Anda di halaman 1dari 123

LAPORAN ILMIAH AKHIR NERS

ASUHAN KEPERAWATAN PENERAPAN TEKNIK PERNAPASAN


PURSED LIPS BRETHING DAN POSISI SEMI POWLER TB PARU
PADA TN.I DI RUANGAN RAWAT PARU RUMAH SAKIT
TENTARA DR. REKSODIWIRYO PADANG TAHUN 2021

KEPERAWATAN PARU

LUSI SEPTIANA, S.Kep


2014901092

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG

TAHUN 2021
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama Lengkap : Lusi Septiana, S.Kep
NIM 2014901092
Tempat/Tanggal Lahir : Kampung Guci/ 26 September 1997
Tahun Masuk 2020

Program Studi : Profesi Ners

Nama Pembimbing Akademik : Ns. Silvia Oresti, M.Kep


Nama Pembimbing : Ns. Helmanis Suci, M.
Kep

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan karya tulis
ilmiah saya yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PENERAPAN
TEKNIK PERNAPASAN PURSED LIPS BRETHING DAN POSISI SEMI
POWLER TB PARU PADA TN.I DI RUANGAN RAWAT PARU RUMAH
SAKIT TENTARA DR. REKSODIWIRYO PADANG TAHUN 2021”.
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat dalam penulisan
karya ilmiah ini, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Padang, Oktober 2021

Lusi Septiana, S.Kep

i
PERNYATAAN PERSETUJUAN

Elektif yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PENERAPAN TEKNIK

PERNAPASAN PURSED LIPS BRETHING DAN POSISI SEMI POWLER

TB PARU PADA TN.I DI RUANGAN RAWAT PARU RUMAH SAKIT

TENTARA DR. REKSODIWIRYO PADANG TAHUN 2021” ini akan

disetujui dan diseminarkan dihadapan Tim Penguji Seminar Elektif Program Studi

Profesi Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah Padang.

Padang, Oktober 2021

Pembimbing

(Ns. Helmanis Suci, M.Kep)

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alifah

Padang Ketua

(Ns. Asmawati, M.Kep)

ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Lusi Septiana S. Kep


Tempat/ Tanggal Lahir : Kampung Guci/ 26 September 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Program Studi : Program Studi Profesi Ners
Agama : Islam
Nama Ayah : Risnaldi
Nama Ibu : Alina
Anak Ke : Dua (2)
Alamat : Kampung Guci Lubuk Pandan Kec.2x11 Enam
Lingkung Kab. Padang Pariaman

RIWAYAT PENDIDIKAN

TK : Lulusan tahun 2004


SD : Lulusan tahun 2010
SMP : Lulusan tahun 2013
SMA : Lulusan tahun 2016
Program Pendidikan S-1 Keperawatan : Lulusan tahun 2020

iv
RINGKASAN EKSLUSIF
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ALIFAH PADANG
Elektif, Oktober 2021

Lusi Septiana, S. Kep

Asuhan Keperawatan Penerapan Teknik Pernapasan Pursed Lips Brething Dan


Posisi Semi Powler Tb Paru pada Tn.I Di Ruangan Rawat Paru Rumah Sakit
Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2021.

vi + V bab + 117halaman + 12 tabel + 2 gambar + 6 lampiran

ABSTRAK

Tuberculosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit yang disebabkan


oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang paru-paru sehingga
pada bagian dalam alveolus terdapat bintil-bintil atau peradangan pada dinding
alveolus dan akan mengecil. Peran perawat sebagai pemberi asuhan keprawatan
langsung kepada pasien berperan penting dalam usaha perventif dan promotif
bagi penderita TB.
Salah satu bentuk terapi dalam mengatasi masalah bersihan jalan nafas
pada pasien tuberculosis adalah terapi batuk efektif. Tujuan dari karya ilmiah
akhir ners ini adalah menganaliss intervensi terapi batuk efektif terhadap
perubahan bersihan jalan nafas pada pasien Tb Paru di Rumah Sakit Tentara Dr.
Reksodiwiryo Padang.
Metode dalam karya ilmiah akhie ners ini adalah studi kasus dengan quasy
eksperimen. Karya ilmiah ini dilakukan di Ruangan Paru Rumah Sakit Tentara Dr.
Reksodiwiryo Padang yang berfokus pada pemberian terapi batuk efektif kepada
pasien Tb Paru yang mengalami masalah masalah bersihan jalan nafas.
Dari hasil analisa kasus pada pasien didapatkan hasil yaitu ada pengaruh
tehnik Batuk efektif terhadap pengeluaran secret pada pasien TB Paru. Hasil karya
ilmiah ini dapat menjadi masukan bagi perawat untuk menjadikan salah satu
intervensi keperawatan mandiri di Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang
dan intervensi dalam penatalaksanaan terapi batuk efektif.

Kata Kunci : Tb Paru, Peran Perawat, Terapi Batuk


Efektif. Kepustakaan : 29 (2001 – 2020)

v
HIGH SCHOOL HEALTH SCIENCE OF ALIFAH PADANG
Electif, Oktober 2021

Lusi Septiana, S.Kep


THE APPLICATION OF EFFECTIVE COUGH THERAPY IN THE NURSING
CARE OF MR. I WITH TB LUNG IN THE RUMAH SAKIT TENTARA DR.
REKSODIWIRYO PADANG 2021

vi + V chapter + 117 pages + 12 tables + 2 pictures + 6 attachments

ABSTRACT

Pulmonary tuberculosis (pulmonary tuberculosis) is a disease caused by


the bacterium Mycobacterium tuberculosis which attacks the lungs so that the
inside of the alveoli is a pimple or inflammation of the alveolar wall and will
shrink. The role of nurses as direct nursing care providers to patients plays an
important role in preventive and promotive efforts for TB sufferers.
One form of therapy in overcoming the problem of airway clearance in
tuberculosis patients is effective cough therapy. The purpose of this final scientific
work is to analyze effective cough therapy interventions on changes in airway
clearance in Tb Lung patients at Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang
2021 Regional Hospital.
The method in this final scientific work is a case study with quasy
experiments. This scientific work was carried out in the Lung Room of
Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang 2021 which focuses on providing
effective cough therapy to Tb Lung patients who have airway cleansing problems.
From the results of the case analysis of patients, the results show that
there is an effect of the effective cough technique on secret expenditure in
pulmonary TB patients. The results of this scientific work can be input for nurses
to make one of the independent nursing interventions in Rumah Sakit Tentara Dr.
Reksodiwiryo Padang 2021 and intervention in the management of effective cough
therapy.

Keywords : Tb Lung, Role of Nurses, Effective Cough


Therapy Reading List : 29 (2001 – 2020)

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang telah

memberikan petunjuk dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Ilmiah Akhir Ners dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN

PENERAPAN TEKNIK PERNAPASAN PURSED LIPS BRETHING DAN

POSISI SEMI POWLER PADA TN.I DENGAN TB PARU DI RUANGAN

RAWAT PARU RUMAH SAKIT TENTARA DR. REKSODIWIRYO

PADANG TAHUN 2021”. Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Profesi Ners STIKes Alifah Padang.

Proses pembuatan Laporan Ilmiah Akhir Ners ini tidak terlepas dari

kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan penjelasan dari

berbagai pihak akhirnya Laporan Ilmiah Akhir Ners ini dapat diselesaikan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ns. Helmanis Suci, M.Kep yang telah bersedia mengarahkan,

membimbing dan memberi masukan kepada penulis dengan penuh

perhatian dan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis ilmiah ini.

2. Ibu Ns. Asmawati M. Kep, selaku Ketua STIKes Alifah Padang.

3. Ibu Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep, J selaku ketua program Studi

Profesi Ners STIKes Alifah Padang.

4. Bapak/ibuk Staf Rst Dr. Reksodiwiryo Padang yang telah banyak

membantu agar terlaksananya penyusunan Laporan Ilmiah Akhir Ners ini.

vii
5. TN.E beserta keluarga sebagai pasien kelolaan yang telah meluangkan

waktu dan berpartisipasi dalam penyusunan Laporan Ilmiah Akhir Ners

ini.

6. Orang tua yang selalu mendoakan dan menjadi penyemangat bagi penulis,

serta memenuhi segala kebutuhan baik moril maupun materil.

7. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Profesi Ners STIKes Alifah

Padang yang telah memberikan motivasi dan dorongan serta sumbangan

ide dan pikiran kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Ilmiah Akhir

Ners ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan Ilmiah Akhir Ners ini masih jauh dari

kesempurnaan. Hal ini bukanlah suatu kesengajaaan melainkan karena

keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis, untuk itu dengan segala kerendahan

hati penulis menerima masukan, kritikan, dan saran demi kesempurnaan di masa

yang akan datang.

Padang, Oktober 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT...........................................................i


PERNYATAAN PERSETUJUAN..............................................................ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.....................................................................iii
ABSTRAK.....................................................................................................iv
ABSTRACT..................................................................................................v
KATA PENGANTAR..................................................................................vi
DAFTAR ISI.................................................................................................vii
DAFTAR TABEL.........................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR....................................................................................ix
DAFTAR SKEMA........................................................................................x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................9
C. Tujuan............................................................................................9
D. Manfaat..........................................................................................11
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar TB PARU................................................................13
1. Definisi......................................................................................13
2. Anatomi Fisiologi......................................................................14
3. Etiologi......................................................................................21
4. Manifestasi................................................................................24
5. Klasifikasi.................................................................................25
6. Patofisiologi..............................................................................26
7. Pemeriksaan Penunjang............................................................31
8. Penatalaksanaan........................................................................32
9. Komplikasi................................................................................33
B. Konsep...........................................................................................39
1. Definisi......................................................................................39
2. Penyebab...................................................................................39
3. Faktor........................................................................................42
4. Klasfikasi...................................................................................51
ix
5. Respon.......................................................................................53
6. Karakter.....................................................................................54
C. Konsep
1. Definisi......................................................................................68
2. Cara kerja..................................................................................69
3. Manfaat.....................................................................................71
4. Jenis...........................................................................................74
D. Asuhan Keperawatan Teoritis........................................................76
1. Pengkajian.................................................................................77
2. Diagnosa Keperawatan..............................................................82
3. Intervensi Keperawatan.............................................................83
BAB III PROFIL LAHAN PRAKTEK
1. Sejarah.......................................................................................96
2. Profil..........................................................................................99
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian......................................................................................102
1. Identitas Klien...........................................................................102
2. Identitas Keluarga.....................................................................105
3. Status Kesehatan Saat Ini..........................................................105
4. Pemeriksaan Fisik.....................................................................106
5. Pemeriksaan saraf cranial..........................................................109
6. Aktivitas Sehari-Hari................................................................111
7. Pemeriksaan Penunjang............................................................114
8. Data Fokus................................................................................115
9. Analisa Data..............................................................................119
10. Rencana Asuhan Keperawatan..................................................120
BAB V TELAAH JURNAL DAN PEMBAHASAN
A. Telaah Jurnal..................................................................................132
B. Pemabahasan..................................................................................140
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................148
B. Saran..............................................................................................150
DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR TABEL

2.2 Tabel Intervensi .......................................................................................


3.1 Tabel Data Aktivitas Sehari-hari............................................................. 42
3.2 Tabel Pengobatan ................................................................................... 50
3.3 Tabel Analisa Data ................................................................................. 53
3.4 Tabel Rencana Keperawatan .................................................................. 55
3.5 Tabel Catatan Perkembangan.................................................................. 58

xi
DAFTAR GAMBAR

Nama Tabel Hal

2.1 Anatomi Paru-Paru.........................................................................................8

2.2 Gambar Paru – paru ..................................................................................

xii
DAFTAR SKEMA

Nama Tabel Hal

2.1 Skema WOC.........................................................................................16

3.1 Genogram.............................................................................................41

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberculosis (TBC) merupakan suatu jenis penyakit menular yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium yang menyerang berbagai organ,

terutama paru-paru (Winda Amiar, 2020). Berdasarkan data infodatin (Pusat

Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan Republic Indonesia) dari situasi

dunia secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI

8,8 juta – 12 juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima

Negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina,

Dan Pakistan. Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi

dikawasan Asia Tenggara (45%), dimana Indonesia merupakan salah satu

didalamnya dan 25 % terjadi dikawasan Afrika (Infodaktin)

Berdasarkan survey prevalensi tuberculosis tahun 2013-2014, prevalensi

TBC dengan konfirmasi bakteriologi di Indonesia sebesar 759 per 100.000

penduduk berumur 15 tahun keatas dan prevalensi TBC BTA posistif

sebesar 257 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun ke atas. Berdasarkan

survey Riskesdas 2013, semakin bertambah usia, prevalensinya semakin tinggi,

kemungkinan terjadi re aktivitas TBC dan durasi paparan TBC lebih lama

dibandingkan kelompok umur dibawahnya. Jumlah kasus di Indonesia sebanyak

420.994 kasus pada tahun 2019. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah, kasus

baru TBC

1
2

tahun 2019 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada

perempuan. Bahkan berdasarkan survey prevalensi tuberculosis pada laki-laki 3

kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan (Infodaktin, 2020).

Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang angka

kejadian TB paru cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset

Kesehatan Dasar ( Riskesdas) pada tahun 2018 terdapat 245/ 100.000 kasus TB

Paru. Angka kejadian TB Paru di Sumatera Barat terus mengalami peningkatan

setiap tahunnya yaitu pada tahun 2007 sebanyak 3660 kasus, tahun 2008

sebanyak 3896 kasus yang tersebar dalam 19 kabupaten/ kota dalam Provinsi

Sumatera Barat termasuk di Kota Padang ( Rikesda,2016). Gejala umum pada

pasien TB paru adalah batuk selama 3-4 minggu atau lebih, batuk dapat diikuti

dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak

nafas, badan lemas dan nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,

berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari

satu bulan ( Depkes,2015). Komplikasi pada penderita tuberculosis stadium

lanjut : hemoptosis berat (perdarahan dari saluran pernafasan bawah)

yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial. Beronktasis (pelebaran

bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukkan jaringan ikat pada proses

pemulihan atau reaktif). Pneumotorak ( adanya udara dalam rongga pleura)

spontan: kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru, penyebaran infeksi ke

orang lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya (tamsuri,2016).


3

Pasien tuberkulosis akan mengalami sesak nafas. Karena Otot bantu nafas

pada pasien yang mengalami sesak nafas dapat bekerja saat terjadi kelainan pada

respirasi. Hal ini bertujuan untuk dapat mengoptimalkan ventilasi nafas.Sesak

nafas terjadi karena kondisi pengembangan paru yang tidak sempurna mengakibat

bagian paru yang terserang tidak mengandung udara atau kolaps.

Sesak nafas menyebabkan saturasi oksigen turun di bawah level

normal. Jika kadar oksigen dalam darah rendah, oksigen tidak mampu menembus

dinding sel darah merah. Sehingga jumlah oksigen dalam sel darah merah yang

dibawa hemoglobin menuju jantung kiri dan dialirkan menuju kapiler perifer

sedikit.Sehingga suplai oksigen terganggu, darah dalam arteri kekurangan oksigen

dan dapat menyebabkan penurunan saturasi oksigen.Berkurangnya kandungan

oksigen dalam darah (hipoksemia) akan merangsang syaraf simpatis, yang

berpengaruh pada jantung sehingga menyebabkan takikardi (Guyton & hall,

2012).

Penanganan penuruanan saturasi oksigen dapat dilakukan dengan

pengaturan posisi, latihan pernafasan, batuk efektif dan fisioterapi oksigen nasal,

masker dan pemberian obat-obatan bronkodilator. Pursed Lips Breathing

merupakan salah satu teknik termudah dalam mengurangi sesak nafas dengan

cara membantu masuknya udara ke dalam paru dan mengurangi energi yang

dikeluarkan saat bernafas. Posisi semi fowler mengandalkan gaya gravitasi

untuk membantu melancarkan jalan nafas menuju ke paru sehingga oksigen

akan mudah masuk (Winda Amiar, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh winda amiar yang berjudul efektifitas pemberian tekhnik pernapasan

pursed lips breathing dan posisi semi fowler


4

terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien TB paru didapatkan hasil

bahwa nilai p-value <0,05 yang berarti ada pengaruh yang signifikan dari

penerapan tekhnik pernapasan pursed lips breathing dan posisi semi fowler

terhadap peningkatan saturasi oksigen pada pasien TB paru.

Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada

pasien berperan penting dalam usaha preventif dan promotif bagi penderita

TB.Tindakan utama yang dilakukan yaitu mengurangi gejala yang timbul akibat

TB Paru misalnya sesak nafas yang disebabkan adanya penumpukkan secret.

Perawat harus memiliki kepedulian terhadap klien. Kepedulian ini

ditunjukkan dengan tindakan yang segera dan tepat dalam menanggapi keluhan

klien. Perawat melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan dengan

didasarkan atas pengetahuan yang ia miliki. Tujuannya adalah untuk memberikan

rasa aman dan nyaman pada klien serta memberikan asuhan keperawatan yang

komprehensif pada mereka (Asmadi, 2008).

Salah satu tindakan mandiri perawat dalam mengatasi sesak napas yaitu

dengan meninggikan kepala tempat tidur dan membantu pasien untuk memilih

posisi yang mudah untuk bernapas. Menurut Hasanah (2013) berbagai posisi yang

dapat digunakan untuk mengatasi ketidaknyamanan akibat sesak diantaranya

adalah posisi fowler, semi fowler dan posisi ortopnea. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ruth dalam Safitri (2011) bahwa salah satu cara untuk membantu

mengurangi sesak nafas pada pasien asma adalah dengan memberikan posisi semi

fowler.
Posisi semi fowler (setengah duduk) adalah posisi tidur pasien dengan

kepala dan dada lebih tinggi dari pada posisi panggul dan kaki. Pada posisi semi

fowler, kepala dan dada dinaikkan ke atas dengan sudut 30-45° (Suparmi

dkk,2008). Pemberian posisi semi fowler untuk menurunkan konsumsi oksigen

dan meningkatkan ekspansi paru yang maksimal, serta untuk mengatasi

kerusakan pertukaran gas yang berhubungan dengan perubahan membran kapiler

alveolus (Doengoes, 2000).

Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian posisi semi fowler itu

sendiri dengan menggunakan tempat tidur orthopedik dan fasilitas bantal yang

cukup untuk menyangga daerah punggung, sehingga dapat memberi kenyamanan

saat tidur dan dapat mengurangi kondisi sesak nafas pada pasien asma saat terjadi

serangan (Safitri, 2011). Posisi ini digunakan untuk pasien yang mengalami

masalah pernafasan dan pasien dengan gangguan jantung (Suparmi dkk, 2008).

Berdasarkan laporan catatan rekam medis di ruang paru RST

DR.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2019 terdapat 135 pasien yang mengalami

Tb Paru, sedangkan pada bulan juli- Desember 2019 dari hasil laporan catatan

registrasi perawat di ruangan paru sebanyak 71 kasus TB Paru. Berdasarkan hasil

observasi penerapan teknik pernapasan pursed lips dan posisi semi fowler belum

dilaksanakan secara maksimal. Namun dari hasil salah satu wawancara dengan

perawat ruangan, pursed lips dan posisi semi fowler akan dimasukan kedalam

intervensi keperawatan di ruang paru RST DR.Reksodiwiryo Padang tahun

2021.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk Karya

5
Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Penerapan Teknik

Pernapasan Pursed Lips Brething Dan Posisi Semi Powler Pada Tn.I Tb Paru Di

Ruangan Rawat Paru Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun

2021“

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah yaitu,

bagaimana “Asuhan Keperawatan Penerapan Teknik Pernapasan Pursed Lips

Brething Dan Posisi Semi Powler Tb Paru Pada Tn. I Di Ruangan Rawat Paru

Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2021”.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mampu mengaplikasikan ilmu dalam memberikan “Penerapan Teknik

Pernapasan Pursed Lips Brething Dan Posisi Semi Powler Pada Tn.I Dengan

Tb Paru Di Ruangan Rawat Paru Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo

Padang Tahun 2021”.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. I Dengan Tb Paru Diruangan

Paru Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang.

b. Mampu merumuskan diagnosa pada Tn. I Dengan Tb Paru Diruangan

Paru Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang.

c. Mampu melakukan rencana asuhan keperawatan pada Tn. I Dengan Tb

Paru Diruangan Paru Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang.

d. Mampu melakukan implementasi pada Tn. I Dengan Tb Paru

Diruangan Paru Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang.


e. Mempu melakukan evaluasi pada Tn. I Dengan Tb Paru Diruangan

Paru Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang.

f. Mampu mendokumentasikan hasil keperawatan pada Tn. I Dengan Tb

Paru Diruangan Paru Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang.

D. Manfaat Penulis
1. Teoritis
a. Bagi Penulis
Untuk mendapatkan pengalaman dan kemampuan penulis dalam

melaksanakan asuhan keperawatan dengan tb paru diruangan paru Rumah

Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang.

b. Bagi peneliti selanjutnya


Hasil penulisan ini diharapkan nantinya dapat berguna, menjadi

manfaat, dan pedoman bagi penulis selanjutnya yang berminat

menggunakan Penerapan Terapi Batuk Efektif.

2. Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini merupakan penerapan ilmu Keperawatan paru dan

diharapkan nantinya dapat menambah ilmu tersebut bagi dunia

keperawatan.

b. Bagi Tempat Penelitian

Penulis berharap ini dapat dijadikan sumber informasi dalam

rangka meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan keperawatan pada

pasien dengan Tb Paru.


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar

2.1.1 Anatomi Paru-Paru

Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang

ujungnya berada diatas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada

diagframa.Paru-paru terbagai menjadi dua yaitu, paru kanan danparu

kiri.Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru kiri

mempunyai dua lobus.Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan

jelas.Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa subbagian menjadi

sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.Paru-paru

kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut mediastinum

(sherwood,2001).

Gambar 1.1

Anatomi Paru-Paru
Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi

menjadi pleura viseralis dan pleura pariental. Pleura viseralis yaitu

selaput yang langsung membungkus paru, sedangkan pleura parietal

yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura

terdapat rongga yang disebut kavum pleura (Guyton,2017).

2.2.2 Fisiologis

Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis, dalam

keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding

dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada.

Tekanan pada ruangan pada paru-paru dan dinding dada berada dibawah

tekanan atmosfer (Guyton,2017).Fungsi utama paru-paru yaitu untuk

pertukaran gas antara darah dan atmosfer. Pertukaran gas tersebut

bertujuan untuk menyediakan oksigen bagi jaringan dan mengeluarkan

karbon dioksida. Kebutuhan oksigen dan karbon dioksida terus

berubah sesuai dengan tingkat aktivitas dan metabolisme seseorang,

akan tetapi pernafasan harus tetap dapat memelihara kandungan oksigen

dan karbon dioksida tersebut (West,2019).

Udara masuk ke paru-paru melalui sistem berupa pipa yang

menyempit (bronchi dan bronkiolus) yang bercabang di kedua belah paru-

paru utama (trachea). Pipa tersebut berakir digelembung-gelembung paru-

paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakir dimana oksigen dan

karbon dioksida dipindahkan dari tempat dimana arah mengalir. Ada

lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia berifat elastis.
Ruang uadara tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh

bahan kimia surfaktan yang dapat menetralkan cenderungan alveoli untuk

mengempis (McArdle,2016 ).Untuk melaksanakan fungsi tersebut,

pernapasan dapat dibagi menjadi empat mekanisme dasa,yaitu:

1. Ventilasi paru-paru, yang berarti masuk dan keluarnya udara antara

alveoli dan atmosfer

2. Difusi dari oksigen dan karbondioksida antara alveoli dan darah

3. Transport dari oksigendan karbondioksida dalam darah dan cairan

tubuh ke dan dari sel

4. Pengaturan ventilasi (Guyton,2017 ).

Pada waktu menarik nafas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi

pengeluaran pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diagframa

menutup dalam, penarikan nafas melalu isi rongga dada kembali

membesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diagfragma

dan tulang dada menutupi ke posisi semula. Aktivasi bernafas

merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernafas

dalam dan volume udara bertambah (Syaifuddin,2001).Inspirasi

merupakan proses aktif kontraksi otot-otot.Inspirasi menaikkan

volume intratoraks. Selama bernapas tenang, tekanan intraplura kira-

kira 2,5 mmHg relatif lebih tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan,

inspirasi menurun sampai -6mmHg dan paru-paru ditarik ke posisi

yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingg


menjadi sedikit negatif dan jalan udara mengalir ke dalam paru-paru.

Pada akhir inspirasi,recoilmenarik dada kembali ke posisi ekspirasi

dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding udara seimbang. Tekanan

dalam jalan pernafasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga

udara mengalir krluar dari paru-paru (syaifuddin,2019 ).

Selama pernafasan tenang, ekspirasi merupakan gerakan pasif

akibat elastisitas dinding dada dan paru-paru. Pada waktu otot

interkostalis eksternus relaksasi, dinding dada turun dan lengkung

diagfragma naik ke atas dalam rongga toraks, menyebut volume

toraks berkurang. Pengurangan volume toraks ini meningkatkan

tekanan intraplura maupun tekanan intrapulmonal. Selisih tekanan

antara saluran udara dana atmosfer menjadi terbalik,sehingga udara

mengalir keluar dari paru-paru sampai udara dan tekanan atmosfir

menjadi sama kembali pada akhir ekspirasi (Price, 2017).Proses

setelah ventilasi adalah difusi yaitu, perpindahan oksigen dari alveoli

ke dalam pembuluh darah dan berlaku sebaliknya untuk

karbondioksida. Difusi dapat terjadi dari daerah yang bertekanan

tinggi ke tekanan rendah. Ada beberapa faktor yang berpengaruh

pada difusi gas dalam paru yaitu, faktor membran,faktor

darah,dan foktor sirkulasi. Selanjutnya adalah proses transportasi,

yaitu perpindahan gas dari paru-paru ke jaringan dan dari jaringan ke

paru-paru dengan bantuan aliran darah (Guyton, 2017). Faktor yang

dapat mempengaruhi fungsi paru-paru adalah:


1. Usia

Kekuatan otot maksimal pada usia 20-40 tahun dan dapat

berkurang sebanyak 20% setelah usia 40 tahun. Selama proses

penuaan terjadi penurunan elastisitas alveoli,penebalan kelenjer

bronkial, penurunan kapasitas paru-paru.

2. Jenis kelamin

Fungsi ventilasi pada laki-laki lebih tinggi 20-25% dari pada wanit,

karena ukuran anatomi paru laki-laki lebih besar dibandingkan

wanita.Selain itu, aktivias laki-laki lebih tinggi sehingga recoil dan

compliance paru sudah terlatih.

3. Tinggi badan dan berat badan

Seorang yang memiliki tubuh tinggi dan besar, fungsi ventilasi

parunya lebih tinggi dari pada orang yang bertubuh kecil pendek

(Guyton,2017).

2.2 Tuberculosis ( TBC)

2.2.1 Pengertian Tuberculosis

Tuberculosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis.Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius,

yang terutama menyerang parenkim paru, dengan agen infeksius utama

Mycobacterium tuberculosis. Tuberculosis paru adalah penyakit infeksi

pada paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis yaitu suatu

bakteri yang tahan asam (Oktofianus Pong, 2019). Menurut Nanda, Nic

Noc tahun 2013 tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan


mycobacterium tuberculosis yang hampir seluruh organ tubuh dapat

terserang olehnya tapi yang paling banyak adalah paru-paru.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Tuberculosis

Paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobakterium

tuberculosis suatu basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru

atau bagian lain dari tubuh manusia.

2.2.2. Etiologi

Penyebab dari penyakit tuberculosis paru adalah terinfeksinya paru oleh

micobacterium tuberculosis yang merupakan kuman berbentuk batang

dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang

menunjukkan kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan

oksigennya, sehingga paru-paru merupakan tempat prediksi penyakit

tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat

kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia

dan fisik. Penyebaran mycobacterium tuberculosis yaitu melalui droplet

nukles, kemudian dihirup oleh manusia dan menginfeksi.

2.2.3 Patofisiologi

Tempat masuk kuman mycobacterium adalah saluran pernafasan,

infeksi tuberculosis terjadi melalui (airborn) yaitu melalui instalasi dropet

yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang berasal dari orang

yang terinfeksi. Basil tuberkel yang mempunyai permukaan alveolis

biasanya diinstalasi sebagai suatu basil yang cenderung tertahan di

saluran hidung
atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah

berada dalam ruangan alveolus biasanya di bagian lobus atau paru-paru

atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi

peradangan, leukosit polimortonuklear pada tempat tersebut dan

memfagosit namun tidak membunuh organisme tersebut. Setelah hari-hari

pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan

mengalami konsolidasi dan timbul gejala pneumonia akut. Pneumonia

seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang

tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit

atau berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi

bening reginal. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih

panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid

yang dikelilingi oleh limfosit, nekrosis bagian sentral lesi yang

memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju-lesi nekrosis

kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan

fibrosis menimbulkan respon berbeda, jaringan granulasi menjadi lebih

fibrasi membentuk jaringan parut akhirnya akan membentuk suatu kapsul

yang mengelilingi tuberkel. Lesi primer paru-paru dinamakan fokus gholi

dengan gabungan terserangnya kelenjar getah bening regional dari lesi

primer dinamakan komplet ghon dengan mengalami pengapuran. Respon

lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana

bahan cairan lepas ke dalam bronkus dengan menimbulkan kapiler materi

tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitis akan masuk ke


dalam percabangan keobronkial. Proses ini dapat terulang kembali di

bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring,

telinga tengah atau usus. Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun

tanpa pengobatan dengan meninggalkan jaringan parut yang terdapat dekat

dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijaan dapat mengontrol

sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga

kavitasi penuh dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan lesi

berkapsul yang terlepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala

dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan

menjadi limpal peradangan aktif. Penyakit dapat menyebar melalui getah

bening atau pembuluh darah. Organisme atau lobus dari kelenjar betah

bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-

kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis

penyebaran ini dikenal sebagai penyebaran limfo hematogen yang

biasanya sembuh sendiri, penyebaran ini terjadi apabila fokus nekrotik

merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam

sistem vaskuler dan tersebar ke organ-organ tubuh (Price & Wilson,

2005;852)
Invasi bakteri tubercolosis

Infeksi primer

Sembuh dengan fokus ghon

Bakteri dorman

Bakteri Muncul beberapa tahun kemudian

Reaksi infeksi/inflamasi, kavitas, dan merusak parekim paru

Produksi secret Kerusakan Membran alveolar-kapiler Perubahan cairan intrapleura Reaksi sistematis
,Pecahnya pembuluh darah Merusak pleura,atelaktasis

Batuk Produktif Sesak Nafas, ekspansi thorak Sesak,sianosis,penggunaan Anoreksia,

,Batuk Darah otot bantu napas mual,BB

Bersihan jalan napas Gangguan pertukaran gas Pola nafas tidak efektif Defisit
Nutrisi tidak efektif

Sumber : (SDKI, 2016 dan Price & Wilson, 2005)


2.2.4 Manifestasi Klinis

Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI,2016;18)

menjelaskan bermacam-macam tanda dan gejala antara lain :

1. Demam

Umumnya subfebris, kadang-kadang 40-410C, keadaan ini sangat

dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi

kuman tuberculosis yang masuk.

2. Batuk

Terjadi karena adanya iritasi pada bronkus.Batuk ini diperlukan untuk

membuang produk radang.Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non

produktif).Keadaan setelah timbul peradangan menjadi produktif

(menghasilkan sputum atau dahak).Keadaan yang lanjut berupa batuk

darah haematoemesis karena terdapat pembuluh darah yang

cepat.Kebanyakan batuk darah pada TBC terjadi pada dinding bronkus.

3. Sesak nafas

Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas.

Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana

infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru.

4. Nyeri dada

Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada

pleura, sehingga menimbulkan pleuritis, akan tetapi, gejala ini akan

jarang ditemukan.
Tes tuberculin kulit tidak merupakan kontraindikasi bagi seseorang

yang telah di vaksinasi dengan BCG. Therapy pencegahan harus di

pertimbangkan untuk siapa pun orang yang telah di vaksinasi BCG

dan hasil Reaksi tes tuberkulin kulitnya berindurasi sama atau lebih

dari 10 mm. Vaksinasi BCG hanya memiliki tingkat keefektifan 50%

untuk mencegah semua bentuk TB.


5) Komunikasi, informasi, dan edukasi tentang penyakit tuberculosis

kepada masyarakat.

Pengobatan Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agen kemoterapi (

agen antituberkulosis ) selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima medikasi

garis depan digunakan adalah Isoniasid ( INH ), Rifampisin ( RIF ),

Streptomisin ( SM ), Etambutol ( EMB ), dan Pirazinamid ( PZA ).

Kapremiosin, kanamisin, etionamid, natrium para-aminosilat, amikasin,

dan siklisin merupakan obat – obat baris kedua (Price & Wilson,

2005;856)

2.2.6 Komplikasi Tb Paru

Komplikasi pada penderita tuberculosis stadium lanjut ( Depkes RI,2005)

a. Hemoptosis berat ( perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat

mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya

jalan nafas.

b. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial

c. Bronkietasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis

(pembentukkan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada

pada paru.

d. Pneumothorak (adanya udara didalam rongga pleura) spontan: kolaps

spontan karena kerusakan jaringan paru.

e. Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak,tulang, ginjal dan

sebagainya.
2.3 Konsep Terapi

1. Posisi semi fowler

Posisi semi fowler adalah suatu posisi dimana kepala tempat

tidur dinaikkan 30 cm (8-10 inci) dengan sudut kemiringan 45-

600, dari rentang 45-600 semakin tinggi kemiringannya maka aliran

balik vena ke jantung (preload) akan semakin berkurang.

Selain itu dengan memposisikan memposisikan pasien semi

fowler maka kongesi paru juga akan berkurang dan penekanan

diagfragma ke hepar menjadi minimal (Brunner &Suddarth, 2010).

Perawat harus memiliki kepedulian terhadap klien. Kepedulian

ini ditunjukkan dengan tindakan yang segera dan tepat dalam

menanggapi keluhan klien. Perawat melakukan pengkajian dan

intervensi keperawatan dengan didasarkan atas pengetahuan yang ia

miliki. Tujuannya adalah untuk memberikan rasa aman dan nyaman

pada klien serta memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif

pada mereka (Asmadi, 2008).

Salah satu tindakan mandiri perawat dalam mengatasi sesak

napas yaitu dengan meninggikan kepala tempat tidur dan membantu

pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernapas. Menurut

Hasanah (2013) berbagai posisi yang dapat digunakan untuk

mengatasi ketidaknyamanan akibat sesak diantaranya adalah posisi

fowler, semi fowler dan posisi ortopnea. Hal ini sesuai dengan

pendapat Ruth dalam Safitri (2011) bahwa salah satu cara untuk

membantu mengurangi sesak nafas pada pasien asma adalah dengan

memberikan posisi semi fowler.


3.

Posisi semi fowler (setengah duduk) adalah posisi tidur

pasien dengan kepala dan dada lebih tinggi dari pada posisi

panggul dan kaki. Pada posisi semi fowler, kepala dan dada

dinaikkan ke atas dengan sudut 30-45° (Suparmi dkk,2008).

Pemberian posisi semi fowler untuk menurunkan konsumsi

oksigen dan meningkatkan ekspansi paru yang maksimal, serta

untuk mengatasi kerusakan pertukaran gas yang berhubungan

dengan perubahan membran kapiler alveolus (Doengoes, 2000).

