Anda di halaman 1dari 85

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN

KEPATUHAN BEROBAT RUTIN PADA PASIEN


TB PARU DI RUANG POLIKLINIK
RUMAH SAKITAMINAH
KOTA TANGERANG

SKRIPSI

Siti Komariah
1922127

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES MURNI TEGUH
MEDAN
2021
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN BEROBAT RUTIN PADA PASIEN
TB PARU DI RUANG POLIKLINIK
RUMAH SAKIT AMINAH
KOTA TANGERANG

SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi
syarat mencapai gelar Sarjana Ilmu Keperawatan

Siti Komariah
1922127

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES MURNI TEGUH
MEDAN
2021
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN BEROBAT RUTIN PADA PASIEN
TB PARU DI RUANG POLIKLINIK
RUMAH SAKIT AMINAH
KOTA TANGERANG TAHUN 2021

Disusun Dan Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Keperawatan Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Murni Teguh

SKRIPSI

DISUSUN OLEH :

NAMA : SITI KOMARIAH


NIM : 1922127
PROGRAM STUDI : ILMU KEPERAWATAN

Diketahui dan Disetujui Oleh:


Pembimbing

Dr.Rostime Hermayerni Simanullang, S.Kep, Ns, M.Kes


NIDN: 0113097301

Penguji I Penguji II

Afnizar Wahyu, S.Kep.,Ns, M.Kep Harsudianto Silaen, S.Kep Ns, M.Kep


NIDN: 1030128801 NIDN : 0124079002

Diketahui dan Disahkan Oleh:

Ketua Program Studi Wakil Ketua Bidang Akademik

Lenny L Simatupang, S.Kep., Ns., M.Kep Lam Murni Sagala, S.Kep., Ns., M.Kep
NIDN: 0126107806 NIDN: 0102048702
Telah Diuji

Pada Tanggal : 05 Mei 2021

Dewan Penguji
Pembimbing Penguji
Pembimbing : Dr. Rostime Hermayerni Simanullang, S.Kep, Ns, M.Kes
Penguji 1 : Afnizar Wahyu, S.Kep.,Ns, M.Kep
Penguji 2 : Harsudianto Silaen, S.Kep Ns, M.Kep
PERNYATAAN ORISINALITAS

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN


KEPATUHAN BEROBAT RUTIN PADA PASIEN TB PARU DI
RUANG POLIKLINIK RUMAH SAKIT AMINAH
KOTA TANGERANG TAHUN 2021

SKRIPSI
Saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul” Hubungan Dukungan Keluarga dengan
Kepatuhan Berobat Rutin pada Pasien Tb Paru di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah
Kota Tangerang,ini sepenuhnya karya saya sendiri. Tidak ada bagian di dalamnya yang
merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan pengutipan dengan
cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam penulisan karya
ilmiah, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan
sumbernya.

Medan, Mei 2021

Siti Komariah
1922127
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN
KEPATUHAN BEROBAT RUTIN PADA PASIEN
TB PARU DI RUANGPOLIKLINIK
RUMAH SAKIT AMINAH
KOTA TANGERANG

ABSTRAK

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada umumnya menyerang jaringan
paru, tetapi dapat juga menyerang organ lainya. TB paru dapat menyerang siapa
saja, terutama usia produktif atau masih aktif bekerja (15-50 tahun) dan anak-
anak.Tujuan : Penelitian ini untuk Mengidentifikasi Hubungan Dukungan
Keluarga Tehadap Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru. Metode :
Penelitian adalah ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain korelasi untuk mengetahui korelasi antara variabel independen (dukungan
keluarga) dengan variabel dependen (Kepatuhan berobat rutin), dengan cara
pendekatan, observasi dan pengumpulan data pada satu waktu . Lokasi penelitian
ini dilakukan Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang. Analisis
di lakukan secara univariat dan bivariat menggunakan Uji statistik yang
digunakan pada penelitian ini adalah Uji Korelasi Spearman. Hasil : berdasarkan
uji statistik Spearman Rank test maka di dapat nilai p = 0,000. atau nila p value <
0,05. Kesimpulan : Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan
dukungan keluarga dengan kepatuhan berobat rutin pada pasien TB Paru di Ruang
Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang Tahun 2021, nilai r = 0,873 yang
berarti terdapat Hubungan yang signifikan atau sangat kuat antara dukungan
keluarga terhadap pengobatan pasien Tb Paru terhadap Kepatuhan Berobat Rutin
di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang Tahun 2021.

Kata Kunci : TB paru, kepatuhan, pengobatan, pasien, dukungan keluarga

i
RELATIONSHIP OF FAMILY SUPPORT TO COMPLIANCE WITH
ROUTINE TREATMENT IN PULMONARY TUBERCULOSIS
PATIENTS IN THE POLYCLINIC ROOM OF
THE AMINAH HOSPITAL,
TANGERANG CITY

ABSTRACT

Tuberculosis is a direct infectious disease caused by the Tb germ, namely


Mycobacterium Tuberculosis which generally attacks lung tissue, but can also
attack other organs. Pulmonary tuberculosis can affect anyone, especially
productive age or still actively working (15-50 years) and children. this study was
to identify the relationship between family support and adherence to routine
medication in pulmonary tuberculosis patients. Methods : This research is a
quantitative study using correlation design to determine the correlation between
the independent variable (family support) and the dependent variable (compliance
with routine treatment), by approaching, observing and collecting data at one
time. The location of this study was carried out in the polyclinic room of the
Aminah Hospital, Tangerang city. The analysis was carried out in univariate and
bivariate ways. The statistical test used in this studyst was the Spearman
correlation test. Results, based on the un- statistical Spearman Rank test, we
obtained a p Value of 0.000 or a p Value < 0.05. Conculsion : From the result of
the study, itt can be concluded that there is relationship between family support
and adherence to routine treatment in pulmonary TB patients in polylinic room of
the Aminah hospital, Tangerang city in 2021,a value of 0.873 which means there
is a significant or very strong relationship between family support for the
treatment of pulmonary TB patients.againts the panic of routine medicine in the
polyclinic room of aminah hospital, Tangerang city in 2021.

Words key : Pulmonary tuberculosis, Obedience, Treatment, Patient, Family


support

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Pemurah dan Maha
Penyayang, dengan limpah karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi
ini dengan judul “Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Rutin pada
Pasien Tb Paru di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang tahun 2021”.
Dalam penulisan Skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan serta bantuan
baik moril maupun materiil. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. dr. Mutiara, MHA, MKT, selaku Ketua Yayasan Tapeumulia Bangsa.
2. Seriga Banjarnahor, S.Kep, Ns, MARS, selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Murni Teguh Medan.
3. Lenny Lusia Simatupang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Murni Teguh
4. Dr.Rostime Hermayerni Simanullang, S.Kep.,Ns., M.Kes, selaku dosen pembimbing yang
telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian Skripsi ini
5. Afnizar Wahyu, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku Dosen Penguji I dan Pembimbing
Akademik yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran
yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini.
6. Harsudianto Silaen, S.Kep.,Ns, M.Kep, selaku Dosen Penguji II yang telah
meluangkan waktunya untuk memberikan kritik dan saran yang membangun dalam
penyempurnaan skripsi ini.
7. Orangtua dan keluarga yang selalu memberikan support secara moril.
8. Suami dan Anak – Anak saya yang saya sayangi, yang sudah memberikan dukungan
dan sangat mengerti kesibukan ibunya.
9. RS MTCT yang telah memberikan kepercayaan untuk melajutkan pendidikan dan
memberikan tempat untuk penelitian.
10. Rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam penyelesaian Skripsi ini.
11. Seluruh pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan Skripsi ini
Akhir kata semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada
umumnya, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita,
Aamiin.

Medan, Mei 2021

Siti Komariah
1922127

DAFTAR ISI

iii
PENGESAHAN PROPOSAL
LEMBAR TANGGAL DI UJI
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS
ABSTRAK......................................................................................................... i
ABSTRACT........................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR....................................................................................... iii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL.............................................................................................. vii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... ix
DAFTAR SINGKATAN................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian...................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum.................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus................................................................. 3
1.4 Manfaat Penelitian.................................................................... 4
1.4.1 Bagi Pendidikan............................................................... 4
1.4.2 Bagi Institusi Rumah Sakit.............................................. 4
1.4.3 Bagi Penelitian................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................... 5


2.1 Dukungan Keluarga.................................................................. 5
2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga........................................... 5
2.1.2 Prinsip Dukungan Keluarga............................................. 5
2.1.3 Jenis Dukungan Keluarga................................................ 6
2.1.4 Cara Menilai Dukungan Keluarga................................... 7
2.2 Konsep Kepatuhan.................................................................... 8
2.2.1 Definisi............................................................................ 8
2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan......................... 8
2.2.3 Pentingnya Kepatuhan..................................................... 9
2.2.4 Variabel Dalam Kepatuhan.............................................. 9
2.2.5 Cara mengukur Tingkat Kepatuhan................................. 10
2.3 Tuberkulosis Paru...................................................................... 11
2.3.1 Definisi............................................................................ 11
2.3.2 Penyebab Tuberkulosis Paru............................................ 12
2.3.3 Gejala Klinis.................................................................... 12

iv
2.3.4 Cara Penularan................................................................. 13
2.3.5 Perjalanan Penyakit......................................................... 13
2.3.6 Klasifikasi Diagnosis....................................................... 14
2.3.7 Pengobatan Penyakit Tuberkulosis paru.......................... 15
2.3.8 Tahapan pengobatanTB................................................... 15
2.3.9 Obat Anti Tuberkulosis.................................................... 16
2.4 Kerangka Teori.......................................................................... 22
2.5 Kerangka Konsep...................................................................... 23
2.6 Hipotesis.................................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN................................................................. 24


3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian................................................ 24
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.................................................... 24
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 24
3.3.1 Populasi........................................................................... 24
3.3.2 Sampel............................................................................. 24
3.4 Kerangka Penelitian.................................................................. 25
3.5 Definisi Operasional.................................................................. 27
3.6 Teknik dan jenis Pengolahan Data............................................ 28
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data.............................................. 28
3.6.2 Pengolahan Data.............................................................. 30
3.7 Metode Analisis Data................................................................ 31
3.7.1 Analisis Univariat............................................................ 31
3.7.2 Analisis Bivariat.............................................................. 31
3.8 Etika penelitian.......................................................................... 32
3.8.1 Lembar persetujuan (Informedconcent)........................... 32
3.8.2 Tanpa nama (Anonimity).................................................. 32
3.8.3 Benefit.............................................................................. 32
3.8.4 Privacy............................................................................. 32

BAB IV HASIL PENELITIAN...................................................................... 33


4.1 Karakteristik Responden........................................................... 33
4.2 Tingkat Dukungan Keluarga Pasien TB Paru Di Ruang Poli
klinik Rumah Sakit Kota Tangerang Tahun 2021..................... 34
4.3 Tingkat Kepatuhan Berobat Rutin Pasien TB Paru Di Ruang
Poliklinik Rumah Sakit Kota Tangerang Tahun 2021.............. 34
4.4 Analisis Bivariat........................................................................ 35

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN...................................................... 37

v
5.1 Pembahasan............................................................................... 37
5.1.1 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru Di Ruang
Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang
Tahun 2021...................................................................... 38
5.1.2 Kepatuhan Pasien TB Paru Ruang Poliklinik.................. 38
5.2 Keterbatasan peneliti................................................................. 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN......................................................... 41


6.1 Kesimpulan............................................................................... 41
6.2 Saran.......................................................................................... 41
6.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan............................................... 41
6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan................................................. 42
6.2.3 Bagi Profesi..................................................................... 42
6.2.4 Bagi Peneliti lain.............................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 43

