i
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
2. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
jalan dan gawat darurat (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
Tentang Rumah Sakit). Menurut Nursalam (2014), pelayanan rawat inap adalah
pelayanan komprehensif yang merupakan revenue center rumah sakit sehingga tingkat
kepuasan pasien bisa dipakai sebagai salah satu indikator kualitas pelayanan. Hal ini
sejalan dengan konsep quality assurance yang dikemukakan oleh Jacobalis (2005).
Konsep tersebut menjelaskan bahwa penilaian baik buruknya sebuah layanan kesehatan
atau rumah sakit dapat dilihat dari empat komponen yang mempengaruhinya, yaitu: 1)
aspek klinis, 2) efisiensi dan efektifitas, 3) keselamatan pasien, dan 4) kepuasan pasien.
3. Pada tahun 1990an, kepuasan pasien menjadi indikator utama untuk mengukur kualitas
pelayanan kesehatan dan kinerja perawat di pusat layanan kesehatan Amerika Serikat
(Billman, Bokor, Voigt, & Kiffner, 2013). Kementerian kesehatan dan Pendidikan
Kedokteran Iran memerintahkan semua rumah sakit untuk mengukur kepuasan pasien
secara berkala dan mengambil tindakan yang diperlukan untuk meningkatkan kepuasan
4. Kotler dan Keller (2012) berpendapat bahwa kepuasan pasien adalah hasil penilaian
3
5. rumah sakit. Dengan demikian, kepuasan pasien diperoleh dari pengalaman pasien
setelah menerima perlakuan tertentu pelayanan kesehatan dari rumah sakit tempat
6. Fenomena yang terjadi di rumah sakit adalah angka tingkat kepuasan pasien yang
diperoleh masih belum sesuai dengan standar kepuasan pasien yang ditetapkan. Standar
Republik Indonesia Nomor 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal
Rumah Sakit. Menurut Kepmenkes tersebut, standar kepuasan pasien untuk pelayanan
7. Beberapa penelitian tentang tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit
telah dilakukan di beberapa Negara. Penelitian yang dilakukan oleh Ndambuki (2013)
menurut penelitian yang dilakukan oleh Twayana (2015) menghasilkan angka kepuasan
pasien 34,4%. Di Indonesia, beberapa penelitian tentang kepuasan pasien juga telah
Maluku Tengah (Latupono, Alimin, & Andi, 2014), 44,4% di Sumatera Barat (Sari,
2014), 50% di Malang (Ayuningtiyas, Mustayah, & Nataliswati, 2015), 73% di Manado
(Oroh, dkk, 2014), dan 72% di Medan (Data RS Sarah, 2017). Berdasarkan data
tersebut, dapat diketahui bahwa angka kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit,
8. Angka kepuasan pasien yang rendah akan berdampak pada perkembangan rumah sakit.
Menurut Kotler dan Keller (2012), pasien yang merasa tidak puas terhadap pelayanan
4
9. rumah sakit tersebut atau pindah ke rumah sakit lain yang dapat memberikan pelayanan
10. Kepuasan pasien sebagai tolak ukur kualitas pelayanan kesehatan merupakan masalah
yang kompleks. Hal ini dikarenakan banyak faktor yang mempengaruhi kepuasan
pasien. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pemberian informasi yang
jelas, komunikasi yang efektif, dan edukasi yang dibutuhkan oleh pasien dan keluarga
11. Menurut Nabavi, Rajabpoor, Mahmoodi, Pouresmail, dan Mikaniki (2016), edukasi
adalah hak pasien yang mendasar. Artinya, edukasi wajib diberikan oleh staf kesehatan
kepada pasien dan keluarga selama proses pelayanan kesehatan. World Health
untuk meningkatkan efisiensi kegiatan edukasi. Selain itu, kegiatan edukasi kesehatan
12. Standar keperawatan untuk edukasi pasien sudah ditetapkan oleh Joint Commission on
Mortezagholi, dan Mehrbany (2014), standar edukasi pasien yang telah ditetapkan ini
sangat penting karena dapat digunakan sebagai jaminan dan kepuasan terhadap kualitas
13. Di Indonesia, edukasi pasien dan keluarga merupakan salah satu standar yang harus