Pelaksanaan asuhan keperawatan dalam pemberian posisi

semi fowler itu sendiri dengan menggunakan tempat tidur

orthopedik dan fasilitas bantal yang cukup untuk menyangga

daerah punggung, sehingga dapat memberi kenyamanan saat tidur

dan dapat mengurangi kondisi sesak nafas pada pasien asma saat

terjadi serangan (Safitri, 2011). Posisi ini digunakan untuk pasien

yang mengalami masalah pernafasan dan pasien dengan gangguan

jantung (Suparmi dkk, 2008).

a. Saturasi Oksigen

1. Pengertian

Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berikatan

dengan oksigen dalam arteri, saturasi oksigen normal adalah antara 95 –

100 %. Dalam kedokteran , oksigen saturasi (SO2), sering disebut

sebagai "SATS", untuk mengukur persentase oksigen yang

diikat oleh hemoglobin di dalam aliran darah. Pada tekanan parsial

oksigen yang rendah, sebagian besar hemoglobin terdeoksigenasi,


maksudnya adalah proses pendistribusian darah beroksigen dari arteri ke

jaringan tubuh. Saturasi oksigen atau oksigen terlarut (DO) adalah

ukuran relatif dari jumlah oksigen yang terlarut atau dibawa dalam

media tertentu. Hal ini dapat diukur dengan probe oksigen terlarut

seperti sensor oksigen atau optode dalam media cair.

2. Pengukuran saturasi oksigen

Pengukuran saturasi oksigen dapat dilakukan dengan beberapa

tehnik.Penggunaan oksimetri nadi merupakan tehnik yang efektif untuk

memantau pasien terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil atau

mendadak.Adapun cara pengukuran saturasi oksigen antara lain :

a. Saturasi oksigen arteri (Sa O2) nilai di bawah 90% menunjukan

keadaan hipoksemia (yang juga dapat disebabkan oleh anemia ).

Hipoksemia karena SaO2 rendah ditandai dengan sianosis .Oksimetri

nadi adalah metode pemantauan non invasif secara kontinyu

terhadap saturasi oksigen hemoglobin (SaO2). Meski oksimetri

oksigen tidak bisa menggantikan gas-gas darah arteri, oksimetri

oksigen merupakan salah satu cara efektif untuk memantau pasien

terhadap perubahan saturasi oksigen yang kecil dan mendadak.

Oksimetri nadi digunakan dalam banyak lingkungan, termasuk unit

perawatan kritis, unit keperawatan umum, dan pada area diagnostik

dan pengobatan ketika diperlukan pemantauan saturasi oksigen

selama prosedur.
b. Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak

mengkonsumsi oksigen tubuh. Dalam perawatan klinis, Sv O2 di

bawah 60%, menunjukkan bahwa tubuh adalah dalam kekurangan

oksigen, dan iskemik penyakit terjadi. Pengukuran ini sering

digunakan pengobatan dengan mesin jantung-paru (Extracorporeal

Sirkulasi), dan dapat memberikan gambaran tentang berapa banyak

aliran darah pasien yang diperlukan agar tetap sehat.

c. Tissue oksigen saturasi (St O2) dapat diukur dengan spektroskopi

inframerah dekat . Tissue oksigen saturasi memberikan gambaran

tentang oksigenasi jaringan dalam berbagai kondisi.

d. Saturasi oksigen perifer (Sp O2) adalah estimasi dari tingkat

kejenuhan oksigen yang biasanya diukur dengan oksimeter pulsa.

pemantauan saturasi O2 yang dilakukan di perinatalogi ( perawatan

risiko tinggi ) Rumah Sakit Islam Kendal juga dengan menggunakan

oksimetri nadi. Alat ini merupakan metode langsung yang dapat

dilakukan di sisi tempat tidur, bersifat sederhana dan non invasive

untuk mengukur saturasi O2 arterial.

3. Alat yang digunakan untuk pengukur saturasi oksigen

Alat yang digunakan adalah oksimetri nadi yang terdiri dari dua diode

pengemisi cahaya (satu cahaya merah dan satu cahaya inframerah) pada

satu sisi probe, kedua diode ini mentransmisikan cahaya merah dan
inframerah melewati pembuluh darah, biasanya pada ujung jari atau

daun telinga, menuju fotodetektor pada sisi lain dari probe.

4. Faktor yang mempengaruhi bacaan saturasi oksigen

Kozier (2010) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi bacaan

saturasi :

a. Hemoglobin ( Hb)

Jika Hb tersaturasi penuh dengan O2 walaupun nilai Hb rendah

maka akan menunjukkan nilai normalnya. Misalnya pada klien

dengan anemia memungkinkan nilai SpO2 dalam batas normal.

b. Sirkulasi

Oksimetri tidak akan memberikan bacaan yang akurat jika area yang

di bawah sensor mengalami gangguan sirkulasi.

2.4 Pursed Lips Breathing

a. Pengertian

Pursed lip breathing adalah latihan pernapasan dengan menghirup udara

melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih dirapatkan

atau dimonyongkan dengan waktu ekshalasi lebih di perpanjang. Terapi

rehabilitasi paru-paru dengan pursed lips breathing ini adalah cara yang

sangat mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa

efek negative seperti pemakaian obat-obatan.

b. Manfaat pursed lips breathing


Manfaat dari pursed lips breathing ini adalah untuk membantu klien

memperbaiki transport oksigen, menginduksi pola napas lambat dan

dalam, membantu pasien untuk mengontrol pernapasan, mencegah kolaps

dan melatih otot-otot ekspirasi untuk memperpanjang ekshalasi dan

meningkatkan tekanan jalan napas selama ekspirasi, dan mengurangi

jumlah udara yang terjebak (Smeltzer & Bare, 2016).

Latihan pernapasan dengan pursed lips breathing memiliki tahapan yang

dapat membantu menginduksi pola pernafasan lambat, memperbaiki

transport oksigen, membantu pasien mengontrol pernapasan dan juga

melatih otot respirasi, dapat juga meningkatkan pengeluaran

karbondioksida yang disebabkan oleh terperangkapnya karbondioksida

karena alveoli kehilangan elastistitas, sehingga pertukaran gas tidak dapat

dilakukan dengan maksimal dan meningkatkan ruang rugi di paru-paru.

Namun dengan latihan pernapasan Pursedlips breathing ini dapat

meningkatkan pengeluaran karbondioksida dan juga meningkatkan jumlah

oksigen didalam darah darah, dan membantu menyeimbangkan

homeostasis. Jika homeostasis mulai seimbang maka tubuh tidak akan

meningkatkan upaya kebutuhan oksigen dengan meningkatkan pernapasan

yang membuat penderita emfisema mengalami sesak napas atau pola

pernapasan tidak efektif.

c. Langkah – langkah atau cara melakukan pursed lips breathing

1. Menghirup napas melalui hidung sambil menghitung sampai 3 seperti

saat menghirup wangi bunga mawar.


2. Hembuskan dengan lambat dan rata melalui bibir yang dirapatkan

sambil mengencangkan otot-otot abdomen. (Merapatkan bibir

meningkatkan tekanan intratrakeal; menghembuskan melalui mulut

memberikan tahanan lebih sedikit pada udara yang dihembuskan).

3. Hitung hingga 4 detik memperpanjang ekspirasi melalui bibir yang

dirapatkan seperti saat sedang meniup lilin.

4. Sambil duduk dikursi: Lipat tangan diatas abdomen, hirup napas

melalui hidung selama 4 detik lalu tahan napas selama 2 detik,

membungkuk ke depan dan hembuskan dengan lambat melalui bibir

selama 4 detik. (Smeltzer & Bare, 2013).

2.5 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan secara teoritis

2.5.1 Pengkajian

Data –data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tb Paru

(Irman Somatri, P.68 2019).

1) Data pasien

Penyakit Tb paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak

sampai dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara laki-

laki dan perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada

pasien yang tinggal daerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga

masukknya cahaya matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru

pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namum usia paling

umum adalah antara 1-4 tahun. Anak – anak lebih sering mengalami

TB diluar paru-paru di banding tb paru dengan perbandingan 3;1. Tb

diluar paru-paru adalah tb berat yang terutama ditemukan pada usia


<3 tahun, angka kejadian (prevalensi) Tb paru pada usia 5-12 tahun

cukup rendah, kemudian meningkat setelah usia remaja dimana Tb

paru menyerupai kasus pasien dewasa ( sering disertai lubang/ kavitas

pada paru-paru).

2) Riwayat Kesehatan

Keluhan yang sering muncul antara lain :

a. Demam : subfebris ( febris 40 C – 41 C) hilang timbul

b. Batuk , batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batukini


terjadi untuk membuang/ mengeluarkan produksi radang yang
dimulai dari batuk kering sampai dengan batuk purulent (

menghasilkan sputum).

c. Sesak nafas

d. Keringat malam

e. Nyeri dada

f. Malaise

g. Sianosis

h. Perlu ditanyakan bersama siapa pasien tinggal karena biasanya

penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan

tetapi merupakan penyakit infeksi menular.

3) Riwayat kesehatan dahulu

Tanyakan mengenai masalah-masalah seperti adanya riwayat trauma,


riwayat penyakit tulang seperti osteoporosis, osteomalacia,
osteomielitis, gout ataupun penyakit metabolisme yang berhubungan
dengan tulang seperti diabetes mellitus (lapar terus-menerus, haus
dan kencing terus–menerus), gangguan tiroid dan
paratiroidmempunyai riwayat tertentu seperti diare, kronik, investasi
cacing, malaria kronik, campak dan infeksi HIV.

4) Riwayat kesehatan keluarga

Hal yang perlu dikaji adalah apakah dalam keluarga klien terdapat
penyakit keturunan ataupun penyakit menular dan penyakit-penyakit
yang karena lingkungan yang kurang sehat yang berdampak negatif
pada kesehatan anggota keluarga termasuk klien
5) Riwayat psikososial

Riwayat psikososial sangat berpengaruh dalam psikologis pasien


dalam timbulnya gejala gejala yang dialami dalam proses
penerimaan terhadap penyakitnya, meliputi :

a) Perubahan yang padat

b) Lingkungan yang kumuh dan kotor

c) Keluarga yang belim mengerti tentang kesehatan


a. Pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi dan tata laksana

Meliputi : kebiasaan merokok, banyaknya rokok yang dihabiskan,


penggunaan alcohol, tembakau, dan kebiasaan olahraga.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Meliputi : nafsu makna, diit khusus/suplemen, fluktuasi berat badan

6 bualn terakhir, kesusahan menelan.

3) Pola eliminasi

Meliputi : kebiasaan eliminasi urine/defekasi, warna, konsistensi


dan bau sebelum masuk rumah sakit.

4) Pola istirahat dan tidur

Meliputi : lama tidur pasien sebelum MRS dan MRS, gangguan


waktu tidur, merasa tenag setelah tidur
5) Pola aktivitas dan latihan
Meliputi : kegiatan pasien dirumah dan di rumah sakit, serta
lamanya aktivitas
6) Pola persepsi dan konsep diri
Meliput : body image, self system, kekacauan identitas,
depersonalisasi
7) Pola sensori dan kognitif
Meliputi : daya penglihatan, pendengaran, penciuman, perabaan
dan kognitif pasien baik atau tidak
8) Pola reproduksi sexual
Meliputi : penyakit yang diderita dapat mempengaruhi pola sexual
pasien, pemeriksaan payudaran setiap sekali / 2 bulan, masalah
sexual yang berhubungan dengan penyakit
9) Pola hubungan peran
Meliputi : hubungan dengan keluarga, rekan kerja, dan teman atau
masyarakat
10) Pola panangulangan stress
Meliputi : penyebab stres, koping stress, adaptasi terhadap stress,
pertahanan diri terhadap pemecahan masalah
11) Pola tata nilai dan kepercayaan

Meliputi : agama, keyakina dan ritualitas


12) Pemeriksaan Fisik
b. Pengkajian Fisik Umum
Meliputi tingkat kesadaran, keadaan umum, tanda tanda vital (TD, N, S,
P), BB, TB, LILA
c. Pemeriksaan fisik head to toe
1) Kepala
Inspeksi: bentuk, karakteristik rambut serta kebersihan kepala
Palpasi: adanya massa, benjolan/lesi, Biasanya tidak ada gangguan
2) Mata
Inspeksi : skelra, konjungtiva, kornea serta reflex pupil dan tanda
tanda iritasi, Biasanya tidak ada gangguan
3) Hidung
Inspeksi: lihat kesismetrisan, membrane mukosa, tes penciuman,
Biasanya tidak ada gangguan
4) Mulut dan tenggorokan
Inpeksi: kebersihan mulut, mukosa mulut, lidah, gigi dan tonsil,
Biasanya gangguan kebersihan jalan napas
5) Leher
Inpeksi: kesismetrisan,pemberaran kelenjer tyroid
Palpasi: arteri cirotis, vena jugulari, Biasanya tidak ada gangguan
6) Dada
Inspeksi : Dada simetris, irama normal
Palpasi : Tidak ada benjolan, tidak ada
nyeri tekan.
Perkusi : Bunyi nafas sonor dibagian kanan
dan kiri.
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, tidak ada
bunyi napas tambahan.
7) Kardiovaskuler

Inspeksi : Tidak ada tampak ictrus cordis

Palpasi : Letak ictrus cordis beebeda di SIC 2


sebelah tengah midklavikula sinistra
Perkusi : Batas jantung normal, kiri atas bagian
SIC2 sinistra dan kiri bawah SIC midaksila
sinistra.
Auskultasi : Bunyi jantung regular, tidak ada bunyi
tambahan.
8) Abdomen
Biasanya pasien TB paru biasanya terdapat pembesaran limpha dan
hati
9) Genitourinaria
Biasanya tidak ada gangguan dan lihat apakah klien terpasang
kateter atau tidak
10) Ekstremitas
Biasanya normal ekstermitas dapat digerakan
11) Kulit
Inspeksi: warna kulit, turgor kulit, adanya lesi
12) Neurologis
Biasanya tidak ada gangguan

2.5.2 Diagnosa Keperawatan yang muncul

Secara teoritis diagnose keperawatan yang muncul dengan klien TB paru


adalah sebagai berikut :

1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran


alveolus / kapiler dibuktikan dengan sianosis diujung perifer

2. Bersihan jalan napas tidak efektip berhubungan dengan produksi


sekret yang meningkat dibuktikan dengan bunyi nafas ronki

3. Nyeri akut berhubungan dengan Agen penyakit dibuktikan dengan


pasien tampak meringis dan gelisah

4. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan


dibuktikandengan berat badan menurun
2.5.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnose keperawatan NOC NIC


1. Bersihan jalan nafas tidak efektip Bersihan Jalan nafas Manajemen jalan nafas
Definisi:ketidakmampuan Definisi : kemampuan Definisi : mengidentifikasi dan
membersihkan secret atau mengelola kepatenan jalan nafas
membersihkan secret atau obstruksi obstruksi jalan nafas untuk Tindakan :
jalan nafas untuk mempertahankan mempertahankan jalan nafas.
jalan nafas yang tetap paten. Setelah dilakukan tindakan Observasi :

Penyebab : keperawatan diharapkan 1. Monitor pola nafas (frekuensi,


masalah pada jalan nafas dapat kedalaman, usaha nafas)
1. Spasme jalan nafas teratasi dengan kriteria hasil:
2. Monitor bunyi nafas tambahan
2. Benda asing dalam jalan nafas 1. Jalan nafas paten (mis, gurgling, mengi, wheezing,
3. Sekresi yang tertahan ronki kering)
2. Secret berkurang

4. Proses infeksi 3. Monitor sputum (jumlah, aroma,


3. Frekuensi nafas dalam
warna)
batas normal
5. Respon alergi
Terapeutik
4. Klien mampu
Situasional
melakukan batuk efktif 4. Pertahankan kepatenan jalan
1. Merokok aktif dengan benar.
nafas dengan Head tilt dan
2. Merokok pasif chinlift (jaw thrus jika curiga
kurang dari 15 detik
9. Berikan oksigen jika perlu

Edukasi :

10. Anjurkan asupan cairan 2000


ml/ hari, jika tidak
kontraindikasi

11. Ajarkan teknik batuk efektif


2. Status Nutrisi Manajemen nutrisi
Defisit Nutrisi Definisi : keadekuatkan Definisi : mengidentifikasikan dan

Definisi : asupan nutrisi tidak cukup asupan nutrisi untuk mengelola asupan nutrisi yang seimbang
memenuhi kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan dari Tindakan :
metabolism.
metabolisme
Observasi :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan nutrisi dapat 1. Identifikasi status nutrisi
Penyebab : terpenuhi dengan kriteria hasil
2. Identifikasi alergi dan intoleransi
1. Ketidakmampuan menelan : makanan
makanan
1. Kekuatan otot 3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Ketidakmampuan mencerna mengunyanh
makanan 4. Identifikais perlunya penggunaan
meningkat selang nasogastric
3. Ketidakmampuan
2. Kekuatan otot menelan 5. Monitor asupan makan makanan
mengabsorbsi nutrient
meningkat
Gejala dan tanda mayor meningkat Terapeutik

: Subjectif :- 4. Verbalisasi keinginan 1. lakukan oral hygine sebelum makan


untuk meningkat
Objectif : berat badan menurun minimal 2. fasilitasi menentukan pedoman diet
nutrisi
10% dibawah rentang 3. sajikan makanan secara menarik
5. Pengetahuan untuk
ideal Gejala dan tanda dan suhu yang sesuai
memilih makanan yang
minor Subjectif :
sehat meningkat 4. berikan makanan yang tinggi serat
1. Cepat kenyang setelah makan untuk mencegah konstipasi
6. Pengetahuan untuk
2. Kram / nyeri abdomen memilih minuman 5. berikan makanan yang tinggi kalori
yang baik meningkat dan tinggi protein
3. Nafsu makan menurun
7. Pengetahuan tentang 6. berikan suplemen makanan
standar asuan nutrisi
yang tepat 7. hentikan pemberian makanan
melalui slang nasogastric jika
8. Penyiapan dan asupan oral dapat dikonsumsi
penyimpanan makanan
meningkat edukasi

