Anda di halaman 1dari 122

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KEJADIAN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS TERMINAL KOTA
BANJARMASIN TAHUN 2021

SKRIPSI

Diajukan guna untuk memenuhi


sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH:
NOOR ELISA
NPM 17070072

PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN
MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI
BANJARMASIN
2021
Halaman Persetujuan Pembimbing Untuk Seminar

Proposal Penelitian oleh Noor Elisa ini

Telah diperiksa dan disetujui untuk diseminarkan

Banjarmasin, Juni 2021

Pembimbing I,

Eddy Rahman, S.Kp.G, M.Kes


NIDN. 1121098601

Banjarmasin, Juni 2021

Pembimbing II,

Zuhrupal Hadi, SKM., M. Kes


NIDN. 1130098603

ii
Halaman Persetujuan Pembimbing untuk Sidang Skripsi

Skripsi oleh Noor Elisa ini


Telah diperiksa dan disetujui untuk disidangkan

Banjarmasin, Agustus 2021


Pembimbing I,

Eddy Rahman, S.Kp.G, M.Kes


NIDN. 1121098601

Banjarmasin, Agustus 2021


Pembimbing II,

Zuhrupal Hadi, SKM., M. Kes


NIDN. 1130098603

iii
ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN


DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TERMINAL KOTA BANJARMASIN TAHU 2021

Elisa, Noor
Pembimbing I : Eddy Rahman, S.Kp.G, M.Kes
Pembimbing II : Zuhrupal Hadi, SKM., M.Kes

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan hampir di seluruh


belahan dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) di wilayah kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin tahun 2021.
Penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan desain case
control. Instrumen yang digunakan berupa kuesioner dan lembar observasi.
Populasi dalam penelitian ini sebanyak 55 responden yang terdiri dari 11 kasus
dan 44 kontrol. Analisis data menggunakan uji chi square. Dari hasil penelitian
diketahui bahwa dari 5 variabel, 2 diantaranya memiliki hubungan dengan
kejadian DBD yaitu hubungan pengurasan penampungan air berhubungan dengan
kejadian DBD yaitu (p value = 0,002 < 0,05) dan keberadaan jentik nyamuk pada
penampungan ai dengan kejadian DBD yaitu (p value = 0,010 < 0,05) dan tidak
ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian DBD yaitu (p value = 0,839 >
0,05), kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian DBD (P value = 0,722 >
α 0,05), dan ketersediaan penutup pada penampungan air yaitu (P value = 0,075 >
α 0,05). Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor pengurasan penampungan air
yang tidak rutin ≤ 1 kali dalam seminggu menyebabkan adanya keberadaan jentik
nyamuk pada setiap penampungan air. Hal ini dapat menimbulkan terus terjadinya
kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin. Dengan
ini masyarakat diharapkan lebih sensitif terhadap apa saja yang dapat
menyebabkan timbulnya perkembangbiakan nyamuk yag dapat terjadinya DBD
salah satunya dengan rutin melakukan pengurasan pada penampungan air dan
mengecek secara rutin pada kontainer penampungan air apakah ada terdapat jentik
nyamuk atau tidak guna menekan kejadian DBD pada masyarakat.

Kata kunci : Kejadian DBD, pengetahuan, kebiasaan menggantung pakaian,


frekuensi pengurasan penampungan air, ketersediaan penutup
penampungan air, dan keberadaan jentik di penampungan air.

Literatur : 25 (2011 – 2020)

iv
ABSTRACT

FACTORS RELATED TO THE INCIDENCE OF DENGUE


HEMORRHAGIC FEVER (DHF) IN THE WORKING AREA OF THE
PUSKESMAS TERMINAL IN THE CITY OF BANJARMASIN IN 2021

Elisa, Noor
Preceptor I: Eddy Rahman, S.Kp.G, M.Kes
Preceptor II: Zuhrupal Hadi, SKM., M. Kes

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is found in almost all parts of the


world. This study aims to identify and analyze the factors associated with the
incidence of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in the working area of the
Banjarmasin City Terminal Health Center in 2021. This research is analytic
observational using case control design. The instruments used are questionnaires
and observation sheets. The population in this study were 55 respondents
consisting of 11 cases and 44 controls. Data analysis using chi square test. From
the results of the study, it is known that of the 5 variables, 2 of them have a
relationship with the incidence of DHF, namely the relationship between draining
water reservoirs and the incidence of DHF, namely (p value = 0.002 < 0.05) and
the presence of mosquito larvae in AI shelters with the incidence of DHF, namely
(p value = 0.010 < 0.05) and there is no relationship between knowledge and the
incidence of DHF, namely (p value = 0.839 > 0.05), the habit of hanging clothes
with the incidence of DHF (p value = 0.722 > 0.05), and the availability of covers
on water reservoir (p value = 0.075 > 0.05). This study concludes that the
irregular draining of water reservoirs 1 time a week causes the presence of
mosquito larvae in each water reservoir. This can lead to continued occurrence of
dengue fever in the working area of Puskesmas Terminal Banjarmasin City. With
this, the community is expected to be more sensitive to anything that can cause
mosquito breeding to occur, one of which is by routinely draining water reservoirs
and checking regularly on water storage containers whether there are mosquito
larvae or not in order to suppress the incidence of DHF in the community.

Keywords : Incidence of dengue fever, knowledge, habit of hanging clothes,


frequency of draining water reservoirs, availability of water reservoir
covers, and the presence of larvae in water reservoirs.

Literature : 25 (2011 – 2020)

v
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

proposal dengan judul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal

Kota Banjarmasin Tahun 2021”. Dan tak lupa juga penulis panjatkan shalawat

serta salam kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW beserta para

sahabat, keluarga dan pengikut-pengikut beliau hingga akhir zaman.

Skripsi ini disusun dan diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi

sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas

Islam Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Abd. Malik, S.Pt., M.Si., Ph.D selaku Rektor Universitas Islam

Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin.

2. Meilya Farika Indah, SKM., M. Sc selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad Al

Banjari Banjarmasin.

vi
3. Chandra, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat

Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Muhammad Arsyad Al Banjari

Banjarmasin.

4. Eddy Rahman, S.Kp.G., M. Kes selaku dosen pembimbing I yang telah

memberikan arahan dan petunjuk dalam penyelesaian proposal.

5. Zuhrupal Hadi, SKM., M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah

memberikan arahan dan petunjuk dalam penyelesaian proposal.

6. Erwin Ernadi, SKM,. M.Kes selaku dosen penguji pada kegiatan seminar

proposal dan sidang skripsi.

7. Dr. Machli Riyadi. S.H,. M.H. selaku Kepala Dinas Kesehatan Kota

Banjarmasin yang telah memberikan data untuk melakukan penelitian.

8. dr. Hidayati selaku Kepala Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin yang telah

memberikan izin untuk melakukan penelitian.

9. Para dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Islam

Kalimantan (UNISKA) yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan,

pelayanan dan membantu selama penulis mengikuti pendidikan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan.

10. Kepada kedua orangtua tercinta Ayah dan Ibu yang telah mendidik dan

membesarkan dengan penuh cinta dan kasih sayang yang begitu tulus serta

doa restu dan pengorbanan yang tiada henti-hentinya hingga penulis dapat

menyelesaikan pendidikan ini.

vii
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dan memotivasi selama mengikuti pendidikan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Islam Kalimantan.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa-jasa yang telah

membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini. Kritik

dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya

penelitian ini. Semoga laporan skripsi ini dapat bermanfaat dimasa yang akan

datang khususnya untuk kemajuan program kesehatan.

Banjarmasin, April 2021

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................................... i


HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................................ ii
ABSTRAK ..........................................................................................................................iv
ABSTRACT........................................................................................................................ v
KATA PENGANTAR ........................................................................................................vi
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................................. 8
E. Keaslian Penelitian.................................................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 12
A. Tinjauan Umum Tentang Demam Berdarah Dengue (DBD) ............................... 12
1. Definisi DBD .................................................................................................... 12
2. Etiologi DBD .................................................................................................... 13
3. Vektor Penular Penyakit DBD .......................................................................... 14
4. Ciri-ciri Nyamuk Aedes Aegypti ...................................................................... 16
5. Daur Hidup Aedes Aegypti ............................................................................... 16
6. Tanda dan Gejala DBD ..................................................................................... 20
7. Epidemiologi DBD ........................................................................................... 23
8. Pathogenesis DBD ............................................................................................ 27
9. Mekanisme Penularan DBD.............................................................................. 27
10. Akibat Penularan Virus Dengue.................................................................... 29
11. Bionomik Vektor DBD ................................................................................. 30
12. Tempat Potensi Penularan DBD ................................................................... 31
13. Pencegahan dan Pemberantasan DBD .......................................................... 31
B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan DBD ................................................. 34
1. Agent Penyakit DBD ........................................................................................ 35

ix
2. Host (Manusia).................................................................................................. 35
3. Environment (Lingkungan ................................................................................ 36
C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan ................................................................. 37
D. Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Menggantung Pakaian ................................ 40
E. Tinjauan Umum Tentang Frekuensi Pengurasan Penampungan Air .................... 41
F. Tinjauan Umum Tentang Ketersediaan Penutup Penampungan Air .................... 41
G. Tinjauan Umum Tentang Keberadaan Jentik Pada Penampungan Air ................. 42
H. Kerangka Teori ..................................................................................................... 43
I. Kerangka Konsep................................................................................................... 44
J. Hipotesis ............................................................................................................... 44
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................................. 46
A. Rancangan Penelitian ............................................................................................ 46
B. Populasi dan Sampel ............................................................................................. 46
C. Instrumen Penelitian ............................................................................................. 47
D. Variabel Penelitian ................................................................................................ 47
E. Definisi Operasional ............................................................................................. 48
F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ......................................................... 51
G. Cara Analisis Data ................................................................................................ 54
H. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................... 55
I. Biaya Penelitian .................................................................................................... 56
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 57
A. Gambaran Umum Puskesmas Terminal ................................................................ 57
B. Visi, Misi dan Motto Puskesmas Terminal Banjarmasin ...................................... 60
C. Hasil Penelitian ..................................................................................................... 61
D. Pembahasan........................................................................................................... 72
BAB V PENUTUP .......................................................................................................... 80
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 80
B. Saran ..................................................................................................................... 82
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 83
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian .................................................................... 11

Tabel 3.1 Definisi Operasional .................................................................. 48

Tabel 3.2 Waktu Penelitian ....................................................................... 55

Tabel 3.3 Biaya Penelitian ......................................................................... 56

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur


Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota
Banjarmasin Tahun 2021 .......................................................... 61

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota
BanjarmasinTahun 2021 ........................................................... 62

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan


Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota
Banjarmasin Tahun 2021 .......................................................... 62

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan


Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota
Banjarmasin Tahun 2021 .......................................................... 63

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian DBD


di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin
Tahun 2021 ................................................................................ 64

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan


Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota
Banjarmasin Tahun 2021 .......................................................... 64

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan


menggantung pakaian responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021 .................................. 65

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengurasan


Penampungan Air di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal
Kota Banjarmasin Tahun 2021 .................................................. 65

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ketersediaan 66


Penutup Pada Penampungan Air di Wilayah Kerja Puskesmas

xi
Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021 ..................................

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keberadaan


Jentik Nyamuk Pada Penampungan Air di Wilayah Kerja
Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021
................ 67

Tabel 4.11 Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian DBD di Wilayah


Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021 ...... 67

Tabel 4.12 Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian


DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota
Banjarmasin Tahun 2021 .......................................................... 68

Tabel 4.13 Hubungan Pengurasan Penampungan Air dengan Kejadian


DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota
Banjarmasin Tahun 2021 .......................................................... 69

Tabel 4.14 Hubungan Ketersediaan Penutup Penampungan Air dengan


Kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota
Banjarmasin Tahun 2021
........................................................... 70

Tabel 4.15 Hubungan Keberadaan Jentik Nyamuk dengan Kejadian DBD


di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin
Tahun 2021 ................................................................................ 71

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Siklus Hidup Nyamuk Aedes agypti .......................................... 20

Gambar 2.2 Kerangka Teori .......................................................................... 43

Gambar 2.3 Kerangka Konsep ...................................................................... 44

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) ditemukan hampir di seluruh

belahan dunia terutama di negara-negara tropik dan subtropik. Kejadian

demam berdarah telah meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam

beberapa dekade terakhir. Sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala dan

karenanya jumlah aktual kasus dengue tidak dilaporkan dan banyak kasus

salah diklasifikasikan. Satu perkiraan menunjukkan 390 juta terjadi infeksi

dengue per tahun (interval kredibel 284–528 juta), dimana 96 juta (67–136

juta) bermanifestasi secara klinis (dengan tingkat keparahan penyakit apapun)

(WHO, 2018).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah insfeksi yang disebabkan oleh

virus dengue. Dengue itu sendiri merupakan virus penyakit yang ditularkan

melalui nyamuk aedes spp, nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia

yang telah menyebabkan hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya.

DBD memiliki gejala serupa dengan dengan Demam Dengue, namun DBD

memiliki gejala lain berupa sakit atau nyeri pada ulu hati terus-menerus,

pendarahan pada hidung mulut, gusi bahkan memar pada kulit (Kemenkes RI,

2017).

1
2

Indonesia sebagai salah satu negara tropis di dunia dengan kelembaban

udara yang cukup tinggi menjadi pemicu berkembang biaknya nyamuk seperti

Aedes aegypti yang merupakan salah satu vektor Demam Berdarah Dengue,

sehingga Demam Berdarah Dengue mudah ditularkan melalui gigitan nyamuk

Aedes aegypt. Masalah Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia

merupakan salah satu masalah kesehatan yang cenderung meningkat jumlah

penderita serta semakin luas penyebarannya sejalan dengan meningkatnya

mobilitas dan kepadatan penduduk. Indonesia termasuk negara yang beriklim

tropis yang merupakan tempat hidup favorit bagi nyamuk, sehingga Demam

Berdarah Dengue (DBD) biasanya menyerang saat musim penghujan. Anak-

anak merupakan sasaran dari gigitan nyamuk, sehingga jika tidak segera

ditangani, demam ini bisa menjadi penyakit yang mematikan (Ariani, 2016).

Kasus DBD di Indonesia yang dilaporkan pada tahun 2019 tercatat

sebanyak 138.127 kasus. Jumlah ini meningkat dibandingkan tahun 2018

yakni sebesar 65.602 kasus. Kematian karena DBD pada tahun 2019 juga

mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2018 yaitu dari 467 menjadi 919

kematian. Incidence Rate DBD pada tahun 2019 sebesar 51,48 / 100.000

penduduk. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dua tahun

sebelumnya yaitu tahun 2016 dan 2017 ketika Incidence Rate DBD sebesar

26,1 dan 24,75 / 100.000 penduduk. Persentase tertinggi angka kesakitan

Demam Berdarah Dengue / 100.000 penduduk terdapat pada Provinsi

Kalimantan Utara (239/100.000 penduduk), sedangkan persentase terendah


3

terdapat pada Provinsi Maluku (13,09/100.000 penduduk) (Kemenkes RI,

2019).

Kasus Demam Berdarah Dengue ((DBD) yang terjadi di Provinsi

Kalimantan Selatan (2019) sebanyak 2.401 kasus dengan angka kesakitan

(Incidence Rate) sebesar 56,6/ 100.000 penduduk, sedangkan angka kematian

(Case Fatality Rate) sebesar 0,6% dengan jumlah kasus meninggal yaitu

sebanyk 14 kasus. Berdasarkan data Kabupaten/Kota terlihat Incidence Rate

(IR) DBD tertinggi terdapat di Kota Banjarbaru 135,13/ 100.000 penduduk,

Kabupaten Balangan 126,64/ 100.000 penduduk dan Kabupaten yang

Incidence Rate (IR) DBD terendah terdapat di Kota banjarmasin yaitu 5,85/

100.000 penduduk (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan, 2019).

