KEPERAWATAN PARU
TAHUN 2021
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT
Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam penulisan karya tulis
ilmiah saya yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PENERAPAN
TEKNIK PERNAPASAN PURSED LIPS BRETHING DAN POSISI SEMI
POWLER TB PARU PADA TN.I DI RUANGAN RAWAT PARU RUMAH
SAKIT TENTARA DR. REKSODIWIRYO PADANG TAHUN 2021”.
Apabila suatu saat nanti terbukti saya melakukan tindakan plagiat dalam penulisan
karya ilmiah ini, maka saya akan menerima sanksi yang telah ditetapkan.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.
i
PERNYATAAN PERSETUJUAN
disetujui dan diseminarkan dihadapan Tim Penguji Seminar Elektif Program Studi
Pembimbing
Padang Ketua
ii
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
RIWAYAT PENDIDIKAN
iv
RINGKASAN EKSLUSIF
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
ALIFAH PADANG
Elektif, Oktober 2021
ABSTRAK
v
HIGH SCHOOL HEALTH SCIENCE OF ALIFAH PADANG
Electif, Oktober 2021
ABSTRACT
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT yang telah
PADANG TAHUN 2021”. Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
Proses pembuatan Laporan Ilmiah Akhir Ners ini tidak terlepas dari
kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan penjelasan dari
berbagai pihak akhirnya Laporan Ilmiah Akhir Ners ini dapat diselesaikan.
3. Ibu Ns. Amelia Susanti, M.Kep, Sp.Kep, J selaku ketua program Studi
vii
5. TN.E beserta keluarga sebagai pasien kelolaan yang telah meluangkan
ini.
6. Orang tua yang selalu mendoakan dan menjadi penyemangat bagi penulis,
ide dan pikiran kepada penulis dalam penyelesaian Laporan Ilmiah Akhir
Ners ini.
Penulis menyadari bahwa Laporan Ilmiah Akhir Ners ini masih jauh dari
keterbatasan ilmu dan kemampuan penulis, untuk itu dengan segala kerendahan
hati penulis menerima masukan, kritikan, dan saran demi kesempurnaan di masa
Penulis
viii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR GAMBAR
xii
DAFTAR SKEMA
3.1 Genogram.............................................................................................41
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dunia secara global pada tahun 2016 terdapat 10,4 juta kasus insiden TBC (CI
8,8 juta – 12 juta) yang setara dengan 120 kasus per 100.000 penduduk. Lima
Negara dengan insiden kasus tertinggi yaitu India, Indonesia, China, Philipina,
Dan Pakistan. Sebagian besar estimasi insiden TBC pada tahun 2016 terjadi
kemungkinan terjadi re aktivitas TBC dan durasi paparan TBC lebih lama
420.994 kasus pada tahun 2019. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah, kasus
baru TBC
1
2
tahun 2019 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada
kejadian TB paru cukup tinggi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Riset
Kesehatan Dasar ( Riskesdas) pada tahun 2018 terdapat 245/ 100.000 kasus TB
setiap tahunnya yaitu pada tahun 2007 sebanyak 3660 kasus, tahun 2008
sebanyak 3896 kasus yang tersebar dalam 19 kabupaten/ kota dalam Provinsi
pasien TB paru adalah batuk selama 3-4 minggu atau lebih, batuk dapat diikuti
dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk berdarah, sesak
nafas, badan lemas dan nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, dan demam meriang lebih dari
jalan nafas. Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial. Beronktasis (pelebaran
Pasien tuberkulosis akan mengalami sesak nafas. Karena Otot bantu nafas
pada pasien yang mengalami sesak nafas dapat bekerja saat terjadi kelainan pada
nafas terjadi karena kondisi pengembangan paru yang tidak sempurna mengakibat
normal. Jika kadar oksigen dalam darah rendah, oksigen tidak mampu menembus
dinding sel darah merah. Sehingga jumlah oksigen dalam sel darah merah yang
dibawa hemoglobin menuju jantung kiri dan dialirkan menuju kapiler perifer
2012).
pengaturan posisi, latihan pernafasan, batuk efektif dan fisioterapi oksigen nasal,
merupakan salah satu teknik termudah dalam mengurangi sesak nafas dengan
cara membantu masuknya udara ke dalam paru dan mengurangi energi yang
akan mudah masuk (Winda Amiar, 2020). Berdasarkan penelitian yang dilakukan
bahwa nilai p-value <0,05 yang berarti ada pengaruh yang signifikan dari
penerapan tekhnik pernapasan pursed lips breathing dan posisi semi fowler
pasien berperan penting dalam usaha preventif dan promotif bagi penderita
TB.Tindakan utama yang dilakukan yaitu mengurangi gejala yang timbul akibat
ditunjukkan dengan tindakan yang segera dan tepat dalam menanggapi keluhan
rasa aman dan nyaman pada klien serta memberikan asuhan keperawatan yang
Salah satu tindakan mandiri perawat dalam mengatasi sesak napas yaitu
dengan meninggikan kepala tempat tidur dan membantu pasien untuk memilih
posisi yang mudah untuk bernapas. Menurut Hasanah (2013) berbagai posisi yang
adalah posisi fowler, semi fowler dan posisi ortopnea. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ruth dalam Safitri (2011) bahwa salah satu cara untuk membantu
mengurangi sesak nafas pada pasien asma adalah dengan memberikan posisi semi
fowler.