9. Sikap terhadap 1. anjurkan posisi duduk, jika mampu


makanan/minuman 2. ajarkan diet yang diprogramkan
sesuai dengan tujuan
kesehatan meningkat kolaborasi :

10. Perasaan cepat 1. kolaborasi pemberian medikasi


kenyang menurun sebelum makan

11. Nyeri abdomen 2. kolaborasi dengan ahli gizi untuk


menurun menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan.
12. Rambut rontok
15. Indeks massa tubuh
membaik

16. Frekuensi makan


membaik

17. Bising usus membaik

18. Tebal lipatan kulit


3.
Gangguan Pertukaran Gas Pertukaran Gas Pemantauan Respirasi
Definisi : Kelebihan atau kekurangan Definisi :oksigenasi dan Definisi : mengumpulkan dan menganalisis
data untuk memastikan kepatenan jalan
oksigenasi dan eliminasi eliminasi karbondioksida pada
karbondioksida pada membran alveolus- membran alveolus-kaviler napas dan keefektifan pertukaran gas.
kaviler dalam batas normal Observasi

Penyebab Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor frekuensi, irama,


keperawatan diharapkan
1. Ketidakseimbangan ventilasi- kedalaman dan upaya napas.
gangguan pertukaran gas batas
perfusi 2. Monitor pola napas
normal dengan kriteria hasil :
2. Perubahan membran alveolus- 3. Monitor kemampuan batuk efektif
1. Dipnea menurun
kapiler
4. Monitor adanya sumbatan jalan
2. Bunyi napas menurun napas
gejala dan tanda mayor
4. Bunyi naps tambahan
5. Takikardi

gejala dan tanda


minor subjectif :

1. Pusing

2. Penglihatan Kabur
objectif :

1. Sianosis

2. Gelisah
4
Pola Napas Tidak Efektip Pola Nafas Manajemen jalan nafas
Definisi : Inspirasi/Ekspirasi yang tidak Defenisi : inspirasi/ekspirasi
Definisi : mengidentifikasi dan
mengelola kepatenan jalan nafas
memberikan ventilasi adekuat Yang memberikan ventilasi
Tindakan :
adekuat.
Penyebab :
Observasi :
Setelah dilakukan tindakan
1. Hambatan upaya napas ( mis. keperawatan pola napas 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
Nyeri saat bernapas, kelemahan membaik dengan kriteria hasil: kedalaman, usaha nafas)
otot pernapasan 1. Dispnea meningkat 2. Monitor bunyi nafas tambahan
Gejala dan tanda mayor (mis, gurgling, mengi, wheezing,
2. Penggunaan otot bantu
: Subyektif : ronki kering)
pernapasan menurun
Objektif 3. Pernapasan pursed lips 3. Monitor sputum (jumlah, aroma,
1. Pengguanaan otot bantu menurun warna)

2. Pola napas abnormal (min, 4. Diameter thorak Terapeutik


hiverpentilasi) anterior posterior
1. Pertahankan kepatenan jalan
meningkat
3. Fase ekspirasi memanjang
nafas dengan Head tilt dan
Gejala dan tanda minor : chinlift (jaw thrus jika curiga
Subjektip : trauma)

1. Ortopnea 2. Posisikan semi fowler

Objektip : 3. Berikan minuman hangat

1. Pernapasan pursed lips 4. Lakukan fisioterapi dada jika


perlu
2. Diameter thorak anterior –
5. Lakukan penghisapan lendir
posterior meningkat kurang dari 15 detik

6. Berikan oksigen jika perlu


2.5.4 Implementasi

Implementasi keperawatan adalah kategori dari pelaku keperawatan,

diamana perawat melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai

tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan kepearwatan (Potter dan

Peryy 1997, dalam Haryanto, 2017). Implementasi keperawatan adalah

serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari

masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik

yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon,1994,dalam

Potter dan Perry, 2019).

Jadi, implementasi keperawatan adalah kategori serangkaian perilaku

perawat yang berkoordinasi dengan pasien, keluarga, dan anggota tim

kesehatan lainnya untuk membantu masalah kesehatan pasien yang sesuai

dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara

mengawasi dan mencatat respon pasien terhadap tindakan keperawatan yang

telah ditentukan.

2.5.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan

perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil

meningkatkan kondisi klien (Potter dan Perry,2009). Evaluasi merupakan

langkah terakhir dalam proses keperawatan dengan cara melakukan

identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau

tidaknya (Hidayat A. Aziz Alimul,2007).


2.5.6 Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu rangkaian kegiatan yang rumit sangat beragam

serta memerlukan waktu yang cukup banyak dalam proses pembuatannya.

Perkiraan waktu pembuatan dokumentasi asuhan keperawatan dapat mencapai

35-40 menit, hal ini dikarenakan seringnya perawat melakukan pencatatan

yang berulang-ulang atau duplikatif walaupun demikian terkadang

dokumentasi keperawatan yang dihasilkan , masih sering kurang berkualitas.

Dokumentasi merupakan suatu dokumen atau catatan yang berisi data

tentangkeadaan pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan

tetapi juga dilihat dari jenis, kualitas, dan kuantitas dari pelayanan yang

telah diberikan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien.

Jadi dokuementasi asuhan keperawatan merupakan bagian dariproses

asuahan keperawatan yang dilakukan secara sistematis dengan cara

mencatat tahap-tahap proses perawtan yang diberikan kepada pasien.

Dokumentasi asuhan kepearwatan merupakan catatan penting yang dibuat

oleh perawat baik dalam bentuk elektronik maupun manual berupa

rangkaian kegiatan yang dikerjakan oleh perawat meliputi lima tahap yaitu :

1) pengkajian,

2) penentuan diagnosa,

3) perencanaan tindakan keperawatan,

4) pelaksanaan / implementasi rencana keperawatan dan

5) evaluasi keperawatan.

BAB III
PROFIL LAHAN PRAKTEK

A. Tinjauan Umum RST REKSODIWIRYO Padang

1. Sejarah RST REKSODIWIRYO Padang

Rumah Sakit dr. Reksodiwiryo Padang didirikan pada tahun 1878 oleh

Pemerintah Belanda yang digunakan untuk kepentingan penjajahan Hindia

Belanda. Kegiatan utama rumah sakit adalah merawat Serdadu yang terluka dan

cidera dalam pertempuran, juga untuk memberi pelayanan kesehatan pada warga

Belanda.

Pada tahun 1942 dikuasai oleh Jepang, lalu tahun 1945 diambil alih oleh

sekutu, namun prakteknya rumah sakit sampai tahun 1948 masih tetap dikuasai

oleh Belanda. Kemudian pada tahun 1949 penyerahan kekuasaan oleh Belanda ke

Indonesia, maka Mayor dr. Reksodiwiryo mengambil alih rumah sakit, tetapi hanya

satu bangsal yang diserahkan, kemudian pada tahun 1950 berubah seluruhnya

dikuasai oleh Tentara Nasional Indonesia, dan seterusnya.

Sejak proklamasi 1945 di beberapa daerah telah terbentuk barisan-barisan

pemuda bersenjata termasuk di daerah Sumatera Tengah begitu juga unsur-unsur

kesehatan dari barisan bersenjata telah ada namun belum berbentuk organisasi yang

sempurna. Perkembangan barisan bersenjata makin sempurna menunjukkan jiwa

persatuan dan kesatuan mulai nampak dengan bergabungnya beberapa Organisasi

pemuda yaitu Balai Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI) dan Pemuda Republik

Indonesia (PRI) menjelma menjadi BKR (Badan Keamanan Rakyat) dan

terbentuklah Badan Kesehatan Rakyat (BKR) yang anggotanya diambil dari

Kesehatan Militer Belanda dan barisan Palang Merah Indonesia serta Sukarelawati

Indonesia.
Seiring dengan perkembangan barisan bersenjata, berdiri pula rumah sakit

darurat yang tempatnya berpindah-pindah mengikuti barisan bersenjata ataupun

menyesuaikan dengan situasi keamanan pada saat itu.Mengingat dalam perjuangan

tersebut dari pihak barisan bersenjata selalu banyak korban maka Rumah Sakit

Darurat sangat diperlukan di daerah Padang telah didirikan Rumah Sakit Darurat

oleh dr. Reksodiwiryo dengan pangkat kapten yang bertempat di ladang padi.

Organisasi barisan bersenjata terus berkembang dan berlawanan terhadap Belanda

semakin hebat dari hari ke hari Belanda semakin menekan barisan bersenjata kita

khususnya di sektor Padang sehingga memaksa pasukan bersenjata kita mundur

dan sampai ke daerah Sicincin, Padang Panjang dan Sawah Lunto menggunakan

Rumah Sakit Batu Bara Ombilin di bawah pimpinan dr. Reksodiwiryo. Mengingat

pengalaman tenaga-tenaga kesehatan sangat kurang pengetahuannya maka Mayor

dr. Reksodiwiryo mendidik tenaga-tenaga kesehatan atau mendirikan Sekolah Juru

Rawat Kesehatan yang pertama kalinya pada bulan Oktober 1947.

Setelah mengalami proses perjuangan yang panjang, bangsa Indonesia

khususnya Sumatera Tengah (Sumbar dan Riau) dapat mengatasi dan menangkal

Agresi Belanda ke-I ke-II. Pada kesempatan itu kepala Kesehatan Brigade mulai

menyempurnakan personil kesehatan.

Setelah ikut perjuangan menghadapi Agresi Militer Belanda ke-I ke-II dr.

Reksodiwiryo dinilai mempunyai kemampuan menonjol untuk memajukan dan

meningkatkan perjuangan khususnya di dalam perjuangan kesehatan. Sejak

penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Pemerintah Republik Indonesia. Komandan

Brigade Banteng, pada tanggal 20 Desember 1949 memerintahkan kepada Letkol

dr. Reksodiwiryo untuk menerima penyerahan dari Belanda satu Unit Militer

Hospital (Rumah Sakit Tentara) di Padang. Karena jasa perjuangan dr.

Reksodiwiryo di Sumatera tengah sangat banyak dan berhasil, terutama di bidang


kesehatan, maka Rumah Sakit Tentara Padang diberi nama Rumah Sakit Tentara

Dokter Reksodiwiryo.

2. Visi dan Misi Rumah

mempunyai Visi dan Misi merupakan standar yang harus di capai dalam

pelayanan yang dilakukan oleh pihak Rumah Sakit Umum Daerah.

1. Visi Rumah sakit

Mewujudkan rumah sakit islam yang dicintai masarakat

2. Misi Rumah Sakit

a. Meningkatkan citra rumah sakit yang islami

b. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkwalitas dan professional

c. Meningkatkan tata kelola rumah sakit

3. Motto Rumah Sakit

”Kami Ikhlas Melayani Anda”

4. Budaya kerja

“Kerja Ikhlas, Cerdas dan Berkwalitas”

3. Profil Rumah

Nama Rumah Sakit : Rumah Sakit Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang

Kelas Rumah sakit : Type C

Status Kepemilikan : TNI AD Dephan

Alamat : Jl. Dr. Wahidin No.1 Padang

Kecamatan : Padang Timur

Kab / Kodya : Padang

Propinsi : Sumatera Barat

Jumlah tempat tidur : 214 TT : ( VIP : 25 TT, Kls I : 37 TT, Kls II : 36

TT, Kls III/Zaal : 103 TT, Paviliun : 8 TT dan ICCU : 6 TT )

No. Telp. : 0751 – 31003 Fax. 0751 – 31003


Luas RS Tk III : 4 Ha

4. Prosedur medis unggulan

memiliki beragam prosedur medis unggulan, beberapa diantaranya adalah:

a. Layanan Inseminasi

b. Inhalasi (Nebulizer)

c. Fisioterapi

d. Terapi Wicara

e. USG 4D

f. USG 3D

g. Senam Hamil

h. MCU

i. Fisioterapi

j. Ekokardiografi

k. Treadmill test

l. IPSRS dan Penyehatan Lingkungan

m. Bimbingan Rohani

n. Program Rehabilitasi

5. Kajian dan situasi Ruangan

a. Karakteristik unit

 Sifat kekaryaan ruang

a. Ruang Lingkup

Praktek Ruangan

Kebidanan

 Model layanan

Model praktek keperawatan profesional (MPKP)

 Letak ruang
Lokasi praktek yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran keperawatan

maternitas mahasiswa Profesi STIKes Alifah

b. Analisis terhadap klien

 Karakteristik

Pada umumnya pasien yang berobat yang paling banyak menggunakan

kartu BPJS

 Tingkat ketergantungan

Tingkat ketergantungan pasien di ruang kebidanan terdiri dari minimal care

dan partial care.

c. Analisis unit layanan keperawatan

 Flow of care

 Manajemen unit

d. Sumber daya kekuatan kerja

 Manusia

Perawat yang bertugas di ruangan kebidanan sebanyak 10 orang perawat.

 Non manusia (Metode, Material, Money, Marketing)

1. Lingkungan kerja

 Lingkungan fisik

Lingkungan barang-barang pasien sudah teratur dan sudah agak mudah

memberitahukan pasien tentang kerapian peralatannya, 3 orang mengatakan

masih sulit memberitahu pasien untuk merapikan peralatannya dan

kebersihan kamar mandi pasien sudah mulai terjaga

 Lingkungan non fisik

Lingkungan non fisik di ruangan kebidanan dilihat dari sirkulasi udaranya

sudah optimal telah ada terpasang AC pada tiap ruangan.

2. Ketenagaan/SDM di ruangan Kebidanan


Tingkat pendidikan perawat di ruangan kebidanan adalah D3 kebidanan, D3

keperawatan
BAB IV

TINJAUAN KASUS

3.1 Data Umum

3.1.1 Pengkajian

1. Identitas diri

Nama : Tn.I Umur

: 37 tahun Jenis kelamin :

Laki-Laki Status perkawinan :

Menikah Agama :

Islam Suku :

Minang Pendidikan : SD

Alamat : Lapas Biaro Ampek Angkek, Sumatera

Barat No. Rekam medis : 502690

Tanggal masuk RS : 3 mei 2021

Tanggal Pengkajian : 4 mei 2021

Diagnosa Medis : TB Paru

Keluarga terdekat yang bisa di hubungi

: Nama : Ny.P

Umur : 44 tahun

Pendidikan :SD

Hubungan dengan klien

:Kakak
2. Status Kesehatan Saat Ini

a. Alasan Kunjungan /Keluhan Utama

Pasien mengatakan masuk ke rumah sakit RST Padang tanggal

3-05-2021 pukul 23.40 WIB dari IGD dibawa oleh keluarganya dengan

keluhan sesak nafas, badan terasa panas, batuk berdarah sejak

2 hari yang lalu dan berat badan menurun.

b. Keluhan Saat Pengkajian

Pada saat pengkajian (4 05 2021) pasien sesak nafas, RR 26 x/menit,

batuk berdahak yang disertai darah sejak dua hari yang lalu, klien

mengatakan dahak susah keluar, klien mengatkan nafsu makan

berkurang, mual (+), muntah (+), klien juga mengatakan sering

berkeringat dimalam hari dan demam naik turun.

c. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

1) Penyakit yang pernah di alami dan pengobatan

Pasien dan keluarga mengatakan dahulunya pasienmempunyai

riwayat penyakit TB Parupada tahun 2013 dan untuk

mengobatinya pasien dirawat di Rumah Sakit Adnan WD

Payakumbuh tetapi pada saat itu pasien tidak mengkonsumsi obat

rutin untuk penderita TB Paru.

2) Riwayat Alergi

Pasien mengatakan pasien tidak ada alergi terhadap obat maupun

makanan tertentu.

3) Kebiasaan Merokok/kopi/obat-obatan/alkohol/lain-lain
Pasien mengatakan klien dulu adalah seorang perokok aktif yang

menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari bahkan lebih tetapi

sudah sekarang sudah tidak merokok lagi sejak tahun 2015.


Pasien juga mengatakan sering meminum alkohol maupun

mengkonsumsi obat-obatan seperti narkoba tetapi juga sudah

berhenti sejak tahun 2013.

4) Rawatan sebelumnya

Pasien mengatakan pernah dirawat sebelumnya di Rumah Sakit

Adnan WD Payakumbuh pada tahun 2013 dengan penyakit yang

sama.

5) Riwayat kesehatn keluarga

GENOGRAM

Gambar 3.1
Genogram
Keterangan :

: Perempuan

: Laki-Laki

: Garis keturunan

: Meninggal

: Tinggal Serumah
Gambar 3.1 Aktivitas Klien
No Aktivitas Di rumah Di rumah sakit
1. Pola nutrisi dan  Frekuensi makan :  Frekuensi makan : 3-
Cairan 2x sehari 4 sendok
 Intake cairan : 7-8  Intake cairan : 2-4
gelas gelas
 Diet : Tidak  Diet : sesuai aturan
 Makanan dan Rumah Sakit
minuman yang  Makanan dan
disukai: jus ,nasi minuman yang
goreng disukai: jus nasi
 Makanan pantangan goreng
: udang  Makanan pantangan
 Napsu makn : : udang
menurun  Napsu makn :
 Perubahan BB meningkat
bln terakhir : 10  Perubahan BB
kg turusn bln terakhir :
 Keluhan yang 45kg
dirasakan : mual  Keluhan yang
muntah ,sesak dirasakan : masih
batuk berdahak mual

2. Pola eliminasi a. BAB c. BAB


 Frekuensi : 1 x  Frekuensi :
sehari 2x sehari
 Penggunaan  Penggunaan
pencahan : - pencahan :-

Warna :  Warna :
kucing kuning
kecoklatan kecokltan
 Waktu : subuh  Waktu : subuh
 Konsistensi :  Konsistensi :
sedang d. BAK
b. BAK  Frekuensi : 2-3 x
 Frekuensi : 4-5 x sehari
sehari  warna : kuning
 warna : jernih
kuning jernih  bau : pesing
 bau : pesing output :
 output :
3. Pola istirahat  waktu tidur ( jam  waktu tidur ( jam
dan tidur ):6-7 jam ): 3-4 jam
 lama/hari : 3 jam  lama/hari :
 kebiasaan dalam  kebiasaan dalam
hal tidur : hal tidur :
( - ) ( - ) menjelang
menjelang tidur tidur
( - ) sering ( - ) sering
/mudah /mudah terbangun
terbangun ( ya ) merasa
( ya ) merasa tidak puas setelah
tidak puas bangun tidur
setelah bangun
tidur

Pola aktivitas dan latihan

a. kegiatan dalam pekerjaan : Petani

b. olahraga

jenis :-

frekuensi :-

c. kegiatan diwaktu luang : Rekreasi bersama keluarga

d. kesulitan/keluhan dalam hal

( - ) pergerakan tubuh

( - ) mandi
( - ) mengenakan pakaian

( - ) bersolek

( - ) berhajat

( ya ) sesak napas setelah mengadakan aktifitas

( ya ) mudah lelah

e. pola bekerja

 jenis pekerjaan : petani

 jumlah jam kerja : 3-4 jam

 jadwal kerja : pagi- sore

 lain-lain ( sebutkan ) :

Tabel 3.3
Skala Resiko Jatuh Morse

NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.