Sedangkan data Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Banjarmasin

pada tahun 3 tahun terakhir terus mengalami kenaikan dimana pada tahun

2018 sebanyak 28 kasus, data tersebut mengalami peningkatan pada tahun

2019 menjadi 41 kasus, dan data kasus DBD pada tahun 2020 sebanyak 42

kasus. Kasus DBD tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Terminal

yaitu sebanyak 11 kasus dan Puskesmas yang tidak memiliki kasus DBD

terdapat di Puskesmas Kelayan Timur, Puskesmas Pemurus Dalam,

Puskesmas Kelayan Dalam, Puskesmas Beruntung Raya, Puskesmas

Pekapuran Raya, Puskesmas Sungai Bilu, Puskesmas Sungai Jingah,

Puskesmas Alalak Tengah, Puskesmas Alalak Selatan, dan Puskesmas Teluk

Dalam (Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin, 2020).


4

Berdasarkan data kejadian DBD di Kota Banjarmasin Puskesmas Terminal

merupakan Puskesmas dengan data DBD tertinggi yaitu sebanyak 11 kasus.

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin memiliki wilayah kerja dengan 2

kelurahan yaitu Kelurahan Pemurus Luar dan Sungai lulut dimana kejadian

DBD yang terjadi pada Kelurahan Pemurus luar terdapat 6 kasus dan

Kelurahan Sungai Lulut sebanyak 5 Kasus (Puskesmas Terminal Kota

Banjarmasin, 2020)

Terdapat banyak faktor yang memengaruhi kejadian DBD yaitu faktor

Triad Epidemiologi (Agent, Host, Evironment). Adapun faktor agent yang

dapat memengaruhi terjadinya DBD yaitu virus dengue. Faktor host yang

dapat memengaruhi terjadinya DBD yaitu pengetahuan responden, kebiasaan

menggantung pakaian, frekuensi pengurasan penampungan air, ketersediaan

penutup penampungan air. Faktor Evironment atau lingkungan yang dapat

memengaruhi terjadinya DBD yaitu keberadaan jentik pada penampungan air

(Notoadmodjo, 2011).

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui vektor nyamuk dari

spesie Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Peran vektor dalam penyebaran

penyakit menyebabkan kasus banyak ditemukan pada musim hujan ketika

munculnya banyak genangan air yang menjadi tempat perindukan nyamuk.

Selain iklim dan kondisi lingkungan, beberapa studi menunjukkan bahwa

DBD berhubungan dengan mobilitas dan kepadatan penduduk, dan perilaku


5

masyarakat. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut menjadi landasan

dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD (Kemenkes RI, 2019).

Kebiasaan yang sering dianggap remeh bahkan tidak penting seperti

menggantung pakaian yang sudah dipakai kerap dilakukan banyak orang.

Padahal, kebiasaan seperti itu pun mampu memancing nyamuk Aedes aegypti

yang merupakan vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) untuk menjadi

tempat tinggalnya (Ariani, 2016).

Pentingnya menyediakan penutup untuk penampungan air guna

menghindari tempat nyamuk bertelur dan menyebabkan keberadaan jentik.

Keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air dapat menimbulkan

perkembangbiakan nyamuk lebih banyak lagi. Untuk menghindari hal

tersebut, sangat penting untuk memperhatikan kegiatan rutin pengurasan

penampungan air, untuk mengurangi kepadatan jentik nyamuk (Nasution,

2019).

Pemahaman sebagian masyarakat yang masih terbatas mengenai

pentingnya melakukan pencegahan DBD membuat upaya pencegahan

penyakit belum berjalan dengan maksimal. Peningkatan kasus DBD yang

terjadi terus menerus di Kota Banjarmasin dapat disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan masyarakat terkait pencegahan penyakit DBD (Dewi, 2020).

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “Faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas

Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021”.


6

B. Rumusan Masalah

1. Pernyataan Masalah

Data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin menunjukan bahwa dalam 3

tahun terakhir kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus mengalami

peningkatan yaitu pada tahun 2018 sebanyak 28 kasus meningkat pada

tahun 2019 menjadi sebanyak 41 kasus dan pada tahun 2020 sebanyak 42

kasus. Kasus tertinggi terdapat di wilayah kerja Puskesmas Terminal Kota

Banjarmasin yaitu sebanyak 11 kasus.

2. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan di atas tersebut maka pertanyaan penelitian

adalah sebagai berikut:

a. Apakah ada hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota

Banjarmasin Tahun 2021?

b. Apakah ada hubungan kebiasaan menggantung pakaian dengan

kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021?

c. Apakah ada hubungan frekuensi pengurasan penampungan air dengan

kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021?

d. Apakah ada hubungan ketersediaan penutup penampungan air dengan

kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021?


7

e. Apakah ada hubungan keberadaan jentik nyamuk pada penampungan

air dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah

Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal

Kota Banjarmasin Tahun 2021.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah

Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021.

b. Mengetahui pengetahuan responden tentang penyakit Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota

Banjarmasin Tahun 2021.

c. Mengetahui kebiasaan menggantung pakaian di Wilayah Kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021.

d. Mengetahui frekuensi pengurasan penampungan air di Wilayah Kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021.

e. Mengetahui ketersediaan penutup penampungan air di Wilayah Kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021.

f. Mengetahui keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air di

Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021.


8

g. Menganalisis pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue

(DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin

Tahun 2021.

h. Menganalisis kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas

Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021.

i. Menganalisis frekuensi pengurasan penampungan air dengan kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas

Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021.

j. Menganalisis ketersediaan penutup penampungan air dengan kejadian

Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas

Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021.

k. Menganalisis keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air

dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Instansi

Sebagai salah satu bahan masukan dan informasi bagi pihak Instansi

terhadap faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian Demam

Berdarah Dengue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota

Banjarmasin Tahun 2021.


9

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat menjadi sumber kepustakaan dan informasi di

Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan peneliti tentang faktor yang berhubungan

dengan kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).

4. Bagi Peneliti Lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi dan

menambah wawasan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).

E. Keaslian Penelitian

Populasi
Metode Variable
No Nama Judul dan Hasil
Penelitian Penelitian
Sample
1 Shinta Kurnia Pengetahuan, 368 Kuantitatif Variabel Hasil analisis
Dewi sikap dan responden deskriptif terikat: data univariat
perilaku usia 25-60 dengan desain Pencegahan menunjukan
masyarakat tahun. cross penyakit sebagian besar
dalam sectional. DBD, responden
pencegahan Variabel memiliki
penyakit bebas: pengetahuan
DBD di Pengetahuan, baik (69,6%),
Kecamatan sikap, responden yang
Gomolong perilaku. memiliki sikap
Kabupaten baik (78,5%)
Sragen dan responden
Tahun 2020. yang perilaku
kurang
(59,5%).
2 1. Ismalia Analisis 100 Survei Variabel Ada hubungan
Husna faktor yang sampel analitik terikat: pengetahuan
2. Devita mempengaru dengan 50 observasional Kejadian responden
Febriani hi kejadian kasus dan dengan desain DBD, dengan
Putri DBD 50 kontrol case control Variabel kejadian DBD,
10

3. Tusy Tri diwilayah bebas: p value =


Wahyuni kerja pengetahuan,0,002. Ada
4. Guntur puskesmas lingungan, hubungan sikap
Batara way kandis perilaku responden
Kencana bandar dengan
lampung kejadian DBD ,
tahun 2020 p value =
0,001. Tidak
ada hubungan
perilaku
responden
dengan
kejadian DBD,
p value=0,659.
3 1. Tuti Sandra Faktor-faktor 140 Observasional Variabel Ada pengaruh
2. Muchlis Au yang sampel analitik dg terikat: faktor
Sofro berpengaruh terdiri dari desain Case Kejadian pendidikan ibu
3. Suhartono terhadap 70 kasus Control. DBD, dengan
4. Martini kejadian dan 70 Variabel kejadian DBD,
5. Suharyo H DBD pada kontrol Bebas: p value= 0,007,
anak usia 6- Pendidikan, kebiasaan
12 tahun di Kebiasaan memakai
Kecamatan memakai pakaian
Tembalang pakaian panjang p
(2019). panjang, value=0,020,
kebiasaan tidak ada
menggantung pengaruh faktor
pakaian, Kebiasaan
praktik PSN. menggantung
pakaian dengan
kejadian DBD,
p value= 0,128,
dan praktik
PSN p
value=0,025.
4 Hilya Auni Hubungan 132 Obsevasional Variabel Variable yang
Nasution faktor sampel analitik terikat: memiliki
lingkungan terdiri dari dengan desain kejadian hubungan
dan perilaku 44 kasus case control. DBD, dengan
masyarakat dan 88 Variabel kejadian yaitu
dg kejadian kontrol. bebas: lingkunga p
DBD di lingkungan value= 0,002,
wilayah kerja dan perilaku perilaku :
Puskesmas pengetahuan p
plus value=0,047,
Perbaungan sikap p
11

Fab Serdang value=0,000,


bedagai tindakan p
(2018) value=0,005.
5 Rima Budi Faktor-faktor Populasi Survei Variabel Ada hubungan
Kusumawati yang 188 analitik terikat: antara
berhubungan responden dengan desain kejadian kebiasaan
dengan dan cross DBD, menggantung
kejadian sampel sectional. Variabel pakaian dengan
DBD di 128 bebas: kejadian DBD
Dusun responden pengetahuan, p value=0,010,
Plembang PSN dan penggunaan
Kecamatan 3M+, obat nyamuk p
Belerejo kebiasaan value=0,003,
kabupaten menggantung PSN dan 3M=
Madiun pakaian, p value= 0,027.
(2017). penggunaan Tidak terdapat
obat nyamuk. hubungan
antara
pengetahuan
dengan
kejadian DBD
p value=0,558.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Definisi DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah infeksi yang disebabkan

oleh virus dengue. Dengue adalah virus penyakit yang ditularkan dari

nyamuk Aedes Spp, nyamuk yang paling cepat berkembang di dunia ini

telah menyenankan hampir 390 juta orang terinfeksi setiap tahunnya.

Beberapa jenis nyamuk menularkan atau menyebarkan virus dengue

(Kemenkes RI, 2017).

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu penyakit

menular yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan dari oleh

nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Nyamuk Aedes aegypti

merupakan nyamuk yang paling berperan dalam penularan penyakit DBD

yaitu karena hidupnya didalam dan sekitar rumah, sedangkan Aedes

albopictus hidupnya di kebun sehingga lebih jarang kontak dengan

manusia. Kedua jenis nyamuk tersebut terdapat hampir di seluruh pelosok

Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1.000

meter di atas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara

terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup

dan berkembang biak (Nasution, 2019).

12
13

2. Etiologi DBD

Penyebab penyakit DBD adalah virus dengue kelompok Arbovirus

B, yaitu arthropodborne virus atau virus yang disebarkan oleh artropoda.

Virus ini termasuk genus Flavivirus dan family Flaviviridae. Sampai saat

ini dikenal ada 4 serotype virus yaitu : (1) Dengue 1 diisolasi oleh Sabin

pada tahun 1944, (2) Dengue 2 diisolasi oleh Sabin pada tahun 1944, (3)

Dengue 3 diisolasi oleh Sather (4) Dengue 4 diisolasi oleh Sather.

Keempat tipe virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah Indonesia

dan yang terbanyak adalah tipe 2 dan tipe 3 (Nasution, 2019).

Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor

pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina

dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak

ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus

dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut.

Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk

yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia

sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus

dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga dapat terjangkit

oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi

monyet lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk. Tingkat risiko terjangkit

penyakit DBD meningkat pada seseorang yang memiliki antibodi terhadap

virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko DBD juga lebih
14

tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun, atau

seseorang yang berasal dari ras Kaukasia. Penderita penyakit DBD sering

dikira terserang penyakit flu atau tifus. Hal ini disebabkan karena infeksi

virus dengue yang yang menyebabkan penyakit DBD terkadang tidak

menunjukkan gejala yang jelas. Anak yang terserang DBD terkadang

menunjukkan gejala batuk, pilek, muntah, mual, atau diare. Masalah dapat

bertambah karena virus tersebut dapat masuk bersamaan dengan infeksi

penyakit lain, seperti flu atau tifus. Oleh karena itu, diperlukan kejelian

untuk mengetahui dengan pasti sekaligus menentukan gejalah penyakit

DBD. Seseorang baru dapat dipastikan menderita DBD setelah dilakukan

pemeriksaan darah di laboratorium. Pemeriksaan darah ini pun harus

dilakukan berulang kali. Pasien yang tidak sabar sering berganti-ganti

dokter karena gejala demam pada penyakit DBD tidak hilang dengan obat

anti panas (anti piretik) maupun antibiotik. Pasien berpindah dokter,

sementara dokter memerlukan pemeriksaan yang berulang kali. Hal ini

menyebabkan penderita DBD sukar dipastikan menderita penyakit ini

sejak dini (Saputri, 2016).

3. Vektor Penular Penyakit DBD

Virus dengue ditularkan dari orang ke orang melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti dari subgenus Stegomya. Aedes aegypti merupakan

vektor epidemi yang paling utama, namun spesies lain seperti Aedes

albopictus, Aedes polynesiensis, anggota dari Aedes Scutellaris complex

dan Aedes niveus juga dianggap sebagai vektor sekunder. Kecuali Aedes
15

aegypti, semuanya mempunyai daerah distribusi geografis sendiri-sendiri

yang terbatas. Meskipun mereka merupakan host yang sangat baik untuk

virus dengue, biasanya mereka merupakan vaktor epidemi yang kurang

efisien dibandingkan Aedes aegypti (Misnadiarly, 2017).

Nyamuk Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil dibandingkan

dengan rata-rata nyamuk lain. Nyamuk tersebut mempunyai dasar hitam

dengan bintik-bintik putih pada bagian dada, kaki, dan sayapnya. Nyamuk

Aedes aegypti jantan menghisap cairan tumbuhan atau sari bunga untuk

keperluan hidupnya, sedangkan yang betina menghisap darah. Nyamuk

betina lebih menyukai darah manusia daripada binatang. Biasanya nyamuk

betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya

pagi (pukul 9.00-10.00) sampai petang hari (16.00-17.00). Aedes aegypti

mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali untuk memenuhi

lambungnya dengan darah. Nyamuk tersebut sangat infektif sebagai

penular penyakit. Setelah menghisap darah, nyamuk tersebut hinggap

(beristirahat) di dalam atau di luar rumah. Tempat hinggap yang disenangi

adalah benda-benda yang tergantung dan biasanya di tempat yang agak

dan lembab. Nyamuk menunggu proses pematangan telurnya, selanjutnya

nyamuk betina akan meletakkan telurnya di dinding tempat

perkembangbiakan, sedikit di atas permukaan air. Umumnya telur akan

menetas menjadi jentik dalam waktu 2 hari setelah terendam air. Jentik

kemudian menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa

(Masriadi, 2017).
16

4. Ciri-ciri Nyamuk Aedes Aegypti

Adapun ciri-ciri nyamuk Aedes aegypti (Widoyono, 2018), yaitu :

a. Sayap dan badannya belang-belang atau bergaris-garis putih.

b. Jarak terbang nyamuk sekitar 100 meter.

c. Nyamuk betina bersifat multiple biters (menggigit beberapa orang

karena sebelum nyamuk tersebut kenyang sudah berpindah tempat)

d. Tahan dalam suhu panas dan kelembaban tinggi.