dipenuhi rumah sakit untuk mengikuti akreditasi rumah sakit yang berlaku secara
5
14. Rumah Sakit (SNARS) Edisi 1 yang dikeluarkan oleh Komisi Akreditasi Rumah Sakit
(KARS). Edukasi pasien dan keluarga, di dalam SNARS Edisi 1, termasuk standar
pelayanan berfokus pasien yang secara terperinci tertuang pada Bab 7 Manajemen
15. Kepuasan pasien terhadap edukasi kesehatan yang diberikan oleh staf kesehatan di
rumah sakit merupakan indeks kunci kualitas dan efektivitas pelayanan kesehatan
(Alturki & Khan, 2013). Terkait dengan kepuasan pasien terhadap edukasi kesehatan,
telah banyak penelitian yang dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Asiri, Bawazir,
dan Jradi (2013) pada pusat pelayanan kesehatan primer di Riyadh menghasilkan
bahwa sebanyak 68% pasien merasa puas dengan edukasi kesehatan yang diberikan
kepada pasien dan keluarga. Penelitian Mulyanasari (2014) menghasilkan bahwa 53,3%
pasien merasa puas dengan edukasi kesehatan yang diberikan perawat di Rumah Sakit
Panti Rapih Yogyakarta. Penelitian Perdana (2017) di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan menghasilkan 73,9% pasien puas dengan pelaksanaan edukasi
kesehatan yang diberikan perawat. Namun data tersebut belum memenuhi target standar
16. World Health Organization (2012) menjelaskan bahwa perawat merupakan peran kunci
untuk melaksanakan edukasi pasien dan keluarga. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Potter dan Perry (2012) yang mengatakan bahwa memberikan edukasi merupakan salah
satu peran penting bagi perawat (educator). Hal ini dikarenakan perawat sebagai
pemberi perawatan kepada pasien yang lebih sering kontak langsung dengan pasien dan
6
17. merupakan sumber informasi yang mudah diakses oleh pasien dan keluarga. Perawat
memberikan edukasi dalam rangka pelayanan kesehatan dengan berbagai tujuan dan
18. Edukasi kesehatan harus dilaksanakan secara terprogram dan sesuai dengan kebutuhan
pengetahuan yang mereka perlukan saat dirawat maupun ketika pulang (Potter & Perry,
2012). Kegiatan edukasi pasien dan keluarga diberikan oleh seluruh staf yang ada
dalam lingkungan rumah sakit sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya terutama
PPA (Profesional Pemberi Asuhan) yang sudah terlatih seperti dokter, perawat,
nutrisionis, apoteker, dll (KARS, 2012). Mengingat banyak profesi dan staf yang
terlibat dalam edukasi pasien dan keluarga maka perlu diperhatikan bahwa staf yang
terlibat harus dikoordinasikan kegiatannya. Selain itu, materi edukasi dan media yang
digunakan juga harus dirancang sedemikian rupa. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan
edukasi pasien dan keluarga dapat terlaksana secara terintegrasi sejak pasien masuk,
selama perawatan sampai dengan pasien pulang dari rumah sakit (SNARS, 2018).
19. Pelaksanaan edukasi pasien dan keluarga tidak selamanya dapat berjalan dengan lancar.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi baik yang berasal dari pasien maupun dari
perawat. Hambatan pemberian edukasi kesehatan yang berasal dari pasien menurut
Farzianpour, Hosseini, Mortezagholi, & Mehrbany (2014) adalah usia, status ekonomi,
tingkat pendidikan, kepribadian dan sifat pasien, kecemasan, mitos, dan budaya.
Sedangkan hambatan pemberian edukasi kesehatan yang berasal dari perawat adalah
7
20. Rumah Sakit Sarah merupakan rumah sakit swasta tipe D Non BPJS yang selalu
mengembangkan dirinya untuk dapat bersaing dengan rumah sakit lain di Kota Medan.
Pencapaian program pelayanan kesehatan pada tahun 2017 menunjukkan hasil BOR
sebesar 41,21% dan kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit sebesar 72%.
21. Rumah Sakit Sarah selalu berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik dan
meningkatkan kualitas pelayanannya guna mencapai target yang diharapkan. Salah satu
upaya yang dilakukan adalah mengembangkan edukasi kesehatan kepada pasien dan
keluarga. Selama ini, kegiatan edukasi pasien dan keluarga di Rumah Sakit Sarah
diantaranya adalah belum optimalnya kinerja tim edukasi, pengetahuan perawat yang
terbatas dan belum terlatih untuk memberikan edukasi, belum adanya materi edukasi
yang disiapkan, belum tersedianya media yang dapat digunakan seperti leaflet, lembar
22. Melihat fenomena tersebut, peneliti sudah terlebih dahulu melakukan project seminar
pentingnya pelaksanaan edukasi pasien dan keluarga dan merancang 5 topik edukasi
yang paling dibutuhkan di rumah sakit sarah medan pada saat praktikum mata kuliah
administrasi lanjut. Menurut peneliti, project ini perlu untuk ditindaklanjuti mengingat
pentingnya pelaksanaan edukasi pasien dan keluarga mengacu pada standar nasional
8
2. RUMUSAN MASALAH
Pemberian edukasi pasien dan keluarga harus menjadi perhatian bagi
indikator utama penilaian kinerja perawat dan kualitas rumah sakit. Tidak hanya
9
itu, pemberian edukasi pasien dan keluarga merupakan salah satu standar dalam
Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) 2018 yang ditetapkan oleh
Komite Akreditasi Rumah Sakit. Oleh karena itu, pelaksanaan edukasi pasien dan
keluarga yang baik dapat membantu meningkatkan penilaian rumah sakit dalam
untuk membuat program edukasi pasien dan keluarga untuk sepuluh diagnosa
terbanyak di ruang rawat inap rumah sakit dan melakukan penelitian tentang
Program edukasi pasien dan keluarga yang dimaksud adalah pemberian intervensi
berupa pelatihan edukasi kepada perawat dan pelaksanaan edukasi kepada pasien
penyakit serta perawatan yang harus dilakukan pasien dan keluarga untuk sepuluh
diagnosa penyakit terbanyak di ruang rawat inap rumah sakit sarah tahun 2018.
sarah medan pada tahun 2018 yaitu post SC (Sectio Caesarea), ISPA (Infeksi
dan bayi tabung. Dengan adanya program edukasi pasien dan keluaraga ini
diharapkan perawat dapat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga secara
optimal. Selain itu, setiap pasien yang datang dengan diagnosa tertentu sudah
memiliki jadwal edukasi pasien dan keluarga sejak pasien masuk selama
perawatan sampai dengan pasien pulang dari rumah sakit. Dengan berjalannya
10
program edukasi pasien dan keluarga ini, diharapkan dapat
3. TUJUAN
. Tujuan umum
Tujuan khusus
Sarah Medan.
Sarah Medan.
11
jaminan (assurance), dimensi kepedulian (empathy), dimensi
Sarah Medan.
4. MANFAAT
Bagi pendidikan
12
informasi untuk penelitian lebih lanjut terkait peningkatan kualitas
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Edukasi Pasien dan Keluarga Definisi
formal dan informal yang diberikan oleh staf kesehatan untuk mencapai
pasien dan keluarga adalah pengetahuan yang diperlukan selama proses asuhan
sumber komunitas untuk tambahan pelayanan dan tindak lanjut pelayanan apabila
(SNARS, 2018).
diberikan oleh staf kesehatan kepada pasien dan keluarga tentang perilaku
atau ke rumah.
14
Tujuan edukasi pasien dan keluarga
edukasi pasien dan keluarga, yaitu (1) agar pasien dan keluarga memahami
kondisi kesehatannya sehingga dapat berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang
diberikan, dan (2) agar pasien dan keluarga mendapat informasi dalam mengambil
Mehrbany 2014).
terhadap gangguan fungsi. Tiap tujuan melibatkan fase terpisah dari pelayanan
edukasi pasien dan keluarga. Pengetahuan pasien dan keluarga yang lebih baik
akan menghasilkan kebiasaan pemeliharaan kesehatan yang lebih baik pula. Jika
pencegahan penyakit secara dini. Tujuan poin ini secara garis besar meliputi
15
perkembangan, higiene, asuhan prenatal dan kehamilan normal, imunisasi, nutrisi,
Pemulihan kesehatan
ini secara garis besar meliputi informasi tentang penyakit atau kondisi klien,
anatomi dan fisiologi sistem organ yang terpengaruh, penyebab dan gejala
Tidak semua pasien akan pulih dari penyakitnya (misal pasien kehilangan
keterampilan baru agar pasien dapat meneruskan aktivitas hariannya. Tujuan poin
ini secara garis besar meliputi informasi tentang perawatan di rumah, alat bantu
diri, rehabilitasi untuk fungsi tubuh yang tersisa (terapi fisik, terapi okupasi, terapi
Potter dan Perry (2012) menjelaskan bahwa perencanaan pengajaran yang baik
16
mengurangi biaya pelayanan kesehatan, meningkatkan kualitas
17