1. Riwayat jatuh: apakah klienpernah jatuh dalam 3 Tidak 0 0
bulan terakhir? Ya 25
2. Diagnosasekunder: apakah klienmemiliki lebih dari Tidak 0 15
satu penyakit? Ya 15

3. Alat Bantu jalan: 0


-Bedrest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15
-Berpegangan padabenda-bendadi 30
Sekitar
4. TerapiIntravena: apakahsaat ini Tidak 0 20
klien terpasanginfus? Ya 20
5. Gayaberjalan/ caraberpindah: 0
- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat bergerak 0
sendiri)
-Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20
6. Status Mental 0
-Klienmenyadari kondisi dirinya 0
-Klienmengalami keterbatasan dayaingat 15
Total Nilai 35
Berdasarkan skala morse didapatkan total nilai 35, sehingga dapat

dikategorikan risiko sedang untuk jatuh. Berdasarkan Dari hasil

pengkajian diatas tidak ditemukan masalah keperawatan pada Resiko

jatuh.

d. Neurologi

Tn.I mengatakan tidak merasakan pusing ataupun sakit pada

kepalanya. Tn.I mengatakan juga tidak merasa kesemutan, dan kebas

tetapi pasien mengatakan sedikit lemah pada kakinya. Tn.I tidak

pernah mengalami stroke. Dari hasil pemeriksaan fisik pasien, GCS

15, kesadaran compos mentis, status mental terorientasi baik itu

waktu, tempat dan orang. Pasien tidak ada gelisah, halusinasi atau

kehilangan memori. Pasien juga tidak mengalami afasia atau disfagia.

Ukuran pupil kiri dan kanan 3 mm, reaksi pupil kiri dan kanan isokor.

Hasil pemeriksaan kaku kuduk negative, hasil pemeriksaan reflek

patologis negatif. Hasil pemeriksaan reflek fisiologis positif.

Genggaman lepas tangan kiri dan kanan sama kuat.

Kekuatan otot : 55555555

55555555

Pemeriksaan CT-Scan tidak dilakukan. Dari hasil pengkajian diatas

maka tidak ditemukan masalah keperawatan.

e. Endokrin

Tn.I tidak memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus, pembengkakan

kelenjar.
Berdasarkan hasil pengkajian tidak didapatkan adanya masalah

keperawatan.

f. Kebiasaan seksual

 Gangguan hubungan seksual disebabkan kondisi sebagai berikut :

( - ) Fertilasi

( - ) Libido

( - ) Ereksi

( - ) Menstruasi

( - ) Kehamilan

( ya ) Alat kontrasepsi

Pemahaman terhadap fungsi seksual : Tidak

g. Persepsi diri

Hal yang dipikirkan saat ini : Klien mengatakan ingin sembuh dan

kembali keluarganya.

Harapan setelah menjalani perawatan : Dapat menjaga kesehatan

dengan baik.

Perubahan yang dirasa setelah sakit : Badan kembali pulih

Kesan terhadap perawat : Perawat sangat memperhatikan pasien dan

terima kasih untuk perawat

h. Suasana hati : Bingung

Rentang perhatian : Baik

i. Hubungan/komunikasi : Baik

a) Bicara
Bahasa utama : Minang

Bahasa daerah : Minang

( ya ) jelas

( ya ) relevan

( ya ) mampu mengekpresikan

( ya ) mampu mengerti orang lain

b) Tempat tingggal

( ya ) sendiri

( ) bersama orang lain

c) Kehidupan keluarga

 Adat istiadat yang dianut : Adat minang

 Pembuatan keputusan : Kepala Keluarga

 Pola komunikasi : Baik

 Keuangan : cukup

d) Kesulitan dalam keluarga

(Baik ) Hubungan orang tua

(Baik ) Hubungan sanak

keluarga (Baik ) Hubungan

perkawinan

j. Pertahanan koping

 Pengambilan keputusan

( - ) Sendiri

( ya ) Dibantu orang lain, sebutkan : Kluarga

 Yang disukai tentang diri sendiri : -

 Yang ingin diubah dari kehidupan : pola hidup


 Yang dilakukan jika setress

( ya ) Pemecahan masalah

( - ) Makan

( - ) Tidur

( - ) Makan Obat

( ya ) Cari pertolongan

( - ) Lain-lain ( Marah,diam dll), sebutkan :

k. Apa yang diakukan perawat agar anda nyaman : Memperhatiakan

keadaan pasien

l. Sistem kepercayaan

a. Siapa atau apa sumber kepercayaan : Ustadz

b. Apakah Tuhan,Agama atau kepercayaan yang dilakukan (Macam dan

frekuensi ), sebutkan: Agama Islam,Ibadah

c. Kegiatan agama atau kepercayaan yang ingin dilakukan selama dirumah

sakit, sebutkan : Sholat dengan tirah baring

3. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Lemah

Tingkat Kesadaran: Compos Mentis

Vital Sign T 20 0 mm g, i, S , C, P: 26 x/i

b. Kepala

1) Inspeksi: keadaan rambut dan hygen kepala bersih, rambut klien

bewarna hitam, tidak terlihat adanya benjolan ataupun luka.

2) Palpasi: tidak teraba adanya benjoloan, klien tidak merasakan nyeri

tekan dikepala.
c. Mata

1) Inspeksi: sklera klien tidak ikterik, posisi mata simetris kiri dan

kanan, reflek cahaya (+/+), pupil klien isokor, konjungtiva klien

tidak anemis (merah muda ), palpebra dan kantung mata klien hitam

2) Palpasi: tidak teraba benjolan, klien tidak merasakan nyeri tekan.

d. Hidung

1) Inspeksi: lubang hidung klien simetris kiri dan kanan, tidak terdapat

serumen, tidak terdapat pernafasan cuping hidung dan terpasang

oksigen.

2) Palpasi: tidak teraba adanya benjolan, tidak ada nyeri tekan

e. Telinga

1) Inspeksi: Tidak terdapat serumen, tidak terdapat benjolan pada

telinga klien

2) Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan pada

telinga klien

f. Mulut

1) Inspeksi: mulut klien sedikit kotor, terdapat caries gigi pada gigi

bagian dalam, gigi klien lengkap, mukosa bibir klien lembab

g. Leher

1) Inspeksi: tidak tampak adanya pembesaran kelenjer tyroid,

2) Palpasi : tidak ada nyeri tekan

h. Dada atau Thorak

Inspeksi :
1). Bentuk : simetris kanan dan kiri, tidak ada luka , pengembangan

dada kanan kiri sama

2). Warna : kuning langsat

3). Retraksi : pergerakan kiri dan kanan sama

4). Otot bantu nafas : pasien terdapat penggunaan otot bantu nafas

5). Jenis pernafasan : dada

Palpasi

1). Ekspensi paru : vocal fremitus teraba kanan dan kiri

2). Suhu dada : 36 ˚c

Perkusi

1). Suara : sonor

Auskultasi

1). Bunyi : terdapat suara ronchi di paru kiri

i. Jantung

1) Inspeksi: tidak terlihat ictus cordis di RIC V midclavikula sinistra

2) Palpasi: teraba denyut ictus cordis di RIC V midclavikula sinistra,

frekuensi89x?i

3) Perkusi: Pekak pada batas jantung

 Atas: RIC II midclavikula sinistra

 Bawah: RIC V midclavikula sinistra

 Kiri: Linea Axsila Anterior

 Kanan: 1 x midclavikula dextra

4) Auskultasi: irama jantung normal, bunyi jantung S1 S2

j. Abdomen
1) Inspeksi: tidak terlihat asites, tidak teraba adanya benjolan, warna

kuning langsat.

2) Auskultasi: bising usus (+) 11x/i.

3) Perkusi: terdengar bunyi thympani, pada saat perut terisi makanan

hanya sedikit.

4) Palpasi: tidak teraba adanya massa ataupun benjolan pada

abdomen,tidak ada nyeri tekan

k. Muskuloskeletal

1) Inspeksi: ekstermitas atas dan bawah tidak terlita adanya edema.

2) Palpasi: akral klien terba

hangat Kekuatan otot

5555 5555

5555 5555

l. Eksterimitas

1) Atas kanan : terpasang infus NaCL 0,9% tpm

2) Atas kiri : tidak ada ganguuan

4. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium pada tanggal 08 oktober 2018

Pemeriksaan Laboratorium Nilai Normal Analisa


A. Hematologi
Hb : 11.0 g/dL N = 13,0 - 16,0 Menurun
RBC : 4.40 x 106 /uL N = 4,5 - 5,5 Menurun
HCT : 32.1 % N = 40,0 – 48,0 Menurun
WBC : 10.85 x 103 /uL N = 5,0 – 10,0 Meningkat
Platelet : 227 x 103 /uL N = 150 – 400 Normal
B. Kimia Klinik
Glukosa: 110 mg/dL N = 74 – 106 Meningkat
Ureum : 20 mg/dL N = 15 – 43 Normal
Creatinin: 0.41 mg/dL N = 0,60 – 1,20 Menurun
b. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan Rontgen Thorak: hasil rotgen tanggal 02 oktober 2018

cor dalam batas normal , pada paru terdapat gambaran TB paru di

Apek paru dan lobus medium hasil BTA (+)

Pemeriksaan sputum : BTA ( + )

5. Terapi yang diberikan

Tabel 3.4
Keterangan Obat

No Nama Obat Indikasi Kontra Efek Samping


indikasi

1. Fosmicin Fosmicin Injeksi Hipersensitif Efek samping


2x2 gr merupakan obat terhadap yang mungkin
yang digunakan fosfomisin terjadi gangguan
untuk membantu saluran cerna,
mencegah infeksi reaksi alergi.
pada operasi
rongga perut
2. Vicilin  Kegunaan Penggunaan  kebanyakan
3x1 gr viccilin (ampici antibiotik efek samping
llin) adalah viccilin (ampic yang muncul
untuk illin) harus dari
dihindari pada
mengobati pemakaian
pasien dengan
infeksi yang riwayat pernah obat-obat
disebabkan mengalami dengan zat
oleh reaksi aktif
bakteri yang hipersensitivita ampicillin
peka terhadap s pada adalah mual,
ampicillin ampicillin dan
muntah, ruam
antibiotik beta
seperti infeksi laktam lainnya kulit, dan
saluran nafas : seperti antibiotik
otitis media penicillin dan kolitis.
akut, faringitis cephalosporin.  Efek samping
yang yang jarang
disebabkan stre seperti
ptococcus, angioedema
faringitis, dan Clostridiu
sinusitis. m difficile
 ampicillin diarrhea.
Adalah  Perawatan
antibiotik medis harus
pilihan pertama segera
untuk diberikan jika
pengobatan tanda-tanda
infeksi-infeksi pertama dari
yang efek samping
disebabkan ent muncul
erococcus sepe karena jika
rti endocarditis seseorang
dan meningitis. mengalami
 Viccilin (ampic reaksi
illin) hipersensitivit
digunakan juga as terhadap
untuk viccilin (ampi
pengobatan cillin), dapat
gonore, infeksi mengalami
kulit dan shock
jaringan anafilaktik
lunak, Infeksi yang bisa
saluran kemih, berakibat
infeksi Salmon fatal.
ella dan shigela

3. OBH Syirup Sebagai Penderita Mengantuk,


ekspektoran dengan Gangguan
(pengencer dahak) gangguan pencernaan,
pada gangguan fungsi hati dan Gangguan
batuk ginjal psikomotor,
takikardi,
aritmia, mulut
kering, retensi
urin.
Penggunaan
dosis besar dan
jangka panjang
Menyebabkan
kerusakan hati

4. FDC Kegunaan FDC Penderita  Efek samping


1x3 tablet adalah untuk yang yang sering
mengobati penyakit mengalami dilaporkan
tuberkulosis (TBC) reaksi akibat
dan infeksi oleh
hipersensitivi pemakaian
mycobakterium
tertentu tas obat yang
terhadap sala mengandung
h satu ethambutol
komponen adalah
obat ini. terjadinya
Pasien yang gangguan
menderita penglihatan
neuritis optik, (neuritis
kecuali ada retrobulbar)
penilaian yang disertai
klinis yang penurunan
menyatakan visus,
obat ini bisa skotoma
diberikan. sentral, buta
Pasien yang warna hijau-
tidak bisa merah, serta
mendeteksi penyempitan
dan pandangan.
melaporkan  Efek samping
terjadinya ini lebih
gangguan rentan dialami
penglihatan, jika obat
misalnya digunakan
anak-anak < dengan dosis
13 tahun. berlebihan
Sebaiknya atau penderita
obat ini tidak gangguan
diberikan ginjal.
kepada  Efek samping
penderita ethambutol
gangguan yang juga
hati yang sering adalah
diinduksi ruam kulit
oleh karena reaksi
isoniazid alergi, dan
(INH). gangguan
Penderita pada saluran
hepatitis, pencernaan
menderita  Efek samping
gangguan ethambutol
hati yang yang jarang
parah, adalah
gangguan terjadinya
ginjal, masalah pada
epilepsi dan organ hati
pecandu (penyakit
alkohol kuning),
kronis. neuritis
perifer, efek
samping pada
sistem saraf
pusat dan
kelainan
darah.

5. Ranitidin Ranitidine Obat ranitidine Beberapa efek


2x1 digunakan untuk harus samping yang
pengobatan tukak digunakan mungkin saja
lambung dan dengan hati- dapat terjadi
duodenum akut, hati pada setelah
refluks esofagitis, kondisi ini menggunakan
keadaan bawah ini: ranitidin adalah:
hipersekresi asam
lambung patologis  Lansia  Diare.
seperti pada  Ibu hamil  Muntah-
sindroma
Zollinger-Ellison,  Ibu muntah.
hipersekresi pasca menyusui  Sakit kepala.
bedah.  Kanker  Insomnia.
lambung  Vertigo.
 Penyakit  Ruam.
ginjal  Konstipasi.
 Mengonsu  Sakit perut.
msi obat  Sulit
non- menelan.
steroid anti  Urine tampak
-inflamasi keruh.
 Sakit paru  Bingung.
paru  Berhalusinasi.
 Diabetes
 Masalah
dengan
sistem
kekebalan
tubuh
 Porfiria
akut
(gangguan
metabolis
me langka)

6. KSR Obat untuk Gagal ginjal  Efek samping


3x1 pengobatan dan yang telah yang sering
pecegahan lanjut, terjadi : mual,
hipokalemia hiperkalemia,p
muntah, diare
enyakit
dan nyeri
addison yang perut
tidak di obati,  Efek samping
dehidrasi akut, yang jarang
penyumbatan terjadi:
saluran
ulserasi
pencernaan
saluran
pencernaan

7. Streptomicin Obat yang Hipersensitif bisa


1x500 digunakan untuk terhadap menyebabkan
mengatasi sejumlah aminoglikosida ototoxicity yang
infeksi salah lain. tidak dapat
satunya diubah, berupa
tuberkulosis kehilangan
pendengaran,
kepeningan,
vertigo);
 Efek renal
(nephrotoxicit
y yang dapat
diubah, gagal
ginjal akut
dilaporkan
terjadi
biasanya
ketika obat
nephrotoxic
lainnya juga
diberikan);
 Efek
neuromuskula
r
(penghambata
n
neuromuskula
r yang
menghasilkan
depresi
berturut-turut
dan paralisis
muskuler);
reaksi
hipersensitivit
as.

8. Mefenamat Obat yang pengobatan gangguan sistem


k/p digunakan untuk nyeri peri darah dan
mengatasi nyeri operatif pada limpatik berupa
ringan sampai operasi CABG, agranulositosis,
sedang seperti sakit peradangan anemia aplastika,
kepala, sakit gigi, usus besar. anemia
dismenore primer, hemolitika
termasuk nyeri autoimun,
karena trauma, hipoplasia
nyeri otot, dan sumsum tulang,
nyeri pasca operasi. penurunan
hematokrit,
eosinofilia,
leukopenia,
pansitopenia, dan
purpura
trombositopenia.
Dapat terjadi
reaksi anafilaksis.
Pada sistem
syaraf dapat
mengakibatkan
meningitis
aseptik,
pandangan kabur;
konvulsi,
mengantuk.
Diare, ruam kulit
(hentikan
pengobatan),
kejang pada
overdosis.