Ciri-ciri nyamuk penyebab demam berdarah (Ariani, 2016), yaitu :

a. Nyamuk ini dapat berkembangbiak pada Tempat Penampungan Air

(TPA) dan pada barang-barang yang memungkinkan untuk digenangi

air seperti bak mandi, tempayan, drum, vas bunga, barang bekas dan

lain-lain.

b. Nyamuk Aedes aegypty tidak dapat berkembangbiak di got atau

selokan ataupun kolam yang airnya langsung berhubungan dengan

tanah.

c. Nyamuk Aedes aegypty biasanya menggigit manusia pada pagi dan

sore hari.

d. Nyamuk dapat beristirahan dan hinggap pada pakaian yang

bergantungan dalam kamar.

5. Daur Hidup Aedes Aegypti

Adapun daur hidup Aedes aegypty (Ariani, 2016) adalah :

a. Nyamuk betina meletakkan telur di tempat perkembangbiakkannya.

Dalam beberapa hari telur menetas menjadi jentik, kemudian


17

berkembang menjadi kepompong dan akhirnya menjadi nyamuk (7-10

hari).

b. Dalam tempo 1-2 hari nyamuk yang baru menetas ini (betina) akan

menggigit (mengisap darah) manusia dan siap untuk melakukan

perkawinan dengan nyamuk jantan.

c. Setelah mengisap darah, nyamuk betina beristirahat sambil menunggu

proses pematangan telurnya. Tempat beristirahat yang disukai adalah

tumbuh-tumbuhan atau benda yang tergantung di tempat yang gelap

dan lembab, berdekatan dengan tempat perkembang-biakkannya.

d. Siklus mengisap darah dan bertelur ini berulang setiap 3-4 hari.

e. Bila mengisap darah seorang penderita Demam Berdarah Dengue

(DBD) atau carrier, maka nyamuk ini seumur hidupnya dapat

menularkan virus itu.

f. Umur nyamuk betina rata-rata 2-3 bulan.

Tahapan siklus nyamuk Aedes aegypty (Ariani, 2016), yaitu :

a. Telur

Telur nyamuk Aedes Aegypti memiliki dinding bergaris-garis dan

membentuk bangunan seperti kasa. Telur berwarna hitam dan

diletakkan satu persatu pada dinding perindukan. Panjang telur 1 mm

dengan bentuk bulat oval atau memanjang. Telur dapat bertahan

berbulan-bulan pada suhu11 −2℃ sampai 42℃ dalam keadaan kering.

Telur ini akan menetas jika kelembaban terlalu rendah dalam waktu 4

atau 5 hari.
18

b. Jentik atau Larva

tahap larva dari nyamuk yaitu jentik yang hidup di air dan

memiliki perilaku mendekat atau "menggantung" pada permukaan air

untuk bernapas. Perkembangan larva/jentik tergantung pada suhu,

kepadatan populasi, dan ketersediaan makanan. larva/jentik

berkembang pada suhu 28℃ sekitar 10 hari, pada suhu air antara 30 −

40℃ larva/jentik akan berkembang menjadi pupa dalam waktu 5-7

hari. larva/jentik lebih menyukai air bersih, akan tetapi dapat hidup

dalam air yang keruh baik bersifat asam atau basa. larva/jentik

beristirahat di air kemudian membentuk sudut dengan permukaan dan

menggantung hampir tegak lurus. larva/jentik akan berenang menuju

dasar tempat atau wadah apabila tersentuh dengan gerakan jungkir

balik. larva/jentik mengambil oksigen di udara dengan berenang

menuju permukaan dan menempelkan shiponnya di atas permukaan

air.

Larva/jentik Aedes aegypty memiliki empat tahapan perkembangan

yang disebut instar meliputi : instar I, II, III, dan IV, dimana setiap

pergantian instar ditandai dengan pergantian kulit yang disebut ekdisis.

Larva/jentik instar IV mempunyai ciri siphon pendek, sangat gelap dan

kontras dengan warna tubuhnya. Gerakan larva instar IV lebih lincah

dan sensitif terhadap rangsangan cahaya. Dalam keadaan normal

(cukup makan dan suhu air 25 − 27℃) perkembangan larva instar ini

sekitar 6-8 hari.


19

c. Pupa

Pupa Aedes aegypty berbentuk bengkok dengan kepala besar

sehingga menyerupai tanda koma, memiliki siphon pada thorak untuk

bernapas. Pupa nyamuk Aedes aegypty bersifat aquatik dan tidak

seperti kebanyakan pupa serangga lain yaitu sangat aktif dan seringkali

disebut akrobat. Pupa Aedes aegypty tidak makan tetapi masih

memerlukan oksigen untuk bernapas melalui sepasang struktur seperti

terompet yang kecil pada thorak. Pupa pada tahap akhir akan

membungkus tubuh larva dan mengalami metamorfosis menjadi

nyamuk Aedes aegypty dewasa.

d. Nyamuk dewasa

Pupa membutuhkan waktu 1-3 hari sampai beberapa minggu untuk

menjadi nyamuk dewasa. Nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dari

pada nyamuk betina. Nyamuk betina setelah dewasa membutuhkan

darah untuk dapat mengalami kopulasi. Dalam meneruskan

keturunannya, nyamuk Aedes aegypty betina hanya kawin satu kali

seumur hidupnya. Biasanya perkawinan terjadi 24-28 hari dari saat

nyamuk dewasa.
20

Gambar 2.1

Siklus Hidup Nyamuk Aedes agypti

6. Tanda dan Gejala DBD

Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria

diagnosa klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD

yang dapat dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan

laboratoris :

a. Diagnosa Klinis

Adapun gejala klinis dari penyakit DBD pada saat awal adalah

demam selama 1-3 hari.Dapat menyerupai penyakit lain seperti radang

tenggorokan, campak dan tifus. Gejala yang membedakan satu dengan

yang lain yaitu gejala yang menyertai gejala demam berdarah

(Misnadiarly, 2017), seperti :

1) Demam

a) Demam pada penyakit demam berdarah yaitu secara mendadak

dan berkisar antara 38,5 - 40℃.


21

b) Pada anak-anak terjadi peningkatan suhu yang mendadak.

c) Pada pagi hari anak masih bisa sekolah bermain, mendadak

sore hari mengeluh demam sangat tinggi.

d) Demam terus menerus pada pagi maupun malam hari dan

hanya menurun sebentar setelah diberi obat penurun panas.

e) Pada saat gejala awal sering kali tidak begitu dihiraukan oleh

anak yang lebih besar atau pada orang dewasa dikarenakan

demam datang dengan tiba-tiba. Mereka tetap melakukan

kegiatan seperti biasanya dan baru merasakan sakit

bila timbul gejala berikutnya yaitu lesu, tidak enak makan, dan

laiu sebagainya.

b. Lesu

1) Penderita DBD terlihat lesu dan lemah

2) Seluruh badan lemah seolah tidak ada kekuatan

3) Pada anak yang masih kecil tidak dapat mengeluh

4) Tetapi anak yang biasanya aktif akan berubah menjadi tidak ingin

bermain lagi dan lebih senang diam duduk atau tiduran

5) Badan makin bertambah lemah karena nafsu makan menghilang

sama sekali baik minum maupun makan.

6) Rasa mual dan rasa tidak enak di perut dan di daerah ulu hati

menyebabkan semua makanan dan minuman yang dimakan keluar

lagi.
22

7) Rasa mual, muntah dan nyeri pada ulu hati makin bertambah

apabila penderita minum obat penurun panas yang dapat

merangsang lambung.

8) Pada anak kecil dapat disertai diare 3-5 kali sehari, cair tanpa

lendir.

c. Nyeri Perut

Nyeri perut merupakan gejala yang penting pada DBD. Gejala ini

tampak jelas pada anak besar atau dewasa karena mereka telah

dapat merasakan. Nyeri perut dapat dirasakan di daerah ulu hati dan

daerah di bawah lengkung iga sebelah kanan Nyeri perut di bawah

lengkung iga sebelah kanan lebih mengarah pada penyakit DBD

dibandingkan nyeri perut pada ulu hati. Penyebab dari nyeri perut di

bawah lengkung iga sebelah kanan ini adalah pembesaran hati

sehingga terjadi peregangan selaput yang membungkus hati. Pada

gejala selanjutnya dapat diikuti dengan perdarahan pembuluh darah

kecil pada selaput tersebut. Nyeri perut di daerah ulu hati yang

menyerupai gejala sakit lambung dapat juga disebabkan oleh

rangsangan obat penurun panas khususnya obat golongan aspirin atau

asetosal. Untuk memastikan adanya nyeri perut ini dapat dilakukan

penekanan pada daerah ulu hati dan di bawah lengkung iga sebelah

kanan, terutama pada anak yang belum dapat mengeluh.


23

d. Diagnosa Laboratoris

1) Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan

trombosit hingga 100.000 /mmHg.

2) Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau

lebih (Nasution, 2019).

7. Epidemiologi DBD

Timbulnya suatu penyakit dapat diterangkan melalui konsep

segitiga epidemiologik, yaitu adanya agen (agent), host dan lingkungan

(environment).

a. Agent (virus dengue)

Agen penyebab penyakit DBD berupa virus dengue dari Genus

Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus Familia Togaviradae.

Dikenal ada empat serotipe virus dengue yaitu Den-1, Den-2, Den-3

dan Den-4. Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu

lama yaitu antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia.

Dalam masa tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit

DBD.

b. Host

Host adalah manusia yang peka terhadap infeksi virus dengue.

Beberapa faktor yang mempengaruhi manusia adalah:

1) Umur

Umur adalah salah satu faktor yang mempengaruhi

kepekaan terhadap infeksi virus dengue. Semua golongan umur


24

dapat terserang virus dengue, meskipun baru berumur beberapa

hari setelah lahir. Saat pertama kali terjadi epdemi dengue di

Gorontalo kebanyakan anakanak berumur 1-5 tahun. Di Indonesia,

Filipina dan Malaysia pada awal tahun terjadi epidemi DBD

penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tersebut menyerang

terutama pada anak-anak berumur antara 5-9 tahun, dan selama

tahun 1968-1973 kurang lebih 95% kasus DBD menyerang anak-

anak di bawah 15 tahun.

2) Jenis kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap

serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender).

Di Philippines dilaporkan bahwa rasio antar jenis kelamin adalah

1:1. Di Thailand tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap

serangan DBD antara laki-laki dan perempuan, meskipun

ditemukan angka kematian yang lebih tinggi pada anak perempuan

namun perbedaan angka tersebut tidak signifikan. Singapura

menyatakan bahwa insiden DBD pada anak laki-laki lebih besar

dari pada anak perempuan.

3) Nutrisi

Teori nutrisi mempengaruhi derajat berat ringan penyakit

dan ada hubungannya dengan teori imunologi, bahwa pada gizi

yang baik mempengaruhi peningkatan antibodi dan karena ada


25

reaksi antigen dan antibodi yang cukup baik, maka terjadi infeksi

virus dengue yang berat.

4) Populasi

Kepadatan penduduk yang tinggi akan mempermudah

terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang berpenduduk

padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD tersebut.

5) Mobilitas penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada

transmisi penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang

mempengaruhi penyebaran epidemi dari Queensland ke New South

Wales pada tahun 1942 adalah perpindahan personil militer dan

angkatan udara, karena jalur transportasi yang dilewati merupakan

jalul penyebaran virus dengue (Sutaryo, 2015).

c. Lingkungan (environment)

Lingkungan yang mempengaruhi timbulnya penyakit dengue

adalah:

1) Letak geografis

Penyakit akibat infeksi virus dengue ditemukan tersebar

luas di berbagai negara terutama di negara tropik dan subtropik

yang terletak antara 30º Lintang Utara dan 40º Lintang Selatan

seperti Asia Tenggara, Pasifik Barat dan Caribbean dengan tingkat

kejadian sekitar 50-100 juta kasus setiap tahunnya. Infeksi virus

dengue di Indonesia telah ada sejak abad ke-18 seperti yang


26

dilaporkan oleh David Bylon seorang dokter berkebangsaan

Belanda. Pada saat itu virus dengue menimbulkan penyakit yang

disebut penyakit demam lima hari (vijfdaagse koorts) kadang-

kadang disebut demam sendi (knokkel koorts). Disebut demikian

karena demam yang terjadi menghilang dalam lima hari, disertai

nyeri otot, nyeri pada sendi dan nyeri kepala. Sehingga sampai saat

ini penyakit tersebut masih merupakan problem kesehatan

masyarakat dan dapat muncul secara endemik maupun epidemik

yang menyebar dari suatu daerah ke daerah lain atau dari suatu

negara ke negara lain (Djunaedi, 2016).

2) Musim

Negara dengan 4 musim, epidemi DBD berlangsung pada

musim panas, meskipun ditemukan kasus DBD sporadis pada

musim dingin. Di Asia Tenggara epidemi DBD terjadi pada musim

hujan, seperti di Indonesia, Thailand, Malaysia dan Philippines

epidemi DBD terjadi beberapa minggu setelah musim hujan.

Periode epidemi yang terutama berlangsung selama musim hujan

dan erat kaitannya dengan kelembaban pada musim hujan. Hal

tersebut menyebabkan peningkatan aktivitas vektor dalam

menggigit karena didukung oleh lingkungan yang baik untuk masa

inkubasi (Djunaedi, 2016).


27

8. Pathogenesis DBD

Infeksi virus terjadi melalui nyamuk, virus memasuki aliran darah

manusia untuk kemudian bereplikasi (memperbanyak diri). Sebagai

perlawanan, tubuh akan membentuk antibodi, selanjutnya akan terbentuk

kompleks virus-antibodi dengan virus yang berfungsi sebagai antigennya.

Kompleks antigen-antibodi tersebut akan melepaskan zat-zat yang

merusak sel-sel pembuluh darah, yang disebut dengan proses autoimun.

Proses tersebut menyebabkan permeabilitas kapiler meningkat yang salah

satunya ditunjukkan dengan melebarnya pori-pori pembuluh darah kapiler.

Hal tersebut akan mengakibatkan bocornya sel-sel darah, antara lain

trombosit dan eritrosit. Akibatnya, tubuh akan mengalami perdarahan

mulai dari bercak sampai perdarahan hebat pada kulit, saluran pencernaan

(muntah darah, berak darah), saluran pernapasan (mimisan, batuk darah),

danorgan vital (jantung, hati, ginjal) yang sering mengakibatkan kematian

(Nasution, 2019).

9. Mekanisme Penularan DBD

Penularan penyakit DBD memiliki tiga faktor yang memegang

peranan pada penularan infeksi virus, yaitu manusia, virus dan vektor

perantara. Lebih jelasnya Depkes RI, 2005 menjelaskan

mekanisme penularan penyakit DBD dan tempat potensial penularannya.

a. Mekanisme Penularan DBD

Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue

merupakan sumber penular DBD. Virus dengue berada dalam darah


28

selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita DBD

digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terhisap

masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan

memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk,

termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah

menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan

kepada orang lain (masa inkubasi ekstrinsik). Virus ini akan berada

dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, nyamuk

Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi penular

sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk

menusuk (menggigit), sebelumnya menghisap darah akan

mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis), agar darah

yang dihisap tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus dengue

dipindahkan dari nyamuk ke orang lain

b. Tempat Potensial Bagi Penularan DBD

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat

nyamuk penularnya. Oleh karena itu tempat yang potensial untuk

terjadi penularan DBD adalah:

1) Wilayah yang banyak kasus DBD (rawan/endemis).

2) Tempat-tempat umum yang menjadi tempat berkumpulnya

orangorang yang datang dari berbagai wilayah sehingga

kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue

yang cukup besar seperti: sekolah, RS/Puskesmas dan sarana


29

pelayanan kesehatan lainnya, tempat umum lainnya (hotel,

pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah dan lain-lain).

3) Pemukiman baru di pinggir kota, penduduk pada lokasi ini

umumnya barasal dari berbagai wilayah maka ada kemungkinan

diantaranya terdapat penderita yang membawa tipe virus dengue

yang berbeda dari masing-masing lokasi (Kusumawati, 2017).