DAFTAR TABEL

vi
Nomor
Judul Halaman
Tabel
2.1 Jenis, Sifat, Dan Efek Samping OAT............................................ 16
2.2 Pengelompokan OAT.................................................................... 16
2.3 Jenis dan dosis OAT...................................................................... 17
2.4 Dosis Paduan OAT KDT Kategori1.............................................. 18
2.5 Dosis Paduan OAT Kombipak Untuk Kategori 1......................... 19
2.6 Dosis KDT Untuk Sisipan............................................................. 19
2.7 Dosis KDT untuk Sisipan Kombipak............................................ 20
3.1 Definisi Operasional...................................................................... 27
3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Dukungan Keluarga...................................... 29
3.4 Kisi-Kisi kuesioner kepatuhan....................................................... 30
4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik
Pasien TB Paru di Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang
Tahun 2021.................................................................................... 33
4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan
Keluarga Pasien TB ParuDi Ruang Poliklinik Rumah Sakit
Aminah Kota Tangerang Tahun 2021........................................... 34
4.3 Tingkat Kepatuhan Berobat Rutin Pasien TB Paru di Ruang
Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang Tahun 2021..... 34
4.6 Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Berobat
Rutin Pada Pasien TB Paru Ruang Poliklinik Rumah Sakit
Aminah Kota Tangerang Tahun 2021........................................... 35

DAFTAR GAMBAR

vii
Nomor
Gamba Judul Halaman
r

2.1 Kerangka Teori Penelitian Teori Perilaku Lawrence Green dalam Notoadmodjo,
(2014) 22

2.2. Kerangka Konsep Penelitian.......................................................... 23


3.1 Kerangka Penelitian....................................................................... 26

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor
Lampira Judul
n

1 Surat Izin Survei Pendahuluan 46

2 Surat Izin Penelitian......................................................................... 47


3 Surat Balasan Izin Penelitian............................................................ 48
4 SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN.................... 49
5 SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN..................... 50
6 Kuesioner Dukungan dan Kepatuhan Berobat Rutin Pasien TB
Paru Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang... 51
7 LAPORAN PENDAHULUAN........................................................ 56
8 LAMPIRAN OLAH DATA HASIL PENELITIAN........................ 60
9 Hasil output SPSS............................................................................ 65
10 Foto Kegiatan................................................................................... 69
11 Biodata Penulis................................................................................. 70

ix
DAFTAR SINGKATAN

TB : Tuberkulosis
SDKI : Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun
Riskerdas : Riset Kesehatan Dasar
WHO : World Health Organization
DOTS : Directly Observed Treatment Short–Cours
BTA : Baksil Tahan Asam
UPK : (Unit Pelayanan Kesehatan)
S-P-S : sewaktu- pagi- sewaktu
PMO : Pengawas Menelan Obat
HIV : Human Immunodeficiency Virus
OAT : Obat Anti Tuberkulosis

x
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada umumnya
menyerang jaringan paru, tetapi dapat juga menyerang organ lainya. Tuberkulosis
paru sampai saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat,
(Masrin, 2014). TB paru dapat menyerang siapa saja, terutama usia produktif atau
masih aktif bekerja (15-50 tahun) dan anak-anak. TB paru dapat menyebabkan
kematian. Apabila tidak diobati, 50% dari pasien TB akan meninggal setelah 5
tahun. Indonesia merupakan Negara berkembang sebagai penderita TBC terbesar
ketiga di dunia setelah India dan Cina (Kemenkes, 2018).
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun (SDKI) 2017,
survey prevalensi TB Paru pada dasarnya adalah pemeriksaan sputum BTA
dengan mikroskopik. Data di provinsi Banten tercatat 30.000 orang penderita
TBC, yang sudah datang berobat ke Rumah Sakit dan Puskesmas.(SDKI, 2017)
Kecenderungan sekitar 16 persen penyakit yang berasal dari kuman tersebut
menyerang anak-anak, hingga tahun 2008 terus meningkat yakni mencapai 35.000
orang. (Dinkes Banten, 2019). Sementara sasaran yang dicapai oleh Dinkes
Provinsi Banten sekitar 43.735 orang. Artinya target yang diinginkan Dinkes
Jabar belum tercapai semuanya. Dinas Kesehatan (Profil Kesehatan Banten, 2019)
Target yang digunakan dalam penanggulangan TBC di Indonesia mengacu
pada target global penanggulangan TBC yang ditentukan oleh The Global Plant to
Stop TBC dari inisiatif stop TBC partnership dengan bantuan WHO antara lain
pertama, pada akhir tahun 2005–2015 diharapkan tingkat penemuan kasus
mencapai 70%. Kedua, pada tahun 2015 prevalensi dan kematian akibat TBC
berkurang hingga 50% dibanding tahun 1990. Ketiga, pada tahun 2050 TBC tidak
lagi menjadi masalah kesehatan dunia (Kemenkes, 2018). Berdasarkan gambaran
pencapaian program penanggulangan TBC di Propinsi Banten menunjukkan

1
2

bahwa angka penemuan kasus TBC di tahun 2019 belum mencapai target yaitu
sebesar 53% (Dinkes Banten,2020).
Program pengobatan TB Paru yang diterima oleh pasien diantaranya
adalah dengan pengobatan secara rutin selama 6 – 9 bulan guna mengurangi
penyakit yang ditimbulkannya. Namun pengobatan yang sering kali dilakukan
oleh penderita tidak berjalan dengan semestinya. Hal ini terjadi karena faktor
pengetahuan juga dukungan keluaerga pasien TB Paru yang masih kurang. Pasien
masih menganggap bahwa meskipun pengobatan yang telah dijalaninya sudah
berjalan lama, namun kondisi penyakit yang dideritanya tidak kunjung sembuh
(PPTI,2014).
Penelitian sebelumnya tentang TB Paru pernah diteliti oleh Pasek (2013)
meneliti hubungan persepsi dan tingkat pengetahuan penderita tuberculosis paru
dengan kepatuhan pengobatan. Lokasi penelitian Puskesmas Buleleng.
Penelitiannya observasional dengan menggunakan rancangan case control study,
subyek yang diteliti adalah penderita tuberkulosis paru BTA (+) dengan sampel
dilakukan random sampling. Besar populasi yang digunakan adalah 82 dan
sampel berjumlah 40 orang Hasil penelitian didapatkan penderita TB paru dengan
persepsi positif memiliki kemungkinan patuh dalam pengobatan sebesar 21,41
kali lebih besar dari pada yang memiliki persepsi negatif. Dan terdapat hubungan
yang signifikan antara tingkat pengetahuan baik memiliki 16,81 kali lebih besar
patuh terhadap pengobatan TB paru dan terdapat hubungan juga dengan
Dukungan Keluarga.
Data yang didapat di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota
Tangerang tahun 2019 terdapat 1225 penderita TBC, sedangkan tahun 2020 dari
bulan januari sampai September terdapat 1032 pasien TB paru yang berobat jalan,
sedangkan jumlah penderita TBC yang masih menjalani pengobatan di Ruang
Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang sampai tanggal 23 oktober 2020
mencapai 114 penderita dan yang mengalami kasus TB Paru MDR sebanyak 33
orang melihat jumlah tersebut penderita tuberkulosis cenderung masih akan
meningkat dari jumlah penderita TBC pada tahun 2019 (Buku registrasi di Ruang
Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang, 2021).
3

Studi pendahuluan pada bulan Maret 2021, Peneliti melakukan wawancara


terhadap 5 orang penderita TB yang berobat ke Ruang Poliklinik Rumah Sakit
Aminah Kota Tangerang 3 orang diantaranya tidak memahami dan tidak tahu
akan pengertian, penyebab, gejala, pengobatan dan pencegahan penyakit TB dan
selalu malas melakukan pemeriksaan ke Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang
sehingga berdampak buruk, seperti penderita selalu cemas akan penyakitnya, dan
dia merasa bahwa penyakit yang dideritanya tidak akan sembuh. 2 orang pasien
memahami pengertian, penyebab, gejala, pencegahan dan pengobatan penyakit
TB Paru dan selalu melakukan pemeriksaan rutin di Ruang Poliklinik Rumah
Sakit Aminah Kota Tangerang, minum obat teratur sesuai saran yang di anjurkan
oleh petugas kesehatan, sehingga berdampak pasien tidak selalu optimis bahwa
penyakit yang dideritanya bisa disembuhkan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
“Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien
Tb Paru Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis membuat perumusan
masalah sebagai berikut : “Bagaimanakah Hubungan Dukungan Keluarga
terhadap Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru Di Ruang Poliklinik
Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Kepatuhan Berobat
Rutin Pada Pasien TB Paru Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota
Tangerang.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi Karakteristik Pasien TB Paru Di Ruang Poliklinik
Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang tahun 2021.
4

2. Mengidentifikasi Dukungan Keluarga Pasien Tb Paru di Ruang Poliklinik


Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang tahun 2021.
3. Mengidentifikasi kepatuhan berobat rutin pada pasien TB Paru di Ruang
Poloklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang tahun 2021.
4. Untuk Menganalisis Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
berobat Rutin Pasien TB Paru Di Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang
2021.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Bagi Pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi perawat dalam
meningkatkan kemampuan untuk memberikan asuhan keperawatan professional
khususnya bagi pasien TB Paru.

1.4.2 Bagi Institusi Rumah Sakit


Hasil penelitian dapat menambah informasi bagi pihak rumah sakit
sehingga dapat meningkatkan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
dan keluarganya.

1.4.3 Bagi Penelitian


Hasil penelitian ini dapat menambah pengalaman untuk menambah
wawasan dan ilmu pengetahuan, serta mengetahui lebih dekat pada pasien TB
Paru dan dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pandangan untuk
peneliti selanjutnya dengan metode yang lebih baik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dukungan Keluarga


2.1.1 Definisi Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah suatu kegiatan yang berorientasi untuk
meningkatkan fungsi keluarga dengan landasan membesarkan anak dan kegiatan
keluarga lainnya dalam suatu sistem dan sumber daya yang mendukung (baik
formal maupun informal) (Daly et al., 2015). Dukungan keluarga merupakan
suatu strategi pendekatan untuk bekerja sama dengan anak-anak dan keluarga
dapat berarti membantu dengan sukarela untuk diri sendiri atau untuk anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan akhirnya menguntungkan individu.
Devaney, (2015).
Dukungan keluarga menurut Friedman (2013) adalah sikap, tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal
yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga,
sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan. Orang yang berada
dalam lingkungan sosial yang suportif umumnya memiliki kondisi yang lebih baik
dibandingkan rekannya yang tanpa keuntungan ini, karena dukungan keluarga
dianggap dapat mengurangi atau menyangga efek kesehatan mental individu

2.1.2 Prinsip Dukungan Keluarga


Prinsip dukungan keluarga yang dinyatakan oleh Devaney (2013), yaitu:
a. Bekerja dalam kemitraan dengan anak-anak, keluarga, profesional dan
masyarakat.
b. Intervensi dukungan keluarga adalah kebutuhan yang dipimpin dan
diupayakan seminimal mungkin intervensi yang dibutuhkan.
c. Membutuhkan fokus yang jelas pada keinginan, perasaan, keamanan dan
kesejahteraan anak-anak.

5
6

d. Dukungan keluarga mencerminkan perspektif berbasis kekuatan yang


penuh perhatian.
e. Ketahanan sebagai karakteristik banyak anak dan kehidupan keluarga.
f. Intervensi yang efektif adalah yang memperkuat jaringan dukungan
informal.
g. Dukungan keluarga dapat di akses dan fleksibel dalam hal pengaturan
waktu, pengaturan mengubah kebutuhan dan dapat menggabungkan
perlindungan dan peduli jika anak keluar dari rumah.
h. Memfasilitasi rujukan mandiri dan jalur rujukan multi-akses.
i. Melibatkan pengguna layanan dan penyedia garis depan dalam
perencanaan, pengiriman dan evaluasi secara berkelanjutan.
j. Meningkatkan inklusi sosial, menangani isu-isu etnis, kecacatan dan
masyarakat pedesaan/ perkotaan.
k. Ukuran keberhasilan secara rutin dimasukkan untuk memfasilitasi evaluasi
berdasarkan memperhatikan hasil untuk pengguna layanan, dan dengan
demikian memfasilitasi layanan berkualitas berdasarkan praktik terbaik.

2.1.3 Jenis Dukungan Keluarga


Friedman (2013) menyebutkan ada 5 jenis dukungan keluarga, sebagai
berikut :
a. Instrumental support
Keluarga adalah orang pertama yang memberikan pertolongan pertama
pada penderita secara cepat dan konkrit.
b. Information support
Keluarga sebagai sumber utama sebagai pemberi informasi.
c. Emotional support
Keluarga merupakan suatu bentuk dukungan yang memberikan keamanan
dan kenyamanan pada penderita sehingga menjadi tempat yang aman dan
damai dalam pengontrolan emosional seseorang.
d. Dukungan penilaian/penghargaan
Keluarga bertindak sebagai pembimbing dan menengahi pemecahan
7

masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga antara


lain memberi support, penghargaan, dan perhatian
e. Spiritual support
Keluarga dijadikan sebagai salah satu sumber dukungan yang dapat
memberikan rasa percaya kepada sang pencipta untuk mengatasi segala
masalah yang dihadapi seseorang serta kepercayaan atas doa yang di
panjatkan.