6. Dischar planning

Tanggal informasi didapatkan yaitu 4-04-2021. Tanggal pulang yang

diantisipasi yaitu tanggal 26 04 2021 karena sesuai dengan jadwal

pemberian terapi medis yang dibutuhkan oleh pasien. Penyiapan makanan

dan minuman oleh keluarga, transportasi dengan keluarga. Ambulasi

dibantu oleh keluarga. Memotivasi untuk tetap semangat dalam menjalani

kehidupan kedepanya sehingga kualitas hidup lebih baik. Perubahan yang

perlu di antisipasi saat pulang adalah resiko ketidakpatuhan terhadap

manajemen terapi dan resiko terjadinya penularan sehingga pasien perlu


di informasikan tentang cara perawatan dirumah serta kepatuhan dalam

memimum obat.

7. Data Fokus

Tabel 3.5
Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif


 Pasien mengatakan batuk berdahak  Pasien saat batuk terlihat
 Pasien mengatakan dahak yang berdahak di tangan
keluar berwarna kemerahan karna  Pasien tampak susah untuk
bercampurDarah mengeluarkan dahak dan saat
 Pasien mengatakn susah untuk keluar terdapat darah pada
mengeluarkan dahak dahak di tangan pasien
 Pasien mengatakan sesak nafas  Auskultasi bunyi nafas ronkhi
 Pasien mengatakan badan terasa  Terdapat penggunaan otot bantu
letih nafas
 Klien mengatakan nafsu makan  Pasien tampak gelisah
berkurang  Mata pasien tampak melotot /
 Pasien mengatakan BB turun 10 terbuka lebar
kg dalam 3 bulan terakhir (55 kg  Nafas pasien cepat dan dangkal
menjadi 45 kg)  TD: 120/60 mmHg
 Pasien mengatakan hanya mampu  N: 89 x/i
menghabiskan 3-4 sendok makan  S: 36,6 C
saja  P: 26 x/i
 Pasien mengtakan tidur hanya 4-5
 CRT < 2 detik
jam dalam sehari
 Pasien tampak hanya mampu
 Pasien mengatakan susah tidur
menghabiskan 3-4 sendok dari
dimalam hari porsi makannya
 Klien mengatakan sering  Pasien tampak pucat
terbangun dimalam hari karena
 Pasien tampak lemah
batuk-batuk
 Mukosa bibir lembab
 Psien mengatakan tidurnya kurang
 BB: 55 sebelum sakit
nyenyak karena sesak nafas
 BB: 45 setelah sakit
 Pasien mengatakan tidak segar saat
 TB: 163
bangun di pagi hari
 IMT: 16,99
 Pasien mengatakan tidak mengerti
dengan penyakit yang dialami  HB: 11,0
 Pasien mengatakan bingung  Pasien tampak lebih sering tidur
bertanya penyakitnya di tempat tidur
 Pasien tidak banyak melakukan
kegiatan maupun berjalan
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak tidak segar
 Mata pasien tampak cekung
 Palpebra hitam
 Akral teraba hangat
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak bingung saat
ditanya tentang penyakitnya
 Pasien sering bertanya tentang
penyakitnya

8. Analisa Data

Tabel 3.6
Analisa
Data

Data Etiologi Masalah


Keperawatan
DS:
 Pasien mengatakan batuk Penumpukan sekret Bersihan jalan nafas
berdahak berlebih
 Pasien mengatakan dahak
yang keluar berwarna
kemerahan karna
bercampurDarah
 Pasien mengatakn susah
untuk mengeluarkan dahak
 Pasien mengatakan sesak
nafas

DO:
 Pasien tampak batuk
berdahak
 Pasien tampak susah untuk
mengeluarkan dahak
 Auskultasi bunyi nafas
ronkhi
 Terdapat penggunaan otot
bantu nafas
 Nafas pasien cepat dan
dangkal
 Pasien tampak gelisah
 Mata pasien tampak melotot /
terbuka lebar
 TD: 120/60 mmHg
 N: 89 x/i
 S: 36,6 C
 P: 26 x/i

DS: Intake makanan Defisit nutrisi


 Pasien mengatakan badan tidak adekuat,
terasa letih anoreksia
 Klien mengatakan nafsu
makan berkurang
 Pasien mengatakan BB turun
10 kg dalam 3 bulan terakhir
(55 kg menjadi 45 kg)
 Pasien mengatakan hanya
mampu menghabiskan 3-4
sendok makan saja

DO:
 Pasien tampak hanya mampu
menghabiskan 3-4 sendok
dari porsi makannya
 Pasien tampak pucat
 Pasien tampak lemah
 Mukosa bibir lembab
 BB: 55 sebelum sakit
 BB: 45 setelah sakit
 TB: 163
 IMT : 16, 99
 HB: 11,0

DS: Proses Penyakit Gangguan Pola Tidur


 Pasien mengtakan tidur
hanya 4-5 jam dalam sehari
 Pasien mengatakan susah
tidur dimalam hari
 Klien mengatakan sering
terbangun dimalam hari
karena batuk-batuk
 Psien mengatakan tidurnya
kurang nyenyak karena sesak
nafas
 Pasien mengatakan tidak
segar saat bangun di pagi
hari

DO:
 Pasien tampak lesu
 Pasien tampak tidak segar
 Mata pasien tampak cekung
 Palpebra hitam
 Akral teraba hangat
 Pasien tampak lesu

DS: Kurang informasi Defisit Pengetahuan


 Pasien tampak bingung saat tentang penyakitnya
ditanya tentang penyakitnya
 Pasien sering bertanya
tentang penyakitnya

DO:
 Pasien mengatakan tidak
mengerti dengan penyakit
yang dialami
 Pasien mengatakan bingung
bertanya penyakitnya.

3.1.2 Diagnosa Keperawatan

1. Bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret berlebih

2. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan tidak

adekuat, anoreksia

3. Gangguan Pola Tidur b.d Proses Penyakit

4. Defisit Pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakitnya


No Diagnosa Keperawatan NIC NOC
1
Bersihan nafas tidak efektif
Jalan Nafas 4. Menejemen Jalan Nafas
Definisi : ketidakmampuan
membersihkan sekret atau Definisi: kemampuan membersihkan sekret atau obstruksi Definisi : mengidentfikasi dan mengelola
obstruksi jalan nafas untuk jalan nafas untuk mepertahankan jalan nafas paten kepatenan jalan nafas
mempertahankan jalan nafas
tetap paten. Setelah dilakukan tindakan keprawatan diharapkan Tindakan :
masalah pada jalan nafas dapat teratasi dengan kriteria Observasi :
Penyebab: hasil: - Monitor pola nafas ( frekuensi,
fisiologis 5. Jalan nafas paten kedalaman, usaha napas )
6. Spasme jalan nafas 6. Sekret berkurang - Monitor bunyi nafas tambahan (
7. Benda asing dalam jalan 7. Frekuensi nafas dalam batas normal mis, gurgling, mengi, wheezing,
nafas 8. Kilen mampu melakuan Batuk efektif dengan ronkhi kering )
8. Sekresi yang tertahan Benar - Monitor sputum ( jumlah, warna,
9. Proses infeksi aroma )
10. Respon alergi Teraupeutik :
Situasional - Pertahankan kapatenan jalan napas
4. Merokok aktif dengan head-tilt dan chin- lift (
5. Merokok pasif jaw-thrust jika curiga trauma
6. Terpajan polutan Servikal )
Gejala tanda mayor - Posisikan semi-fowler atau fowler
Subjektif :- - Berikan minum hangat
- Lakukan penghisapan lendir kurang
Obektif : dari 15 detik
6. Batuk tidak efektif - Berikan oksigen , jika perlu
7. Tidak mampu batuk Edukasi :
8. Sputum berlebih - Anjurkan asupan cairan 2000
9. Mengi,wheezing ml/hari,jika tidak kontraindikasi
dan/atau ronkhi kering - Ajarkan teknik batuk efektif
10. Mekonium di jalan Kolaborasi :
nafas ( pada neonatus ) - Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
Gejala tanda minor ekspetoran,mukolitik, jika perlu
Subjektif :
4. Dispnea 5. Latihan Batuk Efektif
5. Sulit bicara
6. Ortopnea Definisi : melatih pasien yang tidak
Objektif : memiliki kemampuan batuk efektif secara
6. Gelisah efetif untuk membersihkan laring,
7. Sianosis trakeadan brounklolus dari sekret atau
8. Bunyi nafas menurun benda asing di jalan nafas.
9. Frekuensi nafas berubah
10. Pola nafas berubah Tindakan :
Observasi
- Identifikasi kemampuan batuk
- Monitor adanya retensi sputum
- Monitor tanda dan gejala infeksi
saluran nafas
- Monitor input dan output cairan
(mis. Jumlah dan karakteristik)
Terapeutik
- Atur posisi semi fowler atau fowler
- Pasang perlak dan bengkok di
pangkuan pasien
- Buang sekret pada tempat
sputum Edukasi
- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk
efektif
- Anjurkan tarik nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik ,ditahan
selama 2 detik, kemudian keluarkan
dari mulut dengan bibir mencucu (
dibulatkan) 8 detik.
- Anjurkan mengulangi tarik napas
dalam hingga 3 kali
- Anjurkan batuk dengan kuat
langsung setelah tarik napas dalam
yang ke-3
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika perlu

6. Pemantauan Respirasi

Definisi : mengupulkan dan menganalisis


data untuk memastikan kepatenan jalan
nafas dan ke efektifan pertukaran gas.

Tindakan :
Observasi :
- Monitor frekuensi,irama,
kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola napas seperti ( seperti
bradipnea taipnea,hiperventilasi)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Palpasi kesmetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan resprasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Eduasi :
- Jelaskan tujuan dan perusedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan ,
jika perlu.

2
Setatus Nutrisi 1. Menejemen Nutrisi
Defisit nutrisi
Definisi : keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
Definisi : Asupan nutrisi tidak kebutuhan metabolisme. asupan nutrisi yang seimbang
cukup untuk memenuhi
kebutuhan dari metabolisme Setelah dilakukan tindakan keprawatan nutrisi dapat Tindakan
terpenuhi dengan kreteria hasil. Observasi :
Penyebab : 20. Kekuatan otot mengunyah meningkat  Identifikasi stataus nutrisi
7. Ketidakmampuan 21. Kekuatan otot menelan meningkat  Identifikasi alergi dan intoleransi
menelan makanan 22. Serum albumin meningkat makanan
8. Ketidakmapuan 23. Verbalisasi keinganan untuk meningkatkan nutrisi  Identifikasi makanan yang disukai
mencerna makanan 24. Pengetahuan untuk memilih makanan yang sehat  Identifikasi kebutuhan kalori dan
9. Ketidakmampuan meningkat jenis cairan
mengabsorbsi nutrien 25. Pengetahun untuk memilih minuman yang baik  Identifikasi perlunya penggunaan
10. Peningkatan kebutuhan meningkat selang nasogastric
metabolisme 26. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang  Monitor asupan makan makanan
11. Faktor ekonomi tepat  Monitor berat bedan
12. Faktor pisikologis 27. Penyiapan dan penyimpanan makanan meningkat  Monitor hasil pemeriksaan
28. Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan laboraturium
Gejala dan tanda mayor : tujuan kesehatan meningkat Trapeutik :
Subjektif : - 29. Perasaan cepat kenyang menurun  Lakukan oral hygiene seblum
30. Nyeri abdomen menurun makan, jika perlu
Objektif : Berat badan menurun 31. Rambut rontok menurun  Fasilitasi menentukan pedoman
minimal 10% dibawah rentang 32. Diare menurun diet, (mis.piramida makanan )
ideal 33. Berat badan membaik  Sajikan makanan secara menarik
34. Indek masa tubuh (IMT) membaik dan suhu yang sesuai
Gejala dan tanda minor : 35. Frekuensi makan membaik  Berikan makanan tinggi serat
Subjektif : 36. Bising usus membaik untuk mencegah konstipasi
4. Cepat kenyang setelah 37. Tebal lipatan kulit trisep membaik
makan
5. Kram/nyeri abdomen 38. Membrane mukosa membaik  Berikan makanan tinggi kalori dan
6. Nafsu makan menurun tinggi protein
 Berikan siplemen makanan ,jika
perlu
 Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
 Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
 Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan ( mis. Pereda
nyeri, antiemetic), jika perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang di butuhkan.

2. Peromosi Berat Badan

Definisi : Memfasilitasi peningkatan berat


badan

Tindakan
Observasi :
 Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsinya sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin,limfosit, dan
elektrolit serum
Terapeutik :
 Berika perawatan mulut sebelum
pemberian makan,jika perlu
 Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien ( mis.
Makanan dengan tekstur
halus,makanan yang dibelender,
makanan yang cair diberikan
melalaui NGT atau gastrostomy,
total parenteral nutrition sesuai
indikasi)
 Hidangkan makanan secara
menarik
 Berikan suplemen, jika perlu
 Berikan pujian pada pasien
/keluaraga untung peningkatan
yang capai
Edukasi :
 jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
 jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan

Gangguan pola tidur Pola Tidur 1. Dukungan Tidur

Definisi : Gangguan kualitas Definisi : Kedekuatan kualitas dan kuantitas Definisi : Memfasilitasi siklus tidur dan
kuantitas waktu tidur akibat terjaga yang teratur
faktor eksternal Setelah dilakukan tindakan keprawatan diharapkan
kualitas tidur pasien kembali normal dengak kereteria Tindakan
Penyebab hasil sebagai berikut : Observasi :
7. Hambatan lingkungan ( 1. Keluhan sulit tidur menurun / hilang  Identifikasi pola aktivitas dan tidur
mis, kelembapan 2. Keluhan sering terjaga menurun/hilang  Identifikasi faktor pengganggu
lingkungan sekitar, suhu 3. Keluhan tidur tidak puas tidur menurun/hilang tidur ( fisik dan / atau pisikologi)
lingkungan , 4. Keluhan pola tidur berubah menurun/hilang  Identifikasi makanan dan minuman
pencahayaan , 5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun/hilang yang mengganggu tidur ( mis.
kebisingan ,bau tidak 6. Kemampuan beraktivitas meningkat Kopi, the, alcohol. Makan
sedap, jadwal mendekti waktu tidur, minum
8. Kurang kontrol tidur banyak air sbelum tidur )
9. Kurang privasi  Identifikasi obat tifur yang
10. Restraint fisik dikonsumsi
11. Ketiadaan teman tidur Terapeutik :
12. Tidak familiar dengan  Modifikasi lingkungan ( mis.
peralatan tidur Pencahayaaan,kebisingan,
sushu,matras, dan tempat tidur )
Gejala dan tanda mayor  Batasi waktu tidur siang jika perlu
Subjektif :  Fasilitasi menghilangkan stress
6. Mengeluh sulit tidur sebelum tidur
7. Mengeluh sering  Tetapkan jadwal tidur rutin
terjaga  Lakukan perosedur untuk
8. Mengeluh tidak puas meningkatan kenyamanan ( mkis.
tidur pijat, pengaturan posisi, terapi
9. Mengeluh pola tidur akupresur )
berubah  Sesuaikan jadwal pemberian obat
10. Mengeluh istirahat dan/ atau tinjakan untuk
tidak cukup menunjang siklur tidur terjaga
Objektif :- Edukasi :
 Jelaskan tidur cukup selama sakit
Gejala dan tanda minor  Anjurkan menepati kebiasaan
Subjektif : waktu tidur
2. Mengeluh kemampuan  Anjurkan menghindari
beraktifitas menurun makanan/minuman yang
Objektif : - mengganggu tidur
 Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengganggu supresor
terhadap tidur REM
 Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur ( mis. Pisikologis, gaya
hidup, sering berubah shift
bekerja )
 Ajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara nonfarmokologi lainnya

2. Edukasi Aktivitas /Istirahat

Definisi :
Mengajarkan pengaturan aktivitas dan
istirahat

Tindakan :
Observasi :
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
 Sediakan materi dan media
pengaturan aktivitas dan istirahat
 Jadwalkan pemeberian pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan kepada pasien
dan keluarga untuk bertanya
Edukasi :
 Jelaskan pentingnya melakukan
aktivitas fisik / olahraga secara
rutin
 Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
 Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
 Ajarkan cara mengindentifikasi
kebutuhan istirahat ( mis.
Kelelahan , sesak napas saat
aktivitas)
 Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan

Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan 1. Eedukasi Kesehatan

Definisi : ketiadaan atau Definisi : kecukupan informasi kognitif yang berkaitan Definisi : mengajarkan mengelola faktor
kurangnya informasi kognitif dengan topik tertentu resiko penyakit dan perilaku hidup bersih
yang berkaitan dengan topik dan sehat.
tertentu. Setelah dilakukan tindakan keprawatan diaharapkan
pengetahuan dapat terpenuhi dank lien mampu memahami Tindakan
Penyabab : tentang kesehatan dengan kriteria hasil : Observasi :
1. Keteratasan kognitif 10. Perilaku sesuai enjuran meningkat  Identifikasi kesiapan dan
2. Gangguan fungsi kognitif 11. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat kemampuan menerima informasi
3. Kekeliruan mengikuti 12. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang  Identifikasi faktor-faktor yang
anjuran suatu topik meningkat dapat meningkatkan dan
4. Kurang terpapar 13. Kemampuan menggambarkan pengalaman menurunkan motivasi perilaku
informasi sebelumnya yang sesuai topik meningkat hidup bersih dan sehat.
5. Kurang minat dalam 14. Perilaku sesuai dengan pengetahuan Terapeutik :
belajar 15. Pertanyaan tentang masalah yang di hadapi  Sediakan materi dan media
6. Kurang mampu menurun pendidikan kesehatan
mengingat 16. Peresepsi yang keliru terhadap masalah menurun  Jadwalkan pendidikan kesehatan
7. Ketidaktahuan 17. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun sesuai kesepakatan
menemukan sumber 18. Perilaku membaik  Berikan kesempatan untuk
informasi bertanya
Edukasi :
Gejala dan Tanda Mayor  Jelaskan faktor risiko yang dapat
Subjektif : mempengaruhi kesehatan
2. Menanayakan masalah  Ajarkan perilaku hidup bersih
yang di haadapi sehat
Objektif :  Ajarkan strategi yang dapat
3. Menunjukan perilaku digunakan untuk meningkatkan
tidak sesuai anjuran perilaku hidup bersih dan sehat
4. Menunjukan persepsi
yang keliru terhadap 2. Edukasi Pola Perilaku Kesehatan
masalah
Gejala dan Tanda Minor Definisi : Memberikan infomasi untuk
Subjektif : - meningkatkan atau mempertahankan
perilaku kebersihan diri dan lingkungan
Objektif :
3. Menjalani pemeriksaan Tindakan
yang tidak tepat Observasi :
4. Menunjukan perilaku  Identifikasi kesiapan dan
berlebihan ( mis. Apatis, kemampuan menerima informasi
bermusuhan, agitas,  Identifikasi kemampuan menjaga
heteria ) kebersihan diri dan lingkungan
 Monitor kemampuan melakukan
dan mempertahankan kebersihan
diri dan lingkungan
Terapeutik :
 Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk
bertanya
 Peraktekan bersama keluarga cara
menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
Edukasi :
 Jelaskan masalah yang dapat
timbul akibat tidak menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
 Ajarkan cara menjaga kebersihan
diri dan lingkungan

3. Edukasi Berhenti Merokok

Definisi : Memberikan inbformasi terkait


dampak merokok dan upaya berhenti
merokok.

Tindakan :
Observasi :
 Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
 Sediakan materi dan media
edukasi
 Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan keluargan dan
pasien untuk bertanya
Edukasi :
 jelaskan gejala fisik penarikan
nikotin (mis. Sakit kepala, pusing,
mual, dan insomnia )
 jelaskan gejala berhenti merokok (
mis. Mulut kering, batuk ,
tenggorokan gatal )
 jelaskan aspek pisikososial yang
mempengaruhi perilaku merokok
 informasikan produk pengganti
nikotin ( mis, permen karet,
semprotan hidung, inhaler )
 ajarkan cara berhenti merokok.
3.1.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan

CATATAN PERKEMBANGAN

NO Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf


1. Bersihan 05-04-21/ 1) Memonitor S:
jalan 10.00 WIB status respirasi:  Klien mengatakan batuk berdahak
nafas ventilasi  Klien mengatakan nafas masih sesak
b.d O:
penumpukan
2) Mengajurkan
pasien minum  Klien terdengar batuk berdahak dan tampak
sekret
berlebih air hangat dahak di tangan pasien
3) Mengatur  Klien tampak sesak
Posisi Semi  TD: 120/60 mmHg
Fowler  N: 89 x/i
4) Mengajarkan  S: 36,6 C
tehnik batuk  P: 25 x/i
efektif A:
5) Memberikan Masalah bersihan jalan nafas belum teratasi
P:Intervensi dilanjutkan
terapi
Oksigenasi
nasal kanul 3
liter/menit

2. Devisit Nutrisi 5-04-2021/ 1) Memonitor S:


Kurang Dari 11.00 WIB adanya  Klien mengatakan hanya bisa
Kebutuhan Tubuh penurunan BB menghabiskan makanan ¼ porsi dari
b.d Intake Yang makanan rumah sakit
2) Memberikan
Tidak
makanan yang  Klien mengatakan nafsu makannya
Adekuat, Anoreksia
sudah terpilih menurun
(sudah
dikonsultasikan  Klien mengatakan badannya terasa lemas
dengan ahli gizi)
3) Memberikan O:
 Makanan klien Terlihat bersisa
informasi/eduk
 Klien terlihat lemas
asi tentang
kebutuhan  Klien tampak pucat
nutrisi
A:
4) berkolaborasi Masalah defisit nutrisi belum teratasi
dengan ahli gizi P:
untuk Intervensi dilanjutkan
menentukanjuml
ah kalori dan
nutrisi yang
dibutuhkan
pasien
5) Menganjurkan
klien makan
sedikit tapi
sering

3. Gangguan Pola Tidur 06-04-2021/ 1) Monitor jam S:


b.d Status 13.00 WIB tidur pasien  Pasien mengatakan sulit tidur pada malam
Kenyamanan: sehari-hari hari
Lingkungan  Pasien mengatakan sering terbangun
2) Menjelaskan
pentingnya tidur dimalam hari
yang adekuat
O:
3) Menfasilitasi
 Klien terlihat lemas
untuk
 Terlihat 80alpebral hitam
mempertahanka
n aktivitas  Mata klientampak cekung dan ada kantung
sebelum tidur mata Klien terlihat mengantuk
4) Menciptakan  TD 120/60 mmHg, N 89 x/i, S : 36,6°C,
lingkungan yang P : 25 x/i
aman dan A :
nyaman Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
5) Mambatasi
P:
pengunjung
Intervensi dilanjutkan

4. Defisit Pengetahuan 06-04-2021/ 1) Mengkaji S:


b.d Kurang informasi 10.00 WIB pengetahuan  Pasien mengatakan masih kurang paham
tentang penyakitnya pasien tentang tentang penyakitnya
penyakitnya
2) Memberikan O:
 Pasien masih terlihat bingung jika ditanya
pendidikan
soal penyakitnya,
kesehatan
 Pasien masih banyak bertanya tentang
tentang
penyakitnya
penyakit TB
Paru A:
3) Menanyakan Masalah keperawatan defisit pengetahuan
kembali belum teratasi
pengetahuan P:
pasien tentang Lanjutkan intervensi
penyakit,
penyabab dan
tanda gejala
penyakit TB
Parau
CATATAN PERKEMBANGAN

NO Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf


1. Bersihan 06-04-2021/ 1) Memonitor kembali S:
jalan 10. 00 WIB status respirasi:  Klien mengtakan masih batuk berdahak
nafas ventilasi  Klien mengatakan masih sesk nafas
b.d 2) Menganjurkan O:
penumpukan  Klien masih terdengar batuk berdahak
pasien minum air
sekret berlebih
hangat  Klien masih tampak sesak
3) Mengatur Posisi  TD: 120/60 mmHg
Semi Fowler  N: 89 x/i
6) Mengajarkan tehnik  S: 36,6 C
batuk efektif  P: 25 x/i
7) Memberikan terapi A:
Oksigenasi nasal Masalah bersihan jalan nafas belum teratasi
kanul 3 liter/menit P:
Intervensi dilanjutkan
2. Devisit Nutrisi 06-04-2021/ 1) Memonitor kembali S :
Kurang Dari 11. 00 WIB adanya penurunan  Klien mengatakan masih menghabiskan
Kebutuhan Tubuh BB makanan ¼ porsi dari makanan rumah
b.d Intake Yang sakit
2) Memberikan
Tidak
Adekuat, Anoreksia makanan yang  Klien mengatakan nafsu makannya masih
sudah terpilih berkurang
(sudah  Klien mengatakan badannya masih terasa
dikonsultasikan lemas
dengan ahli gizi)
3) Memberikan
informasi/edukasi O:
tentang kebutuhan  Makanan klien masih Terlihat bersisa
nutrisi  Klien masih terlihat lemas
4) Berkolaborasi  Klien masih tampak pucat
dengan ahli gizi
untuk menentukan A :
Masalah devisit nutrisi belum
jumlah kalori dan
P:
nutrisi yang teratasi Intervensi dilanjutkan
dibutuhkan pasien
5) Menganjurkan klien
makan sedikit tapi
sering

3. Gangguan Pola Tidur 1) Menjelaskan S:


b.d Status kembali pentingnya  Pasien mengatakan masih sulit tidur pada
Kenyamanan: tidur yang adekuat malam hari
Lingkungan
2) Memonitor kembali  Pasien mengatakan masih sering terbangun
jam tidur pasien dimalam hari
3) Menciptakan
kembali lingkungan O:
 Klien masih terlihat lemas
yang aman dan
nyaman  Terlihat palpebral klien masih hitam
4) Membatasi  Mata klien masih cekung dan ada kantung
pengunjung mata
 Klien terlihat mengantuk
 TD 120/60 mmHg, N 89 x/i, S : 36,6°C,
P : 25 x/i
A:
Masalah gangguan pola tidur belum
P:
teratasi Intervensi dilanjutkan
4. Defisit Pengetahuan 1) Mengkaji ulang S:
b.d Kurang informasi pengetahuan pasien  Pasien mengatakan sudah mulai mengerti
tentang penyakitnya tentang penyakitnya tentang penyakitnya
( pengertian,
penyebab, serta O :
tanda dan gejala)  Pasien sudah bisa menjawab ketika ditanya
2) Memberikan soal penyakitnya,
reinforcementterhad  Pasien sudak tidak banyak bertanya tentang
ap tingkat penyakitnya
pengetahuan pasien A :
tentang proses Masalah keperawatan defisit pengetahuan
penyakit teratasi sebagian
3) Melakukan Penkes P :
tentang program Lanjutkan intervensi
pengobatan pasien
4) Menanyakan
kembali
pengetahuan pasien
tentang penyakit,
prosedur perawatan
dan pengobatan
CATATAN PERKEMBANGAN

NO Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf


1. Bersihan 1) Memonitor S:
jalan kembali status  Klien mengtakan masih batuk sudah
nafas respirasi: berkurang
b.d ventilasi  Klien mengatakan masih sesk nafas sudah
penumpukan
sekret berlebih 2) Menganjurkan sedikit berkurang
pasien munum O:
air hangat  Klien masih terdengar batuk berdahak
3) Mengatur  Klien masih tampak sesak
Posisi Semi  TD: 120/60 mmHg
Fowler  N: 89 x/i
4) Mengajarkan  S: 36,6 C
kembali tehnik  P: 23 x/i
batuk efektif A:
5) Memberikan Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
terapi P:
Oksigenasi Intervensi dilanjutkan
nasal kanul 3
liter/menit

2. Devisit Nutrisi 1) Memonitor S:


Kurang Dari kembali adanya  Klien mengatakan sudah menghabiskan
Kebutuhan Tubuh penurunan BB makanan ½ porsi dari makanan rumah
b.d Intake Yang sakit
2) Memberikan
Tidak
Adekuat, Anoreksia makanan yang  Klien mengatakan nafsu makannya sudah
sudah terpilih sedikit membaik
(sudah  Klien mengatakan badannya masih terasa
dikonsultasikan lemas
dengan ahli gizi)
3) Memberikan
O:
informasi/eduk
 Makanan klien masih Terlihat bersisa
asi tentang
 Klien sudah terlihat tidak lemas
kebutuhan
 Klien sudah terlihat tidak pucat
nutrisi
4) Berkolaborasi A:
dengan ahli gizi Masalah ketidakseimbangan nutrisi teratasi
untuk sebagian
menentukan P:
jumlah kalori Intervensi dilanjutkan
dan nutrisi yang
dibutuhkan
pasien
5) Menganjurkan
klien makan
sedikit tapi
sering
3. Gangguan Pola Tidur 1) Menjelaskan S:
b.d Status kembali  Pasien mengatakan masih sulit tidur pada
Kenyamanan: pentingnya tidur malam hari
Lingkungan yang adekuat  Pasien mengatakan masih sering terbangun
2) Memonitor jam dimalam hari
tidur pasien
3) Menciptakan O:
 Terlihat palpebral klien masih hitam
kembali
lingkungan yang  Mata klien masih cekung dan ada kantung
aman dan mata
nyaman  TD 120/60 mmHg, N 89 x/i, S : 36,6°C,
4) Membatasi P : 23 x/i
pengunjung A:
Masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan
4. Defisit Pengetahuan 1) Mengkaji S:
b.d Kurang informasi kembali  Pasien mengatakan sudah mulai mengerti
tentang penyakitnya pengetahuan tentang penyakitnya
pasien tentang
O:
pengobatan TB
 Pasien sudah bisa menjawab ketika ditanya
Paru
soal penyakitnya,
2) Memberikan
 Pasien sudak tidak banyak bertanya tentang
Penkes tentang
penyakitnya
cara penularan
TB paru A:
3) Menanyakan Masalah keperawatan defisit pengetahuan
kembali teratasi sebagian
pengetahuan P:
pasien tentang Lanjutkan intervensi
penyakit,
pengobatan
serata cara
penularannyan
CATATAN PERKEMBANGAN

NO Diagnosa Tanggal/Jam Implementasi Evaluasi Paraf


1. Bersihan 1) Memonitor S:
jalan kembali status  Klien mengatakan hanya batuk sekali-
nafas respirasi: sekali
b.d ventilasi  Klien mengatakan sudah bisa
penumpukan
sekret berlebih menganjurkan mengeluarkan dahaknya
pasien minum  Klien mengatakan masih sesak nafas sudah
air hangat berkurang
2) Mengatur O:
Posisi Semi  Klien sudah jarang terdengar batuk
Fowler berdahak
3) Mengajarkan  Klien masih tampak sesak
kembali tehnik  TD: 120/60 mmHg
batuk efektif  N: 89 x/i
4) Memberikan  S: 36,6 C
terapi  P: 21 x/i
Oksigenasi A:
nasal kanul 3 Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
liter/menit jika P:
diperlukan Intervensi dilanjutkan

2. Devisit Nutrisi 1) Memonitor S:


Kurang Dari kembali adanya  Klien mengatakan sudah bisa
Kebutuhan Tubuh penurunan BB menghabiskan makanan 1 porsi dari
b.d Intake Yang 2) Memberikan makanan rumah sakit
Tidak
makanan yang  Klien mengatakan nafsu makannya sudah
Adekuat, Anoreksia
sudah terpilih membaik
(sudah O:
dikonsultasikan  Makanan klien sudah tidak Terlihat bersisa
dengan ahli  Klien sudah terlihat tidak lemas
gizi)  Klien sudah terlihat tidak pucat
3) Memberikan
informasi/eduk A :
Masalah ketidakseimbangan nutrisi sudah
asi tentang
teratasi
kebutuhan P:
nutrisi Intervensi dilanjutkan
4) Berkolaborasi
dengan ahli gizi
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan
pasien
5) Menganjurkan
klien makan
sedikit tapi
sering

3. Gangguan Pola Tidur 1) Menjelaskan S:


b.d Status kembali  Pasien mengatakan masih sulit tidur pada
Kenyamanan: pentingnya tidur malam hari
Lingkungan yang adekuat  Pasien mengatakan masih sering terbangun
2) Memonitor dimalam hari
kembali jam
tidur pasien O:
 Terlihat palpebral klien masih hitam
3) Menciptakan
kembali  Mata klien masih cekung dan ada kantung
lingkungan yang mata
aman dan  TD 120/60 mmHg, N 89 x/i, S : 36,6°C,
nyaman P : 21 x/i
4) Membatasi A:
pengunjung Masalah gangguan pola tidur belum teratasi

P:
Intervensi dilanjutkan

4. Defisit Pengetahuan 1) Mengkaji S:


b.d Kurang informasi kembali  Pasien mengatakan sudah mengerti tentang
tentang penyakitnya pengetahuan penyakitnya
pasien tentang
O:
pengobatan TB
 Pasien sudah bisa menjawab ketika ditanya
Paru
soal penyakitnya,
2) Memberikan
 Pasien sudak tidak banyak bertanya tentang
Penkes tentang
penyakitnya
cara
pencegahan TB A:
paru Masalah keperawatan defisit pengetahuan
3) Menanyakan sudah teratasi
kembali P:
pengetahuan Intervensi dilanjutkan
pasien tentang
penyakit,
pengobatan,
penularan, serta
cara
pencegahannyan
CATATAN PERKEMBANGAN

NO Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


1. Bersihan 1) Memonitor S:
jalan kembali status  Klien mengatakan hanya batuk sekali-
nafas respirasi: sekali
b.d ventilasi  Klien mengatakan sudah tidak sesak
penumpukan
sekret berlebih 2) Mengajurkan O:
pasien minum  Klien sudah jarang terdengar batuk
air hangat berdahak
3) Mengatur  TD: 120/60 mmHg
Posisi Semi  N: 89 x/i
Fowler  S: 36,6 C
4) Mengajarkan  P: 20 x/i
kembali tehnik A:
batuk efektif Masalah bersihan jalan nafas teratasi sebagian
P:
Intervensi dihentikan ( Pasien pulang)
2. Devisit Nutrisi 1) Memonitor S:
Kurang Dari kembali adanya  Klien mengatakan sudah bisa
Kebutuhan Tubuh penurunan BB menghabiskan makanan 1 porsi dari
b.d Intake Yang 2) Memberikan makanan rumah sakit
Tidak
makanan yang  Klien mengatakan nafsu makannya sudah
Adekuat, Anoreksia
sudah terpilih membaik
(sudah
O:
dikonsultasikan
 Makanan klien sudah tidak Terlihat bersisa
dengan ahli gizi)
 Klien sudah terlihat tidak lemas
3) Memberikan
 Klien sudah terlihat tidak pucat
informasi/eduk
asi tentang
kebutuhan A:
nutrisi Masalah ketidakseimbangan nutrisi sudah
4) Berkolaborasi teratasi
P:
dengan ahli gizi
Intervensi dihentikan ( pasien pulang)
untuk
menentukan
jumlah kalori
dan nutrisi yang
dibutuhkan
pasien
5) Menganjurkan
klien makan
sedikit tapi
sering

3. Gangguan Pola Tidur 1) Menjelaskan S:


b.d Status kembali  Pasien mengatakan masih sulit tidur pada
Kenyamanan: pentingnya tidur malam hari
Lingkungan
yang adekuat  Pasien mengatakan sudah jarang terbangun
2) Memonitor dimalam hari
kembali jam
tidur pasien O:
 Terlihat palpebral klien masih hitam
3) Menciptakan
kembali  Mata klien masih cekung dan ada kantung
lingkungan yang mata
aman dan  TD 120/60 mmHg, N 89 x/i, S : 36,6°C,
nyaman P : 20 x/i
4) Membatasi A:
Masalah gangguan pola tidur teratasi sebagian
pengunjung
P:
Intervensi dihentikan ( Pasien pulang)
4. Defisit Pengetahuan 1) Menanyakan S:
b.d Kurang informasi kembali  Pasien mengatakan sudah mengerti tentang
tentang penyakitnya pengetahuan penyakitnya
pasien tentang
O:
penyakitnya
 Pasien sudah bisa menjawab ketika ditanya
2) Melakukan
soal penyakitnya,
discharge
 Pasien sudak tidak banyak bertanya tentang
Planning
penyakitnya

A:
Masalah keperawatan defisit pengetahuan
sudah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan (Pasien pulang)
BAB V

PEMBAHASAN

4.1 Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep terkait Kkmp Dan Konsep

Kasus Terkait

Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada Tn.I dengan Gangguan Sistem

pernafasan yaitu TB paru. Di RST Padang, Pasien mengatakan masuk IGD

dibawa oleh keluarganya dengan keluhan sesak nafas, badan terasa panas, dan

batuk berdarah sejak 2 hari yang lalu dan berat badan menurun sejak 6 bulan

sebanyak 10 kg.