Posisi semi fowler (setengah duduk) adalah posisi tidur pasien dengan
kepala dan dada lebih tinggi dari pada posisi panggul dan kaki. Pada posisi semi
fowler, kepala dan dada dinaikkan ke atas dengan sudut 30-45° (Suparmi
sendiri dengan menggunakan tempat tidur orthopedik dan fasilitas bantal yang
saat tidur dan dapat mengurangi kondisi sesak nafas pada pasien asma saat terjadi
serangan (Safitri, 2011). Posisi ini digunakan untuk pasien yang mengalami
masalah pernafasan dan pasien dengan gangguan jantung (Suparmi dkk, 2008).
DR.Reksodiwiryo Padang pada tahun 2019 terdapat 135 pasien yang mengalami
Tb Paru, sedangkan pada bulan juli- Desember 2019 dari hasil laporan catatan
observasi penerapan teknik pernapasan pursed lips dan posisi semi fowler belum
dilaksanakan secara maksimal. Namun dari hasil salah satu wawancara dengan
perawat ruangan, pursed lips dan posisi semi fowler akan dimasukan kedalam
2021.
5
Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Asuhan Keperawatan Penerapan Teknik
Pernapasan Pursed Lips Brething Dan Posisi Semi Powler Pada Tn.I Tb Paru Di
Ruangan Rawat Paru Rumah Sakit Tentara Dr. Reksodiwiryo Padang Tahun
2021“
B. Rumusan Masalah
Brething Dan Posisi Semi Powler Tb Paru Pada Tn. I Di Ruangan Rawat Paru
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Pernapasan Pursed Lips Brething Dan Posisi Semi Powler Pada Tn.I Dengan
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulis
1. Teoritis
a. Bagi Penulis
Untuk mendapatkan pengalaman dan kemampuan penulis dalam
2. Praktis
a. Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini merupakan penerapan ilmu Keperawatan paru dan
keperawatan.
TINJAUAN TEORITIS
ujungnya berada diatas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
(sherwood,2001).
Gambar 1.1
Anatomi Paru-Paru
Paru-paru dibungkus oleh selaput tipis yaitu pleura. Pleura terbagi
yaitu selaput yang menempel pada rongga dada. Diantara kedua pleura
2.2.2 Fisiologis
keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding
Tekanan pada ruangan pada paru-paru dan dinding dada berada dibawah
paru (alveoli) yang merupakan kantong udara terakir dimana oksigen dan
lebih dari 300 juta alveoli di dalam paru-paru manusia berifat elastis.
Ruang uadara tersebut dipelihara dalam keadaan terbuka oleh
kira 2,5 mmHg relatif lebih tinggi terhadap atmosfer. Pada permulaan,
2. Jenis kelamin
Fungsi ventilasi pada laki-laki lebih tinggi 20-25% dari pada wanit,
parunya lebih tinggi dari pada orang yang bertubuh kecil pendek
(Guyton,2017).
bakteri yang tahan asam (Oktofianus Pong, 2019). Menurut Nanda, Nic
tuberculosis suatu basil yang tahan asam yang menyerang parenkim paru
2.2.2. Etiologi
dengan ukuran sampai 4 mycron dan bersifat anaerob. Sifat ini yang
tuberculosis. Kuman ini juga terdiri dari asal lemak (lipid) yang membuat
kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan terhadap gangguan kimia
2.2.3 Patofisiologi
saluran hidung
atau cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah
atau bagian atas lobus bawah basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
pertama masa leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli yang terserang akan
seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang
tertinggal atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit
atau berkembang biak, dalam sel basil juga menyebar melalui gestasi
kaseora dan jaringan granulasi di sekitarnya terdiri dari sel epiteloid dan
lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah pencairan dimana
bagian lain dari paru-paru atau basil dapat terbawa sampai ke laring,
telinga tengah atau usus. Kavitis untuk kecil dapat menutup sekalipun
kavitasi penuh dengan bahan perkijuan dan lesi mirip dengan lesi
dalam waktu lama dan membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan
bening atau pembuluh darah. Organisme atau lobus dari kelenjar betah
bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang-
2005;852)
Invasi bakteri tubercolosis
Infeksi primer
Bakteri dorman
Produksi secret Kerusakan Membran alveolar-kapiler Perubahan cairan intrapleura Reaksi sistematis
,Pecahnya pembuluh darah Merusak pleura,atelaktasis
Bersihan jalan napas Gangguan pertukaran gas Pola nafas tidak efektif Defisit
Nutrisi tidak efektif
1. Demam
dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi
2. Batuk
3. Sesak nafas
Pada gejala awal atau penyakit ringan belum dirasakan sesak nafas.
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
4. Nyeri dada
Gejala ini dapat ditemukan bila infiltrasi radang sudah sampai pada
jarang ditemukan.
Tes tuberculin kulit tidak merupakan kontraindikasi bagi seseorang
dan hasil Reaksi tes tuberkulin kulitnya berindurasi sama atau lebih
kepada masyarakat.
dan siklisin merupakan obat – obat baris kedua (Price & Wilson,
2005;856)
jalan nafas.
pada paru.
sebagainya.
2.3 Konsep Terapi
fowler, semi fowler dan posisi ortopnea. Hal ini sesuai dengan
pendapat Ruth dalam Safitri (2011) bahwa salah satu cara untuk
pasien dengan kepala dan dada lebih tinggi dari pada posisi
panggul dan kaki. Pada posisi semi fowler, kepala dan dada
dan dapat mengurangi kondisi sesak nafas pada pasien asma saat
a. Saturasi Oksigen
1. Pengertian
ukuran relatif dari jumlah oksigen yang terlarut atau dibawa dalam
media tertentu. Hal ini dapat diukur dengan probe oksigen terlarut
selama prosedur.
b. Saturasi oksigen vena (Sv O2) diukur untuk melihat berapa banyak
Alat yang digunakan adalah oksimetri nadi yang terdiri dari dua diode
pengemisi cahaya (satu cahaya merah dan satu cahaya inframerah) pada
satu sisi probe, kedua diode ini mentransmisikan cahaya merah dan
inframerah melewati pembuluh darah, biasanya pada ujung jari atau
saturasi :
a. Hemoglobin ( Hb)
b. Sirkulasi
Oksimetri tidak akan memberikan bacaan yang akurat jika area yang
a. Pengertian
melalui hidung dan mengeluarkan udara dengan cara bibir lebih dirapatkan
rehabilitasi paru-paru dengan pursed lips breathing ini adalah cara yang
sangat mudah dilakukan, tanpa memerlukan alat bantu apapun, dan juga tanpa
2.5.1 Pengkajian
Data –data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan Tb Paru
1) Data pasien
pada anak dapat terjadi pada usia berapapun, namum usia paling
umum adalah antara 1-4 tahun. Anak – anak lebih sering mengalami
pada paru-paru).
2) Riwayat Kesehatan
menghasilkan sputum).
c. Sesak nafas
d. Keringat malam
e. Nyeri dada
f. Malaise
g. Sianosis
Hal yang perlu dikaji adalah apakah dalam keluarga klien terdapat
penyakit keturunan ataupun penyakit menular dan penyakit-penyakit
yang karena lingkungan yang kurang sehat yang berdampak negatif
pada kesehatan anggota keluarga termasuk klien
5) Riwayat psikososial
3) Pola eliminasi
Edukasi :
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup asupan nutrisi untuk mengelola asupan nutrisi yang seimbang
memenuhi kebutuhan
untuk memenuhi kebutuhan dari Tindakan :
metabolism.
metabolisme
Observasi :
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan nutrisi dapat 1. Identifikasi status nutrisi
Penyebab : terpenuhi dengan kriteria hasil
2. Identifikasi alergi dan intoleransi
1. Ketidakmampuan menelan : makanan
makanan
1. Kekuatan otot 3. Identifikasi makanan yang disukai
2. Ketidakmampuan mencerna mengunyanh
makanan 4. Identifikais perlunya penggunaan
meningkat selang nasogastric
3. Ketidakmampuan
2. Kekuatan otot menelan 5. Monitor asupan makan makanan
mengabsorbsi nutrient
meningkat
Gejala dan tanda mayor meningkat Terapeutik
1. Pusing
2. Penglihatan Kabur
objectif :
1. Sianosis
2. Gelisah
4
Pola Napas Tidak Efektip Pola Nafas Manajemen jalan nafas
Definisi : Inspirasi/Ekspirasi yang tidak Defenisi : inspirasi/ekspirasi
Definisi : mengidentifikasi dan
mengelola kepatenan jalan nafas
memberikan ventilasi adekuat Yang memberikan ventilasi
Tindakan :
adekuat.
Penyebab :
Observasi :
Setelah dilakukan tindakan
1. Hambatan upaya napas ( mis. keperawatan pola napas 1. Monitor pola nafas (frekuensi,
Nyeri saat bernapas, kelemahan membaik dengan kriteria hasil: kedalaman, usaha nafas)
otot pernapasan 1. Dispnea meningkat 2. Monitor bunyi nafas tambahan
Gejala dan tanda mayor (mis, gurgling, mengi, wheezing,
2. Penggunaan otot bantu
: Subyektif : ronki kering)
pernapasan menurun
Objektif 3. Pernapasan pursed lips 3. Monitor sputum (jumlah, aroma,
1. Pengguanaan otot bantu menurun warna)
tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan kepearwatan (Potter dan
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari
masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik
dengan perencanaan dan kriteria hasil yang telah ditentukan dengan cara
telah ditentukan.
2.5.5 Evaluasi
tentangkeadaan pasien yang dilihat tidak saja dari tingkat kesakitan akan
tetapi juga dilihat dari jenis, kualitas, dan kuantitas dari pelayanan yang
rangkaian kegiatan yang dikerjakan oleh perawat meliputi lima tahap yaitu :
1) pengkajian,
2) penentuan diagnosa,
5) evaluasi keperawatan.
BAB III
PROFIL LAHAN PRAKTEK
Rumah Sakit dr. Reksodiwiryo Padang didirikan pada tahun 1878 oleh
Belanda. Kegiatan utama rumah sakit adalah merawat Serdadu yang terluka dan
cidera dalam pertempuran, juga untuk memberi pelayanan kesehatan pada warga
Belanda.
Pada tahun 1942 dikuasai oleh Jepang, lalu tahun 1945 diambil alih oleh
sekutu, namun prakteknya rumah sakit sampai tahun 1948 masih tetap dikuasai
oleh Belanda. Kemudian pada tahun 1949 penyerahan kekuasaan oleh Belanda ke
Indonesia, maka Mayor dr. Reksodiwiryo mengambil alih rumah sakit, tetapi hanya
satu bangsal yang diserahkan, kemudian pada tahun 1950 berubah seluruhnya
kesehatan dari barisan bersenjata telah ada namun belum berbentuk organisasi yang
pemuda yaitu Balai Penerangan Pemuda Indonesia (BPPI) dan Pemuda Republik
Kesehatan Militer Belanda dan barisan Palang Merah Indonesia serta Sukarelawati
Indonesia.
Seiring dengan perkembangan barisan bersenjata, berdiri pula rumah sakit
tersebut dari pihak barisan bersenjata selalu banyak korban maka Rumah Sakit
Darurat sangat diperlukan di daerah Padang telah didirikan Rumah Sakit Darurat
oleh dr. Reksodiwiryo dengan pangkat kapten yang bertempat di ladang padi.
semakin hebat dari hari ke hari Belanda semakin menekan barisan bersenjata kita
dan sampai ke daerah Sicincin, Padang Panjang dan Sawah Lunto menggunakan
Rumah Sakit Batu Bara Ombilin di bawah pimpinan dr. Reksodiwiryo. Mengingat
khususnya Sumatera Tengah (Sumbar dan Riau) dapat mengatasi dan menangkal
Agresi Belanda ke-I ke-II. Pada kesempatan itu kepala Kesehatan Brigade mulai
Setelah ikut perjuangan menghadapi Agresi Militer Belanda ke-I ke-II dr.
dr. Reksodiwiryo untuk menerima penyerahan dari Belanda satu Unit Militer
Dokter Reksodiwiryo.
mempunyai Visi dan Misi merupakan standar yang harus di capai dalam
4. Budaya kerja
3. Profil Rumah
a. Layanan Inseminasi
b. Inhalasi (Nebulizer)
c. Fisioterapi
d. Terapi Wicara
e. USG 4D
f. USG 3D
g. Senam Hamil
h. MCU
i. Fisioterapi
j. Ekokardiografi
k. Treadmill test
m. Bimbingan Rohani
n. Program Rehabilitasi
a. Karakteristik unit
a. Ruang Lingkup
Praktek Ruangan
Kebidanan
Model layanan
Letak ruang
Lokasi praktek yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran keperawatan
Karakteristik
kartu BPJS
Tingkat ketergantungan
Flow of care
Manajemen unit
Manusia
1. Lingkungan kerja
Lingkungan fisik
keperawatan
BAB IV
TINJAUAN KASUS
3.1.1 Pengkajian
1. Identitas diri
Menikah Agama :
Islam Suku :
Minang Pendidikan : SD
: Nama : Ny.P
Umur : 44 tahun
Pendidikan :SD
:Kakak
2. Status Kesehatan Saat Ini
3-05-2021 pukul 23.40 WIB dari IGD dibawa oleh keluarganya dengan
batuk berdahak yang disertai darah sejak dua hari yang lalu, klien
2) Riwayat Alergi
makanan tertentu.
3) Kebiasaan Merokok/kopi/obat-obatan/alkohol/lain-lain
Pasien mengatakan klien dulu adalah seorang perokok aktif yang
4) Rawatan sebelumnya
sama.
GENOGRAM
Gambar 3.1
Genogram
Keterangan :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Garis keturunan
: Meninggal
: Tinggal Serumah
Gambar 3.1 Aktivitas Klien
No Aktivitas Di rumah Di rumah sakit
1. Pola nutrisi dan Frekuensi makan : Frekuensi makan : 3-
Cairan 2x sehari 4 sendok
Intake cairan : 7-8 Intake cairan : 2-4
gelas gelas
Diet : Tidak Diet : sesuai aturan
Makanan dan Rumah Sakit
minuman yang Makanan dan
disukai: jus ,nasi minuman yang
goreng disukai: jus nasi
Makanan pantangan goreng
: udang Makanan pantangan
Napsu makn : : udang
menurun Napsu makn :
Perubahan BB meningkat
bln terakhir : 10 Perubahan BB
kg turusn bln terakhir :
Keluhan yang 45kg
dirasakan : mual Keluhan yang
muntah ,sesak dirasakan : masih
batuk berdahak mual
b. olahraga
jenis :-
frekuensi :-
( - ) pergerakan tubuh
( - ) mandi
( - ) mengenakan pakaian
( - ) bersolek
( - ) berhajat
( ya ) mudah lelah
e. pola bekerja
lain-lain ( sebutkan ) :
Tabel 3.3
Skala Resiko Jatuh Morse
jatuh.
d. Neurologi
waktu, tempat dan orang. Pasien tidak ada gelisah, halusinasi atau
Ukuran pupil kiri dan kanan 3 mm, reaksi pupil kiri dan kanan isokor.
55555555
e. Endokrin
kelenjar.
Berdasarkan hasil pengkajian tidak didapatkan adanya masalah
keperawatan.
f. Kebiasaan seksual
( - ) Fertilasi
( - ) Libido
( - ) Ereksi
( - ) Menstruasi
( - ) Kehamilan
( ya ) Alat kontrasepsi
g. Persepsi diri
Hal yang dipikirkan saat ini : Klien mengatakan ingin sembuh dan
kembali keluarganya.
dengan baik.
i. Hubungan/komunikasi : Baik
a) Bicara
Bahasa utama : Minang
( ya ) jelas
( ya ) relevan
( ya ) mampu mengekpresikan
b) Tempat tingggal
( ya ) sendiri
c) Kehidupan keluarga
Keuangan : cukup
perkawinan
j. Pertahanan koping
Pengambilan keputusan
( - ) Sendiri
( ya ) Pemecahan masalah
( - ) Makan
( - ) Tidur
( - ) Makan Obat
( ya ) Cari pertolongan
keadaan pasien
l. Sistem kepercayaan
3. Pemeriksaan Fisik
b. Kepala
tekan dikepala.
c. Mata
1) Inspeksi: sklera klien tidak ikterik, posisi mata simetris kiri dan
tidak anemis (merah muda ), palpebra dan kantung mata klien hitam
d. Hidung
1) Inspeksi: lubang hidung klien simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
oksigen.
e. Telinga
telinga klien
2) Palpasi: tidak teraba benjolan dan tidak terdapat nyeri tekan pada
telinga klien
f. Mulut
1) Inspeksi: mulut klien sedikit kotor, terdapat caries gigi pada gigi
g. Leher
Inspeksi :
1). Bentuk : simetris kanan dan kiri, tidak ada luka , pengembangan
4). Otot bantu nafas : pasien terdapat penggunaan otot bantu nafas
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
i. Jantung
frekuensi89x?i
j. Abdomen
1) Inspeksi: tidak terlihat asites, tidak teraba adanya benjolan, warna
kuning langsat.
hanya sedikit.
k. Muskuloskeletal
5555 5555
5555 5555
l. Eksterimitas
4. Pemeriksaan penunjang
Tabel 3.4
Keterangan Obat
6. Dischar planning
memimum obat.
7. Data Fokus
Tabel 3.5
Data Fokus
8. Analisa Data
Tabel 3.6
Analisa
Data
DO:
Pasien tampak batuk
berdahak
Pasien tampak susah untuk
mengeluarkan dahak
Auskultasi bunyi nafas
ronkhi
Terdapat penggunaan otot
bantu nafas
Nafas pasien cepat dan
dangkal
Pasien tampak gelisah
Mata pasien tampak melotot /
terbuka lebar
TD: 120/60 mmHg
N: 89 x/i
S: 36,6 C
P: 26 x/i
DO:
Pasien tampak hanya mampu
menghabiskan 3-4 sendok
dari porsi makannya
Pasien tampak pucat
Pasien tampak lemah
Mukosa bibir lembab
BB: 55 sebelum sakit
BB: 45 setelah sakit
TB: 163
IMT : 16, 99
HB: 11,0
DO:
Pasien tampak lesu
Pasien tampak tidak segar
Mata pasien tampak cekung
Palpebra hitam
Akral teraba hangat
Pasien tampak lesu
DO:
Pasien mengatakan tidak
mengerti dengan penyakit
yang dialami
Pasien mengatakan bingung
bertanya penyakitnya.
2. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan tidak
adekuat, anoreksia
6. Pemantauan Respirasi
Tindakan :
Observasi :
- Monitor frekuensi,irama,
kedalaman dan upaya nafas
- Monitor pola napas seperti ( seperti
bradipnea taipnea,hiperventilasi)
- Monitor kemampuan batuk efektif
- Monitor adanya produksi sputum
- Monitor adanya sumbatan jalan
nafas
- Palpasi kesmetrisan ekspansi paru
- Auskultasi bunyi napas
- Monitor saturasi oksigen
- Monitor nilai AGD
- Monitor hasil x-ray toraks
Terapeutik :
- Atur interval pemantauan resprasi
sesuai kondisi pasien
- Dokumentasikan hasil pemantauan
Eduasi :
- Jelaskan tujuan dan perusedur
pemantauan
- Informasikan hasil pemantauan ,
jika perlu.
2
Setatus Nutrisi 1. Menejemen Nutrisi
Defisit nutrisi
Definisi : keadekuatan asupan nutrisi untuk memenuhi Definisi : Mengidentifikasi dan mengelola
Definisi : Asupan nutrisi tidak kebutuhan metabolisme. asupan nutrisi yang seimbang
cukup untuk memenuhi
kebutuhan dari metabolisme Setelah dilakukan tindakan keprawatan nutrisi dapat Tindakan
terpenuhi dengan kreteria hasil. Observasi :
Penyebab : 20. Kekuatan otot mengunyah meningkat Identifikasi stataus nutrisi
7. Ketidakmampuan 21. Kekuatan otot menelan meningkat Identifikasi alergi dan intoleransi
menelan makanan 22. Serum albumin meningkat makanan
8. Ketidakmapuan 23. Verbalisasi keinganan untuk meningkatkan nutrisi Identifikasi makanan yang disukai
mencerna makanan 24. Pengetahuan untuk memilih makanan yang sehat Identifikasi kebutuhan kalori dan
9. Ketidakmampuan meningkat jenis cairan
mengabsorbsi nutrien 25. Pengetahun untuk memilih minuman yang baik Identifikasi perlunya penggunaan
10. Peningkatan kebutuhan meningkat selang nasogastric
metabolisme 26. Pengetahuan tentang standar asupan nutrisi yang Monitor asupan makan makanan
11. Faktor ekonomi tepat Monitor berat bedan
12. Faktor pisikologis 27. Penyiapan dan penyimpanan makanan meningkat Monitor hasil pemeriksaan
28. Sikap terhadap makanan/minuman sesuai dengan laboraturium
Gejala dan tanda mayor : tujuan kesehatan meningkat Trapeutik :
Subjektif : - 29. Perasaan cepat kenyang menurun Lakukan oral hygiene seblum
30. Nyeri abdomen menurun makan, jika perlu
Objektif : Berat badan menurun 31. Rambut rontok menurun Fasilitasi menentukan pedoman
minimal 10% dibawah rentang 32. Diare menurun diet, (mis.piramida makanan )
ideal 33. Berat badan membaik Sajikan makanan secara menarik
34. Indek masa tubuh (IMT) membaik dan suhu yang sesuai
Gejala dan tanda minor : 35. Frekuensi makan membaik Berikan makanan tinggi serat
Subjektif : 36. Bising usus membaik untuk mencegah konstipasi
4. Cepat kenyang setelah 37. Tebal lipatan kulit trisep membaik
makan
5. Kram/nyeri abdomen 38. Membrane mukosa membaik Berikan makanan tinggi kalori dan
6. Nafsu makan menurun tinggi protein
Berikan siplemen makanan ,jika
perlu
Hentikan pemberian makanan
melalui selang nasogastrik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi :
Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
Ajarkan diet yang di programkan
Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan ( mis. Pereda
nyeri, antiemetic), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang di butuhkan.
Tindakan
Observasi :
Identifikasi kemungkinan
penyebab BB kurang
Monitor adanya mual dan muntah
Monitor jumlah kalori yang
dikonsumsinya sehari-hari
Monitor berat badan
Monitor albumin,limfosit, dan
elektrolit serum
Terapeutik :
Berika perawatan mulut sebelum
pemberian makan,jika perlu
Sediakan makanan yang tepat
sesuai kondisi pasien ( mis.
Makanan dengan tekstur
halus,makanan yang dibelender,
makanan yang cair diberikan
melalaui NGT atau gastrostomy,
total parenteral nutrition sesuai
indikasi)
Hidangkan makanan secara
menarik
Berikan suplemen, jika perlu
Berikan pujian pada pasien
/keluaraga untung peningkatan
yang capai
Edukasi :
jelaskan jenis makanan yang
bergizi tinggi, namun tetap
terjangkau
jelaskan peningkatan asupan kalori
yang dibutuhkan
Definisi : Gangguan kualitas Definisi : Kedekuatan kualitas dan kuantitas Definisi : Memfasilitasi siklus tidur dan
kuantitas waktu tidur akibat terjaga yang teratur
faktor eksternal Setelah dilakukan tindakan keprawatan diharapkan
kualitas tidur pasien kembali normal dengak kereteria Tindakan
Penyebab hasil sebagai berikut : Observasi :
7. Hambatan lingkungan ( 1. Keluhan sulit tidur menurun / hilang Identifikasi pola aktivitas dan tidur
mis, kelembapan 2. Keluhan sering terjaga menurun/hilang Identifikasi faktor pengganggu
lingkungan sekitar, suhu 3. Keluhan tidur tidak puas tidur menurun/hilang tidur ( fisik dan / atau pisikologi)
lingkungan , 4. Keluhan pola tidur berubah menurun/hilang Identifikasi makanan dan minuman
pencahayaan , 5. Keluhan istirahat tidak cukup menurun/hilang yang mengganggu tidur ( mis.
kebisingan ,bau tidak 6. Kemampuan beraktivitas meningkat Kopi, the, alcohol. Makan
sedap, jadwal mendekti waktu tidur, minum
8. Kurang kontrol tidur banyak air sbelum tidur )
9. Kurang privasi Identifikasi obat tifur yang
10. Restraint fisik dikonsumsi
11. Ketiadaan teman tidur Terapeutik :
12. Tidak familiar dengan Modifikasi lingkungan ( mis.
peralatan tidur Pencahayaaan,kebisingan,
sushu,matras, dan tempat tidur )
Gejala dan tanda mayor Batasi waktu tidur siang jika perlu
Subjektif : Fasilitasi menghilangkan stress
6. Mengeluh sulit tidur sebelum tidur
7. Mengeluh sering Tetapkan jadwal tidur rutin
terjaga Lakukan perosedur untuk
8. Mengeluh tidak puas meningkatan kenyamanan ( mkis.
tidur pijat, pengaturan posisi, terapi
9. Mengeluh pola tidur akupresur )
berubah Sesuaikan jadwal pemberian obat
10. Mengeluh istirahat dan/ atau tinjakan untuk
tidak cukup menunjang siklur tidur terjaga
Objektif :- Edukasi :
Jelaskan tidur cukup selama sakit
Gejala dan tanda minor Anjurkan menepati kebiasaan
Subjektif : waktu tidur
2. Mengeluh kemampuan Anjurkan menghindari
beraktifitas menurun makanan/minuman yang
Objektif : - mengganggu tidur
Anjurkan penggunaan obat tidur
yang tidak mengganggu supresor
terhadap tidur REM
Ajarkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap gangguan
pola tidur ( mis. Pisikologis, gaya
hidup, sering berubah shift
bekerja )
Ajarkan relaksasi otot autogenik
atau cara nonfarmokologi lainnya
Definisi :
Mengajarkan pengaturan aktivitas dan
istirahat
Tindakan :
Observasi :
Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
Sediakan materi dan media
pengaturan aktivitas dan istirahat
Jadwalkan pemeberian pendidikan
kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan kepada pasien
dan keluarga untuk bertanya
Edukasi :
Jelaskan pentingnya melakukan
aktivitas fisik / olahraga secara
rutin
Anjurkan terlibat dalam aktivitas
kelompok, aktivitas bermain atau
aktivitas lainnya
Anjurkan menyusun jadwal
aktivitas dan istirahat
Ajarkan cara mengindentifikasi
kebutuhan istirahat ( mis.
Kelelahan , sesak napas saat
aktivitas)
Ajarkan cara mengidentifikasi
target dan jenis aktivitas sesuai
kemampuan
Definisi : ketiadaan atau Definisi : kecukupan informasi kognitif yang berkaitan Definisi : mengajarkan mengelola faktor
kurangnya informasi kognitif dengan topik tertentu resiko penyakit dan perilaku hidup bersih
yang berkaitan dengan topik dan sehat.
tertentu. Setelah dilakukan tindakan keprawatan diaharapkan
pengetahuan dapat terpenuhi dank lien mampu memahami Tindakan
Penyabab : tentang kesehatan dengan kriteria hasil : Observasi :
1. Keteratasan kognitif 10. Perilaku sesuai enjuran meningkat Identifikasi kesiapan dan
2. Gangguan fungsi kognitif 11. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat kemampuan menerima informasi
3. Kekeliruan mengikuti 12. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang Identifikasi faktor-faktor yang
anjuran suatu topik meningkat dapat meningkatkan dan
4. Kurang terpapar 13. Kemampuan menggambarkan pengalaman menurunkan motivasi perilaku
informasi sebelumnya yang sesuai topik meningkat hidup bersih dan sehat.
5. Kurang minat dalam 14. Perilaku sesuai dengan pengetahuan Terapeutik :
belajar 15. Pertanyaan tentang masalah yang di hadapi Sediakan materi dan media
6. Kurang mampu menurun pendidikan kesehatan
mengingat 16. Peresepsi yang keliru terhadap masalah menurun Jadwalkan pendidikan kesehatan
7. Ketidaktahuan 17. Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat menurun sesuai kesepakatan
menemukan sumber 18. Perilaku membaik Berikan kesempatan untuk
informasi bertanya
Edukasi :
Gejala dan Tanda Mayor Jelaskan faktor risiko yang dapat
Subjektif : mempengaruhi kesehatan
2. Menanayakan masalah Ajarkan perilaku hidup bersih
yang di haadapi sehat
Objektif : Ajarkan strategi yang dapat
3. Menunjukan perilaku digunakan untuk meningkatkan
tidak sesuai anjuran perilaku hidup bersih dan sehat
4. Menunjukan persepsi
yang keliru terhadap 2. Edukasi Pola Perilaku Kesehatan
masalah
Gejala dan Tanda Minor Definisi : Memberikan infomasi untuk
Subjektif : - meningkatkan atau mempertahankan
perilaku kebersihan diri dan lingkungan
Objektif :
3. Menjalani pemeriksaan Tindakan
yang tidak tepat Observasi :
4. Menunjukan perilaku Identifikasi kesiapan dan
berlebihan ( mis. Apatis, kemampuan menerima informasi
bermusuhan, agitas, Identifikasi kemampuan menjaga
heteria ) kebersihan diri dan lingkungan
Monitor kemampuan melakukan
dan mempertahankan kebersihan
diri dan lingkungan
Terapeutik :
Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk
bertanya
Peraktekan bersama keluarga cara
menjaga kebersihan diri dan
lingkungan
Edukasi :
Jelaskan masalah yang dapat
timbul akibat tidak menjaga
kebersihan diri dan lingkungan
Ajarkan cara menjaga kebersihan
diri dan lingkungan
Tindakan :
Observasi :
Identifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
Sediakan materi dan media
edukasi
Jadwalkan pendidikan kesehatan
sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan keluargan dan
pasien untuk bertanya
Edukasi :
jelaskan gejala fisik penarikan
nikotin (mis. Sakit kepala, pusing,
mual, dan insomnia )
jelaskan gejala berhenti merokok (
mis. Mulut kering, batuk ,
tenggorokan gatal )
jelaskan aspek pisikososial yang
mempengaruhi perilaku merokok
informasikan produk pengganti
nikotin ( mis, permen karet,
semprotan hidung, inhaler )
ajarkan cara berhenti merokok.
3.1.4 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan
CATATAN PERKEMBANGAN
P:
Intervensi dilanjutkan
A:
Masalah keperawatan defisit pengetahuan
sudah teratasi
P:
Intervensi dilanjutkan (Pasien pulang)
BAB V
PEMBAHASAN
4.1 Analisis Masalah Keperawatan Dengan Konsep terkait Kkmp Dan Konsep
Kasus Terkait
dibawa oleh keluarganya dengan keluhan sesak nafas, badan terasa panas, dan
batuk berdarah sejak 2 hari yang lalu dan berat badan menurun sejak 6 bulan
sebanyak 10 kg.
Masalah keperawatan yang pertama yaitu Bersihan Jalan Nafas Tindakan yang
telah dilakukan adalah Pengaruh Latihan Batuk Efektif Dan Efektivitas Posisi
Semi Fowler.
Monitor seputum
Pada hari pertama hingga hari keempat masalah bersihan nafas mulai teratasi
sebagian ditandai dengam pasien mengatakan sesak nafas sudah terasa berkurang,
diturunkan dari 10 liter hingga 5 liter. Dihari ke enam dan ke tutjuh oksigen
Pada hari pertama sampai hari ketujuh devisit nutrisi kurang dari kebutuhan mulai
teratasi dengan sebelumnya pasien hanyak makan 2 sendok makan dan pada hari
ketujuh pasien mampu makan dengan 5 sendok makan dengan diet makanan
MLRGRPDD1700 diet yang ditentukan dari rumah sakit. Dan selama peneliti
berat badan dengan BB 45 kg. Dan terjadi perubahan atau peningkatan hasil
laboratorium Albumin dari sebelumnya 2.6 hingga 3.0 gr/dl. Pasien sudah bisa
the, alcohol.
Pada hari pertama hingga hari ketujuh gangguan pola tidur mulai menunjukkan
sudah bisa tidur tadi malam namun belum nyenyak (4 jam) dan tidur siang 2 jam,
pasien mengatakan masih sering terbangun dimalam hari karena batuk dan sesak
nafas dan ini menunjukkan bahwa sebelumnya pasien hanya mampu tidur malam
3-4 jam dan dan pada hari ke tujuh pasien mengatakan batuk membaik pasien juga
lakukan adalah.
Jelaskan masalah yang dapat timbul akibat tidak menjaga kebersihan diri
dan lingkungan
Pada hari pertama hingga hari ketujuh devisit pengetahuan menunjukkan teratasi
paham tentang penyakit nya dan sudah melakukan hidup bersih sehat mulai dari
banti dan cuci tangan sebelum makan dan berhenti merokok, pada hari ke tujuh
pasien sudan paham dan tidak terlalu banyak bertanya kepada perawat dalam
Intervensi inovasi yang di lakukan pada kasus diatas adalah teknik latihan batuk
efektif dan semi foowler. Tujuan batuk efektif dan semi fowler yaitu untuk
sesuai dengan hasil jurnal atau penelitian terkait yang sejalan dengan penulis
yaitu :
2019
Penelitian ini di teliti oleh Linda widiastuti. Penelitian ini bertujuan untuk
ini adalah Quasi Experiment sebagai eksperimen semu, dengan pendekatan One
group Pretest-Postest design. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien TB paru
pengeluaran seputum. Analisa data uji chi kuadrat dengan tingkat signifikan p ≤
54,2%) dan hampir seluruh responden dapat mengeluarkan seputum setelah dilatih
batuk efektif sebesar 19 responden (79,2%) dan hasil uji statistik chi kuadrat
0,021 berarti <0.05 maka Ha diterima. Pasien TB dengan melakukan batuk yang
benar batuk efektif dapat menghemat energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat
tindakan selama 7 hari dengan durasi 30 menit dalam sehari karena apabila
dibiarkan dan tidak diberikan intervensi, maka akan dapat menimbulkan masalah
yang lebih berat yaitu pola nafas tidak efektif, yang mana klien akan merasakan
sesak nafas.
dan Tn.I serta keluarga menjalin hubungan saling percaya, sehingga pasien
,menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh festy (2009) semakin baik peran
yang dimainkan oleh keluarga dalam pelaksanaan program terapi maka semakin
baik pula hasil yang akan dicapai. Peran keluarga terdiri dari peran sebagai
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2014).
dengan data subjektif dan data objektif yang telah ditemukan pada Tn.I
terhadap kestabilan pola napas pada pasien. Hal ini sejalan dengan
kasus atau masalah keperawatan pada Tn.I, tetapi ada beberapa diagnosa
teori yang tidak muncul didalam kasus yaitu Resiko infeksi b.d
pada:
motivasi dan dukungan agar yakin bahwa penyakit akan sembuh, dan
Alsagaff, Hood dan Mukti, Abdul dalam Aryanti Tri Nugroho. 2014.
Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya : Airlangga University
Press.
Amin and Bahar 2014, Tuberkulosis Paru.Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam Jilid
III. Ed6, Jakarta: FKUI;2014.
Andra F.S & Yessie M.P 2015, Keperawatan Medikal Bedah, Penerbit Nuha
Medika. Yogyakarta
Aru Sudoyono W, Dkk 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi ke 5,
PenerbitBuku Kedokteran, Internal Publishing. Jakarta.
Bahar, Asril. 2015. Tuberkulosis Paru. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Corwin, E.J . 2001. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : EGC Crofton.
2002. Tuberkulosis Klinis. Jakarta : Widya Medika. Danusantoso. 2007.
Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates.
Depkes RI, 2015.Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke-
8. Jakarta.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat. 2016.Profil Kesehatan Provinsi Sumatra
Barat 2016.
Idris, Fachmi, 2014.Manajemen public private mix, Penanggulangan Tuberkulosis
Strategi DOTS Dokter Praktik Swasta. Pengurus Besar Ikatan Dokter
Indonesia, Jakarta.
Kemenkes RI, 2015. Situasi Epidemiologi TB Indonesia. [Online].Available:
http://tbindonesia.or.id/pdf/Data_tb_1_2010. [Accessed13 4 2021].
Muttaqin Arif 2009.Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan
SistemPernafasan , Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Naga S. Sholeh 2014, Paduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam, Penerbit Diva
Press.Yogyakarta.
Herdin, dkk. 2005. Ilmu penyakit Dalam. Jakarta : Rineka Cipta.
Price, S.A . 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses penyakit. Jakarta :
EGC.Rab. 2016. Ilmu Penyakit Paru. Jakarta : Hipokrates.
Riset Kesehatan Dasar, 2016. Angka Kejadian Tubekulosis Paru di Sumatera
Barat 2016.
Syaifuddin, 2011. Fisiologi Tubuh Manusia, Penerbit Salemba Medika. Jakarta.
Somantri. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Gangguan Sistem
Pernapasan Edisi2. Jakarta : Salemba Medika
Wiwid. 2005. Infeksi Tuberkulosis. Jakarta : Gramedia.
WHO. (2014). Global Tuberculosis Report. Switzerland: WHO.
WHO. (2015). Global Tuberkulosis Report,
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/250441/1/9789241565394en g.pdf?
ua=1 diperoleh tanggal 03 04 2021.
Wherdhani. 2008. Patogenesis Tuberkulosis. Jakarta : Gramedia.