2.1.4 Cara Menilai Dukungan Keluarga


Menurut Nursalam (2014), untuk mengetahui besarnya dukungan keluarga
dapat diukur dengan menggunakan kuisioner dukungan keluarga yang terdiri dari
pertanyaan yang mencakup empat jenis dukungan keluarga yaitu dukungan
informasional, dukungan emosional, dukungan penilaian dan dukungan
instrumental. Dari 12 buah pertanyaan, pertanyaan no 1-4 mengenai dukungan
emosional dan penghargaan, pertanyaan no 5-8 mengenai dukungan fasilitas, dan
pertanyaan no 9-12 mengenai dukungan informasi atau pengetahuan. Masing-
masing dari pertanyaan tersebut terdapat 4 alternatif jawaban yaitu “selalu”,
“sering”, “kadang-kadang”, dan “tidak pernah”. Jika menjawab “selalu” akan
mendapat skor 3, menjawab “sering” mendapat skor 2, menjawab “kadang-
kadang” mendapat skor 1, dan menjawab “tidak pernah” mendapat skor 0. Total
skor pada kuisioner ini adalah 0-36. Jawaban dari responden dilakukan dengan
scoring.
Instrumen Dukungan Keluarga menggunakan kuesioner yang berdasarkan
teori Friedman dalam Nursalam, (2014) Komponen kuesioner terdiri dari
dukungan emosional, dukungan spiritual, dukungan informasi dan dukungan
instrumental. Jumlah pertanyaan 22 item menggunakan skala Ordinal, dengan
skor 1-3 yaitu jawaban Selalu : 3, Jarang : 2 dan Tidak Pernah : 1 dengan kriteria
jawaban adalah :
a. Sangat mendukung : Bila menjawab benar Lebih dari 75%
b. Cukup mendukung : Bila pertanyaan benar 60-75% pertanyaan
c. Kurang mendukung : Bila menjawab benar kurang dari 60%
8

2.2 Konsep Kepatuhan


2.2.1 Definisi
Menurut Dewi (2014) mendefinisikan kepatuhan (ketaatan) sebagai
tingkat penderita melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan
oleh doktemya atau yang lain. Kepatuhan adalah perilaku positif penderita dalam
mencapai tujuan terapi.
Sackett et. al (1979) dalam Niven (2012) menyebutkan bahwa kepatuhan
klien merupakan perilaku yang sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh
profesional kesehatan. Menurut Devi, et al. Terbitan: (2013). kepatuhan
didefinisikan sebagai upaya aktif, kolaboratif, dan sukarela antara klien dengan
penyedia kesehatan. Ketidakpatuhan merupakan kegagalan klien untuk
memenuhi kriteria resep klinis seperti yang dimaksudkan oleh praktisi kesehatan.
Haltersebut disebabkan oleh kurang pengetahuan atau ketidakstabilan emosional
(Kurniawan, 2016). Seseorang dikatakan patuh berobat bila mau datang
kepetugas kesehatan yang telah ditentukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan serta mau melaksanakan apa yang dianjurkan oleh petugas
(Dewi,2014).

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan


Sedangakan, Menurut Niven (2013) terdapat 5 faktor yang mendukung
kepatuhan klien antara lain:
a. Pendidikan klien dapat meningkatkan kepatuhan. Hal ini karena
pendidikan tersebut merupakan kegiatan penggunaan referensi berupa
buku dan kaset oleh klien secara mandiri.
b. Akomodasi Usaha yang harus dilakukan untuk memahami ciri
kepribadian klien agar dapat mempengaruhi kepatuhan, sehingga klien
harus bisa merasakan bahwa dirinya aktif dalam pengobatan. Klien yang
mengalami ansietas harus diturunkan dengan beberapa teknik yang efektif
sehingga mereka akan termotivasi untuk mengikuti anjuran pengobatan.
c. Modifikasi faktor lingkungan dan sosial Dukungan sosial berasal dari
keluarga dan teman-teman atau kelompok pendukung yang dapat dibentuk
9

untuk membantu kepatuhan terhadap program pengobatan penyakit.


d. Perubahan model terapi Program pengobatan dapat dibuat sesederhana
mungkin, dan klien dapat terlibat aktif dalam pembuatannya.
e. Meningkatkan interaksi profesional kesehatan dengan klien Hal terpenting
dalam memberikan feedback pada klien setelah memperoleh informasi
tentang diagnosis suatu penyakit adalah penjelasan tentang diagnosanya
saat ini, penyebabnya dan tindakan yang bisa dilakukan dengan kondisi
tersebut (Kurniawan,2016).
f. Meningkatkan kepatuhan juga pernah diteliti oleh Sukartini (2015)
perawat menurut teori sistem interaksi King merupakan hal yang
meningkatkan kepatuhan dengan interaksi terus menerus antara pasien dan
penderita melalui system personal, sistem interpersonal, dan sistem social
penderita.

2.2.3 Pentingnya Kepatuhan


Kepatuhan dalam menjalankan pengobatan merupakan salah satu faktor
penentu utama dalam keberhasilan sebuah terapi. Setiap saat pasien bisa menjadi
tidak patuh berobat selama masa terapi , justru kecenderungan tidak patuh pada
awal pengobatan menjadi suatu hal yang perlu diperhatikan. Rerata penderita
menjadi tidak patuh karena efek samping obat dan rasa tidak percaya diri pasien
karena mereka menderita penyakit tersebut (Afandi, 2017).
Pengobatan TB Paru memerlukan jangka waktu yang lama dan rutin yaitu
6 – 8 bulan. Oleh karena itu, apabila penderita mengkonsumsi atau melakukan
tindakan pengobatan tidak teratur, justru akan mengakibatkan kekebalan ganda
kuman TB Paru terhadap OAT, dan akhirnya penderita harus melakukan tindakan
pengobatan yang relatif lebih lama, (Kemenkes, 2017)

2.2.4 Variabel Dalam Kepatuhan


Niven (2013), menyebutkan terdapat beberapa variabel yang berhubungan
dengan kepatuhan antara lain:
10

a. Ciri-ciri kesehatan dan pengobatan


Perilaku kepatuhan lebih rendah untuk penyakit kronis karena tidak ada
akibat bentuk yang langsung dirasakan dalam pengobatan kompleks dan
efek sampingnya. Tingkat kepatuhan rata-rata minum obat untuk
penyembuhan penyakit akut dengan pengobatan jangka pendeka adalah
78%, sedangkan sekitar 54% dengan penyakit kronis dengan pengobatan
jangka panjang.
b. Ciri-ciri individu
Variabel demografi digunakan untuk meramal kepatuhan individu, seperti
seseorang dengan pendidikan tinggi cenderung mematuhi aturan dokter.
c. Komunikasi antara klien dengan petugas kesehatan
Beragam aspek komunikasi akan mempengaruhi tingkat kepatuhan,
seperti informasi pengawasan dari PMO yang cukup serta dukungan yang
cukup.
d. Variabel sosial
Secara umum seseorang yang merasa menerima perhatian dan
pertolongan yang mereka butuhkan dari orang lain cenderung lebih mudah
mengikuti nasehat medis daripada pada individu yang kurang
mendapatkan dukungan sosial. Keluarga memiliki peranan penting dalam
pengobatan medis, sehingga memudahkan atau bahkan menghambat
perilaku kepatuhan. Notoatmodjo, (2014) menyarankan bahwa interaksi
keluarga harus diintegrasikan pada proses pengobatan dini.
e. Persepsi dan harapan klien
Variabel ini menerangkan bahwa kepatuhan sebagai fungsi dari keyakinan
tentang kesehatan, ancaman yang dirasakan, persepsi kekebalan,
pertimbangan mengenai hambatan (waktu dan atau biaya) dan keuntungan
mengenai efektivitas pengobatan (Kurniawan, 2016).

2.2.5 Cara mengukur Tingkat Kepatuhan


Cara Mengukur Kepatuhan yaitu sejumlah penelitian menggunakan
Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8). Penelitian tersebut diantaranya
11

adalah Kamran, et aldi Iran tahun 2013 dan Dewanti di Indonesia tahun 2013.
Metode MMAS-8ini menggunakan 8 pertanyaan, meliputi aspek motivasi dan
pengetahuan pasien terhadap pengobatan yang dilakukan.
Pertanyaan 1, 2, 6 dan 8 mengenai motivasi, sedangkan pertanyaan 3, 4, 5
dan 7 mengenai pengetahuan. Kemudian dianalisis menggunakan Case
Management Adherence Guideline (CMAG) dan didapatkan hasil yaitu skor
kurang dari 6 menunjukkan kepatuhan yang rendah, skor 6-7 menunjukkan
kepatuhan menengah, dan skor 8 menunjukkan kepatuhan yang tinggi.
Pengukuran dengan MMAS-8 ini dipilih oleh karena dinilai memiliki kehandalan
yang cukup tinggi. (Plakas, et al 2016)

2.3 Tuberkulosis Paru


2.3.1 Definisi
Menurut Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI)
tahun 2014. TB atau TBC adalah penyakit menular disebabkan oleh kuman
tuberkulosis (Mycobacterium Tuberculosis). Umumnya menyerang paru, tetapi
bisa juga menyerang bagian tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, selaput
otak, kulit, tulang dan persendian, usus, ginjal dan organ tubuh lainnya. TB sangat
berbahaya karena bisa menyebabkan seseorang meninggal dan sangat mudah
ditularkan kepada siapa saja dimana 1 orang pasien TB dengan Baksil Tahan
Asam (BTA) Positif bisa menularkan kepada 10 – 15 orang di sekitarnya setiap
tahun.
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini
adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk
dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.
Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M.
africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M
tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
12

waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia (Masrin, 2014).
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang
parenkim, tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian lainnya. Termasuk
meninges, ginjal, tulang dan nodus limfe (Kemenkes, 2014).

2.3.2 Penyebab Tuberkulosis Paru


Penyebab tuberkulosis paru adalah kuman Mycobacterium tuberculosa,
yang berbentuk batang dan mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap
asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam
(BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam di tempat gelap dan lembab. Oleh karena itu
dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dorman (tidur), tertidur lama selama
beberapa tahun (Kemenkes, 2014)

2.3.3 Gejala Klinis


Gejala utama pasien TB paru adalah batuk berdahak selama 2-3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak
bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, napsu makan menurun,
berat badan menurun, malaise, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik,
demam lebih dari satu bulan. Gejala-gejala tersebut dapat juga dijumpai pada
penyakit paru selain TB, seperti bronkiektasi, bronkitis kronis, asma, kanker paru,
dan lain-lain. Prevalensi TB paru di Indonesia saat ini masih tinggi, maka
setiap orang yang datang ke UPK (Unit Pelayanan Kesehatan) dengan gejala
tersebut, dianggap sebagai tersangka (suspek) pasien TB paru dan perlu
dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskospis langsung (Kemenkes, 2018).
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosa, menilai
keberhasilan pengobatan dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak
untuk menegakkan diagnosa dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak
yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa sewaktu-
pagi- sewaktu (S-P-S) (Kemenkes, 2018).
13

2.3.4 Cara Penularan


Tuberkulosis adalah penyakit menular, artinya orang yang tinggal
serumah dengan penderita atau kontak erat dengan penderita yang
mempunyai risiko tinggi untuk tertular. Sumber penularannya adalah pasien
TB paru dengan BTA positip terutama pada waktu batuk atau bersin, dimana
pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk percikan dahak (droplet
nuclei). Sekali batuk dapat menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak dan
umumnya penularan terjadi dalam ruangan dimana percikan dahak berada dalam
waktu yang lama, (PPTI, 2014)
Adanya ventilasi dapat mengurangi jumlah percikan, sementara
keberadaan sinar matahari langsung dapat membunuh kuman. Percikan dapat
bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab. Daya
penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin
menular pasien tersebut. Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan
kumanTB paru ditentukan oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya
menghirup udara tersebut (Kemenkes, 2018).

2.3.5 Perjalanan Penyakit


Menurut Depkes RI (2002) riwayat terjadinya TB paru ada dua yaitu
infeksi primer dan pasca primer. Infeksi primer terjadi saat seseorang
terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat
kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan mukosilier bronkus,
dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap di sana. Infeksi
dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan
diri di paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di
sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan komplek primer adalah sekitar 4-6
minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi
tuberkulin dari negatif menjadi positif (Kemekes, 2018)
14

Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman


yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan
kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai
kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak
mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa
bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu
waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan
sekitar 6 bulan.
Kedua tuberkulosis paska primer biasanya terjadi setelah beberapa
bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh
menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari
tuberkulosis paska primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya
kavitas atau efusi pleura (Kemekes, 2015)

2.3.6 Klasifikasi Diagnosis


Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit TB paru maka
dilakukan serangkaian tindakan yang dimulai anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lanjutan dapat berupa pemeriksaan bakteri, radiologi dan tes
tuberkulin. Penetapan diagnosis tuberkulosis paru berdasarkan hasil
pemeriksaan dahak menurut Kemenkes, (2018). dikelompokkan menjadi
penderita TB paru BTA positif yakni sekurang kurangnya 2 dari 3 spesimen
dahak SPS hasilnya BTA positif, atau spesimen dahak SPS hasilnya BTA
positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran Tuberkulosis aktif, dan
penderita TB paru BTA Negatif yakni pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis
aktif, serta penderita Tuberkulosis Extra Paru, yakni Tuberkulosis yang
menyerang organ tubuh lain selain paru,misalnya, selaput otak,selaput jantung
kelenjar limfe,tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat
kelamin, dan lain-lain.
15

2.3.7 Pengobatan Penyakit Tuberkulosis paru


Pengobatan TB paru adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan mata rantai penularan dan
mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap OAT. Jenis, sifat dan dosis
yang digunakan untuk TB paru Tujuan utama pengobatan tuberculosis adalah
memperbaiki produktivitas, mencegah kematian oleh tuberkulosis, mencegah
kekambuhan, menurunkan penularan, dan mencegah resistensi obat tuberkulosis.
Hal yang digunakansebagai prinsip pengobatan tuberkulosis adalah pemberian
OAT yang mengandung 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi,
diberikan dalam dosis yang tepat, ditelan atau dikonsumsi secara teratur, dan
diawasi oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) hingga selesai pengobatan
(Kemenkes, 2015).

2.3.8 Tahapan pengobatanTB


Pengobatan TB akan selalu meliputi pengobatan tahap awal dan
pengobatan tahap lanjutan. Pada tahap awal pengonsumsian obat dilakukan setiap
hari. Hal tersebut digunakan untuk menurunkan jumlah bakteri yang berada di
dalam tubuh klien dan mengurangi pengaruh dari sedikit bakteri yang
dimungkinkan resisten sejak klien belum mengonsumsi OAT. Tahap awal ini
dilakukan selama 2 bulan dan dengan pengonsumsian OAT secara teratur dan
tanpa penyulit, setelah 2 minggu pengobatan daya penularan sudah sangat
menurun. Untuk tahap lanjutan sendiri merupakan tahap yang penting untuk
menurunkan dan membunuh sisa bakteri yang ada di dalam tubuh klien, sehingga
klien dapat sembuh dan tercegah dari kekambuhan (Kemenkes, 2015).

2.3.9 Obat Anti Tuberkulosis


Tabel 2.1 Jenis, Sifat, Dan Efek Samping OAT
Jenis Sifat Efek Samping
Isonazid(H) Bakterisidal Neuropati perifer, psikosis toksik,
gangguan fungsi hepar, kejang
Rifampisin(R) Bakterisidal Flu Syndrome, gangguan gastrointestinal,
16

urine berwarna merah, gangguan


fungsi hepar,trombositopeni, demam,
skin rash, sesak napas, anemia
hemolitik
Pirazinamid(Z) Bakterisidal Gangguan gastrointestinal,gangguan
fungsi hepar, gout artitis
Streptomisin(S) Bakterisidal Nyeri di tempat suntikan,gangguan
keseimbangan dan pendengaran, syok
anafilaktik, anemia, agranulositosis,
trombositopeni
Etambutol(E) Bakteriostatik Gangguan pengelihatan, buta warna,
neuritisperifer

Tabel 2.2 Pengelompokan OAT


Jenis Obat
Golongan
Golongan-1 Obat 1. Isoniazid (H)
Lini pertama 2. Ethambutol (E)
3. Pyrazinamide (Z)
4. Rifampisin(R)
5. Streptomycin(S)
Golongan-2 atau 1. Kanamycin (Km)
Obat suntik/ suntikan 2. Amikacin (Am)
lini ke2 3. Capreomycin (Cm)
Golongan-3 atau 1. Ofloxacin (Ofx)
Golongan 2. Leofloxacin (Lfx)
Floroquinolone 3. Moxifloxacin( Mfx)
Golongan-4 atau a. Ethionamide(Eto)
Obat Bakteriostatik b. Prothionamide(Pto)
Lini Kedua
17

c. Cycloserine(Cs)
d. Paraamino salisilat (PAS)
e. Terizidone(Trd)
Golongan-5 atau 1. Clofazimine(Cfz)
Obat yang belum 2. Linezolid(Lzd)
terbukti efisiensinya 3. Amoxilin-Clavulanate (Amx-Clv)
tidak 4. Thioacetazone(Thz)
direkomendasikan 5. Clarithromycin(Clr)
WHO 6. Imipenem(Ipm)

a. Dosis Pengobatan
Tabel 2.3 Jenis dan dosis OAT
Kisaran dosis Sifat Kisaran dosis Maksimum
(mg/kgBB (mg/kgBB) (mg)
Isonazid(H) Bakterisidal 8–12 900
Rifampisin(R) BakterisidalFlu 8–12 600
Pirazinamid(Z) Bakterisidal 30–40 -
Streptomisin(S) Bakterisidal 25–35 -
Etambutol(E) Bakteriostatik 12-18 1000

b. Panduan OAT Yang Digunakan Di Indonesia


Panduan OAT yang digunakan di Indonesia yang disusun oleh Program
Nasional Pengendalian Tuberkulosis (Kemenkes RI, 2014):
1. Kategori1 : 2(HRZE)/4(HR)3
2. Kategori2 : 2(HRZE)S/ (HRZE)/5(HR)3E3
3. Kategori3 : 2(HRZ)/ 4(HR) atau2HRZA(S)/4-10HR
4. Obat yang digunakan dalam tatalaksana klien TB resisten obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke 2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin,
Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, Moksioflosasin, dan PAS, serta
OAT lini-1 yaitu Pirazinamid danEtambutol.
c. Paduan OAT Kombinasi Dosis Tetap (OAT KDT) dan OAT Kombipak
18

1) Kategori 1 : 2 (HRZE) / 4 (HR)3


Panduan OAT ini diberikan untuk klien baru :
a) Klien TB paru terkonfirmasi bakteriologis
b) Klien TB paru terdiagnosis klinis
c) Klien TB ekstra paru
2) Kategori 2 : 2 (HRZE) S/ (HRZE) /2 (HR) 3E3
Paduan OAT ini diberikan untuk klien BTA positif yang pernah diobati
sebelumnya (pengobatan berulang) :
a) Klien kambuh
b) Klien gagal pengobatan dengan paduan OAT kategori1
c) Klien yang diobati kembali setelah putus berobat (last to followup)

Tabel 2.4 Dosis Paduan OAT KDT Kategori1


Berat Badan Tahap intensif Tiap hari Tahap lanjutan
selama 56 hari RHZE 3 kali seminggu
(150/75/400/275 selama 16 minggu
RH (150/150)
30 – 37 kg 2 tablet 4KDT 2 tablet 2KDT
38 – 54 kg 3 tablet 2KDT 3 tablet 2KDT
55 – 70 kg 4 tablet 2KDT 4 tablet 2 KDT
≥ 71 kg 5 tablet 2KDT 5 tablet 2KDT

Tabel 2.5 Dosis Paduan OAT Kombipak Untuk Kategori 1


Tahap Lam Tabl Tabl Tabl Etam Etam Ster Jumla
Pengobat a et et et butol butol pso h
an Peng Isoni Rifa Piraz @ @ misi Hari/
obat asid mpisi inam 250m 400m n Kali
an @ n@ id @ g g Inj
300 450 500
Mg mg mg

Tahap 2 1 1 3 Etam - 0,75 56


19

Intensif Bula butol Grm


(Dosis n @
Harian) 250
Mg
1 1 1 3 3 - - 28
Bula
n
Tahap 4 2 1 1 - 2 - 60
Lanjutan Bula
(Dosis 3x n
Seminggu
)

3) OAT Sisipan (HRZE)


Paket sisipan KDT adalah sama seperti panduan paket untuk tahap
intensif kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
2 Jenis dan dosis OAT;
3 Prinsip pengobatan TB paru;
4 Kombinasi OAT di Indonesia;dan
5 Hasil pengobatan dan tindaklanjut.

Tabel 2.6 Dosis KDT Untuk Sisipan


Berat Badan Intensif Tiap Hari Selama 28 Hari RHZE
150/75/400/275
30-37 kg 2 Tablet 4KDT
38-54kg 2 Tablet 4KDT
55-70kg 2 Tablet 4KDT
> 71kg 2 Tablet 4KDT

Tabel 2.7 Dosis KDT untuk Sisipan Kombipak


Tahap Lama Tablet Tablet Tablet Etambu Jumla
Pengoba Pengoba Isonia Rifampi Pirazina tol h
tan tan sid @ sin @ mid @ @ Hari/K
300 450 mg 500 mg 250mg ali
20

mg
Tahap 1 Bulan 1 1 3 3 28
Intensif
(Dosis
Harian)

Penggunaan OAT Iini kedua misalnya golongan aminoglikosida


(kanamisin) dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada
klien baru tanpa indikasi yang jelas karena obat tersebut berpotensi jauh
lebih rendah daripada OAT lini pertama. Hal itu dapat juga
meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lini kedua
(Kemenkes RI, 2014).
d. Efek samping OAT
Sebagian besar klien TB paru dapat menyelesaikan pengobatan tanpa
efek samping. Beberapa dari mereka juga dapat mengalami efek samping,
oleh karena itu sangat penting dilakukan pemantauan selama pengobatan.
Pemantauan efek samping obat dilakukan dengan cara:
1. Menjelaskan kepada klien mengenai tanda dan gejala efek samping.
2. Menanyakan adanya gejala efek samping pada waktu penderita
mengambil obat.
Efek samping pada OAT dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Efek samping ringan
Efek samping ini hanya menyebabkan sedikit perasaan tidak enak.
Gejala ini dapat ditanggulangi dengan obat simptomatik atau obat
sederhana, terkadang menetap untuk beberapa waktu selama pengobatan
sehingga pemberian OAT dapat diteruskan.
b. Efek samping berat
Efek samping yang dapat menjadikan sakit serius. Pemberian OAT
harus dihentikan dan penderita harus segera dirujuk ke UPK spesialisasi
pada kasus ini (Kemenkes RI, 2011)
e. Pengawas Menelan Obat
21

1. Definisi PMO
Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT
jangka pendek dengan pengawasan langsung. Pengawas minum obat
(PMO) yaitu orang yang dikenal dan dipercaya baik oleh klien maupun
petugas kesehatan yang akan ikut mengawasi klien minum seluruh
obatnya. Hal tersebut dapat dipastikan bahwa klien benar dalam minum
obat dan diharapkan sembuh pada akhir masa pengobatan. PMO adalah
seseorang yang telah dilatih singkat tentang cara pengawasan langsung
menelan obat jangka pendek setiap hari (Kemenkes, 2017). Tujuan dari
PMO ini adalah menjamin keteraturan pengobatan agar tidak terjadi
kasus dropout.
2. Persyaratan PMO
Persyaratan dan orang yang bisa menjadi PMO adalah:
1. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui baik oleh petugas
kesehatan maupun penderita TB. Sebaiknya dipilih dari anggota
keluarga maupun tenaga kesehatan yang terlatih seperti perawat.
2. Bersedia membantu penderita dalam masa pengobatan dengan
sukarela.
3. Bersedia mengikuti pelatihan dan penyuluhan bersama-sama dengan
penderita (Kemenkes RI, 2014).
f. Mekanisme Resistensi OAT
Menurut Kemenkes (2017), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
terjadinya resistensi terhadap OAT, antara lain
1. Pemberi jasa/ petugas kesehatan, yaitu didiagnosis tidak tepat;
pengobatan tidak menggunakan panduan yang tepat; dosis, jenis, obat,
dan jangka waktu pengobatan tidak adekuat.
2. Pasien, yaitu karena tidak mematuhi anjuran dokter/petugas kesehatan;
tidak teratur minum OAT; menghentikan pengobatan sebelum gangguan
obat; gangguan penyerapan obat.
3. Program pengendalian TB,yaitu persediaan OAT yang kurang;kualitas
OAT yang disediakan rendah.
22

2.4 Kerangka Teori


Kerangka teori adalah dari paparan satu atau lebih teori yang terdapat pada
tinjauan pustaka. Pemilihan teori dapat menggunakan salah satu teori atau
memodifikasi dari berbagai teori, selama teori yang dipilih relevan dengan
keseluruhan substansi penelitian yang akan diteliti, ( Notoatmodjo, 2014).
Kerangka konsep dibuat berlandaskan teori yang telah dibahas pada bagian
sebelumnya. Hubungan antar variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada
kerangka konsep pada gambat berikut ini :

Pasien Tuberkulosis Paru


(Kemenkes, 2018)
Pengobatan TB dengan
Strategi DOTS

Dukungan Keluarga
(Friedman, 2013)

1. Intsrumental support
2. Physical support
3. Information support
4. Emotional support
5. Spiritual support

Kepatuhan Berobat Rutin


(Pasien Tuberkulosis Paru)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian Teori Perilaku Lawrence Green


dalam Notoadmodjo,(2014)

2.5 Kerangka Konsep


23

Kerangka konsep dalam penelitian ini, menjelaskan tentang variabel yang


akan diamanati atau di ukur yaitu Pengaruh Dukungan Keluarga Dengan
Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit
Aminah Kota Tangerang” Kerangka konsep dalam penelitian ini, mengambarkan
bahwa apakah variabel depeden dipengaruhi oleh variabel indepeden.

Dukungan Keluarga
Kepatuhan
Penderita TB Paru
Berobat Rutin

Variabel Indepeden Variabel Depeden

Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian

2.6 Hipotesis
Ha : Ada Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan Berobat Rutin
Pada Pasien TB Paru Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota
Tangerang.
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian


Jenis Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan
desain korelasi untuk mengetahui korelasi antara variabel independen (dukungan
keluarga) dengan variabel dependen (Kepatuhan berobat rutin), dengan cara
pendekatan, observasi dan pengumpulan data pada satu waktu (Nursalam, 2014),

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan Di Ruang Poiliklinik Rumah Sakit Aminah
Kota Tangerang. Waktu penelitian pada bulan Maret – April 2021.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek atau objek penelitian Arikunto, (2014).
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Pasien TB paru Di Ruang Poliklinik
Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang sebanyak 118 orang.

3.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut, (Nursalam, 2014). Teknik yang digunakan untuk
mengambil sampel dengan cara random sampling, dimana sample diambil secara
acak untuk menjadi responden, untuk menentuan jumlah sample di lakukan
dengan menggunaan rumus slovin.
N
n= 2
1+ N (d)
Keterangan:
n = besarnya sampel
N = besarnya populasi

24
25

d = tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (10%)


Maka populasi dari 118 pasien Penderita TB Paru yang berobat Di Ruang
Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang, sampel yang didapat adalah :
118
n=
1+ 118 ( 0,01 )
118
n=
2,18
= 54 Orang
Berdasarkan perhitungan di atas maka besar sampel yang dibutuhkan
dalam penelitian ini adalah sebanyak 54 orang pasien Penderita TB Paru yang
berobat Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang. Adapun
kriteria sampel ditentukan sebagai berikut :
1. Pasien Mampu Membaca dan Menulis
2. Penderita TB Paru yang berobat Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah
Kota Tangerang
3. Pasien yang bisa berkordinasi dengan baik
4. Bersedia menjadi responden dalam penelitian yang diinginkan

3.4 Kerangka Penelitian


Menurut Nursalam (2014) Kerangka penelitian adalah model konseptual
tentang bagaimana teori berhubungan dengan beragam faktor yang telah
diidentifikasi sebagai hal yang penting, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
kerangka berpikir ialah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman yang
lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi
setiap pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan dari penelitian yang
akan dilakukan.
26

Rumusan Masalah

Studi Pendahuluan
Kepatuhan Berobat Rutin Pasien TB Paru

Identifikasi masalah Pengumpulan Data


(Pengaruh Dukungan Keluarga Primer
Pasien Tb Paru dengan Kepatuhan Sekunder
Berobat)

Menetukan Populasi Dan Sampel


(Pasien Tb Paru Berobat Rutin Di Ruang
Poliklinik)

Variabel Dependen Variabel Indevenden

Pengolahan Data
Penyajian Hasil
Penelitian
Analisa Data

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian


27

3.5 Definisi Operasional


Berdasarkan kerangka konsep penelitian, penulis membuat beberapa
definisi operasional berdasarkan variabel yang diteliti.

Tabel 3.1 Definisi Operasional

N Definisi
Variabel Alat ukur Kategori Skala
o operasional
1 Dukungan Dukungan Kuisioner Selalu : 4 1. Sangat Ordinal
Keluarga keluarga pasien Sering : 3 Mendukung : Bila
TB adalah Jarang : 2 responden
sikap, tindakan Tidak menjawab
penerimaan Pernah : 1 pertanyaan benar
keluarga Lebih dari 75%
terhadap pertanyaan
penyakit TB 2. Cukup
yang berupa Mendukung :
berupa Bila responden
dukungan menjawab
informasional, pertanyaan benar
dukungan 60-75%
penilaian, pertanyaan
dukungan 3. Kurang
instrumental Mendukung : Bila
dan dukungan responden
emosional menjawab
pertanyaan benar
kurang dari 60%
pertanyaan
2 Kepatuhan Prilaku yang Kuesioner Ya = 1 1. Patuh: Bila Ordinal
28

ditunjukan oleh MMAS- Tidak = 0 responden


penderita TB 08 menjawab benar
Paru terhadap Lebih dari 75%
Kepatuhan pertanyaan
Berobat rutin 2. Cukup patuh :
Bila responden
pertanyaan
benar 60-75%
pertanyaan
3. Kurang patuh :
Bila responden
menjawab benar
kurang dari 60%

3.6 Teknik dan jenis Pengolahan Data


3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dibagi dua, yaitu data primer adalah data yang
diperoleh dari hasil jawaban kuisioner yang langsung diberikan responden,
sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku rekam medis Di
Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang.
1. Instrumen Penelitian
Instrumen Dukungan Keluarga menggunakan kuesioner yang berdasarkan
teori Friedman dalam Nursalam, (2014) Komponen kuesioner terdiri dari
dukungan emosional, dukungan spiritual, dukungan informasi dan dukungan
instrumental. Jumlah pertanyaan 22 item menggunakan skala Ordinal, dengan
skor 1-3 yaitu jawaban Selalu : 3, Jarang : 2 dan Tidak Pernah : 1 dengan
kriteria jawaban adalah
1. Sangat mendukung : Bila menjawab benar Lebih dari 75%
2. Cukup mendukung : Bila pertanyaan benar 60-75% pertanyaan
3. Kurang mendukung : Bila menjawab benar kurang dari 60%
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Dukungan Keluarga
29

Komponen Nomor item


No pertanyaan pertanyaan Positif Negatif Jumlah
1 Dukungan 1-4 1,2,4 3 4
Emosional
2 Dukungan 5-8 5,6,7 8 4
Instrumen
3 Dukungan 9-12 9,11,12 10 4
informasi
4 Dukungan 13-22 14, 20 10
Spiritual
Total 22

Instrumen kepatuhan Berobat rutin Tb Paru yang digunakan adalah


kuisioner baku berdasarkan kuisioner kepatuhan MMAS-8 (Morisky
Medication Adherence Scale) berisi 8 pertanyaan (Morisky & Muntner, 2008).
Terdapat 8 pertanyaan dengan nilai “Ya” 0 dan “Tidak” 1 kecuali pertanyaan
nomor 5 jawaban “Ya” bernilai 1. Dengan kuisioner kepatuhan (MMAS)
yaitu:
a. Item 1-8 nilai 1 bila jawaban “Ya”
b. Item 1-8 nilai 0 jika jawaban “tidak”
Dengan katagori sebagai berikut menurut (Okello et al, 2016). :
a. Patuh apabila nilai menjawab pertanyaan = 8 atau 100%
b. Cukup Patuh apabila nilai menjawab antara 5-7 atau 65% sampai 75%
c. Tidak Patuh : Bila pertanyaan benar kurang dari ≤ 5 atau < 60 %

Tabel 3.3 Kisi-Kisi kuesioner kepatuhan


30

Variabel Alat Ukur Indikator

Kepatuhan berobat MMAS-8 1. Lupa Kepatuhan berobat Rutin (1,


Rutin 4, 8)
2. Tidak pernah Berobat rutin (2, 5)
3. Berhenti dalam melaksanaan
Berobat Rutin (3, 6)
4. Terganggu oleh K e p a t u h a n
b e r o b a t r u t i n (7)

3.6.2 Pengolahan Data


1. Editing
Editing data dilakukan untuk memastikan bahwa data yang diperoleh adalah
bersih, yaitu data tersebut telah terisi, relevan dan dapat dibaca dengan baik.
Hal ini dilakukan dengan meneliti tiap lembar kuesioner pada waktu
penerimaan dari pengumpulan data. Apabila terdapat kejanggalan lembar
kuesioner dikembalikan kepada responden untuk melengkapi dan memperbaiki
pengisian. Data yang telah diperoleh sudah dilakukan pengecekan sudah terisi
semua dan tidak ada kejanggalan dalam pengisian kuesioner.
2. Coding
Coding data yaitu dilakukan dengan cara kode terhadap setiap jawaban yang
diberikan dengan tujuan untuk memudahlan entry.
3. Entry
Entry data dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer
kemudian memasukkan data yang sudah diberi kode ke dalam program
komputer untuk dianalisis sesuai tujuan penelitian.
4. Tabulating
Tabulating yaitu pemindahan data dari master tabel ke dalam tabel. Setelah
data-data masuk, maka selanjutya dilakukan pengecekan apakah data yang
masuk sudah benar atau ada yang salah dengan : melihat variasi data dalam
betuk distribusi frekuensi, melihat konsistensi data antar variabel.
31

3.7 Metode Analisis Data


Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.7.1 Analisis Univariat
Rumus untuk mendeskripsikan variable pemberian edukasi tb paru dan
Kepatuhan juga dukungan keluarga :

P = X/N x 100%
Keterangan :
P = Prosentase
X = Jumlah jawaban yang benar
N = Jumlah seluruh pertanyaan

3.7.2 Analisis Bivariat


1. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui adanya Hubungan antara
variabel Independen (Dukungan Keluarga) dengan variabel Dependent
(Kepatuhan berobat Rutin) data bersekala Nominal atau ordinal Adapun Uji
statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah Uji Korelasi Spearmen.
Uji Korelasi Spearman adalah Uji Non Parametrik yang digunakan untuk
melihat ada atau tidak ada Pengaruh antara kedua variable X dan Y (Variabel
Indepe nden dan Variabel Dependen).Untuk mengetahui arah hubungan positif
dan negatif. Jika Variabel X naik dan diikuti Variabel Y maka disebut
hubungan positif. Tetapi jika Variabel X naik dan Y turun maka arah hubungan
negatif. Untuk dasar pengambilan keputusan dengan kriteria :
1. Nilai Sig. atau signifikansi yang diperoleh < 0,05 artinya ada hubungan.
2. Nilai Sig. atau signifikansi yang diperoleh > 0,05 artinya tidak ada
hubungan

3.8 Etika penelitian


3.8.1 Lembar persetujuan (Informedconcent)
32

Penelitian dilakukan dengan terlebih dahulu memberikan lembar


persetujuan kepada responden. Subyek yang bersedia menjadi responden akandi
persilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan. Sebaliknya jika subyek
menolak, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak subyek.

3.8.2 Tanpa nama (Anonimity)


Peneliti menjaga kerahasian identitas responden dan tidak akan
mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang
diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu.

3.8.3 Benefit
Benefit berusaha memanfaatkan sacara maksimal dan meminimalkan
kerugian hasil penelitian. Penelitian in diharapkan dapat sesuai dengan kondisi
sebenarnya di lapangan dan dapat mewakili seluruh populasi.

3.8.4 Privacy
Privacy merupakan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian yang
mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Karakteristik Responden


Karakteristik responden menggambarkan distribusi responden berdasarkan
usia, jenis kelamin, pendidikan dan status pasien Tb paru Rumah Sakit Aminah
Kota Tangerang Tahun 2021. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan
gambaran yang cukup jelas mengenai kondisi dari responden dalam penelitian ini.
Secara umum karakteristk responden dapat dilihat pada table 4.1 di bawah ini :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik Pasien


TB Paru di Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang Tahun 2021
Umur
Kategori Jumlah Persentase (%)
< 25 Tahun 7 13,0
25-45 Tahun 23 42,6
> 45 Tahun 24 44,4
Jenis Kelamin
Perempuan 24 44,4
Laki-Laki 30 55,6
Pendidikan
SD 10 18,5
SMP 19 35,2
SMU 21 38,9
Perguruan Tinggi 4 7,4
Jumlah 54 100

Tabel 4.1 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan


karakteristik pasien di ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang Tah
un 2021, usia > 45 Tahun sebanyak 24 orang (44,4%), jenis kelamin laki-laki seba
nyak 30 (55,6%) dan SMU 21 orang (38,9%).

33
34

4.2 Dukungan Keluarga Pasien TB Paru Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit


Aminah Kota Tangerang Tahun 2021
Dukungan Keluarga menggambarkan distribusi responden di nilai berdasarkan
Mendukung, Cukup mendukung, Kurang mendukung pada pasien Tb paru di
Rumah Sakit Aminah kota Tangerang 2021, secara umum Dukungan Keluarga
dapat di lihat pada table 4.2 berikut ini :
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan Keluarga
Pasien TB ParuDi Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang
Tahun 2021

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Mendukung 8 14,8 14,8 14,8

Cukup Mendukung 17 31,5 31,5 46,3


Valid
Kurang Mendukung 29 53,7 53,7 100,0

Total 54 100,0 100,0

Tabel 4.2 menunjukan bahwa distribusi responden berdasarkan Dukungan


Keluarga Pasien TB Paru Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tanger
ang Tahun 2021, mayoritas kurang mendukung sebanyak 29 orang (53,7%).

4.3 Kepatuhan Berobat Rutin Pasien TB Paru Di Ruang Poliklinik Ruma


h Sakit Kota Tangerang Tahun 2021
Keptauhan berobat rutin menggambarkan distribusi responden di nilai
berdasarkan Patuh, Cukup patuh dan Kurang patuh pada pasien Tb paru di
Rumah sakit Aminah kota Tangerang 2021, secara umum Kepatuhan berobat
rutin bisa di lihat pada table 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Tingkat Kepatuhan Berobat Rutin Pasien TB Paru di Ruang


Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang Tahun 2021
35

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Patuh 16 29,6 29,6 29,6

Cukup Patuh 5 9,3 9,3 38,9


Valid
Kurang Patuh 33 61,1 61,1 100,0

Total 54 100,0 100,0

Tabel 4.3 menunjukan bahwa distribusi responden Kepatuhan Berobat


Rutin Pasien TB Paru Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang
Tahun 2021, mayoritas kurang patuh sebanyak 33 orang (61,1%).

4.4 Analisis Bivariat


Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Rutin Pada
Pasien TB Paru Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang Tahun
2021
Tabel 4.4 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Rutin
Pada Pasien TB Paru Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota
Tangerang Tahun 2021
Correlations

DUKUNGAN KEPATUHAN
KELUARGA BEROBAT
PASIEN TB PASIEN TB

Correlation
1,000 ,873**
DUKUNGAN Coefficient

KELUARGA PASIEN TB Sig. (2-tailed) . ,000

N 54 54
Spearman's rho
Correlation
,873** 1,000
KEPATUHAN Coefficient

BEROBAT PASIEN TB Sig. (2-tailed) ,000 .

N 54 54

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Tabel 4.6 menunjukkan Berdasarkan Hubungan Dukungan Keluarga


Terhadap Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru Ruang Poliklinik
36

Rumah Sakit Aminah Tahun 2021, dengan uji statistik Spearman Rank. pada dua
variabel yaitu Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan pasien nilai p = 0,000.
Karena nila p value = 0,000 atau < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat
hubungan dukungan keluarga dalam kepatuhan berobat rutin pada pasien TB Paru
di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang, Tahun 2021 nilai r =
0,873 yang berarti terdapat Hubungan yang signifikan atau sangat kuat antara
dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Tb Paru terhadap Kepatuhan
Berobat Rutin di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang Tahun
2021.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Karakteristik Pasien TB
Paru di Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang 2021
Berdasarkan pada Tabel 4.1 hasil penelitian yang dilakukan terhadap 54
orang responden, diperoleh responden berumur > 45 tahun yaitu 24 orang
(44.4%), hal ini sejalan dengan penelitian Unnes Journal of public health (2017)
bahwa Penderita Tb Paru paling banyak Rentang Usia dewasa 49-61 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin, bahwa jenis kelamin laki-laki menjadi
kelompok paling banyak menderita TB dibandingkan Perempuan menurut
Jamayanti (2014), Hasil penelitian yang di lakukan terhadap 54 orang Responden
yang di peroleh Jenis kelamin Laki-laki yaitu 30 orang (55,6%). Ada beberapa
penyebab laki-laki beresiko daripada Perempuan seperti Imunitas Wanita lebih
tinggi di bandingkan Laki-laki. Kemungkinan lainnya adalah karena prilaku
kebiasaan merokok pada laki-laki.
Tingkat pendidikan yang terbanyak adalah SMU yaitu 21 orang (38.9%).
Hasil penelitian ini didukung dengan teori dimana pengetahuan merupakan
domain yang penting untuk membentuk tindakan individu, perilaku individu yang
didasari pengetahuan akan lebih lama daripada yang tidak didasari pengetahuan
(Notoatmodjo, 2017).

5.1.1 Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien


TB Paru Di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang
Tahun 2021
Ada Hubungan antara Dukungan Keluarga Pada Pasien TB Paru di Ruang
Poliklinik Rumah Sakit Kota Tangerang Tahun 2021, Hasil penelitian yang didap
atkan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dukungan keluarga, mayoritas
keluarga Pasien Sangat mendukung sebanyak 29 Orang ( 53,7% ).
Dukungan keluarga adalah suatu kegiatan yang berorientasi untuk
meningkatkan fungsi keluarga dengan landasan membesarkan anak dan kegiatan
keluarga lainnya dalam suatu sistem dan sumber daya yang mendukung (baik

37
38

formal maupun informal) (Daly et al., 2015). Dukungan keluarga merupakan


suatu strategi pendekatan untuk bekerja sama dengan anak-anak dan keluarga
dapat berarti membantu dengan sukarela untuk diri sendiri atau untuk anggota
keluarga untuk memenuhi kebutuhan akhirnya menguntungkan individu.
Devaney, (2015).

5.1.2 Kepatuhan Pasien TB Paru Ruang Poliklinik


Kepatuhan Pasien di ruang poliklinik sebesar 16 orang (29,6%).
Kepatuhan adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi
antara petugas kesehatan dan pasien sehingga pasien mengerti rencana dengan
segala konsekuensinya dan menyetujui rencana tersebut serta melaksanakannya
(Kemenkes R.I, 2019). Ketidakpatuhan juga dapat berkibat dalam penggunaan
suatu obat berlebih. Apabila dosis yang digunakan berlebihan atau apabila obat
dikonsumsi lebih sering daripada dimaksudkan, terjadi resiko reaksi merugikan
yang meningkat (Kemenkes, 2014)
Hasil penelitian yang peneliti dapatkan menunjukan bahwa Keluarga
mendukung Pasien TB Paru Terhadap Kepatuhan berobat Rutin Pada Pasien TB
Paru di Ruang Poliklinik, diantaranya mengantar saat berobat rutin ke rumah
sakit, keluarga juga sering mengingatkan untuk selalu minum obat tertur, keluarga
selalu mengingatkan pola makan pasien agar jangan memakan makanan yang di
larang oleh dokter.
Menurut Kemenkes RI (2014) Penularan TBC umumnya terjadi melalui
udara. Ketika penderita TB memercikkan lendir atau dahak saat batuk atau bersin,
dan saat berbicara, bakteri TB akan ikut keluar terbawa ke udara dan menular ke
orang lain melalui udara yang dihirupnya, (Kemenkes, 2014).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Glick et. al (2013), dari
10 penderita yang tidak memiliki keluarga tidak ada yang berhasil dalam
pengobatannya dibandingkan dengan penderita yang memiliki keluarga, artinya
secara tidak langsung keberadaan keluarga menjadi sangat diperlukan bagi
penderita yang dengan pengobatan jangka lama. Namun yang menjadi konsen
peneliti ialah apakah keluarga benar-benar mendukung proses pengobatan
39

penderita baik yang sedang dalam fase intensif maupun fase lanjutan, kategori 1
maupun kategori 2 sehingga tidak hanya keberadaan keluarga yang dilihat, namun
dukungan serta kepedulian keluarga akan menjadi salah satu pertimbangan saat
penderita akan memulai rencana pengobatan.
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyebab penyakit ini
adalah bakteri kompleks Mycobacterium tuberculosis. Mycobacteria termasuk
dalam famili Mycobacteriaceae dan termasuk dalam ordo Actinomycetales.
Kompleks Mycobacterium tuberculosis meliputi M. tuberculosis, M. bovis, M.
africanum, M. microti, dan M. canettii. Dari beberapa kompleks tersebut, M
tuberculosis merupakan jenis yang terpenting dan paling sering dijumpai.
Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru (90%) dibandingkan bagian lain tubuh manusia (Masrin, 2014).
Pengobatan TB akan selalu meliputi pengobatan tahap awal dan
pengobatan tahap lanjutan. Pada tahap awal pengonsumsian obat dilakukan setiap
hari. Hal tersebut digunakan untuk menurunkan jumlah bakteri yang berada di
dalam tubuh klien dan mengurangi pengaruh dari sedikit bakteri yang
dimungkinkan resisten sejak klien belum mengonsumsi OAT. Tahap awal ini
dilakukan selama 2 bulan dan dengan pengonsumsian OAT secara teratur dan
tanpa penyulit, setelah 2 minggu pengobatan daya penularan sudah sangat
menurun. Untuk tahap lanjutan sendiri merupakan tahap yang penting untuk
menurunkan dan membunuh sisa bakteri yang ada di dalam tubuh klien, sehingga
klien dapat sembuh dan tercegah dari kekambuhan (Kemenkes, 2015).

5.2 Keterbatasan peneliti


Penelitian ini dirasakan masih memiliki banyak keterbatasan dan
kekurangan diantaranya yaitu tidak semua pasien tb paru setuju untuk dilakukan
penelitian, pasien banyak yang berkunjung ke poliklinik tanpa didampingi
keluarga sehingga saat pengisian kuesioner harus terus didampingi. Saat akan
40

pengisian kuesioner, pasien yang sedang dalam antrian tiba-tiba dipanggil untuk
dilakukan pemeriksaaan sehingga pengisian kuesioner terhenti.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian tentang Hubungan Dukungan
Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru di Ruang
Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang Tahun 2021 diuraikan sebagai
berikut :
1. Tingkat dukungan keluarga pasien TB Paru di Ruang Poliklinik Rumah Sakit
Aminah Kota Tangerang adalah kurang mendukung dengan jumlah
responden 29 (53,70%).
2. Tingkat kepatuhan pasien TB Paru di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah
Kota Tangerang adalah kurang patuh dengan jumlah responden 33 (61,1%).
3. Menunjukkan adanya Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap Kepatuhan
Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah
Tahun 2021, dengan uji statistik Spearman Rank. pada dua variabel yaitu
Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan pasien nilai p = 0,000. Karena nila p
value = 0,000 atau < 0,05 maka dapat disimpulkan terdapat Hubungan
dukungan keluarga dalam kepatuhan berobat rutin pada pasien TB Paru di
Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang, Tahun 2021 nilai r =
0,873 yang berarti terdapat Hubungan yang signifikan atau sangat kuat antara
dukungan keluarga dalam pengobatan pasien Tb Paru terhadap Kepatuhan
Berobat Rutin di Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang
Tahun 2021.

6.2 Saran
6.2.1 Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang mengenai Hubungan Dukungan Keluarga
Terhadap Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru

41
42

6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan


Diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang
kesehatan serta diajukan bahan referensi bagi institusi guna menambah
perbendaharaan literature perpustakaan mengenai Hubungan Dukungan Keluarga
Terhadap Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru.

6.2.3 Bagi Profesi


Hasil penelitian kebidanan ini diharapkan dapat menjadi masukkan dalam
memperoleh pengetahuan tentang Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru.

6.2.4 Bagi Peneliti lain


Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai bahan
masukan dalam rangka mengembangkan ilmu dan pengetahuan di bidang Ilmu
keperawatan terutama mengenai Hubungan Dukungan Keluarga Terhadap
Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, N. (2017) Faktor yang berhubungan dengan kepatuhan berobat pada


pasien TB Paru dengan pendekatan theoryof planned behaviour.
Universitas Airlangga. :http:// ejournal .stikesaisyah .ac.id /index.
php/jika/article/ view/RAZ-SUE-NK

Dewi, P. M. S. (2013) Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita TB Paru


Dengan Kepatuhan Minum Obat Anti Tuberkulosis di Puskesmas Lidah
Kulon Surabaya. Universitas Airlangga. http:// repository.unair.ac.id/
24017/

Dinkes Banten (2020) Profil Kesehatan Profinsi Banten tahun 2019

Dinkes Tangerang (2020) Profil Kesehatan Profinsi Banten tahun 2019

Dhewi, G. I., Armiyati, Y. and Supriyono, M. (2013) ‘Hubungan Antara


Pengetahuan, Sikap Pasien Dan Dukungan Keluarga Dengan Kepatuhan
Minum Obat Pada Pasien TB Paru Di BKPM Pati’.

Kemenkes RI (2014) Buku Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Edited


by T. Novita D. and V. Siagian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kemenkes RI (2018) Buku Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Edited


by T. Novita D. and V. Siagian. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI
Kemenkes RI (2017) Profil Kesehatan Indonesia. Edited by R. Kurniawan et al.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kemenkes (2014) Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta

Kurniawan, M. N. (2016) Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Tingkat


Kepatuhan Klien Tuberkulosis Paru dalam Menjalani Pengobatan Di
Puskesmas Pegirian Surabaya. Universitas Airlangga.

Manurung, D. T. (2018) Analisis Perubahan Kadar IFN-γ dan TNF-α Sebagai


Penanda Inflamasi dan Respons Terapi Obat Anti Tuberkulosis Pasien
TB Paru MDR. Universitas Airlangga. 14 (1), pp. 66

Niven, N., (2013), Psikologi Kesehatan : Pengantar untuk Perawat dan Profesional
Kesehatan Lain Edisi 2, EGC, Jakarta

Notoatmodjo, S. (2014) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya (Edisi Revisi).


Jakarta: Rineka Cipta.

43
44

PPTI, (2014), Buku SAKU PPTI. Perkumpulan Pemberantasan Tuberculosis


Indonesia (PPTI). Jakarta:PPTI

Devi Y, et al. (2013) Keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth Jakarta:


EGC.

Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang (2020) Data Reka Medik Pasien Penderita
TB Paru Tahun 2020

Riskesdas, (2018). Riset Kesehatan Dasar Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2018.

Simanullang, R.H. 2018. Impact of Health Education Intervention on Knowledge


of Cervical Cancer Prevention among Women in Bahorok’s Village,
North Sumatra Indonesia. Belitung Nursing Journal, 4(6); 591-595.
Simanullang, R.H. 2018. The Correlation Between Family Support and Relapse in
Schizophrenia at The Psychiatric Hospital. Belitung Nursing Journal,
4(6); 566-571.
Simanullang, R.H, and Sitopu, S.D. 2020. Effect of Health Education on
Women’s Knowledge Level about Pap Smear’s Early Detection of
Cervical Cancer Prevention. Asian Journal of Oncology, 6; 65-71

Unnes journey of public health (2017) “ Karakteristik penderita tb paru rentang


usia dewasa 49-61 tahun”

Jamayanti (2014) “ Kelompok laki-laki merupakan kelompok paling banyak


menderita Tb paru”

Sukartini, T (2015) Pengembangan Model Peningkatan Kepatuhan Berbasis Teori


Sistem Interaksi King Dan Pengaruhnya Terhadap Kepatuhan Pasien
Tuberkulosis Paru. Universitas Indonesia.

Nursalam (2014) Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. 3rd edn. Jakarta


45

Lampiran 1
Surat Izin Survei Pendahuluan
46

Lampiran 2
Surat Izin Penelitian
47

Lampiran 3
Surat Balasan Izin Penelitian
48

Lampiran 4
49

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth. Calon Responden Penelitian
di
Tempat

Dengan hormat,
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
1 Nama Siti Komariah
2 NIM 1922127
3 Status Mahasiswi S1 Keperawatan Murni Teguh
3 Judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
Berobat Rutin pada pasien TB Paru di ruang Poliklinik
Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang
4 Alamat Kota Tangerang

Sehubungan dengan penelitian yang akan dilakukan, maka melalui surat


ini saya memohon kesediaan saudara untuk menjadi responden dan memberikan
jawaban atas pertanyaan yang telah disediakan.
Identitas dan jawaban responden akan dijamin kerahasiaannya. Apabila
responden menyetujui maka saya mohon untuk menandatangani lembar
persetujuan dan menjawab pertanyaan yang saya sertakan beserta surat ini.
Atas perhatiannya, saya ucapkan banyak terima kasih.

Peneliti,
Lampiran 5
50

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


Informed consent

Setelah membaca surat pernyataan dari peneliti secara sukarela atau dengan tidak
ada unsur paksaan dan mendapatkan penjelasan/informasi tentang penelitian yang
akan dilakukan oleh
1 Nama Siti Komariah
2 NIM 1922127
3 Judul Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
Berobat Rutin Pada Pasien TB Paru di Ruang Poliklinik
Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang

Dengan ini bersedia untuk menjadi responden penelitian mengenai ” Hubungan


Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Berobat Rutin Pada Pasien Tb Paru di
Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah

Peneliti

Responden

Siti Komariah (..................................)

Lampiran 6
51

Kuesioner Dukungan dan Kepatuhan Berobat Rutin Pasien TB Paru Di


Ruang Poliklinik Rumah Sakit Aminah Kota Tangerang

Nomor Kuesioner : ( diisi oleh peneliti )

a. Data Karakteristik Responden


Tanggal :
1. Umur :
2 Jenis Kelamin : Perempuan
: Laki- Laki
3 Status : Menikah
: Belum Menikah
4 Pendidikan Terakhir : SD
: SMP
: SMU
: Perguruan Tinggi

b. Kuisioner Dukungan Keluarga


Jawablah pertanyaan di bawah ini menurut Anda ketahui dengan
memberi tanda silang (X) pada jawaban tersebut.
Jawaban Responden
No Dukungan Selalu Sering Jarang Tidak
(4) (3) (2) Pernah (1)
Dukungan Emosional &
Penghargaan
1. Keluarga selalu mendampingi
saya dalam perawatan
2. Keluarga selalu memberi pujian
dan perhatian kepada saya
3. Keluarga tidak memperhatikan
keadaan saya selama saya sakit
4. Keluarga dan tetangga
memaklumi bahwa sakit yang
saya alami sebagai suatu
52

musibah
Dukungan Instrumen
1. Keluarga selalu menyediakan
waktu dan fasilitas jika saya
memerlukan untuk keperluan
pengobatan
2. Keluarga sangat berperan aktif
dalam setiap pengobatan dan
perawatan sakit saya
3. Keluarga bersedia membiayai
biaya perawatan dan
pengobatan
4. Keluarga tidak berusaha untuk
mencarikan kekurangan sarana
dan peralatan perawatan yang
saya perlukan
Dukungan
Informasi/Pengetahuan
1. Keluarga selalu memberitahu
tentang hasil pemeriksaan dan
pengobatan dari dokter yang
merawat kepada saya
2. Keluarga tidak mengingatkan
saya untuk kontrol, minum obat,
latihan, dan makan
3. Keluarga selalu mengingatkan
saya tentang perilaku-perilaku
yang memperburuk penyakit
saya
4. Keluarga selalu menjelaskan
kepada saya setiap saya
53

bertanya hal-hal yang tidak jelas


tentang penyakit saya
Dukungan Spiritual
1. Saya percaya tanpa bantuan
Tuhan saya tidak mungkin
sembuh
2. Selama dirawat di rumah sakit
saya tidak menggunakan waktu
lebih banyak untuk
mendekatkan diri pada Tuhan
3. Saya yakin dengan usaha keras,
sakit yang saya alami bisa
disembuhkan
4. Dengan berdoa saya mendapat
semangat untuk tabah
menanggung sakit
5. Kalau saya banyak berdoa saya
merasa tenang dan damai
6. Saya tetap sabar menghadapi
cobaan berupa sakit ini
7. Saya merasa hidup lebih berarti
kalau saya tabah dalam
menghadapi cobaan
8. Saya tidak merasa sakit yang
saya alami merupakan
peringatan dari Tuhan
9. Sakit yang saya alami
merupakan cara dari Tuhan agar
bisa menerima dan memahami
diri dan orang Lain
54

10. Saya percaya bahwa di balik


penderitaan ini pasti ada
hikmahnya

c. Kuesioner Kepatuhan Berobat Rutin


Isilah daftar pernyataan Kepatuhan berobat rutin pada pasien TB Paru dengan
memberikan tanda (√ ) pada kolom yang disediakan. Pernyataan sesuai dengan
yang persepsi saudara
Petunjuk Pengisian :
1. Menjawab setiap pernyataan yang tersedia dengan memberikan tanda
Centang (√) pada tempat yang disediakan
2. Semua pernyataan harus dijawab
3. Setiap pernyataan di isi dengan satu jawaban
4. Bila ada yang kurang mengerti silahkan bertanya kepada peneliti
Jawaban Pasien Skor
(Ya= 1
No Pertanyaan Ya Tidak / Tidak= 0)

1 Pernahkah Anda lupa berobat rutin selama


proses penyembuhan penyakit TB Paru anda ?
2 Selain lupa, dan tidak teratur berobat rutin
apakah ada alasan lain. Sehingga anda
mengalami TB Paru ?
3 Pernahkah berfikiran untuk Anda tidak kontrol
dan berobat rutin ? tanpa sepengetahuan dokter
atau keluarga ?

4 Apakah anda yakin apabila patuh dan teratur


berobat rutin selama waktu yang di tentukan ( 18
Bulan ) atau sesuai dengan anjuran dokter TB
Paru anda akan sembuh ?
5 Apakah Anda yakin akan sembuh dengan
pengobatan penyakit TB paru yang anda alami
Sampai Saat Ini?
6 Apakah Anda pernah berencana ingin berhenti
brobat rutin ?
7 dalam melaksanaan Pencegahan TB paru setiap
55

hari merupakan sesuatu ketidaknyamanan


Apakah Anda merasa terganggu harus brobat
rutin setiap 2 minggu sekali?
8. Berapa Sering Anda lupa berobat rutin setiap dua A= 0
minggunya ? B-E= 1
a. Tidak pernah
b. Sesekali
c. Kadang -Kadang
d. Biasanya
e. Selalu
Ket:
Selalu : 7 Kali Dalam dua minggu
Biasanya : 4-6 Kali Dalam dua minggu
Kadang- Kadang : 2-3 Kali Dalam dua minggu
Sesekali : 1 Kali Dalam dua minggu
Tidak Pernah : Tidak Pernah Lupa
Total Skor

Lampiran Materi 7

A. Tuberkulosis Paru
1. Pengertian
56

TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Tb, yang
menyebar melalui udara dari seseorang yang teserang TB paru dari orang ke
orang, ketika batuk, bersin, atau meludah, (Kemenkes, 2014)
2. Penyebab TB Paru
Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Tb, Kuman yang mempunyai
ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mn Kuman tuberkulosis dapat bertahan di
lingkungan yang dingin dan lembab juga kering, kuman ini akan mati apabila
berada di daerah panas dengan suhu diatas seratus derajat selsius, atau di
tempat yang perputaran udaranya teratur dan normal, juga bersih, minimal 40
kali petukaran udara perjam, (Widoyono, 2011).
3. Gejala Klinis
Gejala TB paru diantaranya batuk berdahak terus-menerus yang
berlangsung lebih dari 2–3 minggu, nyeri dada saat bernapas atau batuk dan
juga sesak napas, (Kemenkes, 2014). Riwayat klien meliputi pengkajian
riwayat tertularnya penderita TB baru atau penderita Tb lama, pekerjaan
pasien, kegiatan sehari-hari pasien, dan perjalanan atau riwayat tinggal pasien.
Tanyakan juga apakah pasien pernah diperiksa TB sebelumnya, (Soemantri,
2012). Menurut Kemenkes (2014) gejala penyakit TB diantaranya
a. Gejala yang sering terjadi atau umum, sebagai berikut:
Badan demam atau suhu tubuh naik, selera makan dan berat badan menurun,
batuk berdahak terkadang disertai darah lebih dari 3 minggu juga badan
terasa lemas, (Kemenkes, 2014)
b. Gejala khusus, antara lain sebagai berikut:
Nafas sesak, sakit dada, sakit punggung belakang, Kencing darah pada TB
menyerang ginjal, Pembengkakan kelenjar getah bening bila terkena TB
menyerang kelenjar, Sakit perut jika TB menyerang usus, sakit kepala dan
kejang bila terkena TB selaput otak, nyeri tulang dan sendi, tidak mampu
bergerak, bila bakteri TB menyerang tulang dan sendi, (Kemenkes, 2014)
4. Cara Penularan
Sumber penularan TB melaui udara, atau tetesan air liur saat berbicara,
batuk, tertawa, bersin atau menyanyi. umumnya terjadi melalui udara. Ketika
57

penderita TB memercikkan lendir atau dahak saat batuk atau bersin, atau
berbicara bakteri TB akan ikut keluar melalui lendir tersebut dan terbawa ke
udara. Selanjutnya, bakteri TB akan masuk ke tubuh orang lain melalui udara
yang dihirupnya, (Kemenkes, 2014). Orang yang paling umum terserang
penyakit TB paru adalah orang yang sering berdekatan dengan penderita TB.
(Joyce M Black, 2014).
5. Perjalanan Penyakit
Menurut Kemenkes RI (2014) Penularan TBC umumnya terjadi melalui
udara. Ketika penderita TB memercikkan lendir atau dahak saat batuk atau
bersin, dan saat berbicara, bakteri TB akan ikut keluar terbawa ke udara dan
menular ke orang lain melalui udara yang dihirupnya, (Kemenkes, 2014).

6. Klasifikasi Diagnosis
Penetapan pemeriksaan tuberkulosis paru berdasarkan hasil pemeriksaan
dahak menurut Kemenkes, (2014). dikelompokkan menjadi penderita TB
paru BTA positif dan BTA nefgatif
Tabel 2.1 Klasifikasi Diagnosa TB paru
Jenis Keterangan Pemeriksaan
Tuberkulosis paru BTA Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak
positif SPS hasilnya BTA positif
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
dan fototoraks dada menunjukkan gambaran
tuberkulosis.
1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif
setelah 3 pemeriksaan dahak SPS pada
pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif
dan tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotika non OAT
Tuberkulosis paru BTA Paling tidak 3 pemeriksaan dahak SPS hasilnya
negatif BTA negatif.
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran
58

tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian
antibiotik nonOAT.
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter
untuk diberikan pengobatan.
Sumber Kemenkes (2014)

7. Pengobatan Penyakit Tuberkulosis Paru


Pengobatan TB paru adalah untuk menyembuhkan pasien, mencegah
kematian, mencegah kekambuhan, memutuskan mata rantai penularan dan
mencegah terjadinya kekebalan kuman terhadap OAT. Jenis, sifat dan dosis
yang digunakan untuk TB paru Tujuan utama pengobatan tuberkulosis adalah
memperbaiki menghasilkan, mencegah kematian oleh tuberkulosis, mencegah
kekambuhan, menurunkan penularan, dan mencegah resistensi obat
tuberkulosis. Hal yang digunakan sebagai prinsip pengobatan tuberculosis
adalah pemberian OAT yang mengandung 4 macam obat untuk mencegah
terjadinya resistensi, diberikan dalam takaran tepat, ditelan atau dikonsumsi
secara teratur, dan diawasi oleh Pengawas Menelan Obat (PMO) hingga selesai
pengobatan (Kemenkes, 2014).
a. Tahapan pengobatanTB
Pengobatan TB akan selalu umeliputi pengobatan awal dan pengobatan
tahap lanjutan. Pada tahap awal pengonsumsian obat dilakukan setiap hari.
Hal tersebut digunakan untuk menurunkan jumlah bakteri yang berada di
dalam tubuh klien dan mengurangi pengaruh dari sedikit bakteri yang
dimungkinkan resisten sejak klien belum mengonsumsi OAT. Tahap awal
ini dilakukan selama 2 bulan dan dengan pengonsumsian OAT secara rutin,
setelah 2 minggu pengobatan penularanya sudah menurun. Untuk tahap
lanjutan sendiri merupakan tahap utama untuk menurunkan dan membunuh
sisa bakteri yang ada di dalam tubuh klien, sehingga klien dapat sembuh
dan tercegah dari kekambuhan Kemenkes, (2014).
59
60

Lampiran 8

LAMPIRAN OLAH DATA HASIL PENELITIAN


JENIS
KELAMI
N Umu N STATU PENDIDIKA DUKUNGAN KELUARGA PASIEN TB SESUDAH DI EDUKASI Jm
% Katagori
o r S N l
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2
1 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
2 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
3 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
4 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
5 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
6 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
7 1 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
8 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
9 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
10 2 1 1 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
11 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
12 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
13 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
14 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
15 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
16 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
17 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
18 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
19 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
20 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
61

21 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
22 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
23 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
24 2 1 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
25 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
26 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
27 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
28 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
29 2 2 1 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 88 100 1
70.45
30 2 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 2
70.45
31 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 2
70.45
32 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 2
70.45
33 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 2
70.45
34 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 2
70.45
35 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 2
70.45
36 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 2
70.45
37 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 2
70.45
38 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 2
70.45
39 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 2
70.45
40 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 2
70.45
41 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
42 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 70.45 3
62

5
70.45
43 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
70.45
44 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
70.45
45 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
70.45
46 3 2 1 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
70.45
47 3 2 2 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
70.45
48 3 2 2 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
70.45
49 3 2 2 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
70.45
50 3 2 2 3 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
70.45
51 3 2 2 4 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
70.45
52 3 2 2 4 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
70.45
53 3 2 2 4 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
70.45
54 3 2 2 4 1 4 1 3 1 4 4 2 3 2 4 2 4 2 4 2 4 4 2 3 2 4 62 5 3
63

KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB SESUDAH


EDUKASI
Jml % Katagori

1 2 3 4 5 6 7 8
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 1 1 1 1 1 1 1 8 100 1
1 0 1 1 0 1 1 1 6 75 2
1 0 1 1 0 1 1 1 6 75 2
1 0 1 1 0 1 1 1 6 75 2
1 0 1 1 0 1 1 1 6 75 2
1 0 1 1 0 1 1 1 6 75 2
1 0 1 1 0 1 1 1 6 75 2
1 0 1 1 0 1 1 1 6 75 2
1 0 1 1 0 1 1 1 6 75 2
1 0 1 1 0 1 1 1 6 75 2
1 0 1 1 0 1 1 1 6 75 2
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 2
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
64

1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3
1 0 1 0 1 0 1 1 5 62.5 3

Lampiran 9
65

Hasil output SPSS

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Perempuan 24 44,4 44,4 44,4

Valid Laki-Laki 30 55,6 55,6 100,0

Total 54 100,0 100,0

Status

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Menikah 46 85,2 85,2 85,2

Valid Belim Menikah 8 14,8 14,8 100,0

Total 54 100,0 100,0

Pendidikan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

SD 10 18,5 18,5 18,5

SMP 19 35,2 35,2 53,7

Valid SMU 21 38,9 38,9 92,6


Perguruan Tinggi 4 7,4 7,4 100,0

Total 54 100,0 100,0

Umur

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

< 25 Tahun 7 13,0 13,0 13,0

25-45 Tahun 23 42,6 42,6 55,6


Valid
> 45 Tahun 24 44,4 44,4 100,0

Total 54 100,0 100,0

DUKUNGAN KELUARGA PASIEN TB


66

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Mendukung 8 14,8 14,8 14,8

Cukup Mendukung 17 31,5 31,5 46,3


Valid
Kurang Mendukung 29 53,7 53,7 100,0

Total 54 100,0 100,0

KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Patuh 16 29,6 29,6 29,6

Cukup Patuh 5 9,3 9,3 38,9


Valid
Kurang Patuh 33 61,1 61,1 100,0

Total 54 100,0 100,0

Nonparametric Correlations

Correlations

DUKUNGAN KEPATUHAN
KELUARGA BEROBAT
PASIEN TB PASIEN TB

Correlation
1,000 ,873**
DUKUNGAN Coefficient

KELUARGA PASIEN TB Sig. (2-tailed) . ,000

N 54 54
Spearman's rho
Correlation
,873** 1,000
KEPATUHAN Coefficient

BEROBAT PASIEN TB Sig. (2-tailed) ,000 .

N 54 54

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


67

DUKUNGAN KELUARGA PASIEN TB * KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB


Crosstabulation

KEPATUHAN BEROBAT Total


PASIEN TB

Patuh Cukup Kurang


Patuh Patuh

Count 8 0 0 8

% within
DUKUNGAN
100,0% 0,0% 0,0% 100,0%
KELUARGA
PASIEN TB
Mendukung
% within
KEPATUHAN
50,0% 0,0% 0,0% 14,8%
BEROBAT
PASIEN TB

% of Total 14,8% 0,0% 0,0% 14,8%

Count 8 5 4 17

% within
DUKUNGAN
47,1% 29,4% 23,5% 100,0%
KELUARGA
DUKUNGAN
Cukup PASIEN TB
KELUARGA
Mendukung % within
PASIEN TB
KEPATUHAN
50,0% 100,0% 12,1% 31,5%
BEROBAT
PASIEN TB

% of Total 14,8% 9,3% 7,4% 31,5%

Count 0 0 29 29

% within
DUKUNGAN
0,0% 0,0% 100,0% 100,0%
KELUARGA
Kurang PASIEN TB
Mendukung % within
KEPATUHAN
0,0% 0,0% 87,9% 53,7%
BEROBAT
PASIEN TB

% of Total 0,0% 0,0% 53,7% 53,7%


68

Count 16 5 33 54

% within
DUKUNGAN
29,6% 9,3% 61,1% 100,0%
KELUARGA
PASIEN TB
Total
% within
KEPATUHAN
100,0% 100,0% 100,0% 100,0%
BEROBAT
PASIEN TB

% of Total 29,6% 9,3% 61,1% 100,0%


69

Lampiran 10
Foto Kegiatan
70

Lampiran 11

Biodata Penulis

Penulis bernama Siti Komariah dilahirkan pada tanggal 23 Juni 1986 di


Tangerang, anak dari pasangan suami istri Bapak H.Leman dan Ibu Hj.Muyah.
Pada tahun 1996 penulis lulus sekolah pada jenjang SD di MI Al-Husna Jakarta
Barat kemudian di tahun 2001 lulus dari MTS Al-Itqon Jakarta Barat dan lulus
jenjang SMA di MA Al-Itqon Jakarta Barat pada tahun 2004 yang kemudian
melanjutkan D3 di Akper Swakarsa Jakarta Barat tahun 2007. Pada tahun 2020
mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan S1 di STIKes Murni Teguh Medan.
Demikian riwayat hidup penulis.

Penulis

Siti Komariah

Anda mungkin juga menyukai