Masalah keperawatan yang pertama yaitu Bersihan Jalan Nafas Tindakan yang

telah dilakukan adalah Pengaruh Latihan Batuk Efektif Dan Efektivitas Posisi

Semi Fowler.

 Pertahankan kepatenan jalan nafas

 Siapkan peralatan oksigen dan berikan melalui nasal kanul

 Monitor aliran oksigen

 Monitoring tanda-tanda vital

 Monitor seputum

 Lakukan penghisapan lendir jika terlalu berlebihan menggunakan suction

 Lakukan dan ajarkan posisi semi fowler


 Lakukan dan ajarkan teknik batuk efektif

Pada hari pertama hingga hari keempat masalah bersihan nafas mulai teratasi

sebagian ditandai dengam pasien mengatakan sesak nafas sudah terasa berkurang,

seputum membaik dan frekuensi pernapasan 26 x/i, dihari kelima oksigen

diturunkan dari 10 liter hingga 5 liter. Dihari ke enam dan ke tutjuh oksigen

ditrunkan lagi dari 5 ke 3 liter dengan frekuensi pernafasan 23x/i.

Masalah keperawatan kedua Devisit Nutrisi Kurang Dari `Kebutuhan Tubuh

Berhubungan Dengan Kurang Asupan Makanan Tindakan yang telah

dilakukan adalah Manajemen Nutrisi

 Identifikasi stataus nutrisi

 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan

 Identifikasi makanan yang disukai

 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis cairan

 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric

 Monitor asupan makan makanan

 Monitor berat bedan

 Monitor hasil pemeriksaan laboraturium

 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai

 Identifikasi (adanya) alergi makanan yang dimilki pasien

 Ciptakan lingkungan yang optimal pada saat mengkonsumsi makan

(mis; bersih, berventilasi, santai dan bebas dari bau)

 Anjurkan pasien untuk duduk pada posisi tegak


 Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain (tim gizi)

 Atur diet yang diperlukan

Pada hari pertama sampai hari ketujuh devisit nutrisi kurang dari kebutuhan mulai

teratasi dengan sebelumnya pasien hanyak makan 2 sendok makan dan pada hari

ketujuh pasien mampu makan dengan 5 sendok makan dengan diet makanan

MLRGRPDD1700 diet yang ditentukan dari rumah sakit. Dan selama peneliti

melakukan asuhan keperawatan di ruang paru pasien tidak mengalami penurunan

berat badan dengan BB 45 kg. Dan terjadi perubahan atau peningkatan hasil

laboratorium Albumin dari sebelumnya 2.6 hingga 3.0 gr/dl. Pasien sudah bisa

menghabiskan satu buah pisang dengan habis.

Masalah keperawatan ketiga Gangguan Pola Tidur Berhubungan Dengan

Proses Penyakit tindakan yang dilakukan adalah dukungan tidur.

 Identifikasi pola aktivitas dan tidur

 Identifikasi factor pengganggu tidur ( fisikdan / atau pisikologi)

 Identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu tidur (mis. Kopi,

the, alcohol.

 Modifikasi lingkungan ( mis. Pencahayaaan, kebisingan, sushu, matras,

dan tempat tidur )

 Fasilitasi menghilangkan stress sebelum tidur

 Tetapkan jadwal tidur rutin

 Jelaskan tidur cukup selama sakit

 Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur


 Anjurkan menghindari makanan/minuman yang mengganggu tidur

 Ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap gangguan pola tidur(

mis. Pisikologis, gaya hidup, sering berubah shift bekerja )

 Ajarkan relaksasi otot autogenic atau cara nonfarmokologilainnya

 Tentukan pola tidur/aktivitas pasien

 Jelaskan pentingnya tidur yang cukup selama kondisi sakit

 Monitor/catat pola tidur pasien dan jumlah jam tidur

 Bantu untuk menghilangkan situasi stress sebelum tidur

 Anjurkan untuk tidur siang hari

Pada hari pertama hingga hari ketujuh gangguan pola tidur mulai menunjukkan

teratasi pencapaian demi dukungan tidur dengan ditandai pesien mengatakan

sudah bisa tidur tadi malam namun belum nyenyak (4 jam) dan tidur siang 2 jam,

pasien mengatakan masih sering terbangun dimalam hari karena batuk dan sesak

nafas dan ini menunjukkan bahwa sebelumnya pasien hanya mampu tidur malam

3-4 jam dan dan pada hari ke tujuh pasien mengatakan batuk membaik pasien juga

bisa tidur malam 6 jam dan siang 2 jam.

Masalah keperawatan ke empat Devisit Pengetahuan Berhubungan Dengan

Kurang Informasi Tentang Penyakit Dan Kesehatan Tindakan yang telah di

lakukan adalah.

 Menjelaskan tentang penyakit Tb paru

 Menjelaskan tentang kesehatan diri dan lingkungan

 Jelaskan factor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan


 Ajarkan perilaku hidup bersih sehat

 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup

bersih dan sehat

 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan

 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan

 Berikan kesempatan untuk bertanya

 Jelaskan masalah yang dapat timbul akibat tidak menjaga kebersihan diri

dan lingkungan

Pada hari pertama hingga hari ketujuh devisit pengetahuan menunjukkan teratasi

pencapaian pengetahuan informasi dengan ditandai pesien mengatakan mulai

paham tentang penyakit nya dan sudah melakukan hidup bersih sehat mulai dari

banti dan cuci tangan sebelum makan dan berhenti merokok, pada hari ke tujuh

pasien sudan paham dan tidak terlalu banyak bertanya kepada perawat dalam

masalah kesehatan diri dan lingkungan.

4.2 Analisis Intervensi Inovasi Dengan Konsep Dan Penelitian Terkait

Intervensi inovasi yang di lakukan pada kasus diatas adalah teknik latihan batuk

efektif dan semi foowler. Tujuan batuk efektif dan semi fowler yaitu untuk

mengeluarkan seputum , membersihkan jalan nafas serta menurunkan frekuansi

pernafasaan sehingga pasien tidak mengalami sesak nafas frekuensi pernafasan

dalam batas normal 18-22 x/i.

Dari ke empat masalah keperawatan di atas, penulis mengangkat dua masalah

keperawatan Bersihan Jalan Nafas Berhubungan Dengan Penumpukan


Seputum Yang Berlebihan dan Devisit Pengetahuan, kemudian penulis

melakukan Critical Review Evidance Based/Tindakan kepada pada pasien

sesuai dengan hasil jurnal atau penelitian terkait yang sejalan dengan penulis

yaitu :

Pengaruh Latihan Batuk Efektif Terhadap Pengeluaran Seputum Pada

Pasien Tuberkulosis Di Puskesmas Kampung Bugis Tanjung Pinang Tahun

2019

Penelitian ini di teliti oleh Linda widiastuti. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh latihan batuk efektif terhadap pengeluaran seputum pada

pasien tuberkulosis di puskesmas kampung bugis tahun 2019. Desain penelitian

ini adalah Quasi Experiment sebagai eksperimen semu, dengan pendekatan One

group Pretest-Postest design. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien TB paru

berjumlah 26 responden mencakup semua pasien TB paru di puskesmas kampung

bugis. Sampel sejumlah 24 responden daiambil emnnggunakan accidental

sampling. Variabel independen adalah batuk efektif dan variabel dependen

pengeluaran seputum. Analisa data uji chi kuadrat dengan tingkat signifikan p ≤

0,05. Hasil penelitian didapatkan sebagain besar responden tidak dapat

mengeluarkan seputum sebelum dilatih batuk efektif sebesar 13 responden (

54,2%) dan hampir seluruh responden dapat mengeluarkan seputum setelah dilatih

batuk efektif sebesar 19 responden (79,2%) dan hasil uji statistik chi kuadrat

0,021 berarti <0.05 maka Ha diterima. Pasien TB dengan melakukan batuk yang

benar batuk efektif dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat

mengeluarkan dahak secara maksimal dan di anjurkan satu hari sebelum

pemeriksaan seputum, pasien dianjurkan minum ±2 liter untuk mempermudah


pengeluaran seputum. Penulis berfokus kepada diagnosa ini dan melakukan

tindakan selama 7 hari dengan durasi 30 menit dalam sehari karena apabila

dibiarkan dan tidak diberikan intervensi, maka akan dapat menimbulkan masalah

yang lebih berat yaitu pola nafas tidak efektif, yang mana klien akan merasakan

sesak nafas.

4.3 Alternatif Pemecahan Yang Dapat Dilakukan

Berdasarkan dari perencanaan keperawatan pasien melakukan beberapa aktifitas

yang masing-masing diagnosa, penulis melakukan komunikasi setiap tindakan

dan kegiatan yang dilakukan, konseling, penyuluhan, memberikan asuhan

keperawatan langsung, serta tindakan penyelamatan jiwa seperti keadaan

psikososial dan spiritual Tn. I.

Komunikasi yang digunakan adalah komunikasi terapeutik dimana penulis

dan Tn.I serta keluarga menjalin hubungan saling percaya, sehingga pasien

nyaman saat dilakukan tindakan.

Peran keluarga juga cukup penting dalam tingkat keberhasilan terapi

,menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh festy (2009) semakin baik peran

yang dimainkan oleh keluarga dalam pelaksanaan program terapi maka semakin

baik pula hasil yang akan dicapai. Peran keluarga terdiri dari peran sebagai

motivator, edukator dan peran sebagai perawat.


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.1.1 Konsep TB Paru

Tuberculosis Paru (TB paru) merupakan suatu penyakit yang

disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberkulosis yang menyerang

paru-paru sehingga pada bagian dalam alveolus terdapat bintil-

bintil atau peradangan pada dindingalveolus akan mengecil (Nugroho,

2014).

5.1.2 Asuhan Keperawatan Pada Pasien TB Paru

Setelah dilakukan asuhan keperawatan, pengkajian diawali dengan

pasien secara keseluruhan pada keluhan Tn.I dengan TB Paru dilakukan

Asuhan Keperawatan selama 7 hari di dapatkan adanya persamaan antara

konsep teoritis dan kenyataan kasus yang ditemukan dilapangan. Sesuai

dengan data subjektif dan data objektif yang telah ditemukan pada Tn.I

maka diadapatkan 4 diagnosa yaitu:

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d penumpukan sekret berlebih

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

intakemakanan tidak adekuat, anoreksia

c. Gangguan Pola Tidur b.d Status Kenyamanan: Lingkungan

d. Defisit Pengetahuan b.d Kurang informasi tentang penyakitnya Penulis

memberikan asuhan keperawatan pada masalah Tn.I, yaitu tentang

batuk efektif, pemberian posisi Semi Powler, pemberian edukasi gizi


terhadap peningkatan berat badan pasien, dan pemberian penyuluhan

kesehatan tentang TB Paru, sehingga dapata disimpulkan bahwa

diagnosa keperawatan yang ditemukan pada Tn.I dapat teratasi.

5.1.3 Penerapan jurnal pada Tn.I

a. Pengaruh Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada

Pasien Dengan Bersihan Jalan Nafas Di di puskesmas kampung

bugis tahun 2019. Dari intervensi yang telah dilakukan kepada

Tn.I maka didapatkan hasil yaitu ada pengaruh tehnik Batuk

efektif terhadap pengeluaran secret pada pasien TB Paru. Hal ini

sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Linda widiastuti

(2019), dimana ada pengaruh tehnik batuk efektif pengeluaran

secret pada pasien TB Paru.

b. Efektivitas Posisi Semi Fowler Dengan Pursed Lip Breathing

Dan Semi Fowler Dengan Diaphragma Breathingterhadap Sao2

Pasien Tb Paru Di Rsp Dr. Ariowirawan Salatiga Tahun 2016.

Dari intervensi yang telah dilakukan kepada Tn.I maka

didapatkan hasil yaitu ada pengaruh pemberian posisi semi fowler

terhadap kestabilan pola napas pada pasien. Hal ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Niko Qorisetyartha, dkk (2016),

dimana ada pengaruh pemberian posisi semi fowler terhadap

kestabilan pola napas pada pasien TB Paru.

c. Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Terhadap Pengetahuan

Perawatan Pasien Tuberkulosis (TB) Tahun 2017.


Dari intervensi yang telah dilakukan kepada Tn.I maka

didapatkan hasil yaitu ada pengaruh setelah penyuluhan kesehatan

media booklet terhadap pengetahuan perawatan pasien TB Paru.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ermalynda

Sukmawati (2017), dimana ada pengaruh penyuluhan kesehatan

media booklet terhadap pengetahuan perawatan pasien TB Paru.

5.1.4 Menganalisa asuhan keperawatan jurnal, teori dan kasus tentang TB

Paru Setelah dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan TB Paru

tidak didapatkan perbedaan diagnosa keperawatan secara teoritis dengan

kasus atau masalah keperawatan pada Tn.I, tetapi ada beberapa diagnosa

teori yang tidak muncul didalam kasus yaitu Resiko infeksi b.d

kerusakan jaringan atau tambahan infeksi, Ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer b.d penurunan jumlah hemoglobin dalam darah, Gangguan

pertukaran gas b.d gangguan suplai oksigen.

Setelah penulis melakukan analisis terhadap jurnal terkait tentang

masalah TB Paru ditemukan adanya persamaan jurnal tersebut dengan

masalah keperawatan pada Tn.I dengan TB Paru. Dimana jurnal dan

penelitian tersebut bisa mendukung tindakan atau implementasi

keperawatan yang diberikan kepada pasien TB Paru sehingga kualitas

hidup pasien TB Paru lebih meningkat.


5.2 Saran

Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada keluarga

Tn.I dengan TB Paru, diharapkan dapat memberikan masukkan terutama

pada:

5.2.1 Bagi Pasien dan Keluarga

Diharapkan informasi yang didapat menjadi pengalaman bagi

pasien dan keluarga khususnya penyakit TB Paru, sehingga pasien disiplin

dalam pengobatan, dan diharapkan bagi keluarga agar memberikan

motivasi dan dukungan agar yakin bahwa penyakit akan sembuh, dan

percaya bahwa penyakit ini hanya ujian dari Allah SWT.

5.2.2 Bagi RUMAH SAKIT

Diharapkan bagi petugas medis agar dapat meningkatkan

pelayanan, terutama rawat inap paru dalam memberikan pelayanan yang

lebih baik dan menghasilkan pelayanan yang memuaskan bagi pasien.

Dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh penulis, diharapkan dapat

menjadi intervensi baru bagi perawat untuk meluangkan waktu dalam

melakukan pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga pasien,

memberikan motivasi dan dukungan, sehingga pasien tidak menngalami

depresi atau cemas akan penyakitnya.


5.2.3 Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan kepada institusi pendidikan untuk lebih menambah

referensi mengenai TB Paru dan bisa memperdalam lagi ilmu

pembelajaran mengenai gangguan sistem pernafasan khususnya TB Paru.

5.2.4 Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan bisa mendapatkan intervensi inovatif lebih, dalam

penanganan masalah keperawatan TB Paru, dan juga bisa memberikan

perbandingan tindakan keperawatan pada pasien yang berbeda tetapi

dengan kasus yang sama.


DAFTAR PUSTAKA

Alsagaff, Hood dan Mukti, Abdul dalam Aryanti Tri Nugroho. 2014.
Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University
Press.
Amin and Bahar 2014, Tuberkulosis Paru.Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid
III. Ed6, Jakarta: FKUI;2014.
Andra F.S & Yessie M.P 2015, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Nuha
Medika. Yogyakarta
Aru Sudoyono W, Dkk 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 5,
PenerbitBuku Kedokteran, Internal Publishing. Jakarta.
Bahar, Asril. 2015. Tuberkulosis Paru. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Corwin, E.J . 2001. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : EGC Crofton.
2002. Tuberkulosis Klinis. Jakarta : Widya Medika. Danusantoso. 2007.
Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates.
Depkes RI, 2015.Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke-
8. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2016.Profil Kesehatan Provinsi Sumatra
Barat 2016.
Idris, Fachmi, 2014.Manajemen public private mix, Penanggulangan Tuberkulosis
Strategi DOTS Dokter Praktik Swasta. Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia, Jakarta.
Kemenkes RI, 2015. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. [Online].Available:
http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010. [Accessed13 4 2021].
Muttaqin Arif 2009.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
SistemPernafasan , Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Naga S. Sholeh 2014, Paduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam, Penerbit Diva
Press.Yogyakarta.
Herdin, dkk. 2005. Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : Rineka Cipta.
Price, S.A . 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses penyakit. Jakarta :
EGC.Rab. 2016. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates.
Riset Kesehatan Dasar, 2016. Angka Kejadian Tubekulosis Paru di Sumatera
Barat 2016.
Syaifuddin, 2011. Fisiologi Tubuh Manusia, Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Somantri. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem
Pernapasan Edisi2. Jakarta : Salemba Medika
Wiwid. 2005. Infeksi Tuberkulosis. Jakarta : Gramedia.
WHO. (2014). Global Tuberculosis Report. Switzerland: WHO.
WHO. (2015). Global Tuberkulosis Report,
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/250441/1/9789241565394en g.pdf?
ua=1 diperoleh tanggal 03 04 2021.
Wherdhani. 2008. Patogenesis Tuberkulosis. Jakarta : Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai