adil
- Efektif Kurang Puas
- Efesien
- Tepat Waktu
- Terintegrasi
Tidak Puas

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

35
36

B. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimanakah gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di

ruang rawat jalan Rumah Meuraxa Banda Aceh dari dimensi aman?

2. Bagaimanakah gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di

ruang rawat jalan Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh dari dimensi adil?

3. Bagaimanakah gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di

ruang rawat jalan Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh dari dimensi efektif?

4. Bagaimanakah gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di

ruang rawat jalan Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh dari dimensi efesien?

5. Bagaimanakah gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di

ruang rawat jalan Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh dari dimensi tepat

waktu?

6. Bagaimanakah gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di

ruang rawat jalan Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh dari dimensi

terintegrasi?
37

C. Definisi Operasional

Batasan Pengertian dari Variabel yang akan diukur dalam penelitian

ini dapat dilihat dari table di bawah ini.

Tabel 3.1 Definisi Operasional


No Variabel Definisi Alat Cara Skala Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Kepuasan Mutu pelayan Kuesioner Pengisian Ordinal Puas : 67-110
pasien kesehatan langsung Kurang Puas :
adalah kualitas oleh 23-66
dari pelayanan responden Tidak Puas : 0-22
yang (pasien)
memperlihatka melalui
n tingkatan lembar
baik,cukupnya kuesioner
suatu
pelayanan
kesehatan
dalam
memberikan
kepuasan pada
pasien
berdasarkan :
Adil, aman,
efesien, tepat
waktu,
terintegritas,
efektif

a. Aman Penilaian Kuesioner Pengisian Ordinal Puas : 67-110


kenyataan dan langsung Kurang Puas :
harapan pasien oleh 23-66
terhadap responden Tidak Puas : 0-22
atribut Aman, (pasien)
yaitu:
a.kondisi
Rumah sakit
yang aman
untuk pasien
b.Kebersihan
38

No Variabel Definisi Alat Cara Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur Ukur
tenaga
kesehatan
c.Kebersihan
alat yang
digunakan
d.Keamanan
Peralatan yang
digunakan
pasien
e. Keamanan
Tindakan yang
dilakukan
b. Adil Penilaian Kuesioner Pengisian Ordinal Puas : 67-110
kenyataan dan langsung Kurang Puas :
harapan pasien oleh 23-66
terhadap responden Tidak Puas : 0-22
atribut Adil, (pasien)
yaitu:
a. Cara
Memperlakuka
n Pasien
b. Kesesuaian
pelayanan
c. Pandangan
terhadap
pasien
c. Efektif Penilaian Kuesioner Pengisian Ordinal Puas : 67-110
kenyataan dan langsung Kurang Puas :
harapan pasien oleh 23-66
terhadap responden Tidak Puas : 0-22
atribut Efektif, (pasien)
yaitu:
a.
Ketanggapan
petugas
b. cara kerja
petugas
d. Efisien Penilaian Kuesioner Pengisian Ordinal Puas : 67-110
kenyataan dan langsung Kurang Puas :
harapan pasien oleh 23-66
39

No Variabel Definisi Alat Cara Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur Ukur Ukur
terhadap responden Tidak Puas : 0-22
atribut efisien, (pasien)
yaitu:
a.
Kelengkapan
tenaga
kesehatan
b. kelengkapan
fasilitas serta
sarana dan
prasarana
c. tatanan
sistem rujukan
e. Tepat Waktu Penilaian Kuesioner Pengisian Ordinal Puas : 45-66
kenyataan dan langsung Kurang Puas :
harapan pasien oleh 23-44
terhadap responden Tidak Puas : 0-22
atribut tepat (pasien)
waktu, yaitu:
a.kecepatan
dalam
penanganan
b.system
operasi
f. Terintegritas Penilaian Kuesioner Pengisian Ordinal Puas : 45-66
kenyataan dan langsung Kurang Puas :
harapan pasien oleh 23-44
terhadap responden Tidak Puas : 0-22
atribut (pasien)
Terintegritas,
yaitu:
a.terstrukturny
a tindakan
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif eksploratif. Tujuan

dari penelitian deskriptif eksploratif untuk menentukan gambaran yang akurat

dari beberapa karakteristik masalah yang diteliti. Fungsi dari penelitian ini adalah

untuk menemukan manfaat baru, menggambarkan kategori dari masalah

sehingga dapat menjelaskan seberapa sering suatu kejadian dari suatu masalah

atau fenomena terjadi (Suryanto,2011).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Rawat Jalan Rumah Meuraxa Banda

Aceh

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1- 17 Maret 2023

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalankan rawat
jalan di Rumah Sakit Meuraxa

40
41

2. Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik secara random.

Besarnya jumlah sampel penelitian ini adalah sebanyak 152 orang

sampel.

D. Instrumen Penelitian

Data penelitian yang digunakan adalah data primer. Data primer berupa data

dari kuesioner yang akan dibagikan di Rumah Sakit Meuraxa Banda Aceh.

Instrumen penelitian ini berupa kuesioner, kuesioner terdiri atas 22 pertanyaan

tentang harapan pasien pada pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Meuraxa

Banda Aceh. Daftar pertanyaan dalam kuesioner tersebut akan berkaitan dengan

6 dimensi pelayanan kesehatan.

E. Uji Instrumen

Uji instrument adalah pengkajian atau uji coba kuesioner yang telah disiapkan

peniliti apakah dapat dipakai atau sesuai dengan unsur-unsur kuesioner atau

dapat dipahami oleh responden nantinya, sehingga diperlukan uji coba untuk

mmembuktikan kuesioner dapat digunakan dalam penelitian. Uji yang dilakukan

adalah uji validitas dan reabilitas pada 30 orang responden (Notoatmojo, 2010).

Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat sendiri oleh penulis

yang dikembangkan berdasarkan teori WHO 2006 . Kuesioner ini akan dilakukan

uji validitas dan relibialitas di Rumah Sakit Ibu dan Anak Kota Banda aceh.
42

a. Uji Validitas

Uji Validitas merupakan suatu uji yang mengukur tingkatan kevalidan dari suatu

instrumen.Kevalidan suatu intrumen dilihat dari kemampuan dalam mengukur

sesuatu yang diinginkan. Oleh karena itu, kuesioner yang telah disusun perlu

dilakukan uji validitas untuk mengetahui kemampuan kuesionerdalam mengukur

hal yang dinginkan, diuji dengan korelasi antara skors atau nilai setiap item

pertanyaan dengan jumlah total kuesioner tersebut. (Arikunto, 2013). Suatu item

pertanyaan secara impiris dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel dan

sebaliknya jika milair hitung <rtabel maka item pertanyaan didalam kuesioner

dinyatakan tidak valid (Yuandari, 2015)

Validitas instrumen penelitian ini telah dilakukan terhadap 30 orang responden

yang pernah melakukan pengobatan di Rumah Sakit Ibu dan Anak Aceh.

Berdasarkan tabel pearson product moment pada 30 orang responden dan taraf

signifikan (a= 5%), maka nilai r tabel adalah 0,05. Jika nilai pertanyaan dalam

kuesioner lebih besar dari nilai r tabel maka pertanyaan tersebut valid dan

sebaliknya jika nilai r tabel lebih rendah atau setara maka artinya pertanyaan

tersebut tidak valid sehingga perlu diubah atau dibuang (Riyanto, 2011).

b. Uji reliabilitas

Uji Reabilitas merupakan pengukuran yang dilakukan untuk mengukur

kestabilan pengukuran untuk mengetahui alat ukur jika digunakan secara

berulang nilainya akan tetap, oleh karena itu jika pertanyaan yang dikatakan
43

stabil apabila jawaban responden tetap konsisten dari masa ke masa. (Riyanto,

2011). Nilai Cronbach's Alpha dikatakan Realibel apabila nilai Cronbach's Alpha

lebih besar dari 0,6 penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus

Cronbach's Alpha (Polit & Beck, 2012).

F. Etika Penelitian

Uji etik dilakukan oleh tim komite etik Fakultas Keperawatan Universitas

Syiah Kuala. Adapun prinsip etik yang diterapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Autonomy (Kemandirian)

Penulis memberikan hak sepenuhnya kepada responden untuk

memutuskan bersedia atau tidak terlibat dalam penelitian ini tanpa paksaan

dari pihak manapun.

2. Non-maleficence (Tidak Merugikan)

Penelitian ini sama sekali tidak merugikan, baik dari segi fisik, mental

maupun finansial responden. Responden yang terlibat dalam penelitian ini

tidak akan dipungut biaya apapun dan penulis juga akan menilai

kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul selama penelitian untuk

mencegah resiko yang merugikan.

3. Veracity (Jujur)

Salah satu hak responden terhadap penulis adalah mengetahui tentang

penelitian yang akan melibatkan dirinya, oleh karena itu, sebelum melakukan

penelitian, penulis terlebih dahulu menjelaskan tentang tujuan, manfaat dan

dampak dari penelitian ini.


44

4. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan data pribadi responden dalam penelitian ini sepenuhnya

akan dijaga oleh penulis dan hanya akan diberikan kepada pihak-pihak

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian. Nama responden tidak

tercantum dalam penelitian ini maupun dalam publikasinya. Semua data

responden setelah dilakukan analisa data akan dimusnahkan oleh penulis.

5. Justice (Keadilan)

Dalam penelitian ini, penulis sangat memperhatikan keadilan antar

responden dari segi perlakuan informasi yang disampaikan. Penulis juga akan

bersikap adil tanpa membeda-bedakan ras, agama dan tingkat pendidikan

responden yang terlibat dalam penelitian.

6.

7. Beneficence (Berbuat Baik)

Saat melakukan penelitian ini penulis juga harus dapat memperhatikan

bahwa penelitian ini dapat memberikan dampak yang baik atau positif kepada

responden dan populasi.Maka penulis harus bisa meminimalkan kerugian atau

resiko yang berakibat langsung kepada responden dan memperhatikan

kestabilan antara manfaat dan kerugian dari penelitian.

8. Fidelity (Menepati Janji)

Prinsip ini adalah peneliti harus berkomitmen atau menepati janji yang

telah dibuat bersama agar responden percaya dan yakin terhadap penulis.
45

F. Alat Pengumpulan Data

1. Alat pengumpulan data

Kuesioner adalah salah satu alat untuk pengumpulan data untuk

meneliti suatu masalah yang umumnya menyangkut kepentingan orang

banyak. Kuesioner dilakukan dengan cara memberikan suatu draf pertanyaan

yang berupa formulir-formulir, yang diberikan secara tertulis kepada sejumlah

responden ataupun subjek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban,

dll yang sering disebut dengan kuesioner (Notoatmodjo, 2010).

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan teori dari

WHO (World Health Organization) dalam bentuk skala likert dengan jumlah

22 item pertanyaan yang mengukur pelayanan yang pasien harapkan dengan

yang pelayanan yang dirasakan atau yang diterima oleh pasien, apabila

pelayanan kesehatan yang dirasakan oleh pasien lebih besar dari yang

diharapkan oleh pasien artinya pelayanan yang diberikan rumah sakit

bermutu, namun apabila kebalikannya yaitu harapan pelayanan lebih besar

dibandingkan pelayanan yang pasien rasakan artinya pelayanan diberikan

kurang bermutu, dan apabila harapan dan kenyataan sama atau sebanding

maka pelayanan yang diberikan memuaskan pasien. Kuesioner terdiri dari dua

bagian, yaitu:

a. Bagian A, merupakan data identitas demografi pasien. Data demografi

meliputi: nomor responden, nama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,

pekerjaan, alamat.
46

b. Bagian B, merupakan kuesioner yang digunakan untuk mengetahui tingkat

kepuasan pasien dengan 22 item pertanyaan tentang pelayanan kesehatan

yang diharapkan dan dirasakan oleh pasien dengan menggunakan skala

likert meliputi sangat setuju=5, setuju = 4, cukup3, tidak setuju=2, dan

sangat tidak setuju = 1

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan lembar

kuesioner yang diberikan secara langsung kepada responden. Adapun langkah-

langkah yang dilakukan sebagai berikut:

1. Tahap persiapan dan pengumpulan data

Tahap persiapan dilakukan setelah mendapatkan persetujuan dosen

pembimbing. Pengumpulan data dilakukan melalui lembar kuesioner yang

diberikan langsung kwpada pasien, adapun tahap pengumpulan data sebagai

berikut,

a. Sebelum melakukan penelitian penulis meminta izin terlebih dahulu untuk

melakukan penelitian kepada dekan fakultas keperwatan, dosen

pembimbing dan meminta izin kepada pihak rumah sakit untuk

melaksanakan penelitian disana.

b. Selanjutnya peneliti memperkenalkan diri serta memberitahu tujuan

peneliti dan menjelaskan bahwa penelitian ini tidak akan merugikan atau

menimbulkan risiko terhadap responden. Serta data yang diterima peneliti


47

hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian saja dan semua data

responden akan di rahasiakan oleh peneliti.

c. Kemudian ketika pasien telah bersedia, selanjutnya peneliti memberikan

lembar kuesioner secara langsung untuk mengisi kuesioner melalui lembar

kuesioner yang telah disediakan. Selanjutnya peneliti melakukan terminasi

dan mengucapkan terima kasih kepada responden yang telah bersedia

menjawab semua item

d. Setelah itu, kuesioner yang telah diisi akan dilakukan pemeriksaan kembali

untuk melihat kelengkapan data dan jawaban responden

H. Pengolahan Data

Semua kuesioner yang telah diisi oleh responden melalui kuesioner

langsung akan dilakukan pengolahan data Pengolahan data dalam penelitian ini

melalui beberapa tahap yang meliputi

1. Editing

Setelah pengumpulan data, dilakukan pemeriksaan ulang terhadap

lembaran kuesioner, peneliti melakukan pengecekan ulang pernyataan

kuesioner yang telah dibagikan tersebut.Peneliti juga menghitung jumlah

kuesioner yang kembali apakah sudah sesuai dengan jumlah perawat yang

tersedia sebagai responden dalam penelitian ini.

2. Coding

Peneliti memberikan kode dalam bentuk angka pada data supaya dapat

mempermudah peneliti dalam pengelompokkan data dan mengolah data.


48

3. Transfering

Data yang telah diberi kode disusun secara berurutan dari responden

pertama sampai dengan responden terakhir untuk dimasukkan ke dalam tabel

sesuai dengan sub variabel yang diteliti.

4. Tabulating

Penyajian data dalam bentuk frekuensi kemudian dilakukan persentase

pada setiap variabel

I. Analisa Data

Pada penelitian ini jenis analisa data yang digunakan adalah univariat

Analisis data dilakukan pada setiap variabel dari hasil penelitian . Analisa data

mendapatkan hasil distribusi dan persentase dari setiap variabel Untuk

mengetahui pelayanan kesehatan pada pasien di rumah Meuraxa Banda Aceh

dengan menggunakan skor penilaian menurut Arikunto (2010) dengan

melakukan perbandingan dengan jumlah skor jawaban dengan skor tertinggi

kemudian akan dikalikan 100% dan hasilnya berupa persentase Setelah itu, hasil

penelitian akan dipresentasikan dengan jawaban yang akan diinterpretasikan ke

dalam kalimat kuantitatif sebagai berikut:


49

Interpretasi pelayanan kesehatan

Skor Penilaian Interpretasi pelayanan


kesehatan

67 - 110 Puas

23 – 66 Kurang puas

0 - 22 Tidak puas

Data yang telah didapatkan selanjutnya akan dimasukan kedalam tabel


distribusi frekuensi dan masing-masing sub variabel dihitung dengan rumus
sebagai berikut (Donsu,2016)

Keterangan:

P : Presentase

Fi : Frekuensi Teramati

N : Jumlah responden menjadi sampel


50

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan sejak tanggal 1-10

Maret 2023 di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh kepada

152 responden yang sedang menjalankan rawat jalan. Teknik pengumpulan

data dilakukan dengan angket dan alat ukur yaitu kuesioner mengenai

gambaran kepuasan pasien rawat jalan yang terdiri atas 22 pertanyaan. Hasil

penelitian yang didapatkan dari proses pengumpulan data tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Data Demografi

Data demografi dalam penelitan ini meliputi inisial responden, jenis

kelamin, usia, pendidikan terakhir, pekerjaan serta poli yang dituju oleh

responden.

50
51

Tabel 5.1

Distribusi Data Demografi Pasien Rawat Jalan di RSUD Meuraxa

Kota Banda Aceh (n=152)

Data Demografi Frekuensi Presentase


Jenis Kelamin
Laki-Laki 81 53,3
Perempuan 71 46,7
Usia
Usia Muda < 15 1 0,7
Usia Produktif 15-64 138 90,8
Usia Non Produktif > 65 13 8,6
Pendidikan
SD 26 17,1
SMP 24 15,8
SMA 66 43,4
D3 16 10,5
Sarjana 20 13,2
Pekerjaan
PNS 13 8,6
Non Pns 138 90,8
Poli yang Dituju
Penyakit Dalam 28 18,4
Saraf 32 21,4
Bedah 12 7,9
Urologi 5 3,3
Mata 10 6,6
THT 4 2,6
Gigi 3 2,0
Konsultan 7 4,6
Paru-Paru 21 13,8
Orthopedi 12 7,9
Jantung 13 8,6
Jiwa 5 3,3
Sumber: Data Primer (Diolah, 2023)

Distribusi data demografi pada table 5.1 Menunjukkan bahwa

mayoritas responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 81 (53,3),


52

berusia produktif sebanyak 138 (90,8), pendidikan terakhir yaitu lulusan

SMA 66 (43,4), pekerjaan sebagai non PNS sebanyak 138 (90,8) pada

bagian pekerjaan yang non PNS terdapat beberapa pekerjaan berupa ibu

rumah tangga, wiraswasta, pedaganga, petani, dan poli saraf 32 (21,1)

merupakan poli yang paling banyak dituju oleh responden pada penelitian

ini.

2. Analisa Univariat

a. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan dari dimensi aman di

ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh

Hasil Pengumpulan data untuk kepuasan pasien terhadap

pelayan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda

Aceh yang dilakukan kepada 152 sampel yang terdiri dari 5

pertanyaan yang dianalisis menunjukkan setuju atau tidak setuju nya

responden berdasarkan pertanyaan pada table 5.2 berikut ini:


53

Table 5.2

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi aman terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 1 di ruang rawat

jalan RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Tidak setuju 2 1,3

Cukup 6 3,9

Setuju 42 27,6

Sangat setuju 102 67,1

Sumber: Data primer ( Diolah tahun 2023)

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan pertama untuk dimensi aman pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan di RSUD Meuraxa Kota Banda

Aceh yaitu sebanyak 2 (1,3) pasien tidak setuju, 6 (3,9) pasien cukup setuju,

42(27,6) pasien setuju dan 102 (67,1) pasien sangat setuju


54

Table 5.3

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi aman terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 2 di ruang rawat

jalan RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Cukup 5 3,3

Setuju 51 33,6

Sangat setuju 96 63,2

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan kedua untuk dimensi aman pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda

yaitu sebanyak 5 (3,3) pasien cukup setuju, 51 (33,6) pasien setuju dan

96 (63,2) pasien sangat setuju.


55

Table 5.4

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi aman terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 3 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Cukup 6 3,9

Setuju 52 34,2

Sangat setuju 94 61,8

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan ketiga untuk dimensi aman pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 6 (3,9) pasien cukup setuju, 52 (34,2) pasien setuju dan 94 (61,8)

pasien sangat setuju.


56

Table 5.5

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi aman terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 4 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Tidak Setuju 1 0,7

Cukup 4 2,6

Setuju 55 36,2

Sangat Setuju 92 60,5

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan keempat untuk dimensi aman pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 1(0,7) pasien tidak setuju, 4 (2,6) pasien cukup setuju ,55 (36,2)

pasien setuju dan 92(60,5) pasien sangat setuju.


57

Table 5.6

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi aman terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 5 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Tidak Setuju 1 0,7

Cukup 8 5,3

Setuju 55 36,2

Sangat Setuju 88 57,9

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.6 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan kelima untuk dimensi aman pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 1(0,7) pasien tidak setuju, 8(5,3) pasien cukup setuju ,55 (36,2)

pasien setuju dan 88(57,9) pasien sangat setuju.

b. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan dari dimensi adil di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh

Hasil Pengumpulan data untuk kepuasan pasien terhadap pelayan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh yang

dilakukan kepada 152 sampel yang terdiri dari 4 pertanyaan yang dianalisis
58

menunjukkan setuju atau tidak setuju nya responden berdasarkan pertanyaan

pada table berikut ini:

Table 5.7

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi adil terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 1 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Cukup 10 6,6

Setuju 45 29,6

Sangat setuju 97 63,8

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.7 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan pertama untuk dimensi aman pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 10 (6,6) pasien cukup setuju, 55 (29,6) pasien setuju dan 97 (63,8)

pasien sangat setuju.


59

Table 5.8

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi aman terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 2 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Cukup 14 9,2

Setuju 45 29,6

Sangat setuju 93 61,2

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan kedua untuk dimensi adil pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 14(9,2) pasien cukup setuju, 45(29,6) pasien setuju dan 93 (61,2)

pasien sangat setuju.


60

Table 5.9

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi adil terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 3 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Cukup 7 4,6

Setuju 54 36,2

Sangat setuju 90 59,2

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa terkait dengan item pertanyaan

ketiga untuk dimensi adil pada kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu sebanyak 7

(4,6) pasien cukup setuju, 55 (36,2) pasien setuju dan 90 (59,2) pasien sangat

setuju.
61

Table 5.10

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi adil terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 4 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Cukup 15 9,9

Setuju 41 27,0

Sangat setuju 96 63,2

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.10 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan ketiga untuk dimensi adil pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 15 (9,9) pasien cukup setuju, 41(27,0) pasien setuju dan 96

(63,2)pasien sangat setuju.

c. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan dari dimensi efektif di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh

Hasil Pengumpulan data untuk kepuasan pasien terhadap pelayan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh yang

dilakukan kepada 152 sampel yang terdiri dari 4 pertanyaan yang dianalisis

menunjukkan setuju atau tidak setuju nya responden berdasarkan pertanyaan

pada table berikut ini:


62

Table 5.11

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi efektif terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 1 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Tidak setuju 4 2,9

Cukup 10 6,6

Setuju 43 28,3

Sangat setuju 95 62,5

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.11 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan pertama untuk dimensi efektif pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 4(2,6) pasin tidak setuju, 10 (6,6) pasien cukup setuju,, 43(28,3)

pasien setuju dan 95 (62,5)pasien sangat setuju.


63

Table 5.12

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi efektif terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 2 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Sangat Tidak setuju 1 0,7

Tidak setuju 2 1,3

Cukup 14 9,2

Setuju 41 27,0

Sangat setuju 94 61,8

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.12 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan kedua untuk dimensi efektif pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 1(0,7) pasien sangat tidak setuju, 2(1,3) pasin tidak setuju, 14 (9,2)

pasien cukup setuju,, 41(27,0) pasien setuju dan 94 (61,8) pasien sangat

setuju.
64

Table 5.13

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi efektif terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 3 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Tidak setuju 2 1,3

Cukup 8 5,3

Setuju 47 30,9

Sangat setuju 95 62,5

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.13 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan ketiga untuk dimensi efektif pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 2(1,3) pasin tidak setuju, 8(5,3) pasien cukup setuju 45 (29,6),

pasien setuju dan 95 (62,5)pasien sangat setuju.


65

Table 5.14

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi efektif terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 4 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Sangat Tidak setuju 2 1,3

Cukup 11 7,2

Setuju 45 29,6

Sangat setuju 94 61,8

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.14 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan keempat untuk dimensi efektif pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 2 (1,3) pasien sangat tidak setuju, 11 (7,2) pasien cukup setuju,, 45

(29,6) pasien setuju dan 94 (61,8) pasien sangat setuju.

d. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan dari dimensi efesien di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh

Hasil Pengumpulan data untuk kepuasan pasien terhadap pelayan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh yang

dilakukan kepada 152 sampel yang terdiri dari 4 pertanyaan yang dianalisis
66

menunjukkan setuju atau tidak setuju nya responden berdasarkan pertanyaan

pada table berikut ini:

Table 5.15

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi efesien terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 1 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Tidak setuju 3 2,0

Cukup 10 6,6

Setuju 48 31,6

Sangat setuju 91 59,9

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.15 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan pertama untuk dimensi efesien pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 3 (2,0) pasin tidak setuju, 10 (6,6) pasien cukup setuju,, 48 (31,6)

pasien setuju dan 91 (59,9) pasien sangat setuju.


67

Table 5.16

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi efesien terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 2 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Cukup 9 5,9

Setuju 58 38,2

Sangat setuju 85 55,9

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.16 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan kedua untuk dimensi efesien pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu 9

(5,9) pasien cukup setuju,, 58 (38,2) pasien setuju dan 85 (55,9) pasien

sangat setuju.
68

Table 5.17

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi efesien terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 3 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Tidak setuju 1 0,7

Cukup 8 5,3

Setuju 50 32,9

Sangat setuju 93 61,2

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.17 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan ketiga untuk dimensi efesien pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 1 (0,7) pasin tidak setuju, 8 (5,3) pasien cukup setuju,, 50 (32,9)

pasien setuju dan 93 (61,2) pasien sangat setuju.


69

Table 5.18

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi efesien terhadap

pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 4 di ruang rawat jalan

RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Tidak setuju 1 0,7

Cukup 5 3,3

Setuju 49 32,2

Sangat setuju 97 63,8

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.18 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan keempat untuk dimensi efesien pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 1 (0,7) pasin tidak setuju, 5 (3,3) pasien cukup setuju,, 49 (32,2)

pasien setuju dan 97 (63,8) pasien sangat setuju.

e. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan dari dimensi tepat waktu di

ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh

Hasil Pengumpulan data untuk kepuasan pasien terhadap pelayan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh yang

dilakukan kepada 152 sampel yang terdiri dari 3 pertanyaan yang dianalisis
70

menunjukkan setuju atau tidak setuju nya responden berdasarkan pertanyaan

pada table berikut ini:

Table 5.19

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi tepat waktu

terhadap pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 1 di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Sangat tidak setuju 3 2,0

Cukup 11 7,2

Setuju 45 29,6

Sangat setuju 93 61,2

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.19 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan kedua untuk dimensi tepat waktu pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 3 (2,0) pasin sangat tidak setuju, 11 (7,2) pasien cukup setuju,, 45

(29,6) pasien setuju dan 93 (61,2) pasien sangat setuju.


71

Table 5.20

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi tepat waktu

terhadap pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 2 di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Sangat tidak setuju 3 2,0

Cukup 11 7,2

Setuju 45 29,6

Sangat setuju 93 61,2

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.20 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan kedua untuk dimensi tepat waktu pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 3 (2,0) pasin sangat tidak setuju, 11 (7,2) pasien cukup setuju,, 45

(29,6) pasien setuju dan 93 (61,2) pasien sangat setuju.


72

Table 5.21

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi tepat waktu

terhadap pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 3 di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

tidak setuju 4 2,6

Cukup 12 7,9

Setuju 41 27,0

Sangat setuju 95 62,5

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.21 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan ketiga untuk dimensi tepat waktu pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu 4

(2,6) pasien s tidak setuju, 12 (7,9) pasien cukup setuju41 (27,0) pasien

setuju dan 95 (62,5) pasien sangat setuju.

f. Kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan dari dimensi terintegrasi di

ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh

Hasil Pengumpulan data untuk kepuasan pasien terhadap pelayan

kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh yang

dilakukan kepada 152 sampel yang terdiri dari 2 pertanyaan yang dianalisis
73

menunjukkan setuju atau tidak setuju nya responden berdasarkan pertanyaan

pada table berikut ini:

Table 5.22

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi terintegrasi

terhadap pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 1 di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Sangat tidak setuju 2 1,3

Cukup 7 74,6

Setuju 44 28,6

Sangat setuju 99 65,1

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.22 menunjukkan bahwa terkait dengan item pertanyaan

pertama untuk dimensi terintegrasi pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 2 (1,3) pasin sangat tidak setuju, 7 (4,6) pasien cukup setuju44

(28,9) pasien setuju dan 99 (65,1) pasien sangat setuju.


74

Table 5.23

Distribusi frekuensi kepuasan pasien dari dimensi terintegrasi

terhadap pelayanan kesehatan berdasarkan pertanyaan 2 di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa kota Banda Aceh (n=152)

Frekuensi Presentase

Cukup 7 4,6

Setuju 54 35,5

Sangat setuju 91 59,9

Sumber: Data primer ( Diolah, 2023)

Berdasarkan tabel 5.23 menunjukkan bahwa terkait dengan item

pertanyaan kedua untuk dimensi terintegrasi pada kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan di ruang rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda yaitu

sebanyak 7 (4,6) pasien cukup setuju 54 (35,5) pasien setuju dan 91 (59,9)

pasien sangat setuju.


75

B. PEMBAHASAN

1. Gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dari dimensi aman

Berdasarkan pengumpulan data didapatkan pada pertanyaan pertama

sebanyak 144 (97,4%), pada pertanyaan kedua sebanyak 147 ( 96,7%),

pada pertanyaan ketiga sebanyak 146 ( 96,0%), pada pertanyaaan keempat

sebanyak 147 (96,7%) dan pada pertanyaan kelima sebanyak 143 ( 94,1%)

puas terhadap pelayanan kesehatan yang diterima dari dimensi aman.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis,

Suriati (2020) menunjukkan hamper keseluruhan pasien puas terhadap

keamanan pelayanan kesehatan yang di terima. Dan dapat dikatakan

bahwa bahwa keamanan tidak mempengaruhi kepuasan pasien terhadap

pelayanan kesehatan.

2. Gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dari dimensi adil

Berdasarkan pengumpulan data didapatkan pada pertanyaan pertama

sebanyak 142 (93,4%), pada pertanyaan kedua sebanyak 138 ( 90,8%),

pada pertanyaan ketiga sebanyak 145 ( 95,4%), dan pada pertanyaaan

keempat sebanyak 137 (90,1%) puas terhadap pelayanan kesehatan yang

diterima dari dimensi adil . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

yang dilakukan oleh Reswari & Rianti,A (2021) bahwa hamper

keseluruhan pasien puas terhadap pelayanan kesehatan yang diterima .


76

Walaupun demikian masih terdapat beberapa pasien yang kurang puas

puas terhadap pelayanan kesehatan yang diterima. Maka itu lah yang akan

menjadi evaluasi kedepannya agar dapat mencipatakan kepuasan terhadap

pelayanan kesehatan yang diterima dari dimensi adil secara keseluruhan.

3. Gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dari dimensi efektif

Berdasarkan pengumpulan data didapatkan pada pertanyaan pertama

sebanyak 138 (90,8%), pada pertanyaan kedua sebanyak 135 ( 89,8%),

pada pertanyaan ketiga sebanyak 142 ( 93,4%), dan pada pertanyaaan

keempat sebanyak 139 (91,4%) puas terhadap pelayanan kesehatan yang

diterima dari dimensi efektif . Hasil penelitian ini berbeda dengan

penelitian yang dilakukan oleh Budo (2021) bahwa sebagian dari pasien

tidak puas terhadap pelayanan kesehatan yang diterima ini disebabkan

karena lamanya waktu pelayanan yang mereka terima.

4. Gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dari dimensi efesien

Berdasarkan pengumpulan data didapatkan pada pertanyaan pertama

sebanyak 139 (91,4%), pada pertanyaan kedua sebanyak 143 ( 94,1%),

pada pertanyaan ketiga sebanyak 143 ( 94,1%), dan pada pertanyaaan

keempat sebanyak 146 (96%) puas terhadap pelayanan kesehatan yang

diterima dari dimensi efesien . Hasil penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh oleh Lubis, Suriati (2020) bahwa sebagian
77

besar pasien puas terhadap pelayanan kesehatan yang diterima dari

dimensi efesien.

5. Gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dari dimensi tepat

waktu

Berdasarkan pengumpulan data didapatkan pada pertanyaan pertama

sebanyak 138 (90,8%), pada pertanyaan kedua sebanyak 138 ( 90,8%),

dan pada pertanyaaan ketiga sebanyak 136 (89,5%) puas terhadap

pelayanan kesehatan yang diterima dari dimensi tepat waktu . Hasil

penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh Natasya

& Yusuf (2021) bahwa sebagian besar pasien mendapatkan pelayananan

kesehatan yang baik dan dapat dikatakan pasien puas terhadap pelayanan

kesehatan yang diterima dari dimensi tepat waktu

6. Gambaran kepuasan pasien terhadap pelayanan kesehatan di ruang

rawat jalan RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh dari dimensi

terintegrasi

Berdasarkan pengumpulan data didapatkan pada pertanyaan pertama

sebanyak 143(94,1%),dan pada pertanyaan kedua sebanyak 135(88,8%),

puas terhadap pelayanan kesehatan yang diterima dari dimensi tepat waktu

. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh oleh

Muliana, Lucky & Barry (2019) bahwa keseluruhan pasien sangat puas

terhadap pelayanan terintegrasi yang diterimanya.


BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada 152 pasien rawat jalan di rumah

sakit Meuraxa Kota Banda Aceh , dapat disimpulakan bahwa sebanyak 2

(1,30%) pasien merasa kurang puas terhadap pelayanan kesehatan yang telah

diterima dan 150 (98,70%) puas terhadap pelayanan yang telah diterima di

ruang rawat jalan RSUD Meuraxa kota Banda aceh dari berbagai demesi yaitu

demensi aman, adil, efektif, efesien, tepat waktu dan terintegrasi.

78
79

B. Saran

1. Bagi Pelayanan dan Tenaga Kesehatan di ruang Raway Jalan RSUD

Meuraxa Kota Banda Aceh

Penelitian ini dapat menjadi tolak ukur bagi tenaga kesehatan di

ruang rawat Jalan di RSUD Meuraxa Kota Banda aceh terkait kepuasan

pasien terhadap pelayanan kesehatan yang telah diberikan kepada pasien,.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dijadikan informasi/ rujukan bagi

mahasiswa/i yang akan membahas kepuasan pasien terhadap pelayanan

kesehatan.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Peneliti selanjutnya dapat menjadikan hasil dari penelitian ini

untuk bahan acuan pada penelitian yang akan dilakukan dan diharapkan
80

peneliti selanjutnya dapat meneliti lebih dalam terkait gambaran kepuasan

pasien terhadap pelayanan kesehatan yang belum ada pada penelitian ini.

Anda mungkin juga menyukai