10. Akibat Penularan Virus Dengue

Virus dengue yang masuk ke dalam tubuh manusia akan terbentuk

zat anti yang spesifik sesuai dengan tipe virus dengue yang masuk. Tanda

atau gejala yang timbul ditentukan oleh reaksi antara zat anti yang ada

dalam tubuh dengan antigen yang ada dalam virus dengue yang baru

masuk. Orang yang di dalam tubuhnya terdapat virus dengue untuk

pertama kali, umumnya hanya menderita sakit demam dengue atau demam

yang ringan dengan tanda/gejala yang tidak spesifik atau bahkan tidak

memperlihatkan tanda-tanda sakit sama sekali (asymptomatis). Penderita

demam dengue biasanya akan sembuh sendiri dalam waktu 5 hari tanpa

pengobatan. Tanda DBD ialah demam mendadak selama 2-7 hari. Panas

dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6

panas mendadak turun, apabila orang orang yang sebelumnya sudah

pernah terpapar oleh virus dengue, kemudian memasukkan virus dengue

dengan tipe lain maka orang tersebut dapat terserang penyakit DBD

(Masriadi, 2017).
30

11. Bionomik Vektor DBD

Adapun bionomonik dari vektor DBD (Ariani, 2016) yaitu

a. Tempat Perindukan Nyamuk

Tempat perindukan nyamuk biasanya berupa genangan air yang

tertampung di suatu tempat, seperti : 1) Tempat penampungan air,

untuk keperluan sehari-hari seperti, drum, bak mandi, tempat ember

dan lain-lain, 2) Tempat penampungan air bakun untuk keperluan

sehari-hari seperti, tempat minum burung, vas bunga, bak bekar,

kaleng bekas, botol-botol bekas dan lain-lain, 3) Tempat penampungan

air alamiah seperti, lubang pohon, lubang batu, pelepah daun,

tempurung kelapa, pelepah pisang, potongan bambu dan lain-lain.

b. Kesenangan Nyamuk Menggigit

Nyamuk betina biasanya mencari mangsanya pada siang hari.

Terdapat perbedaan aktivitas menggigit nyamuk Aedes aegypti dengan

nyamuk lainnya yaitu pada pukul 09.00-10.00 dan 16.00-17.00.

Nyamuk Aedes aegypti memiliki kebiasaan menghisap darah berulang

kali.

c. Kesenangan Nyamuk Istirahat

Tempat istirahat nyamuk Aedes aegypti berada di dalam atau di

luar rumah yang berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya,

yaitu di tempat yang agak lembab dan gelap. Tempat gelap dan lembab

merupakan tempat menunggu proses pematangan telur. Setelah proses

pematangan telur selesai, nyamuk betina akan meletakkan telurnya di


31

dinding tempat-tempat perkembangbiakannya, sedikit di atas

permukaan air. Dalam jangka waktu lebih kurang 2 hari, umumnya

telur akan menetas menjadi jentik. Adapun jumlah butir yang

dikeluarkan oleh nyamuk betina yaitu sebanyak 100 butir telur dan

dapat bertahan sampai berbulan-bulan.

12. Tempat Potensi Penularan DBD

Penularan DBD dapat terjadi di semua tempat yang terdapat nyamuk

penularan. Adapun tempat yang potensial untuk terjadinya penularan DBD

(Masriadi, 2017), yaitu :

a. Wilayah yang banyak kasus DBD (Endemis)

b. Tempat umum merupakan tempat berkumpulnya orang yang datang

dari berbagai wilayah sehingga kemungkinan terjadinya pertukaran

beberapa tipe virus dengue cukup besar tempat umum antara lain : 1)

Sekolah, 2) RS/Puskesmas dan 3) sarana pelayanan kesehatan lainnya.

Tempat umum lainnya seperti : hotel, pertokoan, pasar, restoran,

tempat ibadah dan lain-lain.

c. Pemukiman baru di pinggir kota. Penduduk yang berada di

permukiman baru umumnya berasal dari berbagai wilayah dimana

kemungkinan diantaranya terdapat penderita atau carrier.

13. Pencegahan dan Pemberantasan DBD

Pencegahan merupakan langkah awal dalam memberantas penyakit

DBD. Terdapat beberapa langkah pemberantasan DBD yang bisa


32

diterapkan atau disebut dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam

Berdarah Dengue (PSN DBD) (Ariani, 2016), diantaranya :

a. Pencegahan Primer

Pencegahan Tingkat Pertama merupakan suatu upaya untuk

mempertahankan orang yang sehat tetap sehat atau mencegah orang

yang sehat menjadi sakit. Pengendalian vektor merupakan upaya yang

dapat diandalkan dalam mencegah DBD. Adapun cara pengendalian

vektor yaitu : 1) Fisik: Adapun cara yang dapat dilakukan yaitu

memakai kelambu, menguras bak mandi (dilakukan secara teratur dan

rutin setiap seminggu sekali agar tidak ada jentik nyamuk) menutup

Tempat Penampungan Air (TPA), mengubur sampah, memasang

kawat anti nyamuk, menimbun genangan air dan membersihkan

rumah. 2) Kimia: Cara memberantas nyamuk Aedes aegypti dengan

pengendalian kimia, yaitu dengan menggunakan insektisida pembasmi

jentik (larvasida). Cara ini dikenal dengan 4 M yaitu menyemprotkan

cairan pembasmi nyamuk, mengoleskan lotion nyamuk, menaburkan

serbuk abate, mengadakan fogging. Pada pengendalian kimia

digunakan insektisida yang ditujukan pada nyamuk

dewasa atau larva. 3) Biologi: Pengendalian biologis dilakukan dengan

menggunakan kelompok hidup, baik dari golongan mikroorganisme

hewan invertebrata atau vertebrata. Sebagian pengendalian hayati

dapat berperan sebagai pathogen, parasit dan pemangsa.Pemberantasan

jentik nyamuk Aedes aegypti secara biologi dapat dilakukan dengan


33

memelihara ikan pemakan jentik (ikan kepala timah, ikan gupi, ikan

cupang atau tempalo, dan lain-lain). Dapat digunakan Bacillus

Thruringiensisvar Israeliensis (BTI). Cara ini dikenal dengan 2 M,

yaitu memelihara ikan dan menanam bunga.

b. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan upaya diagnosis dan dapat

diartikan sebagai tindakan yang berupaya untuk menghentikan proses

penyakit pada tingkat permulaan, sehingga tidak akan menjadi lebih

parah. Adapun pencegahan sekunder yang dapat dilakukan, yaitu : 1)

Melakukan diagnosis sedini mungkin dan memberikan pengobatan

yang tepat bagi penderita Demam Berdarah Dengue (DBD), 2) Unit

Pelayanan Kesehatan (UPK) yang menemukan penderita

Demam Berdarah Dengue (DBD) segera melaporkan ke Puskesmas

dan Dinas Kesehatan dalam waktu 3 jam, 3) Penyelidikan

epidemiologi dilakukan petugas Puskesmas untuk pencarian penderita

panas tanpa sebab yang jelas sebanyak 3 orang atau lebih, pemeriksaan

jentik, dan juga dimaksudkan untuk mengetahui adanya kemungkinan

terjadinya penularan lebih lanjut, sehingga perlu dilakukan fogging

fokus dengan radius 200 meter dari rumah penderita disertai

penyuluhan.

c. Pencegahan Tertier

Pencegahan ini dimaksudkan untuk mencegah kematian akibat

penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) dan melakukan rehabilitasi.


34

Upaya pencegahan ini dapat dilakukan sebagai berikut : 1) Ruang

gawat darurat : Membuat ruangan gawat darurat khusus untuk

penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di setiap pelayanan

kesehatan terutama di Puskesmas agar penderita mendapat penanganan

yang lebih baik, 2) Transfusi darah : Penderita yang menunjukkan

gejala perdarahan seperti hematemesis dan melena diindikasikan untuk

mendapatkan transfusi darah secepatnya, 3) Mencegah terjadinya

Kejadian Luar Biasa (KLB).

d. Cara Memberantas Jentik

Cara memberantas jentik dilakukan dengan cara 3 M, yaitu

Menguras, Menutup, dan Mengubur (Misnadiarly, 2017), diantaranya :

1) Kuras bak mandi seminggu sekali (Menguras).

2) Tutup penyimpanan air rapat-rapat (Menutup).

3) Kubur kaleng, ban bekas, dan lain-lain (Mengubur).

B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan DBD

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DBD suatu penyakit

timbul akibat dari interaksi berbagai faktor seperti dalam Triad Epidemiologi

yaitu dari agent, host, dan lingkungan. Pada prinsipnya kejadian penyakit

yang digambarkan sebagai segitiga epidemiologi menggambarkan hubungan

tiga komponen penyebab penyakit, yaitu pejamu, agent, lingkungan.

Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan dengan

lingkungan (Notoatmodjo, 2011).


35

1. Agent Penyakit DBD

Dalam penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang menjadi

agent adalah virus dengue. Agent penyebab penyakit DBD berupa virus

dengue yang termasuk kelompok B arthropoda bom virus (arvoviruses).

Anggota dari Genus Flavivirus (Arbovirus Grup B) salah satu Genus

Familia Flaviviridae yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan juga

nyamuk Aedes albopictus yang merupakan vektor infeksi DBD. Virus

penyebab DHF atau DSS adalah flavi virus dan terdiri dari 4 serotipe yaitu

Den -1, Den -2, Den -3. Den -4. Virus ini ditularkan ke manusia melalui

gigitan nyamuk Aedes aegypti betina yang terinfeksi. Virus yang banyak

berkembang dimasyarakat adalah virus dengue tipe satu dan tipe tiga.

Virus dengue ini memiliki masa inkubasi yang tidak terlalu lama yaitu

antara 3-7 hari, virus akan terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam masa

tersebut penderita merupakan sumber penular penyakit DBD

(Kusumawati, 2017).

2. Host (Manusia)

Manusia adalah pejamu pertama yang dikenal virus. Virus

bersirkulasi dalam darah manusia terinfeksi pada kurang lebih saat dimana

manusia mengalami demam, dan nyamuk tak terinfeksi, Virus kemudian

berkembang di dalam tubuh nyamuk selama periode 8 - 10 hari sebelum

ini dapat ditularkan ke manusia lain selama menggigit atau menghisap

darah berikutnya. Lama waktu yang diperlukan untuk inkubasi ekstrinsik

ini tergantung pada kondisi lingkungan khususnya suhu sekitar (WHO,


36

2018). Seseorang yang di dalam darahnya memiliki virus dengue (infektif)

merupakan sumber penular gejala DBD. Virus dengue berada dalam darah

selama 4 -7 hari, mulai I-2 hari sebelum demam (masa inkubasi). Bila

penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan

terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan

berkembangbiak dan menyebar ke seluruh bagian tubuh nyamuk, dan juga

dalam kelenjar saliva. Satu minggu setelah menghisap darah penderita

DBD, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini

akan tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena

itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus dengue menjadi

penular (infektif) sepanjang hidup. Hanya nyamuk Aedes aegypti betina

yang dapat menularkan virus dengue dan menyebabkan adanya gejala

DBD.

3. Environment (Lingkungan)

Lingkungan sangat mempengaruhi tempat perkembangbiakan

nyamuk Aedes aegypti, terutama bila di lingkungan tersebut banyak

terdapat tempat pembuangan yang menjadi medium breeding place bagi

nyamuk Aedes aegypti seperti bak mandi / WC. gentong. kaleng - kaleng

bekas, dan lain - lain. Tempat yang kurang bersih dan airnya jernih serta

terlindung dari sinar matahari langsung merupakan tempat

perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Tempat yang disukai sebagai

tempat berkembangbiaknya adalah tempat air yang lokasinya di dalam dan

dekat rumah (Kusumawati, 2017).


37

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari "Tahu" dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indra manusia, yaitu: indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui pendidikan, pengalaman orang lain, media massa maupun lingkungan

(Notoadmodjo, 2012).

Sebelum orang mengadopsi perilaku baru dalam diri orang tersebut

menjadi proses berurutan:

1. Awarenes, dimana orang tersebut menyadari pengetahuan terlebih dahulu

terhadap stimulus (objek).

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation, merupakan suatu keadaan mempertimbangkan terhadap baik

buruknya stimulus tersebut bagi dirinya.

4. Trial, dimana orang telah mulai mecoba perilaku baru.

5. Adaptation, dimana orang telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan kesadaran dan sikap.

Notoatmodjo mengemukakan yang dicakup dalam domain kognitif yang

mempunyai enam tingkatan, pengetahuan mempunyai tingkatan sebagai

berikut, (Notoadmodjo, 2012):

1. Tahu (Know) Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah

dipelajari, dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang

diterima. Cara kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
38

dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan

dan mengatakan.

2. Memahami (Comprehension) Kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication) Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat

diartikan sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-

prinsip dan sebagainya.

4. Analisis (Analysis) Kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu

objek dalam suatu komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur

organisasi dan masih ada. kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti kata kerja

mengelompokkan, menggambarkan, memisahkan.

5. Sintesis (Sinthesis) Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian

dalam bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang

ada.

6. Evaluasi (Evaluation) Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap

suatu materi atau objek tersebut berdasarkan suatu cerita yang sudah

ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang sudah ada.

Faktor pendidikan sangat berpengaruh terhadap pengetahuan seseorang.

Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka wawasan yang dimilikinya akan


39

semakin luas sehingga pengetahuan pun juga akan meningkat, sebaliknya

rendahnya pendidikan seseorangakan mempersempit wawasan sehingga akan

menurunkan tingkat pengetahuan terhadap masalah kesehatan. Seseorang

yang berpendidikan tinggi akan cenderung memiliki wawasan yang luas serta

mudah dalam menerima informasi dari luar, seperti dari televisi, majalah dan

koran. Pengetahuan baik dan kurang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti sumber informasi baik dari keluarga, lingkungan tetangga, dari

petugas kesehatan, maupun media cetak dan elektronik. Pada umumnya

responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik merasa takut akan

penularan penyakit DBD, sehingga responden yang mempunyai tingkat

pengetahuan baik lebih tanggap dan rajin dalam melaksanakan kegiatan PSN

DBD (Ariani, 2016).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian

atau responden (Notoadmodjo, S. 2011)

Adapun pertanyaan yang dapat digunakan dibagi menjadi dua bentuk,

yaitu:

1. Pertanyaan terbuka, yaitu pertanyaan yang memberikan kebebasan

responden untuk menjawab.

2. Pertanyaan tertutup, yaitu pertanyaan yang sudah tersedia jawabanya,

antara lain multiple choice, dichotomous choice, dan ranking question.

Pengetahuan dapat diukur menurut Notoadmodjo. S, 2011, sebagai berikut:


40

Rumus:

P = F/N x 100%

Keterangan:

P = persentase pengetahuan

N = jumlah soal

F = jumlah jawaban yang benar

Tingkat pengetahuan, sebagai berikut:

1) Baik = jika skor ≥ 76-100%

2) Kurang = jika skor < 56%

D. Tinjauan Umum Tentang Kebiasaan Menggantung Pakaian

Faktor yang memudahkan seseorang menderita DBD dapat dilihat dari

kondisi berbagai tempat berkembang biaknya nyamuk seperti tempat

penampungan air, karena kondisi ini memberikan kesempatan pada nyamuk

untuk hidup dan berkembang biak. Menurut Suroso dan Umar, nyamuk lebih

menyukai benda-benda yang tergantung di dalam rumah seperti gorden,

kelambu dan baju/pakaian. Maka dari itu pakaian yang tergantung di balik

pintu sebaiknya dilipat dan disimpan dalam almari, karena nyamuk Aedes

aegypti senang hinggap dan beristirahat di tempat-tempat gelap dan kain yang

tergantung untuk berkembangbiak, schingga nyamuk berpotensi untuk bisa

mengigit manusia (Kusumawati, 2017)

Kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah merupakan indikasi

menjadi kesenangan beristirahat nyamuk Aedes aegypti, Kegiatan PSN dan


41

3M ditambahkan dengan cara menghindari kebiasaan menggantung pakaian

di dalam kamar merupakan kegiatan yang mesti dilakukan untuk

mengendalikan populasi nyamuk Aedes aegypti, sehingga penularan penyakit

DBD dapat dicegah.

E. Tinjauan Umum Tentang Frekuensi Pengurasan Penampungan Air

Tempat Penampungan Air (TPA) terdiri dari tempat penampungan air

dalam rumah dan tempat penampungan air luar rumah. Tempat penampungan

air di dalam ataupun di luar rumah yaitu ember/baskom, gentong, tempayan

dan bak mandi/wc. Keberadaan tempat penampungan air di dalam ataupun

luar rumah sangat berpengaruh terhadap ada tidaknya larva Aedes aegypti,

bahkan tempat penampungan air tersebut bisa menjadi tempat

perkembangbiakan menjadi nyamuk dewasa sehingga dapat menjadi vektor

DBD. Salah satu tempat penampungan air dalam rumah yang sering dijumpai

adalah bak mandi/wc. Pengurasan tempat-tempat penampungan air perlu

dilakukan secara teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali agar nyamuk

tidak dapat berkembangbiak. Bila Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)

Demam Berdarah Dengue (DBD) dilaksanakan oleh seluruh masyarakat,

maka populasi nyamuk Aedes aegypti dapat ditekan serendah-rendahnya,

sehingga penularan DBD tidak terjadi lagi (Nasution, 2019).

F. Tinjauan Umum Tentang Ketersediaan Penutup Penampungan Air

Masyarakat sebaiknya selalu memperhatikan kondisi Tempat

Penampungan Air (TPA) yang digunakan untuk menampung air sehari-hari

apakah sudah memiliki penutup atau jika sudah memiliki penutup agar
42

memperhatikan kondisi penutup berada dalam kondisi yang baik. Selain itu,

masyarakat juga harus selalu memperhatikan kebersihan Tempat

Penampungan Air (TPA) dan rutin (seminggu sekali) melakukan 3M

walaupun Tempat Penampungan Air (TPA) sudah berada dalam kondisi

tertutup. Ketersediaan tutup pada tempat penampungan air sangat mutlak

diperlukan untuk menekan jumlah nyamuk yang hinggap pada tempat

penampungan air, dimana tempat tersebut menjadi media berkembangbiak

nyamuk Aedes aegypti (Nasution, 2019).

G. Tinjauan Umum Tentang Keberadaan Jentik Pada Penampungan Air

Keberadaan jentik pada penampungan air dapat dilihat dari letak, macam,

bahan, warna, bentuk dan penutup penampungan air serta asal air yang

tersimpan dalam penampungan air tersebut sangat mempengaruhi nyamuk

Aedes aegypti betina untuk menentukan pilihan tempat bertelur. Keberadaan

penampungan air sangat berperan dalam kepadatan vektor nyamuk Aedes

aegypti, karena semakin banyak penampungan air akan semakin banyak

tempat perindukan dan akan semakin padat populasi nyamuk Aedes aegypti.

Semakin padat populasi nyamuk Aedes aegypti, maka semakin tinggi pula

risiko terinfeksi virus DBD (Kusumawati, 2017).


43

H. Kerangka Teori

Vektor Nyamuk Aedes Aegypti Agent


Virus Dengue

Lingkungan

Keberadaan Jentik Pada


Penampungan Air Kejadian DBD

Host

1. Pengetahuan
2. Kebiasaan Menggantung
Pakaian
3. Frekuensi Pengurasan
Penampungan Air
4. Ketersediaan Penutup
Penampungan Air

Gambar 2.2

Sumber: Modifikasi Kerangka Teori Menurut Triad Epidemiologi

(Notoadmodjo, 2011)
44

I. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan

Kebiasaan Menggantung Pakaian

Frekuensi Pengurasan Kejadian DBD


Penampungan Air

Ketersediaan Penutup
Penampungan Air

Keberadaan Jentik Pada


Penampungan Air

Gambar 2.3

Kerangka Konsep

J. Hipotesis

1. Ada hubungan pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dangue

(DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin tahun

2021.

2. Ada hubungan kebiasaan menggantung pakaian dengan kejadian Demam

Berdarah Dangue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota

Banjarmasin tahun 2021.


45

3. Ada hubungan frekuensi pengurasan penampungan air dengan kejadian

Demam Berdarah Dangue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal

Kota Banjarmasin tahun 2021.

4. Ada hubungan ketersediaan penutup penampungan air dengan kejadian

Demam Berdarah Dangue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal

Kota Banjarmasin tahun 2021.

5. Ada hubungan keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air dengan

kejadian Demam Berdarah Dangue (DBD) di Wilayah Kerja Puskesmas

Terminal Kota Banjarmasin tahun 2021.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan observasional analitik dengan menggunakan

pendekatan case control yaitu menetukan adanya kasus terlebih dahulu

kemudian mengidentifikasi faktor risiko nya dengan rasio antara kasus dan

kontrol 1:4. Case Control merupakan suatu penelitian yang menyangkut

bagaimana faktor risiko dipelajari dengan menggunakan pendekatan

retrospective., faktor risiko diukur dengan melihat kejadian masa lampau

untuk mengetahui ada tidaknya faktor risiko yang dialami (Ariani, 2014).

B. Populasi dan Sampel

Populasi merupakan seluruh obyek atau subyek seperti manusia, binatang

percobaan, data laboratorium dan sebagainya yang akan diteliti dan

memenuhi karakteristik yang ditentukan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulan (Riyanto, 2011). Sampel merupakan sebagian

yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoadmodjo, 2011).

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh penderita DBD yang tercatat di

Puskesmas Terminal pada tahun 2020 sebanyak 11 kasus DBD. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling

yaitu teknik penentuan semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.

46
47

Sedangkan kontrol diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling

dengan kriteria inklusi sampel penelitian sebagai berikut:

1. Keluarga atau tetangga penderita dan tidak menderita DBD.

2. Tinggal dan menetap lebih dari satu tahun terakhir di wilayah kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin.

3. Bersedia menjadi responden dalam penelitian.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat dan cara pengumpulan data yang baik

sehingga data yang dikumpulkan merupakan data yang valid, andal (reliable)

dan actual (Nursalam, 2017). Instrumen pada penelitian ini menggunakan

kuesioner, dan lembar observasi.

D. Variabel Penelitian

Variabel merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang didefinisikan

sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran atau manipulasi suatu penelitian

(Nursalam, 2017). Pada penelitian ini variabel yang digunakan ada 2 macam,

yaitu, variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen).

1. Variabel terikat (dependen)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya dan

ditentukan oleh variabel lain. Dengan kata lain, variabel dependen atau

terikat adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada

tidaknya hubungan atau pengaruh dari variabel independen atau variabel

bebas (Nursalam, 2017). Dalam penelitian ini, variabel terikat atau

dependen yaitu Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD).


48

2. Variabel bebas (independen)

Variabel independen didefinisikan sebagai variabel yang mempengaruhi

dan menentukan variabel lain. Suatu kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh

peneliti menciptakan dampak pada variabel terikat (Nursalam, 2017). Dalam

penelitian ini, variabel bebas atau independen yaitu pengetahuan, kebiasaan

menggantung pakaian, frekuensi pengurasan penampungan air, ketersediaan

penutup penampungan air, dan keberadaan jentik nyamuk pada penampungan

air.

E. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Cara dan Hasil Skala


No Variabel
Operasional Alat Ukur Pengukuran Ukur

1. Kejadian Orang yang Wawancara 1. Menderita Ordinal


terdiagnosis
DBD & kuesioner DBD (kasus)
menderita
DBD secara 2. Tidak
klinis dan Menderita
laboratoris
yang tercatat DBD
pada laporan (kontrol)
bulanan
penyakit DBD
di Puskesmas
Terminal Kota
banjarmasin
tahun 2020.
2. Pengetahuan Hasil Wawancara 1. Kurang = jika Ordinal
pemahaman & kuesioner skor ≤ 75%
responden 2. Baik = jika
tentang gejala skor 76-100%
49

penyakit DBD, (Notoadmodjo, S.


penyebab 2011)
terjadinya
penyakit DBD
dll.
3. Kebiasaan Kebiasaan Observasi 1. Ya, jika Ordinal
menggantung sehari-hari & terdapat 1
pakaian responden Kuesioner pakaian yang
yang tergantung di
menggantungk dinding
an pakaian di ataupun
dinding belakang
ataupun pintu
belakang pintu 2. Tidak, jika
tidak ada
pakaian yang
tergantung di
dinding
ataupun
belakang
pintu
(Kusumawati,
2017).
4. Frekuensi Kegiatan Wawancara 1. Tidak Ordinal
pengurasan menguras & kuesioner menguras
penampungan penampungan penampungan
air air yang air
dilakukan 2. Menguras
responden penampungan
dalam 1 air , jika ≥ 1
50

minggu. kali dalam 1


minggu
(Nasution, 2019)
5. Ketersediaan Keadaan Observasi 1. Tidak ada Ordinal
penutup tertutup atau & penutup pada
penampungan tidaknya Kuesioner setiap tempat
air tempat penampungan
penampungan air
air 2. Ada penutup di
didalam semua tempat
rumah penampungan
maupun diluar air
rumah (Nasution, 2019)
6. Keberadaan Ada atau Observasi 1. Ya, jika Ordinal
jentik pada tidaknya jentik & terdapat jentik
penampungan pada kontainer Kuesioner pada salah
air didalam satu atau
ataupun diluar semua tempat
rumah penampungan
air
2. Tidak, jika
tidak terdapat
jentik pada
semua
penampungan
air
(Nasution, 2019)
51

F. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data Primer yaitu data yang diperoleh dengan melakukan

wawancara dan obsevasi langsung dengan menggunakan kuesioner

pada penderita yang berisi pertanyaan tentang Pengetahuan Penyakit

DBD, kebiasaan menggantung pakaian, frekuensi pengurasan

penampungan air, ketersediaan penutup penampungan air dan

keberadaan jentik nyamuk di penampungan air. Pengumpulan data

yang akan dilakukan peneliti dengan izin ketua RT setempat.

b. Data Sekunder

Data sekunder penelitian ini diperoleh dari data tahunan Dinas

Kesehatan Kota Banjarmasin dan data Puskesmas Terminal Kota

Banjarmasin Tahun 2020.

2. Pengolahan Data

Pengolahan data bertujuan untuk memperoleh penyajian data dan

kesimpulan yang baik. Data yang diperoleh dari penelitian masih mentah,

belum dapat memberikan informasi, maka diperlukan pengolahan data

(Notoatmodjo, 2012). Data yang telah dikumpulkan dari responden

kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Editing, yaitu kegiatan memeriksa kembali kuesioner dan lembar

observasi yang telah diisi pada saat pengumpulan data, apakah dapat
52

dibaca semua pertanyaan yang telah terjawab atau ada kesalahan-

kesalahan lainnya.

b. Coding, yaitu memberi kode pada data penelitian yang sudah didapat.

Merupakan kegiatan merubah data berupa huruf menjadi data

angka/bilangan.

1) Variabel kejadian DBD

a) Menderita DBD (Kasus) = 1

b) Tidak menderita DBD (Kontrol) = 2

2) Variabel pengetahuan tentang DBD

a) Kurang = jika skor ≤75% = 1


b) Baik = jika skor 76-100% = 2
3) Variabel kebiasaan menggantung pakaian

a) Ya, jika terdapat 1 pakaian yang tergantung di dinding ataupun

belakang pintu = 1

b) Tidak, jika tidak ada pakaian yang tergantung di dinding

ataupun belakang pintu = 2

4) Variabel frekuensi pengurasan penampungan air

a) Tidak menguras penampungan air = 1

b) Menguras penampungan air , jika ≥ 1 kali dalam 1 minggu = 2

5) Ketersediaan penutup penampungan air

a) Tidak ada penutup pada 1 atau setiap tempat penampungan air

=1

b) Ada penutup di semua tempat penampungan air = 2


53

6) Keberadaan jentik di penampungan air

a) Ya, jika terdapat jentik pada salah satu atau semua tempat

penampungan air = 1

b) Tidak, jika tidak terdapat jentik pada semua penampungan air =

c. Scoring, yaitu langkah untuk memberikan skor atau nilai pada tiap

pertanyaan dengan setiap variabel pada kuesioner.

d. Entry data

Setelah data diedit dan dilakukan pemberian kode, langkah

selanjutnya adalah pemasukan data (entry). Merupakan tahap

pemasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam komputer melalui

perangkat lunak tertentu sesuai variabel yang telah disusun dan

dianalisis.

e. Cleaning data

Pembersihan data dilakukan untuk mempertimbangkan data yang

tidak sesuai dengan jawaban yang tidak tersedia dalam kuesioner atau

data ekstrim yang mengganggu atau dengan melihat distribusi

frekuensi dari variabel dan melihat kelogisannya.

f. Processing

Processing dilakukan dengan menggunakan program statistik,

dibuat dengan memberikan skor pada masing-masing pertanyaan, hasil

pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel distribusi.


54

G. Cara Analisis Data

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran pada

masing-masing variabel, data disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi pervariabel yang akan diteliti. Variabel dependen yaitu kejadian

DBD, sedangkan variabel independen meliputi pengetahuan, kebiasaan

menggantung pakaian, frekuensi pengurasan penampungan air,

ketersediaan penutup penampungan air, dan keberadaan jentik di

penampungan air.

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat adalah dilakukan dengan uji chi square untuk

mengetahui hubungan yang signifikan antara masing-masing variabel

bebas dengan variabel terikat.

Adapun rumus dari Uji chi square ini adalah sebagai berikut:


Keterangan :

x2 = Chi Square

∑ = Jumlah

O = frekuensi Observasional

E = frekuensi harapan

Syarat atau aturan uji Chi Square :

a. Bila pada 2x2 dijumpai nilai Expected (harapan) kurang dari 5,

maka yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.


55

b. Bila 2x2, dan tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai sebaiknya

adalah Continuity Correction.

c. Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, 3x3 dsb, maka digunakan

Uji Pearson Chi Square

d. Bila tabel lebih dari 2x2, misalnya 3x2, dsb ditemukan cell lebih

dari 20% maka dilakukan penggabungan cell

H. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai bulan April 2021 sampai bulan Juli

2021.

Tabel 3.2 Waktu Penelitian

No Kegiatan Penelitian April Mei Juni Juli


2021 2021 2021 2021
1. Penentuan Judul Penelitian
2. Pengajuan Proposal
3. Seminar Proposal
4. Penelitian Skripsi
5. Sidang Skripsi

2. Tempat Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal

Kota Banjarmasin tahun 2021.


56

I. Biaya Penelitian

Tabel 3.3 Biaya Penelitian

No Keterangan Biaya
1. Biaya Operasional:
Transportasi Rp. 360.000
2. Biaya Print dan Fotocopy:
Print selama penelitian Rp. 350.000
Fotocopy selama penelitian Rp. 150.000
3. Biaya Tak Terduga:
Simpanan atau persiapan keperluan Rp. 400.000
Total Rp. 1.260.000
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Puskesmas Terminal

Puskesmas Terminal terletak di wilayah Kecamatan Banjarmasin Timur

Kota Banjarmasin yang didirikan pada tahun 1991 dan telah dilakukan rehab

total pada tahun 2009 dengan luas wilayah 729 m2 dan luas bangunan 150 m2.

Bangunan gedung Puskesmas Terminal terdiri dari dua lantai dengan 14

ruangan yang terdiri dari:

1. Ruang Kepala Puskesmas

2. Ruang Klinik Umum/dewasa

3. Ruang Klinik Gigi

4. Ruang KIA/KB

5. Ruang Loket

6. Ruang Apotek

7. Ruang Gudang Obat

8. BP Anak/Imunisasi

9. Ruang Laboratorium

10. Pantry

11. Ruang Konsultasi

12. Aula

13. WC Karyawan dan WC Pengunjung/Pasien

57
58

Wilayah kerja Puskesmas Terminal merupakan wilayah dataran rendah

yang berada pada ketinggian 19,5 m diatas permukaan air laut. Luas wilayah

kerja yaitu ± 4,94 km2 yang terdiri dari dua kelurahan yaitu Kelurahan

Pemurus Luar dengan luas wilayah ± 1.99 km2 dan Kelurahan Sei Lulut

dengan luas wilayah ± 2,95 km2 . Berdasarkan letak geografisnya, batas-batas

wilayah kerja Puskesmas Terminal, yaitu:

1. Sebelah Utara : Kelurahan Pengambangan

2. Sebelah Selatan : Kabupaten Banjar

3. Sebelah Timur : Kabupaten Banjar

4. Sebelah Barat : Kelurahan Pemurus Dalam

Dengan jumlah penduduk 27.390 jiwa, mayoritas penduduknya beragama

Islam, tingkat pendidikan masyarakat sebagian besar adalah lulusan SMA dan

mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah dibidang jasa atau

perdagangan.

Puskesmas Terminal juga memiliki tiga buah puskesmas pembantu dan

tiga buah Poskesdes untuk membantu pelayanan kesehatan keseluruhan di

wilayah kerja puskesmas yaitu:

1. Puskesmas Pembantu Gardu Mekar

2. Puskesmas Pembantu Sungai Lulut Dalam

3. Puskesmas Pembantu PDAM

4. Poskesdes Murung Selong

5. Poskesdes Simpang Limau

6. Poskesdes Karya Mufakat


59

Dalam menjalankan fungsinya, Puskesmas Terminal juga didukung oleh

15 Posyandu Balita dan 7 buah Posyandu Manula. Puskesmas Terminal

memiliki ± 25 orang tenaga kesehatan yang tersebar di beberapa tempat kerja,

yaitu satu buah Puskesmas Induk, dan dan tiga buah Puskesmas Pembantu.

Adapun klasifikasi tenaga kerja berdasarkan profesi adalah sebagai berikut:

1. Jenis dan Jumlah Tenaga Kesehatan

a. Kepala Puskesmas : 1 Orang

b. Kepala Tata Usaha : 1 Orang

c. Dokter Umum : 2 Orang

d. Dokter Gigi : 1 Orang

e. Apoteker : 1 Orang

f. Asisten Apoteker : 2 Orang

g. Perawat : 6 Orang

h. Bidan : 6 Orang

i. Sanitarian : 2 Orang

j. Ahli Gizi : 2 Orang

k. Perawat Gigi : 3 Orang

l. Analisis/Laborat : 1 Orang

m. Pekarya Kesehatan : 3 Orang

2. Jenis dan Jumlah Tenaga Non Kesehatan

a. Verifikator Keuangan : 1 Orang

b. Cleaning Service : 1 orang


60

B. Visi, Misi dan Motto Puskesmas Terminal Banjarmasin

Puskesmas Terminal terletak di Jln. Pramuka Komplek Satelit Permai

RT.19. Adapun Visi, Misi dan Motto dari puskesmas Terminal adalah:

1. Visi:

Kayuh beimbai menuju Banjarmasin beiman (Bertaqwa, Aman, Indah,

Maju, Amanah dan Nyaman).

2. Misi:

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, terjangkau

dan berkeadilan.

b. Membangun profesionalisme dengan memberikan pelayanan

kesehatan yang optimal baik bagi individu, keluarga dan masyarakat.

c. Mendorong kemandirian perilaku sehat bagi masyarakat di wilayah

kerja Puskesmas Terminal

d. Menggerakkan peran aktif masyarakat dalam mewujudkan lingkungan

sehat.

Dengan motto Puskesmas TERSENYUM yang merupakan

kepanjangan dari Tertib, Efektif, Ramah, Senyum, Efisien, Nyaman Untuk

Masyarakat Menuju Sehat.


61

C. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021
No. Umur n %

1. < 20 Tahun 16 29,1


2. 21 - 30 Tahun 19 34,6
3. 31 - 40 Tahun 14 25,5
4. 41 - 50 Tahun 3 5,4
5. > 50 Tahun 3 5,4

Total 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan

umur didapatkan hasil paling banyak responden berumur 21 - 30 tahun

sebanyak 19 responden (34,6%), berumur < 20 tahun sebanyak 16

responden (29%), dan berumur 31-40 tahun sebanyak 14 responden

(25,5%), sedangkan responden paling sedikit berumur 41 - 50 tahun dan

> 50 tahun yang mana masing-masing sebanyak 3 responden (5,4%).


62

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin
Tahun 2021
No. Jenis Kelamin n %

1. Laki-laki 18 32,7
2. Perempuan 37 67,3

Total 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan

jenis kelamin didapatkan hasil responden berjenis kelamin laki-laki

sebanyak 18 responden (32,7%), dan responden berjenis kelamin

perempuan sebanyak 37 responden (67,3%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021
No. Pendidikan n %

1. SD 2 3,6
2. SLTP 1 1,8
3. SLTA 33 60,0
4. Perguruan Tinggi 19 34,5

Total 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan

Pendidikan terdapat sebanyak 2 responden (3,6%) dengan pendidikan


63

SD, 1 responden (1,8%) dengan pendidikan SLTP, 33 responden (60%)

dengan pendidikan SLTA, dan 19 responden (34,5%) dengan

pendidikan Perguruan Tinggi.

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Responden di
Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021
No. Pekerjaan n %

1. Pegawai swasta 16 29,1


2. PNS 6 10,9
3. Wirausaha 11 20,0
4. Tidak bekerja 5 9,1
5. Pelajar/mahasiswa 17 30,9

Total 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan

pekerjaan terdapat sebanyak 16 responden (29,1%) dengan pekerjaan

pegawai swasta, 6 responden (10,9%) dengan pekerjaan PNS, 11

responden (20%) dengan pekerjaan wirausaha, 5 responden (9,1%)

tidak bekerja, dan 17 responden (30,9%) dengan status

pelajar/mahasiswa.
64

2. Analisis Univariat

a. Distribusi Frekuensi Kejadian DBD

Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian DBD di
Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021
No. Kejadian DBD n %

1. Menderita DBD 11 20,0


2. Tidak Menderita DBD 44 80,0

Total 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.5 Distribusi frekuensi kejadian DBD

berdasarkan dari catatan rekam medik dan hasil wawancara kepada

responden, kemudian diperoleh hasil ada sebanyak 11 responden (20%)

yang menderita DBD, dan ada sebanyak 44 responden (80%) yang tidak

menderita DBD.

b. Distribusi Frekuensi Pengetahuan

Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Responden
di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021
No. Pengetahuan n %

1. Kurang 26 47,3
2. Baik 29 52,7

Total 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.6 Distribusi frekuensi berdasarkan

pengetahuan responden didapatkan ada sebanyak 26 responden (47,3%)


65

yang memiliki pengetahuan kurang, dan ada sebanyak 29 responden

(52,7 %) yang memiliki pengetahuan baik.

c. Distribusi Frekuensi Kebiasaan menggantung pakaian

Tabel 4.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kebiasaan menggantung
pakaian responden di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota
Banjarmasin Tahun 2021
Kebiasaan Menggantung %
No. n
Pakaian
1. Ya 38 69,1
2. Tidak 17 30,9

Total 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.7 Distribusi frekuensi berdasarkan responden

yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian ada sebanyak 38

responden (69,1%), dan responden yang tidak memiliki kebiasaan

menggantung pakaian ada sebanyak 17 responden (30,9%).

d. Distribusi Frekuensi Pengurasan Penampungan Air

Tabel 4.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengurasan
Penampungan Air di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota
Banjarmasin Tahun 2021
Pengurasan %
No. n
Penampungan Air
1. Ya 22 40
2. Tidak 33 60

Total 55 100,0
66

Berdasarkan tabel 4.8 Distribusi frekuensi berdasarkan responden

yang menguras penampungan air ada sebanyak 22 responden (40%),

dan responden yang tidak menguras penampungan air ada sebanyak 33

responden (60%).

e. Distribusi Frekuensi Ketersediaan Penutup Pada Penampungan Air

Tabel 4.9
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ketersediaan Penutup
Pada Penampungan Air di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota
Banjarmasin Tahun 2021
Ketersediaan Penutup %
No. n
Pada Penampungan Air
1. Ya 19 34,5
2. Tidak 36 65,5

Total 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.9 Distribusi frekuensi berdasarkan

ketersediaan penutup pada penampungan air responden ada sebanyak

19 responden (34,5%), dan responden yang tidak tersedia penutup pada

penampungan air ada sebanyak 36 responden (65,5%).


67

f. Distribusi Frekuensi Keberadaan Jentik Nyamuk Pada Penampungan

Air

Tabel 4.10
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Keberadaan Jentik
Nyamuk Pada Penampungan Air di Wilayah Kerja Puskesmas
Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021
Keberadaan Jentik Nyamuk %
No. n
Pada Penampungan Air
1. Ya 37 67,3
2. Tidak 18 32,7

Total 55 100,0

Berdasarkan tabel 4.10 Distribusi frekuensi berdasarkan

keberadaan jentik pada penampungan air responden ada sebanyak 37

responden (67,3%), dan responden yang tidak ada keberadaan jentik

pada penampungan air ada sebanyak 18 responden (32,7%).

3. Analisis Bivariat

a. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian DBD

Tabel 4.11
Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian DBD di Wilayah Kerja
Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021
Kejadian DBD
Tidak P
Menderita Jumlah Value
No. Pengetahuan Menderita
DBD
DBD
n % n % n %
1. Kurang 6 10,9 20 36,4 26 47,3
0,839
2. Baik 5 9,1 24 43,6 29 52,7

Total 11 20 44 80 55 100
68

Berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui responden dengan

pengetahuan kurang ada sebanyak 6 responden (10,9%) yang menderita

DBD dan sebanyak 20 responden (36,4%) yang tidak menderita DBD.

Sedangkan responden dengan pengetahuan baik ada sebanyak 5 responden

(9,1%) yang menderita DBD dan sebanyak 24 responden (43,6%) yang

tidak menderita DBD.

Hasil Analisis Statistik dengan menggunakan Chi Square

didapatkan nilai (P value = 0,839 > α 0,05) dengan α = 0,05, dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan kejadian DBD di

Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Tahun 2021.

b. Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian DBD

Tabel 4.12
Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian DBD di
Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021
Kejadian DBD
Kebiasaan Tidak P
Menderita Jumlah Value
No. Menggantung Menderita
DBD
Pakian DBD
n % n % n %
1. Ya 7 12,7 31 56,4 26 69,1
0,722
2. Tidak 4 7,3 13 23,6 29 30,9

Total 11 20 44 80 55 100

Berdasarkan tabel 4.12 dapat diketahui responden yang memiliki

kebiasaan menggantung pakaian ada sebanyak 7 responden (12,7%) yang


69

menderita DBD dan sebanyak 31 responden (56,4%) yang tidak menderita

DBD. Sedangkan responden yang tidak memiliki kebiasaan menggantung

pakaian ada sebanyak 4 responden (7,3%) yang menderita DBD dan

sebanyak 13 responden (23,6%) yang tidak menderita DBD.

Hasil Analisis Statistik dengan menggunakan Chi Square

didapatkan nilai (P value = 0,722 > α 0,05) dengan α = 0,05, dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara kebiasaan menggantung pakaian dengan

kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Tahun 2021.

c. Hubungan Pengurasan Penampungan Air dengan Kejadian DBD

Tabel 4.13
Hubungan Pengurasan Penampungan Air dengan Kejadian DBD di
Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021
Kejadian DBD
Pengurasan Tidak P
Menderita Jumlah Value
No. Penampungan Menderita
DBD
Air DBD
n % n % n %
1. Ya 0 0 22 40 22 40
0,002
2. Tidak 11 20 22 40 33 60

Total 11 20 44 80 55 100

Berdasarkan tabel 4.13 dapat diketahui tidak ada responden yang

menguras penampungan air yang menderita DBD dan yang menguras

penampungan air ada sebanyak 22 responden (40%) yang tidak menderita

DBD. Sedangkan responden yang tidak menguras penampungan air ada


70

sebanyak 11 responden (20%) yang menderita DBD, dan sebanyak 22

responden (40%) yang tidak menderita DBD.

Hasil Analisis Statistik dengan menggunakan Chi Square

didapatkan nilai (P value = 0,002 < α 0,05) dengan α = 0,05, dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan

yang signifikan antara pengurasan penampungan air dengan kejadian DBD

di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Tahun 2021.

d. Hubungan Ketersediaan Penutup Penampungan Air dengan Kejadian

DBD

Tabel 4.14
Hubungan Ketersediaan Penutup Penampungan Air dengan Kejadian
DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun
2021
Kejadian DBD
Ketersediaan P
Tidak
Penutup Menderita Jumlah Value
No. Menderita
Penampungan DBD
DBD
Air
n % n % n %
1. Ya 1 1,8 18 32,7 21 34,5
0,075
2. Tidak 10 18,2 26 47,3 34 65,5

Total 11 20 44 80 55 100

Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui responden yang memiliki

ketersediaan penutup penampungan air ada sebanyak 1 responden (1,8%)

yang menderita DBD dan sebanyak 18 responden (32,7%) yang tidak

menderita DBD. Sedangkan responden yang tidak memiliki ketersediaan

penutup penampungan air ada sebanyak 10 responden (18,2%) yang


71

menderita DBD dan sebanyak 26 responden (47,3%) yang tidak menderita

DBD.

Hasil Analisis Statistik dengan menggunakan Chi Square

didapatkan nilai (P value = 0,075 > α 0,05) dengan α = 0,05, dapat

disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada

hubungan yang signifikan antara ketersediaan penutup penampungan air

dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Tahun 2021.

e. Hubungan Keberadaan Jentik Nyamuk dengan Kejadian DBD

Tabel 4.15
Hubungan Keberadaan Jentik Nyamuk dengan Kejadian DBD di
Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin Tahun 2021
Kejadian DBD
Keberadaan Tidak P
Menderita Jumlah Value
No. Jentik Menderita
DBD
Nyamuk DBD
n % n % n %
1. Ya 11 20 26 47,3 21 67,3
0,010
2. Tidak 0 0 18 32,7 34 32,7

Total 11 20 44 80 55 100

Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui responden yang terdapat

keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air ada sebanyak 11

responden (20%) yang menderita DBD dan yang terdapat keberadaan

jentik nyamuk pada penampungan air ada sebanyak 26 responden (47,3%)

yang tidak menderita DBD. Tidak ada responden menderita DBD yang

tidak terdapat keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air dan yang
72

tidak terdapat keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air ada

sebanyak 18 responden (32,7%) yang tidak menderita DBD.

Hasil Analisis Statistik dengan menggunakan Chi Square

didapatkan nilai (P value = 0,010 < α 0,05) dengan α = 0,05, dapat

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan

yang signifikan antara keberadaan jentik nyamuk dengan kejadian DBD di

Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Tahun 2021.

D. Pembahasan

Kejadian DBD di wilayah kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin

terdapat 8 RT yang dengan jumlah 11 kasus DBD. Berdasarkan hasil

penelitian ini kejadian DBD dapat di sebabkan beberapa faktor yaitu:

pengetahuan responden, kebiasaan menggantung pakaian, frekuensi

pengurasan penampungan air, ketersediaan penutup pada penampungan air,

dan keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air.

Pemahaman sebagian masyarakat yang masih terbatas mengenai

pentingnya melakukan pencegahan DBD membuat upaya pencegahan

penyakit belum berjalan dengan maksimal. Peningkatan kasus DBD yang

terjadi terus menerus di Kota Banjarmasin dapat disebabkan oleh kurangnya

pengetahuan masyarakat terkait pencegahan penyakit DBD. Kebiasaan yang

sering dianggap remeh bahkan tidak penting seperti menggantung pakaian

yang sudah dipakai kerap dilakukan banyak orang. Padahal, kebiasaan seperti

itu pun mampu memancing nyamuk Aedes aegypti yang merupakan vektor
73

Demam Berdarah Dengue (DBD) untuk menjadi tempat tinggalnya.

Pentingnya menyediakan penutup untuk penampungan air guna menghindari

tempat nyamuk bertelur dan menyebabkan keberadaan jentik. Keberadaan

jentik nyamuk pada penampungan air dapat menimbulkan perkembangbiakan

nyamuk lebih banyak lagi. Untuk menghindari hal tersebut, sangat penting

untuk memperhatikan kegiatan rutin pengurasan penampungan air, untuk

mengurangi kepadatan jentik nyamuk.

1. Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian DBD di Wilayah Kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin

Berdasarkan hasil uji chi square yang telah dilakukan, diketahui P

value = 0,839 > α 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha

ditolak yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara

Pengetahuan dengan kejadian DBD. Dari total 55 responden, kelompok

responden kasus yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 6 responden

(10,9%) dan yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 5 responden

(9,1%). Sedangkan kelompok responden kontrol yang memiliki

pengetahuan kurang sebanyak 20 responden (36,4%) dan yang memiliki

pengetahuan baik sebanyak 24 responden (43,6%).

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui kelompok responden kasus

yang memiliki pengetahuan kurang lebih banyak dari responden yang

memiliki pengetahuan baik. Sedangkan kelompok responden kontrol yang

memiliki pengetahuan kurang lebih sedikit dari pada responden yang

memiliki pengetahuan baik. Pengetahuan baik dan kurang dapat


74

dipengaruhi beberapa faktor seperti sumber informasi baik dari lingkungan

kelarga, lingkungan tetangga, dari petugas kesehatan maupun media cetak

atau elektronik. Responden dengan tingkat pengetahuan baik akan merasa

takut terhadap penularan penyakit DBD, sehingga responden yang

memiliki pengetahuan baik dalam lebih tanggap dalam melakukan

berbagai upaya sebagai alternatif pencegahan penularan penyakit DBD.

Hasil wawancara yang telah dilakukan kepada responden, dapat

diketahui bahwa kelompok responden kasus yang memiliki pengetahuan

kurang lebih banyak dari pada responden yang memiliki pengetahuan baik.

Hal ini lah yang menyebabkan mereka kurang memahami mengenai

penyakit DBD. Hal yang mereka tidak ketahui seperti kebiasaan sehari-

hari dalam menggantung pakaian, pengurasan penampungan air,

menyediakan penutup pada setiap penampungan air dan selalu mengecek

penampungan air apabila ada ditemukannya keberadaan jentik nyamuk.

2. Hubungan Kebiasaan Menggantung Pakaian dengan Kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian, dari 55 responden diketahui

kelompok responden kasus yang memiliki kebiasaan menggantung

pakaian ada sebanyak 7 responden (12,7%) dan yang tidak memiliki

kebiasaan menggantung pakaian ada sebanyak 4 responden (7,3%).

Sedangkan kelompok responden kontrol yang memiliki kebiasaan

menggantung pakaian ada sebanyak 31 responden (56,4%) dan yang tidak

memiliki kebiasaan menggantung pakaian ada sebanyak 13 responden

(23,6%).
75

Berdasarkan hasil uji chi square yang dilakukan, diketahui P value

= 0,722 > α 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak

yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan

menggantung pakaian dengan kejadian DBD.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok

responden kasus maupun kontrol sebagian besar memiliki kebiasaan

menggantung pakaian. Dari hasil tersebut responden sangat berpeluang

besar terkena penyakit DBD, pakaian yang tergantung di dinding ataupun

dibelakang pintu seharusnya di lipat dan di simpan dalam lemari, karena

nyamuk aedes aegypti senang hinggap dan beristirahat ditempat gelap dari

kain yang tergantung. Nyamuk lebih senang berhinggap pada suhu tubuh

manusia, pakian dan suhu yang hangat serta keadaan lembab (Depkes RI,

2005).

Kebiasaan maysarakat perkotaan maupun perdesaan yang memiliki

kebiasaan yang tidak baik ini pastinya sudah berlangsung cukup lama.

Kondisi ini menyebabkan keberadaan nyamuk untuk dapat hidup dengan

menempel dipakaian yang tergantung, hal ini menjadikan kejadian DBD

yang terus terjadi. Dengan meningkatnya kebiasaan masyarakat ini akan

mempengaruhi juga keberadaan jentik nyamuk aedes aegypti dan akan

semakin banyak nyamuk menularkan virusnya dari satu orang ke orang

lain karena peranan faktor lingkungan dan perilaku masyarakat terhadap

penularan penyakit DBD.


76

3. Hubungan Frekuensi Pengurasan Penampungan Air dengan Kejadian

DBD

Berdasarkan hasil penelitian, dari 55 responden diketahui

kelompok responden kasus tidak ada yang melakukan pengurasan

penampungan air dan yang tidak melakukan pengurasan penampungan air

ada sebanyak 11 responden (20%). Sedangkan kelompok responden

kontrol yang melakukan pengurasan penampungan air ada sebanyak 22

responden (40%) dan yang tidak melakukan pengurasan penampungan air

ada sebanyak 22 responden (40%).

Berdasarkan hasil uji chi square yang dilakukan, diketahui P value

= 0,002 < α 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima

yang berarti ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pengurasan

penampungan air dengan kejadian DBD.

Hal ini menunjukkan bahwa jika tidak melakukan pengurasan

penampungan air secara rutin akan mengakibatkan jumlah orang atau

responden terkena penyakit DBD lebih besar karena hal ini berpengaruh

terhadap terjadinya DBD. Menguras penampungan air harus dilakukan

secara teratur sekurang-kurangnya seminggu satu kali agar tidak ada jentik

nyamuk, karena hal ini dapat menekan serendah-rendahnya keberadaan

jentik nyamuk aedes aegypti sehingga dapat mencegah terjadinya

penularan DBD. Kemauan dan tingkat kedisiplinan untuk melakukan

pengurasan penampungan air pada masyarakat memang perlu

ditingkatkan, karena kebersihan air selain untuk kesehatan manusia juga


77

untuk menciptakan lingkungan yang bersih. Dan dengan lingkungan yang

bersih dapat dapat menekan terjadinya penyakit yang timbul (Ariani,

2016).

Berdasarkan hasil wawancara dengan responden diketahui bahwa

dari 33 responden yang tidak melakukan pengurasan penampungan air, 11

(20%) diantaranya pernah mengalami DBD. Kurangnya frekuensi

pengurasan penampungan air ≥1 kali dalam seminggu dapat menyebabkan

adanya jentik nyamuk untuk hidup dan dapat memicu terjadinya penularan

DBD. Oleh karena itu frekuensi pengurasan penampungan air sebaiknya

dilakukan ≥1 kali dalam seminggu agar dapat mencegah nyamuk aedes

aegypti berkembang biak.

4. Hubungan Ketersediaan Penutup pada Penampungan Air dengan Kejadian

DBD

Berdasarkan hasil penelitian, dari 55 responden diketahui

kelompok responden kasus yang memiliki ketersediaan penutup pada

penampungan air ada sebanyak 1 responden (1,8%) dan yang tidak

memiliki ketersediaan penutup pada penampungan air ada sebanyak 10

responden (18,2%). Sedangkan kelompok responden kontrol yang

memiliki ketersediaan penutup pada penampungan air ada sebanyak 18

responden (32,7%) dan yang tidak memiliki ketersediaan penutup pada

penampungan air ada sebanyak 26 responden (47,3%).

Berdasarkan hasil uji chi square yang dilakukan, diketahui P value

= 0,075 > α 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho diterima dan Ha ditolak


78

yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan

penutup pada penampungan air dengan kejadian DBD.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak adanya hubungan

antara ketersediaan penutup pada penampungan air. Hal ini menunjukkan

bahwa ketersediaan ada atau tidaknya penutup pada penampungan air

tidak mempengaruhi terjadinya kejadian DBD. Kemungkinan ada faktor

lain yang lebih dominan menyebabkan terjadinya DBD pada masyarakat

sekitar seperti frekuensi pengurasan penampungan air yang sangat rendah

sehingga dapat menimbulkan keberadaan jentik nyamuk pada

penampungan air. Selain itu juga musim hujan yang terus menerus

berlangsung dapat menimbulkan banyk genangan air sehingga menjadi

tempat berkembang biaknya jentik aedes aegypti.

5. Hubungan Keberadaan Jentik Nyamuk dengan Kejadian DBD

Berdasarkan hasil penelitian, dari 55 responden diketahui

kelompok responden kasus yang terdapat keberadaan jentik nyamuk pada

penampungan air ada sebanyak 11 responden (20%) dan yang tidak ada

responden yang tidak terdapat keberadaan jentik nyamuk pada

penampungan air. Sedangkan kelompok responden kontrol yang terdapat

keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air ada sebanyak 26

responden (47,3%) dan yang tidak terdapat keberadaan jentik nyamuk

pada penampungan air ada sebanyak 18 responden (32,7%).

Berdasarkan hasil uji chi square yang dilakukan, diketahui P value

= 0,010 < α 0,05, dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima


79

yang berarti ada hubungan yang signifikan antara keberadaan jentik

nyamuk dengan kejadian DBD.

Berdasarkan hasil penelitian dimungkinkan bahwa responden

belum secara maksimal dalam memutus rantai perkembangbiakan nyamuk

seperti dengan cara melakukan pengurasan pada penampungan air yang

dilakukan secara rutin ≥1 kali seminggu, juga bisa dengan melakukan 3M

plus sehingga tidak sampai menjadi nyamuk dewasa. Keberadaan jentik

nyamuk yang hidup sangat berpotensi besar terjadinya kejadian DBD.

Apabila keberadaan jentik nyamuk dibiarkan maka yang terjadi adalah

kejadian DBD yang terus ada bahkan terus meningkat.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 55 responden

tentang pengetahuan, kebiasaan menggantung pakaian, frekuensi pengurasan

penampungan air, ketersediaan penutup penampungan air, dan keberadaan

jentik nyamuk pada penampungan air dengan kejadian DBD di wilayah kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin tahun 2021 maka peneliti mencoba

untuk mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada kejadian DBD yang mengalami DBD sebanyak 11 responden (20%)

dan yang tidak mengalami DBD sebanyak 44 responden (80%) di wilayah

kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin tahun 2021.

2. Responden dengan pengetahuan baik sebanyak 29 responden (52,7%) dan

pengetahuan kurang sebanyak 26 responden (47,3%) di wilayah kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin tahun 2021.

3. Yang memiliki kebiasaan menggantung pakaian sebanyak 38 responden

(69,1%) dan yang tidak memiliki kebiasaan menggantung pakaian

sebanyak 17 responden (30,9%) di wilayah kerja Puskesmas Terminal

Kota Banjarmasin tahun 2021.

4. Yang melakukan pengurasan pada penampungan air sebanyak 22

responden (40%) dan yang tidak melakukan pengurasan pada

80
81

penampungan air sebanyak 33 responden (60%) di wilayah kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin tahun 2021.

5. Ketersediaan penutup pada penampungan air sebanyak 19 responden

(34,5%) dan yang tidak tersedia penutup pada penampungan air sebanyak

36 responden (65,5%) di wilayah kerja Puskesmas Terminal Kota

Banjarmasin tahun 2021.

6. Adanya keberadaan jentik nyamuk pada penampungan air sebanyak 37

responden (67,3%) dan tidak ada keberadaan jentik nyamuk pada

penampungan air sebanyak 18 responden (32,7%) di wilayah kerja

Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin tahun 2021.

7. Tidak ada hubungan yang signifikan antara Pengetahuan dengan kejadian

DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Tahun 2021 (P value = 0,839

> 0,05).

8. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan menggantung

pakaian dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal

Tahun 2021 (P value = 0,722 > 0,05).

9. Ada hubungan yang signifikan antara pengurasan penampungan air

dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Tahun 2021

(P value = 0,002 < 0,05).

10. Tidak ada hubungan yang signifikan antara ketersediaan penutup

penampungan air dengan kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas

Terminal Tahun 2021 (P value = 0,075 > 0,05).


82

11. Ada hubungan yang signifikan antara keberadaan jentik nyamuk dengan

kejadian DBD di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Tahun 2021 (P

value = 0,010 < 0,05).

B. Saran

1. Bagi Instansi Terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan dilapangan, sebaiknya pihak

instansi Puskesmas lebih mengintensifkan kegiatan pemeriksaan jentik

berkala dan menggalakkan program 3M plus dilingkungan sekitar,

memberikan edukasi tentang cara mencegah terjadinya DBD.

2. Bagi Peneliti

Sebagai salah satu alumnus dari Jurusan Kesehatan Masyarakat sangat

diharapkan untuk terjun langsung ke masyarakat dengan mensosialisasikan

terkait pentingnya beberapa faktor yang harus diperhatikan guna menekan

angka kejadian DBD di lingkungan masyarakat.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang kejadian

DBD dengan mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor lain yang

dapat menimbulkan terjadinya DBD di lingkungan masyarakat serta

menambah jumlah responden yang diteliti.


DAFTAR PUSTAKA

Ariani, A.P. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan

Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika.

---------------. 2016. Demam Berdarah Dengue (DBD). Yogyakarta: Nuha Medika.

Dewi, Shinta Kurnia. 2020. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Masyarakat Dalam

Pencegahan Penyakit Demam Berdarah. Surakarta.

Dinkes Kota Banjarmasin. 2019. Profil Kesehatan. Banjarmasin

Dinkes Provinsi Kalimantan Selatan. 2019. Profil Kesehatan. Banjarmasin.

Djunaedi. D. 2016. Demam Berdarah (Dengue DBD) Epidemiologi,

Imunopatologi, Patogenesis, Diagnosis dan Penatalaksanaannya. Malang:

UMM Press.

Hafnidar. 2019. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat dengan

Kejadian Bemam Berdarah Dengue. Banda Aceh.

Kemenkes RI. 2017. Situasi Penyakit Demam Berdarah di Indonesia Tahun 2017.

Jakarta: Info DATIN.

-----------------. 2019. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.

-----------------. 2019. Pencegahan dan Pengendalian Penyakit. Jakarta.

Kusumawati, Rima B. 2017. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian

DBD di Dusun Palembang. Madiun.

Masriadi. 2017. Epidemiologi Penyakit Menular. Depok: Rajawali Pers.

Misna, D. 2017. Demam Berdarah Dengue (DBD). Jakarta: Pustaka Obor

Populer.

83
84

Nasution, H.A. 2019. Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Masyarakat


dengan Kejadian DBD. Medan: UIN.
Notoadmodjo, S. 2011. Kesehatan Masyarakat: Ilmu & Seni. Jakarta: Rineka
Cipta.
---------------------. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nursalam. 2017. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Saputri, M. 2016. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Upaya Pencarian
Pengobatan pada Penderita DBD. Bengkulu.
Setiadi, 2013. Konsep Dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan. Jakarta: Graha
Ilmu.
Sholikhatun, WR, dkk. Pemanfaatan Ovitrap indeks dalam Surveilans Vektor
DBD di Kelurahan Kutabanjarnegara Kabupaten Banjarnegara. J.Health.
Epidemiol.Commun.Dis. 2020;6(2): 58-64.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung:
Alfabeta.
Sutaryo. 2015. Dengue. Yogyakarta: Medika FK UGM.

WHO. 2018. Demam Berdarah dan Parah. WHO. Retrieved From


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dengue-avid-severe-
dengue
Widoyono. 2018. Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
PERNYATAAN KESEDIAAN UNTUK IKUT PENELITIAN
(INFORMED CONSENT)

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:


Nama :
Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang maksud dan tujuan serta memahami


penelitian yang dilakukan dengan judul:

“Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Demam Berdarah


Dengue (DBD) Di Wilayah Kerja Puskesmas Terminal Kota Banjarmasin
Tahun 2021” yang dibuat oleh:

Nama : Noor Elisa


NPM : 17.07.0072

Dengan ini saya menyatakan kesediaan untuk berperan serta menjadi subyek
penelitian dan bersedia melakukan pemeriksaan sesuai dengan data yang
diperlukan. Demikian pernyataan ini dibuat dengan penuh kesadaran tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

Banjarmasin, Juni 2021

Pembuat Pernyataan

( )
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TERMINAL KOTA BANJARMASIN TAHUN 2021

Nomor Responden :
Tanggal Pengisian :
KARAKTERISTIK RESPONDEN:
Nama Responden :
Alamat Responden :
Umur : Tahun
Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Pendidikan Terakhir :
1. Tidak Sekolah
2. Tidak Tamat SD
3. SD
4. SLTP
5. SLTA
6. Perguruan Tinggi
Pekerjaan :
1. Buruh
2. Pegawai swasta
3. PNS
4. Wirausaha
5. Polri/TNI dll
6. Tidak bekerja
7. Lainnya....
PENGETAHUAN
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Penyakit demam berdarah disebabkan oleh Virus Dengue.
2. Demam Berdarah ditularkan melalui gigitan nyamuk
Aedes Aegypti.
3. Ciri-ciri nyamuk Aedes Aegypti yaitu berwarna hitam
berbintik putih.
4. Jentik nyamuk Aedes Aegypti dapat hidup di air yang
kotor.
5. Larvasida (obat pembunuh jentik nyamuk) sesuai jika
digunakan di bak penampungan air yang dikuras rutin
minimal seminggu 1 kali.
6. Demam Berdarah dapat diobati.
7. Kegiatan pemberantasan sarang nyamuk 3M plus dapat
dilakukan dengan mendaur ulang sampah plastik.
8. Cara pencegahan Demam Berdarah yang efektif yaitu
melaksanakan 3M plus seminggu 2 kali.
9. Pemantauan jentik Aedes Aegypti dapat dilakukan pada
penampungan air didalam rumah.
10. Pemantauan jentik Aedes Aegypti dapat dilakukan pada
penampungan air diluar rumah.

Frekuensi Pengurasan Penampungan Air


1. Apakah anda atau keluarga biasa menguras penampungan air minimal 1 kali
setiap minggu?
a. Ya
b. Tidak
Untuk pertanyaan berikut, sesuai dengan hasil pemeriksaan langsung dengan
keterangan sebagai berikut:
Hasil Observasi
No. Komponen yang di Observasi
Ya Tidak
1. Kebiasaan responden menggantung pakaian di
dinding ataupun di belakang pintu.
2. Ketersediaan penutup di semua tempat
penampungan air (Tempayan, bak mandi, bak
WC, ember dan drum).
3. Keberadaan jentik di salah satu ataupun semua
tempat penampungan air

Untuk pertanyaan berikut, beri tanda centang pada kotak yang telah tersedia
sesuai dengan hasil pengamatan langsung tempat penampungan air dan
keberadaan jentik pada penampungan air di dalam rumah dan di luar rumah.
Tempat Penampungan Air dan
Ya Tidak
keberadaan jentik
1. Tempayan
2. Bak mandi
3. Bak WC
4. Drum
5. Ember
6. Dispenser
Rekapitulasi Data Penelitian
1. Analisis Univariat
Umur responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10 1 1,8 1,8 1,8
11 1 1,8 1,8 3,6
13 1 1,8 1,8 5,5
16 4 7,3 7,3 12,7
17 3 5,5 5,5 18,2
18 1 1,8 1,8 20,0
19 1 1,8 1,8 21,8
20 4 7,3 7,3 29,1
21 1 1,8 1,8 30,9
22 4 7,3 7,3 38,2
26 4 7,3 7,3 45,5
27 1 1,8 1,8 47,3
28 4 7,3 7,3 54,5
29 2 3,6 3,6 58,2
30 3 5,5 5,5 63,6
31 3 5,5 5,5 69,1
32 2 3,6 3,6 72,7
33 4 7,3 7,3 80,0
36 1 1,8 1,8 81,8
38 3 5,5 5,5 87,3
39 1 1,8 1,8 89,1
42 1 1,8 1,8 90,9
44 1 1,8 1,8 92,7
50 1 1,8 1,8 94,5
54 1 1,8 1,8 96,4
55 1 1,8 1,8 98,2
58 1 1,8 1,8 100,0
Total 55 100,0 100,0
Jenis kelamin responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 18 32,7 32,7 32,7
Perempuan 37 67,3 67,3 100,0
Total 55 100,0 100,0

Pendidikan terakhir responden


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid SD 2 3,6 3,6 3,6
SLTP 1 1,8 1,8 5,5
SLTA 33 60,0 60,0 65,5
Perguruan Tinggi 19 34,5 34,5 100,0
Total 55 100,0 100,0

Pekerjaan responden
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pegawai swasta 16 29,1 29,1 29,1
PNS 6 10,9 10,9 40,0
Wirausaha 11 20,0 20,0 60,0
Tidak bekerja 5 9,1 9,1 69,1
pelajar/mahasiswa 17 30,9 30,9 100,0
Total 55 100,0 100,0

Kejadian Demam Berdarah Dengue


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Menderita DBD (kasus) 11 20,0 20,0 20,0
Tidak Menderita DBD 44 80,0 80,0 100,0
(kontrol)
Total 55 100,0 100,0
Pengetahuan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang 26 47,3 47,3 47,3
Baik 29 52,7 52,7 100,0
Total 55 100,0 100,0

Kebiasaan responden dalam menggantung pakaian


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 38 69,1 69,1 69,1
Tidak 17 30,9 30,9 100,0
Total 55 100,0 100,0

Frekuensi pengurasan penampungan air


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 23 41,8 41,8 41,8
Tidak 32 58,2 58,2 100,0
Total 55 100,0 100,0

Ketersediaan penutup pada penampungan air


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 21 38,2 38,2 38,2
Tidak 34 61,8 61,8 100,0
Total 55 100,0 100,0

Keberadaan jentik nyamuk dalam penampungan air


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 37 67,3 67,3 67,3
Tidak 18 32,7 32,7 100,0
Total 55 100,0 100,0
Tempat penampungan air (Tempayan)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 18 32,7 32,7 32,7
Tidak 37 67,3 67,3 100,0
Total 55 100,0 100,0

Tempat penampungan air (Bak mandi)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 33 60,0 60,0 60,0
Tidak 22 40,0 40,0 100,0
Total 55 100,0 100,0

Tempat penampungan air (Bak WC)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 9 16,4 16,4 16,4
Tidak 46 83,6 83,6 100,0
Total 55 100,0 100,0

Tempat penampungan air (Drum)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 24 43,6 43,6 43,6
Tidak 31 56,4 56,4 100,0
Total 55 100,0 100,0

Tempat penampungan air (Ember)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 8 14,5 14,5 14,5
Tidak 47 85,5 85,5 100,0
Total 55 100,0 100,0
Tempat penampungan air (Dispenser)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Ya 14 25,5 25,5 25,5
Tidak 41 74,5 74,5 100,0
Total 55 100,0 100,0

2. Analisis Bivariat
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan * Kejadian 55 100,0% 0 0,0% 55 100,0%
Demam Berdarah Dengue
Kebiasaan responden dalam 55 100,0% 0 0,0% 55 100,0%
menggantung pakaian *
Kejadian Demam Berdarah
Dengue
Frekuensi pengurasan 55 100,0% 0 0,0% 55 100,0%
penampungan air * Kejadian
Demam Berdarah Dengue
Ketersediaan penutup pada 55 100,0% 0 0,0% 55 100,0%
penampungan air * Kejadian
Demam Berdarah Dengue
Keberadaan jentik nyamuk 55 100,0% 0 0,0% 55 100,0%
dalam penampungan air *
Kejadian Demam Berdarah
Dengue
a. Pengetahuan* Kejadian DBD
Crosstab
Kejadian Demam Berdarah
Dengue
Menderita DBD Tidak Menderita
(kasus) DBD (kontrol) Total
Pengetahuan Kurang Count 6 20 26
Expected Count 5,2 20,8 26,0
% within Pengetahuan 23,1% 76,9% 100,0%
% of Total 10,9% 36,4% 47,3%
Baik Count 5 24 29
Expected Count 5,8 23,2 29,0
% within Pengetahuan 17,2% 82,8% 100,0%
% of Total 9,1% 43,6% 52,7%
Total Count 11 44 55
Expected Count 11,0 44,0 55,0
% within Pengetahuan 20,0% 80,0% 100,0%
% of Total 20,0% 80,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,292 1 ,589
b
Continuity Correction ,041 1 ,839
Likelihood Ratio ,291 1 ,589
Fisher's Exact Test ,739 ,419
Linear-by-Linear Association ,286 1 ,592
N of Valid Cases 55
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,20.
b. Computed only for a 2x2 table
b. Kebiasaan menggantung pakaian* Kejadian DBD
Crosstab
Kejadian Demam Berdarah
Dengue
Menderita DBD Tidak Menderita
(kasus) DBD (kontrol) Total
Kebiasaan Ya Count 7 31 38
responden Expected Count 7,6 30,4 38,0
dalam % within Kebiasaan responden dalam 18,4% 81,6% 100,0%
menggantung menggantung pakaian
pakaian % of Total 12,7% 56,4% 69,1%
Tidak Count 4 13 17
Expected Count 3,4 13,6 17,0
% within Kebiasaan responden dalam 23,5% 76,5% 100,0%
menggantung pakaian
% of Total 7,3% 23,6% 30,9%
Total Count 11 44 55
Expected Count 11,0 44,0 55,0
% within Kebiasaan responden dalam 20,0% 80,0% 100,0%
menggantung pakaian
% of Total 20,0% 80,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,192 1 ,662
b
Continuity Correction ,005 1 ,942
Likelihood Ratio ,187 1 ,665
Fisher's Exact Test ,722 ,460
Linear-by-Linear Association ,188 1 ,665
N of Valid Cases 55
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,40.
b. Computed only for a 2x2 table
c. Frekuensi pengurasan penampungan air* Kejadian DBD
Crosstab
Kejadian Demam Berdarah Dengue
Menderita DBD Tidak Menderita DBD
(kasus) (kontrol) Total
Frekuensi Ya Count 1 22 23
pengurasan Expected Count 4,6 18,4 23,0
penampungan % within Frekuensi pengurasan 4,3% 95,7% 100,0%
air penampungan air
% of Total 1,8% 40,0% 41,8%
Tidak Count 10 22 32
Expected Count 6,4 25,6 32,0
% within Frekuensi pengurasan 31,3% 68,8% 100,0%
penampungan air
% of Total 18,2% 40,0% 58,2%
Total Count 11 44 55
Expected Count 11,0 44,0 55,0
% within Frekuensi pengurasan 20,0% 80,0% 100,0%
penampungan air
% of Total 20,0% 80,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6,053 1 ,014
b
Continuity Correction 4,488 1 ,034
Likelihood Ratio 7,068 1 ,008
Fisher's Exact Test ,017 ,013
Linear-by-Linear Association 5,943 1 ,015
N of Valid Cases 55
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,60.
b. Computed only for a 2x2 table
d. Ketersediaan penutup pada penampungan air* Kejadian DBD
Crosstab
Kejadian Demam Berdarah Dengue
Tidak Menderita DBD
Menderita DBD (kasus) (kontrol) Total
Ketersediaan Ya Count 3 18 21
penutup pada Expected Count 4,2 16,8 21,0
penampungan % within Ketersediaan penutup 14,3% 85,7% 100,0%
air pada penampungan air
% of Total 5,5% 32,7% 38,2%
Tidak Count 8 26 34
Expected Count 6,8 27,2 34,0
% within Ketersediaan penutup 23,5% 76,5% 100,0%
pada penampungan air
% of Total 14,5% 47,3% 61,8%
Total Count 11 44 55
Expected Count 11,0 44,0 55,0
% within Ketersediaan penutup 20,0% 80,0% 100,0%
pada penampungan air
% of Total 20,0% 80,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,693 1 ,405
b
Continuity Correction ,236 1 ,627
Likelihood Ratio ,719 1 ,396
Fisher's Exact Test ,502 ,319
Linear-by-Linear Association ,681 1 ,409
N of Valid Cases 55
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4,20.
b. Computed only for a 2x2 table
e. Keberadaan jenik nyamuk* Kejadian DBD
Crosstab
Kejadian Demam Berdarah Dengue
Menderita DBD Tidak Menderita DBD
(kasus) (kontrol) Total
Keberadaan Ya Count 11 26 37
jentik nyamuk Expected Count 7,4 29,6 37,0
dalam % within Keberadaan jentik nyamuk 29,7% 70,3% 100,0%
penampungan dalam penampungan air
air % of Total 20,0% 47,3% 67,3%
Tidak Count 0 18 18
Expected Count 3,6 14,4 18,0
% within Keberadaan jentik nyamuk 0,0% 100,0% 100,0%
dalam penampungan air
% of Total 0,0% 32,7% 32,7%
Total Count 11 44 55
Expected Count 11,0 44,0 55,0
% within Keberadaan jentik nyamuk 20,0% 80,0% 100,0%
dalam penampungan air
% of Total 20,0% 80,0% 100,0%

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 6,689 1 ,010
b
Continuity Correction 4,960 1 ,026
Likelihood Ratio 10,011 1 ,002
Fisher's Exact Test ,010 ,007
Linear-by-Linear Association 6,568 1 ,010
N of Valid Cases 55
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,60.
b. Computed only for a 2x2 table
LEMBAR PERSETUJUAN WAKTU PELAKSANAAN SEMINAR

PROPOSAL

Dengan ini menyatakan:

Nama : Noor Elisa

NPM : 17.07.0072

Program Studi: Kesehatan Masyarakat

Disetujui untuk melaksanakan seminar proposal pada:

Hari/Tanggal : Nama Pembimbing TTD

Waktu : 1. Eddy Rahman, S.KP.G., M. Kes (.......)

Tempat : 2. Zuhrupal Hadi, SKM., M. Kes (.......)

Dengan ini bersedia menghadiri seminar proposal pada hari pelaksanaan yang telah
ditentukan diatas.

Demikian surat ini dibuat untuk digunakan seperlunya, terima kasih.

Banjarmasin, Juni 2021

Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

(Eddy Rahman, S.KP.G., M. Kes) (Zuhrupal Hadi, SKM., M. Kes)

NIDN. 1121098601 NIDN. 1130098603


LEMBAR PERBAIKAN / KONSULTASI SEMINAR PROPOSAL

Nama :

NPM :

Program Studi :

Hari/Tanggal :

Pukul :

Tempat :

No Nama Dosen Halaman Halaman Halaman Tanda


yang perlu sebelum sesudah tangan
diperbaiki perbaikan perbaikan
1. Eddy Rahman, S. KP.G., M. Kes
(Pembimbing I)
2. Zuhrupal Hadi, SKM., M. Kes
(Pembimbing II)
3. Erwin Ernadi, SKM., M.Kes
(Penguji)

Banjarmasin, Juni 2021

Mengetahui,

Pembimbing I/II
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai